Anda di halaman 1dari 79

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Definisi umum tentang kristalografi dan mineralogy
Mineralogi adalah ilmu pengetahuan tentang mineral, yaitu suatu zat padat
yang terdapat di alam sebagai elemen-elemen dan senyawa-senyawa, serta
merupakan penyusun, atau pembentuk bagian padat alam semesta.
Hal tersebut tidak berarti bahwa mineralogi hanya terbatas pada materialmaterial kerakbumi saja, dan material-material yang terdapat di bawahnya yang
dapat diindikasi melalui pengukuran geofisika, tetapi meliputi juga meteoritmeteorit yaitu benda-benda mineral yang berasal dari luar bumi.Mineralogi adalah
cabang dari geologi, karena mineral adalah pembentuk batuan kerakbumi. Ilmu
lain yang erat hubungannya ialah ilmu kimia dan kristalografi.
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar kristal alam.
Semula ilmu ini merupakan cabang dari mineralogi. Sekarang tidak lagi ;
kristalografi telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri, karena yang dipelajarinya
tidak saja bentuk luar kristal alam, tetapi telah meliputi kristal buatan, dan
penelitiannya pun tidak hanya bentuk luar, melainkan termasuk juga struktur
dalamnya.
Sulit untuk merumuskan dengan tepat definisi mineral, karena pada
kenyataannya tidak ada satu definisi pun yang disetujui secara umum. Namun,
definisi yang dipilih adalah :
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terbentuk alam secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia tertentu, dan susunan atom yang teratur.
Berdasarkan definisi itu, maka air, batubara, minyak bumi, dan gas alam,
tidak dapat disebut mineral, meskipun keempatnya terbentuk/terjadi di alam. Halhal seperti itulah yang menyebabkan definisi tersebut di atas mempunyai
kelemahan-kelemahan, karena beberapa ahli mineralogi berpendapat bahwa
keempat hal itu termasuk mineral juga.

Batasan

mineral

adalah

suatu

benda

padat

homogenmenyatakan :mineral terdiri dari satu fasa padat, hanya satu macam
material, yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi senyawa-senyawa sederhana
oleh suatu proses fisika.
Dengan demikian, cairan-cairan dan gas-gas yang terbentuk/terjadi di alam tidak
termasuk mineral.
I.2. Maksud & Tujuan
Adapula maksud & tujuan dibuatnya laporan ini, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Mampu menggolongkan kristal berdasarkan sistemnya.


Mampu mendeskripsikan sifat-sifat fisik mineral secara megaskopis.
Mampu menjelaskan mineral secara umum.
Mampu mendeskripsikan mineral yang terkandung dalam batuan.
Mampu menggambarkan sistem Kristal betdasarkan jenisnya

I.3. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan yaitu:
-Pensil
-Penggaris lengkap
-Pensil warna
-Kertas A4
-Mineral
-Larutan HCL
-Papan Landasan
1.4 Waktu,Lokasi dan pelaksanaan praktikum
Waktu : Hari Selasa, pukul 12:30-selesai
Lokasi
: Laboratorium ist akprind
Pelaksanaan: -berdoa memulai kegiatan
-pre test
-absensi
-penyampain praktikum
BAB II KRISTALOGRAFI
2.1.Dasar Teori
Kristalografi adalah Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari
kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur
dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.

Sifat geometri,
Memberikan pengertian letak, panjang, dan jumlah sumbu kristal; yang menyusun
suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar yang
membatasinya.
Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar,
Bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada
situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan
bentuk kristal yang lain yang masih dalan satu sistem Kristalografi, ataupun dalam
arti kembaran dari Kristal yang terbentuk kemudian.
Struktur dalam,
Membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung
Parameter dan Parameter Rasio.
Sifat fisis kristal,
Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal
tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang
kristal, sehingga akan dikenal 2 zat yaitu Kristalin dan Nonkristalin.
Sumbu Kristalografi ialah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.
Kristal mempunyai bentuk 3 dimensi, yaitu panjang, lebar dan tebal atau tinggi.
Tetapi dalam penggambarannya dibuat 2 dimensi sehingga digunakan Proyeksi
Orthogonal.
Kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air
serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya
mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan
teratur.
Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air, mengandung
pengertian:
-Tidak termasuk didalamnya cair dan gas
-Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh prosesproses fisika.
-Menuruti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum
geometri, mengandung Pengertian:

-Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap


-Macam bentuk dari bidang kristal tetap
-Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap.
-Macam bentuk dari bidang kristal tetap.
-Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Sudut ( ) Kristalografi ialah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbusumbu Kristalografi pada titik potong (pusat kristal).
Dasar Pembagian Sistem Kristalografi
Sistem Kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, ini didasarkan kepada:
-Perbandingan panjang sumbu-sumbu Kristalografi.
-Letak atau posisi sumbu Kristalografi.
-Jumlah sumbu Kristalografi ,Nilai sumbu C atau sumbu vertikal.
2.2. Simbol kristalografi
Simbol Kristalografi
1. Parameter dan Parameter Rasio
Parameter bidang hkl:
oh = 1 bagian
ok = 3 bagian
ol = 6 bagian
Parameter Rasio Bidang hkl
oh : ok : ol = 1 : 3 : 6
2. Simbol Weiss dan Simbol Miller
Simbol Weiss = Bagian yang terpotong : Satuan ukur
Simbol Weiss dipakai dalam penggambaran kristal ke bentuk proyeksi orthogonal
dan proyeksi stereografis
Simbol Miller = Satuan ukur : Bagian yang terpotong
Simbol Miller dipakai sebagai simbol bidang dan simbol bentuk suatukristal. Klas
Simetri
Pengelompokkan dalam Klas Simetri didasarkan pada:
Sumbu Simetri

Bidang Simetri
Titik

Simetri

atau

Pusat

Simetr

Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalu pusat kristal, dimana
apabila kristal tersebut diputar sebesar 3600 dengan garis tersebut sebagai poros
putarannya,maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukkan
kenampakan-kenampakan seperti semula.
Ada 4 jenis Sumbu Simetri yaitu:
1.Sumbu Simetri Gyre
2.Sumbu Simetri Gyre Polair
3.Sumbu Cermin Putar
4.Sumbu Inversi Putar
2. Bidang Simetri
Bidang Simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan
membelah kristal menjadi 2 bagian sama besar, dimana bagian yang satu
merupakan pencerminan dari bagian belahan yang lain.
Bidang simetri dinotasikan dengan P (Plane) atau m (mirror).
Bidang simetri dikelompokan menjadi 2:
Bidang Simetri Utama
Bidang Simetri Utama ialah merupakan bidang yang dibuat melalui 2 buah
sumbu simetri utama kristal dan membagi bagian yang sama besar.
Bidang simetri utama ini ada 2 yaitu:
Bidang simetri utama horisontal dinotasikan dengan h (Bidang ABCD)
Bidang simetri utama vertikal dinotasikan v

(bidang KLMN dan

OPQR).
Bidang Simetri Tambahan(Intermediet/Diagonal)
Bidang Simetri Diagonal merupakan bidang simetri yang dibuat hanya
melalui satu sumbu simetri utama kristal. Bidang ini sering disebut dengan
diagonal saja dengan notasi (d).
Gambar disamping memperlihatkan kedudukan 2 buah bidang simetri
tambahan/diagonal pada bentuk kristal Hexahedron (kubus).

Catatan:
Dalam menghitung jumlah bidang simetri, dihitung dahulu bidang simetri
utama, baru dihitung bidang simetri tambahan.
3. Titik Simetri atau Pusat Simetri (Centrum = C)
Pusat Simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat dibuat
garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan sisi yang lain
dengan jarak yang sama, dijumpai kenampakan yang sama (tepi, sudut, bidang).
Pusat Simetri selalu berhimpit dengan pusat kistal, tetapi pusat kristal belum
tentu merupakan pusat simetri.
4. Penentuan Klas Simetri
Penentuan Klas Simetri berdasarkan pada kandungan unsur-unsur simetri
yang dimiliki oleh setiap bentuk kristal. Ada beberapa cara untuk menentukan klas
simetri suatu bentuk kristal, diantaranya yang umum digunakan:
Menurut Herman Mauguin
Sistem Reguler
Bagian I :

Menerangkan nilai sb a (Sb a, b, c), mungkin bernilai 4 atau 2 dan

ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.


Bagian ini dinotasikan dengan :
Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf m menunjukkan adanya bidang
simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
Bagian II : Menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu simetri
yang bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja.
Maka bagian II selalu ditulis: 3 atau 3
Bagian III : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet
(diagonal) bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus
terhadap sumbu diagonal tersebut.
Bagian ini dinotasikan : atau tidak ada.
Contoh:
- Klas Hexoctahedral ..
- Klas Pentagonal icositetrahedral ..4 3 2
- Klas Hextetrahedral .

4 3 2

- Klas Dyakisdodecahedral

- Klas Tetratohedris . 2 3

2 3 -

Sistem Tetragonal
Bagian I : Menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai
dan ada tidaknya bidang simteri yang tegak lurus sumbu c.Bagian ini dinotasikan :
Bagian II : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu lateral dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut.
Bagian ini dinotasikan : atau tidak ada.
Bagian III : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan
ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.
Bagian ini dinotasikan :

atau tidak ada.

Contoh :
- Klas Ditetragonal bipyramidal

- Klas Tetragonal trapezohedral4 2 2

- Klas Ditetragonal pyramidal


- Klas Tetragonal scalenohedral ..

4 2 2

- Klas Tetragonal bipyramidal..

- Klas Tetragonal pyramidal4

- Klas Tetragonal Bisphenoidal.

*System hexagonal dan trigonal


Bagian I : Menerangkan nilai sumbu c (mungkin ) dan ada tidaknya
bidang simetri horisontal yang tegak lurus sumbu c tersebut. Bagian ini
dinotasikan :
Bagian II : Menerangkan nilai sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada
tidaknya bidang simetri vertikal yang tegak lurus.
Bagian ini dinotasikan : atau tidak ada.
Bagian III : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.
Bagian ini dinotasikan : atau tidak ada
Contoh :
- Klas Dihexagonal bipyramidal..

- Klas Dihexagonal trapezohedral ....

- Klas Dihexagonal pyramidal .....

- Klas Hexagonal bipyramidal ....

- Klas Hexagonal pyramidal... .....6

- Klas Ditrigonal bipyramidal

atau

- Klas Trigonal bipyramidal...

- Klas Ditrigonal scalenohedral .......


- Klas trapezohedral..........

- Klas Ditrigonal pyramidal

................................................

- Klas Trigonal rhombohedral ..


- Klas trogonal pyramidal .. .

atau

sistem orthorombik
Bagian I : Menerangkan nilai sumbu a dan ada tidaknya bidang yang tegak lurus
terhadap sumbu a tersebut .
Dinotasikan :
Bagian II : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut.
Bagian ini dinotasikan :
Bagian III : Menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simteri yang
tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
Dinotasikan :
Contoh :
1.

Klas Orthorombic bipyramidal

2.

Klas Ortorombic bisphenoidai. 2 2 2

3.

Klas Orthorombic pyramidal .. m m 2

Sistem monoklin

2 2 2
m m

Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.
Contoh :
1.

Klas Prismatik

2.

Klas Sphenoidal .. 2

3.

Klas Domestik . m

Sistem Triklin
Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:
Mempunyai titik simetri

Klas Pinacoidal

Tidak mempunyai unsur simetri

Klas Assymetric 1

Menurut Schoenflish
Sistem Reguler
Bagian I: Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c
bernilai 4 atau bernilai 2.

kalau sumbu c bernilai 4 dinotasukan dengan huruf O (Octaeder), karena


contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 4 adalah
Octahedron.

kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan huruf T (Tetraeder), karena


contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 2 adalah bentuk
Tetrahedron.
Bagian II : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal
tersebut mempunyai:
Bidang simetri horisontal
Bidang simetri vertical
Bidang simetri diagonal

(h)
(v)

dinotasikan h

(d)

Kalau mempunyai:
Bidang simetri horisontal

(h)

Bidang simetri vertical

(v)

dinotasikan h

Kalau mempunyai:
Bidang simetri vertical
Bidang simetri diagonal

(v)
(d)

dinotasikan v

Kalau mempunyai:
Bidang simetri diagonal

(d)

dinotasikan d

Contoh :
1.

Klas Hexoctahedral ..Oh

2.

Klas Pentagonal icositetrahedral ..O

3.

Klas Hextetrahedral ..Td

4.

Klas DykisdodecahedralTh

5.

Klas Tetrahedral pentagonal dodecahedralT

Sistem Tetragonal,Hexagonal,Trigonal,Orthorombik,Monoklin, dan Triklin


Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu
sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu inter\mediet, ada 2 kemungkinan:
Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari kata Diedrish.
Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c dari kata Cyklich.
Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di sebelah
kanan agak bawah dari notasi d atau c.
Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Bidang simetri horisontal

(h)

Bidang simetri vertical

(v)

Bidang simetri diagonal

(d)

dinotasikan h

Kalau mempunyai:
Bidang simetri horisontal

(h)

Bidang simetri vertical

(v)

dinotasikan h

Kalau mempunyai:
Bidang simetri vertical
Bidang simetri diagonal

(v)

dinotasikan v

(d)

Kalau mempunyai:
Bidang simetri diagonal

(d)

dinotasikan d

Contoh :
1. Klas Ditetragonal pyramidal ........................... C4v
2. Klas Ditetragonal bipyramidal ........................ D4h

3. Klas Tetragonal scalenohedral ......................... D2d


4. Klas Tetragonal trapezohedral ......................... D
5. Klas Tetragonal bipyramidal ........................... C4h
6. Klas Tetragonal pyramidal .............................. C4
7. Klas Tetragonal bispenoidal ............................ S4
8. Klas Dihexagonal pyramidal ...........................C6
9. Klas Dihexagonal bipyramidal ........................D6h
10.

Klas Hexagonal trapezohedral ........................ D6

11.

Klas Hexagonal bipyramidal ........................... C6h

12.

Klas Hexagonal pyramidal .............................. C6

13.

Klas Trigonal bipyramidal ............................... C3h

14.

Klas Trigonal trapezohedral ............................ D3

15.

Klas Trigonal rhombohedral ............................ C3i

16.

Klas Trigonal pyramidal .................................. C3

17.

Klas Ditrigonal scalenohedral ......................... D3d

18.

Klas Ditrigonal bipyramidal ............................ D3h

19.

Klas Ditrigonal pyramidal ............................... C3v

20.

Klas Orthorombic pyramidal ........................... C2v

21.

Klas Orthorombic bisphenoidal ....................... D2

22.

Klas Orthorombic bipyramidal ........................ D2h

23.

Klas Prismatik ......................................... C2h

24.

Klas Spenoidal ...................................... C2

25.

Klas Domatic ........................................... C1h

26.

Klas Pinacoidal ................................... Ci

27.

Klas Asymetric....................................... C1

Keterangan: Untuk sistem Monoklin, sumbu b dianggap sebagai sumbu c


2.3. Geometri Kristal
Geometri Kristal adalah Konfigurasi ruang,pola atau hubungan antar
komponen Kristal yang Meliputi:

a)

Sel Unit
Sumbu Kristal
Indeks Miller
Bentuk dan Geometri kristal
Sel Unit
- Satu sel unit adalah susunan spatial atom-atomyang mengekor
-

secara tiga dimensi untukmenggambarkan kristalnya


Sel unit ada 2:
1. sel unit konvensional yang biasanya dipilih agar kisi yang
dihasilkan sesimetris.
2. sel unit primitif merupakan sel unit terkecil yangmungkin yang
dapat dibangun, sehingga, ketikadisusun, akan mengisi
spasi/ruang secarasempurna jika simetrisnya sama dengan

kisinyamaka disebutSel Wigner-Seitz


b) Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat
kristal. Kristal mempunyai 3 dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tebal atau
tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat 2 dimensi sengga digunakan
proyeksi orthogonal. Sudut kristalografi ialah sudut yang dibentuk oleh
perpotongan sumbu-sumbu kristalografi pada titik potong (titik pusat
Kristal).
c) Indeks Miller
Indeks Miller dan Weiss adalah salah satu indeks yang sangat penting, karena
indeks ini digunakan pada ancer semua ilmu matematika dan struktur
kristalografi. Indeks Miller dan Weiss pada kristalografi menunjukkan adanya
perpotongan sumbu-sumbu utama oleh bidang

2.4.1.Sistem Kristal Isometrik

a-

b-

c-

Gambar 1. Sistem Kristal Isometrik


Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi

Sistem isometric ini juga dikenal sebagai system kristal kubus atau kubik.Jumlah
sumbu kristalnya ada tiga dan saling tegak lurus satu dengan lainnya .Dengan
perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Sistem Isometrik dibagi menjadi 5 Kelas:
1.
2.
3.
4.
5.

Tetartoidal
Gyroidal
Diploidal
Hextetrahedral
Hexoctahedral

Beberapa

contoh

mineral

Gold,Pyrite,Galena dan Halite

dengan

sistem

kristal

isometrik

ini

adalah

A. Ketentuan Sistem Kristal Isometrik


Dalam sistem kristal isometrik (regular) terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai
berikut:
Dalam keadaan sebenarnya :
a. Jumlah sumbu ada 3 yaitu sumbu a = b = c disebut juga sumbu a
b. = = = 90

B. Cara Menggambar Sistem Kristal Isometrik


a. Sudut a+ dengan b- = 30 (Sudut a+/ b+ = 300 )
b. Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3 (a : b : c = 1 : 3 : 3)

2.4.2.Sistem Kristal Hexagonal

ab-

c-

Gambar 2.Sistem Kristal Hexagonal


Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan
SistemMineralogi
kristal ini mempunyai 4 sumbu kristal ,dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnnya.Sumbu a,b,dan d masing-masing membentuk sudut
1200terhadap satu sama lain.Sumbu a,b,dan d memiliki panjang sama .Sedangkan

panjang c berbeda ,dapat lebih panjang maupun lebih pendek (pada umumnya lebih
panjang)
Sistem Heksagonal dibagi menjadi 7 kelas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Heksagonal Piramidal
Hexagonal Bipiramidal
Diheksagonal Piramidal
Diheksagonal Dipiramidal
Trigonal Bipiramidal
Ditrigonal Bipiramidal
Heksagonal Trapezohedral

Beberapa

contoh

mineral

dengan

system

kristal

heksagonal

adalah

quartz,corundum,hematite,calcite,dolomite,apatite (Mondadori,Arlondo.1997)

A.Ketentuan Sistem Kristal Hexagonal


Dalam sistem kristal hexagonal terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai berikut :
Dalam keadaan sebenarnya :
a.

Jumlah sumbu ada 4 yaitu sumbu a = b = d c

b.

Sudut 1 = 2 = 3 = 90

c.

Sumbu c bisa lebih panjang atau pendek dari sumbu a.

d.

Sumbu a, b dan d terletak dalam bidang horisontal

dan 1 = 2 = 3 = 120

membentuk sudut 60

B.Cara Penggambaran Sistem Kristal Hexagonal:


a.

Sudut a+ dengan b- = 17 dan sudut b+ dengan d- = 39

b.

Perbandingan panjang sumbu b: d : c = 3 : 1 :6

Lampiran

2.4.3.Sistem Kristal Tetragonal

a-

b-

Gambar 7. Sistem Kristal Tetragonal


Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan mineralogi

A.Ketentuan Sistem Kristal Tetragonal


Sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak
lurus .Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama .Sedangkan sumbu c
berlainan ,dapat lebih panjang atau lebih pendek .
Sitem Tetragonal dibagi menjadi 7 kelas yaitu :
1. Piramidal
2. Bipiramidal
3. Bisfenoidal
4. Trapezohedral
5. Ditetragonal Piramidal

6. Skalenohedral
7. Ditetragonal Bipiramidal
Beberapa

contoh

mineral

dengan

sistem

kristal

tetragonal

ini

adalah

rutile,autunite,pyrolusite,leucite,scapolite (Pellant,Chris.1992)
Dalam sistem kristal Tetragonal terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai berikut :
Dalam keadaan sebenarnya :
a.

Jumlah sumbu ada 3 yaitu sumbu a = b c

b. Sudut = = = 90
c. Sumbu c bila lebih panjang dari sumbu a atau b maka disebut Columnar
( panjang )bila lebih pendek disebut Stout ( gemuk ).

B.Cara Penggambaran Sistem Kristal Tetragonal:


a.

Sudut a+ dengan b- = 30

b.

Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 :6

Lampiran

2.4.4.sistem Kristal orthorombik

Sumber:anonim

A.Ketentuan Sistem Kristal Orthorombik


Dalam sistem kristal Orthorombik terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai
berikut:
Dalam keadaan sebenarnya :
a. Jumlah sumbu ada 3 yaitu sumbu a b c
b. Sudut = = = 90
c. Sumbu c terpanjang dan sumbu a terpendek.
d. Sumbu a = brachy
Sumbu b = macro
Sumbu c = basal
B.Cara Penggambaran Sistem Kristal Orthorombik :
a. Sudut a+ dengan b- = 30
b. Perbandingan panjang sumbu a: b : c = 1 : 4 :6
Lampiran

2.4.5.Sistem Kristal Monoklin

ab-

cGambar 9. Sistem Kristal Monoklin


Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi

A.Ketentuan Sistem Kristal Monoklin


Monoklin artinya hanya memiliki satu sumbu yang miring dari ketiga sumbu yang
dimilikinya .Sumbu terletak tegak lurus dengan sumbu b,sumbu b tegak lurus
terhadap sumbu c ,tetapi sumbu c tidak tegak lurus dengan sumbu a.Ketiga sumbu
tersebut tidak memiliki panjang yang sama ,umumnya sumbu c yang paling panjang
dan sumbu b yang paling pendek.
Sistem Monoklin dibagi menjad 3 kelas yaitu :
1. Sfenoidal
2. Doma
3. Prisma
Beberapa contoh mineral dengan system kristal monoklin adalah azurite
,malachite,colemanite,gypsum dan epidote (Pellant,Chris.1992)
Dalam sistem kristal Monoklin terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai berikut:
Dalam keadaan sebenarnya :
a. Jumlah sumbu ada 3 yaitu sumbu a b c
b. Sudut = = 90 , 90
c. Sumbu c terpanjang dan sumbu a terpendek.
d. Sumbu a = clino ,Sumbu b = ortho ,Sumbu c = basal
B.Cara Penggambaran Sistem Kristal Monoklin
a.

Sudut a+ dengan b- = 45

b.

Perbandingan panjang sumbu a: b : c = 1 : 4 :6

Lampiran

2.4.6.Sistem Kristal Triklin

ab-

c-

Gambar 11.Sistem Kristal Triklin


Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi
Gambar 12.

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling
tegak lurus .Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama panjang.
Sistem kristal Triklin dibagi menjadi 2 kelas yaitu :
1. Pedial
2. Pinakoidal
Beberapa

contoh

mineral

dengansistem

kristal

triklin

adalah

albite,anorthite,labradorite,kaolinite,microcline,dan anorthoclase.
A.Ketentuan Sistem Kristal Triklin
Dalam sistem kristal Triklin terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai berikut :
Dalam keadaan sebenarnya :
a. Jumlah sumbu ada 3 yaitu sumbu a b c
b. Sudut

90

c. Semua sumbu saling berpotongan dan membetuk sudut miring tidak sama
besar.
d. Sumbu a = brachy
Sumbu b = macro
Sumbu c = basal

B.Cara Penggambaran Sistem Kristal Triklin :


a.

Sudut a+ dengan c- = 45 dan b+ dengan c- = 80

b.

Perbandingan panjang sumbu a: b : c = 1 : 4 :6

Lampiran

2.4.4.Sistem Kristal Trigonal

Gambar 13.Sistem Trigonal


Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi
Sistem ini bidang dasar berbentuk segienam ,kemudian membentuk segitiga dengan
menghubungkan dua titik sudutyang melewati satu titik sudutnya.
Sistem kristal Trigonal dibagi menjadi 5 kelas yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Trigonal Piramidal
Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Skalenohedral
Ditrigonal Piramidal
Rhombohedral

Beberapa contoh mineral dengan system kristal trigonal adalah tourmaline


,dancinnabar (Mondadori ,Arlondo.1997)
A.Ketentuan Sistem Kristal Trigonal
Dalam sistem kristal Trigonal terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai berikut
Dalam keadaan sebenarnya :
a. Jumlah sumbu ada 4 yaitu sumbu a = b = d c

b. Sudut 1 = 2 = 3 = 90

dan 1 = 2 = 3 = 120

c. Sumbu a, b dan d terletak dalam bidang horisontal membentuk sudut 60


d. Sumbu c bernilai 3
B.Cara Penggambaran Sistem Kristal Trigonal:
a.

Sudut a+ dengan b- = 17 dan sudut b+ dengan d- = 39


b.

Perbandingan panjang sumbu b: d : c = 3 : 1 :6

Lampiran

BAB V PENUTUP
5.1.Kesimpulan
1.Kesimpulan
Bentuk-bentuk sistem kristal ditentukan oleh panjang sumbu, jumlah sumbu, dan
kedudukan sumbu (besar derajat sumbu). Berdasarkan panjang sumbu, jumlah
sumbu, dan kedudukan sumbu terdapat 7 sistem kristal yaitu : Isometrik, Tetragonal,
Trigonal, Heksagonal, orthorombik (rombis), Monoklin, dan Triklin.
Berdasarkan panjang sumbu, jumlah sumbu, dan kedudukan sumbunya maka dapat
disimpulkan :

1. Pada pendeskripsian sistem trigonal, pada gambar terdapat sumbu simetri, pusat
sumbu simetri dan bidang simetri serta simetri putar seperti yang dijelaskan,
sehingga dapat digolongkan dalam kelas hexagonal scalenohedral
2. Pada pendeskripsian sistem tetragonal, pada gambar terdapat sumbu simetri,
pusat sumbu simetri dan bidang simetri serta simetri putar

seperti penjelasan

sebelumnya, maka dapat digolongkan sebagai kelas ditetragonal-dipiramidal.


3. Pada pendeskripsian sistem monoklin, pada gambar tidak terdapat sumbu simetri,
pusat sumbu simetri dan bidang simetri

tetapi terdapat simetri putar maka,

digolongkan sebagai kelas spenoidal


4. Pada pendeskripsian sistem triklin, pada gambar tidak terdapat sumbu simetri,
pusat sumbu simetri dan

bidang simetri serta simetri putar maka, digolongkan

sebagai kristal kelas pedial dan gambar kedua termasuk kedalam kelas pinachoidal
karena mempunyai pusat simetri.
5. Pada pendeskripsian sistem orthorombik, pada gambar terdapat sumbu simetri,
pusat sumbu simetri dan bidang simetri serta simetri putar maka, digolongkan sebagai
kelas dipiramidal

5.2.Kritik dan Saran


1. Hendaknya para asisten menyediakan alat peraga terutama pada materi
kristalografi karena sumbu-sumbu pada kristal sukar untuk di bayangkan bagi
praktikan,sehingga praktikan membutuhkan alat peraga.
2. Rutin diadakan Pretest karena akhir-akhir praktikum jarang sekali diadakan
pretest,sehingga praktikan kurang begitu paham mengenai materi yang
diberikan.
3. Mineral dan Batuan Tidak tersusun rapih.
Mudah-mudahan saran ini dapat diterima oleh para asisten demi kualitas mengajar
yang akandatang

DAFTAR PUSTAKA
Miftahussalam dkk.1999.Buku Pedoman Praktikum Geologi Fisik.
IST Akprind.Yogyakarta
http://www.galleries.com/minerals
Noor Djauhari.2009.Ebook Pengantar Geologi Batuan dan Mineral.
Universitas Pakuan.Bogor
M.Lange-M.Ivanora-N.Lebedeva.1991.General Geology(judul asli),diterjemahkan
oleh eric jayaporhas silitonga menjadi Geologi Umum

II
DASAR TERI PRAKTIKUM

II.1. Pendahuluan
Definisi Mineral
Mineral adalah bahan padat anorganik, yang secara kimia homogen dengan
bentuk geometri tetap, sebagai gambaran dari susunan atom yang teratur, dibatasi
oleh bidang banyak ( polyhedron ), jumlah dan kedudukan bidang-bidang kristalnya
tertentu dan teratur. Setiap mineral/zat mempunyai bentuk tertentu.
Suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik,
dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang
tersusun secara teratur.
Istilah mineral dapat mempunyai bermacam-macam makna; sukar untuk
mendefinisikan mineral dan oleh karena itu kebanyakan orang mengatakan, bahwa
mineral ialah satu frase yang terdapat dalam alam.
Kimia Mineral
Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, karena
beberapa sifat-sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/ kristal
tidak hanya tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari
atom- atom penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun kristal/mineral.
Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat pada kristalin
adalah bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengan sifatsifat fisik dan kimia dari mineral. Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan
konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi termal berhubungan secara langsung
terhadap daya ikat.
II.2. Konsep Kristalografi dan Cara Penggambarannya
II.2.1.Kristal
Kristal adalah sebuah benda yang homogen, berbentuk sangat geometris dan
atom-atomnya tersusun dalam sebuah kisi-kisi kristal,karena bangunan kisi-kisi
kristal tersebut berbeda-beda maka sifatnya juga berlainan. Kristal dapat terbentuk

dalam alam (mineral) atau di laboratorium.Kristal artinya mempunyai bentuk yang


agak setangkup (symetris) dan yang pada banyak sisinya terbatas oleh bidang datar,
sehingga memberi bangin yang tersendiri sifatnya kepada mineral yang bersangkutan.
Benda padat yang terdiri dari atom-atom yang tersusun rapi dikatakan mempunyai
struktur kristalen. Dalam suasana yang baik benda kristalen dapat mempunyai batas
bidang rata-rata & benda itu dinamakan kristal (HABLUR) & bidang rata itu disebut
muka krsital.

II.2.1.1. Kristalografi
Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari
sistemsistem kristal. Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara
esensial mempunyai pola difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard, 2002).
Jadi, suatu kristal adalah suatu padatan dengan susunan atom yang berulang secara
tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal secara sederhana dapat
didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang
teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidangbidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu.

II.2.1.1. Sistem Kristal Isometrik


Sistem ini juga disebut sistem reguler bahkan sering dikenal sebagai
sistem kubus atau kubik.Jumlah sumbu kristalnya tiga dan saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya. Masing-masing sumbu sama panjang.
Sistem kubus ini terbagi menjadi lima kelas, yaitu :
1. kelas hexoctahedral
2. kelas hextetrahedral

3. kelas gyroidal
4. kelas diploidal
5. kelas tetartoidal

Kelas Hexoctahedral
a. Kelas : ke-32
b. Simetri : 4/m 3bar 2/m
c. Elemen Simetri : merupakan klas yang paling simetri untuk bidang
tigadimensi dengan 4sumbu putar tiga, 3 sumbu putar dua, dan sumbu putar
dua. Dengan 9 bidang utama dan 1pusat.
d .Garis SumbuKristal : tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan
a3.
e. Sudut : ketiga-tiganya 90o
f. Bentuk Umum : kubik, bidang delapan, bidang dua belas dan trapezium.
Dan kadangkadang trisoktahedron, tetraheksahedron, dan heksotahedron.
g. Mineral yang Umum :flurit, galena, intan, tembaga, besi, timah, platina,
perak, emas,halit, bromargyrit, kllorargirit, murdosit, piroklor, kelompok
garnet, sebagian besarkelompok spinel, uraninit dan lain-lain.

Kelas Hextetrahedral

a. Kelas : ke-31
b. Simetri : 4bar 3 m

c. Elemen Simetri : ada 4 sumbu putar tiga, 3 sumbu putar empat, dan 6 bidang
kaca.
d. SumbuKristal : tiga sumbu sama panjang yang disebut a1, a2, dan a3.
e. Sudut : ketiga sudutnya = 90o
f. Bentuk Umum : empat sisi, tristetrahedron, deltoidal dodecahedron, dan
hekstetrahedron
serta yang jarang kubik, rhombik dodecahedron dan tetraheksahedron.
g. Mineral yang Umum : sodalit, sphalerit, domeykit, hauyne, lazurit, rhodizit,
dan lain-lain.

Kelas Giroid

a. Kelas : ke-30
b. Simetri : 4 3 2
c. Elemen Simetri : terdapat 3 sumbu putar empat, 4 sumbu putar tiga, dan 6
sumbu putar dua.
d. Garis SumbuKristal : tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3.

Deskripsi:
Panjang a1 = a2 = a3 (biasanya ditulis sebagai sumbu a semua).
Sumbu a, b, dan c saling tegak lurus (membentuk sudut siku-siku).
Nama bangun ruang: KUBUS

Gambar II. 2.2.1. Sistem Kristal isometric

Deskripsi I (Isometrik)

Parameter penggambaran

3 sumbu, a1=a2=a3, a1a2 a3

a1:a2:a3=1:3:3

a1 a2=30

a2 a3=90

1) System Crystal

: isometrik

2) Symmetrical core

: ada

3) Symmetrical lane

:9

4) Crystal Class

: hexoctahedral

5) Hermann Maugin Symbols

: 4/m 3 2/m

6) Examples Minerals

: fluorit, magnetit, spinel, intan, garnet, dan

lusit

II.2.2.2. Sistem Kristal Hexagonal


Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu yang lain. Sumbu a, b, dan d masing-masing saling
membentuk sudut 120 satu terhadap yang lain (Gambar II.2.1). Sumbu a, b, dan d
mempunyai panjang yang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang
atau lebih pendek (umumnya lebih panjang)

SISTEM HEXAGONAL

Deskripsi:
Panjang a = b = d c (biasanya sumbu a, b,
dan d ditulis sebagai sumbu a).
Sumbu a, b, dan d terletak dalam satu bidang
datar dan saling membentuk sudut 60o.
Sumbu a, b, dan d tegak lurus terhadap sumbu
c (membentuk sudut siku-siku).
Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih
pendek dari sumbu a.

Gambar

2.Sistem

Kristal

Nama bangun ruang: PRISMA SEGIENAM

hexagonal

Gambar 2. Sistem Kristal hexagonal

Deskripsi 4 (Hexagonal)
Parameter penggambaran:

4 sumbu, ac,bc,dc

a=b=dc

b:d:c=3:1:6

b d=40

b a=20

b c=90

1) System Crystal

: hexagonal

2) Symmetrical core

: ada

3) Symmetrical lane

:7

4) Crystal Class

: dihexagonal dipyramidal

5) Hermann Maugin Symbols

: 6/m 2/m 2/m

6) Examples Minerals

cancrinite, covellite, dan osumilite

beril,

molybdenite,

pirotit,

nikelin,

II.2.2.3. Sistem Kristal Ortorombik


Sistim ortorombik dicirikan oleh 3 buah sumbu yang saling tegak lurus
sesamanya, tetapi tidak ada yang sama panjang. Dua buah sumbu yang horizontal
diberi kodea dan b, dan sebuah yang vertical dengan kode c. Contoh: Topaz, Selestin,
Staurolit, Anhidrit, Barit, Aragonit, Brukit, Enstatit, Lawsonit, Olivin, Silimanit, dll.
Deskripsi:
Panjang a b c.
Sumbu a = sumbu brachy, sumbu
b = sumbu macro, sumbu c =
sumbu basal.
Sumbu a, b, dan c saling tegak
lurus (membentuk sudut sikusiku).
Sumbu a terpendek dan sumbu b
terpanjang.
Nama bangun ruang: BALOK
Gambar
ortorombik

3.Sistem

Kristal

(PRISMA PERSEGI PANJANG)

Gambar 3. Sistem Kristal ortorombik

Deskripsi 6 (Orthorombic)
Parameter penggambaran:

3 sumbu,abc, abc

a:b:c=1:6:3

b a=30

b c=90

1) System Crystal

: orthorombic

2) Symmetrical core

: ada

3) Symmetrical lane

:3

4) Crystal Class

: dipyramidal

5) Hermann Maugin Symbols

: 2/m 2/m 2/m

6) Examples Minerals

: sulfur, sturolite, olivin, andalusit, topas,

maskasit, dan adamite


7)
II.2.2.4. Sistem Kristal Tetragonal
Sistim tetragonal dicirikan oleh adanya 3 sumbu yang semuanya saling tegak
lurus. Dua sumbu mendatar sama panjangnya diberi simbol a1, a2, dan satu sumbu
yang vertical lebih pendek atau lebihpanjang diberi symbol sumbu

. Contoh :

Zerkon, Skeelit, Kasiterit, Rutil, Idokras/ Vesuvianit, dll.


SISTEM TETRAGONAL

Deskripsi:
Panjang a1 = a2 c (biasanya sumbu
a1 dan sumbu a2 ditulis sebagai
sumbu a).
Sumbu

bisa

lebih

panjang

(columnar) atau lebih pendek (stout)


dari sumbu a.
Sumbu a, b, dan c saling tegak lurus
(membentuk sudut siku-siku)
Gambar4. Sistem Kristal teragonal

Nama

bangun

ruang:

(PRISMA PERSEGI)

BALOK

Gambar 4. Sistem Kristal tetragonal

Deskripsi 2 (Tetragonal)

Parameter Penggambaran

3 sumbu, a1a2c, a1=a2c

a1 a2=30

a2 c=90

1) System Crystal

: tetragonal

2) Symmetrical core

: ada

3) Symmetrical lane

:5

4)
5) Crystal Class

: ditetragonal dipyramidal

6) Hermann Maugin Symbols

: 4/m 2/m 2/m

7) Examples Minerals

: apophyllite, autunite, torbenite, xenotime,

rutile, dan

zircon

II.2.2.5. Sistem Kristal Monoklin


Sistim monoklin memiliki tiga buah sumbu yang tidak sama panjang. Sumbu
vertikalnya c, yang tegak lurus dengan salah satu sumbu yaitu b, Sumbu b ini dengan
sumbu lain a terletak tegak lurus, tetapi a dan c tidak tegak lurus, membuat suatu
sudut tumpul. Sumbu a dan b ini disebut sumbu klino dan sumbu orto. Contoh:
Ortoklas, Augit, Gipsum, Klorit, Diopsida, Vepidot, Monazit, Muskovit, Sfen, Talk,
dll.
SISTEM MONOKLIN

Deskripsi:
Panjang sumbu a b c.
Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b.
Sumbu b tegak lurus terhadap sumbu c.
Sumbu c tidak tegak lurus terhadap
sumbu a (membentuk sudut ).
Sumbu a = sumbu clino, sumbu b =
sumbu ortho, sumbu c = basal.
Nama bangun ruang: PRISMA JAJAR
GENJANG

Gambar
monoklin

5.Sistem

Kristal

Gambar 5.Sistem Kristal monoklin

Deskripsi 5 (Monoklin)
Parameter Penggambaran

3 sumbu, a b c, a b,b c, c a

a:b:c=3:1:6

b a=45

b c=90

1) System Crystal

: monoklin

2) Symmetrical core

: ada

3) Symmetrical lane

:1

4) Crystal Class

: prismatik

5) Hermann Maugin Symbols: 2/m


6) Examples Minerals

: gipsum, acanthite, actinolite, biotit, kalkosit, dan borax

7)
II.2.2.6. Sistem Kristal Triklin
Sistim triklin dicirikan oleh tiga buah sumbu yang tidak sama panjang dan tidak
pula saling tegak lurus. Jadi disini tidak dijumpai sudut 900. Ketiga sumbu itu diberi
tanda a,b,c. Contoh: Plagioklas, Kianit, Rodonit, Mikroklin, Wolastonit, dll.

ISTEM TRIKLIN

Deskripsi:
Panjang

sumbu

c.

Sumbu a, b, dan c tidak saling tegak


lurus.
Sumbu a, b, dan c saling berpotongan
membuat sudut miring tidak sama besar
(membentuk

sudut

).

Sumbu a = sumbu clino, sumbu b =


Gambar 6. Sistem Kristal triklin

sumbu ortho,

sumbu

Nama bangun ruang: TRIKLIN

Gambar 6. Sistem Kristal triklin

Deskripsi 7 (Triklin)

= basal.

a
b

1) System Crystal

: triklin

2) Symmetrical core

: ada

3) Symmetrical lane

:-

4) Crystal Class

: pinocoidal

5) Hermann Maugin Symbols

:1

6) Examples Minerals

: albite, amblygonite, anapaite, andesine,

dan anorthite

Parameter penggambaran

3 sumbu, a b c, a b c

a:b:c=1:2:6

a b=45

b c=80
II.2.2.7. Sistem Kristal Trigonal
Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal demikian
pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya bila pada trigonal setelah
terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segienam kemudian dibuat segitiga degnan
menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
SISTEM TRIGONAL

Deskripsi:Panjang a = b = d c
(biasanya sumbu a, b, dan d ditulis
sebagai

sumbu

a).

Sumbu a, b, dan d terletak dalam satu


bidang datar.
Sumbu a, b, dan d tegak lurus terhadap
sumbu c (membentuk sudut siku-siku).
Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih
pendek
Gambar 7.Sistem Kristal trigonal

Nama

dari
bangun

SEGITIGA

Gambar.7.Sistem Kristal trigonal

Deskripsi 3 (Trigonal)
Parameter penggambaran

4 sumbu, ac,bc,dc

a=b=dc

sumbu
ruang:

a.

PRISMA

c=2b

b d=40

b a=20

1) System Crystal

: trigonal

2) Symmetrical core

:-

3) Symmetrical lane

:4

4) Crystal Class

: trapezohedral

5) Hermann Maugin Symbols

: 32

6) Examples Minerals

kuarsa,

tellurium

berlinite,

dan

cinnabar
Klas Simetri
Pengelompokaan dalam klas simetri didasarkan pada :

Sumbu simetri

Bidang simetri

Titik simetri atau pusat simetri.


Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal,

dimana bila kristal tersebut diputar 3600 dengan garis tersebut sebagai poros

utamanya, maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukan


kenampakan-kenampakan seperti semula.
Ada 4 jenis sumbu simetri :
a. Sumbu simetri gyre
Berlaku bila kenampakan satu sama lain pada, kedua belah pihak/
kedua ujung sumbu sama dinotasikan dengan huruf L ( linier ) atau g
( gyre ). Penulisan nilai pada kan atas atau kanan bawah notasi.
Contoh : L4 = L4 = g4 = g4
Bigyre
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros
putarannya, akan muncul 2 kali kenampakan.
Contoh : L2 = L2 = g2 = g2
Trigyre
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros
putarannya, akan muncul 3 kali kenampakan.
Contoh : L3 = L3 = g3 = g3
Tetragyre
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros
putarannya, akan muncul 4 kali kenampakan.
Contoh : L4 = L4 = g4 = g4
Hexagyre
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros
putarannya, akan muncul 6 kali kenampakan.
Contoh : L6 = L6 = g6 = g6
b. Sumbu Simetri Gyre Polair
berlaku bila kenampakan ( konfigurasi ) satu sama lain pada ke dua belah
pihak berbeda / tidak sama. Jika salah satu sisinya berupa sudut atau corner

maka pada sisi lainya berupa bidang atau plane.Dinotasikan dengan huruf L
atau g.
Contoh : L2 = g2
c. Sumbu Cermin Putar ( Gyroide )
Dinotasikan dengan huruf S ( Spiegel Axepy ) = Sumbu Spigel.
Sumbu cermin putar didapatkan dari kombinasisuatu perputarn dimana,
sumbu tersebut sebagai poronya, dengan pencerminan ke arah suatu
bidang cermin putar yang tegak lurus dengan sumbu tersebut bidang
cermin ioni disebut dengan cermin putaran atau bidang normal.
Macam macam Gyroide :
Digyroide ( S2 )
Sumbu cermin putar bernilai 2, besar perputaran 1800 yang
artinya satu putaran bernilai 1800 menuju 18 dilanjutkan dengan
pencermiana tegak lurus bidang cermin putaran menempati 1
kembali.
Trigyroide ( S3 )
Sumbu cermin putar bernilai 3, besar perputaran 1200.dalam
penentuan dan cara mandapatkan sumbu bernilai 3 caranya sama
dengan Digyroide.
Tetragyroide ( S4 )
Sumbu cermin putar bernilai 4.besar perputara 900, maka akan
terjadi kenampakan beru element simetri dari 1 lewat 1
menempati 2. Pada kenampakan pertama, Tetragyroide merupakan
Digyroide, asal susunan keseluruhan diputar sebesar 1800
Hexagyroide ( S6 )
Sumbu cermin putar bernialai 6, besar perputaran 600.

d. Sumbu Inversi Putar


Sumbu ini merupakan hasil perputaran dengansumbu tersebut sebagai
poros perputarannya, dilanjutkan dengan menginverskan auat membalik
melalui titik atau pusat simetri pada sumbu tersebut yang disebut Sentrum

Inversi. Cara penulisan nya : 3 , 4 dan sebagainya. Dan sering pula ditulis
dengan huruf L . Kemudian disebelah kanan atas ditulis nilai dan kanan
bawah ditulis i.
Contoh :L4i, L6i dan sebagainya.
Bidang Simetri
Bidang simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan
membelah kristal menjadi 2 bagian yang sama besar, dimana bagian yang
satu dengan yang merupakan pencerminan dari bagian belahan yang
lainnya. Bidang simetri di notasikan dengan P ( Plane ) atau m ( mirror).
Bidang simetri dikelompokan menjadi 2 yaitu :
a) Bidang Simetri Utama
Merupakan bagian yang dibuat melalui 2 buah sumbu simetri
utama kristal dan menjadi 2 bagian yang sama besar :
Bidang simetri ini ada 2 yaitu :
Bidang Simetri Utama Horisontal dinotasikan dengan h
(bidang ABCD)
Bidang Simetri Utama Vertikal dinotasikan dengan v (Bidang
KLMN dan OPQR)

c+

ab-

b+

a+

c-

Gambar 8.Bidang Simetri Utama


b.Bidang Simetri Tambahan / Intermediet / Diagonal
Bidang simetri diagonal merupakan bidang simetri yang dibuat
hanya melalui satu sumbu simetri utama kristal. Bidang ini sering
disebut dengan bidang diagonal saja dan dinotasikan dengan d.
Catatan : Dalam menghitung jumlah bidang simetri, dihitung dahulu
bidang simetri utama, baru dihitung simetri tambahannya.

c+
a-

b-

b+

a+
cGambar 9.Sistem Hexagonal
Titik Simetri atau Pusat Simetri (Centrum = C)

Pusat simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat ibuat
garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan yang lain
mempunyai jarak yang sama, di jumpai kenampakan yang sama pula berupa
tepi, sudut, dan bidang.
Pada pusat simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat
kristal belum tentu merupakan pusat simetri.

Gambar10. Contoh Kristal

II.3. Kosep Mineralogi

Pengertian
Mineralogi adalah salah satu cabang geologi yang mempelajari
tentang mineral, atau benda padat homogen yang mempunyai rumus kimia
tertentu dan biasanya terbentuk oleh proses alam secara anorganik.
Mineral adalah suatu zat ( fasa ) padat yang terdiri dari unsur atau
persenyawaan kimia yang dibentuk

secara alamiah oleh proses-proses

anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai


penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai
struktur kristal.
Selain itu kata mineral juga mempunyai banyak arti, hal ini tergantung
darimana kita meninjaunya. Mineral dalam arti farmasi lain dengan pengertian
di bidang geologi. Istilah mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda
yang terbentuk oleh proses alam, biasanya bersifat padat serta tersusun dari
komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat fisik yang tertentu pula.
Mineral terbentuk dari atom-atom serta molekul-molekul dari berbagai unsur
kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun dalam suatu pola yang teratur.
Keteraturan dari rangkaian atom ini akan menjadikan mineral mempunyai
sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik.
( Murwanto, Helmy, dkk. 1992 )
Maka pengertian yang jelas dari batas mineral oleh beberapa ahli
geologi perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun
persesuaian umum untuk definisinya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam
terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas
batas tertentu dan mempunyai atom atom yang tersusun secara teratur.
2. D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972

Mineral adalah suatu bahan padat yang secara structural homogen


mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang
anorganik.
3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu atau dalam batas batas dan mempunyai sifat sifat tetap,
dibentuk dialam dan bukan hasil suatu kehidupan.
Sebagian besar mineral mineral ini terdapat dalam keadaan padat,
akan tetapi dapat juga berada dalam keadaan setengah padat, gas, ataupun
cair. Mineral mineral padat itu biasanya terdapat dalam bentuk bentuk
kristal, yang agak setangkup, dan yang pada banyak sisinya dibatasi oleh
bidang bidang datar. Bidang bidang geometric ini memberi bangunan yang
tersendiri sifatnya pada mineral yang bersangkutan. Minyak bumi misalnya
adalah mineral dalam bentuk cair, sedangkan gas bumi adalah mineral dalam
bentuk gas. Sebagian dari mineral dapat juga dilihat dalam bentuk amorf,
artinya tidak mempunyai susunan dan bangunankristal sendiri. Pengenalan
atau dterminasi mineral mineral dapat didasarkan atas bebagai sifat dari
mineral mineral tersebut.
A. JENIS MINERAL
Mineral ada yang merupakan unsur bebas dan ada yang merupakan bentuk
persenyawaan.
1. Silicates
Menyusun 95 % bagian litosfer dan mantel bumi bagian atas. Komposisi
utamanya adalah Silicon ( Si ) dan Oksigen ( O ).
Framework silicates, yang paling berlimpah di alam adalah :

Quartz
Feldspars:
Orthoclase, Kaya akan Kalium ( K )
Plagioclase, Kaya akan Kalsium ( Ca ) dan Natrium ( Na )
Sheet silicates
Mica
Muscovite, kaya akan Alumunium ( Al ) dan berwarna cerah
Biotite, kaya akan Besi ( Fe ) dan berwarna gelap
Chain silicates
Pyroxenes, berantai tunggal
Amphiboles, berantai ganda
Single tetrahedron
Olivine
2.

Oxides
Tersusun dari Oksigen ( O ) dan logam atau ion-ion lain.

Hematite

Magnetite (Fe3O4)

Corundum (Al2O3)

(Fe2O3)

3. Carbonates
Tersusun dari ion inti (CO3)2 , yang berkombinasi atau bergabung
dengan Ca, Mg, Fe, Cu, dan lain-lain. Terdapat kurang lebih 80 jenis
mineral karbonat, tetapi yang paling umum adalah :

Calcite (CaCO3)
Aragonite (

Dolomite (CaMg(CO3)2)
4. Sulfides
Merupakan kombinasi atau gabungan satu atau lebih logam dengan
sulfur ( S ). Contohnya adalah :
Galena(PbS)
Pyrite (FeS2) Kalkopirit (CuFeO2)

5.

Sulfates
Penyusun utamanya adalah ion Sulfat ( SO4 ) yang berkombinasi atau
bergabung dengan Ca, Ba, Mg, Fe, Cu, dan lain-lain. Contohnya adalah :

Gypsum (CaSO4 . 2H2O )

Anhydrite (CaSO4)

Barite (BaSO4 )

6. Posphates
Penyusun utamanya adalah ion Fosfat (PO4) yang berkombinasi atau
bergabung dengan Ca, Ba, Mg, Fe, Cu, dan lain-lain. Contohnya adalah :
Apatite

(2Ca5 PO4)3 F

7. Native elements
Contoh mineralnya adalah :
Logam

Gold

(Au)

Silver

(Ag)

Platinum

(Pt)

Non-Logam :

Diamond

(C)

Graphite

(C)

Sulfur (S)

B. SIFAT FISIK MINERAL


Mineral-mineral batuan yang umum dan juga mineral-mineral ekonomis yang
jarang terdapat biasanya dapat dikenal tanpa alat-alat yang khusus dan rumit,
tetapi hanya cukup mengenal sifat-sifat fisik yang meliputi :
1. WARNA (COLOUR)
Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dapat
dibedakan menjadi:
a. Idiokhromatik, apabila warna mineral selalu tetap. Pada umumnya
dijumpai padamineral-mineral yang tidak tembus cahaya atau berkilap
logam. Contoh: magnetit (Fe3O4), galena (PbS), dll.
b.

Allokhromatik, apabila warna mineral tidak tetap tegantung pada material


pengotornya. Pada umumnya dijimpai pada mineral yang tembus cahaya atau
berkilap non logam. Contoh: kuarsa (SiO2), gypsum (CaSO4.2H2O), kalsit (CaCO3),
dll.
c. Opalesen, apabila warna mineral yang bergelombang seperti mutiara.
d. Irisiden, apabila permainan warna yang cemerlang karena adanya
selaput pada permukaan mineral.
e. Chatoyancy, apabila warna pantulan seperti mutiara.
f. Tarnish, apabila warna muka mineral yang lapuk karena pengaruh
udara.

g. Asterisme, apabila pantulan sinar yang member gambaran seperti


bintang.
Ada beberapa mineral yang bervariasi warna-warna dari mineral
antara
a.

Putih

b. Kuning

lain:
: Kaolinite, Gypsum
: Belerang

c. Kuning Emas : Pyrite, Chalcopyrite, Emas


d. Hijau

: Chlorite, Malachite, Serpentine

e. Biru

: Azurite, Limonite

f. Coklat

: Biotite, Limonite

g. Abu-abu

: Galena, Hematite

h. Tak berwarna : Quartz, Calcite, Diamond.

Gambar11. contoh Mineral


2. KILAP (LUSTER)
Kilap dalah kesan mineral yang ditunjukkan oleh pantulan cahaya yang
dikenakan padanya, atau dengan kata lain intensitas cahaya yang
dipantulkannoleh permukaan kristal. Kilap dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Kilap logam (metallic luster), bila terkena cahaya mineral akan
memberikan kesan seperti logam. Contoh: galena (abu-abu logam),
pyrite (kuning emas).
b. Kilap sub logam (sub metallic luster), bila terkena cahaya mineral
akan memberikan kesan setengah logam. Contoh: pirolusit (abu-abu
baja), magnetit (hitam besi), monasit (hitam besi).
c. Kilap non logam (non metallic luster), bila terkena cahaya mineral
tidak memberikan kesan seperti logam. Kilap non logam dibedakan
menjadi 6 macam, yaitu:
1. Kilap kaca (vitreous luster)
2. Kilap intan (adamantain luster)
3. Kilap sutera (silky luster)
4. Kilap dammar (resinous luster)
5. Kilap lemak (greasy luster)

6. Kilap mutiara (pearly luster)

Gambar 12.contoh Kilap

3. CERAT (STREAK)
Cerat/warna gores merupakan warna mineral bila dijadikan bubuk warna
ceratnya adalah tetap untuk mineral tertentu. Warna cerat didapat dengan
menggoreskan mineral pada keping cerat porselen bagian yang tidak
licin.Bagi mineral yang lebih keras dari keping porselen, mineral dilumatkan
dengan montir, atau skala kekerasan mineral yang lebih tinggi dari mineral
tersebut.

Gambar 13.contoh Gores / Cerat

4. KEKERASAN (HARDNESS)
Kekerasan adalah ketahanan suatu mineral terhadap goresan. Standar
kekerasan yang biasa dipakai adalah kekerasan dari SKALA MOHS, yang
mempunyai 10 skala dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak dan skala 10
untuk mineral terkeras.

Tabel Skala Mosh :


Skala

Mineral

Rumus Kimia

kekerasan
1

Talk

H2Mg3(SiO3)4

Gypsum

CaSO4. 2H2O

Calsite

CaCO3

Fluorite

CaF2

Apatite
Orthoclas

CaF2Ca3(PO4)2

K Al Si3 O8

e
Quartz

Topas

9
10

Corundum Al2O3
Diamond
C

SiO2
Al2SiO3O8

Kuku jari manusia : 2,5


Kawat tembaga

:3

Pecahan kaca

: 5,5-6

Pisau baja

: 5,5-6

Kikir baja

: 6,5-7

Lempeng baja

:7

5. BELAHAN (CLEVEAGE)
Belahan adalah kenampakan mineral untuk membelah mengikuti satu atau
beberapa arah bidang belahan yang rata, halus dan licin serta pada umumnya
selalu berpasangan.
a. Belahan sempurna (perfect cleveage), ada bidang belahan dan mudah
dibelah.

b. Belahan baik (good cleveage), ada bidang belahan tetapi tidak mudah
dibelah.
c. Belahan tidak jelas (indistinc cleveage), bidang belahan seperti garis
atau kenampakan striasi pada bidang belahannya.
d. Belahan tidak menentu, tidak ada belahan.

Gambar 14.contoh Belahan

6. PECAHAN (FRACTURE)

Pecahan adalah kenampakan pada mineral akibat pukulan dari luar, pecahan
memperlihatkan pemukaan yang tidak teratur, sehingga memantulkan cahaya
ke segala arah dan tidak teratur.Sedangkan bidang belahan memperlihatkan
bidang permukaan yang licin dan halus, sehingga mampu memantulkan
berkas cahaya yang sejajar.

Gambar 15.contoh Pecahan


Pecahan mineral dibedakan menjadi 5, yaitu:
a. Pecahan konkoidal (conchoidal fracture), memperlihatkan gelombang
yang melengkung di permukaan, seperti kenampakan bagian luar kulit
kerang atau botol yang di pecah.
b. Pecahan berserat (splintery, fibrous fracture), memperlihatkan gejala
seperti serat atau daging.
c. Pecahan tidak rata (uneven fracture), menunjukkan kenampakkan
permukaan yang tidak teratur dan kasar.
d. Pecahan rata (even fracture), menunjukkan kenampakkan permukaan
yang rata dan halus.

e. Pecahan runcing (hackly fracture), menunjukan permukaan yang tidak


teratur, kasar dan ujungnya runcing-runcing.
7. BENTUK DAN STRUKTUR (PERAWAKAN) MINERAL
Bentuk mineral:
a. Kristalin, adalah mineral yang mempunyai bidang kristal yang ideal
dan biasanya terdapat pada mineral yang mempunyai bidang belahan.
b. Amorf, adalah mineral yang mempunyai batas-batas Kristal yang
tidak jelas.
Struktur (perawakan):
1. Elongated habits (memanjang)
a. Meniang (columnar joint), bentuk Kristal prismatic yang
menyerupai tiang.
b. Menyerat (fibrous), bentuk kristal yang menyerupai serat-serat
kecil.
c. Menjarum (occicular), bentuk kristal yang menyerupai jarumjarum kecil.
d. Menjaring (reticulate), bentuk kristal yang kecil panjang yang
tersusun menyerupai jaring.
e. Membenang

(filliform),

bentuk

Kristal

yang

kecil-kecil

menyerupai benang.
f. Merambut (capillary), bentuk Kristal kecil-kecil menyerupai
rambut.

g. Mondok (stout, stabby, equant), bentuk Kristal pendek, gemuk,


sering terdapat pada Kristal-kristal dengan sumbu c pendek.
h. Membintang (stellated), bentuk Kristal yang tersusun menyerupai
bintang.
i. Menjari (radiated), bentuk Kristal yang tersusun menyerupai
bentuk jari-jari.
2. Flattened habits (memipih)
a. Membilah (blade), bentuk Kristal yang panjang dan tipis
menyerupai bilah kayu dengan perbandingan antara lebar
dengan tebal sangat jauh.
b. Memapan (tabular), bentuk Kristal pipih menyerupai bentuk
papan, dimana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh.
c. Membata (blocky), bentuk Kristal tebal menyerupai bentuk
bata, dengan perbandingan antara tebal dengan lebar hamper
sama.
d. Mendaun (foliated), bentuk Kristal pipih dengan melapis atau
lamellar, perlapisan yang mudah dikupas dan dipisahkan.
e. Memancar (divergent), bentuk Kristal Kristal yang tersusun
menyerupai bentuk kipas terbuka.
f. Membulu (plumose), bentuk Kristal yang tersusun membentuk
tumpukan bulu.
3. Rounded habits (membundar)
a. Mendada (mamiliary), bentuk Kristal menyerupai buah dada.

b. Membulat (colloform), bentuk Kristal yang menunjukkan


permukaan yang bulat-bulat.
c. Membulat jari (colloform radial), bentuk Kristal yang
membulat dengan struktur dalam memencar menyerupai
bentuk jari.
d. Membutir (granular), kelompok Kristal kecil yang membentuk
butiran.
e. Stalaktit, bentuk Kristal yang membulat dengan litologi
gamping.
8. TENACITY
Tenacity

adalah

suatu

daya

tahan

mineral

terhadap

pemecahan,

pembengkokkan, penghancuran dan pemotongan.


Macam tenacity:
a. Brittle, apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.
b. Sectile, apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak
berkurang menjadi tepung.
c. Malleable, apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.
d. Ductile, apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan jika
dilepaskan, mineral kembali seperti semula.
e. Flexible, apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan
mudah.
f. Elastic, apabila mineral dapat merenggang bila ditarik dan jika
dilepaskan akan kembali semula.

9. KEMAGNETAN
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet.
a. Ferromagnetic, apabila mineral itu tertarik kuat oleh magnet.
b. Paramagnetic, apabila mineral itu tertarik agak kuat oleh magnet.
c. Diamagnetic, apabila mineral itu tidak tertarik oleh magnet.
10. BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY)
Berat jenis adalah perbandingan antara berat mineral di udara terhadap
volumenya di dalam air. Berat jenis dapat dihitung dengan:
a. Piknometer
Mineral ditimbang, misalnya beratnya = G gram, piknometer penuh
air dan mineral (diluar piknometer) bersama-sama ditimbang beratnya
= P gram. Piknometer penuh air dimasukki mineral, ditimbang
beratnya = Q gram.
Berat air yang tumpah = (P-Q) gram
Volume air yang tumpah = (P-Q) cm3
Volume mineral = volume air yang tumpah = (P-Q) cm3

Berat jenis mineral =

gram/cm3

b. Gelas ukur
Mineral ditimbang, beratnya = G gram
Mineral diukur volumenya dengan gelas ukur, misalnya V cm3

Jadi, berat jenis mineral =

gram/cm3

c. Neraca air
Mineral di udara di timbang, beratnya = G gram
Mineral di dalam air ditimbang, beratnya = A gram
Gaya Archimedes = KA = (G-A) gram = berat air yang dipindahkan
oleh mineral itu.
Volume air yang di pindahkan oleh mineral itu = volume mineral =
(G-A) cm3
Jadi, berat jenis mineral =

gram/cm3

C. SIFAT KIMIA MINERAL

Pengujian dengan tetes larutan HCL 0,1 N


Dilakukan dengan untuk mengetahui kandungan mineral-mineral
karbonat, yaitu kalsit CaCO3, aragonite CaCO3, dolomite CaMg(CO3)2,
dan siderite FeCO3. Mineral-mineral tersebut akan bui ketika di tetesi
dengan larutan HCL 0,1 N.

Pengujian dengan tetes kobal nitrat


Dilakukan dengan maksud untuk mengetahui mineral-mineral kelompok
potash feldspar (orthoclase K Al Si3O8, anorthoclase (Na, K) Al SiO3O8).

Pengujian dengan larutan alizaring red

Dilakukan dengan maksud untuk membedakan antara mineral kalsit


(CaCO3). Batu gamping dengan kandungan kalsit dan dolomite akan
memberikan perubahan warna jika di beri tetes alizarin red.

BAB III
HASIL PRAKTIKUM
III.1. Hasil Penggambaran Sistem Kristal

III.2. Hasil Deskripsi Mineral

BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN
IV.1. KESIMPULAN
Dengan mempelajari dan melakukan praktikum tentang Mineralogi dan
Kristalografi. Dapat saya ambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya untuk dapat
mengenal, mengetahui dan menguasai ilmu tentang kristal dan mineral dalam studi
Geologi. Karena kristal dan mineral sendiri adalah merupakan salah satu dasar yang
paling penting dalam ilmu Geologi itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan oleh kristal
menjadi salah satu dasar untuk mempelajari ilmu tentang mineral yang akan dipelajari
pada tahap selanjutnya. Jika tidak menguasai dan mengenal tentang kristal, akan
sangat sulit untuk selanjutnya memmahami Mineralogi, dan mineral itu sendiri adalah
pembentuk batuan, sedangkan batuan itu adalah inti dari Geologi. Hal ini juga
menyebabkan Mineralogi dan Kristalografi menjadi syarat untuk dapat melanjutkan
studi pada mata kuliah dan praktikum Petrologi yang akan dipelajari selanjutnya.
Selama melakukan praktikum Mineralogi dan Kristalografi, praktikum diharapkan
mampu mengenal, mengklasifikasi, mendeskripsi serta menggambar sketsa dari
masing-masing ancer kristal yang ada, yaitu, Isometrik, Tetragonal, Hexagonal,
Trigonal, Orthorhombik, Monoklin serta Triklin. Dan tentu saja praktikum diharapkan
mampu untuk mengetahui defenisi dari kristal itu sendiri, proses-proses
pembentukkannya, dan juga mengetahui ancer-unsur yang ada pada kristal itu sendiri.
Seperti sumbu simetri, sudut simetri, dan juga bidang simetri. Selain itu praktikum

juga harus mengetahui aplikasi dari Mineralogi dan Kristalografi itu sendiri,
khususnya dibidang Geologi.
Dalam praktikum Mineralogi dan Kristalografi yang dilakukan dilaboratorium
Mineralogi dan Kristalografi pada jurusan Teknik Geologi, Institut Teknologi
AKPRIND Yogyakarta. Digunakan proyeksi Orthogonal dalam melakukan
penggambaran atau sketsa kristal. Metode penggambaran ini dilakukan dengan
menggunakan persilangan sumbu yang akan menghasilkan sketsa tiga dimensi dari
kristal. Penggambaran kristal dilakukan sesuai dengan hasil deskripsi kristal yang
telah dilakukan. Pendeskripsian dilakukan dengan langkah-langkah menentukan
jumlah ancer-unsur simetri, kelas simetri, simbolisasi Herman-Mauguin, simbolisasi
Schoenflish, indeks Miller-Weiss serta menentukan nama bentuk kristal dan contohcontoh mineralnya.
Setelah mempelajari dan melakukan praktikum Mineralogi dan Kristalografi,
diharapkan untuk kedepannya dalam mempelajari Mineralogi akan dapat lebih mudah
dengan memiliki dasar-dasar yang telah didapat pada Kristalografi.

IV.2. SARAN
Selama mempelajari dan melakukan praktikum Mineralogi dan Kristalografi ,
telah banyak yang dapat kita pelajari. Baik dalam hal ilmu tentang kristal itu sendiri
pada khususnya serta tentang aplikasi dan manfaatnya dalam bidang Geologi dan juga
dikehidupan sehari-hari.
Dalam melakukan praktikum Kristalografi, dapat kita sadari bersama ada
beberapa kekurangan yang cukup menghambat berjalannya proses praktikum. Salah
satu yang paling dapat dirasakan adalah kurangnya jumlah sampel (contoh) kristal
yang ada dilaboratorium Kristalografi dan Mineralogi. Maka diharapkan agar
kedepannya kekurangan tersebut dapat ditutupi sehingga proses praktikum yang

dilakukan dapat berjalan ancer. Dan satu hal lagi yang juga perlu diperhatikan adalah
waktu praktikum yang kadang tidak tepat pada waktunya. Diharapkan agar untuk
kedepannya kita dapat sama-sama untuk menjaga hal tersebut agar tidak terulang atau
paling tidak dikurangi. Dengan begitu diharapkan praktikum yang dilakukan dapat
lebih baik lagi.
Namun pada dasarnya, diluar kekurangan-kekurangan yang ada. Praktikum
yang dilakukan sudah cukup baik. Dan tentu saja kita semua berharap agar dapat
terus lebih baik lagi dimasa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Hambiln, W. K. dan Howard, J. D, 1971, Physical Geology Laboratorium Manual,
Burgess Publising Company, Minesota, 188p.
Mason, B. and Berry, L.G, 1968, Elements of Mineralogy, W.K Freeman and
Company, San Francisco, 550 p.
Miftahussalam Ir.dkk, Buku Pedoman Pratikum Geologi Fisik. Yogyakarta :
AKPRIND.
Mulyo Agung, 2004. Pengantar ilmu kebumian.CV.Pustaka Setia Bandung
Geologi Dasar (Buku Petunjuk Praktikum). Penerbit: Fakultas Teknik Geologi UPN
Veteran Yogyakarta.

LAMPIRAN
-Hasil Lapangan

-Hasil Penggambaran Sistem Kristal Saat Praktikum

Anda mungkin juga menyukai