Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

KRISTALOGRAFI & MINERALOGI

Disusun oleh:

Evansander Arjun
231.10.8021

LABORATORIUM MINERALOGI & PETROLOGI


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan sebagai salah satu syarat unyuk menyelesaikan Praktikum Kristalografi
&mineralogi semester 1 pada Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Penyusun:

Evansander Arjun
231.10.8021

Disetujui Oleh:
Asisten Praktikum Kristalografi & Mineralogi

1. Muhammad Fahrorrozi (191.10.1015) (……………)


2. M. Darmansyah Putra (201.10.1007) (……………)
3. Risca Aprilia (201.10.4041) (……………)

Mengetahui,
Kepala Laboratorium Sumberdaya Mineral

Ir. Danis Agoes Wiloso, S.T., M.T.


NIK. 16.0869.767
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Alat dan Bahan
1.4 Waktu, Lokasi dan Pelaksanaan Praktikum
BAB 2 KRISTALOGRAFI
2.1 Dasar Teori
2.2 Simbol Kristalografi
2.3 Geometri Kristal
2.4 Sistem Kristal
2.4.1 Sistem Kristal Isometrik
A. Ketentuan Sistem Kristal Isometrik
B. Cara Menggambar Sistem Kristal Isometrik
Lampiran
2.4.2 Sistem Kristal Hexagonal
A. Ketentuan Sistem Kristal Hexagonal
B. Cara Menggambar Sistem Kristal Hexagonal
Lampiran
2.4.3 Sistem Kristal Tetragonal
A. Ketentuan Sistem Kristal Tetragonal
B. Cara Menggambar Sistem Kristal Tetragonal
Lampiran
2.4.4 Sistem Kristal Orthorombik
A. Ketentuan Sistem Kristal Orthorombik
B. Cara Menggambar Sistem Kristal Orthorombik Lampiran

2.4.5 Sistem Kristal Monoklin


A. Ketentuan Sistem Kristal Monoklin
B. Cara Menggambar Sistem Kristal Monoklin Lampiran

2.4.6 Sistem Kristal Triklin


A. Ketentuan Sistem Kristal Triklin
B. Cara Menggambar Sistem Kristal Triklin Lampiran

2.4.7 Sistem Kristal Trigonal


A. Ketentuan Sistem Kristal Trigonal
B. Cara Menggambar Sistem Kristal Trigonal Lampiran

BAB 3 MINERALOGI FISIK


3.1 Pengertian Mineralogi dan Mineral
3.2 Proses Pembentukan Mineral
3.3 Mineral Utama Pembentuk Kerak Bumi
3.4 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Mineral Lampiran

BAB 4 LAPANGAN
4.1 Geologi Regional
4.1 Lokasi, Waktu dan Kesampaian Daerah
4.2 Mineral Yang Dijumpai dan Keterdapatannya di dalam Batuan Lampiran

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kristal berasal dari bahasa Yunani yaitu “Krustallos”, terdiri atas
“kruos” yang artinya beku dan “stellein” yang artinya dingin. Jadi kristal
mengacu pada kedua kata tersebut berarti membeku karena proses pendinginan.
Kristal adalah bahan padat yang secara kimia homogen dengan bentuk geometri
tetap, sebagai gambaran dari susunan atom yang teratur, dibatasi oleh bidang
banyak (polyhedron), dengan jumlah dan kedudukan bidangbidang kristalnya
tertentu dan teratur. Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat
geometri dari kristal dan aturan-aturan yang mepengaruhi pertumbuhan,
kenampakan bentuk luar dan struktur dalam internal dan sifat-sifat fisis lainnya.
Kristalografi sangat penting di dalam pembelajaran mineralogi, karena
mineral selalu memiliki bentuk kristal yang dikenal dengan sifat kristalin. Mineral
didefinisikan sebagai suatu bahan padat, anorganik, terbentuk di alam secara
alamiah dan kristalin. Kristalin artinya tersusun atas unsur unsur kimia yang
homogen dengan bentuk geometri tetap sebagai gambaran dari susunan atom yang
teratur, jumlah dan kedudukan bidang-bidang kristalnya tertentu dan teratur. Hal
itu, dapat didefinisikan bahwa setiap mineral pastilah kristal namun tidak semua
kristal.
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,
antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya,
cara terjadinya dan kegunaannya.
1.1. Maksud dan tujuan
Maksud dari dibuatnya laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
praktikum kristalografi dan mineralogi semester I, tahun ajaran 2023/2024 sebagai
syarat responsi.
Tujuannya adalah untuk mendalami dan mengulasi kembali ilmu-ilmu
yang telah didapatkan dari praktikum maupun perkuliahan, yang beberapa di
antaranya adalah:
1. Memahami apa itu kristalografi dan mineralogi.
2. Mengetahui dan memahami 7 sistem kristal dan cara penggambarannya.
3. Dapat membedakan mineral dengan menggunkan mata biasa.
4. Dapat mendeskripsikan mineral dari sifat fisik dan sifat kimia.
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan praktikum
ini adalah sebagai berikut :

1. Pensil mekanik ukuran 0,5 mm


2. Drawing pen ukuran 0,2 mm
3. Penggaris segitiga 1 set nomor 10 atau lebih
4. Busur 360°
5. Pensil warna
6. Lembar kerja sistem kristal
7. Lembar deskripsi mineral
8. Scribber pen
9. Loupe
1.4. Waktu, Lokasi, dan Pelaksanaan Praktikum

1. Waktu
Waktu pelaksanaan praktikum kristalografi dan mineralogi yaitu pukul 9.45–
11.45 WIB.

2. Lokasi
Lokasi praktikum kristalografi dan mineralogi yaitu di Laboratorium Sumber
Data Mineral IST AKPRIND Yogyakarta, Jl. Dewan Nyoman Oka No.32,
Kotabaru – Yogyakarta 55224.

3. Pelaksanaan praktikum
Pelaksanaan praktikum kristalografi dan mineralogi dilakukan sekali dalam
satu minggu, yaitu pada hari Rabu.
BAB II
KRISTALOGRAFI

2.1. Dasar Teori


Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri
dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar,
struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisik lainnya.

1. Sifat geometri
Memberikan pengertian letak, panjang, dan jumlah sumbu kristal yang
menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar
yang membatasinya.

2. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar


Bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang
pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal
dengan bentuk kristal yang lain yang masih dalam satu sistem kristalografi,
ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.

3. Stuktur dalam
Membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal, juga menghitung
parameter dan parameter rasio.

4. Sifat fisik kristal


Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya
tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang- bidang
kristal, sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.

Sumbu Kristalografi merupakan suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat
kristal. Kristal mempunyai bentuk 3 dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tinggi.
Tetapi, dalam penggambarannya dibuat 2 dimensi sehingga digunakan
proyeksi orthogonal. Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh
perpotongan sumbu-sumbu kristalografi pada titik potong (pusat kristal).
Gambar 2.1 Sumbu kristal

(Sumber: Buku Panduan Praktikum Kristalografi dan Mineralogi IST AKPRIND, 2022)

Keterangan sumbu dan sudut :


a. Sumbu a: sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas
b. Sumbu b: sumbu yang horizontal pada bidang kertas.
c. Sumbu c: sumbu yang vertikal pada bidang kertas.
d. Sudut α adalah sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c.
e. Sudut β adalah sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c.
f. Sudut γ adalah sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b.
Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, klasifikasi ini didasarkan atas
:
a. Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografi.
b. Letak atau posisi sumbu kristalografi.
c. Jumlah sumbu kristalografi.
d. Nilai sumbu C atau sumbu vertikal.
2.2. Simbol Kristalografi

Simbol Weiss dan Simbol Miller


1. Simbol Weiss dipakai dalam penggambaran kristal ke bentuk
proyeksi orthogonal dan proyeksi stereografis.
Simbol Weiss = Bagian yang terpotong : satuan ukur
2. Simbol Miller dipakai sebagai simbol bidang dan simbol bentuk suatu
kristal.
Simbol Miller = Satuan ukur : bagian yang terpotong
Klas Simetri
Pengelompokkan dalam klas simetri didasarkan pada:
1. Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah adalah garis lurus yang dibuat melalu pusat
kristal, dimana apabila kristal tersebut diputar sebesar 360 0 dengan garis
tersebut sebagai poros putarannya, maka pada kedudukan tertentu, kristal
tersebut akan menunjukkan kenampakan-kenampakan seperti semula. Ada 4
jenis Sumbu Simetri yaitu:

a. Sumbu simetri gyre


Berlaku bilamana kenampakan satu sama lain pada kedua belah pihak
atau ujung sumbu sama di notasikan dengan huruf L (Linier) atau g (gyre).
Penulisan nilai pada kanan atas atau kanan bawah posisi. Contoh:
L4=L4=g4=g4
b. Sumbu cermin putar (gyroide)
Sumbu cermin putar didapat dari kombinasi suatu perputaran
dimana sumbu tersebut sebagai porosnya, dengan pencerminan ke
arah suatu bidang cermin putar yang tegak lurus dengan sumbu
tersebut. Bidang cermin ini disebut cermin putaran atau bidang
normal. Macamnya adalah, digyroide, trigyroide, tetragyroide,
hexagyroide.
c. Sumbu inversi putar
Sumbu ini merupakan hasil perputaran dengan sumbu tersebut
sebagai porosnya, dilanjutkan dengan menginversikan atau
membalik melalui titik atau pusat simetri pada sumbu tersebut
(sentrum inversi). Dinotasikan sebagai 4, 6, dan sebagainya. Sering
pula ditulis dengan huruf “L” kemudian di sebelah kanan atas ditulis
nilai sumbu dan kanan bawah ditulis “i”.
2. Bidang Simetri
Bidang kristal adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan
membelah kristal menjadi 2 bagian sama besar, dimana bagian yang satu
merupakan pencerminan dari bagian belahan yang lain. Dinotasikan m.
Bidang simetri dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

a. Bidang simetri utama


Bidang simetri utama merupakan bidang yang dibuat melalui 2
buah sumbu simetri utama kristal dan membagi 2 bagian yang sama besar.
Bidang simetri utama ada 2, yaitu:
1) Bidang simetri utama horizontal, dinotasikan dengan h.
2) Bidang simetri utama vertikal, dinotasikan dengan h.
b. Bidang simetri tambahan atau diagonal
Bidang simetri diagonal merupakan bidang simetri yang dibuat
melalui satu sumbu simetri utama kristal. Bidang ini sering disebut dengan
bidang diagonal saja dengan notasi d.
3. Pusat Simetri

Pusat simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat dibuat
garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengna yang laiin
dengan jarak yang sama dijumpai kenampakan yang sama. Pusat simetri
selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum tentu
merupakan pusat simetri.

2.3. Geometri Kristal

Kristal didefinisikan sebagai komposisi atom-atom zat padat yang


memiliki susunan teratur dan periodik dalam pola tiga dimensi. Keteraturan
susunan tersebut terjadi karena kondisi geometris yang harus memenuhi
adanya ikatan atom yang berarah dan susunan yang rapat. Atom-atom
bergabung membentuk padatan (solid), atom-atom itu mengatur dirinya
sendiri dalam pola tatanan tertentu yang disebut kristal. Susunan khas atom-
atom dalam kristal disebut struktur kristal. Struktur kristal terbentuk dari
gabungan sel satuan yang merupakan sekumpulan atom yang tersusun
secara khusus dan periodik berulang dalam tiga dimensi pada suatu kisi
kristal. Kumpulan atom penyusun kristal sering juga disebut dengan basis
dan kedudukan atom-atom di dalam ruang dinyatakan oleh kisi. Dari
strukturnya, zat padat dibagi menjadi tiga yaitu monocrystal (kristal
tunggal), polycrystal, dan amorf. Pada kristal tunggal (monocrystal), atom
atau penyusunnya mempunyai struktur tetap karena atom-atom
penyusunnya tersusun secara teratur dalam pola tiga dimensi dan pola-pola
ini berulang secara periodik dalam rentang yang panjang tak berhingga.
Polycrystal adalah kumpulan dari kristal-kristal tunggal yang memiliki
ukuran sangat kecil dan saling menumpuk yang membentuk benda padat.
Amorf memiliki pola susunan atom-atom atau molekul-molekul yang acak
dan tidak teratur secara berulang. Amorf terbentuk karena proses
pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atom tidak dapat dengan tepat
menempati lokasi kisinya.Untuk mengetahui susunan atom kristal dan
amorf.

Susunan khas atom-atom dalam kristal disebut struktur kristal. Struktur


kristal dibangun oleh sel satuan (unit cell). Sel satuan adalah bagian terkecil
dari unit struktur yang dapat menjelaskan struktur suatu kristal. Tiga sisi
suatu sel satuan disebut sudut-sudut permukaan batas (antar permukaan).
Pengulangan dari sel satuan akan mewakili struktur secara keseluruhan.
Geometri kristal dalam ruang tiga dimensi yang merupakan karakteristik
kristal memiliki pola yang berbeda-beda. Suatu kristal yang terdiri dari
jutaan atom dapat dinyatakan dengan ukuran, bentuk, dan 14 susunan sel
satuan yang berulang dengan pola pertualangan yang menjadi ciri khas dari
suatu kristal.
Gambar 2.2. Sumbu dan sudut antar kristal
(Sumber: eprints.uny.ac.id)
Sumbu-sumbu a, b, dan c adalah sumbu-sumbu yang dikaitkan dengan
parameter kisi kristal. Sedangkan α, β, dan γ merupakan sudut antar sumbu-
sumbu referensi kristal. Berdasarkan sumbu-sumbu a, b, dan c (kisi bidang)
dan sudut α, β, dan γ (kisi ruang), kristal dikelompokkan menjadi 7 sistem
kristal (hubungan sudut satu dengan sudut yang lain) dengan 14 kisi bravis
(perbandingan antara sumbu-sumbu kristal).

Tabel 2.1. Sistem kristal dan kisi bravis


(Sumber: anonim, 2019)
2.4. Sistem Kristal

Di alam terdapat ribuan bentuk kristal, ada yang berbentuk prismatik,


piramid, rombis, trapezoid, kubus, skalenoid dan lain-lain. Namun, ke
semua bentuk kristal tersebut memiliki sifat tertentu, yang di dalamnya
dapat dikelompokkan ke dalam 7 sistem kristal. Sistem kristal dapat
digolongkan berdasarkan:

a. Jumlah sumbu kristal


b. Letak sumbu kristal yang satu terhadap yang lain dan sudut yang dibentuk
oleh sumbu-sumbu kristal tersebut
c. Parameter yang digunakan untuk masing-masing sifat sumbu kristal.
2.4.1. Sistem Kristal Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan
sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling
tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang
sama untuk masing-masing sumbunya. Pada kondisi sebenarnya, sistem
kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b = c, yang
artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c.
Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Pada sistem ini,
semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

Gambar 2.3. Bentuk-bentuk sistem kristal isometrik


(Sumber: Buku Kristalografi & Mineralogi, Sri Mulyani, 2018)
A. Ketentuan Sistem Kristal Isometrik
a. Jumlah sumbu ada 3 dengan perbandingan, a = b = c
b. Sudut α = β = γ = 900
c. Karena sumbu a = sumbu b = sumbu c, maka disebut juga sumbu a.
Sistem Isometrik dibagi menjadi 5 kelas, yaitu :
1. Kelas Tetratoidal
a. Kelas: ke-28, simetri : 2 3
b. Elemen simetri: terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu
putar dua.
c. Garis sumbu kristal: tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2,
dan a3.
d. Sudut: ketiga-tiganya 90o
e. Bentuk umum: tetartoidal yang unik, serta piritohedron, kubik,
deltoidal dodekahedron, pentagonal dodekahedron, tetrahedron.
f. Mineral yang umum: korderoit, gersdorffit, langbeinit, maghemit,
micherenit, pharmakosiderit, ulmanit, dan lain-lain.
2. Kelas Heksotahedral
a. Kelas: ke-32, simetri: 4/m 3bar 2/m
b. Elemen simetri: merupakan kelas yang paling simetri untuk bidang
tiga dimensi dengan empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar
dua, dan sumbu putar dua, dengan sembilan bidang utama dan satu
pusat.
c. Garis sumbu kristal: tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2,
dan a3.
d. Sudut: ketiga-tiganya 90o
e. Bentuk umum: kubik, bidang delapan, bidang dua belas, dan
trapezium, trisoktahedron, tetraheksahedron, dan heksotahedron.
f. Mineral yang umum : fluorit, galena, intan, tembaga, besi, timah,
platina, perak, emas, halit, bromargirit, klorargirit, murdosit,
kiroklor, garnet.
3. Kelas Hekstetrahedral
a. Kelas: ke-31, simetri: 4bar 3/m
b. Elemen simetri: terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu
putar empat, dan enam bidang kaca.
c. Sumbu kristal : tiga sumbu sama panjang yang disebut a1, a2, dan a3.
d. Sudut: ketiga-tiganya 90o
e. Bentuk umum: empat sisi, tristetrahedron, deltoidal dodekahedron,
dan hekstetrahedron serta yang jarang kubik, rhombik dodekahedron
dan tetraheksahedron.
f. Mineral yang umum: sodalit, sphalerit, domeykit, hauyne, lazurit,
rhodizite, dan lain-lain.
4. Kelas Diploidal
a. Kelas: ke-29, simetri: 2/m 3bar.
b. Elemen simetri: terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu
putar dua, dan tiga bidang kaca dan satu pusat.
c. Garis sumbu kristal: tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2,
dan a3.
d. Sudut: ketiga-tiganya 90o.
e. Bentuk umum: diploid dan piritohedron dan juga kubik,
oktahedron, rhombik dodekahedron, trapezohedron, dan
trisoktahedron.
f. Mineral yang umum: kobaltit, haurit, penrosit, laurit, pirit.
5. Kelas Giroid
a. Kelas: ke-30, simetri: 4 3 2.
b. Elemen simetri: terdapat tiga sumbu putar empat, dan empat
sumbu putar tiga, dan enam sumbu putar dua.
c. Garis sumbu kristal: tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2,
dan a3.
d. Sudut: ketiga-tiganya 90o.
e. Bentuk umum: kubik, oktahedron, dodekahedron, trapezohedron,
serta yang jarang trisoktahedron dan tetraheksahedron.
f. Mineral yang umum: cuprit, voltait, dan sal amoniak.
B. Cara Menggambar Sistem Kristal Isometrik
Di dalam penggambarannya, sistem kristal isometrik harus
digambarkan dengan perbandingan sumbu a1, a2 dan a3 = 1 : 3 : 3. Artinya,
pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu a3 juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Sudut antara sumbu a1 dengan a2 (α)
digambarkan pada 150o, sudut antara a2 dengan a3 (β) digambarkan 90 o,
sudut antara -a3 dengan a1 (γ ) digambarkan 120 o, dan sudut antara a1
dengan -a2 digambarkan 30 o .

Gambar 2.4. Penggambaran sistem kristal isometrik


(Sumber: Buku Kristalografi & Mineralogi, Sri Mulyani, 2018)
2.4.2. Sistem Kristal Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing
membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d
memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang
atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial
ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a
sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan
sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal
ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan
membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Gambar 2.5. Bentuk sistem kristal hexagonal
(Sumber: Buku Kristalografi & Mineralogi, Sri Mulyaningsih, 2018)
A. Ketentuan sistem kristal Hexagonal
a. Jumlah sumbu ada 4 sumbu yaitu a, b, c, d
b. Sumbu : a = b = d ≠ c
c. Sudut : β1 = β2 = β3 = 900 Sudut : γ1 = γ2 = γ3 = 1200
d. Sumbu a, b, dan d terletak dalam bidang horisontal/lateral dan
membentuk ∠600. Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari
sumbu a.
Sistem Hexagonal dibagi menjadi 7 kelas :
1. Hexagonal Piramid
a. Kelas: ke-14
b. Simetri: 6
c. Elemen simetri: hanya terdapat 1 sumbu putar enam.
2. Hexagonal Bipramid
a. Kelas: ke-16
b. Simetri: 6/m
c. Elemen simetri :terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri.
3. Dihexagonal Piramid
a. Kelas: ke-18
b. Simetri: 6 m/m
c. Elemen simetri: terdapat 1 sumbu putar enam, 6 bidang simetri.
4. Dihexagonal Bipiramid
a. Kelas: ke-20
b. Simetri: 6/m 2/m 2/m
c. Elemen simetri: terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua, 7
bidang simetri masing-masing berpotongan tegak lurus terhadap salah
satu sumbu rotasi dan satu pusat.
5. Trigonal Bipiramid
a. Kelas: ke-1
b. Simetri: 6/m
c. Elemen simetri: terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri.
6. Ditrigonal Bipiramid
a. Kelas: ke-17
b. Simetri: 6/2m
c. Elemen simetri: terdapat 1 sumbu putar enam, 3 sumbu putar
dua, dan 4 bidang simetri.
7. Hexagonal Trapezohedral
a. Kelas: ke-19
b. Simetri: 6 2 2
c. Elemen simetri: terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua.
B. Cara Menggambar sistem kristal Hexagonal
Dalam penggambarannya, sistem kristal hexagonal harus digambarkan
dengan perbandingan sumbu a1 : a2 : a3 : c = 1.5 : 1.5 : 2 : 3. Artinya, pada
sumbu a1= a2 ditarik garis dengan nilai 1.5, pada sumbu b ditarik garis
dengan nilai 2, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan,
hanya perbandingan). Sudut antara a1 dengan -b = 150, sudut antara a2
dengan a3 = 150, sudut antara sumbu a3 dengan c = 900, sudut antara c
dengan a1 dan c dengan a2 = 1150.
Gambar 2.6. Penggambaran sistem kristal hexagonal
(Sumber: Buku Kristalografi & Mineralogi, Sri Mulyaningsih, 2018)
2.4.3. Sistem kristal Tetragonal
Sistem tetragonal sama dengan sistem Isometrik, karena sistem kristal
ini mempunyai tiga sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus.
Sumbu a1 dan a2 mempunyai satuan panjang sama, sedangkan sumbu c
berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya
lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio atau
perbandingan sumbu a1 = a2 ≠ c , yang artinya panjang sumbu a1 sama
dengan sumbu a2 tapi tidak sama dengan sumbu c, dan juga memiliki
sudut kristalografi α = β = γ = 90˚.

Gambar 2.7. Penggambaran sistem kristal tetragonal


(Sumber: Buku Kristalografi & Mineralogi, Sri Mulyaningsih, 2018)
A. Ketentuan Sistem Kristal Tetragonal
a. Jumlah sumbu ada 3 Sumbu yaitu : a = b ≠ c
b. Sudut: α = β = γ = 900
c. Karena sumbu a = sumbu b disebut juga sumbu sumbu a. Sumbu c
bisa lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu a atau b. Bila sumbu c
lebih panjang dari sumbu a dan sumbu b disebut bentuk columnar.
Bila sumbu c lebih pendek dari sumbu a dan sumbu b disebut bentuk
stout.
Sistem Tetragonal dibagi menjadi 7 kelas, yaitu :
1. Ditetragonal Dipyramidal
a. Kelas: ke-27, simetri: 4/m 2/m 2/m
b. Elemen simetri: terdapat satu sumbu putar empat, sumbu putar dua,
lima sumbu simetri.
c. Sumbu kristal: dua sumbu a1 dan –a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu (sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu
lainnya.
d. Sudut: semuanya memiliki sudut 90o
e. Bentuk umum: ditetragonal dipiramid, tetragonal dipiramid,
ditetragonal prisma, tetragonal prisma, dan basal pinakoid.
f. Mineral yang umum: apofilit, autunit, meta-autunit, torbernit, meta-
torbernit, xenotime, carletonit, plattnerit, zircon, hausmannit,
pyrolusit, thorite, anatase, rilit, cassiterit dan lain-lain.
2. Kelas Tetragonal Trapezohedral
a. Kelas: ke-26, simetri: 4/m 2/m 2/m
b. Elemen simetri: terdapat satu sumbu putar empat, dua sumbu putar
dua, semuanya berpotongan tegak lurus ke sumbu putar lain.
c. Sumbu kristal: dua sumbu a1 dan –a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu (sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu
lainnya.
d. Sudut: semuanya memiliki sudut 90o
e. Bentuk umum: taetragonal trapezohedron, ditetragonal prisma,
tetragonal prisma, tetragonal dipiramid, dan basal pinakoid.
f. Mineral yang umum: wardit dan kristobalit.
3. Kelas Ditetragonal Piramidal
a. Kelas: ke-25, simetri : 4/m
b. Elemen simetri: terdapat satu sumbu putar empat dan empat bidang
simetri.
c. Sumbu kristal: dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu (sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu
lainnya.
d. Sudut: semuanya memiliki sudut 90o
e. Bentuk umum: ditetragonal piramid, ditetragonal prisma, tetragonal
prisma, tetragonal piramid, dan pedion.
f. Mineral yang umum: diaboleit, diomignit, fresnoit, ematophanit,
dan routhierit.
4. Kelas Tetragonal Skalahedral
a. Kelas: ke-24, simetri: 4bar 2/m
b. Elemen simetri: terdapat satu sumbu putar empat, dan dua sumbu
putar dua, dan dua bidang simetri.
c. Sumbu kristal: dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu (sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu
lainnya.
d. Sudut: semuanya memiliki sudut 90o
e. Bentuk umum: tetragonal skalahedron, disphenoid, ditetragonal
prisma, tetragonal prisma, tetragonal dipiramid, dan pinakoid.
f. Mineral yang umum: kalkopirit dan stannit termasuk akermanit,
hardistonit, melilit, urea.
5. Kelas Tetragonal Dipi ramidal
a. Kelas: ke-23, simetri: 4/m
b. Elemen simetri: terdapat satu sumbu putar empat dan satu bidang
simetri.
c. Sumbu kristal: dua sumbu a1 dan –a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu (sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu
lainnya.
d. Sudut: semuanya memiliki sudut 90o
e. Bentuk umum: tetragonal dipiramid, tetragonal prisma, dan pinakoid.
f. Mineral yang umum: scapolit, wulfenite, vesuvianit, powellit, dan
scheelit.
6. Kelas Tetragonal Disphenoidal
a. Kelas: ke-22, simetri: 4bar
b. Elemen simetri: terdapat satu sumbu putar empat.
c. Sumbu kristal: dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu (sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu
lainnya.
d. Sudut: semuanya memiliki sudut 90o
e. Bentuk umum: tetragonal disphenoidal, tetragonal prisma , dan
pinakoid.
f. Mineral yang umum: cahnit, minium, nagyagit, tugtupit.
7. Kelas Tetragonal Pyramidal
a. Kelas: ke-21, simetri : 4
b. Elemen simetri: terdapat satu sumbu putar empat.
c. Sumbu kristal: dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu (sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu
lainnya.
d. Sudut: semuanya memiliki sudut 90o
e. Bentuk umum: tetragonal piramid, tetragonal prism, dan pedion.
f. Mineral yang umum: pinnoit, piypit dan richelit.
B. Cara Menggambar sistem kristal Tetragonal
a. Sudut a+ dengan b- = 300
b. Perbandingan panjang sumbu yaitu a : b : c = 1 : 3 : 6
Gambar 2.8. Penggambaran sistem kristal tetragonal
(Sumber: Buku Kristalografi & Mineralogi, Sri Mulyaningsih, 2018)
2.4.4. Sistem kristal Orthorombik
Sistem kristal ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu ortorombik
sederhana, body centered, face centered (yang ditunjukkan atom dengan
warna biru), dan face centered pada dua sisi ortorombik (yang ditunjukkan
atom dengan warna hijau). Panjang rusuk dari sistem kristal ortorombik ini
berbeda-beda (a ≠ b≠ c), dan memiliki sudut yang sama (α = β = γ) yaitu
sebesar 90°.

Gambar 2.9. Bentuk-bentuk sistem kristal ortorombik


(Sumber: Buku Kristalografi & Mineralogi, Sri Mulyaningsih, 2018)
A. Ketentuan Sistem Kristal Orthorombik
a. Jumlah sumbu ada 3 Sumbu yaitu : a ≠ b ≠ c
b. Sudut α = β = γ = 90˚.
c. Sumbu c adalah sumbu terpanjang, sumbu a adalah sumbu terpendek.
Sistem kristal orhorombik mempunya 3 kelas yaitu kelas dipiramidal,
kelas bisphenoidal, dan kelas piramidal.
B. Cara Menggambar Sistem Kristal Orthorombik
a. Sudut a+ dengan b- = 300
b. Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6

Gambar 2.10. Penggambaran sistem kristal ortorombik


(Sumber: Buku Kristalografi & Mineralogi, Sri Mulyaningsih, 2018)
2.4.5. Sistem Kristal Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak
lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu
a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya
sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. Sistem
monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini,
sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus
(miring).

Gambar 2.11. Bentuk-bentuk sistem kristal ortorombik


(Sumber: Buku Kristalografi & Mineralogi, Sri Mulyaningsih, 2018)
A. Ketentuan Sistem Kristal Monoklin
c. Jumlah sumbu ada 3 sumbu yaitu : a ≠ b ≠ c
d. Sudut : α = γ = 90 ˚, β ≠ 90 ˚
Sistem kristal monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

1. Sfenoid
a. Kelas: ke-4
b. Simetri: 2
c. Elemen simetri: 1 sumbu putar.
2. Doma
a. Kelas: ke-3
b. Simetri: m
c. Elemen simetri: 1 bidang simetri.
3. Prisma
a. Kelas: ke-5
b. Simetri: 2/m
c. Elemen simetri: 1 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri
yang berpotongan tegak lurus.
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal monoklin ini
adalah azurit, malachite, colemanite, gipsum, dan epidot.
B. Cara Menggambar Sistem Kristal Monoklin
a. Sudut a+ dengan b- = 450
b. Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4: 6 Sumbu c adalah sumbu
terpanjang. Sumbu a adalah sumbu terpendek.
Gambar 2.12. Penggambaran sistem kristal monoklin
(Sumber: Buku Kristalografi & Mineralogi, Sri Mulyaningsih, 2018)
2.4.6. Sistem Kristal Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya
tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu
tidak sama. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal triklin memiliki axial
ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-
sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan
juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada
sistem ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya.

Gambar 2.13. Bentuk sistem kristal triklin


(Sumber: Buku Kristalografi & Mineralogi, Sri Mulyaningsih, 2018)

A. Ketentuan sistem kristal Triklin


a. Jumlah sumbu ada 3 sumbu yaitu : a ≠ b ≠ c
b. Sudut : α ≠ β ≠ γ ≠ 900
Semua sumbu a, b, c saling berpotongan dan membuat sudut
miring tidak sama besar. Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:
1. Pedial
a. Kelas: ke-1
b. Simetri: 1
c. Elemen simetri: hanya sebuah pusat.
2. Pinakoidal
a. Kelas: ke-2
b. Simetri: 1bar
c. Elemen simetri: hanya sebuah pusat.
B. Cara menggambar sistem kristal monoklin
a. Sudut a+ dengan c- = 450
b. Sudut b- dengan c+ =800
c. Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6

Gambar 2.14. Penggambaran sistem kristal triklin


(Sumber: Buku Panduan Kristalografi & Mineralogi, 2022)
2.4.7. Sistem Kristal Trigonal
Sistem ini mempunyai nama lain yaitu rhombohedral, selain itu
beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal hexagonal.
Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila
pada sistem trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk
segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik
sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama
dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu
c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini
berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk
sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Gambar 2.15. Bentuk sistem kristal trigonal


(Sumber: Buku Kristalografi & Mineralogi, Sri Mulyaningsih, 2018)
A. Ketentuan Sistem Kristal Trigonal
a. Jumlah sumbu yaitu 4 sumbu yaitu : a = b = d ≠ c
b. Sudut : β1 = β2 = β3 = 900
c. Sudut : γ1 = γ2 = γ3 = 1200
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
1. Trigonal Piramid
2. Trigonal Trapezohedral
a. Kelas: ke-12
b. Simetri: 3 2
c. Elemen simetri: ada 1 sumbu putar tiga, 3 sumbu putar dua.
3. Ditrigonal Piramid
a. Kelas: ke-11
b. Simetri: 3m
c. Elemen simetri: ada 1 sumbu putar tiga dan 3 bidang simetri
4. Ditrigonal Skalenohedral
a. Kelas: ke-13
b. Simetri: 3bar 2/m
c. Elemen simetri: ada 1 bidang putar tiga, 3 bidang
putar.
5. Rombohedral
B. Cara menggambar sistem kristal Trigonal
a. Sudut d- dengan b- = 390
b. Sudut a+ dengan b- = 170
c. Perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6

Gambar 2.16. Penggambaran sistem kristal trigonal


(Sumber: Buku Kristalografi & Mineralogi, Sri Mulyaningsih, 2018)

Anda mungkin juga menyukai