Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI

Nama : 1. Hendra Pria Pratama (2210813110007)


2. Ulayya Mahesa Ayu Alfian (2210813120005)
3. Fajar Abdala Baharizki (2210813210005)
4. Eri Satria Jaya Umboh (2210813210018)
5. Siti Aminah (2210813220001)
6. Aditya Prayoga (2210813310008)
7. Yushero (2201813310011)
Kelompok : I (Satu)
Asisten : 1. Muh. Akram (1910813210004)
2. Nouruzzaman Shiddiqi Alamsyah (2010813210023)

LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2023
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
III.
BAB III
KRISTALOGRAFI

3.1. Maksud dan Tujuan Praktikum

Adapun maksud dan tujuan dilakukannya praktikum kristalografi ini adalah


sebagai berikut:
1. Menentukan sistem kristal dari berbagai macam bentuk kristal berdasarkan
panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk kristal.
2. Menentukan kelas simetri berdasarkan jumlah unsur simetri setiap kristal.
3. Menggambarkan semua bentuk kristal berdasarkan parameter dan parametral
ratio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh setiap
bentuk kristal baik dalam bentuk proyeksi streografis.

3.2. Dasar Teori

Kristal berasal dari bahasa Yunani yaitu Krustallos, terdiri atas kruos yang
artinya beku dan “stellein” yang artinya dingin. Jadi kristal mengacu pada kedua
kata tersebut yang berarti membeku karena proses pendinginan. Kristal erat
kaitannya dengan sebutan hablur atau balur, mengacu pada sifat fisiknya yang
bening dan keras. Sederhananya, kristal didefinisikan sebagi suatu padatan yang
memiliki komposisi atom-atom, molekul, atau ion teratur dengan susunan nya yang
berulang dalam tiga dimensi.
Kristalografi sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang sistem
penggambaran dan sifat simetri kristal. Kristalografi sangat penting di dalam
pembelajaran mineralogi, karena mineral selalu memiliki bentuk kristal atau yang
dikenal dengan sifat kristalin. Jadi, kristalin artinya tersusun atas unsur-unsur kimia
yang homogen dengan bentuk geometri tetap sebagai gambaran dari susunan atom
yang teratur. Hal itu dapat didefinisikan bahwa setiap mineral pasti kristal namun
tidak semua kristal pasti mineral.
Mineral harus kristalin, terbentuk di alam, secara alamiah dan anorganik.
Kristal dapat saja terbentuk di alam secara alamiah, tetapi jika tidak terbentuk
secara anorganik, maka bukanlah mineral.
(Mulyaningsih, 2018)

Kelompok I 1
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3.2.1. Genesa Kristal
Ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses
yang di alami suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut.
Proses ini bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan kristal terbentuk.
Berikut ini adalah fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada kristal:
a. Fase Cair ke Padat (Kristalisasi)
Pada fase ini cairan atau lelehan dasar pembentuk kristal akan
membeku atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya dipengaruhi
oleh perubahan suhu lingkungan.
b. Fase Gas ke Padat (Sublimasi)
Kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase cair. Pada
fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang
memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut
adalah hasil dari aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku
karena perubahan temperatur.
c. Fase Padat ke Padat (Rekristalisasi)
Proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh
tekanan dan temperatur. Yang berubah adalah struktur kristalnya,
sedangkan susunan unsur kimia tetap.
3.2.2. Unsur-Unsur Simetri Kristal
Di alam, terdapat ribuan bentuk kristal, ada yang berbentuk prismatik,
piramid, rombis, trapezoid, kubus, skalenoid dan lain-lain. Namun, ke semua bentuk
kristal tersebut memiliki sifat tertentu, yang di dalamnya dapat dikelompokkan ke
dalam sistem kristal. Penentuan klasifikasi sistem kristal itu tergantung dari
banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri
tersebut meliputi:
a. Bidang Simetri
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah
kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu
merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang simetri ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri
menengah.
Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui
dua sumbu utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan
menjadi dua, yaitu bidang simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal

Kelompok I 2
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
dan bidang simetri horizontal, yang berada tegak lurus terhadap sumbu.
Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui satu
sumbu kristal.

*Sumber: https://www.gurugeografi.com, 2023


Gambar 3.1
Bidang Simetri

b. Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus
pusat kristal dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh
satu putaran penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang
sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga berdasarkan cara
mendapatkan nilai simetrinya, yaitu:
1. Gire atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya
adalah dengan memutar kristal pada porosnya satu putaran penuh.
Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digire, bila
tiga trigire, empat tetragire, heksagire dan seterusnya.
2. Giroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya
dengan memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya pada
bidang horizontal.
3. Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan
nilai simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan
mencerminkannya melalui pusat kristal.
Sumbu a memiliki kedudukan lateral, dibentuk oleh dua bidang
kristal yang saling berhadapan menembus sisi depan dan belakang.
Sumbu b memiliki kedudukan horizontal, menembus sisi kanan dan sisi
kiri. Sumbu c adalah sumbu vertikal, menembus sisi atas dan sisi bawah.
Kelompok I 3
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber: http://awkwardpersons.blogspot.com, 2023

Gambar 3.2
Sumbu Simetri

c. Pusat Simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat
membuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus
pusat kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi
yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis
bayangan tersebut. Dengan kata lain, kristal memiliki pusat simetri bila
tiap bidang muka kristal mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa
bidang yang berpasangan berjarak sama dari pusat kristal dan bidang
yang satunya hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang pasangannya.

*Sumber: https://rolanrusli.com, 2023

Gambar 3.3
Pusat Simetri

Kelompok I 4
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
(Aditya, 2020)

3.2.3. Sistem Kristal


Untuk mempermudah dalam memahami bentuk kristal, dibuatlah
pengelompokkan yang sistematis dalam suatu sistem kristal. Penggolongan sistem
kristal tersebut didasarkan pada jumlah sumbu kristal, letak sumbu kristal satu
dengan yang lainnya dan parameter yang dipakai untuk masing-masing sumbu
kristal.

Tabel 3.1
Sistem Kristal
No. Sistem Kristal Panjang Sumbu Besar Sudut

1. Isometric a=b=c α=β=γ=90°

2. Orthorhombic a≠b≠c α=β=γ=90°

3. Tetragonal a=b≠c α=β=γ=90°

4. Hexagonal a=b=d≠c α=β=90°, γ≠120°

5. Trigonal a=b=d≠c α=β=90°, γ≠120°

6. Monoclinic a≠b≠c α=β=90°≠γ

7. Triclin a≠b≠c α=β≠γ≠90°


*Sumber: Amin, 2023

Didasarkan pada jumlah, letak dan kedudukan sumbu kristal, nilai vector
dan parameter-parameter penentu yang lain, ada tujuh sistem kristal dalam sistem
kristalografi. Adapun ke tujuh sistem kristal tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sistem Isometrik
Adalah sistem kristal yang paling simetris. Sistem kristal
isometrik memiliki 3 sumbu kristal, dengan panjang, kedudukan dan
ukuran sumbu yang sama. Masing-masing sumbu saling berpotongan
dengan sudut perpotongan α = β =γ = 90°. Sistem ini tidak berpolar
seperti yang lain, yang membuatnya lebih mudah dikenal. Kata isometrik
berarti berukuran sama, terlihat pada struktur tiga dimensinya yang sama
simetri atau dikenal pula dengan yang lainnya, dengan perbandingan
panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Sistem kristal isometrik harus digambarkan dengan
perbandingan sumbu a1, a2 dan a3 = 1 : 3 : 3, artinya pada sumbu a1
Kelompok I 5
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
ditarik garis dengan nilai 1 dan seterusnya (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Sudut antara sumbu a1 dengan a2 (α) digambarkan pada
150°, sudut antara a2 dengan a3 (β) digambarkan 90°, sudut antara -a3
dengan a1 (γ) digambarkan 120° dan sudut antara a1 dengan -a2
digambarkan 30°.
Sistem kristal isometrik terbagi dalam 5 kelas, yaitu tetartoidal,
diploidal, gyroidal, hextetrahedral dan hexoctahedral. Contoh mineral
dengan sistem kristal isometris adalah pirit (Fe2S3), halit (NaCl, garam),
emas, intan, sphalerit, galena, flourit, kuprit, magnetit, kromit dan lainnya.

*Sumber: https://neededthing.blogspot.com, 2023

Gambar 3.4
Sistem Isometrik

b. Sistem Tetragonal
Sistem tetragonal sama dengan sistem isometrik, karena sistem
kristal ini mempunyai tiga sumbu kristal yang masing-masing saling tegak
lurus. Sumbu a1 dan a2 mempunyai satuan panjang sama, sedangkan
sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Sistem
tetragonal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang saling tegak lurus. Sumbu
a dan b mempunyai panjang sama. Sedangkan sumbu c dapat lebih
panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang. Sistem
kristal tetragonal adalah sistem kristal yang memiliki tiga sumbu kristal
utama a, b dan c yang saling tegak lurus. Panjang sumbu a1 dan a2
sama, namun panjang sumbu c tidak sama (bisa lebih panjang atau lebih
pendek) (a1 = a2 ≠ c), α = β = γ = 90°. Sistem kristal tetragonal memiliki
perbandingan panjang sumbu a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6, sudut β = γ = 90˚ dan
α =30˚.
Kelompok I 6
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Sistem ini terbagi 7 kelas, yaitu ditetragonal dipiramidal,
tetragonal trapezohedral, ditetragonal piramidal, tetragonal scalenohedral,
tetragonal dipiramidal, tetragonal dispenoidal dan tetragonal piramidal.
Contoh mineralnya seperti kalkopirit, anatase, zirkon, leusit dan stannit.

*Sumber: https://123dok.com, 2023

Gambar 3.5
Sistem Tetragonal

c. Sistem Orthorombik
Dalam kristalografi, sistem kristal orthorombik merupakan salah
satu dari 7 sistem kristal. Sistem kristal orthorombik adalah sistem kristal
yang memiliki 3 sumbu utama, yang masing-masing sumbu saling tegak
lurus dan semua sumbunya tidak sama panjang. Karena ketiga sumbunya
tidak sama panjang, maka sebut saja sumbu a ≠ b ≠ c, dengan α = β = γ =
90°.
Sel satuan orthorombik memiliki serangkaian karakteristik
uniknya sendiri. Sel satuan ini memiliki seperangkat tiga sumbu yang kita
sebut sumbu simetri ganda. Jika kita memutar kristal di sekitar garis-garis
ini dengan sudut 180°, kristal tidak akan berubah penampilannya. Untuk
memenuhi sifat ini, sel satuan harus memiliki karakteristik tertentu yang
ditentukan. Dalam sel satuan orthorombik, sudut antara dua sisi selalu
90°. Panjang tepi bisa, bagaimanapun, menjadi tidak sama. 
Ada 3 kelas sistem kristal orthorombik, yaitu piramidal,
disphenoidal dan dipiramidal. Contoh mineralnya seperti hemimorfit,
episomit, andalusit, antofilit, aragonit, barit, kordierit, olivin, sillimanit,
stibnit, belerang, dan topaz.

Kelompok I 7
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Sistem orthorombik mengalami klasifikasi lebih lanjut untuk
menghasilkan tiga sub kelompok kristal. Karakteristik umum dari sub
kelompok ini adalah bahwa mereka terdiri dari tiga sumbu yang saling
tegak lurus yang tidak sama panjangnya.

*Sumber: https:// geologicalsciences.com, 2023

Gambar 3.6
Sistem Orthorombik

d. Sistem Trigonal
Sistem kristal trigonal ini memiliki 4 titik perpotongan sumbu.
Dengan 4 sumbu kristal, sumbu-sumbu yang menghubungkan bidang-
bidang vertikal disebut sebagai a1, a2 dan a3, terletak secara horizontal.
Masing-masing memiliki panjang dan sudut yang sama.
Sumbu yang bersusunan secara vertikal disebut sumbu c.
Perpotongan simetri antara sumbu a1, a2 dan a3 membentuk sudut 120°,
dan perpotongan sumbu horizontal dengan vertikalnya membentuk sudut
90°. Turunan sistem ini termasuk ke dalam sistem kristal hexagonal.
Dalam penggambarannya, punya perbandingan sumbu a1 : a2 :
a3 : c atau 1,5 : 1,5 : 2 : 3. Artinya, pada sumbu a1=a2 ditarik garis
dengan nilai 1,5, pada sumbu a3 ditarik garis dengan nilai 2 dan sumbu c
ditarik garis bernilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Sudut
antara a1 dengan a3 = 15°, sudut antara a2 dengan a3 = 15°, sudut
antara sumbu a3 dengan c = 90°, sudut antara c dengan a1 dan c dengan
a2 = 105°.
Sistem kristal ini terbagi dalam 5 kelas, yaitu piramidal,
rhombohedral, ditrigonal piramidal, trapezohedral dan hexagonal

Kelompok I 8
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
skalenohedral. Contoh mineral dengan sistem kristal trigonal ini seperti
tourmaline dan cinnabar.

*Sumber: https://docplayer.com, 2023

Gambar 3.7
Sistem Trigonal

e. Sistem Hexagonal
Adalah uniaksial, yang berarti itu didasarkan pada satu sumbu
utama, dalam hal ini sumbu rotasi enam kali lipat, yang unik untuk sumbu
lainnya. Sistem hexagonal adalah analog dengan sistem tetragonal.
Sistem kristal ini dibedakan dengan trigonal karena memiliki 6 bidang
kristal secara vertikal, sedangkan trigonal memiliki 3 bidang kristal. Dapat
dideskripsikan juga, bahwa sistem kristal hexagonal mencakup pula
kelas-kelas yang mencerminkan kelas sistem kristal trigonal, dengan
enam sisi bidang kristal.
Sumbu-sumbu kristalnya dapat disebut sebagai sumbu a1, a2,
a3 dan c. Perpotongannya simetri antar sumbu positif membentuk sudut
120°. Dalam penggambarannya, sistem kristal hexagonal harus
digambarkan dengan perbandingan sumbu a1 : a2 : a3: c = 1,5 : 1,5 : 2 :
3. Artinya, pada sumbu a1=a2 ditarik garis dengan nilai 1,5, pada sumbu
b ditarik garis dengan nilai 2 dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 3 (nilai
bukan patokan, hanya perbandingan). Sudut antara a1 dengan -b = 15°,
sudut antara a2 dengan a3 = 15°, sudut antara sumbu a3 dengan c = 90°,
sudut antara c dengan a1 dan c dengan a2 = 115°.

Kelompok I 9
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Sistem kristal hexagonal dapat dibagi menjadi 7 kelas, yaitu
hexagonal piramidal, hexagonal bipiramidal, dihexagonal piramidal,
dihexagonal dipiramidal, trigonal dipiramidal, ditrigonal dipiramidal dan
hexagonal trapezohedral. Contoh mineral dengan sistem kristal
hexagonal adalah kuarsa, korundum, hematit, kalsit, dolomit dan apatit.

*Sumber: geologicalsciences.blogspot.com, 2023

Gambar 3.8
Sistem Hexagonal

f. Sistem Monoclinic
Monoclinic artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring
dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n,
n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap
sumbu a. Sistem monoclinic memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠
b ≠ c dan memiliki sudut kristalografi α = β = 90° ≠ γ. Sudut α dan β saling
tegak lurus (90°), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
Sistem monoclinic sendiri dibagi menjadi 3 kelas yaitu sfenoidal,
kubah dan prisma. Contoh mineralnya seperti azurit, malachite, gypsum
dan epidot.

Kelompok I 10
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber: : https://123dok.com, 2023

Gambar 3.9
Sistem Monoclinic

g. Sistem Triclinic
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang
lainnya tidak saling tegak lurus dan panjang masing-masing sumbu tidak
sama. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal triclinic memiliki axial
Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas, yaitu pedial dan pinakoidal.
Contoh mineralnya adalah seperti albit, anorthit, labradorit, kaolinit,
mikroklin dan anortoklas.

*Sumber: https://docplayer.com, 2023

Gambar 3.10
Sistem Triclinic

(Mulyaningsih, 2018)
3.2.4. Proyeksi Stereografis
Proyeksi stereografi merupakan suatu aplikasi dalam geometri yang
memproyeksikan poin bola dari lingkup utara ke titik dalam bidang bersinggungan
Kelompok I 11
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
dengan kutub selatan. Secara intuitif, proyeksi stereografi adalah cara
membayangkan sebuah bola sebagai bidang datar sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. Poyeksi Stereografi dalam prakteknya sering dilakukan menggunakan
komputer atau dengan tanggan menggunkan jenis khusus dari kertas grafik yang
biasa disebut stereonet atau wulff net dan juga schmidtt net (Hidayatullah, 2020).
Sifat simetri kristal ditentukan dengan diproyeksikan secara stereografis.
Simulasi pada proyeksi stereografis ini dapat berguna ketika kita melakukan
pemerian mineral dalam cara yang lain. Sebagai contoh adalah untuk mengetahui
sifat kembaran pada aragonit (kelas kalsit). Kembaran dapat diamati ketika suatu
mineral diputar dengan melalui salah satu sumbu putarnya, sehingga kita
memperoleh arah pertumbuhan bersama dari mineral tersebut dengan mineral yang
lain. Kembaran yang dapat diidentifikasi melalui proyeksi stereografi sifat simetri
mineral adalah kembaran bidang yang ditentukan dari proyeksi refleksi (contoh
struktur sisik-ikan pada gipsum), kembaran sumbu (normal dan sejajar) yang dapat
diketahui ketika mineral diputar 180° (contoh kembaran kalsbad) dan kembaran
pusat jika dilakukan inversi (Mulyaningsih, 2018).
Dengan cara proyeksi kristal dapat dipelajari dan diamati dengan mudah
karena akan berbentuk dalam rebahan, proyeksi stereografi dibagi menjadi 4 jenis,
yaitu:
a. Equal Angle Projection
Proyeksi ini memproyeksikan setiap titik pada permukaan bola ke
bidang proyeksi pada tubuh zinith yang letaknya pada sumbu vertikal
melalui pusat bola bagian puncak. Sudut yang sama digambarkan
semakin rapat ke arah pusat. Dimana hasil pengambaran pada bidang
proyeksi disebut stereogram sedangkan hasil dari equal angle projection
adalah wulff net.

Kelompok I 12
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber: https://www.hitamuinjkt.com, 2023
Gambar 3.11
Equal Angle Projection

b. Equal Area Projection


Proyeksi yang dilakukan dengan cara memproyeksikan setiap
titik permukaan pada bola ke bidang proyeksi atau dengan kata lain
bidang proyeksi garis yang ditarik dari pusat bola bidang kristal dan
diteruskan hingga memotong bidang proyeksi. Proyeksi ini digunakan
dalam analisi data statistik karena karapatan ploting menunjukan suatu
keadaan yang sebenarnya. Proyeksi ini merupakan poyeksi yang
menghasilkan jarak titik pada bidang proyeksi yang sama dan sebanding
dengan sebenarnya. Hasil dari proyeksi ini adalah stereogram yang
disebut schmidt net.

*Sumber: ttps://www2.tulane.edu.com, 2023

Gambar 3.12
Equal Area Projection

c. Orthogonal Projection
Proyeksi ortogonal adalah proyeksi yang dilakukan dengan cara
proyeksi ortografi utara bola sumbu U-S, cara proyeksinya dengan cara
menarik garis dari titik-titik yang berupa kutub bola ke bidang proyeksi
ortografi. titik-titik permukaan bola akan diproyeksi tegak lurus pada
bidang proyeksi dan lingkaran proyeksinya akan semakin renggang ke
arah pusat. Stereogram proyeksinya disebut orthographic net.

Kelompok I 13
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber: https://www.hitamuinjkt.com, 2023


Gambar 3.13
Orthogonal Projection

d. Polar Projection
Unsur garis maupun bidang tergambar suatu titik. Stereografi dari
proyeksi ini adalah polar net. Stereogrfi dari proyeksi ini didapatkan dari
equal are projection, sehingga untuk mendapatkan proyeksi bidang dari
suatu titik pada polar net harus menggunakan schmidts net.

*Sumber: https://stock.adobe.com, 2023

Gambar 3.14
Polar Projection

(Hidayatullah, 2020)

1.6. Kegunaan
Kelompok I 14
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Laksamana. 2020. Apa saja unsur-unsur simetri kristal.


(https://www.dictio.id/t/apa-saja-unsur-unsur-simetri-kristal/131048).
Diakses pada tanggal 13 Maret 2023. Pukul 13.45 WITA.
Hidayatullah, Syarif. 2020. Proyeksi Stereografi dalam Geologi Struktur.
(https://www.hitamuinjkt.com/2021/01/proyeksi-stereografi -dalam.
Bidang-geologi.html?m=1). Diakses pada tanggal 20 Maret 2023. Pukul
09.06 WITA.
Mulyaningsih, Sri. 2018. Kristalografi & Mineralogi. Ed.1. Akprind Press. Yogyakarta.
Warmada, I Wayan Dan Anastasia Dewi Titisari. 2004. Agromineralogi (Mineralogi
untuk Ilmu Pertanian). Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai