Anda di halaman 1dari 16

JURNAL

PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI


ACARA I : SISTEM KRISTAL ISOMETRIK DAN TETRAGONAL

OLEH :
FERDY
D061231056

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2023
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK DAN TETRAGONAL
1
Ferdy, 2Kevin Edwar Patoding
1
Praktikan Kristalografi dan Mineralogi, Laboratorium Petrografi, Departemen
Teknik Geologi, FakultasTeknik, Universitas Hasanuddin
2
Asisten Kristalografi dan Mineralogi, Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin

ABSTRAK
Kristalografi diartikan salah satu cabang ilmu yang mempelajari tentang sifat-
sifat di dalam geometri kristal terutama berkaitan dengan permasalahan perkembangan,
pertumbuhan, kenampakan luar suatu struktur dalam, sifat fisis lainnya. Praktikum ini
bermaksud untuk mengenal dan memahami apa itu sistem kristal isometrik dan
tetragonal serta memiliki tujuan agar praktikan mampu menentukan sifat, kelas, elemen,
nilai dan bentuk kristal serta penentuan herman mauguin dan schoenflies dan cara
penggambaran proyeksi stereografi dari beberapa peraga yang memiliki sistem kristal
isometrik dan tetragonal.
Kata kunci: Elemen Kristal, Sistem kristal Isometrik, Sistem Kristal Tetragonal

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata geologi berasal dari dua

kata Yunani yaitu geos yang berarti


Geologi secara umum mengacu
artinya bumi dan logos artinya
pada bahan-bahan yang
pengetahuan.Oleh karena itu geologi
diperlukan untuk pembentukan
adalah ilmu yang mempelajari ilmu
bumi dan semua proses yang
kebumian. dan fenomena dimana
terjadi di dalam bumi dan dipermuka 3. Pensil Warna

annyaUntuk mempelajari ilmu 4. ATK (Alat Tulis Kertas)

kebumian diperlukan kegiatan 5. Sampel peraga

lapangan. Geologi sangat penting 6. Busur 1800, 3600

dalam memahami sejarah bumi 7. Penggaris 30 cm

perubahan iklim dan sumber daya 8. Clipboard

alam. Penutup geologi studi tentang 1.3 Maksud dan Tujuan

batuan, mineral, fosil, dan fenomena Adapun maksud dan

geologi seperti gempa bumi, letusan tujuan diadakannya praktikum ini

gunung berapi, dan erosi. ialah aar praktikan dapat

mendeskripsi serta mengetahui


Dalam pencarian mineral,
sifat-sifat kristalnya. Adapun
pengetahuan tentang struktur Kristal
tujuan dari praktikum ini ialah:
mineral sangat penting untuk dapat
1. Untuk mengetahui cara
mengidentifikasi mineral di atas
dalam menggambar mende
Pola difraksi sinar-X..
skripsikan sistem kristal

1.2 Alat Dan Bahan Isometrik dan Tetragonal.

Adapun alat dan bahan yang 2. Untuk menetahui bentuk,

digunakan dalam praktikum ini klas serta sifat-sifat dari

ialah: sistem kristal Isometrik

1. LKP (Lembar deskripsi dan Tetragonal.

Proyeksi Kubus, Stereografi)

2. Pensil
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Sistem Kristal Isometrik

2.1 Pengertian Kristalogarfi Sistem ini juga disebut

Kristalografi adalah ilmu yang sistem kristal regular, atau

mempelajari tentang sifat dikenal pula dengan sistem

kristal.Terutama perkembangan, kristal kubus atau kubik. Jumlah

pertumbuhan, kenampakan bentuk sumbu kristalnya ada 3 dan

luar struktur dalam (internal) dan saling tegak lurus satu dengan

sifat suatu cabang dari mineralogi yang lainnya. Dengan

yang mempelajari tentang sifat perbandingan panjang yang sama

geometri dari kristal terutama untuk masingmasing sumbunya.

perkembangan,pertumbuhan,kenamp Pada kondisi sebenarnya, sistem

akan bentuk luar, struktur dalam kristal Isometrik memiliki axial

(internal) kristal dapat didefinisikan ratio (perbandingan sumbu a = b

sebagai padatan yang secara esensial = c, yang artinya panjang sumbu

mempunyai pola difraksi tertentu. a sama dengan sumbu b dan

Kristal adalah suatu padatan sama dengan sumbu c.Dan

yang atom, molekul, atau ion juga memiliki sudut

penyusunnya terkemas secara teratur kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal

dan poanya berulang melebar secara ini berarti, pada sistem ini,

tiga dimensi. Dengan demikian, semua sudut kristalnya ( α , β

suatu kristal dibatasi permukaan (sisi dan γ ) tegak lurus satu sama lain

kristal) yang mencerminkan struktur (90˚). (Pellant, 1992)

dalam dari mineral (Balfas, 2015).


b. Gyroida

c. Diploida

d. Hextetrahedral

e. Hexoctahedral

2.3 Sistem Kristal Tetragonal

Gambar 2.2 Sistem Isometrik Sama dengan sistem

Isometrik, sistem kristal ini


Pada penggambaran dengan
mempunyai 3 sumbu kristal
menggunakan proyeksi orthogonal
yang masing-masing saling
,sistem Isometrik memiliki
tegak lurus. Sumbu a dan b
perbandingan sumbu a : b : c = 1 :
mempunyai satuan panjang
3 : 3. Artinya, pada sumbu a
sama. Sedangkan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 1, pada
berlainan, dapat lebih panjang
sumbu b ditarik garis dengan nilai
atau lebih pendek. Tapi pada
3, dan sumbu c juga ditarik garis
umumnya lebih panjang.
dengan nilai 3 (nilai bukan
Pada kondisi sebenarnya,
patokan, hanya perbandingan).
Tetragonal memiliki axial ratio
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ
(perbandingan sumbu) a = b ≠ c
= 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa
, yang artinya panjang sumbu a
antara sumbu a+ memiliki nilai
sama dengan sumbu b tapi tidak
30˚ terhadap sumbu bˉ.
sama dengan sumbu c. Dan
Sistem isometrik dibagi
juga memiliki sudut
menjadi 5 Kelas :
kristalografi α = β = γ = 90˚.
a. Tetaoidal
Hal ini berarti, pada sistem ini, sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini

semua sudut kristalografinya ( α , menjelaskan bahwa antara

β dan γ ) tegak lurus satu sama lain sumbu a+ memiliki nilai 30˚

(90˚). terhadap sumbu bˉ.

Sistem tetragonal dibagi

menjadi 7 kelas

a. Piramid

b. Bipiramid

c. Bisfenoid

d. Trapezohedral

e. Ditetragonal Piramid
Gambar 2.3 Sistem Tetragonal f. Skalenohedral

g. Ditetragonal Bipiramid
Pada penggambaran dengan
2.4 Unsur-Unsur Simetri
menggunakan proyeksi
Penentuan klasifikasi kristal
orthogonal, sistem kristal
tergantung dari banyaknya
Tetragonal memiliki perbandingan
unsurunsur simetri yang
sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya,
terkandung di dalamnya. Unsur-
pada sumbu a ditarik garis dengan
unsur simetri
nilai 1, pada sumbu b ditarik garis
tersebut meliputi (Warmada,
dengan nilai 3, dan sumbu c
2004):
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai

bukan patokan,hanya 1. Bidang simetri

perbandingan). Dan sudut antar


Bidang simetri adalah bidang satu putaran penuh akan

bayangan yang dapat membelah didapatkan beberapa kali

kristal menjadi dua bagian yang kenampakan yang sama.

sama, dimana bagian yang satu Sumbu simetri dibedakan

merupakan pencerminan dari yang menjadi tiga, yaitu gire, giroide

lain. Bidang simetri ini dapat dan sumbu inversi putar.

dibedakan menjadi dua, yaitu bidang Ketiganya dibedakan berdasarkan

simetri aksial dan bidang simetri cara mendapatkan nilai

menengah. simetrinya. Gire, atau sumbu

Bidang simetri aksial bila simetri biasa, cara mendapatkan

bidang tersebut membagi kristal nilai simetrinya adalah dengan

melalui dua sumbu utama (sumbu memutar kristal pada porosnya

kristal). Bidang simetri aksial ini dalam satu putaran penuh. Bila

dibedakan menjadi dua, yaitu bidang terdapat dua kali kenampakan

simetri vertikal, yang melalui sumbu yang sama dinamakan

vertikal dan bidang simetri digire, bila tiga trigire (3)

horizontal, yang berada tegak lurus tetragire (4) heksagire (9) dan

terhadap sumbu. seterusnya. Giroide adalah sumbu

2. Sumbu Simetri simetri yang cara mendapatkan

Sumbu simetri adalah garis nilai simetrinya dengan memutar

bayangan yang dibuat menembus kristal pada porosnya dan

pusat kristal, dan bila kristal diputar memproyeksikannya pada bidang

dengan poros sumbu tersebut sejauh horizontal. Dalam gambar, nilai


simetri giroide disingkat tetragiroide berpasangan tersebut berjarak

dan heksagiroide. Sumbu inversi sama dari pusat kristal, dan

putar adalah sumbu simetri yang bidang yang satu merupakan

cara mendapatkan nilai simetrinya hasil inversi melalui pusat kristal

dengan memutar kristal pada dari bidang pasangannya.

porosnya dan mencerminkannya 2.5 Herman Mauguin dan

melalui pusat kristal. Penulisan nilai Schoenflies

simetrinya dengan cara menambahk 2.5.1 Sistem Kristal Isometrik

an bar pada angka simetri itu. Penentuan klas simetris

3. Pusat simetri dari

Suatu kristal mempunyai pusat kristal isometrik dapat didasark

simetri bila kita dapat membuat -an pada prinsip berikut:

garis bayangan tiaptiap titik pada 1. Herman Maugin

permukaan kristal menembus pusat a. Bagian 1: Menunjukkan

kristal dan akan menjumpai titik nilai sumbu a, mungkin

yang lain pada permukaan di sisi bernilai 4 atau 2 dan ada

yang lain dengan jarak yang sama atau tidaknya bidang simetri

terhadap pusat kristal pada garis yang tegak lurus sumbu a

bayangan tersebut. Atau dengan tersebut. Bagian ini

kata lain, kristal mempunyai pusat dinotasikan dengan: 4/m, 4,

simetri bila tiap bidang muka kristal 4,2/m,.Angka menunjukkan

tersebut mempunyai pasangan nilai dan huruf m

dengan kriteria bahwa bidang yang menunjukkan adanya


bidang simetri yang tegak (oktaeder). Kalau sumbu c

lurus sumbu tersebut. bernilai 2, termasuk klas T

b. Bagian 2: Menunjukkan (tetraeder).

sumbu simetri bernilai 3,

bagian ini selalu 3 atau 3.

c. Bagian 3: Menunjukkan ada b. Bagian 2: Dipandang bidang

atau tidaknya sumbu simetri simetrisnya. Kalau mempu-nyai:

diagonal/intermediet bernilai 2 • Bidang simetri

dan ada atau tidaknya bidang horizontal, bidang simet-ri

simetri diagonal/intermediet vertikal, dan bidang

yang tegak lurus sumbu simetri diagonal maka

diagonal tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan h.

dinotasikan dengan: 2/m, 2, m. • Bidangsimetri horizontal

Angka menunjukkan nilai dan dan bidang simetri

huruf m menunjukkan adanya vertikal maka dinotasi

bidang simetri yang tegak dengan h.

lurus sumbu tersebut. • Bidang simetri vertikal

2. Schoenflies dan

a. Bagian 1: Dipandang dari bidang simetri diagonal

sumbu C maka dinotasikan v.

kemungkinan yaitu bernilai 4 • Bidang simetri diagonal

atau bernilai 2. Kalau sumbu c saja maka dinotasikan d.

bernilai 4, termasuk klas O


Notasi h, v, atau d dituliskan di c. Bagian 3: Menunjukkan

kanan agak ke bawah dari notasi ada atau tidaknya sumbu

huruf O atau T. simetri

Beberapa contoh mineral dengan diagonal/intermediet

system kristal Isometrik ini bernilai 2 dan ada atau

adalah Gold, Pyrite, Galena, Halite, tidaknya Bidang

Fluorite. simetri yang tegak

2.5.2 Sistem Kristal Tetragonal lurus sumbu diagonal

Penentuan klas simetris dari tersebut.

kristal tetragonal dapat didasarkan 2. Schoenflies

pada prinsip berikut: a. Bagian 1: Dipandang nilai

1. Herman Maugin dari sumbu yang tegak

a. Bagian 1: Menunjukkan nilai lurus dengan sumbu c,

sumbu c, mungkin bernilai 4 maka ada dua kemungkin

atau 4 dan ada atau tidaknya an yaitu bernilai 2 atau

bidang simetri yang tegak tidak bernilai.Kalau

lurus sumbu a tersebut. sumbu

b. Bagian 2: Menunjukkan ada c bernilai2,termasuk kelas

atau tidaknya sumbu a yang D(Diedrick). Kalau

bernilai 2 dan ada atau sumbu tersebut tidak

tidaknya bidang simetri bernilai termasuk klas C

vertikal yang tegak lurus (Cyclick).

dengan sumbu a tersebut.


b. Bagian 2: Ke kanan agak ke

bawah notasi D atau C

Dituliskan nilai sumbu C

nya.

c. Bagian 3: Dipandang

bidang simetrinya kalau

mempunyai:

• Bidang simetri horizontal dan


Proyeksi stereografis
bidang simetri vertikal maka
merupakan salah satu metode
dinotasikan dengan h.
yang dapat digunakan dalam
• Bidang simetri vertikal dan
menganalisis struktur geologi.
bidang simetri diagonal maka
Proyeksi stereografis adalah
dinotasikan dengan v.
gambaran dua dimensi atau
• Bidang simetri diagonal saja
proyeksi dari permukaan sebuah
maka dinotasikan d.
bola sebagai tempat orientasi
Beberapa contoh mineral
geometri bidang dan garis
Dengan sistem kristal
(Ragan, 1985).
Tetragonal ini adalah Rutil,
Proyeksi stereografis memproyek
Autunite, Pyrolusite, Leucite,
-si kan garis dan bidang kedalam
Scapolite.
bidang proyeksi biasanya berupa
2.6 Proyeksi Streografi
permukaan setengah bola bagian

bawah (lower hemisphere).


Proyeksi stereografis dapat

memecahkan masalah yang PENYUSUNAN JURNAL

berkaitan dengan geometri berupa

besaran arah dan sudut dalam analisa


SELESAI
geomoetri struktur geologi karena

proyeksi ini dapat menggambarkan 1.Tahap mulai atau


pendahuluan
geometri kedudukan atau orientasi
Pada tahap ini praktikan
bidang dan garis dalam bidang
menyiapkan segala persiapan
proyeksi yang digunakan.
seperti tugas pendahuluan yang

diberikan kepada praktikan dan

segala alat untuk digunakan saat

praktikum.

III. METODE PRAKTIKUM


Prosedur penulisan jurnal terdiri
2.Tahap studi pustaka
dari beberapa tahapan, itu:
Pada tahap pengamatan yaitu

praktikan mulai mencari referensi

PENDAHULUAN yang berhubungan dengan

kegiatan praktikum nanti agar

STUDI PUSTAKA saat praktikum praktikan dapat

memahami sampel praktikum.

PRAKTIKUM 4. Tahap penyusunan jurnal


Pada tahap memperoleh data-data

kita telah dari hasil pengamatan dan

tahap pengambilan data dan akan

dibuatkan dalam bentuk jurnal

tentang hasil praktikum yang telah

dilalui sebagai bahan untuk evaluasi.


Gambar 4.1 Peraga 15
5. Pada tahap selesai
Replika kristal kedua
Pada tahap ini, praktikan akan
dengan nomor replica Tetra 15
merevisi kembali jurnal atau
termasuk ke dalam sistem kristal
lampiran yang telah diasistensikan
tetragonal karena memiliki 3
jika terjadi kesalahan agar terlihat
sumbu yaitu a, b dan c dimana
lebih baik.
perbandingan sumbunya yaitu a =

b ≠ c serta perbandingan sudutnya

yaitu α = β = γ = 90° elemen

kristal 4A2, A4, 5PC. Nilai kristal,

yaitu Herman Mauguin: 4/m, 2/m,

2/m dan Schoenflies: D4h.


IV. HASIL PEMBAHASAN
tetragonal
4.1 Tetra 15
piramidal dan prisma adalah klas

dan bentuk kristal yang terdapat di

peraga tetra 15.


4.2 Tetra 10

4.3 Iso 19

Gambar 4.2 Peraga 2

Replika kristal kedua dengan Gambar 4.3 Peraga 3

nomor replika Tetra 10 termasuk ke

dalam sistem kristal tetragonal Replika kristal kedua

karena memiliki karena memiliki 3 dengan nomor replika Iso 19

sumbu yaitu a, b dan c dimana termasuk ke dalam sistem kristal

perbandingan sumbunya yaitu a = b isometrik karena memiliki karena

≠ c serta perbandingan sudutnya memiliki 3 sumbu yaitu a, b dan c

yaitu α dimana perbandingan sumbunya

= β = γ = 90° dengan elemen kristal yaitu a = b = c serta perbandingan

4A2, A4, 5PC. Herman Mauguin sudutnya yaitu α = β = 4.γ = 90°

4/m,2/m,2/m. schoenflies D4h. dengan elemen kristal 3A4,

Tetragonal piramidal dan prisma 4A3,6A3, 9Pc. Herman Mauguin

adalah klas dan bentuk kristal 4/m,3,2-. schoenflies Oh.

terdapat di tetra 10.


4.4 Iso 8

V. KESIMPULAN

Kesimpulannya

pemahaman sistem kristal

isogonal dan tetragonal penting

dalam mineralogi dan

kristalografi. Sistem isometrik


Gambar 4.4 Peraga 4

Replika kristal kedua dengan mempunyai kesimetrian tertinggi,

nomor replika Iso 08 termasuk ke sedangkan sistem segiempat

dalam sistem kristal isometrik karena mempunyai kesimetrian lebih

memiliki karena memiliki 3 sumbu rendah namun tetap mempunyai

yaitu a, b dan c dimana perbandingan sifat unik tersendiri. Pemahaman

sumbunya yaitu a = b = c serta tentang sistem ini akan membantu

perbandingan sudutnya yaitu α = β = dalam identifikasi dan

γ = 90° dengan elemen kristal 3A4, pemahaman sifat-sifat mineral dan

4A3,6A2, 9Pc. Herman Mauguin bahan kristal lainnya.

4/m, 3,2/m. schoenflies Oh.

Hextetradedral dan dodecahedron

adalah klas dan bentuk kristal yang

terdapat di peraga iso 8.


DAFTAR PUSTAKA

Audia, Lushy 2010. Kristalografi.

Malang:UniversitasNegeri Malang.

Prayitno, Budi. 2016. Panduan

praktikum kristalografi &

Mineralogi.Pekanbaru: Universitas

Islam Riau.Hertanto, H.B., 2012.

Diakses pada Jum’at, September

2023. Pukul 20:13 WITA.

Anda mungkin juga menyukai