Jurusan Fisika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(The Character Building University)
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.
Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat atas bimbingannya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai materi sistem
kristal dan kisi bravais dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami sangat mngharapkan kritik serta saran yang mendukung dari para pembaca
untuk makalah ke depannya yang lebih baik lagi. Akhir kata kami mengucapkan banyak
terimakasih.
Penulis
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………...
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………..
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kristalografi, istilah sistem kristal, keluarga kristal dan sistem kisi
masing-masing mengacu pada salah satu dari beberapa kelas grup ruang, kisi,
grup titik ataukristal. Secara informal, dua kristal berada dalam sistem kristal yang
sama jika memilikisimetri yang sama, walaupun terfapat banyak pengecualian untuk
ini.
Sistem kristal, keluarga kristal dan sistem kisi serupa tapi sedikit berbeda,
dan terdapatkebingungan luas di antara mereka: khususnya sistem kristal trigonal
sering dikacaukandengan sistem kisi rombohedral, dan istilah "sistem kristal"
terkadang digunakan untukmendefinisikan "sistem kisi" atau "keluarga kristal".
Grup ruang dan kristal dibagi menjadi tujuh sistem kristal sesuai dengan grup
titikmereka, dan ke dalam tujuh sistem kisi sesuai dengan kisi Bravais mereka.
Lima daris istem kristal pada das arnya s ama dengan lima sistem kis i,
namun s is tem K ristal heksagonal dan trigonal berbeda dari sistem kisi
heksagonal dan rombohedral. Enam keluarga kristal dibentuk dengan
menggabungkan sistem kristal heksagonal dan trigonalmenjadi satu keluarga
heksagonal, untuk menghilangkan kebingungan ini.
Suatu sistem kisi adalah kelas kisi dengan seperangkat kisi yang sama grup
titik,yang merupakan subkelompok dari kelas kris tal aritme tika.
K eempat kis i Bravais dikelompokkan menjadi tujuh sistem kisi: triklinik,
monoklinik, ortorombik, tetragonal,rombohedral, heksagonal dan kubik.
PEMBAHASAN
Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang
dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan
pendapat para ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan
tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-
bidangnya memenuhi hukum geometri; Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu
tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar
yang jumlah dan kedudukannya tertentu. Keteraturannya tercermin dalam permukaan
kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu.
Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang
muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang
muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-
sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus
yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan
panjang yang disebut sebagai parameter.
Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung
pengertian sebagai berikut :
1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :
tidak termasuk didalamnya cair dan gas
tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika
terbentuknya oleh proses alam
2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti
hukum geometri :
jumlah bidang suatu kristal selalu tetap
macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap
sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti
hukum-hukum diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses
alam (dibentuk secara laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut
sebagai kristal.
a. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu
dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-
masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b
dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal
ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu
sama lain (90˚).
b. Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang
sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi
pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak
sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini
berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu
sama lain (90˚).
c. Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚
terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan
panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini,
sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
d. Trigonal
Sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli
memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara
penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah
terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga
dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan
sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α =
β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus
dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
e. Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada
yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling
tegak lurus (90˚).
Struktur kristal dapat digambarkan dalam bentuk kisi, dimana Setiap titik kisi
akan ditempati oleh atom atau sekumpulan atom. Kisi kristal memiliki sifat geometri
yang sama seperti kristal Kisi yang memiliki titik-titik kisi yang ekuivalen disebut kisi
Bravais sehingga titik-titik kisi tersebut dalam kristal akan ditempati oleh atom-atom
yang sejenis Titik A,B dan C adalah ekuivalen satu sama lain Titik A dan A1 tidak
ekivalen (non-Bravais).
Titik-titik kisi Bravais dapat ditempati oleh atom atau sekumpulan atom yang
disebut basis. Kisi adalah sekumpulan titik-titik yang tersusun secara periodik dalam
ruang sedangkan basis adalah atom atau sekumpulan atom.
2) Sistem Tetragonal
Pada sistem kristal tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama (a = b ≠ c)
dan semua sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal tetragonal ini hanya
memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat badan.
Pada bentuk tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana masing-
masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya. Sedangkan pada
tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus berpusat badan, yaitu memiliki 1
atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada atom warna biru), dan atom lainnya
berada pada pojok (sudut) tetragonal tersebut.
3) Sistem Orthorhombik
Pada sistem kristal tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama (a = b ≠ c)
dan semua sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal tetragonal ini hanya
memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat badan.
Pada bentuk tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana masing-
masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya. Sedangkan pada
tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus berpusat badan, yaitu memiliki 1
atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada atom warna biru), dan atom lainnya
berada pada pojok (sudut) tetragonal tersebut.
4) Sistem Monoklin
Sistem kristal monoklin terdiri atas 2 bentuk, yaitu : monoklin sederhana dan
berpusat muka pada dua sisi monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Sistem kristal monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda (a ≠ b≠ c),
serta sudut α = γ = 90° dan β ≠ 90°.
5) Sistem Triklin
Pada sistem kristal triklin, hanya terdapat satu orientasi. Sistem kristal ini memiliki
panjang rusuk yang berbeda (a ≠ b ≠ c), serta memiliki besar sudut yang berbeda-
beda pula yaitu α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.
6) Sistem Trigonal
Pada sistem kristal ini, panjang rusuk memiliki ukuran yang sama (a = b ≠ c).
sedangkan sudut-sudutnya adalah α = β = 90°dan γ =120°.
7) Sistem Heksagonal
Pada sistem kristal ini, sesuai dengan namanya heksagonal (heksa = enam), maka
system ini memiliki 6 sisi yang sama. System kristal ini memiliki dua nilai sudut
yaitu 90° dan 120° (α = β = 90°dan γ =120°) , sedangkan pajang rusuk-rusuknya
adalah a = b ≠ c. semua atom berada pada sudut-sudut (pojok) heksagonal dan
terdapat masing-masing atom berpusat muka pada dua sisi heksagonal (yang
ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Tabel Kisi Bravais pada Sistem Kristal
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kristal atau hablur adalah suatu padatan yaitu atom, molekul,
atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi.[1][2] Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses
pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-
atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tetapi,
secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan
padatan polikristalin.
Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu
diadakan pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada
perbangdingan panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan
sumbu simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu :
1. Isometrik
2. Tetragonal
3. Hexagonal
4. Trigonal
5. Orthorhombik
6. Monoklin
7. Triklin.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal.
Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh
kristal tersebut.
Dalam geometri dan kristalografi, suatu kisi Bravais, dipelajari oleh Auguste
Bravais (1850),[1] adalah suatu susunan tak hingga dari titik diskret dalam ruang tiga
dimensi yang dihasilkan oleh satu himpunan operasi translasi diskret yang dijelaskan
melalui persamaan:
R = n1a1 + n2a2 + n3a3
dengan ni adalah bilangan bulat ai dikenal sebagai vektor primitif yang terletak pada
arah yang berbeda dan membentang pada kisi. Rangkaian vektor diskret ini harus
ditutup dengan penambahan dan pengurangan vektor. Untuk pilihan vektor posisi R,
kisi-kisi itu terlihat persis sama.
Bila titik diskretnya adalah atom, ion, atau rangkaian polimer dari materi padat,
konsep kisi Bravais digunakan untuk mendefinisikan pengaturan kristal secara formal
dan batas-batasnya yang terbatas. Sebuah kristal terdiri dari susunan periodik satu atau
lebih atom (basis) yang diulang pada setiap titik kisi. Akibatnya, kristal terlihat sama
bila dilihat dari titik kisi yang setara, yaitu yang dipisahkan dengan translasi satu satuan
sel (motif). Dua kisi Bravais sering dianggap setara jika mereka memiliki kelompok
simetri isomorfik
3.2 Saran
Untuk membuat makalah yang lebih baik lagi ke depannya, diharapkan agar
penulis lebih banyak menemukan sumber-sumber yang terkait dengan judul makalah.
Hal itu bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis sehingga dapat
lebih mendalami materi yang terkait. Selain itu, juga diharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca terkait isi makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA