Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SISTEM KRISTAL DAN KISI BRAVAIS

Disusun Oleh Kelompok 3:


Elysabeth Simanullang : 4192540005
Erlanda Y Simamora : 4192240002
Ruth T Simanihuruk : 4193240004

Kelas : Fisika A 2019


Strata : S-1
Mata Kuliah : Pengantar Fisika Zat Padat

Jurusan Fisika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(The Character Building University)
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.
Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat atas bimbingannya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai materi sistem
kristal dan kisi bravais dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami sangat mngharapkan kritik serta saran yang mendukung dari para pembaca
untuk makalah ke depannya yang lebih baik lagi. Akhir kata kami mengucapkan banyak
terimakasih.

Medan, Maret 2021

Penulis
Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………...
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………..
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kristalografi, istilah sistem kristal, keluarga kristal dan sistem kisi
masing-masing mengacu pada salah satu dari beberapa kelas grup ruang, kisi,
grup titik ataukristal. Secara informal, dua kristal berada dalam sistem kristal yang
sama jika memilikisimetri yang sama, walaupun terfapat banyak pengecualian untuk
ini.
Sistem kristal, keluarga kristal dan sistem kisi serupa tapi sedikit berbeda,
dan terdapatkebingungan luas di antara mereka: khususnya sistem kristal trigonal
sering dikacaukandengan sistem kisi rombohedral, dan istilah "sistem kristal"
terkadang digunakan untukmendefinisikan "sistem kisi" atau "keluarga kristal".
Grup ruang dan kristal dibagi menjadi tujuh sistem kristal sesuai dengan grup
titikmereka, dan ke dalam tujuh sistem kisi sesuai dengan kisi Bravais mereka.
Lima daris istem kristal pada das arnya s ama dengan lima sistem kis i,
namun s is tem K ristal heksagonal dan trigonal berbeda dari sistem kisi
heksagonal dan rombohedral. Enam keluarga kristal dibentuk dengan
menggabungkan sistem kristal heksagonal dan trigonalmenjadi satu keluarga
heksagonal, untuk menghilangkan kebingungan ini.
Suatu sistem kisi adalah kelas kisi dengan seperangkat kisi yang sama grup
titik,yang merupakan subkelompok dari kelas kris tal aritme tika.
K eempat kis i Bravais dikelompokkan menjadi tujuh sistem kisi: triklinik,
monoklinik, ortorombik, tetragonal,rombohedral, heksagonal dan kubik.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan Kristal?
2) Bagaimana sistem Kristal?
3) Bagaimana bentuk-bentuk sistem Kristal tersebut?
4) Apa yang dimaksud dengan kisi bravais?
5) Apa perbedaan kisi bravais dengan kisi resiprok?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian Kristal
2) Untuk mengetahui sistem Kristal
3) Untuk mengetahui bentuk Kristal berdasarkan systemnya
4) Untuk mengetahui pengertian kisi bravais pada Kristal
5) Untuk mengetahui perbedaan kisi bravais dan kisi resiprok
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kristal

Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang
dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan
pendapat para ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan
tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-
bidangnya memenuhi hukum geometri; Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu
tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar
yang jumlah dan kedudukannya tertentu. Keteraturannya tercermin dalam permukaan
kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu.
Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang
muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang
muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-
sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus
yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan
panjang yang disebut sebagai parameter.
Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung
pengertian sebagai berikut :
1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :
 tidak termasuk didalamnya cair dan gas
 tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika
 terbentuknya oleh proses alam
2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti
hukum geometri :
 jumlah bidang suatu kristal selalu tetap
 macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap
 sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti
hukum-hukum diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses
alam (dibentuk secara laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut
sebagai kristal.

2.2 Sistem Kristal


Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu
diadakan pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada
perbangdingan panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan
sumbu simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : 
1. Isometrik
2. Tetragonal
3. Hexagonal
4. Trigonal
5. Orthorhombik
6. Monoklin
7. Triklin.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal.
Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh
kristal tersebut.

a. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem
kristal  kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu
dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-
masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b
dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal
ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu
sama lain (90˚).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan
sudut antar sumbunya a+bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :
 Tetaoidal
 Gyroida
 Diploida
 Hextetrahedral
 Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Isometrik ini adalah gold,
pyrite, galena, halite, Fluorite.

b. Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang
sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi
pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak
sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini
berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu
sama lain (90˚).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal


Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki
nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:
 Piramid
 Bipiramid
 Bisfenoid
 Trapezohedral
 Ditetragonal Piramid
 Skalenohedral
 Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite.

c. Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚
terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan
panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini,
sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+bˉ = 20˚ ; dˉb+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap
sumbu b+.
Sistem  ini dibagi menjadi 7:
 Hexagonal Piramid
 Hexagonal Bipramid
 Dihexagonal Piramid
 Dihexagonal Bipiramid
 Trigonal Bipiramid
 Ditrigonal Bipiramid
 Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,
corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite.

d. Trigonal
Sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli
memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara
penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah
terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga
dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan
sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α =
β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus
dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal


Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+bˉ = 20˚ ; dˉb+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap
sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
 Trigonal pyramid
 Trigonal Trapezohedral
 Ditrigonal Piramid
 Ditrigonal Skalenohedral
 Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini
adalah  tourmaline dan cinnabar.

e. Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada
yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling
tegak lurus (90˚).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:
 Bisfenoid
 Piramid
 Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini
adalah stibnite, chrysoberyl,  aragonite dan  witherite.
f. Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β =
90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚),
sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal


Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
 Sfenoid
 Doma
 Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, 
malachite, colemanite, gypsum, dan epidot.
g. Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada
yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin


memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang
akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut
antar sumbunya a+bˉ = 45˚ ; bˉc+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+.
Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:
 Pedial
 Pinakoidal
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase.

2.3 Kisi Bravais

Struktur kristal dapat digambarkan dalam bentuk kisi, dimana Setiap titik kisi
akan ditempati oleh atom atau sekumpulan atom. Kisi kristal memiliki sifat geometri
yang sama seperti kristal Kisi yang memiliki titik-titik kisi yang ekuivalen disebut kisi
Bravais sehingga titik-titik kisi tersebut dalam kristal akan ditempati oleh atom-atom
yang sejenis Titik A,B dan C adalah ekuivalen satu sama lain Titik A dan A1 tidak
ekivalen (non-Bravais).
Titik-titik kisi Bravais dapat ditempati oleh atom atau sekumpulan atom yang
disebut basis. Kisi adalah sekumpulan titik-titik yang tersusun secara periodik dalam
ruang sedangkan basis adalah atom atau sekumpulan atom.

Berikut ini adalah kisi bravais pada ketujuh sistem Kristal.


1) Sistem Kubus
Sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c) serta memiliki
sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini dapat dibagi ke dalam 3 bentuk
yaitu kubus sederhana (simple cubic/ SC), kubus berpusat badan (body-centered
cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-centered Cubic/ FCC). Berikut bentuk
dari ketiga jenis kubus tersebut:
 Kubus sederhana. Pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat satu
atom pada semua sudut (pojok) kubus.
 Pada kubus BCC, masing-masing terdapat satu atom pada semua pojok kubus,
dan terdapat satu atom pada pusat kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna
biru).
 Pada kubus FCC, selain terdapat masing-masing satu atom pada semua pojok
kubus, juga terdapat atom pada diagonal dari masing-masing sisi kubus (yang
ditunjukkan dengan atom warna merah).

2) Sistem Tetragonal
Pada sistem kristal tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama (a = b ≠ c)
dan semua sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal tetragonal ini hanya
memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat badan.

Pada bentuk tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana masing-
masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya. Sedangkan pada
tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus berpusat badan, yaitu memiliki 1
atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada atom warna biru), dan atom lainnya
berada pada pojok (sudut) tetragonal tersebut.
3) Sistem Orthorhombik
Pada sistem kristal tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama (a = b ≠ c)
dan semua sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal tetragonal ini hanya
memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat badan.

Pada bentuk tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana masing-
masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya. Sedangkan pada
tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus berpusat badan, yaitu memiliki 1
atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada atom warna biru), dan atom lainnya
berada pada pojok (sudut) tetragonal tersebut.

4) Sistem Monoklin
Sistem kristal monoklin terdiri atas 2 bentuk, yaitu : monoklin sederhana dan
berpusat muka pada dua sisi monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Sistem kristal monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda (a ≠ b≠ c),
serta sudut α = γ = 90° dan β ≠ 90°.
5) Sistem Triklin
Pada sistem kristal triklin, hanya terdapat satu orientasi. Sistem kristal ini memiliki
panjang rusuk yang berbeda (a ≠ b ≠ c), serta memiliki besar sudut yang berbeda-
beda pula yaitu α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.

6) Sistem Trigonal
Pada sistem kristal ini, panjang rusuk memiliki ukuran yang sama (a = b ≠ c).
sedangkan sudut-sudutnya adalah α = β = 90°dan γ =120°.

7) Sistem Heksagonal
Pada sistem kristal ini, sesuai dengan namanya heksagonal (heksa = enam), maka
system ini memiliki 6 sisi yang sama. System kristal ini memiliki dua nilai sudut
yaitu 90° dan 120° (α = β = 90°dan γ =120°) , sedangkan pajang rusuk-rusuknya
adalah a = b ≠ c. semua atom berada pada sudut-sudut (pojok) heksagonal dan
terdapat masing-masing atom berpusat muka pada dua sisi heksagonal (yang
ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Tabel Kisi Bravais pada Sistem Kristal

No. Sistem Kristal Kisi Bravais Panjang Besar sudut-


rusuk sudut

    1. Kubus  Sederhana α=β=γ=


a=b=c
 Berpusat badan 90°
 Berpusat muka
    2. Tetragonal  Sederhana α=β=γ=
a=b≠c
 Berpusat Badan 90°
    3. Orthorhombik  Sederhana α=β=γ=
a≠b≠c
 Berpusat badan 90°
 Berpusat muka
 Berpusat muka A, B, atau C
    4. Monoklin  Sederhana α = γ = 90°,β
a≠b≠c
 Berpusat muka C ≠ 90°
    5. Triklin  Sederhana α ≠ β ≠ γ ≠ 
a≠b≠c
90°
    6. Rombohedral  Sederhana α = β = 90°,γ
a=b≠c
atau trigonal = 120°
    7. Heksagonal  Sederhana α = β = 90°,γ
a=b≠c
= 120°
Total = 7 Total = 14 Kisi Bravais    
Sistem Kristal
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kristal atau hablur adalah suatu padatan yaitu atom, molekul,
atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi.[1][2] Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses
pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-
atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tetapi,
secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan
padatan polikristalin.
Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu
diadakan pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada
perbangdingan panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan
sumbu simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : 
1. Isometrik
2. Tetragonal
3. Hexagonal
4. Trigonal
5. Orthorhombik
6. Monoklin
7. Triklin.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal.
Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh
kristal tersebut.
Dalam geometri dan kristalografi, suatu kisi Bravais, dipelajari oleh Auguste
Bravais (1850),[1] adalah suatu susunan tak hingga dari titik diskret dalam ruang tiga
dimensi yang dihasilkan oleh satu himpunan operasi translasi diskret yang dijelaskan
melalui persamaan:
R = n1a1 + n2a2 + n3a3
dengan ni adalah bilangan bulat ai dikenal sebagai vektor primitif yang terletak pada
arah yang berbeda dan membentang pada kisi. Rangkaian vektor diskret ini harus
ditutup dengan penambahan dan pengurangan vektor. Untuk pilihan vektor posisi R,
kisi-kisi itu terlihat persis sama.
Bila titik diskretnya adalah atom, ion, atau rangkaian polimer dari materi padat,
konsep kisi Bravais digunakan untuk mendefinisikan pengaturan kristal secara formal
dan batas-batasnya yang terbatas. Sebuah kristal terdiri dari susunan periodik satu atau
lebih atom (basis) yang diulang pada setiap titik kisi. Akibatnya, kristal terlihat sama
bila dilihat dari titik kisi yang setara, yaitu yang dipisahkan dengan translasi satu satuan
sel (motif). Dua kisi Bravais sering dianggap setara jika mereka memiliki kelompok
simetri isomorfik

3.2 Saran

Untuk membuat makalah yang lebih baik lagi ke depannya, diharapkan agar
penulis lebih banyak menemukan sumber-sumber yang terkait dengan judul makalah.
Hal itu bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis sehingga dapat
lebih mendalami materi yang terkait. Selain itu, juga diharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca terkait isi makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Dadi Rusdiana. Struktur Kristal di


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/196810151994031-
DADI_RUSDIANA/Struktur_Kristal_[Compatibility_Mode].pdf (diakses 01
Maret 2021).

Khoirunnas anfa’uhum linnas. 2012. Kristalografi (Sistem Kristal) di


http://geoenviron.blogspot.com/2012/02/kristalografi-sistem-
kristal.html#:~:text=Bentuk%20kristal%20dibedakan%20berdasarkan
%20sifat,dikelompokkan%20menjadi%2032%20kelas%20kristal (diakses 01
Maret 2021).

Rolan Rusli. 2012. Sistem Kristal dan Kisi Bravais di https://rolanrusli.com/sistem-


kristal-dan-kisi-bravais/ (diakses 01 Maret 2021).

Anda mungkin juga menyukai