Anda di halaman 1dari 9

SUPERKONDUKTOR TIPE II

Dosen Pengampu : Karya Sinulingga, M.Si

Oleh :

Kelompok I

Anggota Kelompok :

1. Nama : Erlanda Y Simamora

NIM : 4192240002

2. Nama : Grecy K Tampubolon

NIM : 4193540001

3. Nama : Nur Syuhada Silalahi

NIM : 4191240007

Kelas : Fisika Nondik 2019

Strata : S-1

Jurusan Fisika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022

1
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena berkat dan
anugerah Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tugas Makalah Pengantar Teori Superkonduktor ini tepat pada waktunya.

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari dosen pengampu kami Bapak “Karya Sinulingga M.Si” .

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis berharap, dengan adanya tugas ini dapat
memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun pembaca.

Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Maka dari itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar menjadi panduan dalam penyusunan
makalah kami berikutnya.

Medan, April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1.Latar Belakang Masalah.............................................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.3.Tujuan.........................................................................................................................................4
BAB II. PEMBAHASAN......................................................................................................................5
BAB III. PENUTUP..............................................................................................................................8
3.1.KESIMPULAN............................................................................................................................8
3.2.SARAN........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................9

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena sifat
resistivitas nol yang dimilikinya dan dapat melayang dalam medan magnet. Kedua sifat ini
tampak pada saat bahan ini berada di bawah kondisi parameter kritisnya.
Sejak ditemukan gejala superkonduktivitas oleh fisikawan Belanda Heike Kammerlingh Onnes
pada tahun 1911, penelitian mengenai superkonduktor semakin gencar dilakukan, baik di dalam
negeri maupun di luar negeri.

Penelitian dilakukan dalam skala besar untuk industri maupun skala kecil untuk
laboratorium, baik dalam bentuk bulk maupun film tipis.
Awalnya sifat superkonduktivitas bahan hanya terjadi pada suhu yang amat rendah, jauh di
bawah 0oC. Dengan demikian niat penghematan pemakaian daya listrik masih harus bersaing
dengan biaya pendinginan yang harus dilakukan. Hal tersebut menjadi permasalahan utama
dalam pemanfaatan superkonduktor. Pada saat ini ilmuwan masih melakukan penelitian untuk
mendapatkan bahan superkonduktor yang berada dalam suhu kamar. Untuk merealisasikan
rencana besar ini, ilmuwan masih mengalami banyak kendala, antara lain membuat bahan
superkonduktor yang memiliki suhu kritis mendekati suhu ruang.

1.2.Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengaruh variasi suhu sintering terhadap pembentukan fase bahan
superkonduktor?
2) Bagaimana terbentuknya bahan superkonduktor tipe ii?
3) Apa saja jenis bahan superkonduktor tipe ii?

1.3.Tujuan
1. Mengetahui proses terbentuknya bahan superkonduktor tipe ii
2. Mengetahui jenis bahan superkonduktor tipe ii.

4
BAB II

PEMBAHASAN

Superkonduktor Tipe II
Pada tahun 1960-an lahirlah keluarga superkonduktor tipe II, yang biasanya berupa
kombinasi unsur molybdenum (Mo), niobium (Nb), timah (Sn), vanadium (V), germanium (Ge),
indium (In) atau galium (Ga). Sebagian merupakan senyawa, sebagian lagi merupakan larutan
padatan.
Superkonduktor tipe II ini tidak dapat dijelaskan dengan teori BCS karena apabila
superkonduktor jenis II ini dijelaskan dengan teori BCS, efek Meissner nya tidak terjadi. (Efek
Meissner yaitu efek dimana superkonduktor menghasilkan medan magnet). Abrisokov berhasil
memformulasikan teori baru untuk menjelaskansuperkonduktor jenis II ini. Ia mendasarkan
teorinya pada kerapatan pasangan elektron yang dinyatakan dalam parameter keteraturan fungsi
gelombang.
Abrisokov dapat menunjukkan bahwa parameter tersebut dapat mendeskripsikan pusaran
(vortices) dan bagaimana medan magnet dapat memenetrasi bahan sepanjang terowongan dalam
pusaran-pusaran ini. Lebih lanjut ia pun dengan secara mendetail dapat memprediksikan jumlah
pusaran yang tumbuh seiring meningkatnya medan magnet. Teori ini merupakan terobosan dan
masih digunakan dalam pengembangan dan analisis superkonduktor danmagnet.
Superkonduktor tipe II akan menolak medan magnet yang diberikan. Namun perubahan
sifat kemagnetan tidak t iba-tiba tetapi secara bertahap. Pada suhu kritis, maka bahan akan
kembali ke keadaan semula. Superkonduktor tipe II mempunyai dua harga medan magnet kritis,
yaitu Hc1 atau medan kritis rendah dan Hc2 atau medan kritis tinggi. Superkonduktor tipe II
akan bersifat sama dengan superkonduktor tipe I ketika medan magnet luar berharga lebih kecil
dari Hc1. Jika medan magnet luar berharga antara Hc1 dan Hc2, maka sebagian fluks magnet
akan menerobos ke dalam bahan superkonduktor, sehingga superkonduktor dikatakan berada
dalam keadaan campuran (mixed state). Selanjutnya, bahan akan kehilangan sifat
superkonduktifnya ketika medan magnet luar berharga lebih besar dari Hc2.

5
Pada superkonduktor jenis II, jika medan magnetnya mencapai medan kritis dan suhu
kritisnya relatif (kondisi tersebut lebih tinggi dari jenis I), keadaan superkonduktor tidak
langsung berubah menjadi konduktor normal, tetapi menjadi bahan yang merupakan peralihan
atau dari kondisi superkonduktor menjadi konduktor normal. Pada jenis ini yang menghantarkan
arus tetap akan menimbulkan medan magnet dengan kerugian yang sangat kecil dan dapat
diabaikan.
Superkonduktor tipe 2 berbeda dengan tipe 1 saat transisi dari keadaan normal ke
superkonduktif. Superkonduktor tipe 2 terdiri dari senyawa logam dan aloy. Kerennya, beberapa
bahan tipe 2 membutuhkan suhu yang relatif lebih hangat untuk menjadi superkonduktif
dibandingkan dengan tipe 1.
Berikut adalah beberapa contoh superkonduktor tipe 2:
 (Sn5In)Ba4Ca2Cu11Oy (menjadi superkonduktif di suhu sekitar 218 K)
 (Sn5In)Ba4Ca2Cu10Oy (menjadi superkonduktif di suhu sekitar 212 K)
 Sn5Ba4Ca2Cu10Oy (menjadi superkonduktif di suhu sekitar 200 K).
Superkonduktor tipe II ini tidak dapat dijelaskan dengan teori BCS karena apabila
superkonduktor jenis II ini dijelaskan dengan teori BCS, efek Meissner nya tidak terjadi.
Superkonduktor tipe II akan menolak medan magnet yang diberikan. Namun perubahan sifat
kemagnetan tidak tiba-tiba tetapi secara bertahap. Pada suhu kritis, maka bahan akan kembali ke
keadaan semula. Superkonduktor Tipe II memiliki suhu kritis yang lebih tinggi dari
superkonduktor tipe I.

6
Bahan-bahan Superkonduktor tipe II
Kelompok superkonduktor tipe II, biasanya berupa kombinasi unsur molybdenum (Mo),
Niobium (Nb), timah (Sn), Vanadium (V), Germanium (Ge), Indium (In) atau Galium (Ga).
Sebagian merupakan senyawa dan sebagian lagi merupakan larutan padatan.

7
BAB III
PENUTUP

3.1.KESIMPULAN
Superkonduktor merupakan bahan material yang memiliki hambatan listrik bernilai nol
pada suhu yang sangat rendah. Artinya superkonduktor dapat menghantarkan arus walaupun
tanpa adanya sumber tegangan. Karakteristik dari bahan Superkonduktor adalah medan magnet
dalam superkonduktor bernilai nol dan mengalami efek meissner. Resistivitas suatu bahan
bernilai nol jika dibawah suhu kritisnya.
Pada superkonduktor jenis II, jika medan magnetnya mencapai medan kritis dan suhu kritisnya
relatif (kondisi tersebut lebih tinggi dari jenis I), keadaan superkonduktor tidak langsung berubah
menjadi konduktor normal, tetapi menjadi bahan yang merupakan peralihan atau dari kondisi
superkonduktor menjadi konduktor normal.
Berikut adalah beberapa contoh superkonduktor tipe 2:
 (Sn5In)Ba4Ca2Cu11Oy (menjadi superkonduktif di suhu sekitar 218 K)
 (Sn5In)Ba4Ca2Cu10Oy (menjadi superkonduktif di suhu sekitar 212 K)
 Sn5Ba4Ca2Cu10Oy (menjadi superkonduktif di suhu sekitar 200 K).

3.2.SARAN
Untuk lebih memahami materi sebaiknya kita sering untuk mendalami materi ini dengan
mencari sumber –sumber yang lain

8
DAFTAR PUSTAKA
https://adoc.pub/bab-2-tinjauan-pustaka887a9364dbe1155598a5c5fcd82f4d8872391.html
https://baixardoc.com/documents/bahan-dan-jenis-superkonduktor-5c817f5984e65
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27774/177026003.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai