Anda di halaman 1dari 13

PERSAMAAN TERMODINAMIKA

“Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengantar Teori Superkonduktor”

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Nama : 1. Fadillah Rahmadana (4212540001)


2. Jelis Kristian Hulu (4212640001)
3. Veri Andriyansa (4213240014)

Kelas : PSF 2021- A

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hantarkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia yang diberikan-Nya kepada kita sehingga kita masih ada sampai saat ini. Saya juga
berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar Teori Superkonduktor yang
telah menuntun penulis dalam mengerjakan makalah ini sehingga penulis bisa
menyelesaikannya dengan baik.
Adapun isi dari makalah ini membahas tentang Persamaan Termodinamika dari beberapa
buku dan jurnal yang dipilih penulis sebagai bahan referensi. Penulis berharap siapapun yang
membaca tulisan ini semoga mudah mengerti dan tujuan dari tugas ini dapat tersampaikan.
Penulis menyadari akan ada banyak kekurangan di setiap penulisan. Oleh sebab itu
penulis memohon maaf terlebih dahulu dan tetap memohon untuk kritik dan saran. Penulis
juga berterima kasih untuk waktu yang dipakai pembaca untuk membaca tulisan ini.

Medan, Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2
2.1 Persamaan-Persamaan Termodinamik...............................................................................2
2.2 Efek Meissner....................................................................................................................2
2.3 Potensial Vektor.................................................................................................................4
2.4 Konversi Fluxoid...............................................................................................................4
2.5 Persamaan London.............................................................................................................5
2.6 Aplikasi Persamaan London..............................................................................................6
2.7 Energi Permukaan pada Normal Superkonduktor.............................................................7
2.8 Solusi Parasitik..................................................................................................................7
2.9 Pengrusakan Material Superkonduktor karena Arus.........................................................8
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................9
3.1 Simpulan............................................................................................................................9
3.2 Saran..................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Superkonduktor merupakan bahan yang unik dibandingkan dengan bahan lain, yakni
terkait sifat kelistrikan dan kemagnetannya. Bahan superkonduktor diketahui memiliki
hambatan nol saat didinginkan sampai berada dibawah suhu kritis (critical temperature).
Fenomena hambatan nol inilah yang biasa disebut dengan sifat superkonduktivitas
superkonduktor (Barba dkk, 2008). Selama masih berada dibawah suhu kritis ternyata bahan
superkonduktor juga diketahui menolak seluruh medan magnet luar yang mengenainya
asalkan besar medan magnet luar tersebut tidak melebihi batas harga tertentu, sering disebut
dengan medan magnet kritis (critical field).
Fenomena seperti demikian disebut dengan efek Meissner). Setiap bahan
superkonduktor memiliki harga medan kritis dan suhu kritis tertentu, yakni berbeda antara
satu sama lain. Dengan sifatnya yang memiliki hambatan nol tersebut, maka bahan
superkonduktor berpotensi besar untuk dikembangkan dalam tenologi transmisi listrik dengan
energi disipasi yang sangat rendah. Selain itu, bahan superkonduktor juga sangat berpotensi
untuk diterapkan sebagai bahan penyusun kumparan levitasi magnet (magnetic levitating)
untuk kereta api berkecepatan tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja persamaan-persamaan termodinamik?
2. Apa yang dimaksud dengan efek meissner?
3. Apa yang dimaksud dengan potensial vektor?
4. Apa itu konversi fluxoid?
5. Apa yang dimaksud dengan persamaan london?
6. Apa saja aplikasi persamaan london?
7. Bagaimana energi permukaan pada normal superkonduktor?
8. Apa itu solusi parasitik?
9. Bagaimana pengrusakan material superkonduktor karena arus?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui persamaan-persamaan termodinamik
2. Untuk mengetahui efek meissner
3. Untuk mengetahui potensial vektor
4. Untuk mengetahui konversi fluxoid
5. Untuk mengetahui persamaan london
6. Untuk mengetahui aplikasi persamaan london
7. Untuk mengetahui energi permukaan pada normal superkonduktor
8. Untuk mengetahui solusi parasitik
9. Untuk mengetahui pengrusakan material superkonduktor karena arus

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Persamaan-Persamaan Termodinamik
Dalam konteks superkonduktor, terdapat beberapa persamaan termodinamika yang
digunakan untuk memahami sifat-sifat material pada suhu rendah di mana fenomena
superkonduktivitas terjadi. Beberapa persamaan termodinamika yang penting dalam teori
superkonduktor meliputi:
1. Persamaan Gibbs-Helmholtz: Persamaan ini menghubungkan perubahan energi bebas
Gibbs (G) suatu sistem dengan suhu (T) dan entalpi (H). Dalam teori superkonduktor,
persamaan ini dapat digunakan untuk memahami perubahan energi bebas dalam fase
superkonduktor pada berbagai suhu dan kondisi eksternal.

2. Persamaan London: Persamaan London adalah persamaan dasar dalam teori


superkonduktor yang menghubungkan arus listrik (J) dalam material superkonduktor
dengan medan magnet eksternal (B) dan konstanta superkonduktor (λ). Persamaan
London memberikan pemahaman tentang sifat elektrodinamika material
superkonduktor.

3. Persamaan Ginzburg-Landau: Persamaan Ginzburg-Landau adalah persamaan


termodinamika yang digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat superkonduktor
pada suhu di bawah suhu kritisnya. Persamaan ini menggambarkan parameter orde
superkonduktor (Ψ) dalam konteks fungsi gelombang superkonduktor.

4. Persamaan Maxwell: Persamaan Maxwell adalah persamaan dasar dalam


elektromagnetisme yang menghubungkan medan listrik (E) dan medan magnetik (B)
dengan muatan (ρ) dan arus (J) dalam medium. Persamaan Maxwell penting dalam
memahami interaksi antara medan magnet eksternal dan material superkonduktor.

Persamaan termodinamika digunakan dalam studi superkonduktor karena


memberikan pemahaman yang mendalam tentang sifat-sifat material pada suhu rendah di
mana fenomena superkonduktivitas terjadi.

2.2 Efek Meissner


Sejak ditemukan pada tahun 1911 oleh Heike Kamerlingh
Onnes, superkonduktivitas telah menjadi bidang penelitian penting bagi fisikawan dan

2
insinyur. Dimulai dengan penemuan merkuri sebagai bahan superkonduktor, daftar
superkonduktor telah berkembang hingga mencakup lebih dari sekedar logam konduktif,
karena banyak keramik juga menunjukkan sifat superkonduktor. Meskipun banyak logam
bersifat konduktif, tidak semua bahan penghantar bersifat superkonduktif, dan bahkan
beberapa isolator mampu menjadi superkonduktif dalam kondisi yang tepat. Superkonduktor
banyak diminati karena kemampuannya menurunkan resistivitas hingga nol ketika material
berada di bawah suhu tertentu.
Suhu kritis ini adalah perbedaan yang menentukan bagaimana superkonduktor
berperilaku, karena sifat-sifat superkonduktor berbeda di atas dan di bawah suhu kritis. Salah
satu fenomena yang terjadi pada superkonduktor di bawah suhu kritis adalah efek Meissner,
yaitu superkonduktor mengeluarkan seluruh medan magnet dari dalam dirinya. Salah satu
demonstrasi efek Meissner yang paling terkenal adalah kemampuannya membuat magnet
melayang di atas superkonduktor.
Ketika superkonduktor ditempatkan di dalam medan magnet luar yang lemah, medan
magnet akan menembus superkonduktor pada jarak yang sangat kecil dan dinamakan London
Penetration Depth (λ). Pada bahan superkonduktor umumnya London Penetration Depth (λ)
sekitar 100 nm. Setelah itu medan magnet bernilai nol. Peristiwa ini dinamakan Efek
Meissner (Shukor, 2009) dan merupakan karakteristik dari superkonduktor. Efek Meissner
adalah efek dimana superkonduktor menghasilkan medan magnet dari dalam bahan
superkonduktor. Efek Meissner ini sangat kuat sehingga sebuah magnet dapat melayang
karena ditolak oleh superkonduktor. Medan magnet dari luar juga tidak boleh terlalu besar.
Apabila medan magnetnya terlalu besar, maka efek Meissner ini akan hilang dan material
akan kehilangan sifat superkonduktivitasnya. Fenomena efek Meissner bahan superkonduktor
ditunjukkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Efek Meissner. (A). suhu bahan masih di atas suhu kritis superkonduktor, (B).
bahan sudah menjadi superkonduktor (T < Tc) sehingga medan magnet luar ditolak oleh
superkonduktor (Salmah, 2001).
Pada keadaan ini, London mempostulatkan bahwa medan induksi magnetik di dalam
bahan sama dengan nol (B=0) (Smith, 1990). Untuk pengujian efek meissner dapat dilihat
pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Efek Meissner pada superkonduktor yang memberikan gejala penolakan medan
magnet luar (Wanibesak, 2011).

3
2.3 Potensial Vektor
Dalam teori semikonduktor, potensial vektor memiliki peran penting dalam
memahami sifat-sifat listrik dan optik material semikonduktor. Potensial vektor sering kali
digunakan untuk menggambarkan medan listrik dan potensial elektrik di dalam material
semikonduktor. Salah satu formulasi umum yang digunakan adalah hukum Gauss untuk
medan listrik:
∇⋅E = ρ/ ε
Di mana E adalah medan listrik, ρ adalah kerapatan muatan, dan ε adalah permitivitas relatif
material.
Dalam teori BCS (Bardeen-Cooper-Schrieffer), penggunaan potensial vektor terkait
dengan formulasi khusus dari hukum Ohm untuk material superkonduktor. Dalam
superkonduktor, medan listrik efektif di dalam material (E) dapat dinyatakan sebagai gradien
dari potensial elektrokimia (ϕ) dikurangi dengan gradien dari potensial vektor (A), yang
dinyatakan dalam hukum Ohm superkonduktor:
E = −∇ϕ − ∂A/ ∂t
Di sini, A adalah potensial vektor yang terkait dengan medan magnetik eksternal, yang
mempengaruhi arus superkonduktor melalui hukum Lorentz. Efek Meissner, yang merupakan
fenomena penting dalam superkonduktivitas, juga melibatkan potensial vektor. Efek
Meissner menggambarkan penolakan medan magnet eksternal dari dalam bahan
superkonduktor pada saat bahan mencapai keadaan superkonduktif. Ini terjadi karena
perubahan dalam sifat-sifat elektrodinamika material superkonduktor, yang dipengaruhi oleh
potensial vektor.

2.4 Konversi Fluxoid


Salah satu efek koherensi fase jarak jauh adalah kuantisasi fluks magnet pada cincin
superkonduktor. Ini bisa berupa cincin, atau superkonduktor yang mengelilingi wilayah
nonsuperkonduktor. Susunan seperti itu dapat dilihat pada Gambar 2.3 di mana wilayah N
mempunyai kerapatan fluks di dalamnya akibat arus super yang mengalir di sekitarnya pada
wilayah superkonduktor S.

Gambar 2.3: Superkonduktor yang melingkupi wilayah non-superkonduktor.


Pada jalur tertutup XYZ yang mengelilingi daerah nonsuperkonduktor akan terdapat
perbedaan fasa gelombang pasangan elektron antara dua titik mana saja, misalnya X dan Y,
pada kurva akibat medan dan arus sirkulasi seperti yang diberikan oleh Persamaan 3.21.
Perubahan fase total di sekitar jalur XYZX dapat ditulis sebagai

4
dimana luasnya S dibatasi oleh XYZX.
Jika superelektron diwakili oleh satu gelombang maka pada titik mana pun di XYZX hanya
dapat memiliki satu nilai fasa dan amplitudo. Karena koherensi jangka panjang, fase bernilai
tunggal yang berarti keliling cincin harus sama dengan bilangan bulat apa pun.
Menulis ulang Persamaan 3.24 dengan menggunakan kondisi ini kita mempunyai definisi
untuk

dengan bagian tengah persamaan ini diberi nama fluksoid oleh F. dan H. London. Karena
gelombang hanya mempunyai nilai tunggal, fluksoid hanya dapat ada dalam satuan
terkuantisasi. Kuantum ini disebut flukson, , diberikan oleh

Konsep konservasi fluxoid merupakan bagian penting dari teori superkonduktor untuk
memahami sifat-sifat magnetik dan dinamika medan magnet dalam material
superkonduktor. Fluxoid, yang juga dikenal sebagai kwantum fluks magnetik, adalah
ukuran kuanta medan magnet yang terperangkap dalam suatu daerah tertentu dalam
superkonduktor.
Dalam teori superkonduktor, fluxoid adalah unit aliran magnetik yang dapat dianggap
sebagai unit aliran magnetik yang tidak dapat dibagi lagi.
Konsep konservasi fluxoid sangat penting dalam menjelaskan fenomena levitasi
magnetik pada superkonduktor (misalnya, levitasi superkonduktor di atas magnet
permanen), di mana medan magnet dari magnet permanen dapat menembus loop
superkonduktor dan terperangkap di dalamnya, menciptakan efek levitas. Efek levitasi
yang dimaksud dalam konteks teori superkonduktor adalah efek yang terkait dengan
magnetik levitasi. Dalam teori superkonduktor, superkonduktor dapat digunakan untuk
membentuk lapisan yang dapat membantu aliran magnetik untuk terbentuk dan
berpindah di dalam sistem levitasi.
Magnetik levitasi adalah proses di mana objek dapat diletakkan di atas sebuah magnet
dengan tidak terkunci ke magnet tersebut. Hal ini disebabkan oleh efek gravitasi yang
dikurangi oleh magnet, yang memungkinkan objek tersebut dapat melayangi di atas
magnet tersebut.

2.5 Persamaan London


Persamaan London , yang dikembangkan oleh saudara Fritz dan Heinz London pada
tahun 1935. Persamaan London adalah formulasi matematis yang menjelaskan respons
superkonduktor terhadap medan magnet eksternal. Persamaan London menyatakan bahwa

5
arus listrik yang mengalir dalam suatu superkonduktor sebanding dengan vektor potensial
magnetik yang diberikan, dengan konstanta proporsional yang bergantung pada sifat-sifat
intrinsik superkonduktor. Persamaan London umumnya dinyatakan sebagai berikut:

Dalam persamaan ini, arus listrik (J) dalam bahan superkonduktor ditentukan oleh
vektor potensial magnetik (A), dengan konstanta proporsional yang mencakup sifat-sifat
intrinsik material superkonduktor (seperti kerapatan partikel superkonduktor dan massa
efektif partikel). Persamaan London merupakan salah satu pilar dalam teori elektrodinamika
superkonduktor dan memberikan dasar untuk pemahaman tentang berbagai fenomena,
termasuk efek Meissner dan efek levitasi magnetik pada superkonduktor.
Dengan menggunakan Persamaan London, kita dapat memodelkan interaksi antara medan
magnet eksternal dan bahan superkonduktor, dan memprediksi bagaimana medan magnet
akan menembus atau ditolak oleh bahan superkonduktor.
Selain itu, Persamaan London juga digunakan dalam merancang berbagai aplikasi teknologi
superkonduktor, termasuk:
1. Sistem Levitasi Magnetik: Dengan menggunakan Persamaan London, kita dapat
merancang sistem levitasi magnetik di mana bahan superkonduktor dapat melayang di
atas atau di bawah magnet permanen tanpa sentuhan, berdasarkan prinsip penolakan
medan magnet eksternal.
2. Pembangkitan Energi: Persamaan London dapat digunakan dalam merancang
generator superkonduktor yang memanfaatkan efek Meissner untuk menghasilkan
listrik. Dalam generator ini, gerakan relatif antara medan magnet eksternal dan bahan
superkonduktor akan menghasilkan arus listrik yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi.
3. Sensor Magnetik: Persamaan London dapat digunakan dalam merancang sensor
magnetik yang sensitif untuk mendeteksi medan magnet dengan akurasi tinggi. Bahan
superkonduktor dapat digunakan sebagai elemen sensor dalam aplikasi seperti
pemetaan medan magnetik, pencitraan resonansi magnetik, dan deteksi magnetik
lainnya.

2.6 Aplikasi Persamaan London


Persamaan London adalah model matematis yang digunakan untuk menjelaskan
perilaku superkonduktor pada tingkat mikroskopis. Superkonduktor adalah bahan yang dapat
menghantarkan arus listrik tanpa resistansi saat suhu di bawah nilai tertentu, disebut sebagai
suhu kritis. Persamaan London dikembangkan oleh para fisikawan Inggris bernama Fritz
London dan Heinz London pada tahun 1935. Persamaan ini menyediakan dasar untuk
memahami fenomena superkonduktivitas.
Persamaan London membantu menjelaskan beberapa fenomena superkonduktivitas,
termasuk hukum Meissner dan efek penetrasi fluks magnetik. Meskipun persamaan ini
memberikan gambaran mikroskopis, untuk memodelkan fenomena superkonduktivitas secara
lebih rinci, sering kali digunakan persamaan yang lebih kompleks seperti persamaan
Ginzburg-Landau.

6
2.7 Energi Permukaan pada Normal Superkonduktor
Energi permukaan pada normal superkonduktor adalah konsep penting dalam
pemahaman tentang sifat-sifat permukaan antarmuka antara fase superkonduktor dan fase
normal dalam material superkonduktor. Fase superkonduktor mengacu pada keadaan di mana
material tersebut memiliki sifat superkonduktivitas, sementara fase normal adalah keadaan di
mana material kehilangan sifat superkonduktivitasnya.
Beberapa faktor yang memengaruhi energi permukaan pada normal superkonduktor meliputi:
1. Suhu: Energi permukaan dapat bervariasi dengan suhu, terutama di sekitar suhu kritis
di mana terjadi transisi fase antara fase superkonduktor dan fase normal.
2. Struktur Kristal: Struktur kristal material superkonduktor juga dapat memengaruhi
energi permukaan. Struktur kristal yang kompleks atau cacat kristal pada permukaan
dapat memengaruhi sifat-sifat permukaan antarmuka.
3. Kekuatan Ikatan: Kekuatan ikatan antara atom atau molekul di permukaan juga
memainkan peran penting dalam menentukan energi permukaan. Ikatan yang lebih
kuat cenderung menghasilkan energi permukaan yang lebih tinggi.

2.8 Solusi Parasitik


Solusi parasitik dalam konteks superkonduktor merujuk pada fenomena di mana
terdapat komponen atau fase tambahan dalam material superkonduktor yang tidak memiliki
sifat superkonduktivitas, dan keberadaannya dapat mengganggu atau bahkan menghambat
sifat-sifat superkonduktor dari material tersebut. Solusi parasitik dalam superkonduktor
merujuk pada ketidakmurnian atau komponen tambahan dalam material superkonduktor yang
dapat mengganggu atau menghambat sifat superkonduktivitasnya. Fenomena ini menjadi
fokus penelitian karena dapat mempengaruhi kinerja dan stabilitas superkonduktor
Beberapa jenis solusi parasitik dalam superkonduktor :
1. Kontaminasi: Kontaminan dalam material superkonduktor dapat berasal dari proses
sintesis atau lingkungan sekitarnya. Kontaminan ini dapat mengganggu struktur
kristal atau mengubah sifat-sifat elektronik material, mengurangi atau bahkan
menghilangkan sifat superkonduktivitasnya.
2. Defek Kristal: Cacat kristal seperti dislokasi, cacat butiran, atau retakan dalam
struktur kristal superkonduktor dapat menjadi penyebab solusi parasitik. Defek-defek
ini dapat mengganggu aliran arus superkonduktor atau mengubah sifat-sifat elektronik
material.
3. Inklusi dan Fasa Tambahan: Keberadaan inklusi atau fasa tambahan dalam material
superkonduktor juga dapat menyebabkan solusi parasitik. Inklusi atau fasa tambahan
ini dapat mengganggu interaksi antar partikel superkonduktor atau mengubah sifat-
sifat elektronik material.
4. Gradien Komposisi: Gradien komposisi dalam material superkonduktor, di mana
komposisi material berubah secara bertahap, juga dapat menyebabkan solusi parasitik.
Variasi komposisi ini dapat menghasilkan variasi sifat-sifat material dalam skala
mikroskopis.

7
2.9 Pengrusakan Material Superkonduktor karena Arus
Pengrusakan material superkonduktor karena arus merupakan fenomena yang penting
untuk dipahami dalam aplikasi superkonduktor yang melibatkan aliran arus listrik yang
tinggi. Ketika arus listrik melewati material superkonduktor, ada potensi untuk terjadi
pemanasan yang berlebihan atau kerusakan struktural karena arus yang kuat.
Beberapa mekanisme pengrusakan material superkonduktor karena arus meliputi:
1. Pemanasan Joule: Ketika arus listrik melewati material superkonduktor, sebagian
energi dari arus tersebut akan disipasikan dalam bentuk panas karena resistansi
internal material. Ini disebut pemanasan Joule. Jika arus yang melewati material
superkonduktor terlalu tinggi, pemanasan Joule yang dihasilkan dapat menyebabkan
pemanasan berlebihan yang dapat merusak struktur kristal material.
2. Efek Quench: Efek quench terjadi ketika suatu bagian dari material superkonduktor
kehilangan sifat superkonduktivitasnya karena pemanasan yang berlebihan akibat arus
yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan penurunan tiba-tiba dalam konduktivitas
listrik material di daerah yang terkena, dan dalam kasus ekstrim, dapat menyebabkan
kerusakan permanen pada material.
3. Efek Vortex: Ketika medan magnetik diterapkan pada material superkonduktor,
vorteks magnetik dapat terbentuk dalam material. Arus yang tinggi dapat
menyebabkan vorteks ini bergerak atau berinteraksi satu sama lain, yang dapat
menyebabkan kerusakan struktural atau penurunan kinerja superkonduktor.
4. Efek Elektromigrasi: Arus yang tinggi juga dapat menyebabkan gerakan ion atau
atom dalam struktur kristal material, yang dikenal sebagai efek elektromigrasi. Ini
dapat menyebabkan deformasi atau kerusakan pada struktur kristal, yang pada
gilirannya dapat mempengaruhi sifat-sifat material, termasuk sifat-sifat
superkonduktivitas

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Dalam konteks superkonduktor, terdapat beberapa persamaan termodinamika yang
digunakan untuk memahami sifat-sifat material pada suhu rendah di mana fenomena
superkonduktivitas terjadi. Beberapa persamaan termodinamika yang penting dalam
teori superkonduktor meliputi: Persamaan Gibbs-Helmholtz; Persamaan London;
Persamaan Ginzburg-Landau; Persamaan Maxwell
2. Efek Meissner adalah efek dimana superkonduktor menghasilkan medan magnet dari
dalam bahan superkonduktor. Efek Meissner ini sangat kuat sehingga sebuah magnet
dapat melayang karena ditolak oleh superkonduktor. Medan magnet dari luar juga
tidak boleh terlalu besar. Apabila medan magnetnya terlalu besar, maka efek Meissner
ini akan hilang dan material akan kehilangan sifat superkonduktivitasnya.
3. Potensial vektor memiliki peran penting dalam memahami sifat-sifat listrik dan optik
material semikonduktor. Potensial vektor sering kali digunakan untuk
menggambarkan medan listrik dan potensial elektrik di dalam material semikonduktor
4. Konsep konservasi fluxoid merupakan bagian penting dari teori superkonduktor untuk
memahami sifat-sifat magnetik dan dinamika medan magnet dalam material
superkonduktor. Fluxoid, yang juga dikenal sebagai kwantum fluks magnetik, adalah
ukuran kuanta medan magnet yang terperangkap dalam suatu daerah tertentu dalam
superkonduktor.
5. Persamaan London , yang dikembangkan oleh saudara Fritz dan Heinz London pada
tahun 1935. Persamaan London adalah formulasi matematis yang menjelaskan
respons superkonduktor terhadap medan magnet eksternal. Persamaan London
menyatakan bahwa arus listrik yang mengalir dalam suatu superkonduktor sebanding
dengan vektor potensial magnetik yang diberikan, dengan konstanta proporsional
yang bergantung pada sifat-sifat intrinsik superkonduktor.
6. Persamaan London membantu menjelaskan beberapa fenomena superkonduktivitas,
termasuk hukum Meissner dan efek penetrasi fluks magnetik
7. Energi permukaan pada normal superkonduktor adalah konsep penting dalam
pemahaman tentang sifat-sifat permukaan antarmuka antara fase superkonduktor dan
fase normal dalam material superkonduktor.
8. Solusi parasitik dalam superkonduktor merujuk pada ketidakmurnian atau komponen
tambahan dalam material superkonduktor yang dapat mengganggu atau menghambat
sifat superkonduktivitasnya
9. Pengrusakan material superkonduktor karena arus merupakan fenomena yang penting
untuk dipahami dalam aplikasi superkonduktor yang melibatkan aliran arus listrik
yang tinggi.

3.2 Saran

9
Dalam menyusun suatu makalah anda harus memperbanyak membaca referensi
yang tersedia di buku, atau di media sosial agar wawasan anda semakin bertambah, sehingga
hasil dari makalah anda memiliki isi yang berbobot.
DAFTAR PUSTAKA

AG Anderson dan AG Redfield (1959), Relaksasi Spin-Kisi Nuklir pada Logam, Phys. Pdt. B
116, 583-591.

Kasap, J. (2006). Prinsip Bahan dan Perangkat Elektronik . New York: McGraw Hill. Hal
729-736.

Merle & Craig. (2008). Termodinamika Teknik. Jakarta: Erlangga.

PW Anderson (1959), Teori Superkonduktor Kotor, J. Phys. kimia. Padat 11, 26-30.

10

Anda mungkin juga menyukai