Anda di halaman 1dari 18

PENGANTAR FISIKA ZAT PADAT

“ Konduktivitas Thermal Logam, Efek Hall, dan Superkonduktor”

Dosen Pengampu:
Drs. Putu Yasa, M. Si.
I Gede Arjana, S. Pd., M. Sc.,RWTH

Oleh:
Agnes Cesarina Dwilestari (1913021016)
Dinauli Br Sianturi (1913021020)
7B Pendidikan Fisika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena atas berkat rahmat-Nya, makalah ini yang berjudul
“Konduktivitas Thermal Logam, Efek Hall, dan Superkonduktor” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapat bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Putu Yasa, M. Si dan I Gede Arjana, S.Pd., M. Sc., RWTH, sebagai
dosen pengampu mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat.
2. Rekan – rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah banyak membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis sadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan karya tulis ini. Tidak lupa penulis memohon maaf apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang
konduktivitas thermal logam, efek hall, dan superkonduktor Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak dan keberhasilan selalu berpihak pada kita semua.

Singaraja, 01 Desember 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

2.1 Konduktivitas Termal Logam ....................................................................................... 3

2.2 Efek Hall ....................................................................................................................... 5

2.3 Superkonduktor ............................................................................................................. 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 14

3.2 Saran .............................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perpindahan termal (panas) secara konduksi merupakan proses
perpindahan energi dari tempat yang bertemperatur tinggi ke tempat yang
bertemperatur rendah. Panas akan berpindah secara estafet dari satu partikel ke
partikel lainnya dalam medium tersebut. contoh perpindahan kalor secara
konduksi terjadi pada logam. Jika salah satu ujung sebuah batang logam
diletakkan di dalam nyala api, sedangkan ujung yang satu lagi dipegang, bagian
yang dipengang ini akan terasa makin lama makin panas, walaupun tidak kontak
langsung dengan nyala api itu. Sedangkan konduktivitas listrik adalah
kemampuan dari larutan, logam atau gas, untuk menghantarkan arus listrik.
Kemampuan ini dilakukan oleh kation dan anion, sedangkan dalam logam
dilakukan oleh elektron. Seberapa baik suatu zat menghantarkan listrik
tergantung pada beberapa faktor seperti konsentrasi, mobilitas ion, ion valensi,
dan temperatur. Semua zat memiliki beberapa tingkat konduktivitas.
Pertama kali efek Hall ditemukan oleh Dr. Edwin Hall pada tahun 1879. Ia
menemukan bahwa jika sebuah magnet diletakkan dan medan magnet tersebut
tegal lurus dengan suatu permukaan palat emas yang dialiri arus, maka timbul
beda potensial pada ujung-ujung berlawanan. Beliau menemukan bahwa
tegangan yang terjadi sebanding dengan besarnya arus yang mengalir dan
densitas fluks atau induksi magnet yang tegak lurus terhadap pelat. Efek hall
adalah suatu peristiwa berbeloknya aliran listrik (elektron) dalam pelat
konduktor karena adanya pengaruh medan magnet. Konstanta hall pada setiap
bahan akan berbeda termasuk pada perak dan wolfram, konstanta hallnya akan
berbeda. Dan adapun yang menyebabkan harga konstanta hall perak dan wolfram
berbeda adalah karena jenis pembawa muatan yang berbeda, jika perak jenis
pembawa muatannya adalah positif (hole) sedangkan wolfram jenis pembawa
muatan negatif (elektron). Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai

1
konduktivitas thermal logam, efek hall, dan superkonduktor akan dibahas pada
makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimanakah konduktivitas termal logam?
1.2.2 Bagaimanakah efek hall tersebut?
1.2.3 Bagaimanakah superkonduktor tersebut?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini
yaitu:
1.3.1 Untuk menganalisis konduktivitas termal logam.
1.3.2 Untuk menganalisis efek hall.
1.3.3 Untuk menganalisis superkonduktor.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulis makalah ini yaitu sebagai
berikut:
1.4.1 Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini telah memberikan berbagai pengalaman bagi
penulis yaitu pengalaman mengumpulkan bahan. Penulis juga mendapat ilmu
untuk memahami dan menganalisis materi yang ditulis dalam makalah ini serta
mendapatkan berbagai pengalaman mengenai teknik penulisan makalah, teknik
pengutipan dan penggabungan materi dari beberapa sumber.
1.4.2 Bagi Pembaca
Penulis berharap agar mahasiswa dan berbagai pihak yang membaca
makalah ini, akan mendapatkan pengetahuan mengenai konduktivitas termal
logam, efek hall, dan superkonduktor.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konduktivitas Termal Logam


Bola ujung-ujung sebuah kawal logam berapa pada temperatur yang
berbeda, maka panas akan mengalis dari ujung dengan temperatur lebih tinggi
ke ujung dengan temperatur lebih rendah. Kenyataan eksperimen menunjukkan
bahwa sejumlah energi termal Q melewati satuan luas per satuan waktu
bergantung pada gradien temperatur,
dT
Q=-K (2.1)
dx

dimana K menyatakan konduktivitas termal. Pada padatan jenis isolator panas


diangkut seluruhnya oleh fonon, tapi dalam logam panas dipindahkan oleh
elektron-elektron bebas yang ada pada logam dan fonon. Oleh karena itu
konduktivitas panas jenis logam adalah dihasilkan oleh;

K = Ke + Kf (2.2)

Di mana Ke dan Kf berturut-turut menyatakan konduktivitas panas dari elektron


bebas dan konduktivitas panas dari fonon. Pada kebanyakan logam kontribusi
elektron terhadap konduktivitas panas jauh lebih tinggi dari fonon, biasanya Ke 
102 Kf. Oleh karena itu dalam pembahasan konduktivitas termal logam
kontribusi dari fonon akan diabaikan, dianggap sepenuhnya merupakan
kontribusi dari elektron bebas. Proses Fisika dengan mana konduksi panas terjadi
melalui elektron-elektron yang digambarkan pada gambar 1 berikut.

𝑇2 𝑇2 > 𝑇1 𝑇1

𝐸𝐹

3
Gambar 1. Proses Konduksi termal panas

Elektron dari ujung yang panas ( sebelah kiri) bergerak kesegala arah tapi
sebagian tertentu bergerak ke kanan dengan membawa energi ke ujung yang lebih
dingin. Keadaan yang sama sebagain tertentu dari elektron-elektron diujung yang
lebih dingin (sebelah kanan) bergerak ke ke kiri menuju ujung yang lebih panas
juga dengan membawa energi. Arus gerak elektron dalam arah yang saling
berlawanan adalah sama, tapi karena elektron-elektron dari ujung yang lebih
panas lebih energik maka sejumlah energi dipindahkan ke kanan menghasilkan
arus panas. Perlu dicatat bahwa panas hanya dipindahkan oleh elektron-elektron
yang memiliki keadaan tataran energi dekat dengan tataran energi Fermi.

Untuk menentukan konduksi termal K secara kuantitatif, digunakan formula

klasik K = 1 c v l , dengan c menyatakan panas jenis elektronik , v laju elektron


3

Fermi dan l lintasan bebas rata-rata elektron Fermi. Karena hanya elektron-
elektron dengan tataran energi yang mendekati tataran energi Fermi yang efektif
melakukan perpindahan kalor maka konduktivitas panas dapat dinyatakan
dengan;

  2 Nk 2T 
K = 1  v F .lF (2.3)
3 2 E 
 F 

dengan menyatakan EF = ½ m v 2F dan lF / vF = F maka secara sederhana

konduktivitas panas K dapat dinyatakan

 2 N k 2T F
K= (2.4)
3m

Persamaan 2.4 menyatakan konduktivitas termal dalam sifat-sifat elektronik dari


logam dan Temperatur absolut pengukuran. Berikut ini dikemukakan contoh
konduktivitas termal dan bilangan Lorentz dari beberapa logam dari tabel di
bawah.

4
Tabel 2.1 Konduktivitas termal dan bilangan Lorentz beberapa logam
Unsur logam Na Cu Ag Au Al Cd Ni Fe

K (kal/m K s) 33 94 100 71 50 24 14 16
L (kal Ohm /s K) 5,2 5,4 5,6 5,9 4,7 6,3 3,7 5,5
10-9
Beberapa dari parameter zat padat muncul dalam konduktivitas termal K dan

n e 2
konduktivitas listrik . Dengan menyatakan  seperti persamaan :  =
m

maka diperoleh bilangan Lorentz L yang didefinisikan sebagai ;

K  k 
L= = 1  (2.5)
 T 3 e 

Persamaan (2.5) menunjukkan bahwa bilangan Lorentz hanya bergantung pada


konstanta universal k dan e, maka harganya sama untuk semua logam, yaitu 5,8 x 10-9
kal ohm/s K2. Persamaan (2.5) juga dikenal sebagai hukum Wiedemann dan Franz.
Dari tabel 2.1 tampak beberapa bilangan Lorentz yang mendekati harga prediksi, hal
ini terjadi karena beberapa faktor diantaranya penguunaan model elektron bebas yang
agak sederhana, penyederhanaan dalam perhitungan koefisien  dan K.

2.2 Efek Hall


Sebelum pembahasan dilakukan lebih lanjut tentang efek Hall, maka akan
dilakukan pembahasan tentang siklotron terlebih dahulu. Medan magnet yang bekerja
pada plat logam seperti ditunjukkan gambar 3 menyebabkan elektron-elektron
bergerak melingkar dengan bidang gerak tegak lurus arah medan magnet. Frekuensi
gerak melingkar tersebut dikenal dengan frekwensi siklotron. Hubungan perpindahan
bola Fermi dengan F dapat dinyatakan;

 d 1
 + k = F (2.6)
 dt  

5
suku pertama menyatakan suku percepatan partikel bebas dan suku kedua
menyatakan efek dari tumbukan-tumbukan .

Sekarang tinjaulah gerak suatu sistem dalam medan magnet serba sama B.
Gaya Lorentz pada sebuah elektron akibat dari bekerjanya medan listrik E dan medan
magnet B adalah dinyatakan oleh persamaan

F = −e(E + v x B ) (2.7)

karena mv = k maka persamaan gerak elektron dapat dinyatakan dengan

 d 1
m +  v = - e(E + v x B ) (2.8)
 dt  

z
elektron

x Gambar. 3 Siklotron

maka persamaan gerak partikel bermuatan adalah

 d 1
(
m +  v x = - e E x + Bv y ) (2.9)
 dt  

 d 1
(
m +  v y = - e E y + Bv x )
 dt  

 d 1
m +  vz = - e.E z
 dt  

untuk kasus medan listrik dalam keadaan mantap, maka turunan terhadap t adalah nol
sehingga diperoleh kecepatan aliran yaitu;

6
e
vx = − Ex −   vy (2.10)
m

e
vy = − E y −   vx
m

e
vz = − Ez
m

dimana  = eB/m adalah frekwensi Siklotron.

Proses fisika terjadinya efek Hall digambarkan seperti gambar 4 berikut.

Gambar 4. Medan Hall pada balok logam berarus listrik dalam medan magnet

Medan Hall adalah medan listrik yang muncul antara dua permukaan konduktor
dalam arah j x B bila arus listrik j melewati medan magnet B. Tinjaulah balok logam
yang berarus listrik jx dan medan magnet B yang saling tegak lurus . Jika arus listrik
mengalir dalam arah x dan medan magnet dikerjakan pada kawat searah sumbu z.
Karena arus listrik dianggap mengalir dalam arah x positip maka terjadi gerakan
elektron dengan kecepatan aliran dalam arah x negatip dengan kecepatan vd (drift
velocity). Karena ada medan magnet B yang bekerja pada sistem tersebut maka
elektron dalam geraknya akan mengalami gaya magnet FB = -ev x B. Gaya magnet
tersebut akan menyebabkan arah gerak elektron mengalami defleksi ke arah y negatif,
akibatnya pada arah y negatip akan terjadi pengumpulan muatan negatif dari elektron
dan pada arah y positip terjadi pengumpulan muatan positip, sehingga menhasilkan
medan listrik yang arahnya ke sumbu y negatif. Medan tersebut disebut medan Hall.

7
Besarnya medan Hall dapat ditentukan sebagai berikut; karena arus listrik
tidak mengalir searah sumbu y maka vy = 0, dari persamaan 2.10 kondisi ini akan

mungkin bila ada medan listrik yang tegak lurus jx dan B yaitu;

e B
E y = −  E x = − Ex (2.11)
m

Ex adalah medan listrik yang dikerjakan untuk menghasilkan jx, dengan demikian

besarnya medan Hall yang dihasilkan ditentukan oleh medan jx dan B. Besaran yang
didefinisikan dari;

Ey
RH = (2.12)
jx B

disebut koefisien Hall. Untuk menghitung koefisien Hall dari model sederhana di
atas, gunakan formulasi hukum ohm untuk rapat arus jx = n e2  Ex / m, maka
diperoleh;

1
RH = − (2.13)
ne

Persamaan (2.13) menunjukkan bahwa koefisien Hall bergantung pada konsentrasi


pembawa muatan, untuk elektron bebas konstanta Hall ini akan berharga negatif
karena konsekwensi dari muatan negatip yang dibawa elektron. Jika pembawa
muatan adalah hole maka konstanta Hall akan menjadi positip. Persamaan (2.13)
digunakan sebagai teknik standar untuk menentukan konsentrasi pembawa muatan
dalam konduktor. Tabel 2.2 menunjukkan konstanta Hall untuk beberapa logam
pada suhu kamar.

Tabel 2.2 Konstanta Hall ( volt m3/ Ampere weber) beberapa logam

Li Na Cu Ag Au Zn Cd Al

-1,7 x 10-10 -2,5 -0,55 -0,88 -0,72 +0,3 +0,6 -0,3

8
2. 3 Superkonduktor

Pada suhu rendah resistansi dari sebuah logam adalah mendekati nilai tetap.
Bila suhu suatu material diturunkan maka kontribusi kisi terhadap resistansi material
tersebut akan turun, sedangkan kontribusi dari pengotor akan menjadi tetap, dan untuk
suhu mendekati 0 K maka resistansi akan mendekati nilai tetap. Logam-logam yang
memiliki perilaku demikian dikenal sebagai logam-logam normal, dengan perilaku
resistansi seperti dilukiskan pada gambar di bawah
Resistivitas

Temperatur

Gambar 5. Resistansi dari konduktor alamiah

Terdapat sejenis logam lainnya yang memiliki perilaku agak berbeda dengan yang
dilukiskan gambar di atas, logam ini pada umumnya berperilaku normal, akan tetapi
pada suhu kritis tertentu TC (yang bergantung pada sifat-sifat logam) resistansi logam
tersebut secara tiba-tiba jatuh ke titik nol, seperti dilukiskan oleh gambar 6 di bawah.
Resistivitas

TC Temperatur

9
Gambar 6. Resistansi dari superkonduktor
Bahan-bahan yang berperilaku seperti digambarkan gambar 6 dikenal sebagai
superkonduktor. Resistansi dari sebuah bahan superkonduktor tidak hanya sangat
kecil pada suhu di bawah TC, bahkan resistansinya menghilang. Bahan demikain
dapat menghatarkan arus listrik bahkan dalam keadaan tanpa tegangan dan
penghantaran terjadi dengan tanpa adanya energi yang hilang sebagai sebagai panas
( I2R). Dalam keadaan bersifat superkonduktor resistivitas listrik adalah nol atau
mendekati nol yang memungkinkan untuk mengamati arus listrik yang mengalir tidak
mengalami atenuasi.

Dalam kebanyakan bahan-bahan superkonduktor khususnya dalam hal ini


bahan magnet superkonduktor waktu peluruhan tertentu teramati karena adanya
redistribusi fluks magnet yang bersifat irreversible. Sifat-sifat magnetik yang
ditunjukkan oleh superkonduktor adalah khas seperti yang ditunjukkan oleh sifat-sifat
listriknya. Sifat-sifat magnetik dari superkonduktor tidak dapat ditemukan dengan
asumsi bahwa superkonduktor adalah sebuah konduktor biasa yang memiliki
resistivitas listrik sama dengan nol.

Fakta eksperimen menunjukkan bahwa sebuah balok superkonduktor dalam


medan magnet yang lemah akan bekerja sebagai sebuah diamagnetik sempurna,
dengan induksi magnet bagian dalamnya sama dengan nol. Bila sebuah spesemen
(sampel) ditempatkan dalam sebuah medan magnet dan kemudian didinginkan
melalui transisi temperatur superkonduktor, maka fluks magnet tampak ditolak dari
sampel, keadaan ini disebut efek Meissner. seperti ditunjukkan oleh gambar 7.

10
Gambar 7. Efek Meisser sebuah bola superkonduktor yang didinginkan dalam medan
magnet tetap

Keadaan khas dari sifat-sifat magnetik dari superkonduktor merupakan


karakteristik dari suatu sampel yang berada dalam keadaan superkonduktor.
Superkonduktor terjadi pada beberapa unsur logam dan alloy, gabungan antar logam,
dan semikonduktor tak murni. Interval temperatur transisi yang diketahui sekitar 23,2
K untuk campuran Nb3Ge sampai di bawah 0,001 K untuk unsur Rh. Beberapa bahan
menjadi superkonduktor hanya pada tekanan tinggi sebagai contoh Si memiliki
bentuk superkonduktor pada tekanan 165 kbar dengan TC = 8,3 K.

Sebuah medan magnet yang cukup kuat akan merusak sifat superkonduktor,
nilai ambang atau kritis dari medan magnet yang menyebabkan hilangnya sifat
superkonduktor dari suatu campuran dinyatakan dengan Hc(T) yang merupakan
fungsi dari temperatur. Pada temperatus kritis maka medan magnet kritis adalah nol :
Hc(Tc) = 0. Perlu dicatat bahwa nilai kritis dari medan magnet dinyatakan sebagai Bac,
akan tetapi para praktisi superkonduktor lebih sering manggunakan nilai Hc dengan
Hc = Bac/μo. Notasi Ba menyatakan medan magnet yang dikenakan pada
superkonduktor.

Meissner dan Ochsenfeld (1933) menemukan bahwa jika sebuah


superkonduktor didinginkan dalam medan magnet sampai di bawah suhu transisi
maka pada suhu transisi garis-garis kuat medan magnet akan di tolak seperti
ditunjukkan gambar 7. Efek Meissner menunjukkan bahwa sebuah batang sampel
berperilaku sebagai superkonduktor jika di dalam sampel B = 0. Keadaan dapat
diperoleh khususnya bentuk khusu dari sampel yaitu sebuah sampel memanjang tipis
dengan sumbu sejajar Ba, sehingga kontribusi medan termagnetisasi akan dapat
diabaikan dengan syarat;

(CGS) B = Ba + 4π.M = 0 (2.14)

(SI) B = Ba + μoM = 0

11
Hasil B = 0 tidak dapat diturunkan dari karakterisasi superkonduktor sebagai medium
dengan resistivitas sama dengan nol. Dari hukum Ohm E = ρ.J , dapat ditunjukkan
bahwa jika resistivitas sama dengan nol sementara J dibuat tertentu maka E haruslah
menjadi nol. Dengan Persamaan Maxwell dB/dt bergantung pada curl E , maka
resistivitas nol berakibat dB/dt = 0. Argumentasi ini tidak seluruhnya jelas tapi
hasilnya memprediksi bahwa fluks magnet yang melalui logam tidak dapat berubah
terhadap pendinginan melalui transisi. Hasil ini berlawanan dengan efek meissner
yang menunjukkan bahwa diamagnetik sempurna merupakan sifat penting dari
keadaan superkonduktor.

Perbedaan yang lain dari superkonduktor dengan konduktor. Diperoleh


bahawa pada sebuah konduktor dalam mana elektronelektron memeiliki lintasan
bebas tak hingga, bila masalahnya dipecahkan secara lengkap diperoleh bahwa
sebuah konduktor sempurna bila ditempatkan dalam medan magnet tidak dapat
menghasilkan lapisan arus eddy secara permanen medan akan masuk sekitar 1 cm
dalam waktu satu jam.

Kurva magnetizasi yang diharapkan dari sebuah superkonduktor di bawah


kondisi percobaan Meissner-Ohcsenfeld dilukiskan pada gambar 8, ini merupakan
hasil kuantitatif dari sebuah sampel superkonduktor dalam bentuk padatan slinder
memanjang yang ditempatkan dalam sebuah medan magnet longiotudinal. Sampel
murni dari beberapa bahan superkonduktor perilaku seperti ini. Superkonduktor yang
memiliki perilaku seperti dilukiskan pada gambar 8.a disebut superkonduktor tipe I
atau superkonduktor lunak. Superkonduktor tipe I memiliki nilai Hc cukup rendah dan
bermanfaat untuk aplikasi teknik dalam lilitan untuk membuat magnet
superkonduktor.

12
Gambar 8 (a). Grafik medan magnetizasi terhadap medan yang dikenakan pada untuk
superkonduktor yang sesuai efek Meissner (superkonduktor tipe I)
(b). Grafik medan magnetizasi terhadap medan yang dikenakan pada
untuk superkonduktor tipe II

Terdapat bahan superkonduktor yang menunjukkan kurve magnetizasi seperti


gambar 8b, yang dikenal dengan superkonduktor tipe II, superkonduktor-
superkonduktor tipe II pada umumnya dalam bentuk alloy atau transisi logam yang
dalam keadaan normal memiliki nilai resistivitas listrik tinggi yaitu dengan lintasan
bebas rata-rata elektronik yang pendek. Dari kurve di atas, superkonduktor tipe II
memiliki sifat-sifat superkonduktivtas listrik di atas sebuah medan magnet yang
dinyatakan dengan Hc2. Antara medan magnet kritis lebih rendah Hc1 dan medan
magnet kritis lebih tinggi Hc2 kerapatan fluks magnet B ≠ 0 dan efek Meissner
dikatan tidak lengkap. Melalui perhitungan termodinamik diperoleh nilai Hc2
mencapai 100 kali lebih tinggi dari nilai medan magnet kritis Hc. Dalam daerah antara
Hc1 dan Hc2 superkonduktor diarahkan garis-garis fluks magnet dan dikatakan dalam
keadaan kisaran (vortex). Di atas Hc2 sampel dalam keadaan konduktor normal .

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

✓ Karena hanya elektron-elektron dengan tataran energi yang mendekati


tataran energi Fermi yang efektif melakukan perpindahan kalor maka
konduktivitas panas dapat dinyatakan dengan;
  2 Nk 2T 
K = 1  v F .lF
3 2 E 
 F 

✓ Medan Hall adalah medan listrik yang muncul antara dua permukaan
konduktor dalam arah j x B bila arus listrik j melewati medan magnet B.
Tinjaulah balok logam yang berarus listrik jx dan medan magnet B yang
saling tegak lurus . Jika arus listrik mengalir dalam arah x dan medan magnet
dikerjakan pada kawat searah sumbu z.
✓ Pada suhu rendah resistansi dari sebuah logam adalah mendekati nilai tetap.
Bila suhu suatu material diturunkan maka kontribusi kisi terhadap resistasi
material tersebut akan turun, sedangkan kontribusi dari pengotor akan
menjadi tetap, dan untuk suhu mendekati 0 K maka resistansi akan
mendekati nilai tetap.

3.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan penulis kepada para pembaca yaitu melalui
makalah dengan judul “Konduktivitas Thermal Logam, Efek Hall, dan
Superkonduktor” bisa menambah wawasan pengetahuan terkait materi Pengantar
Fisika Zat Padat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Yasa, Putu. 2004. Pengantar Fisika Zat Padat.

Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha. Diakses pada Sabtu, 15 Oktober


2022 pukul 17.00 WITA

Terraningtyas, Ambarwati. 2022 Makalah Medan Magnet dan Efek Hall.

Semarang : Universitas Negeri Semarang. Diakses melalui link :

(PDF) Makalah Medan Magnet dan Efek Hall | Ambarwati Terraningtyas -


Academia.edu pada Kamis, 01 Desember 2022 pukul 17.00 WITA

15

Anda mungkin juga menyukai