Oleh :
i
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
Eksperimen sinar katoda ini dapat mengetahui dan memahami sifat maupun
karakteristik elektron yang berguna dalam bidang kelistrikan. Prinsip kerja dari
sinar katoda diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti osiloskop. Prinsip kerja
osiloskop menggunakan tabung sinar katoda dengan cara katoda yang dipanaskan,
akan terjadi emisi elektron termionik. Beda potensial yang tinggi antara anoda dan
katoda akan mempercepat gerak elektron. Elektron yang keluar dari anoda diatur
oleh kisi kontrol yang memiliki potensial lebih negatif daripada katoda, banyak
sedikitnya elektron ini berpengaruh pada intensitas yang dihasilkan pada layar
fluoresen.
menentukan nilai muatan dan massa elektron yakni untuk mengetahui prinsip kerja
dari tabung sinar katoda yang di zaman sekarang banyak diterapkan dalam alat-alat
elektronika salah satunya adalah pada televisi. Prinsip kerjanya yaitu dalam tabung
sinar katode, elektron-elektron secara terarah diarahkan menjadi pancaran elektron
dan pancaran elektron ini difokuskan dengan alat “defleksi yoke” oleh medan
magnetik untuk diarahkan kearah posisi Horisontal dan Vertikal untuk men”scan”
permukaan di ujung pandang (anode), yang sebaris dengan bahan berfosfor
(biasanya berdasar atas logam transisi atau rare earth. Elektron akan menyebabkan
timbulnya cahaya, ketika elektron menyentuh material pada layar. Sebelum
elektron ini menyentuh fosfor, dilayar tabung kaca elektron-elektron itu menembus
pelat yang sangat tipis yang berlobang-lobang disebut skrin yang hampir sama
luasnya dengan lebar layar tabung untuk memfokuskan tiga bintik warna RGB
(Red, Green, Blue) untuk tabung layar warna.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah
Tahun 1869 fisikawan Jerman Johann Wilhelm Hittorf melakukan kajian
mengenai konduktivitas listrik dalam gas. Eksperimen ini berhasil menemukan
sebuah pancaran yang dipancarkan dari katoda dimana ukurannya dari pancaran ini
terus meningkat seiring dengan menurunnya tekanan gas. Tahun 1876, fisikawan
Jerman Eugen Goldstein menunjukkan bahwa sinar pancaran ini menghasilkan
bayangnya dan kemudian diberi nama sinar katoda. William Crookes tahun 1870-
an mengembangkan tabung katoda pertama dalam keadaan vakum. Sinar berpendar
yang tampak di dalam tabung tersebut membawa energi dan bergerak dari katoda
menuju ke anoda. Sinar dalam tabung tersebut dapat berbelok ketika menggunakan
medan magnetik maka disimpulkan bahwa berkas ini berperilaku seolah-olah ia
bermuatan negatif. Tahun 1879, Crookes mengajukan bahwa sifat-sifat ini dapat
dijelaskan menggunakan apa yang ia istilahkan sebagai ‘materi radian’ (radiant
matter) (Krane, 1986).
Fisikawan Britania kelahiran Jerman Arthur Schuster memperluas eksperimen
Crookes dengan memasang dua pelat logam secara paralel terhadap sinar katoda
dan memberikan potensial listrik antara dua pelat tersebut. Medan ini kemudian
membelokkan sinar menuju pelat bermuatan positif, memberikan bukti lebih jauh
bahwa sinar ini mengandung muatan negatif. Pembelokan sinar diukur besarnya
sesuai dengan arus listrik yang diberikan, pada tahun 1890, Schuster berhasil
memperkirakan rasio massa terhadap muatan komponen-komponen sinar.
Perhitungan ini menghasilkan nilai yang seribu kali lebih besar daripada yang
diperkirakan, sehingga perhitungan ini tidak dipercayai saat itu (Zemansky, 1986).
Tahun 1896, fisikawan J.J. Thomson bersama dengan koleganya John S.
Townsend dan H.A. Wilson, melakukan eksperimen yang mengindikasikan bahwa
sinar katode benar-benar merupakan partikel baru dan bukanlah gelombang, atom,
ataupun molekul seperti yang dipercayai sebelumnya. Thomson membuat perkiraan
yang cukup baik dalam menentukan muatan e dan massa m, dan menemukan bahwa
partikel sinar katode, yang ia sebut “corpuscles” mungkin bermassa seperseribu
4
5
massa ion terkecil yang pernah diketahui (hidrogen). Ia menunjukkan bahwa massa
terhadap muatan, e/m, tidak tergantung pada material katode. Ia lebih jauh lagi
menunjukkan bahwa partikel bermuatan negatif yang dihasilkan oleh bahan-bahan
radioaktif, bahan-bahan yang dipanaskan, atau bahan-bahan yang berpendar
bersifat universal. Nama elektron kemudian diajukan untuk menamakan partikel ini
oleh fisikawan Irlandia George F. Fitzgerald, dan seterusnya mendapatkan
penerimaan yang universal (Beiser 1998).
catu daya dan kembali ke katoda, sehingga sinar katoda membawa arus listrik
melalui tabung (Wospakrik, 2005).
Tabung sinar katoda menggunakan sinar elektron sebelum sifat dasar sinar itu
dimengerti, sinar itu dinamakan sinar katoda ketika sinar itu muncul keluar dari
katoda (elektroda negatif) dari sebuah tabung ruang hampa dengan tekanan sebesar
sekitar 0,01 Pa (10^-7 atom) atau lebih kecil. Pada tekanan yang lebih besar,
tumbukan sebesar elektron dengan molekul udara akan menghamburkan sinar
elektron itu secara berlebih-lebihan. Katoda diujung kiri dinaikkan suhunya oleh
pemanas, dan elektron menguap dari permukaan katoda itu. Anoda yang
mempercepat elektron itu dengan sebuah lubang kecil di pusatnya. Selisih potensial
itu menimbulkan sebuah medan listrik yang arahnya dari kanan ke kiri di daerah
antara anoda yang mempercepat elektron dan katoda.Elektron lewat melalui lubang
dalam anoda itu membentuk sebuah berkas sinar yang sempit dan berjalan dengan
kecepatan horizontal yang konstan dari anoda ke layar flouresence (layar pijar).
Kawasan dimana elektron itu menumbuk layar akan bercahaya terang (Young,
2000).
Ruhmkorf. Keadaan akan berubah jika udara dalam tabung dikeluarkan sehingga
tekanan udara menjadi kecil dan letak-letak molekul udara manjadi renggang. Pada
tekanan 4 cm Hg dalam tabung memancarkan cahaya merah-ungu. Cahaya ini
akan menghilang sejalan denga semakin kecilnya tekanan. Pada tekanan 0,02 mm
Hg udara dalam tabung tidak lagi memancarkan cahaya namun kaca dimuka katoda
berpendar kehijauan. Crookes berpendapat bahwa dari katoda dipancarkan sinar
yang tidak tampak yang disebut Sinar katoda. Sinar katoda dapat di pelajari karena
bersifat memendarkan kaca. Sinar Katoda adalah arus elektron dengan kecepatan
tinggi yang keluar dari katoda. Simpangan sinar katoda dalam medan listrik dan
medan magnet menunjukkan bahwa sinar ini bermuatan negatif. Thomson dapat
menunjukkan bahwa partikel sinar katoda itu sama bila katoda diganti logam lain.
Jadi partikel-partikel sinar katoda ada pada setiap logam yang
disebut elektron. Tanpa mngenal lelah dan menyerah, akhirnya Thomson dapat
mengukur massa elektron, ternyata muatan elektron 1,6021.10 -19 Coulomb dan
massa elektron 9,1090.10 -31 Kg ( Keenan, 1989).
Fisikawan inggris J.J Thompson, pada tahun 1897 melakukan serangkaian
eksperimen yang menghapus dengan membuktikan bahwa sinar katoda adalah
partikel yang bermuatan negative yang dinamakan electron. Dalam tabung yang
sangat vakum, seberkas sinar katoda dihasilkan oleh katoda dan anodadengan cara
yang biasa. Sebuah lubang pada anoda menyebabkan lewatnya sebagian sinar
diantara pasangan lempeng yang kedua yang dapat diberi muatan positif dan
negative agar membentuk medan listrik yang tegak lurus terhadap lintasan sinar
katoda. Sinar katoda dibelokkan ke bawah (menandakan sinar ini membawa muatan
negative) dan penyimpanan dapat diukur dengan cermat dan perpindahan bintik
cahaya pada layar di ujung tabung. Selanjutnya medan magnet dibuat dalam daerah
yang sama dengan cara melewatkan arus listrik melalui sepasang kumparan dimana
arahnya tegak lurus baik terhadap medan listrik maupun terjadap sinar. Medan
magnet juga menghasilkan sinar yang berubah-ubah yang berlawanan dengan yang
disebabkan oleh medan listrik. Dengan meragamkan kekuatan kedua medan
tersebut, Thompson dapat membuat sinar katoda tidak berbelok di dalam tabung.
8
Di bawah kondisi seperti ini, berkas mengalami dua gaya yang saling berlawanan.
Salah satunya yang disebabkan oleh medan listrik E adalah:
𝑓𝐸 = 𝐸 × 𝑒
Dan yan lainnya yang disebabkan oleh medan magnet H adalah:
𝑓𝐻 = 𝐻 × 𝑒𝑉
Dengan e adalah muatan listrik yang mestiya dibawa oleh partikel dan v adalah
kecepatannya. Dengan demikian kecepatan sinar katoda adalah:
𝐸
𝑉=
𝐻
Jika medan magnet dimatikan dan harga medan listrik yang bekerja terjadi
perpindahan, maka:
1 2
𝑆=
𝑎𝑟
2
Menjauhi sumbu tengah taung pada titik kemunculannya dari medan diantara
lempeng- lempeng. Partikel memperoleh percepatan a kea rah lempeng positif
dengan wktu tempat t untuk berjalan di sepanjang kondensor l. Berhubung V=l/t,
maka a dapat dihitung dari hokum kedua Newton
𝑓𝐸 = 𝑚𝐸 × 𝑎 = 𝐸 × 𝑎
Dengan berturut-turut mensubstitusikan persamaan tersebut untuk a,t, dan v
dihasilkan satu-satunya kuantitas yang dapat diukur.
𝑒 𝑎 2𝑆 2𝑆𝑣 2 2𝑆
= = 2 = 2 = 2 2
𝑚𝑒 𝐸 𝑡 𝐸 𝑙 𝐸 𝑙 𝐻
Dari sini, nisbah muatan listrik terhadap massa dapat ditentukan. Nilai yang
𝑒
diterima saat ini adalah = 1,7588196 × 1011 𝐶𝐾𝑔−1 dengan muatan
𝑚
yang didefreksikan oleh medan magnet untuk men-scan permukaan diujung anode
cahaya akan timbul jika elektron menyentuh material pada layar. Prinsip kerja dari
tabung televisi mirip dengan tabung sinar katoda. Perbedannya terletak pada
keeping pembeloknya karena pembelok pada tabung ini adalah medan magnet.
Selain itu manfaat lain dari sinar katoda yaitu pada osiloskop. Prinsip kerja
osiloskop menggunakan tabung sinar katoda dengan cara katoda yang dipanaskan,
akan terjadi emisi elektron termionik. Beda potensial yang tinggi antara anoda dan
katoda akan mempercepat gerak elektron. Banyak sedikitnya elektron yang keluar
dari anoda diatur oleh kisi kontrol yang memiliki potensial lebih negatif daripada
katoda (Wiyanto, 2008).
BAB 3. METODE EKSPERIMEN
10
5. Semua sumber tegangan dan arus listrik dihidupkan, secara perlahan-lahan
sumber tegangan filament diputar, perlu diperhatikan besarnya voltmeter
sampai sebesar 6 Volt. Tegangan elektrode pemercepat dinaikkan pada harga
sekitar 130-150 Volt. Lintas berkas elektron akan terlihat berwarna kebiru-
biruan
6. Sumber tegangan koil helmholtz dinaikkan pada harga sekitar 7 Volt, sumber
arusnya dinaikkan sehingga dapat diamati perubahan pada lintasan
berkaselektron. Pengatur arus diputar pada panel keposisi sekitas ¾
maksimum
7. Posisi sumber arus Helmholtz diletakkan pada harga V=140-150 Volt. Radius
lintasan berkas elekton dicatat
8. Posisi sumber tegangan elektroda pemercepat diletakkan pada harga V=140-
150 Volt. Radius lintasan berkas ektrokron
9. Pengukuran pada langkah 8 dulangi sebantak 10 kali untuk∆𝑉 yang berbeda
10. Pengukuran pada langkah 7 s/d 0 diulangi sebanyak 3 kali untuk arus I yang
berbeda
Identifikasi Permasalahan
Kajian Pustaka
Variabel Penelitian
Analisis Data
Kesimpulan
11
Gambar 3.1 Diagram rancangan penelitian
12
c. Variabel kontrol
Variabel kontrol merupakan variabel yang menyebabkan variabel bebas dan
juga variabel terikat bisa tetap konstan. Seorang peneliti harus mengupayakan
variabel untu dinetralisasi . Variabel kontrol dalam percobaan ini yaitu lilitan (N),
radius filament (a), dan ∆V filament (6,3 volt).
∑𝑛𝑖=1(𝑟𝑖 − 𝑟⃗)
𝛥𝑟 = √
𝑛(𝑛 − 1)
𝜎𝑦𝑁 1/2
∆𝑚 = 2
[[𝑁 ∑ 𝑥 2 𝑖−(∑ 𝑥𝑖) ]2
𝑁
1
∆𝑐 = ∆𝑚 √ ∑ 𝑥𝑖 2
𝑁
𝑖=1
13
4. Perhitungan e/m
𝑒 2𝑣 (5⁄4)3 𝑎2 𝑣
=[ ]
𝑚 (µ0 𝑁 𝐼 𝑟)2 𝑟 2
𝑒 𝑒 2 ∆𝑣 2 4 ∆𝑙 2 ∆𝑟
∆ = √( ) +( ) + (2 )2
𝑚 𝑚 3 𝑣 3 𝑙 𝑟
6. Deskripasi
𝑒⁄ 𝑒
𝑚𝑒𝑘𝑠 − ⁄𝑚𝑟𝑒𝑓
𝐷=[ 𝑒⁄ 𝑟𝑒𝑓 ] 𝑥 100%
𝑚
7. Menentukan e/msecara grafik
5 3
2 (4) 𝑎2
𝑟2 = 𝑒
(𝜇𝑜 𝑁𝐼)2
𝑚
5 3
2 ( ) 𝑎2
4
𝑒 = 𝑚(𝑘𝑒𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘)
(𝜇𝑜 𝑁𝐼)2
𝑚
5 3
𝑒 2 (4) 𝑎2
=
𝑚 (𝜇𝑜 𝑁𝐼)2 𝑚
𝑒 𝑒 4 ∆𝐼 2 ∆𝑚 2
∆ = √ ( ) +( )
𝑚 𝑚 3 𝐼 𝑚
14
DAFTAR PUSTAKA
Wospakrik, H.J. 2005. Dari Atomos Hingga Quark. Jakarta : Kepustakaan Populer
dan Gramedia(KPG) dan Penerbit Universitas Atmajaya.
16