Modul 1
Efek Fotolistrik
Oleh:
Intan Syahputri (2103126160)
Nama Kelompok:
1. Agus Khusaeni (2103113655)
2. Putri Siti Aisyah (2103113906)
Kelas:
Fisika c
Dosen Pengampu:
Zulfa Nasir M.Si
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Riau
Pekanbaru
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penemuan efek fotolistrik merupakan salah satu tonggak sejarah kelahiran
fisika kuantum. Untuk merumuskan teori yang cocok dengan eksperimen, sekali
lagi orang dihadapkan pada situasi dimana faham klasik yang selama puluhan
tahun telah diyakini sebaga faham yang benar, harus dirombak. Faham yang
dimaksud adalah konsepsi bahwa cahaya sebagai gelombang.
Efek fotolistrik merupakan gejala fisika yang pertama kali ditemukan oleh
Hertz pada tahun 1887 ketika mendemonstrasikan keberadaan gelombang
elektromagnetik. Kemudian, Lenard menggunakan sebuah tabung kaca yang
divakumkan yang di dalamnya terdapat dua buah elektrode. Ketika itu, teori fisika
tidak dapat menjelaskan hasil pengamatan Lenard. Setelahnya, Einstein dengan
menggunakan gagasan kuanta Planck memberikan penjelasan teoritis terhadap
hasil pengamatan gejala fotolistrik. Einstein merumuskan persamaan yang
menghubungkan antara potensial ambang dengan frekuensi cahaya monokromatik
yang digunakan dalam menyinari katode.
Pada percobaan ini, kita akan mengamati perilaku cahaya sebagai partikel
menurut teori kuantum dan merombak pernyataan cahaya sebagai gelombang oleh
teori klasik. Selain itu, pada percobaan ini akan di analisis untuk menentukan
konstanta Planck.
Jenis
Panjang Gelombang() Intensitas(%) Tegangan(Volt) Arus(Ampere)
Logam
4.2 Perhitungan
BAB V
PEMBAHASAN
Efek fotolistrik adalah suatu proses pelesapan elektron dari logam katoda menuju
logam anoda yang diakibatkan karena adanya tumbukan dan penyerapan energi dari
partike cahaya dan elektron yang terikat pada logam. Pada percobana kali ini, kita
melakuka dua kegiatan yaitu pengamatan terhadap karakteristik cahaya menurut Teori
Kuantum dan menentukan pengaruh panjang gelombang terhadap potensial hentinya.
Pada kegiatan pertama ini, kita hanya menggunakan satu filter saya yaitu filter biru
yang memiliki panjang gelombang 460 nm.
Dimana filter biru ini adalah salah satu filter warna yang dapat dikatakan sebagai
medium atau alat bantu yang memiliki panjang gelombang 460 nm dari cahaya tampak
agar dapat dibedakan dengan filter-filter lainnya yang akan diletakan pada jendela
tabung yang telah dilengkapi dengan logam katoda dan anoda didalamnya. Selain itu,
akan ada sumber cahaya yang berfungsi sebagai sumber dari pencahayaan. Dan terdapat
berbagai komponen yaitu light intensity dan lux light meter yang beguna untuk dapat
memutar dan menentukan nilai dari intensitas cahaya, Voltage Adjustor yang berfungsi
sebagai pemutar untuk menentukan nilai tegangan penghenti dan tegangan penghalang.
Serta terdapat pula mode supply yang digunakan untuk dapat menentukan pengukuran
apa yang akan di amati. Komponen tersebutlah yang digunakan pada percobaan ini.
Ketika sumber cahaya dinyalakan dan secara langsung akan menembus filter biru
sehingga cahaya yang masuk juga akan berwarna biru. Ketika cahaya menabrak logam
katoda yang berada di dalam tabung, seketika saja beberapa saat kemudian kuat arus
pada layar terbaca, itu disebabkan karena adanya elektron yang terlepas dari permukaan
logam. Setelah diberikan tegangan penghenti, arus menjadi nol dan tegangan
pengehentinya menjadi 0,77 Volt dengan arus nya yaitu 0,45 dan jarak 27 cm.
Sehingga pada saat diberikan tegangan penghalang dengan kriteria V>Vs tidak
terdapat arus yang tebentuk, dan pada saat keriteria kedua V<Vs maka terdapat arus
yang terbentuk dan keriteria ketiga V=Vs ternyata tidak terdapat arus yang terbentuk.
Untuk data kedua dengan arus adalah 0,50 yang mana lebih dari kuat intensitas pertama
dan tegangan Vs = 0,77 Volt dengan jarak 23 cm ternyata sama halnya bila di berikan
kriteria seperti pada data pertama, arusnya di kurangi lagi menjadi 0,29 dan tegangan
penghenti yang terukur yaitu 0,67 Volt, dan ketika diberikan tegangan penghalang
dengan kriteria yang sama maka akan mendapatkan hasil yang sama.
Secara teori, jika tegangan penghalangan memiliki nilai yang lebih kecil dari pada
tegangan penghentinya, maka masih ada saja elektron yang melewati pemnghalang
tersebut dan kuat aruspun masih terbaca. Dan jika tegangan penghalangnya lebih atau
sama dengan tegangan penghentinya, maka tidak akan ada kemungkinan elektron dapat
terlepas dari penghalang teserbut, sehingga kuat arus tidak dapat terbaca atau tidak
mengalir.
Pada analisis plot grafik Arus vs Tegangan menggunakan aplikasi web PheT.
Photoelectric dengan menggunakan bahan Sodium dan pada 3 intensitas yang
berbeda. Dapat diamati bahwa nilai tegangan(V) dan panjang gelombang () adalah
tetap yaitu 4.00 volt dan 436 nm.Namun,hanya intensitas saja yang nilainya
berbeda.Berdasarkan data yang didapat,nilai arus pada percobaan ini akan
semakin besar ketika intensitas yang digunakan semakin tinggi,maka partikel
elektron yang dihasilkan akan semakin besar dan laju energi juga semakin
besar.Ketika arus diubah menjadi 0.00 volt,maka laju energi dari partikel elektron
akan berjalan dengan konstan.
3. Bagaimana kurva arus terhadap tegangan untuk satu garis spektral pada tiga
intensitas berbeda untuk loga kedua? Bagaimana perbedaan antarkurva satu sama
lain?
6.2 Analisa Data 2
1. Plot grafik arus (sumbu y) terhadap tegangan (sumbu x) untuk tiga garis
spektral. misalkan 436 nm,546 nm,dan 577 nm pada satu intensitas.
2.Bagaimana kurva arus terhadap tegangan untuk tiga garis spektral pada
intensitas konstan, frekuensi berbeda?Bagaimana kemiripan kurva satu sama
lain?
Arus Vs
0.397 0.755
3. Bagaimana kurva arus terhadap tegangan untuk tiga garis spektral pada
intensitas konstan? Dengan kata lain,bagaimana perbedaan kurva satu sama lain?
Semakin besar panjang gelombang yang dihasilkan maka partikel elektron akan
semakin melambat bergerak menuju anoda.Sedangkan semakin kecil panjang
gelombang yang dihasilkan,maka partikel elektron akan semakin melaju
menuju anoda serta arus yang lebih besar
6.3 Analisa data 3
Potensial Penghenti(Vs)
h = 6.85x10-34
Menjadi
o = hv – eVUntuk Wo adalah fungsi
8. Menurut anda apa yang dapat menyebabkan perbedaan (jika ada) antara nilai h
perhitungan dan nilai yang diterima?
Penyebab dari adanya perbedaan yaitu kurangnya ketelitian dalam menghitung
nilai konstanta Planck dalam mengoperasikan aplikasi web PheT sehingga nilai
yang dihasilkan kurang tepat. Perbedaan nilai h yang di dapat dari perhitungan
dan referensi disebabkan oleh ketidakcermatan praktikan dalam membaca dan
mengamati data yang tertera dalam aplikasi PhET dan ketidakpresisian dalam
melakukan perhitungan dengan metode regresi linier.
7.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah,sebagai berikut:
1.Percobaan ini menggunakan PheT Simulation yang mana website simulasi ini dapat
diunggah pada link yang telah diberikan oleh dosen pengampu.Percobaan ini dilakukan
dengan 3 analisis data yang berbeda. Pada analisa data pertama dan kedua,mencari plot
grafik arus (sumbu y) terhadap tegangan (sumbu x) untuk satu garis spectral,pada tiga
intesitas yang berbeda namun pada analisa data kedua pada intesitas konstan.Pada
analisa data ketiga membuat grafik potensial penghenti vs frekuensi
2. Nilai fungsi kerja dari berbagai jenis logam memiliki angka yang berbeda-beda
dikarenakan komposisi yang terdapat pada logam tersebut.Dengan menggunakan
persamaan W=hf
3. Dari percobaan yang telah dilakukan maka kami mendapatkan nilai dari konstanta
planck yang manah=
4.Jika intensitas cahaya tetap,arus fotolistrik akan semakin membesar secara bertahap
dengan peningkatan potensi.Namun,jika terdapat potensi penghenti elektron, maka
elektron yang terpancar tidak bergantung pada intensitas lagi,melainkan pada frekuensi.
7.1 Saran
Beiser, Arthur. 1991. Konsep Fisika Modern Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
E. Siregar, Rustam. 2010. Teori dan Aplikasi Fisika Kuantum. Widya Padjadjaran:
Bandung.
Giancoli, D.C. 1991. Physics Third Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Oktova 2001. Ringkasan Fisika Untuk persiapan masuk Perguruan Tinggi. Universitas
Ahmad Dahlan: Jurusan FMIPA