Anda di halaman 1dari 30

Tanggal Percobaan : 7 Oktober 2021

Tanggal Pengumpulan : 14 Oktober 2021

PRAKTIKUM FISIKA MODERN SEMESTER 115


PERCOBAAN TETAPAN PLANCK

NAMA / NRM : 1. Fadli Handoyo (1306620012)


2. Irsya Luthfiah (1306620010)
3. Delila Septiani Dwi Putri (1306620028)
4. Annisa (1306620034)
KELOMPOK : 3B atau 9
DOSEN PENGAMPU : Dr. Esmar Budi, S.Si.,MT

ASISTEN LABORATORIUM :
Rista putri nur ifa (1306619012) Risanti (1306619049)
Alayya Binta Maulida (1306619016) Sabila Fiqra Izzani (1306618062)
Ratna Komala Dewi (1306619020) Ridha Octa A.A (1306619066)
Ridho Achmadi (1306619034) Alya Muthiah (1306619071)

Laporan Awal Laporan Akhir Kinerja Total

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
PERCOBAAN TETAPAN PLANCK

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menentukan nilai tetapan Planck


2. Menghitung panjang gelombang cahaya
3. Mempelajari efek foto listrik

B. TEORI DASAR

Elektron dapat terlepas dari permukaan logam tertentu dengan penyinaran cahaya
dari panjang gelombang yang cukup pendek (efek fotolistrik). Elektron yang
terlepas ini disebut juga foto elekton, memiliki energi yang bergantung pada
frekuensi cahaya dan bukan pada intensitas cahaya datang. Intensitas cahaya hanya
berpengaruh pada jumlah foto elektron yang terlepas dari permukaan logam.
Postulat Einstein (1905) adalah bahwa cahaya terdiri dari fluks partikel, yang
disebut foton, dimana energi sebanding dengan frekuensi v melalui hubungan:
E=hv (1)
faktor proporsionalitas h dikenal sebagai konstanta Planck, dan dianggap sebagai
konstanta alam. Dalam konsep ini, masing-masing foto elektron dibebaskan oleh
cahaya (foton) dan keluar dari atom dengan energi kinetik maksimum K dinyatakan
dengan:
K=hv−W o (2)
Dengan W o =h v o =¿ fungsi kerja dimana nilainya bergantung pada jenis logam.
Foto elektron selanjutnya bergerak ke anoda dan akan membentuk arus foto
elektron . Jika potensial negatif anoda terus dinaikan, maka arus foto elektron akan
berkurang hingga menjadi nol. Tegangan dimana arus foto elektron nol disebut
tegangan limit U0. Hubungan antara U0 dengan energi kinetik K adalah
e U 0=hv−W o (3)
e U 0=hv (4)
Dengan e=1.6 x 10−19 C. Pada keadaan ini semua foto elektron meskipun dengan
energi kinetik maksimum tidak dapat mencapai anoda sehingga besaran W o bukan
lagi merupakan fungsi kerja.
Hubungan antara frekuensi cahaya dengan panjang gelombang cahaya dinyatakan
dengan persamaan:
c
v= (5)
λ
Dengan adalah kecepatan cahaya (c=3 x 108 m/s). Saat panjang gelombang cahaya
diubah sedemikian sehingga frekuensi cahaya meningkat sebesar ∆ v , maka energi
foto elektron akan meningkat sebesar h ∆ v sehingga tegangan limit dapat
ditingkatkan sebesar ∆ U 0. Dengan demikian diperoleh hubungan:
∆ U0 h
= (6)
∆v e

Gambar 1. Tegangan limit U 0 sebagai fungsi dari frekuensi v


TEORI TAMBAHAN

Teori efek fotoelektrik yang benar baru ditemukan oleh Einstein yang
mengemukakan bahwa kuantum energi adalah merupakan sifat radiasi benda itu
sendiri. Energi radiasi diserap dalam bentuk buntelan distrik kecil atau kuantanya,
yang disebut foton. Sebuah foton adalah satu kuantum energi elektromagnetik yang
diserap atau dipancarkan. Tiap-tiap foton memiliki energi dengan rumus sebagai
berikut:
E=hf
Dengan h = 6,626 ×10−34 J . s adalah konstanta planck
Ini berarti foton-foton dengan frekuensi tinggi memiliki energi yang besar. Karena
suatu gelombang elektromagnetik klasik berenergi U dan memiliki momentum,
maka foton juga mempunyai momentum
E
P=
c
Pada efek fotoelektrik, permukaan logam disinari dengan berkas cahaya, dan
sejumlah elektron terpancar dari permukaannya. Nilai dari panjang gelombang tidak
bergantung pada intensitas cahaya, tetapi hanya bergantung pada jenis logam yang
digunakan sebagai permukaan foto sensitif. Energi kinetik maksimum elektron yang
dipancarkan tidak bergantung pada intensitas cahaya, tetapi hanya bergantung pada
panjang gelombang, dan apabila sumber cahaya dinyalakan maka arus segera
mengalir. (Irwansyah Ramadhani, dkk, 2012)

Pada tahun 1900, Planck membuat suatu gagasan baru tentang sifat dasar dari
getaran molekulmolekul pada dinding rongga benda hitam (pada saat itu elektron
belum ditemukan). Gagasan tersebut sangat radikal dan bertentangan dengan teori
fisika klasik, yaitu:
(1) radiasi yang dipancarkan oleh getaran molekul tidaklah kontinu tetapi dalam
paket-paket energi diskret yang disebut kuanta (foton).
Besar energi setiap foton ditentukan oleh frekuensi getaran, 𝐸 = ℎ𝑣, sehingga
untuk n buah foton maka energinya dinyatakan oleh 𝐸𝑛 = 𝑛ℎ𝑣 dengan n
merupakan bilangan asli. Energi dari molekul-molekul dikatakan terkuantisasi
dan energi yang diperkenankan disebut tingkat energi.
(2) Molekul-molekul memancarkan atau menyerap energi foton apabila
“melompat” dari satu tingkat energi ke tingkat energi lainnya. Jika molekul
tetap tinggal dalam satu tingkat energi tertentu, maka tidak ada energi yang
diserap atau dipancarkan molekul.

Melalui kedua asumsi yang fenomenal ini, Planck dapat memformulasikan


spektrum radiasi benda hitam yang cocok untuk semua panjang gelombang, yaitu:

8 π v2 hv
E (v )= 3 hv / kT
c e −1

dengan h adalah tetapan Planck, c adalah cepat rambat cahaya, k adalah tetapan
Boltzman, dan T adalah suhu mutlak benda hitam. Gagasan Planck ini merupakan
cikal bakal bagi lahirnya teori kuantum cahaya yang dikemukakan oleh Einstein
pada beberapa tahun kemudian. (Sutarno, dkk, 2017)

Fakta-fakta eksperimen efek fotolistrik dapat dijelaskan jika kita menganggap


cahaya sebagai partikel. Albert Einstein memberikan postulat bahwa “energi yang
dibawa oleh cahaya terdistribusi secara diskrit dalam bentuk paket-paket energi,
bukan terdistribusi secara kontinu sebagaimana dinyatakan oleh teori gelombang”.

Postulat ini menjelaskan mengapa dalam efek fotolistrik diperlukan energi ambang.
Hal ini juga menjelaskan bahwa energi kinetik elektron sebanding dengan frekuensi
cahaya yang diberikan, bukan intensitasnya. Dalam efek fotolistrik, intensitas
cahaya tidak memengaruhi besar energi kinetik elektron. Hal ini bertentangan
dengan pandangan fisika klasik bahwa energi cahaya sebanding dengan intensitas.
Menurut Einstein, intensitas cahaya diartikan sebagai energi tiap foton dikalikan
cacah foton yang menembus satu satuan luas permukaan secara tegak lurus tiap
satuan waktu. Dengan demikian intensitas cahaya menunjukkan besar kecilnya
cacah foton. Kenaikan intensitas cahaya menunjukkan kenaikan cacah foton yang
membentur permukaan logam, akibatnya semakin tinggi intensitas cahaya semakin
besar arus fotolistrik yang dihasilkan. (Mulyanti, dkk, 2018)

Efek foto listrik hanya dapat terjadi jika energi foton datang lebih besar daripada
rata-rata energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari permukaan logam.
Energi ini dikenal sebagai fungsi kerja yang besarnya bergantung pada jenis logam
dan sering disimbolkan (𝑤𝑜). Besaran inilah yang menentukan frekuensi minimum
atau frekuensi ambang (𝑓𝑜) yang dapat menghasilkan efek foto listrik pada suatu
permukaan logam. Dalam interaksi antara foton datang dan elektron logam yang
menghasilkan efek fotolistrik, energi seluruh foton diserap oleh elektron. Jika energi
foton lebih besar daripada fungsi kerja logam maka selisih antara energi foton dan
fungsi kerja akan terbawa oleh elektron sebagai energi kinetik sehingga elektron-
elektron tersebut dapat melintasi ruang vakum antara kedua plat logam dan
menghasilkan arus fotolistrik dalam rangkaian. Einstein menggunakan gagasan
Planck tentang kuantisasi energi untuk menjelaskan efek fotolistrik. (Dalam
Makalahnya tentang efek fotolistrik muncul jurnal yang sama berisi teori
relativitasnya khususnya). Karya Einstein ini menandai permulaan teori kuantum,
dan untuk hal ini Einstein menerima hadiah nobel dalam bidang fisika. Untuk
menguji teori kuantum yang dikemukakan oleh Max Planck, Albert Einstein
mengadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki bahwa cahaya
merupakan pancaran paket-paket energi yang kemudian disebut foton yang
memiliki energi sebesar hf. Percobaan yang dilakukan Einstein lebih dikenal dengan
sebutan efek fotolistrik. Peristiwa efek fotolistrik yaitu terlepasnya elektron dari
permukaan logam karena logam tersebut disinari cahaya. (Halliday, dkk, 2010)
Pada 1887 Hertz mengamati peningkatan discharge dari elektroda logam Ketika
disinari dengan cahaya ultraviolet. Pengamatan itu diteruskan oleh Hallwachs; dia
mengamati emisi elektron Ketika dia menyinari permukaan-permukaan logam
seperti seng, rubidium, potassium dan sodium. Proses lepasnya elektron-elektron
dari permukaan logam yang disinari disebut emisi foto elektron atau effek foto-
listrik. Dalam pengamatan itu ternyata:

(i) untuk suatu jenis logam ada frekuensi cahaya minimal yang dapat melepaskan
elektron

(ii) semakin tingi intensitas cahaya yang mengenai permukaan logam, semakin
banyak elektron yang dilepaskan.

Fakta eksperimen dari efek foto-listrik ini tak dapat dijelaskan dengan teori-teori
klasik seperti teori listrik-magnetnya Maxwell. Pada 1905, Einstein mengemukakan
bahwa proses tersebut dapat diungkapkan sebagai masalah tumbukan partikel.
Menurut beliau, suatu berkas cahaya monokromatik dapat dipandang sebagai
kumpulan partikel-partikel yang disebut foton yang masing-masing memiliki energi
hf di mana f adalah frekuensi cahaya. Jika suatu foton menumbuk permukaan
logam, energi foton itu dialihkan ke elektron dan ketika elektron diemisikan dari
permukaan logam energi kinetiknya ( K=½ m v 2):

K=hf −W

dengan W adalah kerja yang diperlukan untuk melepaskan elektron; W ini


bergantung pada jenis logam Millikan pada 1916 melakukan eksperimen seperti
dalam gambar. Energi kinetik K diukur dengan memberikan potensial stop V
(sehingga K=eV) ditunjukkan oleh penunjukan ampermeter sama dengan 0. Jika
V=0, maka W =h v 0. sedangkan konstanta Planck h adalah kemiringan kurva V-f.
(Rustam Siregar, 2018)
C. ALAT DAN BAHAN

Peralatan percobaan terdiri dari:


a. 1 set rel dan kedudukan
b. Lampu Mercury
c. Sumber tegangan lampu mercury
d. Kisi diafragma
e. Lensa
f. Filter warna kuning, hijau, dan biru
g. Photocell
h. Adaptor 5 V
i. Rheostat 1 kOhm
j. Measuring amplifier
k. Kabel penghubung
l. Multimeter analog
m. Multimeter digital
D. CARA KERJA

1. Menyusun peralatan percobaan seperti gambar 2.


2. Memasang lensa cembung dengan fokus +50 mm.
3. Menyalakan multimeter. Mengatur agar multimeter menunjukan angka nol.
4. Menyalakan lampu mercury dan tunggu hingga cahayanya terang (30 – 60
detik).
5. Menyalakan penguat pengukuran (measuring amplifier) dan mengatur
hingga arus pada multimeter digital menunjukan 10−11 ampere. Pada
multimeter analog nilai tegangan akan naik. Mencatat nilai ini sebagai
perubahan tegangan limit ∆ U 0.
6. Mengatur hambatan geser (rheostat) agar tegangan kembali menjadi nol.
7. Mengulangi percobaan untuk filter warna hijau dan biru.
8. Mengulangi percobaan hingga 5 kali.
9. Mengulangi percobaan dengan mengganti lensa +150 mm.
E. PERTANYAAN AWAL

1. Jelaskan apakah efek foto listrik dapat terjadi pada permukaan bukan logam?
Jawab
Efek fotolistrik tidak dapat terjadi pada permukaan bukan logam. Hal ini
terjadi karena pada logam, daya ikat atomnya sangat kuat, sehingga saat
disinari cahaya, tidak terjadi proses terlepasnya electron dari permukaan.
Selain itu, benda yang bukan logam rata-rata bukan penghantar panas/listrik
yang baik.

2. Jelaskan perbedaan efek foto listrik dengan efek Compton!


Jawab
Efek Fotolistrik :
 Cahaya datang pada permukaan logam katoda C yang bersih.
 Elektron dipancarkan.
 Jika elektron menumbuk anoda, terdapat arus pada rangkaian
luarnya.
Efek Compton:
 Gejala hamburan (efek) dari penembakan suatu materi oleh Sinar-X.
 Efek ini ditemukan tahun 1923 oleh Arthur Holly Compton.
 Jika sejumlah elektron yang dipancarkan ditembak dengan Sinar-X,
maka hamburan Sinar-X akan terhambur.

3. Bagaimana pengaruh suhu pada efek foto listrik. Jelaskan


Jawab
Pengaruh suhu pada efek fotolistrik adalah berbanding lurus. Semakin besar
suhu, maka semakin besar pula cahaya yang akan mempengaruhi efek
fotolistrik. Intensitas cahaya akan besar, hanya ketika energi cahaya lebih
besar daripada fungsi logam, dimana intensitas cahaya mempengaruhi
jumlah elektron yang keluar.

4. Uraikan bagaimana nilai tetapan planck diperoleh.


Jawab
c
f=
λ
E=h . f
Substitusikan kedua persamaan tersebut, menjadi
c
E=h .
λ
h h
λ= → λ= ( jika ada massa)
p 2m
n
h=

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tetapan Planck sebagai tetapan semesta.
Jawab
Yang dimaksud dengan tetapan Planck sebagai tetapan semesta adalah
bahwa energi di alam semesta terdiri dari paket-paket kecil energi dalam
kelipatan tertentu, mirip dengan teori atom yang menyatakan bahwa materi
di alam semesta terdiri dari paket-paket kecil dalam kelipatan tertentu.
Paket-paket kecil energi ini dikenal sebagai quanta dan konstantan Planck,
dilambangkan dengan huruf h , memberitahui kita ukuran dari paket ini.
F. DATA PENGAMATAN

Biru ( λ=436 nm¿ Hijau ( λ=546 nm¿ Kuning ( λ=578 nm ¿


No I (mA) No I (mA)
No I (mA)
1 2,9 1 2,9
1 3
2 2,8 2 2,7
2 3,3
3 2,8 3 2,7
3 3,1
4 2,9 4 2,7
4 3,2
5 2,9 5 3,1
5 3

NST: Multimeter = 0,1 mA


Voltmeter = 0,001 V
G. PENGOLAHAN DATA

a. Data Tunggal
 Panjang Gelombang
I. Filter biru
λ=436 nm
1 1
∆ λ= × nst= ×1=0,5
2 2
∆λ 0,5
KSR= ×100 %= ×100 %=0,11 % (3 AP)
λ 436
( λ ± ∆ λ )=( 436 ± 1 ) nm
II. Filter hijau
λ=546 nm
1 1
∆ λ= × nst= ×1=0,5
2 2
∆λ 0,5
KSR= ×100 %= × 100 %=0,09 %( 4 AP)
λ 546
( λ ± ∆ λ )=( 546 , 0 ± 0,5 ) nm
III. Filter kuning
λ=578 nm
1 1
∆ λ= × nst= ×1=0,5
2 2
∆λ 0,5
KSR= ×100 %= ×100 %=0,08 %( 4 AP)
λ 578
( λ ± ∆ λ )=( 578 , 0 ±0,5 ) nm
 Resistor
R=1k Ω=1000 Ω
1
∆ R= ×1=0,5
2
∆R 0,5
KSR= ×100 %= ×100 %=0,05 % (4 AP)
R 1000
( R ± ∆ R )=(1000 ±0,5)Ω

b. Data Majemuk
 Filter Biru λ=436 nm

No I (mA) I 2(mA )

1 3 9

2 3,3 10,89

3 3,1 9,61

4 3,2 10,24

5 3 9

∑ 15,6 48,74

∑I 15,6
I = n = 5 =3,12 mA


= 1 n ( ∑ I ) −(∑ I )
2 2
I
n n−1


2
5 ( 48,74 )−(15,6)
=1
5 4

= 0,058 mA

KSR = ×100%
0,058
KSR = ×100%
3,12
KSR = 1,85% (2AP)

= (3,1 0,1) mA

 Filter Hijau λ=546 nm

No I (mA) I2(mA)

1 2,9 8,41

2 2,8 7,84

3 2,8 7,84

4 2,9 8,41

5 2,9 8,41

14,3 40,91

∑I 14,3
I = n = 5 =2,86 mA


= 1 n ( ∑ I ) −(∑ I )
2 2
I
n n−1


2
5 ( 40,91 )−(14,3)
=1
5 4

= 0,024 mA

KSR = ×100%
0,024
KSR = ×100%
2,86
KSR = 0,84% (3AP)

= (2,86 0,02) mA

 Filter Kuning λ=578 nm

No I (mA) I2(mA)

1 2,9 8,41

2 2,7 7,29

3 2,7 7,29

4 2,7 7,29

5 3,1 9,61

14,1 39,89

∑I 14,1
I = n = 5 =2,82 mA


= 1 n ( ∑ I ) −(∑ I )
2 2
I
n n−1

=1
5 √
5 ( 39,89 ) −(14,1)2
4

= 0,08 mA

KSR = ×100%
0,08
KSR = ×100%
2,82
KSR = 2,83% (2AP)

= (2,8 0,1) mA

H. PERHITUNGAN DAN ANALISIS

hf =ev
c
f=
λ
evλ
h=
c

a. Tetapan Planck (h)


Filter Biru
λ=436 nm
I = 3,1 mA
R = 1 kΩ = 103 Ω
V = I × R=( 3,1 ×10−3 ) ×10 3=3,1 volt
evλ
h=
c
(1,6 ×10−19)(3,1)( 436 ×10−9) −36 −34
h= 8
=720,85 ×10 =7,21× 10 J . s
3 ×10

Filter Hijau
λ=546 nm
I = 2,86 mA
R = 1 kΩ = 103 Ω
V = I × R=( 2,86 ×10−3 ) × 103=2,86 volt
evλ
h=
c
(1,6 ×10−19)(2,86)(546 ×10−9)
h= 8
=832,832 ×10−36=8,33 ×10−34 J . s
3 ×10

Filter Kuning
λ=578 nm
I = 2,8 mA
R = 1 kΩ = 103 Ω
V = I × R=( 2,8 ×10−3 ) × 103=2,8 volt
evλ
h=
c
(1,6 ×10−19)(2,8)(578 ×10−9 ) −36 −34
h= 8
=863,15 ×10 =8,63 ×10 J . s
3 ×10

b. Frekuensi
c
f=
λ
Filter Biru
3× 108 17 14
f= −9
=0,0068 ×10 =6,8× 10 Hz
436 ×10

Filter Hijau
3 × 108 17 14
f= −9
=0,0055× 10 =5,5 ×10 Hz
546 ×10

Filter Kuning
8
3 ×10 17 14
f= −9
=0,0052 ×10 =5,2×10 Hz
578× 10
GRAFIK (LEAST SQUARE)

Grafik frekuensi dengan tegangan

2
No Frekuensi (x) Tegangan (y) x xy

14 28 14
1 6,8 ×10 3,1 46,24 ×10 21,08 ×10

2 5,5 ×1014 2,86 30,25 ×1028 15,73 ×1014

14 28 14
3 5,2 ×10 2,8 27,04 ×10 14,56 ×10

∑ 17,5 ×1014 8,76 103,53 ×1028 51,37 ×1014

∑ y ∑ x −∑ x ∑ xy 8,76 ( 103,53 ×10 ) −(17,5 ×10 )(51,37 ×10 )


2 28 14 14
a= 2
=
2 14 2
n ∑ x −( ∑ x ) 3 ( 103,53× 10 )−( 17,5 ×10 )
28

a=2,46

n ∑ xy −∑ x ∑ y 3 ( 51,37 ×10 ) −(17,5 ×10 )(8,76)


14 14
b= 2 2
= 14 2
n ∑ x −( ∑ x ) 3 ( 103,53× 10 )−( 17,5 ×10 )
28

−15
b=1,87 ×10
y=a+bx

14
x 1=6,8 ×10

y 1=2,46+ ( 1,87 × 10 ) 6,8× 1014=¿ 3,73


−15

14
x 2=5,5 ×10

y 2=2,46+ ( 1,87× 10 ) 5,5× 1014=3,49


−15

x 3=5,2 ×1014

y 3=2,46+ ( 1,87 ×10 ) 5,2× 1014=3,43


−15

Frekuensi terhadap tegangan


3.8

3.7

3.6
Tegangan

3.5

3.4

3.3

3.2
5.2 5.5 6.8
Frekuensi

ANALISIS

Pada percobaan tetapan planck ini bertujuan untuk menentukan nilai dari tetapan
planck, menghitung panjang gelombang cahaya, dan mempelajari efek foto listrik.
Pada praktikum ini juga bertujuan untuk mencari arus (I) mA disetiap filter warna
yang digunakan dengan Panjang gelombang yang berbeda, serta pengulangan
sebanyak 5 kali.

Efek fotolistrik adalah suatu proses dimana suatu cahaya dengan frekuensi cukup
tinggi mengenai permukaan sebuah logam, sehingga dari permukaan logam itu
terpancar elektron. Elektron dapat terlepas dari permukaan logam tertentu dengan
penyinaran cahaya dari panjang gelombang yang cukup pendek (efek fotolistrik).
Elektron yang terlepas ini disebut juga foto elektron, memiliki energi yang
bergantung pada frekuensi cahaya dan bukan pada intensitas cahaya datang.

Planck memulai karir fisikanya di Universitas München di tahun 1874. Pada 1899,
dia menemukan sebuah konstanta dasar yang dinamakan konstanta Planck, dan
sebagai contoh digunakan untuk menghitung energi foton. Juga pada tahun itu, dia
menjelaskan unit Planck yang merupakan unit pengukuran berdasarkan konstanta
fisika dasar. Planck mengemukakan bahwa sebuah atom yang bergetar hanya dapat
menyerap atau memancarkan energi kembali dalam bentuk buntelan-buntelan energi
(yang disebut kuanta). Nilai konstanta Planck yang sekarang diterima adalah h =
6,62618 x 10-34 J.s.

Pada praktikum ini dapat dilakukan dengan cara kerja menyusun peralatan
percobaan, memasang lensa cembung dengan fokus +50 mm, menyalakan
multimeter. Atur agar multimeter menunjukan angka nol, menyalakan lampu
mercury dan tunggu hingga cahayanya terang (30 – 60 detik), menyalakan penguat
pengukuran (measuring amplifier) dan mengatur hingga arus pada multimeter
digital menunjukan 10−11 ampere. Pada multimeter analog nilai tegangan akan naik.
Mencatat nilai ini sebagai perubahan tegangan limit Δ𝑈, mengatur hambatan geser
(rheostat) agar tegangan kembali menjadi 0 nol, mengulangi percobaan untuk filter
warna hijau dan biru, mengulangi percobaan hingga 5 kali, mengulangi percobaan
dengan mengganti lensa +150 mm.
Dari ketiga filter warna yang digunakan, yaitu filter biru, kuning, dan hijau yang
memiliki panjang gelombang paling panjang adalah warna kuning dengan pajang
578 nm, warna hijau dengan panjang gelombang 546 nm, dan warna biru yang
memiliki panjang gelombang terpendek sebesar 436 nm. Pada praktikum ini juga
menggunakan resistor sebesar 1 kohm.

Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan, yang perlu dicari adalah nilai dari
tetapan planck (h) dan frekuensi (f). Nilai dari frekuensi ini bertujuan untuk
membuat grafik hubungan antara frekuensi dengan tegangan. Sebelum mencari nilai
tetapan planck, dibutuhkan nilai v dari rumus V =IR dari masing-masing filter.
Setelah mendapatkan nilai V, barulah menghitung nilai tetapan plancnk (h) dengan
eVλ
rumus h= , dengan nilai e=1,6 ×10−19 dan nilai c 3 ×108 . Didapatkanlah hasil
c
tetapan planck dari filter biru bernilai 7,21 ×10−34 J . s, hasil tetapan planck dari
filter hijau adalah 8,33 ×10−34 J . s ,dan hasil tetapan planck dari filter kuning adalah
−34
8,63 ×10 J . s.

Berdasarkan literatur, nilai dari tetapan planck adalah h=6,626 ×10−34 js.
Sedangkan hasil yang didapatkan saat praktikum memiliki perbedaan, hal itu
disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan dalam melakukan percobaan, sehingga
data yang diperoleh berbeda.

Setelah mendapatkan nilai tetapan planck, barulah mencari nilai dari frekuensi
untuk membuat grafik. Frekuensi untuk filter biru, hijau dan kuning berturut-turut
adalah 6,8 ×1014 Hz , 5,5 ×1014 Hz, dan 5,2 ×1014 Hz. Setelah mendapatkan data
tersebut, barulah membuat grafik dengan metode least square. Dari grafik yang
tertera diatas, dapat kita simpulkan bahwa tegangan berbanding lurus dengan
frekuensi. Semakin besar frekuensi, maka semakin besar tegangannya. Semakin
kecil frekuensi, maka semakin kecil juga nilai dari tegangannya.
Dari grafik yang sudah didapatkan, dapat dikatakan bahwa nilai frekuensi
berbanding lurus dengan tegangan. Maka, semakin besar nilai frekuensi nilai
tegangannya juga semakin besar, begitupun sebaliknya

Nilai tetapan planck yang seharusnya konstan dan tidak berubah, tetapi berdasarkan
data yang didapat dari hasil praktikum ini adalah semakin besar panjang gelombang
dan filter warna, maka nilai tetapan planck akan semakin besar. Hal itu dikarenakan
pada saat praktikum terjadi adanya kurang ketelitian melihat angka harus yang
terukur di multimeter. Serta pada saat kalibrasi multimeter dengan menggunakan
rheostat cukup sulit untuk dilakukan, sehingga angka yang didapat tidak seutuhnya
sesuai seperti yang diinginkan.
I. PERTANYAAN AKHIR

1. Buat grafik hubungan antara frekuensi (f) dengan tegangan U0.


Jawab
Grafik frekuensi dengan tegangan

2
No Frekuensi (x) Tegangan (y) x xy

14 28 14
1 6,8 ×10 3,1 46,24 ×10 21,08 ×10

2 5,5 ×1014 2,86 30,25 ×1028 15,73 ×1014

14 28 14
3 5,2 ×10 2,8 27,04 ×10 14,56 ×10

14 28 14
∑ 17,5 ×10 8,76 103,53 ×10 51,37 ×10

∑ y ∑ x −∑ x ∑ xy 8,76 ( 103,53 ×10 ) −(17,5 ×10 )(51,37 ×10 )


2 28 14 14
a= 2
=
2 14 2
n ∑ x −( ∑ x ) 3 ( 103,53× 10 )−( 17,5 ×10 )
28

a=2,46

n ∑ xy −∑ x ∑ y 3 ( 51,37 ×10 ) −(17,5 ×10 )(8,76)


14 14
b= 2
=
2 14 2
n ∑ x −( ∑ x ) 3 ( 103,53× 10 )−( 17,5 ×10 )
28

−15
b=1,87 ×10

y=a+bx

x 1=6,8 ×1014

y 1=2,46+ ( 1,87 × 10 ) 6,8× 1014=¿ 3,73


−15

14
x 2=5,5 ×10
y 2=2,46+ ( 1,87× 10 ) 5,5× 1014=3,49
−15

x 3=5,2 ×1014

y 3=2,46+ ( 1,87 ×10 ) 5,2× 1014=3,43


−15

Frekuensi terhadap tegangan


3.8

3.7

3.6
Tegangan

3.5

3.4

3.3

3.2
5.2 5.5 6.8
Frekuensi

2. Hitung nilai konstanta Planck menggunakan persamaan.


Jawab
Filter Biru
λ=436 nm
I = 3,1 mA
R = 1 kΩ = 103 Ω
V = I × R=( 3,1 ×10−3 ) ×10 3=3,1 volt
evλ
h=
c
(1,6 ×10−19)(3,1)( 436 ×10−9) −36 −34
h= 8
=720,85 ×10 =7,21× 10 J . s
3 ×10
Filter Hijau
λ=546 nm
I = 2,86 mA
R = 1 kΩ = 103 Ω
V = I × R=( 2,86 ×10−3 ) × 103=2,86 volt
evλ
h=
c
−19 −9
(1,6 ×10 )(2,86)(546 ×10 ) −36 −34
h= 8
=832,832 ×10 =8,33 ×10 J . s
3 ×10

Filter Kuning
λ=578 nm
I = 2,8 mA
R = 1 kΩ = 103 Ω
V = I × R=( 2,8 ×10−3 ) × 103=2,8 volt
evλ
h=
c
−19 −9
(1,6 ×10 )(2,8)(578 ×10 ) −36 −34
h= 8
=863,15 ×10 =8,63 ×10 J . s
3 ×10

3. Analisis hasil perhitungan nilai tetapan Planck yang didapat dan bandingkan
dengan literatur.
Jawab
Tetapan planck (h) berdasarkan literatur adalah senilai h=6,626 ×10−34 js.
Sedangkan tetapan planck yang diperoleh dari hasil praktikum berbeda.
 Filter biru, diperoleh tetapan planck (h) sebesar 7,21 ×10−34 J . s
 Filter hijau, diperoleh tetapan planck (h) sebesar8,33 ×10−34 J . s
 Filter kuning, diperoleh tetapan planck (h) sebesar 8,63 ×10−34 J . s .
Perbedaan hasil perhitungan dengan hasil literatur adalah karena, kurangnya
ketelitian pada saat praktikum ketika mengukur arus yang terbaca di
multimeter, dan juga adanya kesulitan dalam mengkalibrasi multimeter
menggunakan rheostat. Faktor lainnya adalah adanya kesalahan dalam
menghitung atau ketidaktelitian dalam proses menghitung.

J. KESIMPULAN

1. Tetapan planck dapat dihitung menggunakan rumus:


eVλ
h=
c
hasil tetapan planck (h) yang diperoleh adalah sebagai berikut:
 Filter biru, diperoleh tetapan planck (h) sebesar 7,21 ×10−34 J . s
 Filter hijau, diperoleh tetapan planck (h) sebesar8,33 ×10−34 J . s
 Filter kuning, diperoleh tetapan planck (h) sebesar 8,63 ×10−34 J . s .
Tetapan planck (h) berdasarkan literatur adalah senilai h=6,626 ×10−34 js.
Hasil yang didapatkan berbeda karena, adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi data dalam praktikum
2. Panjang gelombang cahaya dapat dilihat dari filter yang berwarna (sudah
ada keterangan λ nya, tergantung warna yang digunakan).
Berikut tabel yang menyatakan kisaran Panjang gelombang terhadap filter
warna:
3. Efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari suatu permukaan (biasanya
logam) ketika dikenai, dan menyerap, radiasi elektromagnetik (seperti
cahaya tampak dan radiasi ultraungu) yang berada di atas frekuensi ambang
tergantung pada jenis permukaan.
Efek fotolistrik dapat terjadi karena adanya pelepasan elektron dari
permukaan suatu logam dengan panjang gelombang yang sangat pendek
yang berukuran nano meter.
Efek fotolistrik di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
panjang gelombang, frekuensi gelombang, energi gelombang serta jenis
bahan logam yang pancarkan gelombang cahaya tersebut.
K. DAFTAR PUSTAKA

Halliday, D 2010, FISIKA DASAR Jilid 1, Jakarta: erlangga, pp. 217

Irwansyah Ramadhani, dkk 2012, ‘Konstanta Planck’, Jurnal Fisika Modern, vol. 2,
pp. 1.

Muji Mulyati, R, Yulianto, A, Astuti, B 2018, ‘MISKONSEPSI MAHASISWA


PENDIDIKAN FISIKA PADA MATERI EFEK FOTOLISTRIK’, JURNAL
PHENOMENON, vol. 8, no. 1, pp. 37

Rustam E. Siregar, 2018, FISIKA KUANTUM, Bandung: UNIVERSITAS


PADJADJARAN.

Sutarno, Erwin, Syaipul Hayat, M 2017, ‘RADIASI BENDA HITAM DAN EFEK
FOTOLISTRIK SEBAGAI KONSEP KUNCI REVOLUSI SAINTIFIK DALAM
PERKEMBANGAN TEORI KUANTUM CAHAYA’, Jurnal Ilmiah Multi
Sciences, vol. 9, no. 2, pp. 55-56

TIM DOSEN FISIKA MODERN 2014, PRAKTIKUM FISIKA MODERN, Jakarta:


UNJ, pp. 21-24.

Anda mungkin juga menyukai