TANGGAL PENGUMPULAN:
ASISTEN LABORATORIUM :
Hafsah Mujahidah 1306619005
Nur Indah Arahman Rahim 1306619008
Lydia Nurkumalawati 1306619018
Muhammad Andrianto Abdillah 1306619027
Marliana Candra Kartika 1306619040
Ferdiansyah Faturachman Achmad 1306619052
I Gusti Ayu Isnaini Fatha Ramadhani 1306619056
Rania Virda Sukmaningsih 1306619067
A. TUJUAN PERCOBAAN
B. TEORI DASAR
Elektron dapat terlepas dari permukaan logam tertentu dengan penyinaran cahaya dari
panjang gelombang yang cukup pendek (efek fotolistrik). Elektron yang terlepas ini disebut
juga foto elekton, memiliki energi yang bergantung pada frekuensi cahaya dan bukan pada
intensitas cahaya datang. Intensitas cahaya hanya berpengaruh pada jumlah foto elektron yang
terlepas dari permukaan logam. Postulat Einstein (1905) adalah bahwa cahaya terdiri dari
fluks partikel, yang disebut foton, dimana energi sebanding dengan frekuensi melalui
hubungan:
E=hv (1)
faktor proporsionalitas h dikenal sebagai konstanta Planck, dan dianggap sebagai konstanta
alam. Dalam konsep ini, masing-masing foto elektron dibebaskan oleh cahaya (foton) dan
keluar dari atom dengan energi kinetik maksimum dinyatakan dengan:
k =hv−W 0 (2)
Foto elektron selanjutnya bergerak ke anoda dan akan membentuk arus foto elektron I . Jika
potensial negatif anoda terus dinaikan, maka arus foto elektron akan berkurang hingga
menjadi nol. Tegangan dimana arus foto elektron nol disebut tegangan limit U 0 . Hubungan
antara dengan energi kinetik k adalah:
e U 0= hv−W 0 (3)
e U 0= hv (4)
Dengan e = 1.6 x 10-19 C . Pada keadaan ini semua foto elektron meskipun dengan energi
kinetik maksimum tidak dapat mencapai anoda sehingga besaran bukan lagi merupakan
fungsi kerja.
Hubungan antara frekuensi cahaya dengan panjang gelombang cahaya dinyatakan dengan
persamaan:
c
v=
λ
Dengan adalah kecepatan cahaya (3 x 108 m/s). Saat panjang gelombang cahaya
diubah sedemikian sehingga frekuensi cahaya meningkat sebesar , maka energi foto elektron
akan Meningkat sebesar sehingga tegangan limit dapat ditingkatkan sebesar .
ΔU 0 h
=
Δv ⅇ
Teori Tambahan
Penemuan Efek Fotolistrik memiliki kontribusi dalam berbagai bidang termasuk penggunaan
nya dalam kehidupan sehari-hari. Gelombang elektromagnetik diprediksi oleh James Clerk
Maxwell Pada tahun 1865 dan Menyimpulkan bahwa cahaya berupa bentuk gelombang.
Penelitian selanjutnya ditemukan Heinrich Hertz bahwa percikan yang dihasilkan oleh
penerima elektromagnetik lebih kuat jika terkena sinar ultraviolet
Pada 1888 Wilhelm Hallwachs membuktikan hal itu, muatan negatif dari daun emas
elektroskop akan terlepas lebih cepat dari biasanya jika piringan seng yang terhubung ke
elektroskop terkena sinar ultraviolet. Akan tetapi Wilhelm tidak tau bahwa seng bersifat
netral.
Tahun 1902 Max Planck Mempubliskan Teori Radiasi yang berisikan bahwa Osilator atau
sistem fisik yang serupa memiliki Sekumpulan energi. kemudian menyatakan bahwa emisi
dan penyerapan radiasi dikaitkan dengan transisi atau lompatan antara dua tingkat energi.
Energi yang hilang atau diperoleh oleh osilator dipancarkan atau diserap sebagai kuantum
energi radiasi, yang besarnya dinyatakan oleh persamaan:1
E = hν
1
Rohmawati, Suliyanah, Panduan Praktikum Fisika Modern (Surabaya: Penerbit JDS, 2015), hlm. 12.
di mana
Sebuah contoh pengaturan eksperimental untuk mengamati efek fotolistrik diilustrasikan pada
Gambar. Cahaya yang jatuh pada permukaan logam (emitor) dapat melepaskan elektron, yang
bergerak ke kolektor. Percobaan harus dilakukan di dalam tabung yang dievakuasi, sehingga
elektron tidak kehilangan energi saat bertabrakan dengan molekul udara. Di antara sifat-sifat
yang dapat diukur adalah laju emisi elektron dan energi kinetik maksimum dari foto elektron
tersebut.
k max=e V s 2
Seperti pada contoh digambar bahwa cahaya yang jatuh pada permukaan logam (emitor)dapat
melepaskan elektron, yang bergerak ke kolektor. Percobaan harus dilakukan di dalam tabung
yang dievakuasi, sehingga elektron tidak kehilangan energi saat bertabrakan dengan molekul
udara. Di antara sifat-sifat yang dapat diukur adalah laju emisi elektron dan energi kinetik
maksimum dari fotoelektron tersebut.
Gambar di atas merupakan diagram untuk mempelajari efek fotolistrik. Merupakan hasil dari
tabung kuarsa berisi pelat logam E (pemancar) yang terhubung ke terminal negatif baterai dan
pelat logam C lainnya (pengumpul) yang terhubung ke terminal positif baterai.
Dalam membaca ampermeter akan menunjukkan angka nol jika tabung disimpan dalam
kegelapan hal ini berarti tidak ada arus di sirkuit, sedangkan Ampermeter akan mendeteksi
2
Kenneth S. Krane.(2020).Modern.Physics.Fourth:Edition.New Jersey. Hal 77-78
Ketika pelat E diterangi oleh cahaya yang memiliki panjang gelombang yang sesuai, yang
menunjukkan jika aliran muatan melintasi celah pelat E dan C.
Arus ini muncul dari fotoelektron yang dipancarkan dari pelat E dan dikumpulkan di pelat C .
Gambar 39.10 adalah plot arus fotolistrik versus perbedaan potensial DV yang diterapkan
antara pelat E dan C untuk dua intensitas cahaya. Pada nilai DV yang besar, arus mencapai
nilai maksimum; semua elektron yang dipancarkan dari E dikumpulkan di C, dan arus tidak
dapat meningkat lebih jauh.
Selain itu, arus maksimum meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas cahaya datang,
seperti yang Anda duga, karena lebih banyak elektron yang dikeluarkan oleh cahaya intensitas
tinggi. 3
Dengan mengukur arus listrik yang melalui amperometer I, dapat diamati bahwa, jika
frekuensi cahaya lebih tinggi dari ambang batas yang diberikan νV, ditentukan oleh
perbedaan potensial V antara dua elektroda, amperometer menunjukkan aliran arus i yang
bergerak dari A ke C yang sebanding dengan fluks energi cahaya yang mencapai C. Ambang
batas νV adalah fungsi linier dari beda potensial V
Vv=a+ bV
Konsep Einstein Berdasarkan hasil percobaan Einstein, ternyata tidak semua cahaya (foton)
yang dijatuhkan pada keping akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek fotolistrik akan timbul
jika frekuensinya lebih besar dari frekuensi tertentu. Demikian juga frekuensi minimal yang
mampu menimbulkan efek fotolistrik tergantung pada jenis logam yang dipakai.5
E=hf
Di mana h adalah konstanta Planck dan f adalah frekuensi cahaya, yang sama dengan
frekuensi osilator Planck.6
3
Serwey Jewett.(2019)Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics.US:Tenth Editio Hal1055-1056
4
Carlo Maria Becchi,Massimo D’Elia.(2015).Introduction to the Basic Concepts of Modern
PhysicsSpecial Relativity, Quantum and Statistical Physics.Italy.Third Edition Hal 67
5
Elzsa,Ai Teti,Santika, , Rasna, “Percobaan Efek Fotolistrik Dalam Menentukan Konstanta Planck”Jurnal
Pendidikan, Vol.1 No. 1 (Desember, 2018), 2.
6
Serwey and Vuille.(2019).COLLAGE PHYSICS.US:Elevent Edition. Hal 694
Salah satu Penerapan prinsip pada Efek fotolistrik yaitu Prinsip kerja panel surya dikenal
dengan prinsip photoelectrica, bahwa foton yang merupakan partikel penyusun cahaya dengan
energinya sebesar E = hf akan diteruskan pada permukaan logam yang bertindak sebagai
katoda, seperti Pada gambar di atas.
Saat lempeng logam disinari cahaya (f > fo), maka akan terlepas elektron dengan interaksi
satu-satu, yaitu setiap satu foton melepaskan satu elektron, energi kinetik maksimum elektron
akan menghasilkan tegangan listrik yang diteliti pertama kali oleh Herzt.7
C.TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan apakah efek foto listrik dapat terjadi pada permukaan bukan logam?
Bahan Nonlogam merupakan bahan yang tidak bersifat Konduktor sedangkan Bahan Logam
merupkan Konduktor yang baik karena elektron pada logam antara atom-atom logam, yang
dapat bergerak bebas dan menjadikan logam sebagai konduktor yang baik. Sehingga peristiwa
efek fotolistrik dapat terjadi karena hasil dari penyinaran ini nantinya akan melepas elektron
dari permukaan logam. Elektron yang lepas ini dapat diketahui karena muncul arus listrik
Jadi Peristiwa Efek Fotolistrik dapat terjadi ketika permukaan yang bersifat logam bukan non
logam.
Efek fotolistrik adalah proses pengeluaran elektron dari logam dalam kasus radiasi
elektromagnetik yang terjadi sedangkan Efek Compton atau hamburan Compton adalah
proses hamburan gelombang elektromagnetik dari elektron bebas. Perhitungan Compton
Scattering menunjukkan bahwa pengamatan hanya dapat dijelaskan dengan menggunakan
teori foton cahaya
: tidak mempengaruhi, karena peristiwa keluarnya electron dari permukaan logam dipengaruhi
oleh frekuensi dan gelombang cahaya
nilai tetapan planck diperoleh dengan cara menyesuaikan fungsinya dengan data yang
diperoleh secara percobaan antara stopping potensial dengan frekuensi
7
Yusra Defawati (2019) “Panel Surya Sebagai Media Pembelajaran Pada Materi Efek Fotplistrik” Hal 63
disepakati bahwa nilai h = 6.6260704 x 10-34
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tetapan Planck sebagai tetapan semesta.
Tetapan semesta adalah tetapan dimana nilai selalu sama di setiap tempat, hal ini sama
seperti hal nya tetapan kecepatan cahaya yang memiliki nilai sama yaitu 3 × 10 8 𝑚/𝑠, tetapan
planck juga memiliki nilai yang selalu sama di setiap tempatnya yaitu = 6.6260704 x 10-34
b. Lampu Mercury
d. Kisi diafragma
Yae. Lensa
g. Photocell
h. Adaptor 5 V
i. Rheostat 1 kOhm
j. measuring amplifier
k. Kabel penghubung
l. multimeter analog
m.multimeter digital
Langkah – langkah percobaan:
4. Mengaktifkan lampu mercury dan tunggu hingga cahayanya terang dengan rentan waktu
(30 – 60 detik).
5. Mengaktifkan penguat pengukuran (measuring amplifier) dan atur hingga arus pada
multimeter digital menunjukan 10-11 ampere. Pada multimeter analog nilai tegangan
λ = ( - ) nm
No. I (mA)
1. -
2. -
3. -
4. -
5. -
2. Biru
λ = 436 nm
No. I (mA)
1. 3
2. 3,3
3. 3,1
4. 3,2
5. 3
3. Hijau
λ = 546 nm
No. I (mA)
1. 2,9
2. 2,8
3. 2,8
4. 2,9
5. 2,9
4. Kuning
λ = 578 nm
No. I (mA)
1. 2,9
2. 2,7
3. 2,7
4. 2,7
5. 3,1
B. PENGOLAHAN DATA
a. Data Tunggal
1. Nilai R
R = 1 KΩ ± 2 %
∆ R=2 % ×1=0.02 KΩ
∆λ 0.02
KSR= ×100 %= ×100 %=0.02% (4 AP)
λ 1000
(R ± ∆ R ¿=( 1000 ± 0.020 ) Ω
2. Nilai 𝜆
𝜆 = 436 nm
1
∆ λ= ×1=0.5
2
∆λ 0.5
KSR= ×100 %= ×100 %=0.15 % (4 AP)
λ 436
(λ ± ∆ λ ¿=( 436.0 ± 0.500 ) nm
546 nm
1
∆ λ= ×1=0.5
2
∆λ 0.5
KSR= ×100 %= × 100 %=0.09 %(4 AP)
λ 546
(λ ± ∆ λ ¿=( 546.0 ±0.500 ) nm
578 nm
1
∆ λ= ×1=0.5
2
∆λ 0.5
KSR= ×100 %= ×100 %=0.09% ( 4 AP )
λ 578
(λ ± ∆ λ ¿=( 578.0 ±0.500 ) nm
b. Data Majemuk
1. Filter Biru
no I (mA ) I 2(mA )
1 3 9
2 3,3 10,89
3 3,1 9,61
4 3,2 10,24
5 3 9
Σ 15,6 48,74
Σ I 15,6
I= = =3,12mA
n 5
2 2
Δ I=
n √
1 n ( Σ I )− ( Σ I )
n−1
2
1 5 ( 48,74 ) −( 15,6 )
Δ I=
5 √ 5−1
1 234,7−243,36
Δ I=
5 √ 5−1
1 0,34 1
Δ I=
5 √ 4
= √0,085
5
Δ I =0,058 mA
ΔI 0,058
KSR= ×100 %= × 100 %=1,87 %( 3 AP )
I 3,12
( I ± Δ I )=( 3,12 ±0,06 ) mA
2. Filter Hijau
no I (mA ) I 2(mA )
1 2,9 8,41
2 2,8 7,84
3 2,8 7,84
4 2,9 8,41
5 2,9 8,41
ΣI 14,3 40,91
Σ I 14,3
I= = =2,86 mA
n 5
2 2
Δ I=
n √
1 n ( Σ I )− ( Σ I )
n−1
2
1 5 ( 40,91 )−( 14,3 )
Δ I=
5 √ 5−1
1 204,55−204,49
Δ I=
5 √ 5−1
1 0,06 1
Δ I=
5 √4
= √ 0,015
5
Δ I =0,0245mA
ΔI 0,0245
KSR= ×100 %= × 100 %=0,856 % (4 AP)
I 2,86
( I ± Δ I )=( 2,860 ± 0,024 ) mA
3. Filter Kuning
no I (mA ) I 2(mA )
1 2,9 8,41
2 2,7 7,29
3 2,7 7,29
4 2,7 7,29
5 3,1 9,61
ΣI 14,1 39,89
Σ I 14,1
I= = =2,82 mA
n 5
2 2
Δ I=
n √
1 n ( Σ I )− ( Σ I )
n−1
2
1 5 (39,89 )−( 14,1 )
Δ I=
5 √ 5−1
1 199,45−198,81
Δ I=
5 √ 5−1
1 0,64 1
Δ I=
5 4√ = √ 0,16
5
Δ I =0,08 mA
ΔI 0,08
KSR= ×100 %= × 100 %=2,84 % (3 AP)
I 2,82
( I ± Δ I )=( 2,82 ± 0,08 ) mA
C. PERHITUNGAN
1. Tetapan Planck
c
hf =
λ
evλ
h=
c
1. Filter Biru
(λ ± ∆ λ ¿=( 436.0 ± 0.500 ) nm
(R ± ∆ R ¿=( 1000 ± 0.020 ) Ω
( I ± Δ I )=( 3,12 ±0,06 ) mA
2. Frekuensi
1. Filter Biru
c 3× 108 14
f= = =6,9 ×10
λ 436 ×10 −9
2. Filter Hijau
c 3 × 108 14
f= = =5,5 × 10
λ 546 ×10−9
3. Filter Kuning
c 3 × 108 14
f= = =5,2 ×10
λ 578× 10−9
GRAFIK
Grafik Hubungan antara Frekuensi dengan Tegangan
x = Frekuensi (1014 Hz)
y = Tegangan (volt)
Σ y Σ x2 −Σ x Σ xy 923,12−913,827 9,293
c= = = =1,8812
n Σ x 2−( Σ x ) 2 314,7−309,76 4,94
n Σ xy −Σ x Σ y 155,766−154,88 0,886
m= = = =0,1794
n Σ x 2− ( Σ x ) 2 314,7−309,76 4,94
y=mx+c=0,1794 x+1,8812
x y
6,9 3,1191
5,5 2,8679
5,2 2,8141
Filter x y x2 xy
Biru 3,12 7,255 9,7344 22,6356
Hijau 2,86 8,33 8,1796 23,8238
Kuning 2,82 8,693 7,9524 24,51426
Σ 8,8 24,278 25,8664 70,97366
Σ y Σ x2 −Σ x Σ xy 627,9844592−624,568208 3,4162512
c= = = =21,46
n Σ x 2−( Σ x ) 2 77,5992−77,44 0,1592
n Σ xy −Σ x Σ y 212,92098−213,6464 −0,72542
m= = = =−4,56
n Σ x 2− ( Σ x ) 2 77,5992−77,44 0,1592
y=mx+c=−4,56 x+ 21,46
x y
3,12 7,2328
2,86 8,4184
2,82 8,6008
8.5
7.5
6.5
1 2 3
Tetapan Planck
Dalam praktikum ini, nilai tetapan Planck dipengaruhi oleh besarnya arus yang
mengalir pada rangkaian dan panjang gelombang yang teramati pada lensa. Pada saat filter
terihat memiliki warna seperti yang akan diujikan, panjang gelombangnya dapat diukur.
Arus yang mengalir saat filter berbeda warna dan dicatat sebanyak 5 kali pengulangan
dikalikan dengan hambatan pada Rheostat dalam rangkaian yang besarnya 1kΩ menjadi
nilai tegangan yang mempengaruhi nilai tetapan Planck. Dan didapatkan nilai
tegangannya sebagai berikut:
Panjang gelombang yang diamati pada percobaan kali bukan hanya untuk menghitung
tetapan Planck, namun juga frekuensi gelombang tiap filternya. Frekuensi gelombangnya
dihitung berdasarkan kecepatan cahaya, yaitu 3 x 108 m/s. Frekuensi gelombangnya
dihitung dengan cara
c
f=
λ
Dan didapatkan hasil sebagai berikut:
Jika diamati dalam tabel data diatas, ternyata frekuensi gelombang berbanding terbalik
dengan panjang gelombangnya. Hal ini disebabkan karena cepat rambat gelombang
elektromagnetik bersifat tetap. Sehingga semakin besar panjang gelombangnya
(pembaginya), semakin kecil frekuensinya (hasilnya).
Teori Einstein memprediksikan bahwa frekuensi dari cahaya datang bervariasi, dan
potensial “penghenti’, V, yang diplot sebagai fungsi frekuensi menghasilkan kemiringan
garis h/e. Saat panjang gelombang cahaya diubah sedemikian hingga, sehingga frekuensi
cahaya meningkat sebesar ∆ v, maka energi foto elektron akan meningkat sebesar h ∆ v
sehingga tegangan limit dapat ditingkatkan sebesar ∆ U 0. Hal ini membuktikan bahwa
frekuensi mempengaruhi nilai tegangan pada tiap filternya. Maka dari itu, dapat dilihat
dalam gafik hubungan yang didapatkan dalam praktikum ini sebagai berikut:
Grafik Hubungan antara Frekuensi dengan
Tegangan
3.15
3.1
3.05
3
2.95
2.9
2.85
2.8
2.75
2.7
2.65
6.9 5.5 5.2
Jika dilihat dari grafik yang didapatkan, maka hubungan antara frekuensi dan tegangan
tiap filternya adalah berbanding lurus. Jika frekuensi semakin besar, maka tegangan tiap
filternya juga semakin besar. Frekuensi gelombang dipengaruhi juga oleh panjang
gelombangnya. Panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensinya, maka
panjang gelombang erbanding terbalik dengan tegangan tiap filternya.
Tegangan tiap filter juga digunakan untuk menghitung tetapan Planck. Dan didapatkan
grafik hubungan antara tegangan dan tetapan Planck sebagai berikut:
8.5
7.5
6.5
1 2 3
Tetapan Planck
Jika dilihat pada grafik diatas, hubungan antara tegaangan dan tetapan Planck adalah
berbanding terbalik. Semakin besar tegangan tiap filternya, maka akan semakin kecil
tetapan Planck yang didapatkan.
E. PERTANYAAN AKHIR
1. Buat grafik hubungan antara frekuensi (v) dengan tegangan U0.
Jawab:
3. Analisis hasil perhitungan nilai tetapan Planck yang didapat dan bandingkan dengan
literatur.
Jawab: Nilai tetapan Planck yang ada dalam literature adalah 6,55 x 10 -34 Js. Hasil
perhitungan pada praktikum kali ini tidak menunjukkan hasil yang jauh berbeda
dengan yang ada dalam literature. Karena nilai tetapan Planck dipengaruhi oleh
panjang gelombang, mungkin perbedaan yang dihasilkan diakibatkan karena
kesalahan pengamatan pada nilai panjang gelombang.
F. KESIMPULAN
1. Nilai tetapan Planck yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah:
3. Efek fotolistrik adalah proses emisi elektron dari permukaan logam ketika radiasi
elektromagnetik (seperti cahaya tampak atau ultraviolet) dari frekuensi yang tepat
bersinar pada logam. Energi elektron yang lebih rendah dipancarkan jika cahaya
dengan frekuensi yang relatif rendah dikenai pada logam, dan energy elektron yang
lebih tinggi dipancarkan jika cahaya dengan frekuensi yang relative tinggi dikenai
pada logam.
4. Nilai energy kinetic maksimum fotoelectron adalah:
Filter Tetapan Planck (Js) Frekuensi gelombang (Hz) Energi kinetic (J)
Biru 7,255 ×10−34 6,9 ×1014 50,06 x 10-20
Hijau 8,33 ×10−34 5,5 ×1014 45,815 x 10-20
Kuning 8,693 ×10−34 5,2 ×1014 45,20 x 10-20
Faidullah, Ilmy Zaada, dkk. (2009). Kajian Teoritis Penentuan Tetapan Planck
Menggunakan Model Elektrodinamika Maxwell. Jurnal Vol. 12 , No. 4. Semarang: Undip
Nugroho, Bintoro S., dkk. (2019). Aplikasi Spektrofotometer Kisi Sederhana dan
Lampu Pijar pada Eksperimen Radiasi Benda Hitam untuk Penentuan Konstanta Plank.
POSITRON Vol. 9, No. 1. Pontianak: Universtas Tanjungpura
Tim Dosen Fisika Modern UNJ. (2014). Modul Praktikum Fisika Modern. Jakarta:
UNJ
Tim Laboratorium Fisika UNESA. (2019). Panduan Praktikum Fisika Modern. Surab