Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN KONSEP NEGARA DAN PEMERINTAHAN SECARA

ISLAMI PADA MASA MODERN

Ayu Fatimah, Fani Anggraini, Nisrina Tsabitah Zain


ayufatimah303@gmail.com , anggrainifani0706@gmail.com , nisrinazainnnn@gmail.com

Universitas Negeri Jakarta

Abstract

This article aims to find out the application of the concept of Islamic state and government that occurs
in modern times. By using descriptive research methods, the research produces conclusions; There
are three paradigms regarding the relationship between religion and the state, namely the
integralistic paradigm, the symbiotic paradigm, and the secularistic paradigm. First, the Integralistic
paradigm. This paradigm explains that religion and the state are integrated, the people obey all state
rules and regulations. Second, the symbiotic paradigm. This paradigm explains that religion and the
state are reciprocal and need each other. State and religion have positions that do not precede each
other but are related. Third, the secularistic paradigm. This paradigm separates religion from state
and separates state from religion. This paradigm rejects the basis of the state on Islam, or at least
rejects the determination of Islam in certain forms of state.

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mencari tau penerapan konsep negara dan pemerintahan islam yang terjadi
pada masa modern. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, penelitian menghasilkan
kesimpulan; Tiga paradigma tentang hubungan agama dan negara yaitu paradigma integralistik,
paradigma simbiotik, dan paradigma sekularistik. Pertama, paradigma Integralistik. Paradigma ini
menerangkan bahwa agama dan negara menyatu (integrated), rakyat yang menaati segala ketentuan
dan peraturan negara. Kedua, paradigma simbiotik. paradigma ini menerangkan agama dan negara
berhubungan bersifat timbal balik dan saling membutuhkan. Negara dan agama memiliki kedudukan
yang tidak mendahului satu sama lain melainkan terkait. Ketiga, paradigma sekularistik. Paradigma
ini memisahkan agama atas negara dan memisahkan negara dari agama. Paradigma ini menolak
pendasaran negara kepada Islam, atau paling tidak menolak determinasi Islam pada bentuk negara
tertentu.

Keywords : Country, government, islam, modern, government system

Kata kunci : Negara, pemerintahan, islam, modern, sistem pemerintahan


PENDAHULUAN

Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Pada prinsipnya setiap warga mayaraka menjadi anggota dari suatu negara dan harus tunduk
pada kekuasaan negara. Melalui kehidupan bernegara dengan pemerintah yang ada di
dalamnya, masyarakat ingin mewujutkan tujuan tujuan tertentu seperti terwujudnya
kertentraman, ketertiban, dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam Ensiklopedia Indonesia, dasar Negara berarti pedoman dalam mengatur


kehidupan penyelenggaraan ketatanegaraan Negara yang mencakup berbagai kehidupan.
Dasar Negara yang di gunakan di Indonesia adalah Pancasila, nilai-nilai luhur yang
terkandung. Pancasila telah ada dalam kalbu bangsa jauh sebelum Indonesia merdeka.
(Wisesa Atha Raihan, 2021)

Pemerintahan dalam bahasa lnggris disebut government yang berasal dari bahasa Latin;
gobernare, greek kybernan yang berarti mengemudikan, atau mengendalikan. Tujuan
pemerintah meliputi external security, internal order, justice, general welfare dan fredom.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemerintah diartikan sebagai sistem


menjalankan wewenang dan kekuasaan, atau sistem menjalankan perintah, yang memerintah.
Di Belanda, pemerintah disebut juga administratie untuk pemerintah dalam arti luas, bestuur
dalam arti sempit. Sementara, Max Weber (dalam Dahl, 1994) mengartikan pemerintah
sebagai apa pun yang berhasil menopang klaim bahwa dialah yang secara eksklusif berhak
menggunakan kekuatan fisik untuk memaksakan aturan- aturannya dalam suatu batas wilayah
tertentu.

Peranan pemerintahan dalam kehidupan masyarakat telah mendunia secara signifikan


selama sejarah umat manusia. Peran pemerintah penting dalam menciptakan keamanan dasar
(basic security) hingga perhatian dalam urusan keagamaan dan kepercayaan serta mengontrol
ekonomi nasional dan secara kekinian menjamin keamanan kehidupan sosial. Sebagaimana
masyarakat kita menjadi lebih kompleks, pemerintah juga menjadi lebih kompleks, lebih
berkuasa, dan lebih mendominasi. Kontroversi mengenai betapa besar, berkuasa, dan betapa
dominasinya pemerintah akan terus berlanjut dalam sisa sejarah hidup manusia.

Antara negara dan pemerintahan bersifat tidak identik, karena negara bersifat statis,
sedangkan pemerintahan bersifat dinamis. Namun antara negara dengan pemerintahan tidak
dapat dipisah karena pemerintahlah yang berfungsi melaksanakan urusan-urusan kenegaraan.

1
Suatu pemerintahan menentukan corak sistem yang dianut oleh negara, apakah teokrasi,
nomokrasi dan sebagainya. Corak pemerintahan melahirkan bentuk sebuah negara. Bentuk
negara menjadi penting bila pemerintah suatu negara menjadi mesin kekuasaan yang
dijalankan oleh seorang pemimpin.

Pada garis besarnya sistem pemerintahan yang dilakukan pada negara-negara


demokrasi menganut sistem parlementer atau sistem presidensiil. Tentu saja di antara kedua
sistem ini masih terdapat beberapa bentuk lainnya sebagai variasi, disebabkan situasi dan
kondisi yang berbeda yang melahirkan bentuk-bentuk semu. (Moh.Kusnardi dan Harmaili
Ibrahim, 1983, hal. 171)

Sementara itu Islam dalam bahasa Arab merupakan mashdar dari kata aslama-yuslimu-
islaaman, yang artinya taat, tunduk, patuh, berserah diri kepada Allah.

Sehingga sistem Pemerintahan dalam Islam menurut Hasan al-Banna sebagaimana


dikutip oleh Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, pemerintahan Islam adalah pemerintah yang
terdiri dari pejabat-pejabat pemerintah yang beragama Islam, melaksanakan kewajiban-
kewajiban agama Islam dan tidak melakukan maksiat secara terang-terangan, melaksanakan
hukum-hukum dan ajaran-ajaran agama Islam. (Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, 2003)

Adapun masa pembaharuan (modern) bagi dunia Islam adalah masa yang dimulai dari
tahun 1800 M sampai sekarang. Masa pembaharuan ditandai dengan adanya kesadaran umat
islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan unruk memperoleh kemajuan dalam
berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dimana ini banyak
mengalami perkembangan dalam kehidupan Islam, meliputi pendidikan, pemerintahan,
politik, perdagangan dan kebudayaan.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan
subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang
lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.

Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu
metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Menurut Whitney (1960: 160)
2
metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Dapat dikatakan
bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu
gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau masalah aktual.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam kehidupan seperti sekarang tiap individu wajib memiliki kewarganegaraan untuk
melindungi dirinya dari serangan atau ancaman. Kewargenagaraan di dapat atau diperoleh
dari suatu negara. Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan
diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya memiliki kedaulatan. Negara
juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi
semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independent.

Setiap Negara memiliki sistem kenegaraan dan pemerintahannya untuk mengatur


warganya. Begitupun konsep negara yang digunakan tiap negara berbeda-beda. Konsep
negara bangsa (nation state) merupakan salah satu konsep politik dari sebuah state (negara)
atau kelompok masyarakat yang secara bersama-sama terikat dengan loyalitas dan solidaritas
umum. Bagi Negara yang mayoritas nya Muslim ada yang memakai Konsep Negara Islam
dengan di sesuaikan dengan Lingkungan negara tersebut.

Konsep Negara dan Pemerintahan sudah berlangsung sejak Rasulullah Hidup. Dimana
Rasulullah menggunakan ajaran agama islam untuk di implementasikan pada
kepemimpinannya. Ada keterkaitan antara Agama dengan Negara.

A. Konsepsi Pemikiran Islam tentang Relasi Islam dan Negara.

Dalam Agama Islam sistem pemerintahan pertama kali di pimpin Oleh


Rasulullah dengan Pedoman Langsung dari wahyu Allah. Setelah Rasulullah
wafat digantikan oleh para Khalifah serta kekuasaan Islam meluas di butuhkan
pemikiran politik serta pemerintahan yang lebih mendetail terkait negara. Al-
qur’an menggariskan prinsip-prinsip secara tegas tetapi secara global. Tentunya
hal ini membutuhkan proses ijtihad dengan menekankan penggunaan Akal sesuai
pedoman Al-qur’an serta Hadis Rasullah.

Secara garis besar para sosiolog teoretisi politik Islam merumuskan teori-teori
tentang hubungan agama dan negara dibedakan menjadi tiga paradigma yaitu
paradigma integralistik, paradigma simbiotik, dan paradigma sekularistik.
3
Pertama, paradigma Integralistik. Paradigma ini menerangkan bahwa agama
dan negara menyatu (integrated), negara merupakan lembaga politik dan
keagamaan sekaligus, politik atau negara ada dalam wilayah agama. Karena
agama dan negara menyatu maka akibatnya masyarakat tidak bisa membedakan
mana aturan negara dan mana aturan agama. Karena itu rakyat yang menaati
segala ketentuan dan peraturan negara.

Kedua, paradigma simbiotik. Dalam paradigma ini agama dan negara


berhubungan secara simbiotik, yaitu suatu hubungan yang bersifat timbal balik
dan saling membutuhkan. Dalam hal ini agama memerlukan negara karena dengan
negara, agama dapat berkembang, sebaliknya, negara juga memerlukan agama
karena dengan agama dapat berkembang dalam bimbingan etika dan moral
spiritual. Negara dan agama memiliki kedudukan yang tidak mendahului satu
sama lain melainkan terkait.

Ketiga, paradigma sekularistik. Paradigma ini memisahkan agama atas negara


dan memisahkan negara dari agama. Dengan pengertian ini secara tidak langsung
akan menjelaskan bahwa paradigma ini menolak kedua paradigma sebelumnya.
Dalam konteks Islam, paradigma ini menolak pendasaran negara kepada Islam,
atau paling tidak menolak determinasi Islam pada bentuk negara tertentu. Lebih
jelasnya, negara dan agama terpisah masing-masing mempunyai fungsi sendiri
dan wilayah sendiri. Agama di wilayah privat (pribadi), sedangkan negara di
wilayah publik (sosial).

Mencermati perkembangan pemikiran politik masa modern, gerakan pembaruan


pemikiran Islam mulai terindikasi pada masa Jamaluddin al-Afgani, dan oleh Muhammad
Abduh, pembaruan tersebut semakin ditegaskan dengan konsep rasionalismenya. Pendapat
Abduh ini dilatarbelakangi oleh mandegnya pemikiran masyarakat muslim waktu itu. Hal ini
disebabkan sistem pemerintahan yang absolut dan sewenang-wenang. Menurut Abduh,
syari’ah Islam itu mempunyai dua pengertian. Dalam arti sempit yaitu berupa ketetapan-
ketetapan Allah dan Rasul yang tidak bisa diubah lagi. Sementara dalam pengertian
luas,adalah kaidah-kaidah atau dasar-dasar yang mengatur kehidupan bermasyarakat yang
selalu berkembang untuk kemaslahatan umat (Muhammad Azhar, 1996: 109).

Kelompok modernis memandang bahwa Islam mengatur masalah keduniaan (termasuk


pemerintahan dan negara) hanya pada tataran nilai dan dasar-dasarnya saja dan secara teknis

4
umat bisa mengambil sistem lain yang dirasa bernilai dan bermanfaat. Di antara tokoh
kelompok ini adalah Muhammad Abduh, Muhammad Husain Haikal dan Muhammad As‟ad.
Negara dan agama tidak saling mengatasi atau membawahi, tetapi tidak dipisahkan secara
mutlak.

Negara modern menurut Gill (2003) adalah bahwa domain organisasi negara modern
lebih luas daripada domain yang lain (civil society maupun economic society) karena
aktivitas dari negara mencakup hampir seluruh aspek kehidupan manusia, baik sosial, politik,
ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Fungsi lembaga negara yang
komprehensif dan luas ini juga menandakan keunikan, otonomi, dan independensi negara dari
organisasi-organisasi lain. Untuk menunaikan fungsi dan perannya yang beragam ini, negara
harus memiliki kedaulatan eksternal maupun internal. Lembaga negara harus menjadi pemilik
otoritas tertinggi dalam wilayah kekuasaannya.

Untuk alasan kedaulatan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, negara juga harus
memiliki monopoli untuk menggunakan kekuatan dan pemaksaan secara sah. Kemampuan ini
sangat esensial bagi negara agar negara bisa memberdayakan otoritasnya untuk melindungi
kedaulatannya, menjaga keutuhan hukum dan tatanannya, serta mengatur dan menengahi
perselisihan, dan lain sebagainya.

Dalam Terkaitan Negara dengan Agama Islam ialah teologi islam yang memberikan
fondasi teologi yang masih dipertahankan sampai saat ini, diantaranya:

Hukum-hukum syara’, yaitu pola-pola penerapan hukum, kekuasaan, dan ketaatan; (2)
Hukum-hukum syara’ atas penggunaan kekerasan dan tidak menggunakan kekerasan; (3)
Hukum perundangan yang mengatur nilai etis; (4) menghargai adat istiadat sebagai struktur
negara selama tidak bertentangan dengan hukum-hukum syara; dan (5) Kebebasan manusia
(hak manusia untuk hidup dan merdeka (Madjid, 2005).

Pada saat manusia semakin bertambah ilmu dan kesadarannya maka bertambah pulalah
kebutuhannya akan kebebasan. Dan ketika mereka telah menjadi manusia merdeka maka
bertambah pulalah kesempatan bagi tumbuhnya ilmu pengetahuan pada diri mereka. Karena
itu revolusi ilmu pengetahuan merupakan manifestasi dari kemajuan suatu masyarakat.
Sementara itu kebebasan adalah suatu metode ilmiah modern dalam hubungan antar manusia.
Untuk merealisasikan itu maka suatu keniscayaan bagi manusia untuk selalu melakukan
rekonsepsi sebagai bentuk penyesuaian diri dengan perkembangan jaman. Oleh karenanya

5
struktur negara Khilafah harus mencakup syarat-syarat yang melingkupi struktur negara
modern.

Sebagaimana terjadi pada karakter negara modern yang domainnya lebih luas daripada
domain yang lain (civil society maupun economic society), dalam pandangan Nabhani (2016)
negara Khilafah-pun bukanlah negara teokrasi, tetapi suatu kepemimpinan umum bagi
seluruh kaum muslimin di seluruh dunia. Negara Khilafah yang didirikan semata-mata untuk
melaksanakan hukumhukum syara’ dengan pemikiran-pemikiran didatangkan kepada kaum
muslim dan hukum-hukumnya telah di syariatkan.

Oleh karenanya, jabatan dalam negara Khilafah merupakan jabatan yang bersifat
duniawi, dimana khilafah ada untuk menerapkan wahyu Tuhan terhadap manusia dan untuk
menjadikannya rahmat bagi seluruh alam semesta. Negara modern dicirikan dengan adanya
administrasi dan tata hukum yang terpusat dan terorganisasi secara birokratis dan dijalankan
oleh sekelompok administrator, serta mempunyai otoritas atas apa pun yang terjadi di
wilayah kekuasaannya, serta memiliki basis teritorial dan monopoli untuk menggunakan
kekuasaannya. Secara historis, rentang waktu yang panjang sekitar 14 abad pelaksanaan
sistem khilafah menunjukkan bagaimana ciri-ciri negara modern teraplikasikan dengan
pemenuhan prinsip yang sempurna.

Namun demikian, sistem politik Islam yang paripurna tanpa harus melihat kepada
sistem Barat seperti yang dijanjikannya juga tidak bisa mengatasi problem-problem politik
kekinian. Sebagaimana Qutb, dalam pengangkatan khalifah diserahkan sepenuhnya kepada
umat Islam. Namun tidak ada tawaran. lebih lanjut tentang mekanisme seperti apa yang harus
diterapkan. Begitu juga dalam masalah suksesi, hanya menyatakan bahwa umat Islam dapat
memecat kepala negara yang gagal melaksanakan amanat umat. Lagi-lagi hanya sampai sini–
sebagaimana al-Mawardi-, mekanisme impeachment tidak di rinci lebih jauh.

KESIMPULAN DAN SARAN

Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Melalui kehidupan bernegara dengan pemerintah yang ada di dalamnya, masyarakat ingin
mewujutkan tujuan tujuan tertentu seperti terwujudnya kertentraman, ketertiban, dan
kesejahteraan masyarakat. Dasar Negara yang di gunakan di Indonesia adalah Pancasila,
nilai-nilai luhur yang terkandung. Pemerintah diartikan sebagai sistem menjalankan
wewenang dan kekuasaan, atau sistem menjalankan perintah, yang memerintah. Peranan

6
pemerintahan dalam kehidupan masyarakat telah mendunia secara signifikan selama sejarah
umat manusia. Negara dengan pemerintahan tidak dapat dipisah karena pemerintahlah yang
berfungsi melaksanakan urusan-urusan kenegaraan. Suatu pemerintahan menentukan corak
sistem yang dianut oleh negara, apakah teokrasi, nomokrasi dan sebagainya. Ssistem
Pemerintahan dalam Islam menurut Hasan al-Banna sebagaimana dikutip oleh Muhammad
Abdul Qadir Abu Faris, pemerintahan Islam adalah pemerintah yang terdiri dari pejabat-
pejabat pemerintah yang beragama Islam, melaksanakan kewajiban- kewajiban agama Islam
dan tidak melakukan maksiat secara terang-terangan, melaksanakan hukum-hukum dan
ajaran-ajaran agama Islam. Masa pembaharuan (modern) bagi dunia Islam dimulai dari tahun
1800 M sampai sekarang. Tiga paradigma tentang hubungan agama dan negara yaitu
paradigma integralistik, paradigma simbiotik, dan paradigma sekularistik. Pertama,
paradigma Integralistik. Paradigma ini menerangkan bahwa agama dan negara menyatu
(integrated), rakyat yang menaati segala ketentuan dan peraturan negara. Kedua, paradigma
simbiotik. paradigma ini menerangkan agama dan negara berhubungan bersifat timbal balik
dan saling membutuhkan. Negara dan agama memiliki kedudukan yang tidak mendahului
satu sama lain melainkan terkait. Ketiga, paradigma sekularistik. Paradigma ini memisahkan
agama atas negara dan memisahkan negara dari agama. Paradigma ini menolak pendasaran
negara kepada Islam, atau paling tidak menolak determinasi Islam pada bentuk negara
tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Abdilah, Masykuri. Gagasan dan Tradisi Bernegara dalam Islam: Sebuah Perspektif Sejarah
dan Demokrasi Modern. tk. tp, 2000.

Azhar, Muhammad. (1996). Filsafat Politik, Perbandingan antara Islam dan Barat, Jakarta:
PT Raja Grofindo Persada.

Budiardjo, M. (2012). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Efendi, B. (2009). Islam dan Negara: Transformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam di
Indonesia. Jakarta: Paramadina

Faris, Muhammad Abdul Qadir Abu, (2003), Fiqih Politik Hasan al-Banna, Terj. Odie al-
Faeda, Solo: Media Insani, hal. 39.

Kusnardi, Moh, & Ibrahim, Harmaili. (1983), Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Pusat
Studi Hukum Tata Negara Indonesia, hal. 171.

7
Marzuki Wahid & Rumaidi, (2001), Fiqh Madzhab Negara: Kritik Atas Politik Hukum Islam
di Indonesia (Yogyakarta: LkiS), 2.

Rahman, F. (2017). Islam: Sejarah Pemikiran dan Peradaban. Bandung: Mizan Media
Utama.

Raihan, W.A., (2021), Pengertian Negara, Padang: Universitas Ekasakti Padang

Sjadzali, Munawir. (1993), Islam dan Tata Negara, Ajaran Sejarah dan Pemikiran, Jakarta:
UI Press

Team Kajian Abituren. Simbiosis Agama dan Negara; Rekonstruksi ‘Syariat’ Dalam Konteks
Kenegaraan. Kediri: Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien, 2007.

Anda mungkin juga menyukai