Anda di halaman 1dari 7

EFEK FOTOLISTRIK

Herayanti, Muliana, Siti Hardianti Retno Ambar Wati, Dedi Riwanto


Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar.
Abstrak. Telah dilakukan percobaan Efek Fotolistrik. Efek foto listrik adalah peristiwa terlepasnya elektron
dari permukaan suatu logam pada saat permukaan logam tersebut disinari cahaya (foton) yang memiliki energi
lebih besar dari energi ambang (fungsi kerja) logam. Adapun tujuan dilakukan percobaan ini untuk mengamati
perilaku cahaya sebagai partikel menurut teori kuantum dan menentukan besarnya konstanta Planck. Pada
percobaan ini dilakukan dua kegiatan. Kegiatan pertama mengamati pengaruh intensitas cahaya terhadap arus
fotoelektrik dan pengaruh intensitas cahaya terhadap energi kinetik. Kegiatan kedua mengamati pengaruh
frekuensi terhadap potensial penghenti. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pada efek fotolistrik cahaya bersifat sebagai partikel hal tersebut dibuktikan dengan semakin besar
intensitas cahaya maka semakin besar arus fotoelektriknya dan intensitas cahaya tidak mempengaruhi potensial
penghentinya (energi kinetik elektron-foto) . Energi kinetik elektron-foto dipengaruhi oleh frekuensi. Adapun
nilai konstanta Planck yang diperoleh berdasarkan hasil analisis grafik yaitu |
dan nilai fungsi kerja logam yang digunakan yaitu

34

6,41 0,11x 10

J .s

2,32 x 1019 J .

KATA KUNCI: Efek Fotolistrik, Tegangan Penghenti, Frekuensi, Energi Kinetik, Intensitas Cahaya
PENDAHULUAN
Dalam pembahasan radiasi benda hitam,
Planck telah mempostulatkan bahwa atomatom dinding rongga berlaku sebagai osilator
yang mempunyai energi terkuantumkan secara
diskrit. Namun, Panck tetap menganggap
bahwa radiasi gelombang elektromagnet yang
dipancarkan mempunyai distribusi energi yang
kontinu.
Pada tahun 1905 Einstein mengusulkan
bahwa radiasi elektro-magnet terdiri atas
paket-paket energi bak-partikel. Paket energi
ini disebut foton. Dengan konsep ini Einstein
berhasil menjelaskan peristiwa fotolistrik yang
pertama kali diamati oleh Herzt dan
selanjutnya diteliti secara eksperimental oleh P.
Lernard. Mereka mengamati bahwa cahaya
yang menyinari suatu elektrode dapat
melepaskan elektron-elektron dari permukaan
elektrode tersebut. Elektron-elektron yang
terlepas ini memiliki energi kinetik yang
bertambah besar dengan bertambah besarnya
frekuensi cahaya.
Eksperimen ini selanjutnya dilakukan
untuk mengamati perilaku cahaya sebagai
partikel menurut teori kuantum dan
menentukan besarnya konstanta Planck,
melalui dua kegiatan. Kegiatan pertama
dilakukan dengan mengamati pengaruh

intensitas cahaya yang diberikan terhadap


perubahan arus yang terbaca pada perangkat
percobaan efek fotolistrik yang diguanakan,
untuk kegiatan kedua dilakukan dengan
mengamati pengaruh frekuensi terhadap
potensial penghenti.
Selanjutnya penentuan nilai konstanta
Planck dapat dilakukan dengan menggunakan
teori Planck. Pada dasarnya ponstulat yang
dikemukan oleh Einstein yaitu cahaya terdiri
atas paket-paket energi atau foton yang
bergerak dengan kecepatan cahaya, apabila
frekuensi cahaya adalah v maka energi foton
adalah E = hv, dalam proses fotolistrik satu
foton diserap sepenuhnya oleh elektron pada
permukaan logam. Dari ponstulat Einstein ini
dapat menjadi referensi untuk mengukur
konstanta Planck.
TEORI
Efek foto listrik adalah peristiwa
terlepasnya elektron dari permukaan suatu
logam pada saat permukaan logam tersebut
disinari cahaya (foton) yang memiliki energy
lebih besar dari energy ambang (fungsi kerja)
logam ( Daud Malago, 2005 ).
Efek fotolistrik merupakan gejala fisika
yang pertama kali ditemukan oleh Hertz pada
tahun 1887 ketika mendemosntrasikan

keberadaan gelombang elektromagnetik. Pada


alat eksperimennya yang terdiri atas sebuah
antena pemancar gelombang (transmitter) dan
penerima gelombang (receiver), Hertz
mengamati bahwa percikan bunga api yang
timbul pada receiver akan lebih mudah terjadi
jika katoda tempat terjadinya percikan api
tersebut disinari oleh cahaya yang berasal dari
percikan bunga api pada bagian pemancar.
Setahun kemudian, Hallwachs mengamati
bahwa sebuah plat seng, yang bersifat lebih
negatif dibandingkan lingkungannya, akan
melepaskan elektron jika disinari dengan
cahaya ultraviolet. Setelah penemuan sinar
katode yang diidentifikasi sebagai aliran
muatan-muatan negatif, barulah diketahui
bahwa pemancar elektronlah yang menjadi
alasan terjadinya proses ini (Subaer, 2015 ).
Elektron yang terlepas pada efek
fotolistrik
disebut
elektron-foto
(photoelectron). Gejala ini pertama kali
diamati oleh Heinrich Hertz (1886/1887)
melalui percobaan tabung lucutan. Hertz
melihat bahwa lucutan elektrik akan menjadi
lebih mudah jika cahaya ultraviolet dijatuhkan
pada elektrode tabung lucutan (sebagai bahan
elektrode digunakan logam natrium). Ini
menunjukkan bahwa cahaya ultraviolet dapat
mencabut elektron dari permukaan logam, atau
sekurang-kurangnya memudahkan elektron
terlepas dari logam. Pengamatan Hertz ini
kemudian diselidiki lebih lanjut oleh P. Lenard.
Sekitar delapan belas tahun kemudian (1905),
secara teoritis, Einstein berhasil menjelaskan
gejala ini (Sutopo, 2004 ).
Pada percobaan efek fotolistrik, berkas
cahaya ditembakkan ke permukaan logam
yang diletakkan di dalam suatu tabung vakum
sehingga elektron terpencar keluar dari
permukaan, Seperti terlihat pada gambar
berikut:

(Subaer, 2015).
Cahaya monokromatis ditembakkan ke
pelat katoda yang potensialnya dibuat lebih
positif terhadap plat anoda. Ternyata, untuk
cahaya
dengan
frekuensi
tertentu,
galvanometer mendeteksi adanya arus listrik.
Ini menunjukkan bahwa elektro-foto yang
dipancarkan oleh pelat katoda mampu
mencapai anoda walaupun plat anoda memiliki
potensial yang lebih negatif plat katode. Ini
juga berarti bahwa ketika terlepas dari pelat
katode, elektron sudah memiliki energi kinetik
yang cukup besar untuk menembus potensial
penghalang yang dipasang antara pelat katode
dan anode. Untuk menghentikan gerakan
elektron-foto (ditunjukkan dengan tidak
adanya arus fotoelektrik yang melalui A),
diperlukan potensial penghalang V tertentu.
Beda potensial yang mampu menghentikan
gerak electron-foto tercepat ini disebut
potensial penghenti (stopping potential),
dilambangi Vs.
(Sutopo, 2004 ).
Dengan menggunakan teori Planck,
Einstein menemukan gejala efek fotolistrik
dengan persamaan:

E h EK max W0

dengan EK max = energi kinetik maksimum


(eV), dan

W 0 = fungsi kerja logam (eV).

(Subaer, 2015).
Energi kinetik electron-foto tercepat
dapat diketahui dari nilai Vs. berdasarkan
prinsip kekekalan energi dapat disimpulkan
bahwa energi kinetik elektron-foto tercepat
sama dengan e Vs, dengan e menyatakan
muatan electron, yaitu 1,6 x 10-19 C. jika
energy kinetic electron tercepat dilambangkan
Kmaks, maka
Kmaks = e Vs.(2)
(Sutopo, 2004 ).
Dengan mensubstitusi persamaan (2) ke
dalam persamaan (2) diperoleh persamaan
Einstein,

hv eVs W0
GAMBAR 1. Rangkaian eksperimen efek
Fotolistrik

(1)

(3)

Bila

dan

diplot, akan diperoleh

grafik sebagai berikut:

3. Nilai

tidak

bergantung

pada

intensitas sumber cahaya, tetapi hanya


bergantung pada jenis logam yang
digunakan sebagai permukaan fotosensitif.
Di bawah

(volt)

c , sebarang sumber cahaya,

selemah apa pun, akan menyebabkan


terjadinya pemancaran fotoelektron; di atas

c , tidak satu pun cahaya, sekuat apa

Slope =

h/e

GAMBAR 2. Grafik hubungan potensial


penghenti dengan frekuensi
Perpotongan kurva dengan
dengan

W 0 /e

Vs

sama

dan kemiringan kurva

h/e . Dengan mengetahui nilai e


, konstanta h dapat ditentukan. Sedangkan
v
perpotongan kurva dengan sumbu
adalah

memberikan harga frekuensi ambang dan


perpotongan kurva dengan sumbu

Vs

dalam arah negatif memberikan harga fungsi


kerja dari katoda (Subaer, 2015).
Dari berbagai percobaan seperti ini, kita
pelajari fakta-fakta terinci efek fotoelektrik
berikut:
1. Laju pemancaran elektron bergantung pada
intensitas cahaya
2. Laju pemancaran elektron tak bergantung
pada panjang gelombang cahaya di bawah
suatu panjang gelombang tertentu; di atas
nilai itu arus secara berangsur-angsur
menurun hingga menjadi nol pada suatu
panjang gelombang pancung (cutoff
wavelength)

c . Panjang gelombang

ini biasanya terdapat pada spektrum

daerah biru dan ultraviolet.

pun, dapat menyebabkan terjadinya


pemancaran fotoelektron.
4. Energi kinetik maksimum electron yang
dipancarkan tidak bergantung pada
intensitas
cahaya,
tetapi
hanyalah
bergantung pada panjang gelombangnya;
energi kinetik ini didapati bertambah
secara linear terhadap frekuensi sumber
cahaya.
5. Apabila sumber cahaya dinyalakan, arus
(x 1014
Hz) akan mengalir (dalam selang waktu
segera
-9
10 s).
(Krane, 1992)
Jadi, semua fakta eksperimen efek
fotolistrik sesuai dengan perilaku kuantum dari
radiasi elektromagnetik. Robert Milikan
memberikan bukti yang lebih meyakinkan
tentang kesesuaian ini dalam serangkaian
percobaan yang dilakukannya pada tahun
1915, dimana diperoleh tetapan Planck :

h=6,57 1034 J . s
dewasa ini, tetapan planck dipandang sebagai
salah satu tetapan alam, dan telah diukur
dengan ketelitian yang sangat tinggi dalam
berbagai percobaan. nilai yang sekarang
diterima adalah

h=6,62618 1034 J . s
(Krane, 1992)

METODE EKSPERIMEN
Alat dan bahan yang digunakan pada
eksperimen ini yaitu: perangkat pengukuran
konstanta Planck PC-101, 5 buah filter warna
(merah, jingga, kuning, hijau, biru) dan tisu
untuk mengganti filter pada pengukuran filter
yang lain.
Metode eksperimen dilakukan dengan
penyetelan perangkat pegukuran konstanta
Planck PC-101 sebelum digunakan dengan
mengatur posisi sumber cahaya dari sensor
sejauh 35 cm dan mengatur posisi pengali arus
pada x0,01, selanjutnya dilakukan dua kegiatan
yaitu: (1) untuk mengetahui pengaruh

intensitas terhadap arus dan (2) untuk


mengetahui pengaruh frekuensi terhadap
potensial penghenti.
Kegiatan pertama mengetahui pengaruh
intensitas cahaya terhadap kuat arus listrik
dilakukan dengan meletakkan filter biru pada
jendela tabung selanjutnya mengatur intensitas
cahaya sampai terbaca arus pada layar, serta
mengukur potensial penghenti pada posisi
tersebut. Setelah diperoleh potensial penghenti
pada posisi tersebut, selanjutnya mengatur
potensial penghalang pada tiga keadaan yaitu:
potensial penghalang lebih kecil dari potensial
penghenti (V<Vs), potensial penghalang sama
dengan potensial penghenti (V=Vs) dan
potensial penghalang lebih besar dari potensial
penghenti (V>Vs), kemudian menaikkan
intensitas cahaya pada masing-masing keadaan
serta mengamati perubahan pada arus sehingga
diperoleh tiga data.

GAMBAR 3. Perangkat eksperimen efek


fotolistrik
Kegiatan Kedua, untuk mengetahui
pengaruh frekuensi
terhadap potensial
penghenti dilakukan dengan menganti filter
biru yang digunakan pada kegiatan pertama
dengan filter merah menggunkan tisu,
selanjutnya mengatur potensial penghalang
pada nilai nol dan mengatur intensitas cahaya
sampai terbaca arus pada layar serta megukur
potensial penghenti pada posisi tersebut.
Kemudian menganti filter warna yang lain
(jingga, kuning, hijau, biru) dan mengulangi
prosedur yang sama untuk filter warna yang
berbeda sehingga diperoleh lima data.
HASIL EKSPERIMEN DAN
ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
Kegiatan Pertama

TABEL 1. Hasil Pengamatan Karakteristik


Cahaya
Menurut
Teori
Kuantum
Keadaan
Perlakuan

Tidak Ada
Arus

Ada Arus
V < Vs

V = Vs

V > Vs

Kegiatan Kedua
TABEL 2. Hasil Pengamatan Pengaruh
Panjang Gelombang terhadap
Potensial Penghenti
Filter
Warna

Panjang
Gelombang,
(nm)

Frekuensi,
v
(x1014Hz)

Potensial
henti, Vs
(volt)

Merah
Jingga
Kuning
Hijau
Biru

635
570
540
500
460

4,72
5,26
5,56
6,00
6,52

|0,37 0,01|
|0,65 0,01|
|0,78 0,01|
|0,92 0,01|
|1,09 0,01|

Analisis Data
Kegiatan Kedua
1.20
1.00
0.80

f(x) = 0x - 1.45
R = 0.98

0.60
Potensial Penghenti, Vs (V)

0.40
0.20
0.00
6.00E+14
4.00E+14
8.00E+14

Fre kue nsi, f (Hz)

Dari analisis persamaan Einstein diperoleh:


K = hf - W 0

e Vs = hf - W 0
persamaan hubungan potensial penghenti
dengan frekuensi menjadi
e Vs = hf - W 0

hasil

Secara teori oleh Planck, nilai


konstanta Planck adalah
ht = 6,626 10-34 Js
Persentase perbedaan hasil eksperimen
dan teori yaitu

e Vs
hf W 0
=
e
e
e
Vs =

Sehingga
pelaporan
dari
eksperimen adalah
h eks = |6,41 0,11|10 -34 Js

W
h
f - 0
e
e

Dari
grafik
diperoleh
persamaan
kemiringan kurva (slope)
-15
y = 4 10 x - 1,4516
R2 = 0.9833
y = mx + c

%Diff =

%Diff =

Atau
h
= m = 4 10-15
e

|( )|
h t - h eks

h t + heks
2

|(

100%

6,626 - 6,41
100%
6,626+ 6,41
2

%Diff = 3,34 %
2. Penentuan fungsi kerja logam, W0
Dari analisis grafik diperoleh
W0
=C
e

W0
= c = 1. 4516
e
Dimana e = 1.602 10-19 C
1. Penentuan konstanta Planck, h
Dari analisis grafik diperoleh
h
= m
e

W0 = e C
W 0 = (1.602 10 -19 ) ( 1. 4516
W 0 = 2,32 10-19 J

h = e m

PEMBAHASAN
-15

h = (1.602 10 -19 ) ( 4 10
h = 6.408 10-34 Js
DK = R2 100% = 0.9833 100%
DK = 98,33%
KR = 100% - DK = 100% - 98,33%
KR = 1,67% (3AB)
h
KR =
100%
h

| |

h =

KR h
100%

h =

1,67% 6,408 10
100%

h = 0, 107 10-34 Js

-34

Js

Percobaan ini berjudul efek fotolistrik,


dimana efek fotolistrik merupakan peristiwa
terlepasnya elektron dari permukaan suatu
logam pada saat logam tersebut disinari cahaya
(foton) yang memiliki energi lebih besar dari
energy ambangnya (fungsi kerja logam).
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini
yaitu mengamati perilaku cahaya sebagai
partikel menurut teori kuantum dan
menentukan konstanta Planck.
Praktikum ini terdiri atas dua kegiatan.
Kegiatan pertama, diamati pengaruh intensitas
cahaya terhadap arus fotoelektrik dan
mengamati pengaruh intensitas cahaya
terhadap energi kinetik elektron-foto. Pada
kegiatan kedua diamati hubungan potensial
penghenti dengan frekuensi.

Adapun
hasil
pengamatan
yang
diperoleh yaitu arus fotoelektrik sebanding
dengan intensitas cahaya artinya semakin besar
intensitas cahayanya maka semakin besar kuat
arus fotoelektrik. Hasil pengamatan ini sesuai
dengan teori cahaya sebagai gelombang,
dimana menurut teori cahaya sebagai
gelombang yaitu kenaikan intensitas cahaya
akan memperbesar laju penyerapan energi,
karena medan elektriknya bertambah, sehingga
laju pemancaran elektron juga akan bertambah.
Menurut teori kuantum, kenaikan intensitas
cahaya menunjukan kenaikan cacah foton yang
menumbuk
permukaan
logam.
Ini
mengakibatkan bertambahnya cacah elektron
foto yang dilepaskan logam. Dengan demikian
semakin besar arus foto elektrik yang
dihasilkan namun perubahan arus yang terjadi
tidak signifikan. Jadi efek fotolistrik dapat
dijelaskan jika cahaya dipandang sebagai
partikel yang disebut foton.
Selain itu hasil pengamatan yang
diperoleh yaitu ketika potensial penghenti
lebih besar dari pontensial penghalang (V < Vs
) maka ada arus yang terbaca hal ini sesuai
dengan teori dimana semakin besar potensial
penghalang semakin sedikit cacah elektronfoto yang mampu mencapai anade. Pada saat
potensial penghalang sama dengan potensial
penghenti (V = Vs) dan saat potensial
penghenti lebih kecil dari potensial penghalang
(V > Vs) , tidak ada elektron yang mampu
mencapai plat anoda. Akibatnya tidak ada arus
fotoelektrik terhenti.
Kebergantungan kuat arus fotoelektrik
terhadap intensitas cahaya sesuai dengan
konsep cahaya sebagai gelombang (fisika
klasik). Jika intensitas cahaya dinaikkan maka
cacah elektron-foto yang diterima elektron
juga akan meningkat. Akibatnya cacah elektron
foto yang dihasilkan juga meningkat sehingga
arus foto elektrik yang dihasilkan juga
meningkat. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa intensitas cahaya menyebabkan elektron
terlepas dari permukaan logam dan bergerak ke
anoda. Jadi semakin tinggi intensitas
cahayanya maka semakin banyak elektron
yang terlepas dari permukaan logam dan
berarti arus yang dihasilkan juga semakin
besar.
Adapun energi kinetik tidak dipengaruhi
oleh intensitas cahaya, melainkan hanya
dipengaruhi oleh frekuensi cahaya yang
mengenai logam. Frekuensi berubah-ubah
berdasarkan filter yang digunakan, dimana

filter merah memiliki frekuensi paling rendah,


sedangkan filter biru memiliki frekuensi paling
besar.
Pandangan fisika klasik dan fisika
kuantum pada kegiatan pertama adalah sebagai
berikut.
1. Berdasarkan pandangan fisika klasik
a. Diperlukannya frekuensi ambang untuk
menghasilkan
efek
fotolistrik.
Berdasarkan fisika klasik, terjadi atau
tidaknya efek fotolistrik tergantung pada
intensitas cahaya, bukan pada frekuensi
cahaya.
b. Ketidakbergantungan
potensial
penghenti terhadap intensitas cahaya.
dalam fisika klasik, seharusnya nilai
potensial ini bergantung pada intensitas
cahaya karena semakin tinggi intensitas
cahaya semakin besar energi yang
diserap elektron sehingga energi kinetik
juga semakin besar.
c. Tidak ada waktu tunda antara
penyinaran sampai terjadinya arus
fotoelektrik. Menurut fisika klasik, jika
intensitas cahaya sangat lemah maka
diperlukan waktu yang cukup lama bagi
elektron untuk mengumpulka energi
sehingga dapat melepaskan diri dari
ikatannya.
d. Arus fotoelektrik sebanding terhadap
intensitas cahaya. menurut fisika klasik,
jika intensitas cahay dinaikkan maka
energi yang diterima elektron akan
meningkat. Akibanya, energi yang
dihasilkan juga meningkat seingga arus
fotoelektrik juga meningkat.
2. Berdasarkan pandangan fisika kuantum
a. Jika energi foton melebihi energi ikat
elektron maka elektron berkemungkinan
untuk lepas. Karena energi foton hanya
bergantung pada frekuensinya yang
semakin tinggi frekuensinya maka
semakin besar energinya.
b. Besarnya energi kinetik elektron sama
dengan besarnya energi foton dikurangi
energi ikat elektron. Karena proses
transfer energi dari foton ke elektron
berlangsung satu lawan satu maka
besarnya energi kinetik elektron hanya
bergantung pada besarnya energi fotn
yang membentuknya.
c. Berdasarkan postulat Einstein pelepasan
elektron dapat terjadi tanpa waktu tunda
yang berarti; karena lepas tidaknya
elektron tidak dipengaruhi oleh seberapa

banyak jumlah energi yang berhasil


dikumpulkan elektron, melakinkan
ditentukan oleh seberapa besar energi
foton yang menumbuk elektron. Karena
transfer energi dari foton ke elektron
menyerupai benturan antara partikel,
maka tidak perlu waktu tunda.
d. Kenaikan
intensitas
menunjukkan
kenaikan cacah foton yang membentur
permukaan logam. Ini mengakibatkan
bertambahnya cacah elektron foto yang
dilepaskan logam. Jelas bahwa semakin
tinggi intensitas cahaya semakin besar
arus foto elektrik yang dihasilkan.
Kegiatan Kedua, diamati hubungan
frekuensi terhadap potensial penghenti. Pada
tabel hasil pengamatan dapat dilihat bahwa
frekuensi berbanding terbalik dengan panjang
gelombang dan berbanding lurus dengan
potensial penghentinya artinya semakin pendek
panjang gelombangnya maka semakin besar
frekuensi dan semakin besar potensial
penghentinya.
Berdasarkan hasil analisis grafik
hubungan antara potensial penghenti dengan
frekuensi diperoleh nilai konstanta planck
34

h= 6,41 0,11x 10

J . s . Sedangkan

menurut teori nilai konstanta planck yaitu

6,6262 x 1034 Js . Adapun nilai %diff


3,34 . Adanya
yang diperoleh adalah
perbedaan antara nilai konstanta planck secara
teori dengan nilai konstanta planck yang
didapat dari praktikum disebabkan oleh aliran
listrik pada saat praktikum tidak stabil
mengakibatkan kinerja alat terganggu,
sehingga terjadi fluktuasi arus yang terbaca
pada
perangkat
pengukuran
sehingga
menyebabkan nilai Vs juga ikut terpengaruh.
Selain nilai konstanta Planck, pada grafik
hubungan antara potensial penghenti dengan

frekuensi juga diperoleh nilai fungsi kerja


logam yang digunakan yaitu

2,32 x 1019 J

.
SIMPULAN
1. Ketika potensial penghenti lebih besar dari
pontensial penghalang (V < Vs ) maka ada
arus yang terbaca hal ini sesuai dengan teori
dimana semakin besar potensial penghalang
semakin sedikit cacah elektron-foto yang
mampu mencapai anode. Pada saat
potensial
penghalang
sama
dengan
potensial penghenti (V = Vs) dan saat
potensial penghenti lebih kecil dari
potensial penghalang (V > Vs), tidak ada
elektron yang mampu mencapai plat anoda.
Akibatnya tidak ada arus fotoelektrik
terhenti. Energi kinetik elektron-foto
dipengaruhi oleh frekuensi.
2. Nilai konstanta Planck yang diperoleh
berdasarkan hasil analisis grafik yaitu

6,41 0,11x 1034 J . s

dan nilai

fungsi kerja logam yang digunakan yaitu

2,32 x 1019 J .
REFERENSI
Daud Malago, Jasruddin. 2005. Pengantar
Fisika Modern. Makassar : Badan
Penerbit UNM Makassar.
Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern.
Jakarta : Universitas Indonesia.
Subaer, dkk. 2015. Penuntun Praktikum
Eksperimen Fisika I Unit Laboratorium
Fisika Modern . Makassar : Universitas
Negeri Makassar .
Sutopo. 2004. Pengantar Fisika Modern.
Malang : Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai