PENENTUAN KONSTANTA
PLANCK MENGGUNAKAN
PERANGKAT LUNAK PHYSICS
EDUCATION TECHNOLOGY (PhET
Sandy Rovilz
HENDRO UKSW08
Sandy Rovilz
ABSTRAK
Teori efek fotolistrik yang benar barulah dikemukakan Einstein pada tahun 1905.
Hubungan Einstein dan Max Karl Ernst Ludwig Planck dalam penemuan efek
fotolistrik bermula saat Max Planck mengemukakan hipotesisnya bahwa cahaya
dipancarkan oleh materi dalam bentuk paket-paket energi yang ia sebut quanta. Ia
memformulakannya sebagai hv. Penemuan Planck itu membuatnya mendapatkan
Hadiah Nobel Bidang Fisika pada 1918.
Gagasan ini diperluas oleh Einstein lima tahun setelah itu. Dalam makalah ilmiah
tentang efek fotolistrik, menurut Einstein, cahaya terdiri dari partikel-partikel yang
kemudian disebut sebagai foton. Ketika cahaya ditembakkan ke suatu permukaan
logam, foton-fotonnya akan menumbuk elektron-elektron pada permukaan logam
tersebut sehingga elektron itu dapat lepas. Peristiwa lepasnya elektron dari
permukaan logam itu dalam fisika disebut sebagai efek fotolistrik[7].
Teorinya didasarkan pada gagasan Planck tentang kuantum energi, tetapi ia
mengembangkannya satu langkah lebih ke depan. Robert Milikan memberikan bukti
yang lebih meyakinkan tentang semua fakta eksperimen efek fotolistrik sesuai dengan
perilaku kuantum dari radiasi elektromagnet dalam serangkaian percobaan yang
Emitting Diode (LED) dengan hasil sebesar h = (6,30 ± 3,44) × 10 −34 J .s .[4]
Nilai konstanta Planck juga pernah diperoleh dari penentuan menggunakan Light
Tujuan dari percobaan dengan media PhET ini yaitu agar dapat mempermudah
pengguna dalam melakukan eksperimen terhadap gejala-gejala fisika yang dapat
digunakan sebagai media untuk membuktikan konstanta Planck. Dari gejala-gejala
yang diamati tersebut, maka pengguna dapat menganalisis gejala tersebut agar dapat
membandingkan data yang diperoleh secara eksperimen dengan nilai konstanta
Planck yang telah ditentukan secara teori. Dalam hal ini pengguna dapat
menggunakan media PhET untuk melakukan analisis terhadap gejala pembuktian
konstanta Planck yang dibuktikan dengan simulasi tertentu. Dengan media PhET
tersebut, maka pengguna dapat melakukan analisa dengan baik sehingga diperoleh
nilai yang tepat.
II. TEORI
Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron-elektron dari permukaan
logam (elektron foton) ketika logam tersebut disinari cahaya. Efek fotolistrik tidak
dapat dijelaskan jika cahaya dipandang sebagai gelombang. Menurut teori
gelombang, dua sifat penting gelombang cahaya adalah intensitas dan frekuensinya
(panjang gelombang). Ternyata teori gelombang cahaya gagal menerangkan beberapa
sifat penting pada efek fotolistrik, antara lain :
1. Teori gelombang menyatakan bahwa energi kinetik elektron foton harus
bertambah jika intensitas (jumlah foton) cahaya diperbesar. Namun kenyataannya,
besar energi kinetik maksimum elektron foto tidak bergantung pada intensitas
cahaya.
2. Teori gelombang menyatakan bahwa efek fotolistrik dapat terjadi pada setiap
frekuensi asalkan intensitasnya memenuhi. Hal ini bertentangan dengan
kenyataan bahwa setiap permukaan membutuhkan frekuensi minimum tertentu
yang disebut frekuensi ambang fo untuk dapat menghasilkan elektron foto.
3. Teori gelombang menyatakan bahwa dibutuhkan rentang waktu yang cukup lama
agar elektron berhasil mengumpulkan energi untuk keluar dari permukaan logam.
Namun ternyata elektron-elektron dapat terlepas dari permukaan logam hampir
tanpa selang waktu, yaitu kurang dari 10-9 sekon setelah penyinaran.
4. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum
elektron foto bertambah jika frekuensi cahaya diperbesar.[3]
Teori foton ternyata memberikan prediksi yang benar-benar berbeda. Menurut
teori ini, semua foton memiliki energi yang sama (hf ), sehingga menaikkan intensitas
cahaya berarti menambah jumlah foton, tetapi tidak menambah energi tiap foton
selama frekuensinya tetap.[3]
Menurut percobaan terhadap energi radiasi benda hitam, Max Planck membuat
hipotesis:
"Radiasi hanya dipancarkan (atau diserap) dalam bentuk satuan-satuan/kuantum
energi disebut foton yang besarnya berbanding lurus dengan frekuensi radiasi"[3].
Energi total foton (masa foton = 0):
E = nhf = nh c
λ (1)
Dengan E adalah energi radiasi (joule), h adalah konstanta Planck, f adalah
frekuensi radiasi (Hz), λ adalah panjang gelombang radiasi (m), n adalah jumlah
foton.Jadi dapat dikatakan bahwa energi cahaya adalah terkuantisasi.
Einstein mengemukakan bahwa semua energi foton diberikan kepada elektron
sehingga foton lenyap. Karena elektron terikat oleh energi ikat tertentu logam, maka
diperlukan kerja minimum yang disebut fungsi kerja atau energi ambang Wo untuk
melepaskan electron dari permukaan logam. Besarnya fungsi kerja Wo tergantung
pada jenis logam. Apabila frekuensi cahaya f sedemikian rupa sehingga hf ≤ Wo ,
maka elektron tidak akan terlepas. Sedangkan, jika hf > Wo, maka elektron akan
terlepas dari permukaan logam dengan energi kinetik maksimum yang memenuhi
persamaan :[3]
EK m = hf − Wo (2)
mv = hf − hf o
1 2
(3)
2
mv = h − h
λ λo
1 2 c c
(4)
2
memenuhi hubungan Ek m = hf − Wo
2. Kenaikan frekuensi cahaya akan meningkatkan energi kinetik elektron foto yang
3. Jika frekuensi cahaya f lebih kecil dari frekuensi ambang fo, maka tidak ada
elektron yang terlepas dari permukaan logam, berapa pun besarnya intensitas
cahaya yang digunakan.
4. Elektron terlepas dari permukaan logam sesaat setelah penyinaran karena cahaya
bersifat partikel (paket energi) sehingga terjadi transfer energi spontan dari foton
ke elektron dengan interaksi satu-satu.
E = hυ = = eV0
λ
hc
(5)
III. EKSPERIMEN
Perangkat lunak yang digunakan dalam membantu kegiatan eksperimen virtual ini
adalah PhET. Perangkat lunak ini digunakan untuk dapat menjalankan perintah yang
diberikan pengguna untuk menganalisa percobaan yang dilakukan.
Secara garis besar, prosedur kerja analisis dengan PhET adalah sebagai berikut:
1. Mengaktifkan program Phet
2. Memilih menu simulations, Quantum Phenomena, kemudian aktifkan
Photoelectric Effect
3. Menjalankan simulasi Photoelectric Effect
Setelah Photoelectric Effect aktif, maka langkah 1 sampai 2 akan menghasilkan
tampilan seperti terlihat pada gambar 2:
menggeser tombol pada bagian Beam control ( λ ) yang tertera tanda nm dengan
5. Mengubah nilai panjang gelombang sampai beberapa kali pengukuran dengan
Vs (Volt)
No Warna Cahaya λ (m) Intensitas ( 50% )
1
380 x 10 -9 1.20
2
385 x 10 -9 1.00
3
421 x 10 -9 0.80
4
454 x 10 -9 0.60
5
492 x 10 -9 0.40
6
528 x 10 -9 0.20
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003
1/λ ( x 109 m -1 )
konstanta Planck teori yaitu 6,62618 x 10-34 Js dengan selisih sebesar 0,45% .
Dengan nilai persentase selisih konstanta Planck secara eksperimen dan nilai secara teori
yang cukup kecil, maka penggunaan media PhET bisa dikatakan dapat membantu
pembelajaran dalam pembuktian konstanta Planck.
V. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan PhET dapat mempermudah penganalisaan percobaan efek
fotolistrik. Penggunaan PhET mampu memadukan antara aspek teoritis dan
eksperimental karena memberi pengalaman secara langsung khususnya dalam
planck sebesar h = 6,59573 × 10 −34 Js . Hasil ini sangat mendekati nilai konstanta Planck
menganalisis nilai konstanta Planck. Berdasarkan eksperimen diperoleh nilai konstanta
DAFTAR PUSTAKA
[1] Tipler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta. Erlangga
[2] Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
[3] Supiyanto.2002.Fisika SMA untuk SMA Kelas 3. Jakarta : Erlangga.
[4] Ishafit. Penentuan Konstanta Planck Dengan LED. Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan
[5] www2.irib.ir/worldservice/melayuRADIO/kal_sejarah/april/23april.htm
[6] bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Fisika/0344%20Fis-3-6a.htm
[7] www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1133490193&13