Anda di halaman 1dari 8

Accelerat ing t he world's research.

PENENTUAN KONSTANTA
PLANCK MENGGUNAKAN
PERANGKAT LUNAK PHYSICS
EDUCATION TECHNOLOGY (PhET
Sandy Rovilz

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

HENDRO UKSW08
Sandy Rovilz

SEQ MT Eqn \r \h \* MERGEFORMAT SEQ MT Sec \r 1 \h \* MERGEFORMAT SEQ MT Chap \r 1 \h \* MER…


Uchy Nurfauzia

efek fot olist rik


Elzsa Sudarisman
PENENTUAN KONSTANTA PLANCK MENGGUNAKAN
PERANGKAT LUNAK PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY
(PhET)

Hendro Kusworo1, Ishafit, Winarti2

Program Studi Pendidikan Fisika


Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus 3: Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan 55164 Yogyakarta
Telp. (0274) 381523, 379418Jl. http://www.pf.uad.ac.id
1
email : edo_tsan@yahoo.com
2
email : wie_na15@yahoo.com

ABSTRAK

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat memberikan


terobosan baru terhadap metode pengajaran fisika. Salah satunya dengan penggunaan
perangkat lunak Physics Education Technology (PheT). Pada peristiwa efek fotolistrik,
dimana permukaan sebuah logam ( katoda ) disinari dengan seberkas cahaya ( warna
merah, kuning, hijau, biru, dan ungu ) dengan panjang gelombang (λ) sehingga
menyebabkan elektron terpental keluar. Laju dan energi kinetik elektron yang terpancar
bergantung pada intensitas dan panjang gelombang sumber cahaya. Secara eksperimen,
tegangan diperlambat terus diperbesar hingga arusnya nol. Tegangan yang bersangkutan
ini disebut potensial henti ( Vs ). Telah dilakukan analisis penentuan nilai konstanta
Planck h. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai h = 6,595 x 10-34 Js dengan ralat sebesar
0,45 %. Untuk pembelajaran fisika, perangkat lunak tracker dapat mempermudah
menganalisis penentuan nilai konstanta planck.

Kata kunci: Perangkat Lunak, PhET, efek fotolistrik, konstanta planck


I. PENDAHULUAN
Dalam pelaksanaan pembelajaran fisika masih terdapat banyak kendala khususnya
dalam melakukan eksperimen untuk menganalisa gejala fisika ataupun untuk
memverifikasi suatu rumusan. Kendala tersebut dapat berupa keterbatasan alat dan
bahan untuk eksperimen. Hal itu dapat terjadi karena biaya yang dibutuhkan cukup
mahal untuk pengadaan alat maupun bahan eksperimen. Untuk mengatasi kendala
tersebut, kemajuan teknologi komputer saat ini telah memunculkan alternatif
eksperimen virtual dan analisis menggunakan software Physics Education
Technology (PhET). PhET inilah yang digunakan untuk menganalisa serta
menentukan nilai konstanta Planck, dengan percobaan efek fotolistrik.
Max Karl Ernst Ludwig Planck seorang fisikawan terkenal penemu teori kuantum,
terlahir ke dunia di Kiel, Jerman 23 April tahun 1858. Planck belajar di Universitas
Munich dan Berlin. Pada tahun 1879, ia menerima gelar doktor di bidang filsafat. Ia
kemudian mengajar di berbagai universitas dan melakukan berbagai penelitian di
bidang fisika. Penelitian Planck yang paling terkenal adalah dalam proses radiasi dan
ia menemukan adanya electromagnetik di alam[5]. Planck memulai karir fisikanya di
Universitas München di tahun 1874. Pada 1899, dia menemukan sebuah konstanta
dasar yang dinamakan konstanta Planck, dan sebagai contoh digunakan untuk
menghitung energi foton. Juga pada tahun itu, dia menjelaskan unit Planck yang
merupakan unit pengukuran berdasarkan konstanta fisika dasar. Planck
mengemukakan bahwa sebuah atom yang bergetar hanya dapat menyerap atau
memancarkan energi kembali dalam bentuk buntelan-buntelan energi (yang disebut
kuanta)[1].
adalah h = 6,62618 × 10 J .s .
Nilai konstanta Planck yang sekarang diterima
−34 [2]

Teori efek fotolistrik yang benar barulah dikemukakan Einstein pada tahun 1905.
Hubungan Einstein dan Max Karl Ernst Ludwig Planck dalam penemuan efek
fotolistrik bermula saat Max Planck mengemukakan hipotesisnya bahwa cahaya
dipancarkan oleh materi dalam bentuk paket-paket energi yang ia sebut quanta. Ia
memformulakannya sebagai hv. Penemuan Planck itu membuatnya mendapatkan
Hadiah Nobel Bidang Fisika pada 1918.
Gagasan ini diperluas oleh Einstein lima tahun setelah itu. Dalam makalah ilmiah
tentang efek fotolistrik, menurut Einstein, cahaya terdiri dari partikel-partikel yang
kemudian disebut sebagai foton. Ketika cahaya ditembakkan ke suatu permukaan
logam, foton-fotonnya akan menumbuk elektron-elektron pada permukaan logam
tersebut sehingga elektron itu dapat lepas. Peristiwa lepasnya elektron dari
permukaan logam itu dalam fisika disebut sebagai efek fotolistrik[7].
Teorinya didasarkan pada gagasan Planck tentang kuantum energi, tetapi ia
mengembangkannya satu langkah lebih ke depan. Robert Milikan memberikan bukti
yang lebih meyakinkan tentang semua fakta eksperimen efek fotolistrik sesuai dengan
perilaku kuantum dari radiasi elektromagnet dalam serangkaian percobaan yang

h = 6,57 × 10 −34 J .s .[2]


dilakukannya pada tahun 1915. Dari hasil percobaannya, diperoleh tetapan Planck:

Emitting Diode (LED) dengan hasil sebesar h = (6,30 ± 3,44) × 10 −34 J .s .[4]
Nilai konstanta Planck juga pernah diperoleh dari penentuan menggunakan Light
Tujuan dari percobaan dengan media PhET ini yaitu agar dapat mempermudah
pengguna dalam melakukan eksperimen terhadap gejala-gejala fisika yang dapat
digunakan sebagai media untuk membuktikan konstanta Planck. Dari gejala-gejala
yang diamati tersebut, maka pengguna dapat menganalisis gejala tersebut agar dapat
membandingkan data yang diperoleh secara eksperimen dengan nilai konstanta
Planck yang telah ditentukan secara teori. Dalam hal ini pengguna dapat
menggunakan media PhET untuk melakukan analisis terhadap gejala pembuktian
konstanta Planck yang dibuktikan dengan simulasi tertentu. Dengan media PhET
tersebut, maka pengguna dapat melakukan analisa dengan baik sehingga diperoleh
nilai yang tepat.

II. TEORI
Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron-elektron dari permukaan
logam (elektron foton) ketika logam tersebut disinari cahaya. Efek fotolistrik tidak
dapat dijelaskan jika cahaya dipandang sebagai gelombang. Menurut teori
gelombang, dua sifat penting gelombang cahaya adalah intensitas dan frekuensinya
(panjang gelombang). Ternyata teori gelombang cahaya gagal menerangkan beberapa
sifat penting pada efek fotolistrik, antara lain :
1. Teori gelombang menyatakan bahwa energi kinetik elektron foton harus
bertambah jika intensitas (jumlah foton) cahaya diperbesar. Namun kenyataannya,
besar energi kinetik maksimum elektron foto tidak bergantung pada intensitas
cahaya.
2. Teori gelombang menyatakan bahwa efek fotolistrik dapat terjadi pada setiap
frekuensi asalkan intensitasnya memenuhi. Hal ini bertentangan dengan
kenyataan bahwa setiap permukaan membutuhkan frekuensi minimum tertentu
yang disebut frekuensi ambang fo untuk dapat menghasilkan elektron foto.
3. Teori gelombang menyatakan bahwa dibutuhkan rentang waktu yang cukup lama
agar elektron berhasil mengumpulkan energi untuk keluar dari permukaan logam.
Namun ternyata elektron-elektron dapat terlepas dari permukaan logam hampir
tanpa selang waktu, yaitu kurang dari 10-9 sekon setelah penyinaran.
4. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum
elektron foto bertambah jika frekuensi cahaya diperbesar.[3]
Teori foton ternyata memberikan prediksi yang benar-benar berbeda. Menurut
teori ini, semua foton memiliki energi yang sama (hf ), sehingga menaikkan intensitas
cahaya berarti menambah jumlah foton, tetapi tidak menambah energi tiap foton
selama frekuensinya tetap.[3]
Menurut percobaan terhadap energi radiasi benda hitam, Max Planck membuat
hipotesis:
"Radiasi hanya dipancarkan (atau diserap) dalam bentuk satuan-satuan/kuantum
energi disebut foton yang besarnya berbanding lurus dengan frekuensi radiasi"[3].
Energi total foton (masa foton = 0):
E = nhf = nh c
λ (1)
Dengan E adalah energi radiasi (joule), h adalah konstanta Planck, f adalah
frekuensi radiasi (Hz), λ adalah panjang gelombang radiasi (m), n adalah jumlah
foton.Jadi dapat dikatakan bahwa energi cahaya adalah terkuantisasi.
Einstein mengemukakan bahwa semua energi foton diberikan kepada elektron
sehingga foton lenyap. Karena elektron terikat oleh energi ikat tertentu logam, maka
diperlukan kerja minimum yang disebut fungsi kerja atau energi ambang Wo untuk
melepaskan electron dari permukaan logam. Besarnya fungsi kerja Wo tergantung
pada jenis logam. Apabila frekuensi cahaya f sedemikian rupa sehingga hf ≤ Wo ,
maka elektron tidak akan terlepas. Sedangkan, jika hf > Wo, maka elektron akan
terlepas dari permukaan logam dengan energi kinetik maksimum yang memenuhi
persamaan :[3]

EK m = hf − Wo (2)

mv = hf − hf o
1 2
(3)
2
mv = h − h
λ λo
1 2 c c
(4)
2

dengan h adalah konstanta Planck, f adalah frekuensi, m adalah massa, dan v


adalah kecepatan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efek fotolistrik dapat
dijelaskan menurut teori foton sebagai barikut :[3]
1. Kenaikan intensitas cahaya menyebabkan bertambahnya jumlah elektron yang
terlepas, tetapi karena energi elektron tidak berubah maka energi kinetik
maksimum elektron foto juga tidak berubah.

memenuhi hubungan Ek m = hf − Wo
2. Kenaikan frekuensi cahaya akan meningkatkan energi kinetik elektron foto yang

3. Jika frekuensi cahaya f lebih kecil dari frekuensi ambang fo, maka tidak ada
elektron yang terlepas dari permukaan logam, berapa pun besarnya intensitas
cahaya yang digunakan.
4. Elektron terlepas dari permukaan logam sesaat setelah penyinaran karena cahaya
bersifat partikel (paket energi) sehingga terjadi transfer energi spontan dari foton
ke elektron dengan interaksi satu-satu.

Hubungan antara panjang gelombang maksimum (λ) dengan tegangan pemicu


(V0)adalah[1]:

E = hυ = = eV0
λ
hc
(5)
III. EKSPERIMEN
Perangkat lunak yang digunakan dalam membantu kegiatan eksperimen virtual ini
adalah PhET. Perangkat lunak ini digunakan untuk dapat menjalankan perintah yang
diberikan pengguna untuk menganalisa percobaan yang dilakukan.
Secara garis besar, prosedur kerja analisis dengan PhET adalah sebagai berikut:
1. Mengaktifkan program Phet
2. Memilih menu simulations, Quantum Phenomena, kemudian aktifkan
Photoelectric Effect
3. Menjalankan simulasi Photoelectric Effect
Setelah Photoelectric Effect aktif, maka langkah 1 sampai 2 akan menghasilkan
tampilan seperti terlihat pada gambar 2:

Gambar 1. Tampilan pada layar PhET

4. Setelah tampilan tersebut muncul, maka dapat dilakukan eksperimen untuk


memperoleh data yang dibutuhkan dengan menentukan intensitasnya dengan cara
menggeser tombol pada bagian Beam Control yang tertera tanda %

menggeser tombol pada bagian Beam control ( λ ) yang tertera tanda nm dengan
5. Mengubah nilai panjang gelombang sampai beberapa kali pengukuran dengan

warna yang berbeda


6. Mencatat nilai tegangan penghenti (VS ) dengan menggeser tombol yang terletak
pada gambar baterai
Dari eksperimen tersebut, maka dapat diperoleh data-data yang dapat dibuat
menjadi grafik untuk membuktikan kebenaran nilai konstanta Planck.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran terhadap Vs dan λ untuk 6 macam warna cahaya, disajikan pada
tabel berikut:

Tabel I. Tabel data hasil pengukuran Vs dan λ

Vs (Volt)
No Warna Cahaya λ (m) Intensitas ( 50% )
1
380 x 10 -9 1.20
2
385 x 10 -9 1.00
3
421 x 10 -9 0.80
4
454 x 10 -9 0.60
5
492 x 10 -9 0.40
6
528 x 10 -9 0.20

Dari data di atas, maka diperoleh grafik sebagai berikut:

Grafik Untuk Intensitas 50%


1.4
1.2
y = 1236.7x - 2.1306
1
Vs (volt)

0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003
1/λ ( x 109 m -1 )

Gambar 2. Grafik hubungan Vs dengan 1


λ
Konstanta Planck sebesar 6,59573 × 10 −34 Js . Nilai tersebut cukup mendekati nilai
Dari data dan grafik yang telah diperoleh kemudian dianalisis, didapatkan nilai

konstanta Planck teori yaitu 6,62618 x 10-34 Js dengan selisih sebesar 0,45% .
Dengan nilai persentase selisih konstanta Planck secara eksperimen dan nilai secara teori
yang cukup kecil, maka penggunaan media PhET bisa dikatakan dapat membantu
pembelajaran dalam pembuktian konstanta Planck.

V. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan PhET dapat mempermudah penganalisaan percobaan efek
fotolistrik. Penggunaan PhET mampu memadukan antara aspek teoritis dan
eksperimental karena memberi pengalaman secara langsung khususnya dalam

planck sebesar h = 6,59573 × 10 −34 Js . Hasil ini sangat mendekati nilai konstanta Planck
menganalisis nilai konstanta Planck. Berdasarkan eksperimen diperoleh nilai konstanta

secara teoritis yaitu h = 6,62618 × 10 −34 Js dengan persentase ralat 0,45% .

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis menyadari bahwa makalah ini dapat terwujud atas bantuan dari pihak lain.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih setulus hati kepada:
1. Pimpinan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang telah memberikan kebebasan
pada penulis untuk memanfaatkan fasilitas jaringan internet dalam proses
pencarian materi tentang konstanta Planck
2. Pimpinan Program Studi Pendidikan Fisika UAD yang telah mengizinkan penulis
untuk menggunakan perangkat media pembelajaran yang dimilikinya untuk
eksperimen pembuktian konstanta Planck
3. Dosen pembimbing Program Studi Pendidikan Fisika UAD yang telah membantu
dalam penyusunan makalah tentang konstanta Planck

DAFTAR PUSTAKA
[1] Tipler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta. Erlangga
[2] Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
[3] Supiyanto.2002.Fisika SMA untuk SMA Kelas 3. Jakarta : Erlangga.
[4] Ishafit. Penentuan Konstanta Planck Dengan LED. Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan
[5] www2.irib.ir/worldservice/melayuRADIO/kal_sejarah/april/23april.htm
[6] bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Fisika/0344%20Fis-3-6a.htm
[7] www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1133490193&13

Anda mungkin juga menyukai