Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 sejarah Penemuan Teori Efek Foto Listrik

Seratus tahun lalu, Albert Einstein muda membuat karya besarnya. Tak tanggung-tanggung,
ia melahirkan tiga buah makalah ilmiah yang menjadikan dirinya ilmuwan paling
berpengaruh di abad ke-20. Tahun itu dianggap annus mirabilis atau Tahun Keajaiban
Einstein. Salah satu makalah itu adalah tentang efek fotolistrik. Oleh panitia Hadiah Nobel
Fisika, makalah itu dianugerahi Hadiah Nobel Fisika pada 1921.

Einstein termashur dengan teori relativitasnya. Hampir semua orang kenal formula E = mc2,
namun sedikit saja yang mengetahui apa itu efek fotolistrik yang mengantarkan Einstein
sebagai ilmuwan penerima hadiah Nobel. Pada tahun 1921 panitia hadiah Nobel menuliskan
bahwa Einstein dianugrahi penghargaan tertinggi di bidang sains tersebut atas jasanya di
bidang fisika teori terutama untuk
penemuan hukum efek fotolistrik. Lantas mengapa ia tidak menerima Nobel dari teori
relativitas yang berdampak filosofis tinggi tersebut?

Apa hubungan Max Planck dan Albert Einstein? Pada 1990, Max Karl Ernst Ludwig Planck
(1858-1947), ilmuwan dari Universitas Berlin, Jerman, mengemukakan hipotesisnya bahwa
cahaya dipancarkan oleh materi dalam bentuk paket-paket energi yang ia sebut quanta. Ia
memformulakannya sebagai hv. Penemuan Planck itu membuatnya mendapatkan Hadiah
Nobel Bidang Fisika pada 1918.

Gagasan ini diperluas oleh Einstein lima tahun setelah itu. Dalam makalah ilmiah tentang
efek fotolistrik, menurut Einstein, cahaya terdiri dari partikel-partikel yang kemudian disebut
sebagai foton. Ketika cahaya ditembakkan ke suatu permukaan logam, foton-fotonnya akan
menumbuk elektron-elektron pada permukaan logam tersebut sehingga elektron itu dapat
lepas. Peristiwa lepasnya elektron dari permukaan logam itu dalam fisika disebut sebagai
efek fotolistrik.

Efek fotolistrik merupakan proses perubahan sifatsifat konduksi listrik di dalam material
karena pengaruh cahaya atau gelombang elektromagnetik lain. Efek ini mengakibatkan
terciptanya pasangan elektron dan hole di dalam semikonduktor, atau pancaran elektron
bebas dan ion yang tertinggal di dalam metal. Fenomena pertama dikenal sebagai efek
fotolistrik internal, sedangkan fenomena kedua disebut efek fotolistrik eksternal.

Einstein menyelesaikan paper yang menjelaskan efek ini pada tanggal 17 Maret 1905 dan
mengirimkannya ke jurnal Annalen der Physik, persis 3 hari setelah ulang tahunnya yang ke
26. Di dalam paper tersebut Einstein untuk pertama kalinya memperkenalkan istilah kuantum
(paket) cahaya. Pada pendahuluan paper ia berargumentasi bahwa prosesproses seperti radiasi
benda hitam, fotoluminesens, dan produksi sinar katode, hanya dapat dijelaskan jika energi
cahaya tersebut tidak terdistribusi secara kontinyu.

Pada kenyataanya, inilah ikhwal lahirnya fisika modern yang menampik asumsi teor-teori
mapan saat itu. Salah satunya adalah teori Maxwell yang berhasil memadukan fenomena
kelistrikan dan kemagnetan dalam satu formula serta menyimpulkan bahwa cahaya
merupakan salah satu wujud gelombang elektromagnetik. Jelas dibutuhkan waktu cukup lama
untuk meyakinkan komunitas fisika jika cahaya memiliki sifat granular.

Dalam kenyataanya dibutuhkan hampir 11 tahun hingga seorang Robert Millikan berhasil
membuktikan hipotesis Einstein. Tidak tanggung-tanggung juga, Millikan menghabiskan
waktu 10 tahun untuk pembuktian tersebut.

Pada saat itu Einstein mempublikasikan paper lain berjudul Teori Kuantum Cahaya. Di dalam
paper ini ia menjelaskan proses emisi dan absorpsi paket cahaya dalam molekul, serta
menghitung peluang emisi spontan dan emisi yang
diinduksi yang selanjutnya dikenal sebagai koefisien EinsteinA danB. Kedua koefisien ini
bermanfaat dalam menjelaskan secara teoretis penemuan laser di kemudian hari. Tujuh tahun
kemudian Arthur Compton berhasil membuat eksperimen yang membuktikan sifat kuantum
cahaya tersebut dengan bantuan teori relativitas khusus.

Ide Einstein memicu Louis de Broglie menelurkan konsep gelombang materi. Konsep ini
menyatakan benda yang bergerak dapat dianggap sebagai suatu gelombang dengan panjang
gelombang berbanding terbalik terhadap momentumnya. Sederhananya, ide de Broglie ini
merupakan kebalikan dari ide Einstein. Kedua ide ini selanjutnya membantu melahirkan
mekanika kuantum melalui
persamaan Schroedinger yang menandai berakhirnya masa fisika klasik.

2.2 Sekilas Tentang Efek Foto Listrik

Untuk menguji teori kuantum yang dikemukakan oleh Max Planck, kemudian Albert Einstein
mengadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki bahwa cahaya merupakan
pancaran paket-paket energi yang kemudian disebut foton yang memiliki energi sebesar hf.
Percobaan yang dilakukan Einstein lebih dikenal dengan sebutan efek fotolistrik. Peristiwa
efek fotolistrik yaitu terlepasnya elektron dari permukaan logam karena logam tersebut
disinari cahaya.

Gambar (7.4) menggambarkan skema alat yang digunakan Einstein untuk mengadakan
percobaan. Alat tersebut terdiri atas tabung hampa udara yang dilengkapi dengan dua
elektroda A dan B dan dihubungkan dengan sumber tegangan arus searah (DC). Pada saat
alat tersebut dibawa ke dalam ruang gelap, maka amperemeter tidak menunjukkan adanya
arus listrik. Akan tetapi pada saat permukaan Katoda (A) dijatuhkan sinar amperemeter
menunjukkan adanya arus listrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran arus listrik. Aliran arus
ini terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari permukaan (yang selanjutnya disebut
elektron foto) A bergerak menuju B. Apabila tegangan baterai diperkecil sedikit demi sedikit,
ternyata arus listrik juga semakin mengecil dan jika tegangan terus diperkecil sampai nilainya
negatif, ternyata pada saat tegangan mencapai nilai tertentu (-Vo), amperemeter menunjuk
angka nol yang berarti tidak ada arus listrik yang mengalir atau tidak ada elektron yang
keluar dari keping A. Potensial Vo ini disebut potensial henti, yang nilainya tidak=
tergantung pada intensitas cahaya yang dijatuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa energi
kinetik maksimum elektron yang keluar dari permukaan adalah sebesar:

Ek = mv2 = e Vo . (7.4)

dengan :
Ek = energi kinetik elektron foto (J atau eV)

m = massa elektron (kg)

v = kecepatan elektron (m/s)

e = muatan elektron (C)

Vo = potensial henti (volt)

Berdasarkan hasil percobaan ini ternyata tidak semua cahaya (foton) yang dijatuhkan pada
keping akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek fotolistrik akan timbul jika frekuensinya
lebih besar dari frekuensi tertentu. Demikian juga frekuensi minimal yang mampu
menimbulkan efek fotolistrik tergantung pada jenis logam yang dipakai. Selanjutnya, marilah
kita pelajari bagaimana pandangan teori gelombang dan teori kuantum (foton) untuk
menjelaskan peristiwa efek fotolistrik ini. Dalam teori gelombang ada dua besaran yang
sangat penting, yaitu frekuensi (panjang

gelombang) dan intensitas.

Ternyata teori gelombang gagal menjelaskan tentang sifat-sifat penting yang terjadi pada efek
fotolistrik, antara lain :

a. Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah besar jika intensitas
foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa energi kinetik elektron foto
tidak tergantung pada intensitas foton yang dijatuhkan.

b. Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang frekuensi, asal
intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek fotolistrik baru akan terjadi jika
frekuensi melebihi harga tertentu dan untuk logam tertentu dibutuhkan frekuensi minimal
yang tertentu agar dapat timbul elektron foto.

c. Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan elektron dari
permukaan logam. Akan tetapi kenyataannya elektron terlepas dari permukaan

logam dalam waktu singkat (spontan) dalam waktu kurang 10-9 sekon setelah waktu
penyinaran.

d. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum elektron foto
bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan diperbesar. Teori kuantum mampu
menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori kuantum bahwa foton memiliki energi yang
sama, yaitu sebesar hf, sehingga menaikkan intensitas foton berarti hanya menambah
banyaknya foton, tidak menambah energi foton selama frekuensi foton tetap.

Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk paket, sehingga energi ini
jika diberikan pada elektron akan diberikan seluruhnya, sehingga foton tersebut lenyap. Oleh
karena elektron terikat pada energi ikat tertentu, maka diperlukan energi minimal sebesar
energi ikat elektron tersebut. Besarnya energi minimal yang diperlukan untuk melepaskan
elektron dari energi ikatnya disebut fungsi kerja (Wo) atau energi ambang. Besarnya Wo
tergantung pada jenis logam yang digunakan. Apabila energi foton yang diberikan pada
elektron lebih besar dari fungsi kerjanya, maka kelebihan energi tersebut akan berubah
menjadi energi kinetik elektron. Akan tetapi jika energi foton lebih kecil dari energi
ambangnya (hf < Wo) tidak akan menyebabkan elektron foto. Frekuensi foton terkecil yang
mampu menimbulkan elektron foto disebut frekuensi ambang. Sebaliknya panjang
gelombang terbesar yang mampu menimbulkan elektron foto disebut panjang

gelombang ambang. Sehingga hubungan antara energi foton, fungsi kerja dan energi kinetik
elektron foto dapat dinyatakan

dalam persamaan :

E = Wo + Ek atau Ek = E Wo

Ek = hf hfo = h (f fo) . (7.5)

dengan :

Ek = energi kinetik maksimum elektron foto

h = konstanta Planck

f = frekuensi foton

fo = frekuensi ambang

2.3 Pengkajian Mendalam Tentang Efek Foto Listrik

Ketika seberkas cahaya dikenakan pada logam, ada elektron yang keluar dari permukaan
logam. Gejala ini disebut efek fotolistrik. Efek fotolistrik diamati melalui prosedur sebagai
berikut. Dua buah pelat logam (lempengan logam tipis) yang terpisah ditempatkan di dalam
tabung hampa udara. Di luar tabung kedua pelat ini dihubungkan satu sama lain dengan
kawat. Mula-mula tidak ada arus yang mengalir karena kedua plat terpisah. Ketika cahaya
yang sesuai dikenakan kepada salah satu pelat, arus listrik terdeteksi pada kawat. Ini terjadi
akibat adanya elektron-elektron yang lepas dari satu pelat dan menuju ke pelat lain secara
bersama-sama membentuk arus listrik.

Hasil pengamatan terhadap gejala efek fotolistrik memunculkan sejumlah fakta yang
merupakan karakteristik dari efek fotolistrik. Karakteristik itu adalah sebagai berikut.

1. hanya cahaya yang sesuai (yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari frekuensi
tertentu saja) yang memungkinkan lepasnya elektron dari pelat logam atau
menyebabkan terjadi efek fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus listrik
pada kawat). Frekuensi tertentu dari cahaya dimana elektron terlepas dari permukaan
logam disebut frekuensi ambang logam. Frekuensi ini berbeda-beda untuk setiap
logam dan merupakan karakteristik dari logam itu.
2. ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik, penambahan
intensitas cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah elektron yang terlepas
dari pelat logam (yang ditandai dengan arus listrik yang bertambah besar). Tetapi,
Efek fotolistrik tidak terjadi untuk cahaya dengan frekuensi yang lebih kecil dari
frekuensi ambang meskipun intensitas cahaya diperbesar.
3. ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera
setelah cahaya yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada
selang waktu elektron terbebas dari permukaan logam setelah logam disinari cahaya.

Karakteristik dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan menggunakan teori
gelombang cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam mendeskripsikan cahaya dimana
cahaya tidak dipandang sebagai gelombang yang dapat memiliki energi yang kontinu
melainkan cahaya sebagai partikel.

Perangkat teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang tersedia melalui
konsep energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan oleh Planck dan terbukti sesuai
untuk menjelaskan spektrum radiasi kalor benda hitam. Konsep energi yang terkuantisasi ini
digunakan oleh Einstein untuk menjelaskan terjadinya efek fotolistrik. Di sini, cahaya
dipandang sebagai kuantum energi yang hanya memiliki energi yang diskrit bukan kontinu
yang dinyatakan sebagai E = hf.

Konsep penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek fotolistrik
adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu kuantum energi yang diserap
elektron digunakan untuk lepas dari logam dan untuk bergerak ke pelat logam yang lain. Hal
ini dapat dituliskan sebagai

Energi cahaya = Energi ambang + Energi kinetik maksimum elektron

E = W0 + Ekm

hf = hf0 + Ekm

Ekm = hf hf0

Persamaan ini disebut persamaan efek fotolistrik Einstein. Perlu diperhatikan bahwa W0
adalah energi ambang logam atau fungsi kerja logam, f0 adalah frekuensi ambang logam, f
adalah frekuensi cahaya yang digunakan, dan Ekm adalah energi kinetik maksimum elektron
yang lepas dari logam dan bergerak ke pelat logam yang lain. Dalam bentuk lain persamaan
efek fotolistrik dapat ditulis sebagai

Dimana m adalah massa elektron dan ve adalah dan kecepatan elektron. Satuan energi dalam
SI adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi, fungsi kerja logam biasanya
dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV) sehingga perlu diingat bahwa 1 eV = 1,6 1019
J.

Gerakan elektron yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek fotolistrik dapat
dihentikan oleh suatu tegangan listrik yang dipasang pada rangkaian. Jika pada rangkaian
efek fotolistrik dipasang sumber tegangan dengan polaritas terbalik (kutub positif sumber
dihubungkan dengan pelat tempat keluarnya elektron dan kutub negatif sumber dihubungkan
ke pelat yang lain), terdapat satu nilai tegangan yang dapat menyebabkan arus listrik pada
rangkaian menjadi nol.
Arus nol atau tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang lepas dari permukaan logam
akibat efek fotolistrik. Nilai tegangan yang menyebabkan elektron berhenti terlepas dari
permukaan logam pada efek fotolistrik disebut tegangan atau potensial penghenti (stopping
potential). Jika V0 adalah potensial penghenti, maka

Ekm = eV0

Persamaan ini pada dasarnya adalah persamaan energi. Perlu diperhatikan bahwa e adalah
muatan elektron yang besarnya 1,6 1019 C dan tegangan dinyatakan dalam satuan volt (V).

Perkembangan teori atom


Perkembangan Teori Atom

1). Teori Atom Dalton

Model atom Dalton dianggap sebagai model atom pertama yang cukup ilmiah. Dalton
menyempurnakan pendapat mengenai model atom yang dikemukakan oleh Leucippos dan
Democritus, yang menyatakan atom merupakan materi yang tak terbagi. Atom menurut
Dalton adalah sebagai berikut :

a) Materi terdiri atas partikel terkecil yang disebut atom. Atom tidak dapat dibagi dan tidak
dapat dicipta atau dimusnahkan.

b) Atom suatu unsur mempunyai sifat yang sama dalam segala hal (ukuran, bentuk, dan
massa) tetapi berbeda sifat-sifatnya dari atom unsur lain.

c) Reaksi kimia adalah penggabungan, pemisahan, atau penyusunan kembali atom-atom.

d) Atom suatu unsur dapat bergabung dengan atom unsur lain membentuk senyawa dengan
perbandingan bilangan bulat dan sederhana.

Jika ditinjau dari teori modern terdapat beberapa kelemahan teori atom Dalton, yaitu :

a) Dalton menyatakan bahwa atom tidak dapat dibagi lagi. Kini telah dibuktikan bahwa
atom terbentuk dari partikel dasar yakni proton, elektron, dan neutron.

b) Menurut Dalton, atom tidak dapat dicipta atau dimusnahkan. Ternyata dengan reaksi
nuklir satu atom dapat diubah menjadi atom unsur lain.

c) Dalton menyatakan bahwa atom suatu unsur sama dalam segala hal. Sekarang ternyata
ada isotop, yaitu unsur yang sama tetapi massanya berbeda.

d) Perbandingan unsur dalam suatu senyawa menurut Dalton adalah bilangan bulat dan
sederhana. Tetapi kini semakin banyak ditemukan senyawa dengan perbandingan yang tidak
sederhana, misalnya C18H35O2Na.

Teori atom Dalton ditunjang oleh dua hukum alam yaitu hukum Lavoiser dan hukum Proust.
2). Teori Atom J.J. Thomson

Pada percobaan Goldstein, timbul pertanyaan dari mana asal dan bagaimana cara
terbentuknya sinar positif. Thomson menduga sinar itu dari atom gas dalam tabung.
Percobaan telah menunjukkan bahwa setiap atom mengandung elektron. Jika atom
kehilangan elektron yang bermuatan negatif tentu yang tinggal bermuatan positif. Jumlah
muatan positif yang tinggal tentu sama dengan jumlah muatan elektron yang keluar, karena
pada mulanya atom itu netral.

Elektron sangat ringan sehingga dapat meninggalkan atom jika diberi energi, misalnya diberi
tegangan listrik. Oleh karena itu, diduga elektron berada di bagian luar atom. Berdasarkan
penalaran seperti ini, akhirnya Thomson merumuskan teori yang disebut teori atom Thomson,
yang meyebutkan bahwa atom merupakan sebuah bola kecil bermuatan positif dan di
permukaannya tersebar elektron yang bermuatan negatif (gambar 3). Model ini juga disebut
model roti kismis. Roti digambarkan sebagai atom bermuatan positif dan kismis sebagai
elektronnya. Kelemahan teori atom Thomson ini adalah ia tidak menjelaskan kedudukan
elektron dalam atom, hanya menyatakan berada di permukaan, karena ditarik oleh muatan
positifnya. Mengapa elektron bisa lepas bila diberi energi tidak dapat dijelaskan oleh
Thomson.

Gambar . Model atom Thomson:

(a) Dilihat dari luar dan

(b) penampangnya

3). Teori Atom Rutherford

Ernest Rutherford dan kawan-kawannya melakukan percobaan melewatkan sinar dalam


tabung yang berisi gas. Ternyata sinar bergerak lurus tanpa dipengaruhi oleh gas. Mereka
menduga bahwa molekul gas tidak bermuatan dan tidak mengubah arah sinar yang
bermuatan positif. Berdasarkan hal ini Rutherford berhipotesis bahwa partikel dalam padatan
akan berubah arah, karena dalam atom terdapat muatan positif. Hipotesis ini dibuktikan oleh
Geiger dan Marsden, yang menembakkan sinar pada selempeng platina tipis (gambar 4).
Hasilnya ditangkap dengan layar yang terbuat dari ZnS yang dapat berfluoresensi bila kena
sinar .

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sinar yang ditembakkan itu ada yang tembus,
membelok, dan memantul. Sinar yang tembus merupakan bagian terbesar, sedangkan yang
membelok sedikit, dan yang memantul sedikit sekali. Gejala ini dijelaskan oleh Rutherford,
bahwa partikel banyak yang tembus disebabkan oleh atom yang mengandung banyak ruang
hampa. Di pusat atom terdapat sebuah partikel bermuatan positif yang disebut inti. Sinar
akan membelok bila mendekati inti, karena saling tolak menolak. Kejadian ini sedikit
jumlahnya karena ukuran inti atom sangat kecil dibandingkan ukuran ruang hampanya. Jika
ada partikel yang menabrak inti, maka akan memantul walaupun tidak 1800. Tumbukan
langsung ini sangat kecil kemungkinannya, maka jumlah yang memantul kecil sekali.
Gambar : Percobaan Geiger dan Marsden

Di luar inti tidak hanya kosong, tetapi terdapat elektron yang berputar mengelilinginya.
Elektron tidak mempengaruhi arah sinar karena elektron sangat kecil dan ringan. Dengan
penalaran seperti itulah Rutherford menggambarkan atom terdiri dari inti yang bermuatan
positif yang merupakan terpusatnya massa, dan di sekitar inti terdapat elektron yang bergerak
mengelilinginya dalam ruang hampa.

Gambar 5. Model atom Rutherford

Kelemahan teori Rutherford ini adalah ketidakmampuannya menerangkan mengapa elektron


tidak jatuh ke inti atom akibat gaya tarik elektrostatik inti terhadap elektron.

Gambar . Kelemahan toeri atom Rutherford

4). Teori Atom Bohr

Penyempurnaan model atom Rutherford yang berkaitan dengan lintasan elektron dilakukan
oleh murid Rutherford sendiri, yang bernama Niels Bohr.

Bohr memiliki pendapat sebagai berikut :

a) Elektron beredar mengelilingi inti atom dengan tingkat-tingkat energi tertentu. Semakin
dekat ke inti atom, tingkat energi semakin rendah. Dan sebaliknya, semakin jauh dari inti
atom, tingkat energi semakin tinggi. Tingkat-tingkat energi ini membentuk lintasan elektron
yang berupa lingkaran. Peredaran elektron dalam lintasannya tersebut tidak membebaskan atu
menyerap energi, sehingga bersifat stabil.

b) Perpindahan elektron dapat terjadi dengan cara :

1. Menyerap energi sehingga elektron tersebut berpindah ke tingkat energi yang lebih
tinggi atau lintasan yang lebih luar.
2. Membebaskan energi sehingga elektron tersebut berpindah ke tingkat energi yang
lebih rendah atau lintasan yang lebih dalam.

Energi yang dibebaskan saat elektron berpindah ke tingkat energi yang lebih rendah dapat
diamati sebagai pancaran cahaya dengan panjang gelombang tertentu . Spektrum cahaya atau
gelombang elektromagnetik pada atom hidrogen dijadikan bukti oleh Bohr untuk mendukung
teorinya.

Gambar. Model atom Bohr


Kelemahan teori atom Bohr adalah hanya dapat menerangkan spektrum atom dari atom atau
ion yang mengandung satu elektron dan tidak sesuai dengan spektrum atom atau ion
berelektron banyak.

5). Teori Atom Mekanika Gelombang

Model atom mekanika gelombang menggambarkan sifat pergerakan elektron dan kedudukan
elektron. Dasar pertama model atom mekanika gelombang ini adalah hipotesis de Broglie.
Jika menurut Bohr elektron bergerak mengelilingi inti, maka menurut teori Broglie, gerakan
itu bukanlah dalam lintasan teretentu melainkan dalam bentuk gelombang. Dasar kedua
adalah asas ketidakpastian Heisenberg, kedudukan elektron tidak dapat ditentukan secara
pasti, karena elektron yang bergerak di sekitar inti memiliki posisi dan momentum tertentu
pada setiap saat. Akibatnya, kita tidak mungkin mengetahui lintasan elektron, seperti
dikemukakan oleh Bohr. Yang dapat ditentukan hanya orbital. Orbital adalah daerah
kebolehjadian atau peluang ditemukannya elektron. Lintasan bergeraknya elektron bukan
merupakan sebuah garis yang pasti, melainkan sebuah ruang.

Efek compton ditemukan oleh Arthur Holy Compton pada tahun 1923. Menurut teori
kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya foton tidak memiliki massa diam. Jika
pendapat ini benar, maka berdasarkan peristiwa efek fotolistrik yang dikemukakan oleh
Einstein, Arthur Holy Compton pada tahun 1923 telah mengamati gejala-gejala tumbukan
antara foton yang berasal dari sinar X dengan elektron. Compton mengamati hamburan foton
dari sinar X oleh elektron dapat diterangkan dengan menganggap bahwa foton seperti partikel
dengan energi hf dan momentum hf/c cocok seperti yang diusulkan oleh Einstein.

Penemuan Efek Compton

Percobaan Compton cukup sederhana yaitu sinar X monokromatik (sinar X yang memiliki
panjang gelombang tunggal) dikenakan pada keping tipis berilium sebagai sasarannya.
Kemudian untuk mengamati foton dari sinar X dan elektron yang terhambur dipasang
detektor. Sinar X yang telah menumbuk elektron akan kehilangan sebagian energinya yang
kemudian terhambur dengan sudut hamburan sebesar terhadap arah semula. Berdasarkan
hasil pengamatan ternyata sinar X yang terhambur memiliki panjang gelombang yang lebih
besar dari panjang gelombang sinar X semula. Hal ini dikarenakan sebagian energinya
terserap oleh elektron. Jika energi foton sinar X mula-mula hf dan energi foton sinar X yang
terhambur menjadi (hf hf) dalam hal ini f > f, sedangkan panjang gelombang yang
terhambur menjadi tambah besar yaitu > .
Skema Percobaan Efek Compton

Skema percobaan Compton untuk menyelidiki


tumbukan foton dan elektron

Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi Compton berhasil
menunjukkan bahwa perubahan panjang gelombang foton terhambur dengan panjang
gelombang semula, yang memenuhi persamaan :

dengan

= panjang gelombang sinar X sebelum tumbukan (m)


= panjang gelombang sinar X setelah tumbukan (m)
h = konstanta Planck (6,625 10-34 Js)
mo = massa diam elektron (9,1 10-31 kg)
c = kecepatan cahaya (3 108 ms-1)
= sudut hamburan sinar X terhadap arah semula (derajat atau radian)

Besaran sering disebut dengan panjang gelombang Compton. Jadi jelaslah sudah bahwa
dengan hasil pengamatan Compton tentang hamburan foton dari sinar X menunjukkan bahwa
foton dapat dipandang sebagai partikel, sehingga memperkuat teori kuantum yang
mengatakan bahwa cahaya mempunyai dua sifat, yaitu cahaya dapat sebagai gelombang dan
cahaya dapat bersifat sebagai partikel yang sering disebut sebagai dualime gelombang
cahaya.

Dalam fisika klasik, sebelum efek fotolistrik berhasil dirumuskan, orang-orang

berkeyakinan bahwa sekali sesuatu itu dikenali sebagai gelombang maka selamanya ia tetap

sebagai gelombang. Begitu juga sebaliknya sekali dikenali sebagai partikel maka tetap

selamanya sebagai partikel. Tetapi kenyataannya berbeda setelah berhasil dirumuskannya


dualisme cahaya, yaitu cahaya sebagai gelombang dan cahaya sebagai partikel. Kenyataan itu

mengisyaratkan kita untuk meninjau kembali penggolongan partikel dengan gelombang.

Pada tahun 1924 Luis De Broglie mengemukakan bahwa sifat dualisme yang dimiliki

cahaya juga dimiliki oleh partikel yang bermassa. Dalam artian partikel yang bermassa jaga

memiliki sifat sebagaimana yang ditunjukkan oleh foton yaitu dapat bersifat sebagai

gelombang dan sebagai partikel. Dualisme yang dikemukakan oleh De Broglie ini merupakan

titik pangkal dari perkembangan mekanika kuantum.

De Broglie juga menyatakan bahwa pada setiap partikel yang berenergi E dan

bergerak dengan momentum p selalu terdapat gelombang yang diasosiasikan dengannya yang

disebut dengan gelombang De Broglie.

Anda mungkin juga menyukai