Anda di halaman 1dari 19

Kelompok: VII

LAPORAN FISIKA EKSPERIMEN


Efek Fotolistrik

Dosen pengampu: Zulfa M. Si

Nama:
Mohd Rendy Samudra 2103126259
Kelompok:
Laelatul Khasanah 2103135706
Shintya Gehasi Fernanda Simbolon 2103134788

Kelas:
Fisika C

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Riau
Pekanbaru
2023
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam fisik modern efek fotolistrik merupakan salah satu pokokbahasan yang
mempunyai kedudukan istimewa karena interpretasimekanisme terjadinya peristiwa ini
telah mengantarkan fisik padatahapan baru yang melahirkan fisik tubuh.Efek
fotolistrikadalahPengeluaran elektron dari suatu permukaan (biasanya logam)
ketikaterlindungi, dan menyerap radiasi elektromagnetik (seperti cahaya tampak
danradiasi ultraviolet) yang berada di atas batas pagar ketergantungan padajenis
permukaan. Efek fotolistrik membutuhkan foton dengan energi daribeberapa elektron
volt sampai lebih dari 1 MeV unsur yang bernomoratomnya tinggi. Studi efek fotolistrik
menyebabkan langkah-langkahpenting dalam memahami sifat-sifat cahaya, elektron
danmempengaruhi pembentukan konsep Dualitas gelombang-partikel.
Meskipun sifat gelombang cahaya telah berhasil diterapkansekitar akhir abad ke-
19, ada beberapa percobaan dengan cahaya danlistrik yang sukar dapat diterangkan
dengan sifat gelombang cahaya itu.Pada tahun 1888 Hallwachs mengamati bahwa suatu
keping itu mula-mulapositif, maka tidak terjadi kehilangan muatan. Diamatinya pula
bahwasuatu keping yang netral akan memperoleh muatan positif apabila
disinari.Kesimpulan yang dapat ditarik dari pengamatan-pengamatan di atas
adalahbahwa cahaya ultraviolet mendesak keluar 2 muatan listrik negatif
daripermukaan keping logam yang netral. Gejala ini dikenal sebagai efekfotolistrik.

1.2 Tujuan Eksperimen


Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Memahami fenomena efek fotolistrik secara keseluruhan.
2. Menggambarkan energi kinetik fotoelektron sebagai fungsi frekuensi radiasi dating.
3. Menentukan konstanta planck dari energi kinetik versus grafik frekuensi.
4. Menggambarkan memplot grafik yang menghubungkan arus foto dan potensial
terapan.
5. Menentukan potensial pengenti dari grafik arus foto versus potensial yang
diterapkan.
II. TEORI DASAR
Efek fotolistrik yaitu terlepasnya elektron dari permukaan logam karena logam
tersebut disinari cahaya. Untuk menguji teori kuantum yang dikemukakan oleh Max
Planck, kemudian Albert Einstein mengadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk
menyelidiki bahwa cahaya merupakan pancaran paket-paket energi yang kemudian
disebut foton yang memiliki energi sebesar . Percobaan yang dilakukan Einstein lebih
dikenal dengan sebutan efek fotolistrik. Efek fotolistrik akan timbul jika frekuensinya
lebih besar dari frekuensi tertentu. Demikian juga frekuensi minimal yang mampu
menimbulkan efek fotolistrik tergantung pada jenis logam yang dipakai.
Pada tahun 1887, Hertz mengamati peningkatan pelepasan elektroda logam saat
terkena sinar ultraviolet. Hallwax terus mengamati. Ketika dia menyinari permukaan
logam seperti seng, rubidium, kalium, dan natrium, dia mengamati emisi elektron.
Proses transfer elektron dari permukaan logam yang disinari disebut emisi fotoelektron,
atau efek fotolistrik. Terlihat bahwa: (i) Untuk logam, frekuensi cahaya minimum yang
dapat melepaskan elektron adalah , dan (ii) semakin tinggi intensitas cahaya yang
mengenai permukaan logam, semakin banyak elektron yang dilepaskan.
Fakta eksperimental dari efek fotolistrik ini tidak dapat dijelaskan oleh teori klasik
(seperti teori elektromagnetik Maxwell). Pada tahun 1905, Einstein mengusulkan
bahwa proses ini dapat dinyatakan sebagai masalah tumbukan partikel. Menurut dia,
sinar monokromatik dapat dilihat sebagai kumpulan dari partikel yang disebut foton,
masing-masing dengan energi hf, di mana f adalah frekuensi cahaya. Ketika foton
menyentuh permukaan logam, energi foton ditransfer ke elektron Ketika elektron
dipancarkan dari permukaan logam, energi kinetiknya (K = ½mv2).
Dalam teori gelombang ada dua besaran yang sangat penting, yaitu frekuensi
(panjang gelombang) dan intensitas. Ternyata teori gelombang gagal menjelaskan
tentang sifat-sifat penting yang terjadi pada efek fotolistrik, antara lain:
• Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah besar jika
intensitas foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa energi
kinetik elektron foto tidak tergantung pada intensitas foton yang dijatuhkan.
• Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang frekuensi,
asal intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek fotolistrik baru akan
terjadi jika frekuensi melebihi harga tertentu dan untuk logam tertentu dibutuhkan
frekuensi minimal yang tertentu agar dapat timbul elektron foto.
• Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan elektron
dari permukaan logam. Akan tetapi kenyataannya elektron terlepas dari permukaan
logam dalam waktu singkat (spontan) dalam waktu kurang 10-9 sekon setelah
waktu penyinaran.
• Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum
elektron foto bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan diperbesar.
Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori kuantum
bahwa foton memiliki energi yang sama, yaitu sebesar hf, sehingga menaikkan
intensitas foton berarti hanya menambah banyaknya foton, tidak menambah energi
foton selama frekuensi foton tetap. Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah
dalam bentuk paket, sehingga energi ini jika diberikan pada elektron akan diberikan
seluruhnya, sehingga foton tersebut lenyap. Oleh karena elektron terikat pada energi
ikat tertentu, maka diperlukan energi minimal sebesar energi ikat elektron tersebut.
Besarnya energi minimal yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari energi
ikatnya disebut fungsi kerja (Wo) atau energi ambang. Besarnya Wo tergantung pada
jenis logam yang digunakan. Apabila energi foton yang diberikan pada elektron lebih
besar dari fungsi kerjanya, maka kelebihan energi tersebut akan berubah menjadi energi
kinetik elektron. Akan tetapi jika energi foton lebih kecil dari energi ambangnya (hf <
Wo) tidak akan menyebabkan elektron foto. Frekuensi foton terkecil yang mampu
menimbulkan elektron foto disebut frekuensi ambang. Sebaliknya panjang gelombang
terbesar yang mampu menimbulkan elektron foto disebut panjang gelombang ambang.
Sehingga hubungan antara energi foton, fungsi kerja dan energi kinetik elektron foto
dapat dinyatakan dalam persamaan:
E = Wo + Ek atau Ek = E – Wo (2.2)
Sehingga Ek = hf – hfo = h (f – fo)
Dengan :
Ek = energi kinetik maksimum elektron foto
H = konstanta Planck
F = frekuensi foton
Fo = frekuensi ambang

Dalam hal ini terdapat terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi fotolistrik ini
yaitu :
• Faktor yang mempengaruhi keluar atau tidaknya elektron adalah frekuensi dari
cahaya dan jenis logam yang dipakai.
• Frekuensi cahaya mempengaruhi energi kinetik dari elektron oleh karena itu,
seberapa cepatnya elektron bergerak setelah keluar dari logam ditentukan oleh
frekuensi cahaya
• Banyak atau tidaknya elektron yang keluar ditentukan oleh besarnya intensitas
cahaya yang diberikan.

Karakteristik efek fotolistrik, yaitu sebagai berikut :


1. Hanya cahaya yang sesuai yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari frekuensi
tertentu saja yang memungkinkan lepasnya elektron dari pelat logam atau
menyebabkan terjadi efek fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus listrik
pada kawat). Frekuensi tertentu dari cahaya dimana elektron terlepas dari permukaan
logam disebut frekuensi ambang logam. Frekuensi ini berbeda-beda untuk setiap
logam dan merupakan karakteristik dari logam itu.
2. Ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik, penambahan
intensitas cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah elektron yang terlepas
dari pelat logam (yang ditandai dengan arus listrik yang bertambah besar). Tetapi,
Efek fotolistrik tidak terjadi untuk cahaya dengan frekuensi yang lebih kecil dari
frekuensi ambang meskipun intensitas cahaya diperbesar.
3. Ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera
setelah cahaya yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada
selang waktu elektron terbebas dari permukaan logam setelah logam disinari cahaya.

Penerapan Efek Fotolistrik dalam kehidupan sehari-hari


Salah satu penomena dalam penemuan yang berkaitan dengan efek fotolistri adalah
pembangkit tenaga listrik dari cahaya matahari kita mengenal istilah sel surya. Sel surya
adalah salah satu penemuan yang memanfaatkan konsep efek. Efek ini akan muncul
ketika cahaya tampak atau radiasi UV jatuh ke permukaan benda tertentu.
Untuk menghasilkan efek fotolistrik, berkas cahaya harus diterapkan dari luar dan
memenuhi beberapa persyaratan, antara lain frekuensi berkas yang jatuh pada katoda
harus lebih besar dari frekuensi cut-off material atau panjang gelombang material.
Berkas cahaya yang menyinari katoda harus lebih kecil dari panjang gelombang
ambang batas bahan logam (katoda). Frekuensi ambang adalah frekuensi terendah yang
diperlukan untuk melepaskan elektron dari permukaan logam, dilambangkan dengan f0,
dan panjang gelombang adalah panjang gelombang maksimum yang diperlukan untuk
melepaskan elektron dari permukaan logam. Logam yang berbeda memiliki frekuensi
ambang dan panjang gelombang berbeda.

III. METODE
Metode Eksperimen ini menggunakan salah satu virtual lab yang bernama
Physics Education Technology (phET).
3.1. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan efek fotolistrik ini
antara lain sebagai berikut:
3.1.1. Tabung vakum.
3.1.2. Logam.
3.1.3. Rangkaian eksternal.
3.1.4. Sumber cahaya.

3.2. Gambar Percobaan


Alat dan bahan yang ada dirangkai sedemikian mungkin seperti pada gambar
berikut ini.

Gambar 3.2 Rangkaian percobaan

3.3. Langkah Percobaan


Pada gambar, tabung vakum dihubungkan dengan rangkaian eksternalnya.
Rangkaian eksternal terdiri atas baterai dan penunjuk nilai tegangan serta arus, yang
pada percobaannya biasanya menggunakan multimeter. Untuk bagian logam yang
disinari merupakan anoda. Dan bagian yang dituju elektron merupakan katoda.
Ada beberapa pengamatan yang akan dilakukan dalam percobaan ini antara lain
menentukan hubungan arus vs tegangan terhadap intensitas yang berbeda dengan
panjang gelombang yang sama, selanjutnya untuk plot yang sama namun dengan
panjang gelombang berbeda dan intensitas yang sama. Selain itu juga dapat
menentukan konstanta planck serta nilai fungsi kerja dari suatu jenis logam.
Untuk melakukan pengamatan, perlu ditentukan terlebih dahulu logam apa yang
akan menjadi elektrodanya. Pada phET, terdapat beberapa pilihan antara lain Natrium,
Seng, Tembaga, Platinum, dan Kalsium. Setelah memilih elektroda yang akan
digunakan, pilih panjang gelombang yang akan diamati, dengan intensitas yang
berbeda. Ubah nilai tegangan dari range -8 volt hingga 8 volt. Kemudian akan tertera
grafik di bagian kanan dari phET. Dari grafik tersebut kita dapat melihat perubahan
arus yang terjadi pada setiap titik tegangan, dengan parameter yang telah disediakan
tadi. Grafik tersebut akan menunjukkan pengaruh intensitas cahaya terhadap arus dan
tegangan. Dengan cara yang sama, bisa juga menetapkan intensitas cahaya dan panjang
gelombang yang divariasikan. Dimana pada grafik akan terlihat pengaruh panjang
gelombang atau frekuensi terhadap arus dan tegangan.
Selain menentukan pengaruh intensitas dan frekuensi terhadap arus dan tegangan,
kita juga dapat menentukan konstanta planck. Pertama set up rangakaian, dan pilih
salah satu logam sebagai elektrodanya. Pada intensitas yang tetap, ambil beberapa titik
panjang gelombang. Pengambilan data disesuaikan dengan kebutuhan. Semakin banyak
data yang diambil, maka akan semakin bagus hasilnya. Untuk setiap panjang
gelombang, catat berapa energi elektron yang dilepaskan. Hubungan energi elektron vs
frekuensi akan ditampilkan oleh grafik phET disebelah kanan. Setelah mendapatkan
seluruh datanya, gunakan metode regresi linear untuk menentukan konstantanya agar
hasil yang didapatkan menjadi lebih akurat.
Dalam menentukan fungsi kerja dari suatu logam, dibutuhkan frekuensi ambang.
Untuk itu, kita perlu mengatur logam yang akan digunakan. Untuk logam yang berbeda,
maka nilai fungsi kerjanya akan berbeda pula. Setelah memilih logam yang akan diuji,
cari titik pada grafik energi elektron vs frekuensi, dimana elektron mulai terpancar dari
logam. Titik tersebut merupakan frekuensi ambang dari logam yang diamati. Begitu
juga untuk logam-logam lainnya. Setelah mendapatkan semua datanya, frekuensi
ambang dikalikan dengan konstanta planck, maka hasilnya adalah fungsi kerja dari
logam tersebut.
IV. ANALISA HASIL
4.1. Data Hasil Percobaan
Jenis Logam Panjang Itensitas (%) Tegangan Arus (A)
Gelombang (Volt)
(λ)
Natrium 300nm = 40 % 2.00 V 0.222 A
3×10-7 m
Seng 300nm = 40 % 2.00 V 0.000 A
3×10-7 m
Tembaga 300nm = 40 % 2.00 V 0.000 A
3×10-7 m
Platinum 300nm = 40 % 2.00 V 0.000 A
3×10-7 m
Kalsium 300nm = 40 % 2.00 V 0.101 A
3×10-7 m
Natrium 390 nm = 80% 3.00 V 0.133 A
3,9×10-7 m
Seng 390 nm = 80% 3.00 V 0.000 A
3,9×10-7 m
Tembaga 390 nm = 80% 3.00 V 0.000 A
3,9×10-7 m
Platinum 390 nm = 80% 3.00 V 0.000 A
3,9×10-7 m
Kalsium 390 nm = 80% 3.00 V 0.000 A
3,9×10-7 m

4.2. Perhitungan
1. Natrium, Seng, Tembaga, Platinum, Kalsium

Diketahui :
Intensitas = 40%
Panjang Gelombang = 300nm = 3×10-7 m
Fungsi Kerja(W0) = 4×10-19 J
Konstanta Planck (h) = 6,626×10-34 Js
Penyelesaian :
Mencari Energi Foton
E= h f
𝑐
=hλ
3×10^8
= 6,626×10-34 Js
3×10^−7
-19
= 6,626×10 J
Mencari Energi Kinetik Maksimum
Ekm = E – W0
= 6,626×10-19 J - 4×10-19 J
= 2,626×10-19 J
Mencari Momentum

P=λ
6,626×10−34 Js
=
3×10−7 m

= 2,208×10-27 kg m/s

2. Natrium, Seng, Tembaga, Platinum, Kalsium

Diketahui :
Intensitas = 80%
Panjang Gelombang = 390nm = 3,9×10-7 m
Fungsi Kerja(W0) = 4×10-19 J
Konstanta Planck (h) = 6,626×10-34 Js

Penyelesaian :

Mencari Energi Foton


E=hf
𝑐
=hλ
3×10^8
= 6,626×10-34 Js 3,9×10^−7

= 8,6138×10-19 J

Mencari Energi Kinetik Maksimum


Ekm = E – W0
= 8,6138×10-19 J - 4×10-19 J
= 4,6138×10-19 J
Mencari Momentum

P=λ
6,626×10−34 Js
= 3,9×10−7 m

= 1,6989×10-27 kg m/s

V. PEMBAHASAN
Efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari suatu permukaan (biasanya
logam) ketika permukaan itu dikenai dan menyerap radiasi elektromagnetik (seperti
cahaya tampak dan radiasi ultraungu) yang berada di atas frekuensi ambang tergantung
pada jenis permukaan. Elektron yang dipancarkan dengan cara ini disebut fotoelektron.
Fenomena ini dipelajari dalam fisika benda terkondensasi, dan keadaan padat dan kimia
kuantum untuk menarik kesimpulan tentang sifat-sifat atom, molekul, dan padatan.
Efeknya telah menemukan penggunaan dalam perangkat elektronik yang dikhususkan
untuk deteksi cahaya dan emisi elektron dengan waktu yang tepat.Istilah lama untuk
efek fotolistrik adalah efek Hertz (yang saat ini tidak digunakan lagi). Hertz mengamati
dan kemudian menunjukkan bahwa elektrode diterangi dengan sinar ultraviolet
menciptakan bunga api listrik lebih mudah. Efek fotolistrik membutuhkan foton dengan
energi dari beberapa elektronvolt sampai lebih dari 1 MeV unsur yang nomor atomnya
tinggi. Studi efek fotolistrik menyebabkan langkah-langkah penting dalam memahami
sifat kuantum cahaya, elektron dan memengaruhi pembentukan konsep dualitas
gelombang-partikel. Fenomena cahaya yang memengaruhi gerakan muatan listrik ini
termasuk efek fotokonduktif (juga dikenal sebagai fotokonduktivitas atau
fotoresistivitas), efek fotovoltaik, dan efek fotoelektrokimia.
Percobaan yang dilakukan pada eksperimen efek fotolistrik (h/c) menunjukkan
bahwa cahaya polikromatik yaitu cahaya yang terdiri dari beberapa spektrum warna
cahaya yang memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang berfariasi, mengalami
perubahan menjadi cahaya monokromatik yang terdiri dari satu spektrum warna cahaya
saja Cahaya monokromatik yang terpancang memiliki panjang gelombang dan
frekuensi yang berfariasi tergantung jenis warna dari spektrum cahayanya. Spektrum
cahaya yang tampak ditinjau pengaruhnya terhadap energi foton yang mengenai suatu
elektron pada material logam yang mempengaruhi terjadinya muatan baru yaitu beda
potensial yang dipengaruhi oleh pelepasan beberapa elektron pada logam.
Pengaruh filter transmisi (jumlah foton) terhadap potensial penghenti pada
percobaan pertama menggunakan beberapa warna dari spektrum cahaya diantaranya
yaitu warna kuning, hijau, biru, dan ungu besar harga filter transmisi yang digunakan
berfariasi, mulai dari 20%,40%,60%.80% dan 100%. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa semakin besar fariasi transmisi yang digunakan mempengaruhi
besar dari potensial penghenti pada masing-masing warna cahaya. Perbandingan nialai
potensial penghenti pada penggunaan filter transmisi bergantung juga pada warna dari
spektrum cahayanya, yaitu warna kuning memiliki nilai potensial penghenti lebih kecil
dari warna hijau, hijau, ungu dan biru dengan kakta lain semakin menuju warna biru
pengaruh filter transmisi terhadap potensial penghenti semakin besar.
Perbandingan nilai ketetapan planck (h) pada referensi dan percobaan
menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh melalui percobaan dibandingkan dengan
hasil yang diperoleh dari referensi relatif berbanding sama. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa pada spektrum cahaya masing-masing memiliki besar frekuensi
dan panjang gelombang yang berbeda. Semakin besar nilai frekuensi dari spektrum
warna cahaya maka panjang gelombangnya berbanding terbalik yaitu semakin kecil.
Hal ini menjadi faktor besaran energi, pootensial penghenti yang nantinya akan
ditimbulkan.

VI. ANALISIS PERTANYAAN


6.1. Analisis Data 1
1. Plot grafik Arus ( sumbu y) terhadap tegangaan ( sumbu x) untuk satu garis spectral,
misalkan 436 nm, pada tiga itensitas berbeda.
2. Bagaimana arus terhadap tegangaan untuk sati garis spectral pada tiga intensitas
berbeda? Bagaimana kemiripan antar kurva satu sama lain ?
Jawab:
Pada analisis plot grafik Arus vs Tegangan menggunakan aplikasi web PheT-
Photoelectric dengan menggunakan bahan Natrium dan pada 3 intensitas yang
berbeda. Dapat diamati bahwa nilai tegangan (V) dan panjang gelombang (λ) adalah
berbeda yaitu 2.00 volt dan 436 nm. Namun, hanya intensitas saja yang nilainya
berbeda. Berdasarkan data yang didapat, nilai arus pada percobaan ini akan semakin
besar ketika intensitas yang digunakan semakin tinggi, maka partikel elektron yang
dihasilkan akan semakin besar dan laju energi juga semakin besar. Ketika arus
diubah menjadi 0.00 volt, maka laju energi dari partikel elektron akan berjalan
dengan konstan.

3. Bagaimana kurva arus terhadap tegangaan untuk satu garis spektral pada tiga
intensitas berbeda untuk logam kedua? Bagaimana perbedaan antara kurva satu
sama lain ?
Jawab:
Sedangkan pada percobaan selanjutnya, menggunakan bahan Zinc, Copper,
Platinum, dan Calcium dengan tegangan dan panjang gelombang yang sama yaitu
4.00 V dan 436 nm serta intensitas yang berbeda, maka partikel elektron dan arus
tidak ada pada panjang gelombang yang telah ditentukan.

6.2. Analisa Data 2


1. Plot grafik arus ( sumbu y) terhadap tegangaan ( sumbu x) untuk tiga garis spectral,
misalkan 436 nm, 546 nm, 577 nm pada satu intensitas.
2. Bagaimana kurva arus terhadap tegangan untuk tiga garis spektral pada intensitas
konstan, frekuensi berbeda? Bagaimana kemiripan kurva satu sama lain ?
Jawab:
Jika terdapat perbedaan dalam nilai frekuensi, maka panjang gelombang dari
kurva tersebut mengarah ke kiri yang berguna untuk meningkatkan nilai frekuensi.
Jika frekuensi dinaikkan maka arus akan bertambah.

3. Bagaimana kurva arus terhadap tegangan untuk tiga garis spektral pada intensitas
konstan? Dengan kata lain, bagaimana perbedaan kurva satu sama lain?
Jawab:
Semakin besar panjang gelombang yang dihasilkan maka partikel elektron akan
semakin melambat bergerak menuju anoda. Sedangkan semakin kecil panjang
gelombang yang dihasilkan, maka partikel elektron akan semakin melaju menuju
anoda serta arus yang lebih besar.

6.3. Analisa Data 3


1. Buatlah grafik pontensial penghenti vs frekuensi.

2. Tentukanlah kemiringan garis pada grafik pontensial penghenti vs frekuensi.


Jawab:
∆𝑥 ( 3−0,612)×10 ^15
m = ∆𝑦 = = 0,2388 × 1015 𝐻𝑧⁄𝑒𝑉
(10−0)

= 0,24 × 1015 𝐻𝑧⁄𝑒𝑉

3. Gunakan rumus regresi linier untuk menentukan kemiringan garis.


Jawab:
Dimana : eV0 = e × V0 = 1,62 × 10-19 × V0
Dengan hubungan metode regresi,hubungan antar partikel yaitu:
Y = ax + b
Dimana : a = 2,008 × 10-25 dan b = -3,714 × 10-19
Jadi, y = 2,008 × 10-19 x + (-3,714 × 10-19 )

4. Hitunglah nilai konstanta planck hasil percobaan.


Jawab:
Diambil dari salah satu panjang gelombang hasil dari percobaan yaitu dengan
nilai panjang gelombang (λ = 3,9 × 10-7 ). Maka untuk mencari konstanta planck
dengan menggunakan rumus
λe
h= , sehingga diperoleh :
𝑐
λe (3,9 × 10^−7 × 1,62 × 10^−19
h= = = 21,061 × 10-34
𝑐 3× 10^8

5. Dari grafik potensial penghennti terhadap frekuensi, bagaimana anda bisa


menemukan nilai fungsi kerja dari logam target ?
Jawab:
Dengan menggunakan rumus berikut :
eV = hv – Wo
ℎ𝑣 𝑤𝑜
V = +
𝑒 𝑒

Wo = hv – eV
ℎ𝑐
Wo =
λe

6. Berdasarkan hasil perhitungan bandingkan dengan h = 6,636 × 10-34

21,061×10^−34
= 3,178
6,626 ×10^−34

7. Berapa persen perbedaan nya ?


21,061×10^−34
× 100 % = 317,8 %
6,626 ×10^−34

Maka persentase perbedaan = 100% - 317,8 % = 217,8 %

8. Menurut anda apa yang dapat menyebabkan perbedaan ( jika ada ) antara nikai h
perhitungan dan nilai yang diterima ?
Jawab:
Penyebab dari adanya perbedaan yaitu kurangnya ketelitian dalam menghitung nilai
konstanta planck dalam mengoperasikan aplikasi web phet sehingga nilai yang
dihasilkan berbeda jauh serta kurang telitinya dari pratikan.

9. Dari hasil perhitungan nilai fungsi kerja logam target, bandingkan dengan referensi.
Berapa persen perbedaannya?

10. Apakah penyebab intensitas cahaya memengaruhi pontensial penghenti ?

Jawab:
Intensitas cahaya berpengaruh terhadap arus yang menghasilkan partikel
electron dari katoda menuju anoda. Oleh karena itu, intensitas cahaya dapat
mempengaruhi pontensia penghenti.

VII. PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam percobaan ini antara lain sebagai
berikut.
1. Peristiwa jadi elektron dari logam radiasi disebut efek fotolistrik, diamati pertama
kali oleh Heiirich Hertz (1887). Elektron yang terlepas dari logam disebut Foto
Elektron.
2. Nilai fungsi kerja berbagai jenis logam dapat diketahui dengan menentukan
frekuensi ambang setiap logam. Dimana frekuensi ambang merupakan frekuensi
dimana elektron mulai dilepaskan dari logamnya.
3. Konstanta planck melalui percobaan efek fotolistrik dinyatakan sebagai kemiringan
dari plot ennergi elektron vs frekuensi. Dimana pada percobaan didapatkan nilai
konstanta planck sebesar 6,695 × 10-34Js dengan persentase kesalahan sekitar
1,05%.
Intensitas cahaya dan frekuensi berpengaruh terhadap besarnya nilai arus, dimana
dengan meningkatnya intensitas cahaya maupun frekuensi, maka arus juga akan
meningkat. Sedangkan untuk energi elektron, jika frekuensinya meningkat, maka
energi elektron juga akan meningkat. Untuk intensitasnya akan berpengaruh pada
jumlah elekrtron yang dipancarkan. Semakin tinggi intensitasnya maka elektron yang
dipancarkan oleh logam akan semakin banyak pula.
7.2. Saran
1. Pada percobaan dilakukan sebaiknya pratikan sudah diberi modul dalam metode dan
rumus perhitungan agar pratikan lebih memahaminya.
2. Pada percobaan selanjutnya lebih cermat dan lebih teliti tentang ada nya perbedaan nilai
perhitungan dan lebih cekatan agar tidak lupa.
DAFTAR PUSTAKA

Beiser, A., (1986). Konsep fisika modern edisi ketiga, diterjemahkan oleh, The Houw Liong,
Jakarta: Erlangga.
E. Siregar, Rustam. 2010. Teori dan Aplikasi Fisika Kuantum. Bandung: Widya Padjadjaran.
Irwansyah Ramadhani, Arum Puspita Sari, Muhammad Nasrullah, Aris Widodo, Ridlo
Fajjrittamam. Konstanta Planck. JURNAL FISIKA MODERN Vol. 2, No. 1, (2012)
Kamajaya. 1996. Penuntun Belajar FISIKA 3. Bandung: Ganeca Exact Bandung

Krane, Kenneth. 2008. Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia Press.


Puji Kumala Pertiwi, Fitriana, Prof. Dr. Darminto, M.Sc. Konstanta Planck. JURNAL SAINS
DAN SENI ITS Vol. 4, No.1,
Supriyadi. 2002. Panduan untuk Merancang Eksperimen Fisika Sederhana. Jurdik Fisika
FMIPA: UNY.

Anda mungkin juga menyukai