Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dasar dimulaianya efek fotolistrik adalah ketika teori gelombang cahaya tidak
bisa meramalkan keberadaan panjang gelombang pancung

dan waktu tunda

(delay time) yang teramati pada percobaan.


Meskipun sifat gelombang cahaya telah berhasil diaplikasikan sekitar akhir abad
ke-19, ada beberapa percobaan dengan cahaya dan listrik yang sukar dapat
diterangkan dengan sifat gelombang cahaya itu. Pada tahun 1888 Hallwachs
mengamati bahwa suatu keping itu mula-mula positif, maka tidak terjadi
kehilangan muatan. Diamatinya pula bahwa suatu keping yang netral akan
memperoleh muatan positif apabila disinari. Kesimpulan yang dapat ditarik dari
pengamatan-pengamatan di atas adalah bahwa chaya ultraviolet mendesak keluar
muatan litrik negatif dari permukaan keping logam yang netral. Gejala ini dikenal
sebagai efek fotolistrik.

I.2 Tujuan Makalah


Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui gejala efek fotolistrik
2. Mengetahui syarat terjadinya efek fotolistrik
3. Mengetahui kegagalan fisika klasik dalam meramalkan teori gelombang
cahaya

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah awal


Pada tahun 1905, Albert Einstein berhasil menjelaskan efek foto listrik
dengan didasari oleh pendapat Planck lima tahun sebelumnya dengan
mempostulatkan bahwa cahaya atau lebih khususnya radiasi elektromagenetik
dapat dibagi dalam paket-paket tertentu yang disebut kuanta dan berada
dalam ruang. Energi berhasil menjelaskan bahwa untuk membuat electron
terpancar dari permukaan logam diperlukan cahaya yang menumbuk. Cahaya
tersebut harus memiliki frekuensi melebih frekuensi ambang dari logam
tersebut. Efek foto listrik ini tidak bergantung pada intensitas cahaya yang
ditembakan seperti pandangan mekanika klasik tetapi hanya bergantung pada
frekuensinya saja. Walaupun cahaya lemah ditembakan tetapi memiliki
frekuensi yang melebihi frekuensi ambang ternyata ada electron yang
dipancarkan.
Pernyataan Einstein bahwa cahaya teradiasikan dalam bentuk paket-paket
energi yang kemudian disebut kuanta dinyatakan dalam jurnal kuantum yang
berjudul "On a heuristic viewpoint concerning the emission and
transformation of light" pada bulan Maret 1905. Pernyataan tersebut disebutsebut sebagai pernyataan yang paling revolusioner yang ditulis oleh fisikawan
pada abad ke-20.
Paket-paket energi yang pada masa itu disebut dengan kuanta kemudian
disebut oleh foton, sebuah istilah yang dikemukakan oleh Gilbert & Lewis
pada tahun 1926. Ide bahwa tiap foton harus terdiri dari energi dalam bentuk
kuanta merupakan sebuah kemajuan. Hal tersebut dengan efektif merubah
paradigma ilmuwan fisika pada saat itu yang sebelumnya menjelaskan teori
gelombang. Ide tersebut telah mampu menjelaskan banyak gejala fisika pada
waktu itu.

Teori kuantum yang menyatakan bahwa cahaya teradiasi dalam bentuk paketpaket energi secara terpisah dan diserap oleh electron secara individual
berhasil menjelaskan efek foto listrik dengan baik yaitu pada intensitas
cahaya yang lemah pun bisa terpancarkan electron dari logam asalkan
frekuensi cahaya yang diberikan melebihi frekuensi ambang dari logam yang
disinari. Hal ini tidak bisa dijelaskan oleh teori gelombang yang dianut para
fisikawan pada saat itu. Namun, teori gelombang tentang cahaya ini juga
dapat menjelaskan dengan baik bagaimana terjadinya difraksi dan interferensi
cahaya yang menganggap bahwa cahaya teradiasikan dalam bentuk
gelombang yang menjalar seperti riak air ketika sebuah benda jatuh ke dalam
air.

2.2 Efek Fotolistrik


Pengeluaran elektron dari suatu permukaan (biasanya logam) ketika dikenai,
dan menyerap, radiasi elektromagnetik (seperti cahaya tampak dan radiasi
ultraungu) yang berada di atas frekuensi ambang tergantung pada jenis
permukaan. Istilah lama untuk efek fotolistrik adalah efek Hertz (yang saat ini
tidak digunakan lagi).

Menggambarkan

skema alat yang digunakan Einstein untuk mengadakan

percobaan. Alat tersebut terdiri atas tabung hampa udara yang dilengkapi
dengan dua elektroda A dan B dan dihubungkan dengan sumber tegangan arus
searah (DC). Pada saat alat tersebut dibawa ke dalam ruang gelap, maka
amperemeter tidak menunjukkan adanya arus listrik. Akan tetapi pada saat
3

permukaan Katoda (A) dijatuhkan sinar amperemeter menunjukkan adanya


arus listrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran arus listrik. Aliran arus ini
terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari permukaan (yang selanjutnya
disebut elektron foto) A bergerak menuju B. Apabila tegangan baterai
diperkecil sedikit demi sedikit, ternyata arus listrik juga semakin mengecil dan
jika tegangan terus diperkecil sampai nilainya negatif, ternyata pada saat
tegangan mencapai nilai tertentu

(-Vo), amperemeter menunjuk angka nol

yang berarti tidak ada arus listrik yang mengalir atau tidak ada elektron yang
keluar dari keping A. Potensial Vo ini disebut potensial henti, yang nilainya
tidak= tergantung pada intensitas cahaya yang dijatuhkan. Hal ini
menunjukkan bahwa energi kinetik maksimum elektron yang keluar dari
permukaan adalah sebesar:
EK=m v 2=e V 0
dengan :
Ek = energi kinetik elektron foto (J atau eV)
m = massa elektron (kg)
v = kecepatan elektron (m/s)
e = muatan elektron (C)
V0 = potensial henti (volt)

Berdasarkan hasil percobaan ini ternyata tidak semua cahaya (foton) yang
dijatuhkan pada keping akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek fotolistrik akan
timbul jika frekuensinya lebih besar dari frekuensi tertentu. Demikian juga
frekuensi minimal yang mampu menimbulkan efek fotolistrik tergantung pada
jenis logam yang dipakai. Selanjutnya, bagaimana pandangan teori gelombang
dan teori kuantum (foton) untuk menjelaskan peristiwa efek fotolistrik ini. Dalam
teori gelombang ada dua besaran yang sangat penting, yaitu frekuensi (panjang
gelombang) dan intensitas.

Ternyata teori gelombang gagal menjelaskan tentang sifat-sifat penting yang


terjadi pada efek fotolistrik, antara lain :
a. Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah besar
jika intensitas foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa energi
kinetik elektron foto tidak tergantung pada intensitas foton yang dijatuhkan.
b. Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang
frekuensi, asal intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek fotolistrik
baru akan terjadi jika frekuensi melebihi harga tertentu dan untuk logam tertentu
dibutuhkan frekuensi minimal yang tertentu agar dapat timbul elektron foto.
c. Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan
elektron dari permukaan logam. Akan tetapi kenyataannya elektron terlepas dari
permukaan
logam dalam waktu singkat (spontan) dalam waktu kurang 10-9 sekon setelah
waktu penyinaran.
d. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum
elektron foto bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan diperbesar. Teori
kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori kuantum bahwa
foton memiliki energi yang sama, yaitu sebesar hf, sehingga menaikkan intensitas
foton berarti hanya menambah banyaknya foton, tidak menambah energi foton
selama frekuensi foton tetap.
Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk paket, sehingga
energi ini jika diberikan pada elektron akan diberikan seluruhnya, sehingga foton
tersebut lenyap. Oleh karena elektron terikat pada energi ikat tertentu, maka
diperlukan energi minimal sebesar energi ikat elektron tersebut. Besarnya energi
minimal yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari energi ikatnya disebut
fungsi kerja (Wo) atau energi ambang. Besarnya Wo tergantung pada jenis logam
yang digunakan. Apabila energi foton yang diberikan pada elektron lebih besar
dari fungsi kerjanya, maka kelebihan energi tersebut akan berubah menjadi energi
kinetik elektron. Akan tetapi jika energi foton lebih kecil dari energi ambangnya
(hf < Wo) tidak akan menyebabkan elektron foto. Frekuensi foton terkecil yang

mampu menimbulkan elektron foto disebut frekuensi ambang. Sebaliknya panjang


gelombang terbesar yang mampu menimbulkan elektron foto disebut panjang
gelombang ambang. Sehingga hubungan antara energi foton, fungsi kerja dan
energi kinetik elektron foto dapat dinyatakan
dalam persamaan :
E=W 0 + EK
Atau

EK=EW 0
EK=hf h f 0 =h ( f f 0 )
dengan :
Ek = energi kinetik maksimum elektron foto
h = konstanta Planck
f = frekuensi foton
f0 = frekuensi ambang

2.3 Pengkajian Mendalam Efek Fotolistrik


Ketika seberkas cahaya dikenakan pada logam, ada elektron yang keluar dari
permukaan logam. Gejala ini disebut efek fotolistrik. Efek fotolistrik diamati
melalui prosedur sebagai berikut. Dua buah pelat logam (lempengan logam tipis)
yang terpisah ditempatkan di dalam tabung hampa udara. Di luar tabung kedua
pelat ini dihubungkan satu sama lain dengan kawat. Mula-mula tidak ada arus
yang mengalir karena kedua plat terpisah. Ketika cahaya yang sesuai dikenakan
kepada salah satu pelat, arus listrik terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya
elektron-elektron yang lepas dari satu pelat dan menuju ke pelat lain secara
bersama-sama membentuk arus listrik.

Hasil pengamatan terhadap gejala efek fotolistrik memunculkan sejumlah fakta


yang merupakan karakteristik dari efek fotolistrik. Karakteristik itu adalah sebagai
berikut.

hanya cahaya yang sesuai (yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari
frekuensi tertentu saja) yang memungkinkan lepasnya elektron dari pelat
logam atau menyebabkan terjadi efek fotolistrik (yang ditandai dengan
terdeteksinya arus listrik pada kawat). Frekuensi tertentu dari cahaya
dimana elektron terlepas dari permukaan logam disebut frekuensi ambang
logam. Frekuensi ini berbeda-beda untuk setiap logam dan merupakan

karakteristik dari logam itu.


ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik,
penambahan intensitas cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah
elektron yang terlepas dari pelat logam (yang ditandai dengan arus listrik
yang bertambah besar). Tetapi, Efek fotolistrik tidak terjadi untuk cahaya
dengan frekuensi yang lebih kecil dari frekuensi ambang meskipun

intensitas cahaya diperbesar.


ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat
segera setelah cahaya yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti
hampir tidak ada selang waktu elektron terbebas dari permukaan logam
setelah logam disinari cahaya.

Karakteristik dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan menggunakan teori
gelombang cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam mendeskripsikan cahaya
dimana cahaya tidak dipandang sebagai gelombang yang dapat memiliki energi
yang kontinu melainkan cahaya sebagai partikel.
Perangkat teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang tersedia
melalui konsep energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan oleh Planck
dan terbukti sesuai untuk menjelaskan spektrum radiasi kalor benda hitam.
Konsep energi yang terkuantisasi ini digunakan oleh Einstein untuk menjelaskan
terjadinya efek fotolistrik. Di sini, cahaya dipandang sebagai kuantum energi yang

hanya memiliki energi yang diskrit bukan kontinu yang dinyatakan sebagai
E = hf.
Konsep penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek
fotolistrik adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu
kuantum energi yang diserap elektron digunakan untuk lepas dari logam dan
untuk bergerak ke pelat logam yang lain. Hal ini dapat dituliskan sebagai
Energi cahaya = Energi ambang + Energi kinetik maksimum electron
E = W0 + Ekm
hf = hf0 + Ekm
Ekm = hf hf0
Persamaan ini disebut persamaan efek fotolistrik Einstein.
W0 = energi ambang logam atau fungsi kerja logam
f0 = frekuensi ambang logam
f = frekuensi cahaya yang digunakan
Ekm = energi kinetik maksimum elektron yang lepas dari logam dan bergerak ke
pelat logam yang lain.
Satuan energi dalam SI adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi,
fungsi kerja logam biasanya dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV) sehingga
perlu diingat bahwa 1 eV = 1,6 1019 J.
Gerakan elektron yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek fotolistrik
dapat dihentikan oleh suatu tegangan listrik yang dipasang pada rangkaian. Jika
pada rangkaian efek fotolistrik dipasang sumber tegangan dengan polaritas
terbalik (kutub positif sumber dihubungkan dengan pelat tempat keluarnya
elektron dan kutub negatif sumber dihubungkan ke pelat yang lain), terdapat satu
nilai tegangan yang dapat menyebabkan arus listrik pada rangkaian menjadi nol.
Arus nol atau tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang lepas dari
permukaan logam akibat efek fotolistrik. Nilai tegangan yang menyebabkan
8

elektron berhenti terlepas dari permukaan logam pada efek fotolistrik disebut
tegangan atau potensial penghenti (stopping potential). Jika V 0 adalah potensial
penghenti, maka
Ekm = eV0
Persamaan ini pada dasarnya adalah persamaan energi. Perlu diperhatikan bahwa
e adalah muatan elektron yang besarnya 1,6 1019 C dan tegangan dinyatakan
dalam satuan volt (V).

2.4 Aplikasi Efek Fotolistrik dalam Kehidupan Sehari-hari


Sangat mengherankan jika kita mendengar bahwa aplikasi pertama efek fotolistrik
berada dalam dunia hiburan. Dengan bantuan peralatan elektronika saat itu
suara dubbing film direkam dalam bentuk sinyal optik di sepanjang pinggiran
keping film. Pada saat film diputar, sinyal ini dibaca kembali melalui proses efek
fotolistrik dan sinyal listriknya diperkuat dengan menggunakan amplifier tabung
sehingga menghasilkan film bersuara.
Aplikasi paling populer di kalangan akademis adalah tabung foto-pengganda
(photomultiplier tube). Dengan menggunakan tabung ini hampir semua spektrum
radiasi elektromagnetik dapat diamati. Tabung ini memiliki efisiensi yang sangat
tinggi, bahkan ia sanggup mendeteksi foton tunggal sekalipun. Dengan
menggunakan tabung ini, kelompok peneliti Superkamiokande di Jepang berhasil
menyelidiki massa neutrino yang akhirnya dianugrahi hadiah Nobel pada tahun
2002. Di samping itu efek fotolistrik eksternal juga dapat dimanfaatkan untuk
tujuan

spektroskopi

melalui

peralatan

yang

bernama

photoelectron

spectroscopy atau PES.


Efek fotolistrik internal memiliki aplikasi yang lebih menyentuh masyarakat.
Ambil contoh foto-diode atau foto-transistor yang bermanfaat sebagai sensor
cahaya berkecepatan tinggi. Bahkan, dalam komunikasi serat optik transmisi
sebesar 40 Gigabit perdetik yang setara dengan pulsa cahaya sepanjang 10
pikodetik (10-11 detik) masih dapat dibaca oleh sebuah foto-diode. Foto -transistor
yang sangat kita kenal manfaatnya dapat mengubah energi matahari menjadi
9

energi listrik melalui efek fotolistrik internal. Sebuah semikonduktor yang disinari
dengan cahaya tampak akan memisahkan elektron dan hole. Kelebihan elektron di
satu sisi yang disertai dengan kelebihan hole di sisi lain akan menimbulkan beda
potensial yang jika dialirkan menuju beban akan menghasilkan arus listrik.
Akhir-akhir ini kita dibanjiri oleh produk-produk elektronik yang dilengkapi
dengan kamera CCD (charge coupled device). Sebut saja kamera pada ponsel,
kamera digital dengan resolusi hingga 12 Megapiksel, atau pemindai kode-batang
(barcode) yang dipakai diseluruh supermarket, kesemuanya memanfaatkan efek
fotolistrik internal dalam mengubah citra yang dikehendaki menjadi data-data
elektronik yang selanjutnya dapat diproses oleh komputer.
Jadi, tanpa kita sadari kita telah memanfaatkan efek fotolistrik baik internal mau
pun eksternal dalam kehidupan sehari-hari.

2.5 Contoh Soal


1. Cahaya dari sinar ultra violet dengan panjang gelombang 2500 angstrum
dikenakan pada permukaan logam kalium. Jika fungsi kerja logam kalium
2,21 ev, hitunglah berapa elektron volt (eV) energi kinetik dari elektron
yang keluar dari permukaan logam kalium.
Penyelesaian
c = 3.108 m/s
= 2500 A = 25.10-8 m
f=

W0

= 3.108/25.10-8= 1,2.1015 hz
19

= 2,21 ev = 2,21 1,6 10


19

= 3,536 10

h = 6,626.10-34 J.s
Ditanyakan :
10

Energi kinetik elektron (Ek)

Jawab:
W =W 0 + Ek
Ek =W W 0
19

Ek =hf 3,536. 10
Ek =6,626.10

34

15

19

1,2. 10 3,536.10

Ek =4,415 1019 J

Ek =

4,415 1019
1,6 1019

Ek =2,76 eV

2. Sebuah logam memiliki fungsi kerja 6,08.10-19 j. Pada saat logam disinari
terlepas elektron dari permukaan logam dengan energi kinetik 3,08 ev.
Hitunglah panjang gelombang dari sinar itu ?
Penyelesaian :
Diketahui :
c = 3.108 m/s
W0= 6,08.1,6.10-19 j
Ek= 3,08 ev = 3,08.1,6.10-19
= 4,928.10-19 j
h = 6,626.10-34 j.s
Ditanyakan :

11

Panjang gelombang sinar ()


Jawab:
W = W0 + Ek
= 6,08.10-19 + 4,928.10-19
= 11,008.10-19 j.
W=

hc

hc
W

6,626.10 1034 .3 108


11,00 8 1019

=18 108 m

12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gejala foto listrik adalah munculnya arus listrik atau lepasnya elektron yang
bermuatan negatif dari permukaan sebuah logam akibat permukaan logam
tersebut disinari dengan berkas cahaya yang mempunyai panjang gelombang

atau frekuensi tertentu


Konsep penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya
efek fotolistrik adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi.
Satu kuantum energi yang diserap elektron digunakan untuk lepas dari logam
dan untuk bergerak ke pelat logam yang lain. Hal ini dapat dituliskan sebagai

Energi cahaya = Energi ambang + Energi kinetik maksimum electron


E = W0 + Ekm
hf = hf0 + Ekm
Ekm = hf hf0
Persamaan ini disebut persamaan efek fotolistrik Einstein.

Agar elektron dapat lepas dari permukaan logam maka f > fo


Ek maksimum elektron yang terlepas tidak tergantung pada intensitas cahaya
yang digunakan, hanya tergantung pada energi atau frekuensi cahaya. Tetapi
intensitas cahaya yang datang sebanding dengan jumlah elektron yang terlepas
dari logam.

13

Terdapat berbagai macam aplikasi Efek Foto Listrik dalam kehidupan kita,
diantaranya : proses dubbing film, foto-transistor, sel surya, kamera CCD
(charge coupled device) dan aplikasi paling populer di kalangan akademis
yakni tabung foto-pengganda (photomultiplier tube)

14

Anda mungkin juga menyukai