Anda di halaman 1dari 20

TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN

INSTRUMEN PENELITIAN

D
I
S
U
S
U
N

O l e h:
KELOMPOK VII
DENNY KHAIRANI (8166176002)
HALIMATUSYAKDIAH (8166176006)
PRIASTUTI (8166176015)

Kelas : S-2 PEND. FISIKA Eks. B 2016


M.Kuliah : METODOLOGI PENELITIAN

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis yang
ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah. Sebagai suatu kegiatan
sistematis penelitian harus dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah
metode penelitian,yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu rasional,
empiris, dan sistematis.
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak
diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket,
wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan
salah satu atau gabungan teknik tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti.
Dalam penelitian ilmiah, agar data yang kita kumpulkan menjadi valid, maka kita
harus mengetahui bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam penelitian itu, sehingga data
yang kita peroleh dapat menjadi pendukung terhadap kebenaran suatu konsep tertentu.
Dan dalam kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian
yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodologi penelitian karena instrumen
penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki
suatu masalah yang sedang diteliti. Instrumen itu alat, sehingga instrumen penelitian itu
merupakan alat yang digunakan dalam penelusuran terhadap gejala-gejala yang ada dalam
suatu penelitian guna membuktikan kebenaran atau menyanggah suatu hipotesa-hipotesa
tertentu.
Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan reliabilitas yang baik.
Untuk memperoleh instrumen yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung validitas
dan realibiltasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrumen.
Menyusun instrumen merupakan suatu proses dalam penyusunan alat evaluasi karena
dengan mengevaluasi kita akan memperoleh data tentang objek yang diteliti. Oleh karena itu,
menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam prosedur penelitian yang tak dapat
dipisahkan antara yang satu terhadap yang lainnya. Hal ini dilakukan karena untuk menjaga
kesinambungan data yang dikumpulkan dengan pokok permasalahan yang dibuat dalam
rangka pengujian terhadap hipotesa-hipotesa yang dibuat.
Berkaiatan dengan hal tersebut, pada pembahasan makalah ini akan diuraikan
berbagai hal terkait dengan metode pengumpulan data dan instrument penelitian
B. Rumusan Masalah

1
1. Apa pengertian pengumpulan data dan instrumen penelitian?
2. Apa saja teknik pengumpulan data?
3. Bagaimana pengumpulan data dan instrumen penelitian untuk penelitian kualitatif dan
kuantitatif ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian pengumpulan data dan instrumen penelitian.
2. Mengetahui teknik pengumpulan data.
3. Mengetahui teknik pengumpulan data serta instrumen penelitian untuk penelitian
kualitatif dan kuantitatif.

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Pengertian Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pengumpulan data adalah proses,
cara, perbuatan mengumpulkan, atau menghimpun data. Metode pengumpulan data ialah
teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menghimpun data. Metode
(cara atau teknik) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda,
tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian
(tes), dokumentasi dan lainya. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam
bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Jawaban itu
masih perlu diuji secara empiris, dan untuk maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data.
Sedangkan instrumen adalah alat yg dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat
yang dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia), perkakas, sarana
penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk mengumpulkan data sebagai bahan
pengolahan.
Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Ibnu Hadjar berpendapat bahwa
instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif
tentang variasi karakteristik variabel secara objektif. Sementara itu, Sumadi Suryabrata
menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada
umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut
psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non
kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah
pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Dari uraian beberapa pakar di atas, dapat kami ambil suatu generalisasi bahwa
metode pengumpulan data dan instrumennya adalah teknik dan alat bantu yang digunakan
dalam sebuah research untuk mengumpulkan aneka ragam informasi yang diolah secara
kuantitatif atau kualitatif kemudian disusun secara sistematis.
B. Teknik-teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik pengumpulan data mana yang paling
tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliable.

3
Dalam suatu penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap yang sangat
menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang akan dilaksanakan tersebut. Kesalahan
dalam melaksanakan pengumpulan data dalam satu penelitian, akan berakibat langsung
terhadap proses dan hasil suatu penelitian.
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan metode
dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana,
pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk
mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian
sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang
dilaksanakan melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi
tersebut, pengertian pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan
proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif. Pengumpulan data, dapat dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti dalam upaya
mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian (untuk penelitian kualitatif), atau menguji hipotesis (untuk penelitian kuantitatif).
Teknik pengumpulan data sangat ditentukan oleh metodologi penelitian, apakah
kuantitatif atau kualitatif. Dalam penelitian kualitatif dikenal teknik pengumpulan data:
observasi, focus group discussion(FGD), wawancara mendalam (indent interview), dan studi
kasus (case study). Sedangkan dalam penelitian kuantitatif dikenal teknik pengumpulan data:
angket (questionnaire), wawancara, dan dokumentasi.
Beberapa teknik pengumpulan data secara umum:
1. Observasi (pengamatan)
Nasution (1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan
yang diperoleh melalui observasi. Mursall (1995) menyatakan bahwa through observation,
the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior melalui
observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
Sanafiah Faisal (1990) membedakan observasi menjadi observasi berpartisifasi
(participant observastion), Observasi secara terang-terangan dan tersamar (overt
observastion and covert observastion), observasi yang tak berstruktur (unstructured
observation), masing-masing tipe dan jenis observasi tersebut digunakan sesuai dengan
karakteristik objek material sumber data penelitian.
a. Observasi Partisipatif (participant observastion).

4
Observasi partisipatif merupakan seperangkat strategi dalam penelitian yang
tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang lengkap. Hal ini dilakukan dengan
mengembangkan keakraban yang dekat dan mendalam dengan satu kelompok orang
dilingkungan alamiah mereka. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan sejumlah tujuan dan
menempatkan dirinya sebagai bagian dari objek yang sedang di telitinya.
Susan Stainback (1998), menyatakan bahwa in participant observation, the
researcher observes what people do, listen to what they say, and participates in their
activities. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
Dalam observasi partisipatif terdapat beberapa kategori peran partisipan yang terjadi
di lapangan penelitian kualitatif. Menurut Junker terdapat beberapa macam kategori peran
partisipan dilapangan yaitu:
1) Peran serta lengkap, yaitu peran pengamat dalam hubungan ini menjadi anggota
penuh dari yang diamati. Pengamat akan memperoleh informasi tentang apapun dari yang
diamati, termasuk yang barang kali yang dirahasiakan.
2) Peran serta sebagai pengamat, yaitu peneliti dalam hubungan ini berperan sebagai
pengamat (ply on the wall). Statusnya sebagai anggota dalam hubungan ini sebenarnya hanya
sebatas pura-pura saja, sehingga tidak melebur secara fisik maupun psikis dalam pengertian
yang sesungguhnya.
3) Pengamat sebagai pemeran serta, dalam hubungan ini peneliti sebagai pengamat
ikut melakukan apa yang di lakukan oleh nara sumber sebagai yang teramati meskipun belum
sepenuhnya.
4) Pengamat penuh, dalam hubungan ini kedudukan pengamat dan yang diamati
terpisah, informasi diteruskan satu arah saja, sehingga subjek tidak merasa diamati.
b. Observasi Terus Terang atau Tersamar
Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa ciri penelitian kualitatif diantaranya adalah
untuk menemukan dan mengungkap fakta yang ada di lapangan secara alamiah (natural
setting). Konsekuensinya peneliti harus secara cermat dan bijaksana menerapkan teknik
pengumpulan data di lapangan pada nara sumber, agar benar-benar data diperolehnya bersifat
alamiah.
Oleh karena itu dalam observasi peneliti dalam pengumpulan data menyatakan terus
terang kepada sumber data (kepada masyarakat yang ditelitinya, bahwa peneliti sedang
melakukan observasi dalam penelitian. Pada tipe ini semua proses yang dilakukan oleh
peneliti diketahui semuanya oleh orang yang diteliti. Tapi dalam suatu saat peneliti tidak

5
terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang
dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus
terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
b. Observasi Tak Berstruktur
Dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak terstruktur, karena fokus penelitian
belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau
masalah penelitian sudah jelas seperti dalam penelitian kuantitatif, maka observasi dapat
dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan di observasi. Hal ini dikarenakan peneliti tidak tahu secara pasti
tentang apa yang akan diamati. Dalam melaksanakan penelitian tidak menggunakan
instrumen yang telah baku, tapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Selanjutnya Spradley (1980) mengatakan dalam penelitian kualitatif memiliki tahapan
dan objek yang observasi. Tahapan observasi, yaitu; Observasi deskriftif, Observasi terfokus,
dan Observasi terseleksi. Dan objek yang diobservasi adalah ruang (tempat), pelaku (aktor)
dan kegiatan (aktivitas).
Dari ketiga objek tersebut dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa item pokok,
yaitu; Ruang (tempat) dalam aspek fisiknya; Pelaku yaitu semua orang yang terlibat dalam
situasi; Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu; Objek, yaitu benda-benda
yang terdapat di tempat itu; Perbuatan, yaitu tindakan-tindakan tertentu; Kejadian atau
peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan; Waktu, yaitu menyangkut urutan kegiatan, tujuan, yaitu
apa yang ingin dicapai dan emosi; Perasaan yang dirasakan dan dinyatakan.
2. Questioner (Kuesioner/Angket)
Questioner disebut pula angket atau self administrated questioner adalah teknik
pengumpulan data dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk
diisi.
Berdasarkan cara menyusun petanyaan dalam teknik questioner ini dibagi menjadi dua:
a. Kuesioner terbuka (Opene and Items) adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-
pertanyaan yang dituliskan tidak disediakan jawaban pilihan sehingga responden
dapat bebas/terbuka luas untuk menjawabnya sesuai dengan pendapat/pandangan
dan pengetahuannya.
Kelebihan kuesioner terbuka; 1) Menyusun pertanyaan sangat mudah, 2) Memberikan
kebebasan kepada responden untuk menjawab dan mencurahkan isi hati dan pemikirannya.

6
Kelemahan kusioner terbuka; 1) Untuk peneliti sangat sulit mengolah dan
mengelompokkan jawaban karena sangat bervariasinya jawaban yang diberikan oleh
responden, 2) Pengolahan jawaban memakan waktu yang lama, satu dan lain hal peneliti
harus membaca satu persatu, 3) Untuk peneliti mungkin menimbulkan rasa bosan karena
tulisannya sulit dibaca, kalimat tidak jelas dari jawaban yang diberikan oleh responden, 4)
Rasa malas akan timbul pada responden yangtidak mempunyai banyak waktu luang untuk
menjawab.
b. Koesioner tertutup (Closed and Items adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan
yang dituliskan telah disediakan jawaban pilihan, sehingga responden tinggal memilih salah
satu dari jawaban yang telah disediakan.
Kelebihan kuesioner tertutup; 1) Untuk peneliti, mudah mengolah jawaban yang
masuk, 2) Untuk peneliti, waktu yang dimanfaatkan dalam pengelompokkan jawaban
menjadi singkat karena dapat memanfaatkan bantuan enumerator, 3) Untuk responden,
mudah memilih jawaban, 4) Untuk responden, dalam mengisi jawaban mmerlukan waktu
singkat.
Kelemahan kuestioner tertutup; 1) Untuk peneliti, dalam penyusunan pertanyaan perlu
berhati-hati agar tidak ditafsirkan lain (berarti ganda), 2) Untuk responden, kebebasan
menjawab merasa dibatasi.
3. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang dilaksanakan oleh
pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan.
Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut: a meeting of two persons
to exchange information and idea through question and responses, resulting in-
communication and joint construction of meaning about a particular topic. Wawancara
adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu
Menurut Mishler (1986:82), ia mengungkapkan tentang wawancara lapangan adalah
The field interview is a joint production of researcher and a member. Member are active
participant whose insights, feelings, and cooperation are essential part of a discussion
process that reveals subjective meanings. The interviewer's presence and from of involvement
how she or he listens, attends, encourages, interrupts, digresses, initiates topics, and
terminates responses-is integral to the respondent's account. Wawancara lapangan adalah
produksi bersama peneliti dan anggota. Anggota yang peserta aktif yang wawasan, perasaan,

7
dan kerjasama merupakan bagian penting dari proses diskusi yang mengungkapkan makna
subjektif. Kehadiran pewawancara dan dari keterlibatan bagaimana dia mendengarkan,
menghadiri, mendorong, menyela, digresses, memulai topik, dan berakhir tanggapan-
merupakan bagian integral akun responden.
a. Macam-macam Interview/wawancara.
Esterberg (2002) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu; Wawancara
terstruktur (structured interview); Wawancara semiterstruktur (semistructure Interview);
Wawancara tak berstruktur (unstructured Interview).
b. Langkah-langkah wawancara
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah dalam
penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
2) Menyimpan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
3) Mengawali atau membuka alur wawancara.
4) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
5) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.
6) Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
c. Isi wawancara
Beberapa jenis yang dapat dinyatakan dalam wawancara adalah:
1) Pengalaman dan perbuatan responden, yaitu apa yang telah dikerjakannya atau yang lazim
dikerjakannya.
2) Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau perkiraanya tentang sesuatu.
3) Perasaan, respons emosional, apakah ia merasa cemas, takut, senang, gembira,curiga,
jengkel dan sebagainya tentang sesuatu..
4) Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu..
5) Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, dirabah, dikecap atau diciumnya, diuraikan
secara deskriptif.
6) Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga dan
sebagainya.
Beberapa aspek di atas dipersiapkan agar dapat mengantisipasi kekosongan terhadap
sesuatu yang hendak ditanyakan. Materi pertanyaan dapat melingkupidimensi waktu, seperti
tentang apa-apa yang dikerjakan responden di masa lampau, sekarang dan akan datang. Dan
pada intinya pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan harus berpedoman pada arah penelitian
atau harus sesuai dengan tujuan penelitian.

8
d. Alat-alat wawancara
1) Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua pembicaraan atau percakapan
dengan sumber data, sekarang sudah banyak komputer-komputer kecil, notebook yang dapat
digunakan untuk mencatat hasil pembicaraan.
2) Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.
Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu memberi tahu kepada informan boleh atau
tidak.
3) Kamera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan
informan/sumber data. Dengan adanya foto-foto ini dapat meningkatkan keabsahan dan
penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.
4. Document (Dokumen)
Dokumen adalah merupakan catatan peristiwa yang telah lalu. Dokumen dapat
berbentuk tulisan, gambar, atau karya menumental dari seseorang lainnya. Dokumen yang
berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi,
peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa,
film, video, CD, DVD, cassete, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya
seni, karya lukis, patung naskah, tulisan, prasasti dan lain sebagainya.[22]
Secara interpretatif dapat diartikan bahwa dekumen merupakan rekaman kejadian
masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat merupakan catatan anekdotal, surat, buku harian
dan dokumen-dokumen. Dokumen kantor termasuk lembaran internal, komunikasi bagi
publik yang beragam, file siswa dan pegawai, diskripsi program dan data statistik pengajaran.
Nasution menjelaskan bahwa: ada sumber yang non manusia (non human resources), antara
lain adalah dokumen, foto dan bahan statistik.
Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data sekunder manakala
dokumen tersebut memiliki nilai. Menurut Wang dan Soergel (1998), nilai kegunaan
dokumen dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Evistemic values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna bagi
pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan atau informasi yang tidak/belum diketahui. Nilai
evistemic merupakan prasyarat bagi semua dokumen.
b. Functional values, yaitu suatu dokumen yang keberadaannya sangat berguna
karena memberi konstribusi pada penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna karena
berisi teori, data pendukung empiris, atau metodologi.

9
c. Conditional values, yaitu suatu dokumen sangat berguna apabila muncul beberapa
kondisi atau syarat terpenuhi, atau terdapat dokumen lain yang dapat memperkuat dokumen
tersebut.
d. Social values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna dalam
hubungan dengan kelompok atau individu. Seperti berhubungan dengan guru, tokoh
masyarakat, kiyai, ulama, atau tokoh lainnya.
Jadi hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan dapat dipercaya kalau
didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di
masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan lebih kredibel apabila didukung oleh
foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.
Selanjutnya perlu di perhatikan bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibel yang
tinggi, misalnya terdapat berbagai foto yang tidak mencerminkan aslinya, karena foto dibuat
untuk kepentingan tertentu. Begitu pula autoboigrafi yang di tulis untuk dirinya sendiri
C. Instrumen Penelitian Untuk Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
1. Instrumen Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif instrumen terpenting adalah peneliti itu sendiri. Peneliti
mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, video
kaset, atau kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada
peneliti itu sendiri. Oleh karena dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti harus divalidasi. Validasi terhadap
peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap
bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara
akademik maupun logiknya.
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya
(Sugiono,2009:306).
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan
dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

10
c. Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test
atau angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia.
d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan,
untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data
yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan.
Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di samping memiliki
kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan. Kelebihannya antara lain:
a. Peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang terjadi pada
subjek yang ditelitinya. Dengan demikian, peneliti akan lambat laut "memahami" makna-
makna apa saja yang tersembunyi di balik realita yang kasat mata (verstehen). Ini adalah
salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian kualitatif.
b. Peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi, data
telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak
dibatasi oleh instrumen (misalnya kuesioner) yang sengaja membatasi penelitian pada
variabel-variabel tertentu saja.
c. Peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisanya, melakukan
refleksi secara terus menerus, dan secara gradual "membangun" pemahaman yang tuntas
tentang sesuatu hal. Ingat, dalam penelitian kualitatif, peneliti memang "mengkonstruksi"
realitas yang tersembunyi di dalam masyarakat.
Sementara beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah:
a. Tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai peneliti. Keterlibatan
subjek memang bagus dalam penelitian kualitatif, tetapi jika tidak hati-hati, peneliti akan
secara tidak sadar mencampuradukkan antara data lapangan hasil observasi dengan pikiran-
pikirannya sendiri.
b. Pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai instrumen utama ini sangat
dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis, menganalisis, dan melaporkan hasil
penelitian. Peneliti juga harus memiliki sensitifitas/kepekaan dan "insight" (wawasan) untuk
menangkap simbol-simbol dan makna-makna yang tersembunyi. Lyotard (1989) mengatakan

11
"lantaran pengalaman belajar ini sifatnya sangat pribadi, peneliti seringkali mengalami
kesulitan untuk mengungkapkannya dalam bentuk tertulis".
c. Peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan mencatat perubahan-
perubahan yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian
dianggap selesai jika kesimpulan telah diambil dan hipotesis telah diketahui statusnya,
diterima atau ditolak. Tetapi peneliti kualitatif harus siap dengan hasil penelitian yang bersifat
plural (beragam), sering tidak terduga sebelumnya, dan sulit ditentukan kapan selesainya.
Ancar-ancar waktu tentu bisa dibuat, tetapi ketepatan jadwal (waktu) dalam penelitian
kualitatif tidak mungkin dicapai seperti dalam penelitian kuantitatif.
Menurut (Ulfatin, 2014:188) penelitian kualitatif dalam pengumpulan datanya,
instrumen yang dapat digunakan antara lain:
a. Instrumen WawancarA
Instrumen wawancara digunakan dalam penelitian kualitatif karena dapat
mengungkap informasi lintas waktu, yaitu berkaitan dengan dengan masa lampau, masa
sekarang, dan masa yang akan datang. Dan data yang dihasilkan dariwawancara bersifat
terbuka, menyeluruh, dan tidak terbatas, sehingga mampu membentuk informasi yang utuh
dan menyuluruh dalam mengungkap penelian kualitatif.
b. Instrumen Observasi atau Pengamatan
Instrumen observasi digunakan dalam penelitian kualitatif sebagai pelengkap dari
teknik wawancara yang telah dilakukan. Observasi dalam penelitian kualitatis digunakan
untuk melihat dan mengamati secara langsung objek penelitian, sehingga peneliti mampu
mencatat dan menghimpun data yang diperlukan untuk mengungkap penelitian yang
dilakukan. Observasi dalam penelitian kualitatif peneliti harus memahami terlebih dahulu
variasi pengamatan dan peran-peran yang dilakukan peneliti.
c. Instrumen Dokumen
Dokumen dalam penelitian kualitatif digunakan sebagai penyempurna dari data
wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Dokumen dalam penelitian kualitatif dapat
berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari obyek yang diteliti.
2. Instrumen Penelitian Kuantitatif
Jika dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah penelitinya sendiri, maka
dalam penelitian kuantitatif, instrumen harus dibuat dan menjadi perangkat yang
"independent" dari peneliti. Peneliti harus mampu membuat instrumen sebagus mungkin,
apapun instrumen itu.

12
Pada umumnya instrument penelitian dalam penelitian kuantitatif terbagi dua yakni tes
dan non tes. Tes sebagai instrument penelitian adalah suatu alat yang berisi serangkaian soal-
soal yang harus dijawab oleh responden untuk mengukur suatu aspek tertentu, sesuai dengan
tujuan penelitian. Selain tes, terdapat instrumen berupa non tes, seperti skala sikap atau
daftar pernyataan untuk digunakan bagi peneliti yang menggunakan teknik pengumpulan data
jenis angket, pedoman wawancara untuk peneliti yang menggunakan teknik interview atau
wawancara, pedoman observasi untuk peneliti yang menggunakan teknik observasi, dan
lainnya.
Skala bertingkat (ratings) adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.
Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan
informasi tertentu tentang program atau orang. Intrumen ini dapat dengan mudah menberikan
gambaran penampilan, terutama panampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang
menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Pedoman wawancara berisi sebuah daftar
pertanyaan yang mungkin akan diajukan kepada responden. Sedangkan pedoman observasi
berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
Penelitian kuantitatif dalam mengambil data menggunakan instrumen yang berupa:
a. Instrumen Tes dan Inventori
Tes dan inventori digunakan untuk pengambilan data penelitian kuantitatif karena instrumen
tes untuk mengukur kemampuan seseorang dalam bidang tertentu, seperti bakat matematika,
bakat musik, kemampuan bahasa dan sebagainya. Sedangkan inventori untuk mengetahui
karakteristik (psikologis) tertentu dari individu. Dari kedua instrumen ini data yang
terkumpul berupa angka-angka yang nantinya akan diuji dengan statistik untuk menentukan
tujuan dari penelitian.
b. Instrumen Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner digunakan dalam penelitian kuantitatif, untuk menjaring data
yang sifatnya informatif dan faktual. Misalnya data tentang tingkat pendidikan, umur,
penilaian terhadap kepribadian dan sebagainya. Jenis data untuk angket atau kuesioner berupa
angka-angka, kemudian akan diolah dengan bantuan software statistik untuk mengetahui
hasil datanya. Angket atau kuesoner dalam pengambilan data, sebelumnya harus sudah
tentukan dan sudah diuji coba terlebih dahulu.
c. Instrumen Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan dalam pengambilan data penelitian kuantitatif haruslah
disusun terlebih dahulu dan diuji coba, serta digunakan dalam pengambilan data yang berupa
angka-angka.

13
d. Instrumen Dokumen
Dokumen digunakan dalam pengambilan data penelitian kuantitatif sebagai
pengambilan data atau rekapan data yang terdiri dari data nilai yang berupa angka dan bisa
diseleksi dengan menggunakan statistic

D. Langkah-Langkah Menyusun Instrumen


Enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu :
1. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2. Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3. Mencari indikator dari setiap dimensi.
4. Mendeskripsikan kisi-kisi instrument
5. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrument
6. Petunjuk pengisian instrumen.

E. Validitas Dan Reliabilitas Instrumen


Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus memiliki dua syarat
yaituValid dan reliabel. Valid berarti instrumen secara akurat mengukur objek yang harus
diukur. Reliabel berarti hasil pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.
Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria utama:
validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia
dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat
konsistensi dan akurasi hasil pengukuran.
Sumadi Suryabrata (2008:60)mengemukakan bahwa validitas instrumen didefinisikan
sebagai sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk
direkam/diukur. Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil
perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang
yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau
kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan.
Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur
terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di mana-mana. Sedangkan
reliabilitas alat ukur menurutnya adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga
alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan
timbangan beras, mengukur panjang kain dengan meter, dan sebagainya.

14
Reliabilitas mempunyai tiga dimensi yaitu Stabilitas, Ekivalensi, dan Konsistensi
Internal (O'Sullivan & Rassel, 1995). Stabilitas mengacu pada kemampuan instrumen untuk
menghasilkan data yang sama dari waktu ke waktu (dengan asumsi objek yang diukur tidak
berubah).
Ekivalensi mengacu pada kemampuan dua atau lebih macam instrumen yang dibuat
dua atau lebih peneliti untuk mengukur satu hal yang sama. Misalnya, dua peneliti mengukur
penggunaan listrik di suatu aula. Dua peneliti ini menggunakan dua instrumen yang berbeda.
Tetapi jika temuan kedua peneliti ini sama, maka instrumen mereka memilki sifat "ekivalen".
Konsistensi internal tercapai jika semua item dalam instrumen mengukur satu hal
yang sama. Jika terdapat 10 pertanyaan tentang motivasi, maka ke 10 pertanyaan itu
mengukur hal yang sama (motivasi).

F. Pengujian Validitas Instrumen


Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)
1. Pengujian Validitas Konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan. Misalnya akan
mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja.
Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja
sesuai dengan definisi. Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat
ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta
pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah tenaga ahli yang
digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan
lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen.
Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor,
yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.

2. Pengujian Validitas Isi (Content)


Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang digunakan untuk
mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk
menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus
disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang

15
digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan
program yang telah direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika
dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian
tersebut tidak mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator
sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan
dari indikator.
Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan
sistematis.
3. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari
kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di
lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai. Maka kriteria
kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris)
tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam
instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai
Validitas eksternal yang tinggi.

G. Pengujian Reliabilitas Instrumen


Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan secara
eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test retest (stability),
equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.

1. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan
instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi
antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan
signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.

16
2. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi
maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini?
Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan
berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara
data instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi
positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.

3. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen
beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest
(stability) dan ekuivalen.
Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu
dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan
dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien
reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka
dapat dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.

4. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu.
Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian
reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Sp lit
half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk menghimpun data. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam
sebuah penelitian untuk mengumpulkan aneka ragam informasi yang diolah secara kuantitatif
atau kualitatif kemudian disusun secara sistematis.
2. Teknik-teknik pengumpulan data; a) Interview, b) Dokumen, c) Observasi, d)
Kuesioner/angket.
3. Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.
Dan menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, video
kaset, atau kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada
peneliti itu sendiri. Instrument penelitian dalam penelitian kuantitatif terbagi dua yakni tes
dan non tes. Tes sebagai instrument penelitian adalah suatu alat yang berisi serangkaian soal-
soal yang harus dijawab oleh responden untuk mengukur suatu aspek tertentu, sesuai dengan
tujuan penelitian. Selain tes, terdapat instrumen berupa nontes, seperti skala sikap atau daftar
pernyataan untuk digunakan bagi peneliti yang menggunakan teknik pengumpulan data jenis
angket, pedoman wawancara untuk peneliti yang menggunakan teknik intervieu atau
wawancara, pedoman observasi untuk peneliti yang menggunakan teknik observasi, dan
lainnya.
4. Semua instrumen (baik yang tes maupun nontes) harus memiliki dua syarat yaitu valid dan
reliabel. Valid berarti instrumen secara akurat mangukur objek yang harus diukur. Reliabel
berarti hasil pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.

18
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi ,Manajemen Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.
Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta :
Raja Grafindo Persada.
Heriyanto, Albertus dan Sandjaja, Panduan Penelitian, Jakarta: Prestasi Pustaka.
http://tithagalz.wordpress.com/2011/03/27/pengertian-pengumpulan-data/
Kaelan, M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner, Yokyakarta: Paradigma,
2010.
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1992.
Neuman, W. Lawrence, Social Research Metthods, Canadian Internanational Depelopment
Agency, 2004.
Patton, Michael Quninn, Qualitative Evaluation Methodes, Sage Publications, Baverly Hills,
1980.
Satori, Djaman dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,
2009.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2009.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfa Beta, 2012.
Sukandarrumidi, Metode Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, Cet. 3,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo, 2008

19

Anda mungkin juga menyukai