38
40
41
42 (c). Panjang (b - a) menggambarkan panjang interval yang digunakan sebagai harga awal
untuk memulai proses iterasi dalam metode bisection; yang berarti bahwa metode ini
memiliki konvergensi linier dengan laju 1/2.
43 Representasi grafik dari metode bisection adalah sebagai berikut :
44
45 Dari representasi grafis di atas, dapat diambil kesimpulan:
46
47 sehingga setelah n kali iterasi akan diperoleh:
48
49 Pada saat panjang interval [a,b] tidak melampaui suatu harga t (yang di dalamnya
terdapat akar a), sedemikian rupa sehingga jarak akar a tersebut dengan ekstremitas interval
tidak melebihi t, maka pada saat itu toleransi perhitungan sudah dapat dilakukan.
50 Langkah-langkah penerapan metode bisection adalah sebagai berikut:
Tentukan a = batas kiri dan b = batas kanan, sedemikian rupa sehingga f(a)*f(b) < 0
Kemudian hitung titik tengah atau p dengan rumus
ab
p
2
51
Hitung nilai f(p)
jika f (p) = 0, maka p adalah akar, perhitungan selesai
jika f (p) dikali f(a) lebih besar dari nol, maka a = p
jika f (p) dikali f(a) lebih kecil dari nol, maka b = p
52
53
54
55
56
57
58 f(x)
= x2 4
59 25
60
61
62 20
63
64
65 15
66
67
f(x)
68 10
69
70
71 5
72
73
74 0
75
76
77 5
78 5 0
5
79
x
80
81
merah, Gambar 5.1:x =
yaitu pada Fungsi dengan
2 dan x = 2dua akar yang ditandai oleh lingkaran kecil berwarna
82
83Agar lebih memperjelas cara kerja metode bisection, saya demonstrasikan untuk
mencari salah satu akar dari fungsi kuadrat f (x) = x2 + 3x 2. Gambar 5.3
memperlihatkan kurva fungsi tersebut yang didalamnya terdapat 2 nilai akar.
84Dengan metode bisection, akar yang di sebelah kanan akan dicari. Secara
visual terlihat bahwa posisi akar tersebut ada diantara 0 dan 1. Ketika perhitungan
baru dimulai, batas kiri adalah a = 0. Batas kanan adalah b = 1. Sementara p
adalah posisi tengah antara a dan b. Posisi p belum berada pada titik perpotongan
dengan sumbu x; sehingga saat ini nilai p bukan nilai akar (lihat Gambar 5.4). Absis
titik p ditentukan oleh
85 a b 0 1
p 0,5
2 2
86
87Langkah berikutnya adalah mengevaluasi perkalian f (a) dan f (p). Terlihat dari
Gambar 5.4, nilai f (a) adalah negatif, demikian juga dengan f (p), maka f (a) dikali
f (p) hasilnya positif. Berdasarkan hasil ini, nilai a yang lama (angka 0) harus diganti
dengan nilai p = 0,5. Adapun nilai b tidak berubah sama sekali, yaitu 1. Ini adalah
perhitungan iterasi pertama.
88Iterasi kedua dimulai dengan menetapkan a dan b. Berdasarkan hasil iterasi
pertama, nilai a = 0,5 dan nilai b = 1. Berikutnya menentukan nilai p kembali
menggunakan
89 a b 0,5 1
p 0,75
2 2
90
91
92
93
94 Langkah berikutnya adalah mengevaluasi kembali perkalian f (a) dan f (p).
Terlihat dari Gambar 5.5, nilai f (a) adalah negatif, sebaliknya nilai f (p) positif, maka f (a)
dikali f (p) hasilnya negatif. Berdasarkan hasil ini, nilai b yang lama (angka 1) harus
diganti dengan nilai p = 0,75. Adapun nilai a tidak berubah sama sekali, yaitu 0,5. Ini
adalah perhitungan iterasi kedua.
95
96 98 Fungsi f(x) = x3 + 2
97 150
99
100
101 100
102
103
104 50
105
106
f(x)
107 0
108
109
110 50
111
112
113 100
114
115
116 150
117 5 0
5
118
x
119
120
121 Gambar
yaitu pada x =5.2: Fungsi dengan satu akar yang ditandai oleh lingkaran kecil berwarna merah,
1, 2599
122
123
124 Iterasi ketiga dimulai dengan menetapkan a dan b. Berdasarkan hasil iterasi
kedua, nilai a = 0,5 dan nilai b = 0,75. Berikutnya menentukan nilai p kembali
menggunakan
125
126 a b 0,5 0,75
127 p 0,625
128 2 2
129
130 Langkah berikutnya adalah mengevaluasi kembali perkalian f (a) dan f (p).
Terlihat dari Gambar 5.6, nilai f (a) adalah negatif, adapun nilai f (p) tetap positif, maka
f (a) dikali f (p) hasilnya negatif. Berdasarkan hasil ini, nilai b yang lama (angka 0,75)
harus diganti dengan nilai p =0,625. Adapun nilai a tidak berubah sama sekali, yaitu
0,5. Ini adalah perhitungan iterasi ketiga.
131
132
133
134
135 Jika iterasi dilanjutkan hingga iterasi ke-20, maka f (p) akan bervariasi
dengan kecende- rungan menuju nol. Sementara nilai p cenderung menuju ke nilai
kestabilan tertentu. Pada saat f (p) = 0, nilai akar adalah nilai p. Tabel 5.1
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
261 f(
p)
262 0.2
263
264 0
265
266 0.2 f(a)
267
268 0.4
269
270 0.6
271
272 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8
0.85
273
x
274 Gambar 5.6: Iterasi ketiga: batas kiri adalah a = 0,5, batas kanan adalah b = 0,75;
sementara
275 p adalah posisi tengah antara a dan b
276
277
278
279
280 24 if abs(f(p)) < toleransi
281 25 break; % perintah untuk selesai/berhenti
282 26 end
283 27 if f(p)*f(a) > 0
284 28 a = p;
285 29 else
286 30 b = p;
287 31 end
288 32 end
289 33
290 34 plot(p,f(p),ro); % menampilkan lingkaran merah menunjukkan akar
291 35 akar = p % tidak diakhiri dengan titik-koma
292 36 jumlah_iterasi = j % agar bisa muncul di akhir program
293
294
295 Fungsi eksternal f.m adalah sebagai
berikut
296
297
298
306
307 Fungsi eksternal f.m juga bisa dituliskan dalam bentuk lain, yaitu
308
309
310
315
316 Bentuk penulisan seperti di atas, tidak bisa diterapkan dalam bahasa Fortran ataupun
bahasa C.
317
318
319
320
321
322
323
324 Perubahan nilai f(p) vs iterasi
325 1
326
327
328 0.8
329
330
331 0.6
332
333
nilai f(p)
334 0.4
335
336
337 0.2
338
339
340 0
341
342
343 0.2
344
345
346 0.4 353 0 5 10 15 20
347 25
348 354 Jumlah
349 iterasi
350 355
351 0.75 356 Perubahan nilai p vs
352
iterasi
357
358
359
360 0.7
361
362
363
364 0.65
nilai p
365
366
367
368 0.6
369
370
371
372 0.55
373
374
375
376 0.5 378 0 5 10 15 20
377 25
379 Jumlah
iterasi
380
381
382 Gambar 5.7: Perubahan f (p) dan p terhadap bertambahnya iterasi
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
Gambar 5.8: Nilai
akar ditandai
oleh lingkaran kecil pada kurva yang memotong sumbu-x
396
397
398 2.3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Biseksi
492
493
494
495
496
497
498
499
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
511PENUTUP
513 Metode biseksi adalah metode yang berbasis pada teorema nilai tengah dan
teorema eksistensi. Metoda ini selalu mencari titik tengah antara dua titik perkiraan,
sehingga biasa disebut sebagai binary search method.
514 Langkah-langkah penerapan metode bisection adalah sebagai berikut:
Tentukan a = batas kiri dan b = batas kanan, sedemikian rupa sehingga f(a)*f(b) < 0
Kemudian hitung titik tengah atau p dengan rumus
ab
p
2
515
Hitung nilai f(p)
jika f (p) = 0, maka p adalah akar, perhitungan selesai
jika f (p) dikali f(a) lebih besar dari nol, maka a = p
jika f (p) dikali f(a) lebih kecil dari nol, maka b = p
516 Kelebihan Metode Biseksi ialah selalu berhasil menemukan akar (solusi) yang dicari,
atau dengan kata lain selalu konvergen.
517 Kekurangan Metode Biseksi ialah :
Metode biseksi hanya dapat dilakukan apabila ada akar persamaan pada interval yang
diberikan.
Jika ada beberapa akar pada interval yang diberikan maka hanya satu akar saja yang
dapat ditemukan.
Memiliki proses iterasi yang banyak sehingga memperlama proses penyelesaian. Tidak
memandang bahwa sebenarnya akar atau solusi yang dicari dekat sekali dengan batas
interval yang digunakan.
518
519
520
521
522
523
524
525
526 DAFTAR PUSTAKA
527
528 Suarga. 2014. Komputasi Numerik:Pemrograman MATLAB untuk Metoda Numerik.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
529 Suprano,Supriyanto. 2014. Komputasi untuk Sains dan Teknik Menggunakan
Matlab.FMIPA Universitas Indonesia