FISIKA MODERN
“STRUKTUR ATOMIK”
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
A. Model Atom Thomson dan Rutherford
Model Atom Thomson
Berdasarkan penemuan tabung katode yang lebih baik oleh William Crookers, maka
J.J. Thomson meneliti lebih lanjut tentang sinar katode dan dapat dipastikan bahwa sinar
katode merupakan partikel, sebab dapat memutar baling-baling yang diletakkan diantara
katode dan anode. Dari hasil percobaan ini, Thomson menyatakan bahwa sinar katode
merupakan partikel penyusun atom (partikel subatom) yang bermuatan negatif dan
selanjutnya disebut elektron. Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena
elektron bermuatan negatif, maka harus ada partikel lain yang bermuatan positifuntuk
menetrallkan muatan negatif elektron tersebut. Dari penemuannya tersebut, Thomson
memperbaiki kelemahan dari teori atom dalton dan mengemukakan teori atomnya yang
dikenal sebagai Teori Atom Thomson yang menyatakan bahwa:
"Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamya tersebar muatan
anegatif elektron"
Model atom ini dapat digambarkan sebagai jambu biji yang sudah dikelupas kulitnya. biji
jambu menggambarkan elektron yang tersebar marata dalam bola daging jambu yang pejal,
yang pada model atom Thomson dianalogikan sebagai bola positif yang pejal. Model atom
Thomson dapat digambarkan sebagai berikut:
n 2 h 2 0
Disubstitusikan rn ke persamaan : rn n= 1, 2, 3,...
me 2
Sehingga,
me 4 1
E n n= 1,2,3,.... (Tingkat Energi)
8 02 h 2 n 2
Energi yang ditentukan oleh persamaan tersebut disebut tingkat energi dari atom
hidrogen yang diplot dalam gambar dibawah. Tingkat energi ini semuanya negatif; hal ini
menyatakan bahwa elektron tidak memiliki energi yang cukup untuk melarikan diri dari
atom. Tingkat energi yang terendah E1 disebut keadaan dasar (status dasar) dari atom itu dan
tingkat energi yang lebih tinggi E2, E3, E4, .... disebut keadaan eksitasi (status eksitasi). Ketika
bilangan kuantum n bertambah, energi En yang bersesuaian mendekati nol; dalam limit n = ∞,
E∞ = 0 dan elektronnya tidak lagi terikat pada inti untuk membentuk atom. (Energi positif
untuk kombinasi inti elektron berarti bahwa elektronnya tidak terikat pada inti dan tidak ada
syarat kuantum yang harus dipenuhinya;kombinasi seperti itu tidak membentuk atom).
Deretan tingkat energi merupakan karakteristik semua atom, bukan hanya hidrogen.
Seperti dalam kasus partikel dalam kotak, pembatasan elektron dalam satu daerah ruang
menimbulkan pembatasan pada fungsi gelombang yang diperbolehkan, sehingga membatasi
energi yang diijinkan hanya pada energi tertentu saja. Terdapatnya tingkat energi atomic
merupakan contoh lebih lanjut dari kuantisasi, atau kecatuan dari kuantitas fisis dalam skala
mikroskopik. Dalam dunia kita sehari-hari, materi, muatan listrk, energi dan sebagainya
kelihatannya malar. Dalam dunia atom, materi terdiri dari partikel elementer yang memiliki
massa diam tertentu; muatan selalu merupakan kelipatan bilangan bulat dari +е atau –e;
gelombang elektromagnetik dengan frekuensi v muncul sebagai arus foton, masing-masing
energi hv; dan sitem partikel yang mantap seperti atom, hanya dapat memiliki energi tertentu.
Seperti yang akan didapati kemudian, kuantitas lain dalam alam juga terkuantisasi, dan
kuantisasi ini memasuki segala segi bagaimana elektron, proton, dan netron berinteraksi
membentuk materi yang ada disekeliling kita( dan yang membentuk kita) dengan sifat-sifat
yang kita kenal.
Kehadiran tingkat energi diskrit tertentu dalam atom hidrogen menyarankan adanya
hubungan dengan spektrum garis. Anggaplah jika sebuah elektron pada tingkat eksitasi jatuh
ke tingkat yang lebih rendah, kehilangan energinya dipancarkan sebagai foton cahaya
tunggal. Menurut model kita, elektron tidak mungkin ada dalam atom kecuali jika elektron itu
memiliki tingkat energi tertentu. Loncatan sebuah elektron dari sebuah elektron dari sebuah
tingkat ke tingkat yang lain., dengan perbedaan energi antara tingkat itu dilepas sekaligus
sebagai sebuah foton alih-alih sebagai sesuatu yang gradual, cocok dengan model ini. Jika
bilangan kuantum keadaan awal (energi lebih tinggi) ialah ni dan bilangan kuantum keadaan
akhir (energi lebih rendah) ialah nf, kita nyatakan bahwa
Energi awal – energy akhir = energy foton
Ei E f hv (4.24)
me 4 1
Energi awal E i
8 0 h 2 ni
2 2
me 4 1
Energi akhir E f
8 0 h 2 n f
2 2
me 4 1 1
Ei E f 2
8 0 h 2 ni n 2
2
f
me 4 1 1
Ei E f
8 0 h 2 n f ni
2 2 2
me 4 1 1 (4.25)
v
8 0 h 3 n f ni
2 2 2
1 me 4 1 1
2 3
2 (4.26)
8 0 h n f ni
2
Persamaan 4.26 menyatakan bahwa radiasi yang dipancarkan oleh atom hidrogen
yang tereksitasi hanya mengandung panjang gelombang tertentu saja. Panjang gelombang ini
jatuh pada deret tertentu yang bergantung dari bilangan kuantum nf dari tingkat akhir
electron. Karena bilangan kuantum awal ni harus selalu lebih besar dari bilangan kuantum
akhir nf, supaya terdapat kelebihan energy yang dilepas sebagai foton, rumus perhitungan
untuk lima deret yang pertama ialah
1 me 4 1 1
n f 1: 2 2 2
2 n = 2, 3, 4 … (Lyman)
8 0 h 1 n
1 me 4 1 1
nf 2: 2 3 2
2 n = 3, 4, 5, … (Balmer)
8 0 h 2 n
1 me 4 1 1
nf 3: 2 3 2
2 n = 4, 5, 6, … (Paschen)
8 0 h 3 n
1 me 4 1 1
nf 4: 2 3 2
2 n = 5, 6, 7, … (Brackett)
8 0 h 4 n
1 me 4 1 1
nf 5: 2 3 2
2 n = 6, 7, 8, … (Pfund)
8 0 h 5 n
Deret ini bentuknya sama dengan deret spectral empiris yang telah dibicarakan. Deret
Lyman bersesuaian dengan nf = 1; deret Balmer bersesuaian dengan nf = 2; deret Paschen
bersesuaian dengan nf = 3; deret Brackett bersesuaian dengan nf = 4; dan deret Pfund
bersesuaian dengan nf = 5.
Sampai di sini kita belum memperoleh kepastian bahwa spektrum garis hidrogen
berasal dari transisi electron dari tingkat energi tinggi ke tingkat energo rendah. Langkah
terakhir ialah membandingkan harga tetapan dalam persamaan di atas dengan tetapan
Rydberg R dari persamaan empiris 4.15 hingga 4.19. harga tetapan ini ialah
me 4
9,1x10 31
kg x 1,6 x10 19 C
4
1,96897 x10 7 m 1
8 0 h
2 3
8 x 8,85 x10 12 2
8
F / m x 3x10 m. / s x 6,63x10 34
J s
3
Yang ternyata sama dengan R. Model atom hidrogen ini yang pada hakekatnya sama
dengan yang dikembangkan oleh Bohr dalam tahun 1913 (walaupun tidak mempunyai
konsep gelombang de Broglie untuk memandu pikirannya), sesuai eksperimen. Gambar 4.21
menunjukkan secara skematik bagaimana garis spektral hidrogen berkaitan dengan tingkat
energy hidrogen.
c. Eksitasi Atom
Terdapat dua mekanisme utama yang dapat mengeksitasikan sebuah atom ke tingkat
energi di atas tingkat dasar, sehingga dapat menyebabkan atom itu memancarkan radiasi.
Salah-satu mekanisme ialah tumbukan dengan partikel lain, pada waktu itu sebagian dari
energi kinetik bersamanya diserap oleh atom. Atom yang tereksitasi dengan cara ini akan
kembali ke tingkat dasar dalam waktu rata-rata 10-8s dengan memancarkan satu atau lebih
foton. Cara lain ialah dengan menimbulkan lucutan listrik dalam gas bertekanan rendah,
sehingga timbul medan listrik yang mempercepat elektron dan ion atomik sampai energi
kinetiknya cukup untuk mengeksitasikan atom ketika terjadi tumbukan. Karena transfer
energi maksimum jika partikel yang bertumbukan mempunyai massa yang sama (lihat Pasal
13.2); elektron dalam pelucutan listrik semacam itu jauh lebih efektif daripada ion dalam
pemberian energi pada elektron atomik. Lampu neon dan uap air-raksa merupakan contoh
yang biasa dijumpai dari mekanisme bagaimana medan listrik kuat yang dipasang antara
elektrode dalam tabung berisi gas menimbulkan emisi radiasi spektral karakteristik dari gas
itu yang ternyata merupakan cahaya berwarna kemerah-merahan dalam kasus neon dan
cahaya kebiru-biruan dalam kasus uap air-raksa. Mekanisme eksitasi yang berbeda terpaut
jika sebuah atom menyerap sebuah foton cahaya yang energinya cukup untuk menaikkan
atom itu ke tingkat energi lebih tinggi.
Untuk membuktikan secara langsung bahwa tingkat energi atomik memang ada
sederetan eksperimen yang berdasarkan pada tumbukan dilakukan oleh Franck dan Hertz
yang dimulainya pada tahun 1914. Pada gambar elektron-elektron meninggalkan katoda,
yang dipanasi dengan sebuah filament pemanas. Semua elektron itu kemudian dipercepat
menuju sebuah kisi oleh beda potensial V, yang dapat diatur. Electron dengan
energi V elektron-volt dapat menembus kisi dan jatuh plat anoda, jika V lebih besar dari
pada V0, suatu tegangna perlambat kecil antara kisi dan pelat katoda. Arus electron yang
mencapai pelat anoda diukur dengan menggunakan ammeter A.
Hasil eksperimen Franck-Hertz yang menunjukan potensial kritis dalam uap air raksa
Jika energi kinetik kekal dalam tumbukan antara elektron dan sebuah atom uap itu,
elektronnya hanya terpental dalam arah yang berbeda dengan arah datangnya. Karena atom
itu jauh lebih massif dari elektron, atom hamper tidak kehilangan energi dalam proses itu.
Setelah suatu energi kritis tercapai, ternyata arus keeping menurun secara tiba-tiba. Tafsiran
dari efek ini ialah bahwa elektron yang bertumbukan dengan atom memberikan sebagian atau
seluruh energi kinetiknya untuk mengeksistansi atom ke tingkat energy di atas tingkat dasar.
Tumbukan semacam ini disebut tak elastik (tak-lenting), sebagai lawan dari tumbukan elastik
(lenting) yang berlangsung dengan energi kinetik kekal. Energi kritis elektron bersesuian
dengan energi yang diperlukan untuk menaikkan atom ke tingkat eksitasi terendah.
Kemudian ketika potensial pemercepat V bertambah naik, arus keeping bertambah
lagi, karena lektronnya sekarang mempunyai cukup besar energy yang tertingal setelah
mengalami tumbukan tak elastic untuk sampai pada keeping. Akhirnya penurunan arus
keeping i yang sangat tajam terjadi lagi yang ditafsirkan timbul dari eksitasi tingkat energy
yang sama pada atom lain. Seperti ditunjukkan dalam gambar , sederetan potensial kritis
untuk atom tertentu didapatkan dengan cara seperti di atas. Jadi potensial yang tertinggal
diperoleh dari beberapa kali tumbukan dan merupakan kelipatan dari yang terendah.
Untuk mencek tafsiran mengenai potensial kritis ditimbulkan oleh tingkat energi
atomik yang diskrit, Franck dan Hertz mengemati spektrum emisi uap ketika ditembaki
electron. Dalam hal uap air-raksa, misalnya mereka mendapatkan bahwa energi elektron
minimum 4,9 eV diperlukan untuk mengeksitasi garis spektral air-raksa 2.536
Amstrong foton cahaya 2.536 Amstrong berenergi tepat 4,9 eV. Eksperimen Franck -
Hertz dilakukan dalam waktu singkat setelah Bohr mengumumkan teorinya mengenai atom
hidrogen, dan eksperimen itu memberikan bukti bebas tentang idea dasar Bohr.
D. Prinsip Korespondensi
Prinsip korespondensi ialah persyaratan fisika kuantum memberikan hasil yang sama
dengan fisika klasik dalam limit bilangan kuantum besar. Fisika kuantum harus menghasilkan
ramalan yang sama dengan fisika klasik dalam daerah dimana eksperimen menunjukan
bahwa fisika klasik berlaku. Teori relativitas, teori kuatum radiasi, dan teori gelombang
materi memenuhi syarat prinsip korespodensi. Teori atom bohr juga memenuhi syarat prinsip
korespondensi. Menurut teori atom elektromagnetik, elektron bergerak dalam orbit lingkaran
memancarakan gelombang elektromagnetik yang frekuensinya sama dengan frekuensi
perputaran dan harmonik (kelipatan bilangan bulat) dari frekuensi itu.
Jika bilangan kuantum menjadi besar karena ukuran atau massa yang meningkat, kita dapat
menyatakan korespondensi, prinsip simbolis ditulis sebagai: