Anda di halaman 1dari 10

RESUME 5

FISIKA INTI
“PELURUHAN ALFA”

NAMA : JEREMIA VINCENSIUS


NIM : 17033020
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA B 2017
DOSEN : Dra. HIDAYATI ,M.Si.

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
A. Peluruhan Alpha
Partikel Alfa (α) adalah bentuk radiasi partikel yang dapat menyebabkan ionisasi dan
daya tembusnya rendah. Partikel tersebut terdiri dari dua proton dan dua netron yang terikat
menjadi sebuah partikel yang identik dengan inti Helium (2He4).
Partikel alfa sebenarnya adalah sebuah inti helium. Inti helium merupakan inti stabil
dengan nomor massa dan nomor atom yang kekal. Peluruhan alfa dapat dianggap sebagai
sebuah reaksi fisi nuklir sebab inti induk terpecah menjadi dua inti "anak" (daughter).
Peluruhan alfa adalah salah satu bentuk dimana sebuah inti atom berat tidak stabil
melepaskan sebuah partikel alfa dan meluruh menjadi inti yang lebih ringan dengan nomor
massa empat lebih kecil dan nomor atom dua lebih kecil dari semula, menurut reaksi:
A A−4
ZX → Z−2Y + 42He
Bila inti atom memancarkan sinar alpha atau helium, maka akan berubah menjadi isotop
baru dengan nomor atom berkurang dua dan nomor massa berkurang empat. Unsur berat dan
besar, seperti Uranium (U) dan Thorium (Th), cenderung melakukan pemancaran (emisi)
partikel alfa. Peluruhan inti ini terjadi dengan cara membebaskan dua muatan positif (dua
proton) dan empat satuan massa (dua proton + dua neutron). Suatu proses yang sangat
hebat. Setiap kali partikel alfa dipancarkan (diemisikan), empat satuan massa hilang.
(Beiser, 1983)
Sebagai contoh, isotop Radon-222 (Rn-222), dapat mengalami peluruhan dan
memancarkan partikel alfa. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
222 218
86Rn → 84Po + 42He
Dalam hal ini, isotop Radon-222 mengalami peluruhan inti dengan membebaskan
partikel alfa. Isotop baru yang terbentuk pada proses peluruhan ini adalah isotop baru
dengan nomor massa 218 (yang diperoleh dari 222 – 4) dan nomor atom 84 (yang diperoleh
dari 86 – 2). Isotop tersebut adalah Polonium (Po).
Contoh lain peluruhan alfa pada U-238 sbb:
238 234
92U → 90Th + 42He

Gambar 1. Skema Peluruhan Alfa dari Uranium


Inti helium ( 42He) inilah yang disebut Partikel Alfa ( 42𝛼) secara simbolik.
B. Energetika Peluruhan Alfa
Dalam peluruhan alfa berlaku Hukum Kekekalan Energi dan Hukum Kekekalan
Momentum sehingga energi sistem setelah dan sebelum terjadinya peluruhan adalah sebagai
berikut:

𝑀𝑝
𝑐2
Sebelum Peluruhan

𝑀𝑑 𝑚𝛼
𝑐2 𝑐2
Sesudah Peluruhan
𝐸𝑖 = 𝐸𝑓
𝑀𝑝 𝑐 2 = 𝑀𝑑 𝑐 2 + + 𝐾𝑑 + 𝑚𝛼 𝑐 2 + 𝐾𝛼
𝑀𝑃 adalah massa induk (parent)
𝑀𝑑 adalah massa anak (daughter)
𝐾𝑑 adalah energi kinetik inti anak
𝐾𝛼 adalah energi kinetik inti helium stabil (alfa)
kemudian
𝐾𝑑 + 𝐾𝛼 = 𝑄
(𝑀𝑝 − 𝑀𝑑 − 𝑚𝛼 ) 𝑐 2 = 𝑄
Q disebut Energi Disintegrasi yaitu energi ikat negatif dari inti atom yang telah stabil terdiri
dari inti anak dan inti helium (alfa).
Peluruhan akan terjadi secara spontan apabila 𝑄 > 0 sehingga
𝑀𝑝 𝑐 2 > 𝑀𝑑 𝑐 2 + 𝑚𝛼 𝑐 2
maka harga inti-inti atom yang memiliki nomor massa (𝐴 ≥ 200).
Fraksi Energi Peluruhan
𝑀𝑑 𝑚𝛼
𝐾𝛼 = atau 𝐾𝑑 =
(𝑀𝑑 + 𝑚𝛼 ) 𝑄 (𝑚𝛼 + 𝑀𝑑 ) 𝑄

Energi Kinetik dari partikel alfa didapatkan dari hukum kekekalan energi dan hukum
kekekalan momentum
𝑚𝛼 𝑣𝛼 = 𝑀𝑑 𝑣𝑑
𝑚𝛼 𝑣𝛼
𝑣𝑑 =
𝑀𝑑
karena 𝐾𝑑 + 𝐾𝛼 = 𝑄 maka
𝑄 = 𝐾𝑑 + 𝐾𝛼
1 1
𝑄= 𝑀𝑑 𝑣𝑑 2 + 𝑀 𝑣 2
2 2 𝛼 𝛼
1 𝑚𝛼 𝑣𝛼 2 1
𝑄= 𝑀𝑑 ( ) + 𝑀 𝑣 2
2 𝑀𝑑 2 𝛼 𝛼
1 𝑀𝛼 1
𝑄= 𝑀𝛼 𝑣𝛼 2 + 𝑀𝛼 𝑣𝛼 2
2 𝑀𝑑 2
1 𝑀𝛼
𝑄= 𝑀𝛼 𝑣𝛼 2 ( + 1)
2 𝑀𝑑
𝑚𝛼
𝑄 = 𝐾𝛼 ( + 1)
𝑀𝑑
sehingga
𝑄
𝐾𝛼 = 𝑚
1 + ( 𝛼⁄𝑀 )
𝑑

C. Pengukuran Energi
Penentuan energi partikel alfa secara akurat sangat penting karena
 memperbaiki teori peluruhan alfa
 membentuk skema tingkat energi nuklir yang lebih eksak
Metoda yang digunakan untuk mengukur energi partikel alfa tersebut adalah:
a) Defleksi Magnetik

Gambar 2. Deflektor Magnetik


Salah satu cara menentukan energi adalah mengukur defleksi lintasan alfa dibawah
pengaruh medan magnet meggunakan alat yang disebut spektrometer partikel alfa. Jika
sebuah partikel bergerak dalam bidang yang tegak lurus terhadap arah medan magnet,
partikel akan bergerak dalam lintasan berbentuk lingkaran dengan jari-jari r yang diperoleh
melalui persamaan
qvB  mv 2 / r
Dimana B adalah induksi magnet, q dan m adalah masing-masing muatan dan massa
partikel. Kecepatan v diperoleh

v
q
Br 
m
Dan energi kinetik adalah

E K  12 mv 2
2
q 
E K  m Br 
1
2
m 
Karena pergerakan partikel sangat cepat sehingga berlaku rumus relativitas sebagai berikut:
𝑚
𝑚=
2
√1 − 𝑣 ⁄ 2
𝑐
𝑞
𝑉= (𝐵𝑟)
𝑚
𝑞
𝑉= 𝑚 (𝐵𝑟)
2
√1 − 𝑣 ⁄ 2
𝑐
𝑞𝐵𝑟 2
𝑉= √1 − 𝑣 ⁄ 2
𝑚 𝑐
maka energi kinetiknya adalah sebagai berikut:
1
𝐾= 𝑚𝑣 2
2
1 𝑞𝐵𝑟 2
𝐾= 𝑚 ( )
2 𝑚
2
𝑞 2 √1 − 𝑣 ⁄𝑐 2
𝐾= 𝐵𝑟 2
2𝑚0
2
𝑣 2 𝑚0 2 √1 − 𝑣 ⁄𝑐 2
𝐾=
2
2√1 − 𝑣 ⁄𝑐 2 𝑚0

1 𝑣 2 𝑚0
𝐾=
2 2
√1 − 𝑣 ⁄ 2 𝑚0
𝑐
b) Hubungan Range-Energi
Range dari partikel alfa dapat diukur dengan menggunakan kamar kabut, pelat emulsi
nuklir atau kamar ion. Nilai range tergantung pada energi kinetik awal dari partikel
bermuatan dan jenis material yang menyerap partikel alfa. Jika range ini diukur adalah
mungkin untuk memperoleh energi partikel alfa dari hubungan range-energi.
Contoh sumber pemancar alfa:
210
Po (E = 5,3 MeV)
214
Po (E = 7,7 MeV)
238
U (E = 4,13 MeV dan 4,18 MeV)
212
Bi memiliki 6 macam E
Range gerak partikel diudara (3,8 cm – 7,0 cm)
c) Analisis Tinggi Pulsa
Prinsip dari metoda ini didasarkan pada kenyataan bahwa ukuran dari tinggi pulsa
yang dihasilkan sebanding dengan energi partikel alfa. Untuk memperoleh tinggi pulsa
ini dapat digunakan :
(1) kamar ionisasi atau pencacah sebanding
(2) detector zat padat
(3) pencacah sintilasi
D. Interaksi Zarah Alfa dengan Materi
Pengukuran range merupakan metoda yang mudah dan akurat untuk menentukan energi
dari partikel bermuatan. Sebuah partikel bermuatan yang bergerak di dalam bahan penyerap
akan kehilangan energi kinetiknya oleh interaksi elektromagnetik dengan elektron atom dari
bahan penyerap. Jika dalam sebuah tumbukan sebuah elektron memperoleh cukup energi,
elektron akan keluar dari atom. Jika tidak, elektron akan tetap di dalam atom.dalam keadaan
eksitasi. Kedua keadaan ini akan disebut sebagai ionisasi. Nilai energi rata-rata yang
diperlukan untuk ionisasi disebut sebagai potensial ionisasi rata-rata dan disimbulkan dengan
I. Range partikel alfa didefinisikan sebagai jarak tempuh dari sumber sampai posisi dimana
energinya nol. Tergantung dari metoda pengukuran nilai dari range akan berbeda sedikit.
Karena itu kita akan mendefinisikan 3 jenis range : range ekstrapolasi, rang rata-rata, dan
range ionisasi. Nilai range tergantung pada nilai awal energi kinetik partikel bermuatan, dan
jenis bahan penyerap. Sebagai penyerap standar diambil udara pada suhu 150C dan tekanan
750 mmHg.
Pengukuran range dan ionisasi partikel alfa sepanjang lintasannya dapat digunakan untuk
menghitung energi awal partikel. Kita akan mendefinisikan ionisasi spesifik sebagai jumlah
ionisasi per satuan panjang dari berkas alfa.
E. Stopping Power dan Range
Kuantitas lain yang penting yang berkaitan dengan penyerapan partikel bermuatan adalah
stopping power, yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang hilang per satuan panjang
oleh sebuah partikel dalam suatu bahan adalah
S(E) = - de/dx = I
dimana S(E) adalah sebuah fungsi dari energi kinetik, E, dari partikel dan ini berbeda untuk
setiap bahan, I adalah ionisasi spesifik rata-rata yang merupakan jumlah pasangan ion yang
terbentuk per satuan panjang, dan adalah energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan
sepasang ion. Jika nilai stopping power diketahui maka range rata-rata dapat dihitung
1
 dE 
R E E
dE
R   dx      dE  
0
0
dx  S (E)

Pada pihak lain, jika range rata-rata R dari partikel alfa dalam sebuah medium yang
diketahui stopping powernya S(E) diketahui maka energi dapat dihitung
1
 dE 
R R
E   ωI dR      dR
0 0  dx 
Juga mungkin untuk memperoleh stopping power dari suatu bahan, jika diketahui range
sebagai fungsi dari energi dalam bahan
dR/dE = 1/S(E)
Pentingnya stopping power terletak pada kenyataan bahwa tidak perlu mengukur stopping
power secara eksperimen untuk berbagai bahan, karena dapat dihitung secara teoritis baik
secara mekanika klasik maupun secara mekanika kuantum. Energi yang hilang oleh sebuah
partikel nonrelativistik per satuan panjang lintasannya adalah
S(E) = -dE/dx = (4 z2e4/mv2)NZ ln(2mv2/I)
dimana v adalah kecepatan partikel, ze adalah muatannya, dan m adalah massa elektron,
N,Z, dan I masing-masing adalah jumlah atom per satuan volume, nomor atom, dan energi
rata-rata ionisasi dari bahan penyerap.
F. Teori Peluruhan Alfa
Salah satu keberhasilan awal dari mekanika kuantum adalah aplikasinya terhadap teori
peluruhan alfa. Prediksi dari teori kuantum berbeda dengan teori klasik. Pada peristiwa
hamburan partikel alfa Rutherford partikel alfa yang berenergi 7,68 Mev tidak ada yang dapat
menembus potensial barier dari U238, sementara U238 menghasilkan partikel alfa berenergi
4,20 Mev. Kontradiksi ini dapat dijelaskan dari pandangan mekanika kuantum. Dalam
pembahasan efek terobosan seberkas partikel yang berenergi kinetik K jatuh pada rintangan
potensial persegi yang tingginya V yang lebih besar dari K. Rasio antara banyaknya partikel
yang melewati rintangan dan banyaknya partikel yang datang secara pendekatan besarnya
adalah
T = e-2kL
dengan

2m(V  K )
k

dimana L menyatakan tebal rintangan.
Energi potensial listrik sebuah partikel alfa pada jarak x dari pusat inti yang bermuatan Ze
adalah
2Ze 2
V ( x) 
40 x
Dengan demikian diperoleh
1/ 2
2m(V  K )  2m   2Ze 2 
1/ 2

k  2    K 
    40 x 
Karena V = K ketika x = R
2 Ze 2
K
40 R
Sehingga
1/ 2 1/ 2
 2m  R 
k  2    1
  x 
Jika
lnT = -2kL
dan dalam bentuk integral
L R
ln T  2 k ( x)dx   2  k ( x)dx
0 R0

maka diperoleh
1/ 2 R 1/ 2
 2mK  R 
R
ln T  2  k ( x)dx  2 2  R  x  1 dx
R0  h  0

 2mK 
1/ 2
 1  R0 1 / 2  R0 1 / 2  R0 1 / 2 
ln T  2 2  R cos      1   
 h    R  R  R  

1/ 2 1/ 2
R 
1 R 
cos  0    0 
 R 2  R
1/ 2
 R0 
1   1
 R
sehingga

 2mK 
1/ 2
 R  
1/ 2

ln T  2 2  R   2 0  
    2  R  

Dari persamaan
2 Ze 2
R
40 K
Sehingga
1/ 2
4e  m 
1/ 2
e2  m 
ln T    Z 1/ 2
R0    ZK 1 / 2
  0   0  2 

Dengan memasukkan berbagai besaran dan konstanta diperoleh


ln T  2,971 / 2 Z 1 / 2 R0  3,95ZK 1 / 2

Dari konstanta peluruhan alfa diperoleh


v
  vT  T
2 R0

Dengan mengambil logaritma alamiah dari kedua ruas dan mensubsitusikan peluang
transmisi T didapatkan
 v 
ln   ln    2,97Z 1 / 2 R01 / 2  3,95ZK 1 / 2
 2 R0 
Dari hubungan logaritma alamiah dengan logritma biasa
log 10 A log 10 A
ln A  
log 10 e 0,4343
Diperoleh
 v 
log 10   log 10  
  0,4343 2,97 Z 1 / 2 R01 / 2  3,95ZK 1 / 2 
 2 R0 
 v 
 log 10    1,29 R01 / 2  1,72ZK 1 / 2
 2 R0 
Plot log 10  terhadap ZK 1/ 2 merupakan garis lurus. Kurva ini cocok dengan data
eksperimen yang mempunyai tangent atau kemiringan sebesar -1,72. Kemiringan ini juga
dapat digunakan untuk menghitung jari-jari nuklir R0 yang juga sama dengan yang diperoleh
dengan menggunakan hamburan nuklir. Hal kedua yang juga penting yang diperoleh dari
teori peluruhan alfa ialah adanya peluang dari partikel yang memiliki energi kinetik K yang
lebih kecil dari potensial penghalang V hal mana tidak mungkin terjadi pada mekanika klasik
yang hanya memiliki peluang nol.

Anda mungkin juga menyukai