Anda di halaman 1dari 275

UJIAN I

“METODOLOGI PENELITIAN DAN PUBLIKASI”

NAMA : FAUZIAH ALKHORIZA SYAFNI

NIM : 17033012

JURUSAN : FISIKA

PRODI : PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
Metode penelitian

Metode penelitian tidak hanya ada di masa sekarang zaman dahulu juga ada penelitian.
Hanya saja informasi atau hasil penelitian orang terdahulu tidak semua bisa kita dapati. Arsip
dari perpustakaan juga tidak lengkap dan juga cara penelitian dahulu tida ksistematis seperti
sekarang.

Penelitian yang hanya coba coba dari kejadian yang tidak di pekirkan. Zaman sekarang
kita di tumtut untuk meneliti seperti serjanah jika mau lulus harus buat skripsi dahulu. Oleh
sebab itu masri kita lihat apa saja perbedaan metode penelitian zaman dahulu dan zaman
sekarang.

zaman dahulu

- coba-coba (trial & error ?)


Sejarah mengatakan penemul lampu mengalami kegagalan ribuan kali baru menemu
lampu. Karena zaman dahulu tidak ada pedoman untuk meneliti. Pemikiran yang di tuangkan
jadi karyah yang serlintas sementara tetapi bisa kita rasakan pada saat ini.
- Pengalaman (sendiri > , orang lain <)
Pengalaman adalah guru yang ini dari dulu kata kata ini sudah mendara danging bagi
masyarakat. Orang tua dahulu tidak merasakan bangku persekolahan tapi kenapa pemikiran
mereka luarbiasa. Ilmu yang di dapati dari pengalaman seperti tukang rumah dan anak kuliah
teknik sipil malahan ilmu yang di dapatkan sangat luar biasa.
- naluri
Naluri iya lah pirasat atau di hewan insting. Bagaimana pun naluri secara tidak di
sengaja.

Bisa kita tarik kesimpulan zaman dahulu perkembangan penelitian sagat lambat karena
tidak ada pedoman hanya coba coba , pengalaman dan naluri itu tidak mendorang orang untuk
meneliti siapa yang tinggi kepengetahuaannya.

Zaman Modern
- coba-coba (dioptimumkan)
Coba- coba nya udah ada pedoman dan dioptimumkan
- pengalaman (sendiri < + orang lain >)
Pengalaman pribadi dan orang lain di kumpulkan. Menghasilkan kesimpulan untuk di
terapkan
- Spekulatif
Secara bahasa Spekulasi adalah renungan, terpekur. Secara istilah ialah Suatu pendapat
atau dugaan yang tidak (belum) berdasarkan atas suatu kenyataan. Spekulasi merupakan suatu
hal yang berguna untuk mengembangkan dan mencoba berbagai hipotesa. Spekulasi berangkat
dari keinginan untuk mengembangkan dan mencoba memecahkan suatu masalah yang di tandai
dengan beberapa usaha mencari solusinya.

- Metode Ilmiah (scientific approach)


Memiliki metode atau langkah yang bisa semua orang melakukan penelitian.
Perkembangan cepat

Bisa kita tarik kesimpulan zaman modern perkembangan penelitian sudah sangat cepat
walaupun coba coba tetapi sudah dimaksimalkan. Pengalaman, spekulasi dan metoe ilmiah sudah
mendorang pekembangan penelitian secara cepat.

HAKEKAT PENELITIAN
Cara ilmiah untuk mendapatkan data/informasi sebagaimana adanya dan bukan
sebagaimana seharusnya, dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Karena penelitian objektif sesuai
dangan hasil yang didapat. Penelitian terjadi karena ada masalah. Muculnya masalah terjadi
akibat yang seharusnya dan fakta nya berbeda jadi seperti itu lah peneliti melakukan penelitian.

PENELITIAN Kualitatif
Dipakai dalam disiplin sosial dan perilaku, termasuk pendidikan, sejarah, ilmu politik,
business, kedokteran, keperawatan, kerja sosial, dan komunikasi. Karena penelitian kualitatif
adalah penelitian yang di gunakan untuk meneliti objek alamiah. Penelitian yang mengadung
unsur observasi dan meramalkan. Beberap bidang yang di sebeutkan tadi akan cocok
mengunakan metode kualitatif.

Cara ilmiah berdasarkan data yang diambil seseorang apa itu fakta atau opini. Sama hal
nya antara peneliti dengan mencari kebenaran atau perbit koran yang hanya cari openi. Kita tau
salah satu koran harian juga mengajukan angket atau wawan cara sebagai sampel masyarakat.
Sama melakukan wawancara tapi berbeda karena tidak melakukan metode metode penelitian.

Kegitan penelitian yang di lakukan peneliti harus menghasilkan bergunak untuk masa
depan. Ciri-ciri keilmuan yaitu rasional,empiris, dan sistematis. Dari tiga ciri tersebut kita bisa
membuat karya ilmiah.

Rasional

Pemikiran yang bisa semua orang paham apa maksud peneliti di suatu karya ilmiah.
Adakalah nya pemikiran seseorang membuat orang lain bingung dan tidak paham. Jadi tidak
semua pemikiran orang yang bisa kita terima. Karya ilmiah peneliti harus rasional dalam
penelitian yang di lakukan.

Empiris

Karya ilmiah dapat di amati oleh indera manusia sehinggah orang lain dapat mengamati
dan mengetahui cara yang di gunakan. Pada dasarnya ilmiah suatu penelitian harus bisa di
nikmati semua orang bisa di rasakan keberdaanya. Dan semua orang bisa juga mengamatinya.
Karena karya ilmiah muncul dari maslah yang di hadapi bebrapa manusia atau masyarakat.

Sistematis

Proses yang di gunakan dalam kegiatan penelitian harus mengunakan langkah yang logis
atau relefan. Bisa di bilang masuk akal yang di lakukan oleh peneliti. Agar semua orang paham
melakukan karyah ilmiah tersebut.

Kegiatan penelitian berdasarkan ciri ke ilmuan pada keseluruhan nya harus bisa di
lakukan semua. Bisa di nikmati semua dan orang lain bisa melakukan penelitian yang serupa

A. Penelitian Kualitatif
Pengertian Penelitian Kualitatif Menurut Ahli (Pakar)
Menurut Saryono (2010), Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan
untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau
keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau
digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2011), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.

Menurut Kriyantono, tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan suatu


fenomena dengan sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data yang sedalam-
dalamnya pula, yang menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail suatu data
yang diteliti.
Pada penelitian kualitatif, semakin mendalam, teliti, dan tergali suatu data yang
didapatkan, maka bisa diartikan pula bahwa semakin baik kualitas penelitian
tersebut. Maka dari segi besarnya responden atau objek penelitian, metode
penelitian kualitatif memiliki objek yang lebih sedikit dibandingkan dengan
penelitian kuantitatif, sebab lebih mengedepankan kedalaman data, bukan kuantitas
data.
Asumsi Penelitian Kualitatif
Anggapan yang mendasari penelitian jenis kualitatif adalah bahwa kenyataan sebagai
suatu yang berdimensi jamak, kesatuan, dan berubah-ubah (Nana Sudjana dan
Ibrahim, 2001: 7). Oleh karena itu tidak mungkin dapat disusun rancangan
penelitian yang terinci dan fixed sebelumnya. Rancangan penelitian berkembang
selama proses penelitian berlangsung.

B. Karakteristik Penelitian Kualitatif


Penelitian jenis kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, metode fenomenologis,
metode impresionistik, dan metode post positivistic. Adapun karakteristik
penelitian jenis ini adalah sebagai berikut (Sujana dan Ibrahim, 2001: 6-7;
Suharsimi Arikunto, 2002: 11-12; Moleong, 2005: 8-11; Johnson, 2005, dan
Kasiram, 2008: 154-155).
a. Menggunakan pola berpikir induktif (empiris – rasional atau bottom-up).
b. Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan grounded theory, yaitu
teori yang timbul dari data bukan dari hipotesis seperti dalam metode kuantitatif.
Atas dasar itu penelitian bersifat generating theory, sehingga teori yang dihasilkan
berupa teori substansif.
c. Perspektif emic/partisipan sangat diutamakan dan dihargai tinggi. Minat peneliti
banyak tercurah pada bagaimana persepsi dan makna menurut sudut pandang
partisipan yang diteliti, sehingga bias menemukan apa yang disebut sebagai fakta
fenomenologis.
d. Penelitian jenis kualitatif tidak menggunakan rancangan penelitian yang baku.
Rancangan penelitian berkembang selama proses penelitian.
e. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami, mencari makna di balik
data, untuk menemukan kebenaran, baik kebenaran empiris sensual, empiris logis,
dan empiris logis.
f. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, sumber data yang dibutuhkan, dan
alat pengumpul data bisa berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.
g. Pengumpulan data dilakukan atas dasar prinsip fenomenologis, yaitu dengan
memahami secara mendalam gejala atau fenomena yang dihadapi.
h. Peneliti berfungsi pula sebagai alat pengumpul data sehingga keberadaanya tidak
terpisahkan dengan apa yang diteliti.
i. Analisis data dapat dilakukan selama penelitian sedang dan telah berlangsung.
j. Hasil penelitian berupa deskripsi dan interpretasi dalam konteks waktu serta
situasi tertentu.
k. Penelitian jenis kualitatif disebut juga penelitian alamiah atau inquiri naturalistik

C. kapan digunakan penelitian kualitatif


Berikut akan dijelaskan kapan metode kualitatif digunakan. Artikel ini disarikan dari
buku Prof. Dr. Sugiyono (2013) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Pertama, pada saat masalah belum jelas, masih abu-abu. Kondisi seperti ini sangat
cocok diteliti dengan menggunakan metode kualitatif, karena si peneliti akan
langsung terjun ke objek, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas.
Melalui penelitian kualitatif, peneliti akan melakukan eksplorasi terhadap suatu
objek.

Kedua, pada saat peneliti ingin memahami makna di balik data yang tampak. Gejala
sosial sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang tampak atau diucapkan.
Setiap ucapan dan tindak seseorang sering mempunyai makna tertentu. Menurut
penelitian kuantitatif kadar cinta suami dan istri dapat diukur dari seberapa kali
suami mencium istri dalam sehari. Menurut penelitian kualitatif, semakin sering
suami mencium istri dalam satu hari, malah menimbulkan tanda tanya, jangan-
jangan hanya pura-pura atau ada kelainan. Sehingga data untuk mencari makna di
balik sesuatu itu lebih cocok diteliti dengan metode kualitatif, dengan teknik
observasi terlibat, dokumentasi, dan wawancara mendalam.

Ketiga, pada saat ingin memahami interaksi sosial. Interaksi sosial yang rumit dan
kompleks hanya dapat diurai denga metode kualitatif.

Keempat, pada saat ingin memahami perasaan seseorang. Perasaan seseorang memang
sulit ditebak dan dimengerti, sehingga dengan metode kualitatif hal itu akan mudah
diketahui.

Kelima, pada saat ingin mengembangkan teori. Metode kualitatif paling cocok
digunakan untuk mengembangkan suatu teori yang dibangun melalui data yang
diperoleh melalui lapangan. Teori yang demikian dibangun melalui grounded
research. Dengan metode kualitatif peneliti pada tahap awal melakukan
penjelajahan, selanjutnya melakukan pengumpulan data, kemudian mendapatkan
hipotesis yang berupa hubungan antar gejala. Hipotesis tersebut selanjutnya
diverifikasi dengan pengumpulan data yang lebih mendalam. Bila hipotesis terbukti
maka kana menjadi teori atau tesis.

Keenam, pada saat ingin membuktikan kebenaran data. Data sosial merupakan data
yang sulit dipastikan kebenarannya. Dengan metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data triangulasi/gabungan maka kepastian data akan lebih terjamin.
Selain itu dengan metode kualitatif, data yang diperoleh diuji kredibilitasnya, dan
penelitian berakhir setelah data itu jenuh, maka kepastian data akan dapat
diperoleh.

Ketujuh, pada saat ingin meneliti sejarah perkembangan. Sejarah perkembangan akan
mudah diteliti dengan mengguanakan metode penelitian kualitatif. Dengan
menggunakan data dokumentasi, wawancara mendalam kepada pelaku atau orang
yang dipandang tahu, maka sejarah perkembangan akan dapat diteliti.

Sumber : Prof. Dr. Sugiyono (2013) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Penerbit Alfabeta, Bandung.

D. Karakteristik Penelitian Kualitatif


Penelitian jenis kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, metode fenomenologis,
metode impresionistik, dan metode post positivistic. Adapun karakteristik
penelitian jenis ini adalah sebagai berikut (Sujana dan Ibrahim, 2001: 6-7;
Suharsimi Arikunto, 2002: 11-12; Moleong, 2005: 8-11; Johnson, 2005, dan
Kasiram, 2008: 154-155).
l. Menggunakan pola berpikir induktif (empiris – rasional atau bottom-up).
m. Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan grounded theory, yaitu
teori yang timbul dari data bukan dari hipotesis seperti dalam metode kuantitatif.
Atas dasar itu penelitian bersifat generating theory, sehingga teori yang dihasilkan
berupa teori substansif.
n. Perspektif emic/partisipan sangat diutamakan dan dihargai tinggi. Minat peneliti
banyak tercurah pada bagaimana persepsi dan makna menurut sudut pandang
partisipan yang diteliti, sehingga bias menemukan apa yang disebut sebagai fakta
fenomenologis.
o. Penelitian jenis kualitatif tidak menggunakan rancangan penelitian yang baku.
Rancangan penelitian berkembang selama proses penelitian.
p. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami, mencari makna di balik
data, untuk menemukan kebenaran, baik kebenaran empiris sensual, empiris logis,
dan empiris logis.
q. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, sumber data yang dibutuhkan, dan
alat pengumpul data bisa berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.
r. Pengumpulan data dilakukan atas dasar prinsip fenomenologis, yaitu dengan
memahami secara mendalam gejala atau fenomena yang dihadapi.
s. Peneliti berfungsi pula sebagai alat pengumpul data sehingga keberadaanya tidak
terpisahkan dengan apa yang diteliti.
t. Analisis data dapat dilakukan selama penelitian sedang dan telah berlangsung.
u. Hasil penelitian berupa deskripsi dan interpretasi dalam konteks waktu serta
situasi tertentu.
v. Penelitian jenis kualitatif disebut juga penelitian alamiah atau inquiri naturalistic

E. Perbedaan penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Data Kualitatif dan Data Kuantitatif sangat sering digunakan dalam sebuah penelitian.
Entah itu skala kecil atau skala besar, entah itu untuk skripsi atau penelitan tingkat
nasional. Tapi masih banyak mahasiswa atau orang-orang yang masih salah memahami
apa itu perbedaan dari Kualitatif dan Kuantitatif.

Disini akan dibahas secara lengkap dan mudah dimengerti mengenai 8 perbedaan
kualitatif dan kuantitatif. Jadi untuk para pembaca bisa langsung dipraktekkan dalam
kegiatan penelitannya.

1. Berdasarkan pengertiannya
Kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata da bukan angka. Biasanya data ini
digunakan untuk menjelaskan karakteristik suatu sifat. Sebagai contoh, kondisi
suatu barang (apakah jelek, bagus, ataupun sedang), pekerjaan (pengusaha, petani,
ataupun pedagang), tingkat kepuasan(puas, tidak puas, sangat puas) dan masih
banyak lainnya. Data kualitatif juga terdiri atas data nominal dan data ordinal.

Sedangkan pengertian kuantitatif adalah data yang berbentuk angka dan juga
merupakan hasil dari pengukuran dan perhitungan. Contohnya seperti umur,
jumlah benda, tinggi badang, penghasilan seseorang dan masih banyak lainnya.
Data kuantitatif ini terdiri atas data rasio dan data interval.

2. BerdasarkanJenisnya
Metode kualitatif adalah sebuah metode yang datanya adalah kualitatif. Data
kualitatif adalah data yang dihasilkan dengan sudut pandang yang lebih
menekankan pada sifat, mutu, objek yang bersangkutan.

Misalnya saja seperti tampan, gagah, cantik, tampak kurang berpendidikan, bagus
sekali, lincah, responsif, mewakili anak muda zaman sekarang dan masih banyak
lainnya. Sedangkan metode kuantitatif adalah metode yang bersifat numerik.

3. Berdasarkan Tujuannya
Penelitian kualitatif memiliki tujuan yakni untuk melakukan suatu penafsiran
terhadap suatu fenomena sosial. Adapun metodologi penelitian yang digunakan
adalah multi metodologi, dengan demikian tidak ada metodologi khusus dalam
penelitian kualitatif.Sedangkan tujuan penelitian kuantitatif yakni untuk
mengembangkan sebuah model matematis, teori dan juga hipotesis yang berkaitan
dengan fenomena alam. Bahkan penelitian ini juga banyak digunakan untuk
menguji kebenaran suatu teori dan untuk menghasilkan suatu fakta dengan
mendeskripsikannya secara statistik.Metode ini juga untuk menunjukkan adanya
hubungan antar satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian kuantitatif juga
lebih bersifat konsep, mendeskripsikan banyak hal atau mengembangkan
pemahaman baik dalam ilmu alam maupun ilmu social.

4. Berdasarkan ObjekPenelitian
Metode kualitatif lebih berfokus hanya pada satu objek penelitian saja. sedangkan
metode kuantitatif bisa merujuk lebih dari satu objek penelitian
5. Berdasarkan Instrumen yang Digunakan
Instrumen yang digunakan pada metode kualitatif adalah peneliti itu sendiri.
Maksudnya adalah penelitilah yang harus terjun dan masuk ke dalam penelitian
agar dapat melihat serta merasakan fakta apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan
pada metode kuantitatif, instrumen yang digunakan seperti kuesioner, angket, dan
juga instrumen lainnya.

6. Berdasarkan Orientasinya
Penelitian kualitatif berorientasi pada proses penelitiannya, sedangkan penelitian
kuantitatif lebih berorientasi pada hasil penelitiannya saja.

7. Berdasarkan Proses
Proses yang digunakan pada penelitian kualitatif adalah induktif dimana prosesnya
diawali dari upaya yang dilakukan untuk memperoleh data yang detail seperti life
story, daftar riwayat hidup, life style yang saling berkaitan dengan topik atau
masalah yang akan diteliti.Proses ini juga dilakukan tanpa melakukan evaluasi
dan interpretasi terlebih dahulu. Setelah itu barulah dikategorikan,
diabstraksikan dan juga dicari tema sehingga menghasilkan teori dan konsep yang
baru.Sedangkan proses yang digunakan pada penelitian kuantitatif adalah
deduktif-induktif. Penarikan deduktif ini dilihat dari penetapan variabel, proses
pengumpulan data lalu melakukan penyimpulan.

8. Berdasarkan SifatRealitas
Penelitian kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat postpositivme dan
paradigma interpretif. dimana suatu objek tidak dapat ditinjau secara parsial dan
harus dipecahkan dalam bentuk variabel.Sedangkan penelitian kuantitatif lebih
berlandaskan pada filsafat positivsme, dimana realitas dipandang sebagai bentuk
yang nyata, bisa diamati dengan menggunakan panca indera, bisa dikategorikan
baik menurut warna, bentuk, jenis, dan perilaku, dapat diukur dan di diidentifikasi
serta tidak berubah.
Perbedaan penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif

A. Penelitian kuantitatif

1. Desain eksperimental, instrumen yg digunakan standar.

Desain Eksperimental adalah sebuah desain dengan pendekatan tradisional untuk


melakukan penelitian kuantitatif. Eksperimen merupakan pengujian ide atau praktik atau
prosedur untuk menentukan apakah hal itu mempengaruhi hasil atau variabel dependen.
Penelitian eksperimental dimulai pada akhir abad ke-20 ke-19 dan awal, dengan psikologis
eksperimen.

Ide kunci pusat penelitian eksperimental adalah sebagai berikut:

1) Tugas Acak
Tugas acak adalah proses untuk menempatkan individu secara acak untuk di jadikan
kelompok atau untuk dijadikan kelompok yang berbeda dalam percobaan. Penugasan
acak individu untuk kelompok (atau kondisi dalam suatu kelompok) membedakan
dengan ketat, apa yang dikatakan "benar" dari eksperimen yang memadai, tapi kurang
ketat untuk "eksperimen semu".
Tugas acak dengan pilihan acak keduanya penting dalam penelitian kuantitatif,
tetapi tujuannya berbeda. Peneliti kuantitatif acak memilih sampel dari populasi.
Dengan cara ini, sampel merupakan perwakilan dari populasi dan dapat
menggeneralisasi hasil yang diperoleh selama studi untuk populasi . Meskipun pilihan
acak penting dalam eksperimen, hal itu mungkin tidak memungkinkan secara logistik.
Namun, jenis yang paling canggih percobaan melibatkan tugas acak.
2) Kontrol atas variabel asing
Dalam tugas acak, kita mengontrol variabel asing yang mungkin mempengaruhi
hubungan antara praktek baru (misalnya, diskusi tentang bahaya kesehatan) dan hasil
(misalnya, frekuensi merokok). Semua percobaan memiliki beberapa kesalahan acak
(dimana nilai tidak mencerminkan "benar" dari sejumlah populasi) yang berarti bahwa
kita tidak dapat mengontrol, tetapi dapat mencoba untuk mengendalikan faktor-faktor
luar sebanyak mungkin. Tugas acak adalah keputusan yang dibuat oleh penyidik
sebelum percobaan dimulai. Prosedur pengendalian lain yang dapat digunakan baik
sebelum dan selama percobaan adalah:
a. Pretest dan posttests
Untuk "menyamakan" karakteristik kelompok, peneliti eksperimental dapat
menggunakan pretest. Asumsikan bahwa kita tertarik apakah kelas
kewarganegaraan khusus mempengaruhi sikap siswa terhadap merokok. Dalam
percobaan ini, kita bisa mengukur sikap sebelum pengobatan (yaitu, dengan
membahas bahaya kesehatan) dan setelah, untuk melihat apakah diskusi
memiliki efek pada sikap siswa.
b. Kovariat
Karena pretest dapat mempengaruhi aspek percobaan, statistik dikendalikan
dengan menggunakan prosedur kovarians bukan hanya membandingkan dengan
skor posttest. Kovariat adalah yang digunakan peneliti melalui statistik untuk
mengontrol variabel yang berhubungan dengan variabel dependen tapi tidak
berhubungan dengan variabel independen. Peneliti perlu untuk mengontrol
variabel-variabel yang memiliki potensi untuk bersama-sama bervariasi dengan
variabel dependen. Prosedur statistik analisis kovarians menyesuaikan nilai pada
variabel dependen untuk menjelaskan kovarians tersebut. Prosedur ini menjadi
cara lain untuk menyamakan kelompok dan mengontrol pengaruh potensial
yang mungkin mempengaruhi variabel dependen.
c. Pencocokan Peserta
Prosedur lain yang digunakan untuk mengontrol dalam eksperimen untuk
mencocokkan pada satu atau lebih peserta dengan karakteristik pribadi.
Matching adalah proses mengidentifikasi satu atau lebih karakteristik pribadi
yang mempengaruhi hasil dan menugaskan individu dengan karakteristik yang
sama pada eksperimen dan kontrol kelompok. Biasanya, para peneliti
eksperimental cocok pada satu atau dua dari karakteristik berikut: jenis kelamin,
nilai pretest, atau kemampuan individu.
d. Homogenitas Sampel
Pendekatan lain yang digunakan untuk membuat kelompok sebanding
adalah memilih sampel homogen dengan memilih orang-orang yang sedikit
berbeda dalam karakteristik pribadi mereka.
e. Blocking Variabel
Salah satu prosedur tersebut adalah untuk "memblokir" untuk tingkat kelas
sebelum percobaan dimulai. Sebuah variabel pemblokiran adalah variabel
kontrol peneliti sebelum percobaan dimulai dengan membagi
(atau"memblokir") peserta menjadi subkelompok (atau kategori) dan
menganalisa dampak dari setiap sub-kelompok pada hasil. Variabel (misalnya,
jenis kelamin) dapat diblokir menjadi laki-laki dan perempuan; sama, tingkat
kelas Sekolah menengah dapat diblokir menjadi empat kategori: siswa baru,
siswi, junior, dan senior. Dalam prosedur ini, peneliti membentuk homogeny
subkelompok dengan memilih karakteristik umum untuk semua peserta dalam
penelitian (misalnya, jenis kelamin atau kategori usia yang berbeda).

2. Validitas internal dan eksternal, reliabilitas dan obyektivitas.

Validitas internal ini adalah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat dipercaya
kebenarannya atau berkenaan dengan derajat akurasi antardesain penelitian dan hasil yang
dicapai.. Validitas internal merupakan hal yang esensial yang harus dipenuhi jika peneliti
menginginkan hasil studinya bermakna.Validitas internal mengacu pada kemampuan desain
penelitian untuk menyingkirkan atau membuat masuk akal penjelasan alternatif hasil, atau
masuk akal dugaan sementara (Campbell, 1957; Kazdin, 2003c).

Adabeberapa hal yang menjadi kendala untuk memperoleh validitas internal yakni :

Sejarah

Maturasi
Testing

Instrumentasi

Seleksi

Mortalitas

Validitas eksternal itu Berkaitan dengan pertanyaan apakah fakta mengenai treatment
(IV) yang diberikan benar-benar mengakibatkan perbedaan pada DV, atau Apakah benar-
benar IV berpengaruh pada DV.

Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi, dapat atau tidaknya hasil
penelitian digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi tempat sampel tersebut diambil.
Bila sampel penelitian representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara
mengumpulkan dan menganalisis data benar, penelitian akan memiliki validitas eksternal
yang tinggi.

Pengujian-pengujian yang perlu dilakukan untuk mengontrol validitas eksternal :

Efek seleksi berbagai bias

Efek pelaksanaan pre test

Efek prosedur eksperimen

Reabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukur.
Sedangkan objektivitas berkenaan dengan derajat kesepakatan atau interpersonal agreement
antar banyak orang tentang suatu data.

3. Multi trait, multi-method

Matriks multitrait-multimethod (MTMM) klasik bisa dipandang sebagai klasifikasi


silang dua dimensi sifat dan metode. Beberapa pendekatan telah diusulkan untuk dianalisis
data tersebut, terutama model persamaan struktural, teori generalisasi, dan bahkan analisis
segi.

B. Penelitian kualitatif

1. Interview yang mendalam observasi, partisipan dan peneliti sebagai instrumen

Yaitu melakukan wawancara secara mendalam melalui pengamatan yang lebih dan
peneliliti harus aktif karena disini peneliti sebagai instrumennya.

2. Kredibilitas, transferability.

Menurut prof.Dr. Sugiyono, penujian validitas dan reabilitas data dalam penelitian
kualitatif meliputi uji kreadibility dan transferability. Uji kreadibilityatau uji kepercayaan
terhadap hasil penelitian kuantitatif antara lain: perpanjangan pengamatan artinya peneliti
kembali melakukan pengamatan di lapangan/lokasi penelitian, peningkatan ketekukan dalam
penelitian artinya peneliti melakukan pengecekan kembali apakah data yang yang telah
ditemukan salah atau benar. Hal ini demi menjaga keakuratan dan keabsahan data.Analisis
kasus negatif: Metode ini dilakukan dengan mencari data yang bertentangan dengan data
yang telah ditemukan sebelumnya. Apabila data yang bertentangan sangat kurang, artinya
data yang ditemukan sebelumnya dapat dipercaya. Memberchek yaitu proses pengecekan
data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercek untuk mengetahui
sejauhmana data yang diperoleh sesuai apa yang diberikan pemberi data.

Transferability berkaitan dengan sejauh mana hasil penelitian dapat diterapkan atau
digunakan dalam situasi lain. Situasi lain yang dimaksud adalah situasi yang memiliki
karakter yang hampir sama dengan objek penelitian sebelumnya. Misalnya data penelitian
tentang Peningkatan motivasi belajar siswa di Makassar kemudian ingin diterapkan di Aceh.
Objek penelitian tersebut harus sama-sama siswa meskipun kelas atau umurnya berbeda.
Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami hasil penelitian dan ada kemungkinan
menerapkannya, maka peneliti harus membuat laporan secara rinci, jelas, sistematis, dan
dapat dipercaya.
3. Triangulation (mencari data dari sumber berbeda)

Triangulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu berupa triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data
dan triangulasi waktu pengumpulan data.

Kelebihan Penelitian Kualitatif

1. Mampu menjelaskan permasalahan, termasuk yang sensitif , secara mendalam

2. Menciptakan teori baru, mengungkapkan makna yang sebenarnya.

3. Dari segi validitas lebih unggul. Tingkat kevalita data jelas.

4. Analisis data dapat langsung dilakukan

Artinya dapat dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan data, jika belum maka dapat
dilakukan pengumpulan data kembali kepada responden.

Kekurangan Penelitian Kualitatif

1. Boros dari segi waktu

Artinya membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pencarian samapi
mendapatkan data-data dan sumber informasi.

2. Tergantung pada skill peneliti.

Pada penelitian kualitatif sangan diharapkan peneliti dengan skill atau kemampuan yang
tinggi.

3. Responden sulit (tergantung pada kasus atau masalah yang akan diteliti)
Artinya terdapat kesulitan dari segi responden terhadap masalah atau kasus yang akan
diteliti.

4. Reabilitas diragukan

Tingkat kepercayaan atau kereabilitasannya masih diragukan karena bisa saja


memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan diangket yang diajukan.

KONSEP FUNDAMENTAL STUDI KUALITATIF

1. PANDANGAN HOLISTIK

Menghadapi tantangan abad ke 21 ini pendidikan mesti mampu mengubah paradigmanya dari
yang fragmented menjadi pendekatan holistik yang menempatkan pendidikan dalam sebuah
konteks lingkungan yang saling terkait (Holistic approach).
Kata HOLISTIC memiliki arti menyeluruh yang terdiri dari kata HOLY and HEALTHY.
Pandangan holistik bermakna membangun manusia yang utuh dan sehat, dan seimbang terkait
dengan seluruh aspek dalam pembelajaran; seperti spiritual, moral, imajinasi, intelektuan,
budaya, estetika, emosi, dan fisik.
Terjadinya berbagai bencana kerusakan di lingkungan semesta diakibatkan ulah-ulah manusia,
menyadarkan kita bahwa pendidikan kita kurang mampu mewujudkan keseimbangan antara
kehidupan manusia di alam semesta. Memberikan kesadaran kepada para siswa akan kehidupan
di abad ke 21 yang diwarnai oleh kehidupan masyarakat yang sangat heterogen dan
permasalahan yang luar biasa terkait dengan lingkungan hidup yang semakin tercemar, konflik,
peperangan, dan kemiskinan merupakan sebuah kemestian.
Sebuah kesepakatan global yang disebut GATE (Global Alliance for Transforming Education)
mencanangkan perlunya transformasi pendidikan dari yang terkotak-kotak menjadi sebuah
konsep yang utuh. Tujuan pendidikan menurut konsep yang utuh ini adalah untuk membangun
manusia seutuhnya. Hal ini seperti yang juga termaktub dalam tujuan pendidikan nasional kita.
Seluruh aspek yang dimiliki anak melalui pandangan holistik ini (The whole child education)
akan berkembang dengan patut termasuk kesadaran bahwa ia adalah bagian dari anggota
keluarganya, sekolah, lingkungan, masyarakat, dan komunitas global.
Krishnamurti mengatakan bahwa kegagalan sistem pendidikan untuk menjadikan manusia
berwawasan holistik disebabkan pendidikan modern lebih bertumpu pada dunia sekuler, terlepas
dari makna spiritual. Bagi Krishnamurti kesatuan integral adalah sakral dan segala sesuatu
adalah bagian dari kesatuan integral. Oleh sebab itu segala sesuatu mesti memiliki makna yang
sakral. Manusia perlu diberikan perangkat untuk mencapai pemahaman makna spiritual.
Masalahnya sistem pendidikan modern sangat terspesialisasi dan telah memecahbelah
keseluruhan menjadi bagian-bagian yang terpisah yang tidak lagi saling bermakna. Dalam
kegiatan pendidikan konvensional seluruh potensi manusia yang dilibatkan hanya sebatas pada
kognitif dan pisik semata, tanpa melibatkan aspek emosi dan spiritual.
Hakikat dari pendidikan menurut Krishnamurti ini dikemas Scott Forbes dalam tujuan
pendidikan untuk mendidikan seluruh aspek yang dimiliki manusia (All part of the person),
mendidikan manusia sebagai kesatuan yang utuh (The person as the whole), mendidikan manusia
sebagai bagian dari keseluruhan (The person within the whole), yaitu sebagai bagian dari
masyarakat, komunitas manusia, dan alam semesta.
Carol Flake mengatakan bahwa dalam menghadapi tantangan global di abad 21 ini, maka
pelayanan pendidikan mesti mampu mengubah paradigma dari yang terkotak-kotak (fragmented)
menjadi pendekatan ekologis. Melihat anak hanya dalam aspek kognitis semata yang
diselesaikan dengan tugas-tugas akademik yang steril dan memberikan mereka mata pelajaran
yang tidak saling berhubungan dengan relevan dalam konteks kehidupan nyata tidak akan
mampu menumbuhkan transformasi kesadaran (consciousness). Transformasi kesadaran ini
merupakan bagian dari proses pendidikan yang akan mampu meredam segala carut-marut
kondisi yang terjadi dalam peradaban modern, seperti kerusakan lingkungan semesta, konflik
antaretnis, dan sebagainya.
Fitjrof Capra mengungkapkan bahwa betapa pengetahuan manusia tentang sains, masyarakat,
dan kebudayaan, telah terkotak-kotak sehingga manusia tidak mampu lagi melihat gambar
keseluruhan dari sebuah fenomena. Akibatnya banyak solusi dilakukan manusia didekati secara
terpisah sehingga membuat masalah semakin terpuruk. Inti pemikiran dari Fitjrof adalah
bagaimana upaya melihat segala sesuatu secara utuh dan menyeluruh yang diistilahkannya
dengan ”Multidisciplinary, Holistic Approach to reality”. Kondisi ini diperkuat dengan
pernyataan David Orr bahwa akar permasalahan yang ada saat sekarang dikarenakan pemikiran
manusia dididik dengan sistem pendidikan yang terkotak-kotak yang kemudian membuat
manusia berfikir secara parsial.
Berdasarkan kajian di tas maka jelas bahwa pendidikan bukan semata-mata menyiapkan manusia
agar dapat berperan dalam salah satu dimensi kehidupan saja, melainkan agar siap menjalani
seluruh dimensi kehidupan. Untuk itu potensi anak usia dini yang perlu dikembangkan dalam
proses pendidikannya sesuai dengan prinsip holistik hendaknya terkait dengan:

1. Aspek Fisik
Terkait dengan perkembangan motorik halus, motorik kasar, termasuk menjaga stamina, gizi dan
kesehatan.

2. Aspek Emosi
Terkait dengan aspek kesehatan jiwa, mampu mengendalikan tekanan/stress, mampu mengontrol
diri dari perbuatan negatif, memiliki rasa percaya diri,, berani mengambil risiko, dan memiliki
empati.

3, Aspek Sosial
Menumbuhkan rasa senang melakukan pekerjaan, mampu bekerjasama, pintar bergaul, peduli
dengan masalah sosial, berjiwa sosial dan dermawan, bertanggung jawab, menghormati orang
lain, mengerti akan perbedaan dan keunikan, mematuhi peraturan yang berlaku.

4. Aspek Kreativitas
Mendorong anak untuk mampu mengekspresikan diri dalam berbagai kegiatan produktif seperti
dalam dunia seni, berbahasa, berkomunikasi, dan sebagainya.

5. Aspek Spritual
Mampu memaknai arti dan tujuan hidup dan bersikap taat terhadap ajaran agama yang diyakini
melalui perbuatan baik yang konsisten.

6. Aspek Akademik
Mampu berfikir logis, berbahasa, dan menulis dengan baik. Selain itu dapat mengemukakan
pertanyaan kritis dan menarik kesimpulan dari berbagai informasi dengan cermat.

2. KONTEKSUAL

A. Pengertian Pembelajaran Konteksual

Untuk memahami hubungan teori dan implimentasinya dalam dunia pendidikan, ada empat
konsep kunci yang saling terkait, yaitu teaching, learning, instruction dan curriculum. Keempat
konsep itu saling terkait sebagai berikut. Teaching adalah refleksi sistem kepribadian sang guru
yang bertindak secara professional; learning adalah refleksi sistem kepribadian siswa yang
menunjukan prilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan ; instruction adalah sistem sosial
tempat berlangsungnya mengajar dan belajar ; sedangkan curriculum adalah sistem sosial yang
berujung pada sebuah rencana untuk pengajaran. Dengan merujuk pada keempat konsep ini kita
dapat lebih mudah memahami konsep pembelajaran konteksual dan implimentasinya.

Pembelajaran konteksualmerupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu


siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan
mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/
ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya.

Menurut Johnson ( 2002 : 25 ) Contextual Teaching Learning ( CTL ) digambarkan sebagai


berikut :

… an educational process that aim to help students see meaning in the academic material they
are studying by connecting academic subjects with the contex of their personal, social, and
cultural circumstance. To achieve this aim, the system encompassesthe following eight
components : making meaningful connections, doing significant work, self regulated learning,
collaborating, critical and creative thingking, nurturing the individual, reaching high standards,
using authentic assessment.

Kutipan di atas menegaskan hakekat pembelajaran konteksual yang dapat diringkas dalam tiga
kata, yaitu makna, bermakna dan dibermaknakan. Dengan merujuk pada kerangka teaching,
learning, instruction, dan curriculum sebagaimana dikemukakan diatas, dalam pembelajaran
konteksual guru berperan sebagai fasilitator yaitu membantu siswa menemukan makna. Siswa
memiliki response potentiality yang bersifat kodrati. Tugas utama guru adalah memberdayakan
potensi kodrati ini, sehingga siswa terlatih menanghkap makna dari materi yang diajarkan.

Setiap materi yang disajikan memiliki makna dengan kualitas yang beragam. Makna yang
berkualitas adalah makna konteksual, yaitu dengan menghubungkan materi ajar dengan
lingkungan personal dan sosial. Konteksual berarti teralami oleh siswa. Sewaktu belajar bahasa
inggris misalnya siswa disuruh mencari padanan kata waste dan dangerous. Dengan membuka
kamus, akan ditemukan padanan sampah dan bahaya. Penemuan padanan kata bseperti ini adalah
contoh perolehan makna yang kurang berkualitas, karena kedua kata out of cpontext.

Pembelajaran konteksual berusaha membangun makna yang berkualitas dengan


memnghubungkan pelajaran bahasa inggris juga pelajaran lain dengan lingkungan personal dan
sosial siswa, misalnya dengan fenomena sampah yang tidak terurus di lingkungannya. Ketika
seorang siswa mengatakan the waste in the city is dangerous, dia mengatakan dengan lisan,
mencium bau sampah dengan indera dan meyakini bahaya akibatnya dengan nalar. Inilah contoh
pembelajaran kalimat yang bermakna. Siswa bukan saja belajar bahasa, melainkan juga belajar
lingkungan hidup dan manajemen pengelolaan sampah. Dengan kata lain lingkungan fisik dan
psikis dibermaknakan bagi siswa.

B. Strategi Pembelajaran Konteksual

Dalam pembelajaran konteksual ada sejumlah strategi pembelajaran yang harus ditempuh.
Keseluruhan strategi itu sama penting dan semuannya harus diimplimintasikan secara rasional
dan proporsional.

Pertama,pengajaran berbasis problem. Dengan memunculkan problem yang dihadapi


bersama, siswa ditantang untuk berpikir kritis memecahkannya.Probelem seperti ini membawa
makna personal dan sosial bagi siswa.

Kedua, menggunakan konteks yang beragam, Makna itu ada dimana-mana dalam konteks
fisikal dan sosial. Selama ini ada yang keliru, menganggap bahwa makna (
pengetahuan ) adalah yang tersaji dalam materi ajar atau buku teks saja. Dalam pembelajaran
konteksual guru membermaknakan pusparagam konteks ( sekolah, keluarga, masyarakat, tempat
kerja, dan sebagainya ), sehingga makna ( pengetahuan ) yang diperoleh siswa menjadi semakin
berkualitas.

Ketiga, mempertimbangkan kebhinekaan siswa. Dalam konteks Indonesia, kebhinekaan baru


sekedar pengakuan politik yang tidak bermakna educatif. Dalam pembelajaran konteksual, guru
mengayomi individu dan meyakini bahwa perbedaan kidividual dan sosial seyogianya
dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan membangun
toleransi demi terwujudnya keterampilan interpersonal.

Keempat, memberdayakan siswa untuk belajar sendiri. Setiap manusia mesti menjadi
pembelajar aktif sepanjang hayat. Pendidikan formal merupakan candradimuka bagi siswa untuk
menguasai cara belajar untuk belajar mandiri di kemudian hari. Untuk itu mereka mesti dilatih
berpikir kritis dan kreatif dalam mencari dan menganalisis informasi dengan sedikit bantuan atau
malah secara mandiri.

Kelima, belajar melalui kolaborasi. Siswa seyogianya dibiasakan saling belajar dari dan dalam
kelompok untuk berbagai pengetahuan dan menentukan fokus belajar. Dalam setiap kolaborasi
selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya. Siswa ini dapat dijadikan
fasilitator dalam kelompoknya. Apabila komunitas belajar sudah terbina sedemikian rupa di
sekolah, guru tentu akan lebih berperan sebagai pelatih, fasilitator dan mentor.

Keenam, menggunakan penilaian autentik. Ada empat jenis penilaian autentik : portofolio,
pengukuran kinerja, proyek dan jawaban tertulis secara lengkap.Penilaian autentik menunjukan
bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan konteksual, dan memberi kesempatan kepada
siswa untuk maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dalam membuat soal untuk
penilaian autentik , apapun kategori yang dipakai, prosedur dibawah ini sangat membantu :

1. Jelaskan dengan tepat apa yang harus diketahui dan bisa dikerjakan oleh siswa.
Beritahukan kepada mereka standar yang harus dipenuhi.
2. Hubungkan pelajaran akademik dengan konteks dunia nyata dengan cara yang penuh
makna, atau lakukan simulasi dengan konteks dunia nyata yang penuh makna.
3. Tugaskan para siswa untuk menunjukan apa yang mereka bisa lakukan dengan apa yang
mereka ketahui, unutk memperlihatkan keterampilan dan kedalaman pengetahuan
mereka, dengan memproduksi hasil- contohnya, produk nyata, presentasi, koleksi hasil
tugas.
4. Putuskan tingkat penguasaan yang harus dicapai.
5. Tampilkan tingkat penguasaan tersebut dalam sebuah rubrik, yaitu dalam bentuk
pedoman penilaian yang dilengkapi dengan kreteria yang digunakan untuk menilai.
6. Biasakan para siswa dengan rubrik tersebut. Ajak para siswa untuk terus menerus
melakukan penilaian diri saat mereka menilai kerja mereka sendiri.
7. Libatkan sekelompok orang selain guru untuk menangapi penilaian ini.

Ketujuh, mengejar standar tinggi. Standar unggul sering dipersepsi sebagai jaminan untuk
mendapat pekerjaan, atau minimal membuat siswa merasa pede untuk menentukan pilihan masa
depan. Frasa “ standar unggul “ seyogianya terus menerus dibisikan pada telinga siswa untuk
meningkatkan agar menjadi manusia kompetitif pada abad persaingan seperi sekarang ini.
Dengan demikian sekolah seyogianya menentukan kompetensi lulusan yang dari waktu ke waktu
terus ditingkatkan. Setiap sekolah seyogianya melakukan benchmarking ( uji mutu ) dengan
melakukan studi banding ke berbagai sekolah dalam dan luar negeri.

C. Tiga Prinsip Ilmiah dalam Pembelajaran Konteksual

Prinsip ilmiah dalam pembelajaran konteksual diadopsi dari hokum alam. Para ahli fisika
kuantum,para kosmolog dan ahli bilogi secara terpisah telah menemukan riga prinsip yang
terdapat dalam semua hal. Prinsip saling ketergantungan, prinsip diferensiasi dan prinsip
pengaturan diri.

1. Prinsip kesaling bergantungan

Prinsip kesaling bergantungan mengajak para guru untuk mengenali keterkaitan mereka dengan
guru yang lainnya, dengan siswa-siswa mereka, dengan lingkungan seitarnya dan dengan
masyarakat. Prinsip ini meminta mereka membangun hubungan dalam semua yang mereka
lakukan. Prinsip itu mendesak bahwa sekolah adalah system kehidupan, dan bahwa bagian-
bagian dari sitem itu para iswa, para guru, tukang kebun, tukang sapu, tukang pakir, satpam,
pegawai administrasi, sopir bus, orang tua dan teman-teman, masyarakat berada dalam sebuah
jaringan hubungan yang menciptakan lingkungan belajar. Di dalam sebuah lingkungan belajar,
dimana orang-orang menyadari keterhubungan mereka, sitem pembelajaran konteksual dapat
berkembang.

Prinsip kesaling bergantungan ada dalam segalanya, sehingga memungkinkan para siswa untuk
membuat hubungan yang bermakna. Pemikiran yang kritis dan kreatif menjadi mungkin. Kedua
prose situ terlibat dalam dalam mengidentifikasi hubungan yang akan menghasilkan
pemahaman-pemahaman baru. Prinsip kesaling befgantungan juga mendukung kerjasama.
Dengan bekerja sama, para siswa terbantu dalam menemukan persoalan, merancang rencana dan
mencari pemecahan masalah. Bekerja sama akan membantu mereka mengetahui bahwa saling
mendengarkan akan menuntun kepada keberhasilan. Pandangan setiap orang berbeda dan
kemampuan-kemampuan yang unik secara bersama-sama akan tersusun menjadi sesuatu yang
lebih besar daripa penjumlah dari bagian-bagiannya itu sendiri.

2. Prinsip defrensiasi

Kata defrensiasi merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta untuk menhasilkan
keragaman yang tak terbatas, perbedaan, dan keunikan. Setiap siswa telah dibekali oleh potensi
dasar masing-masing yang berebeda-beda. Potensi itu akan terwujud melalui proses
pembelajaran. Prinsip defrensiasi mendorong para siswa untuk mengaktulaisasikan potensi dasar
yang dimiliki melalui hasil karya nyatanya. Mengingat para siswa tidak sama, pembelajaran
konteksual memberi mereka perhatian individual yang lebih panjang dan terkonsentrasi. Para
guru berfikus pada seorang siswa secara keseluruhan. Mereka mengerti kehidupan rumah siswa,
adatnya, kondisi ekonominya, gaya belajarnya dan minatnya. Mereka menanggapi kebutuhan-
kebutuhan khusus dan aspirasi setaiap siswa. Selain memungkinkan adanya, keunikan,
keragaman dan kreativitas, prinsipdefrensiasi juga menajak pada kerjasama. Prinsip yang
memungkinkan dua entitas kehidupan yang berbeda untuk bersatu,juga meminta siswa untuk
bersatu dan bekerjasama dalam pencarian makna, pengertian dan pandangan baru.

3. Prinsip pengaturan diri


Prinsip pengaturan diri meminta para guru unutk menolong setiap siswa mencapai keunggulan
akademik, memperoleh keterampilan karier, dan mengembangkan karekter dengan cara
menghubungkan tugas ekolah dengan pengalaman serta pengetahuan pribadinya. Ketika siswa
menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, mereka terlibat
dalam kegiatanyang mengandung prinsip pengaturan diri. Mereka menerima tanggung jawab
atas keputusan dan prilaku sendiri, menilai alternative, membuat pilihan, mengembangkan
rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi, dan dengan kritis menilai bukti. Mereka
bergabung dengan yang lain untuk memperoleh pengertian yang baru dan unutk memperluas
pandangan mereka. Dalam mela,kukan hal tersebut para siswa menemukan minat mereka,
keterbatasamn mereka, kemampuan mereka bertahan, dan kekuatan imajinasi mereka. Mereka
menemjukan siapa diri mereka dan apa yang bisa metreka lakukan. Mereka menciptkan diri
mereka sendiri.

Untuk menciptakan diri mereka sendiri, untuk mengeluarkan potensi terpendam mereka menjadi
nyata, untuk melawan daya tarik dari status quo, siswa harus menguji konteks mereka sendiri. “
Konteks “ berasal dari kata kerja Latin contexere yang berarti “ menjalin bersama”. Kata “
konteks “ merujuk pada “ keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan “ yang
berhubungan dengan diri, yang terjalin bersama ( Webster’s New World Dictionary, 1968 ). Kita
masing-masing berada di dalam yang beragam, misalnya konteks lingkungan tempat tinggal,
keluarga, tem,an-teman, sekolah, pekerjaan, kebijakan politik dan ekosistem bumi. Demikian
juga semua entitas yang lain, hidup mauipun tak hidup, berada dalam konteks.Untuk menyadari
seluruh potensinya, semua organisme hidup termasuk manusia, harus berada dalam hubungan
yang tepat dengan konteks mereka.

3. PERSPECTIF EMIC

Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus memahami teori dengan utuh. Ia dituntut memahami
teori-teori yang akan diteliti. Teorinya harus fokus. Tidak boleh ngrambyang dalam menuliskan
teori dalam sebuah penelitian.

Saat di lapangan, ia pun harus konsen terhadap yang ditelitinya. Ia harus bersikap perspektif
emic. Artinya memperoleh data bukan sebagaimana seharusnya. Bukan yang berdasarkan apa
yang dipikirkan olehnya.
Tetapi, berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang dirasakan, dialami, dan
dipikirkan oleh partisipan/sumber data. Misal, ia meneliti teaching factory SMK Negeri 6
Semarang. Saat ia datang ke sekolah tersebut menjumpai siswa sedang membuat jamu dan
menjual kepadanya. Ia pun sebagai peneliti langsung menggali terkait hal ini. Khususnya sumber
data siswa.

Pada teori kewirausahaan tidak sedetail yang di lapangan. Disinilah ia harus menguasai beberapa
teori tentang kewirausahaan yang sangat mendukung dalam teaching factory. Ia harus perspektif
emic. Data yang ditemukan, harus ia rasakan dan alami. Tidak sekadar data dari sumber yang
tidak jelas.

Ia tidak boleh “egois” dalam mengambil data yang dipersepsikan sendiri tanpa teori. Egois dalam
hal ini adalah mengambil data sesuai dengan kemauannya. Atau, sesuai dengan memperoleh data
sesuai dengan apa yang dipikirkan. Bukan itu, tetapi memperoleh data yang terjadi di lapangan.

4. PERSPECTIVE ETIC

Pengertian Etika

Kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata etika yaitu ethos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu taetha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu, tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir.
Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.

Arti dari bentuk inilah yang melatar belakangi terbentuknya istilah etika yang oleh Aristoteles
dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologi ( asal usul kata ), etika
mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

Etika merupakan suatu ilmu yang membahas perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang
dapat dipahami oleh pikiran manusia. Dan etika profesi terdapat suatu keadaan yang kuat untuk
mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada
masyrakat yang memerlukan.

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional
diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem
pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan
santun, tata krama, protokoler, dan lain-lain.

Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat
agar mereka senang, tenang, tentram, terkindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin
agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan yang
tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh
kembangnya etika di masyarakat kita.

Ada beberapa para ahli yang mengungkapkan pengertian-pengertian etika, diantaranya Frans
Magnis Suseno yang merumuskan konsep etika sebagai suatu ilmu yang memberikan arahan,
acuan dan pijakan kepada tindakan manusia. Aristoteles, mengemukakan etika kedalam dua
pengertian yakni: Terminius Technicus & Manner and Custom. Terminius Technicus ialah etika
dipelajari sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan
manusia. Sedangkan yang kedua yaitu, manner and custom ialah suatu pembahasan etika yang
terkait dengan tata cara & adat kebiasaan yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in
human nature) yang sangat terikat dengan arti “baik & buruk” suatu perilaku, tingkah laku atau
perbuatan manusia.

Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga
jenis definisi, yaitu sebagai berikut:

1. Jenis pertama etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang
nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.

2. Jenis kedua etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya
perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada
keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu
yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.

3. Jenis ketiga Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan evaluatif
yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak
perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi
etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.
Ada macam-macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruk
priaku manusia:

a) Etika Deskriptif, etika Deskriptif yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikerja oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatau yang bernilai

Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai
nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa
nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia
dapat bertindak secara etis.

b) Etika Normatif, etika Normatif yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
prilaku yang ideal yang saharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai.

c) Metaetika, pendekatan ini lebih menekankan bagaimana gagasan etika berasal dan apa
maknanya. Pendekatan ini lebih bersifat kebahasaan atau pemaknaan atas segala ucapan moral
atau dapat di sebut jalan atau jembata menuju etika

Sedangkan Moral berasal dari kata Latin mos jamaknya mores yang berarti adat atau cara hidup.
Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral
dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk
pengkajian sistem nilai yang ada (Surajiyo,2009:147).

Frans Magnis Suseno (1987) membedakan ajaran moral dan etika. Ajaran moral adalah ajaran,
wejangan, khotbah, peraturan lisan atau tulisan tentang bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran moral adalah pelbagai
orang dalam kedudukan yang berwenang seperti orangtua dan guru, para pemuka masyarakat
dan agama, serta tulisan para bijak. Etika bukan sumber tambahan bagi ajaran moral, tetapi
filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika adalah
sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan ajaran moral tidak berada ditingkat yang
sama (Surajiyo,2009:147).
Kata moral dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang melahirkan etika. Sebagai
cabang filsafat, menurut Fuad (2010:271).etika sangat menekankan pendekatan yang kritis
dalam melihat nilai (takaran, harga, angka kepandaian, kadar/mutu, sifat-sifat yang
penting/berguna) dan moral tersebut serta permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kaitan
dengan nilai dan moral itu

Moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang terkait
dengan nilai-nilai baik dan buruk. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia
tidak bermoral dan tidak memilki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah
hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah dan
manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah
perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila yang
dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat
diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai
moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama. Moral
juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada
saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat

Perkembangan moral berhubungan dengan peraturan-peraturan dan kesempatan mengenai apa


yang baik dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain ada tiga domain utama
dalam perkembangan moral yaitu: pemikiran, tingkah laku, dan perasaan. Piaget mengatakan
sejak umur 4 tahun sampai dengan 7 tahun anak berada dalam tahap moralitas heterogen dan
anak usia 10 tahun keatas berada dalam tahap moralitas otonom. Kemudian dikembangkan oleh
Kohlberg dengan menambahkan satu tahap moral yaitu postconventional morality dimana
moralitas berkembang sebagai pendirian pribadi atau tidak ada lagi ketergantungan pada
pendapat konvensional. Dalam teori disequilibrium kognitif, menyatakan bahwa masa remaja
adalah masa terpenting dalam perkembangan moral, terutama ketika individu berpindah dari
sekolah dasar yang relatif homogen ke sekolah lanjutan dan lingkungan kampus yang lebih
heterogen. Dari pemikiran para ilmuan diatas dapat diartikan bahwa pendidikan moral baik
dilakukukan sedini mungkin dan mral tidak berhenti tapi akan terus berkembang sesuai usia dan
pekembangan jiwa setiap individu. Moral dapat dibentuk dan dikembangkan, keluarga adalah
tempat penerimaan moral awa yang dilanjutkan kepada lingkungan.
Fungsi dan peranan moral dalam pembelajaran menjadi sangat penting untuk diketahui.
Sebagaimana kita ketahui pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, proses pendidikan atau
pembelajaran di jalankan oleh dua unsur penting yaitu pembelajar dan pengajar yang akan
membawa pendidikan kearah positif sebagaimana yang di harapkan. Pendidikan merupakan
tempat latihan sebenarnya bagi fisik, mental, dan spirtual peserta didik agar ,menjadi manusia
yang berbudaya. Sesuai dengan yang diamanatkan kepada pemerintah dalam UUD 1945 pasal 31
ayat 3 untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dari penjabaran diatas terlihat jelas moral memiliki posisi yang sangat penting dalam
proses pembelajaran ataupun dalam pendidikan nasional khususnya di Indonesia. Moral
memiliki peranan sebagai pembentuk pribadi manusia yang berakhlak mulia seutuhnya dalam
menghadapi berbagai dimensi kehidupan.

Globalisasi yang melanda negeri menimbulkan banyak tuntutan peningkatan pendidikan


moral pada lembaga pendidikan, ini didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang.
Kenalan remaja dalam masyarakat dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya, terutama di
kota-kota besar yang sudah sampai pada tahap yang sangat meresahkan. Oleh karena itu
pendidikan moral di sekolah dianggap sebagai wadah formal yang diyakini mampu berperan
aktif dalam membentuk pribadi generasi muda melalui intensitas penididikan moral

III. KORUPSI: DEGRADASI MORAL DALAM PERSPEKTIF ETIKA

Setiap orang sejak kecil diajarkan nilai hidup dan standar moral bahwa mencuri adalah hal yang
tidak baik dan tidak benar, lalu mengapa ketika menginjak usia dewasa sebagian orang
cenderung mengabaikannya? Adakah degradasi moral karena berbagai alasan logika pada diri
pelaku korupsi? Jika memang ada, maka perlu adanya semacam perbaikan sikap mental untuk
berubah menjadi orang yang lebih baik dan benar. Oleh karena itu, untuk menilai etis-moral atau
tidaknya suatu perbuatan seperti kasus korupsi yang diangkat dalam refleksi ini diperlukan
peninjauan terhadap teori-teori etika dan moral.

5. ORIENTASI BEBAS NILAI


Berbicara mengenai filsafat, tentu bukan hal aneh jika mendengar istilah ilmu bebas nilai dan
ilmu tidak bebas nilai. Dan pada tulisan ini, akan dibahas mengenai ilmu bebas nilai.

Definisi ilmu dalam sebuah pengertian klasik dipandang sebagai pengetahuan tentang sebab-
akibat atau asal usul. Guston Buchelard menyatakan ilmu pengetahuan adalah suatu produk
pemikiran manusia yang juga menyesuaikan antara hukum pemikiran dengan dunia luar. Adapun
maksud ilmu sebagai suatu produk ialah pengetahuan yang telah diketahui serta diakui
kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan.

Sedangkan definisi nilai adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Definisi ini diambil dari pembahasan pada presentasi
mata kuliah filsafat ilmu yang membahas materi aksiologi. Kenapa bisa bersambung kepada
aksiologi? Karena dikatakan bahwa aksiologi dipahami sebagai teori nilai, serta ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakikat atau esensi nilai.

Filsafat sebagai filosofi kehidupan atau "philosophy of life" mengkaji nilai yang terdapat dalam
kehidupan dan memiliki fungsi sebagai pengontrol terhadap ilmu-ilmu yang dimilki manusia.
Teori nilai atau berkaitan dengan aksiologi berfungsi seperti agama yang menjadikan pedoman
pada kehidupan manusia.

Sekarang bagaimana paradigma ilmu bebas nilai itu? Ilmu bebas nilai biasa juga disebut "value
free" yang menyatakan ilmu dan teknologi bersifat bebas, independen, atau otonom. Terlihat
bahwa ilmu yang independen atau otonom tidak mempunyai keterkaitan dengan nilai.

Teori ilmu bebas nilai berpandangan, jika ilmu tidak bebas nilai maka perkembangan ilmu akan
terhambat karena terikat nilai nilai yang ada. Adapun segala bentuk kegiatan yang berkaitan
dengan penyelidikan ilmiah disandarkan kembali kepada hakikat ilmu.

Josep Situmorang menyatakan sekurang-kurangnya terdapat 3 faktor yang menjadikan parameter


atau indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:

Ilmu harus bebas dari pengendalian nilai. Maksudnya bahwa ilmu harus bebas dari segala
pengaruh eksternal seperti ideologi, agama, sosial maupun budaya.
Kebebasan usaha ilmiah supaya otonom ilmu terjamin, menyangkut kemungkinan yang tersedia
dan penentuan diri.

Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang biasa dituding menghambat kemajuan
ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal.

Pandangan Ilmu Bebas Nilai

(Hasil diskusi pada mata kuliah filsafat ilmu)

Diskusi pada mata kuliah filsafat ilmu yang terbagi menjadi tiga kelompok kecil, didapatkan
sebuah rumusan atau kesimpulan masing-masing mengenai ilmu bebas nilai.

KELOMPOK A

Diwakili oleh Nurhakiki

Mewakili kelompoknya menyatakan bahwa ilmu itu bernilai atau mempunyai nilai. Namun
meskipun begitu, dia menyatakan bahwa tidak bisa bebas dalam menilai ilmu itu sendiri. Setiap
ilmu terikat nilai baik ideologis, agama, dan yang lainnya.

Dari uraiannya, dapat disimpulkan bahwa menurutnya ilmu itu terikat nilai atau tidak bebas nilai.
Karena bertentangan dengan teori ilmu bebas nilai itu sendiri serta bertentangan dari faktor yang
diutarakan oleh Josep Situmorang pada poin ke dua.

KELOMPOK B

Diwakili oleh Ayi N

Menyatakan bahwa nilai itu sifat utama. Setiap ilmu memiliki nilai. Nilai itu ruh ilmu, dan ilmu
tanpa nilai tidak ada apa-apanya. Ilmu itu bebas nilai dalam proses penilaian atau
penemunannya, dan terikat dalam proses penerapannya.

KELOMPOK C

Diwakili oleh Sandi M dan Yulia I


Menyatakan ilmu itu bebas nilai, untuk mempelajari sesuatu dibutuhkan sebuah pemahaman
ilmu bebas nilai. Jika ilmu tidak bebas nilai, ilmu pengetahuan akan stagnan atau jalan ditempat
dan tidak akan bisa mengeksplorasi. Kemudian dia menyatakan bahwa pengetahuan muncul
terlebih dahulu sebelum ilmu. Serta ilmu pengetahuan harus dikembangakan seluas-luasnya.

SAMPEL

1. INFORMAN

Informan (juga disebut informer) adalah orang yang memberikan informasi tentang seseorang
atau organisasi kepada sebuah agensi. Istilah tersebut biasanya digunakan dalam dunia
penegakan hukum, dimana mereka secara resmi disebut sebagai konfidential atau informan
kriminal, dan dapat merujuk kepada penyampaian informasi tanpa konsend ari pihak lainnya
dengan bayaran dalam bentuk uang atau pribadi. Namun, istilah tersebut juga digunakan dalam
bidang politik, industri dan akademia.

2. PURPOSIVE SAMPLING

Pengertian Purposive Sampling

Purposive sampling merupakan salah satu teknik sampling non random sampling dimana peneliti
menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan
tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.

Pengertian Purposive Sampling Menurut Para Ahli

1. Notoatmodjo

Purposive sampling yakni sebuah pemilihan sampel berdasarkan ciri-ciri tertentu.

2. Sugiyono

Purposive sampling yaitu salah satu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangkan khusus
supaya data dari hasil penelitian yang dilakukan menjadi lebih representatif.

3. Arikunto
Purposive sampling merupakan suatu teknik pengambilan sampel non-random karena objek dan
subjek yang dipilih didasarkan pada pertimbangan tertentu.

Tujuan Purposive Sampling

Digunakan oleh para peneliti jika sebuah penelitian membutuhkan kriteria khusus agar sampel
yang diambil nanti sesuai dengan tujuan penelitian itu sendiri dan dapat memecahkan masalah
serta memberikan nilai yang lebih representatif, sehingga tehnik yang diambil dapat memenuhi
objektif dilakukannya suatu penelitian.

Kelebihan Purposive Sampling

Sampel terpilih adalah sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Teknik ini merupakan cara yang mudah untuk dilaksanakan.

Sampel terpilih biasanya adalah individu atau personal yang mudah ditemui atau didekati oleh
peneliti.

Kekurangan Purposive Sampling

Tidak ada jaminan bahwa jumlah sampel yang digunakan representatif dalam segi jumlah.

Dimana tidak sebaik sample random sampling.

Bukan termasuk metode random sampling.

Tidak dapat digunakan sebagai generalisasi untuk mengambil kesimpulan statistik.

Syarat Purposive Sampling

Dalam penentuan karakteristik objek atau subjek sampel, peneliti harus melakukan studi
pendahuluan yang dapat dipertanggungjawabkan akurasinya.

Sampel yang dipilih harus memiliki karateristik, sifat, dan ciri khusus, yang sesuai dengan ketiga
aspek tersebut dari populasi yang dipilih sebagai sampel.

Dari keseluruhan populasi, subjek maupun objek yang menjadi sampel harus yang paling
mendekati deskripsi tujuan penelitian.
Tahapan Pelaksanaan Purposive Sampling

Tentukan tujuan dari penelitian. Hal tersebut merupakan hal pertama yang harus dilakukan untuk
dapat memilih sampel yang sesuai.

Setelah menentukan tujuan dari penelitian, buat daftar kriteria untuk mendapatkan sampel
penelitian yang sesuai.

Pilih daftar populasi yang sesuai dengan tujuan dari penelitian dan pastikan memiliki objek atau
subjek yang memenuhi kriteria.

Buat aturan jelas daftar minimal dan maksimal dari sampel.

Lakukan penelitian terhadap sampel yang terpilih sesuai dengan kriteria yang sebelumnya dibuat.

Rumus Purposive Sampling

Rumus dalam menentukan jumlah sampel berdasarkan purposive sangat dilematis. Sebab
meskipun anda telah mengetahui jumlah populasi yang akan diteliti.

Tetapi biasanya jumlah populasi tersebut tidak cukup apabila anda mencoba untuk menerapkan
rumus simple random sampling karena adanya kriteria tertentu.

Oleh karena itu, semua keputusan kembali ke tangan si peneliti, apakah dia lebih menekankan
jumlah yang mencukupi atau ketatnya persyaratan pada sampel.

A. Wawancara Mendalam
Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2007:412) mengemukakan beberapa macam
wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.
a. Wawancaraterstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Oleh karena itu dalam wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jaabanyapun telah dipersiapkan.

b. Wawancarasemiterstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam katagori in-dept interview, dimana dalam
pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari
permasalahan jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana
pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan
wawancara, peneliti perlu mendengarkan dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

c. Wawancara takterstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang sudah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pegumpulan datanya. Pedoman yang digunakan hanya berupa garis-garis besarpermasalahan.

Beberapa teknik dalam wawancara agar berjalan dengan baik, adalah:


a. Menciptakan dan menjaga suasana yang baik.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara :

 Adakan pembicaraan pemanasan: dengan menanyakan biodata responden (nama,


alamat, hobi dll), namun waktunya jangan terlalu lama (±5 menit)
 Kemukakan tujuan diadakannya penelitian, dengan maksud agar responden
memahami pembahasan topik yang akan ditanyakan dan supaya lebih transparan kepada
responden (adanya kejujuran).
 Timbulkan suasana bebas: maksudnya responden boleh melakukan aktifitas yang
lain ketika sesi wawancara ini berlangsung sehingga memberikan rasa “nyaman” bagi
responden (tidak adanya tekanan), misalnya responden boleh merokok, minum kopi/teh,
makan dan lain-lain
 Timbulkan perasaan bahwa ia (responden) adalah orang yang penting, kerjasama dan
bantuannya sangat diperlukan: bahwa pendapat yang responden berikan akan dijaga
kerahasiannya dan tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam wawancara ini. Semua
pendapat yang responden kemukakan sangat penting untuk pelaksanaan penelitian ini.
b. Mengadakan probing
Probes adalah cara menggali keterangan yang lebih mendalam, hal ini dilakukan karena :
– Apabila jawaban tidak relevan dengan pertanyaan
– Apabila jawaban kurang jelas atau kurang lengkap
– Apabila ada dugaan jawaban kurang mendekati kebenaran

c. Tidak memberikan sugesti untuk memberikan jawaban-jawaban tertentu kepada


responden yang akhirnya nanti apa yang dikemukakan (pendapat) responden bukan merupakan
pendapat dari responden itu sendiri

d. Intonasi suara
Jika pewawancara merasa lelah atau bosan atau tidak suka dengan jawaban responden,
hendaknya intonasi suara dapat dikontrol dengan baik agar responden tetap memiliki rasa
“nyaman” dalam sesi wawancara tersebut. Hal yang dapat dilakukan misalnya; mengambil
minum, ngobrol hal yang lain, membuat candaan dll)

e. Kecepatan berbicara
Agar responden dapat mencerna apa yang ditanyakan sehingga memberikan jawaban yang
diharapkan oleh pewawancara

f. Sensitifitas pertanyaan
Pewawancara mampu melakukan empati kepada responden sehingga membuat responden tidak
malu dalam menjawab pertanyaan tersebut

g. Kontak mata
Agar responden merasa dihargai, dibutuhkan selama proses wawancara tersebut

h. Kepekaan nonverbal
Pewawancara mampu melihat gerakan dari bahasa tubuh yang ditunjukan oleh responden,
misalnya responden merasa tidak nyaman dengan sikap yang ditunjukan oleh pewawancara,
pertanyaan atau hal lainnya. Karena hal ini dapat menyebabkan informasi yang diterima tidak
lengkap

i. Waktu
Dalam pelakasanaan wawancara-mendalam ini pewawancara dapat mengontrol waktu. Hal ini
dikuatirkan responden dapat menjadi bosan, lelah sehingga informasi yang diharapkan tidak
terpenuhi dengan baik. Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan wawancara-mendalam yang
dilakukan secara tatap muka adalah 1-2 jam, tergantung isu atau topik yang dibahas.

B. Fokus Grup Diskusi


Istilah kelompok diskusi terarah atau dikenal sebagai Focus Group Discussion (FGD) saat ini
sangat populer dan banyak digunakan sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian sosial.
Pengambilan data kualitatif melalui FGD dikenal luas karena kelebihannya dalam memberikan
kemudahan dan peluang bagi peneliti untuk menjalin keterbukaan, kepercayaan, dan memahami
persepsi, sikap, serta pengalaman yang dimiliki oleh responden/pesertanya.
Focus group discussion yang lebih terkenal dengan singkatannya FGD merupakan salah satu
metode riset kualitatif yang paling terkenal selain teknik wawancara. FGD adalah diskusi
terfokus dari suatu group untuk membahas suatu masalah tertentu, dalam suasana informal dan
santai. Jumlah pesertanya bervariasi antara 8-12 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang
moderator.
FGD secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis
dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Irwanto (2006: 1-2) mendefinisikan FGD
adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu
permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.

Sebagai sebuah metode penelitian, maka FGD adalah sebuah upaya yang sistematis dalam
pengumpulan data dan informasi. Sebagaimana makna dari Focused Group Discussion, maka
terdapat 3 kata kunci, yaitu:
a. Diskusi – bukan wawancara atau obrolan
b. Kelompok – bukan individual
c. Terfokus – bukan bebas
Dengan demikian, FGD berarti suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis
mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.
Dalam pelaksanaan FGD dilakukan dengan cara berdiskusi dengan para nara sumber di suatu
tempat dan dibantu dengan seseorang yang memfasilitatorkan pembahasan mengenai suatu
masalah dalam diskusi tersebut. Orang tersebut disebut dengan moderator.

Permasalahan yang dibahas dalam FGD sangat spesifik karena untuk memenuhi tujuan yang
sudah jelas. Oleh karena itu, pertanyaan yang disusun dan diajukan kepada para peserta FGD
jelas dan spesifik.Banyak orang berpendapat bahwa FGD dilakukan untuk menyelesaikan
masalah. Artinya, diskusi yang dilakukan ditujukan untuk mencapai suatu kesepakatan tertentu
mengenai suatu permasalahan yang dihadapi oleh para peserta. Hasil FGD tidak bisa dipakai
untuk melakukan generalisasi karena FGD memang tidak bertujuan menggambarkan
(representasi) suara masyarakat. Meski demikian, arti penting FGD bukan terletak pada hasil
representasi populasi, tetapi pada kedalaman informasinya. Lewat FGD, peneliti bisa mengetahui
alasan, motivasi, argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang atau kelompok. Dengan kata
lain bahwa hasil FGD tidak bisa dijadikan patokan dalam mengambil kesimpulan dari hasil
penelitian. Hal ini harus ditambahkan dengan data pendukung lain atau melakukan suvei lanjutan
(kuantitaif)

Persiapan dan Desain Rancangan FGD


Untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh
para peserta FGD, diperlukan persiapan dan desain rancangan FGD yang baik sehingga hasilnya
sesuai dengan tujuan serta permasalahan yang telah disepakati bersama. Adapun persiapan
tersebut sebagai berikut:
1. Membentuk Tim
Tim FGD umumnya mencakup:

 Moderator, yaitu fasilitator diskusi yang terlatih dan memahami masalah yang dibahas
serta tujuan penelitian yang hendak dicapai (ketrampilan substantif), serta terampil
mengelola diskusi (ketrampilan proses).
 Asisten Moderator/co-fasilitator, yaitu orang yang intensif mengamati jalannya FGD,
dan ia membantu moderator mengenai: waktu, fokus diskusi (apakah tetap terarah atau
keluar jalur), apakah masih ada pertanyaan penelitian yang belum terjawab, apakah ada
peserta FGD yang terlalu pasif sehingga belum memperoleh kesempatan berpendapat.
 Pencatat Proses/Notulen, yaitu orang bertugas mencatat inti permasalahan yang
didiskusikan serta dinamika kelompoknya. Umumnya dibantu dengan alat pencatatan
berupa satu unit komputer atau laptop yang lebih fleksibel.
 Penghubung Peserta, yaitu orang yang mengenal (person, medan), menghubungi, dan
memastikan partisipasi peserta. Biasanya disebut mitra kerja lokal di daerah penelitian.
 Penyedia Logistik, yaitu orang-orang yang membantu kelancaran FGD berkaitan
dengan penyediaan transportasi, kebutuhan rehat, konsumsi, akomodasi (jika
diperlukan), insentif (bisa uang atau barang/cinderamata), alat dokumentasi, dll.
 Dokumentasi, yaitu orang yang mendokumentasikan kegiatan dan dokumen FGD:
memotret, merekam (audio/video), dan menjamin berjalannya alat-alat dokumentasi,
terutama perekam selama dan sesudah FGD berlangsung.
 Lain-lain jika diperlukan (tentatif), misalnya petugas antar-jemput, konsumsi, bloker
(penjaga “keamanan” FGD, dari gangguan, misalnya anak kecil, preman, telepon yang
selalu berdering, teman yang dibawa peserta, atasan yang datang mengawasi, dsb
2. Memilih dan mengatur tempat
Pada prinsipnya, FGD dapat dilakukan di mana saja, namun sebaiknya tempat FGD yang dipilih
hendaknya merupakan tempat yang netral, nyaman, aman, tidak bising, berventilasi cukup, dan
bebas dari gangguan yang diperkirakan bisa muncul (preman, pengamen, anak kecil, dsb). Selain
itu tempat FGD juga harus memiliki ruang dan tempat duduk yang memadai (bisa lantai atau
kursi). Posisi duduk peserta harus setengah atau tiga perempat lingkaran dengan posisi moderator
sebagai fokusnya. Jika FGD dilakukan di sebuah ruang yang terdapat pintu masuk yang
depannya ramai dilalui orang, maka hanya moderator yang boleh menghadap pintu tersebut,
sehingga peserta tidak akan terganggu oleh berbagai “pemandangan” yang dapat dilihat diluar
ruangan.

3. Menyiapkan Logistik
Logistik adalah berbagai keperluan teknis yang dipelukan sebelum, selama, dan sesudah FGD
terselenggara. Umumnya meliputi peralatan tulis (ATK), dokumentasi (audio/video), dan
kebutuhan-kebutuhan peserta FGD: seperti transportasi; properti rehat: alat ibadah, konsumsi
(makanan kecil dan atau makan utama); insentif; akomodasi (jika diperlukan); dan lain
sebagainya.
Insentif dalam penyelenggaraan FGD adalah suatu hal yang wajar diberikan. Selain sebagai
strategi untuk menarik minat peserta, pemberian insentif juga merupakan bentuk ungkapan
terimakasih peneliti karena peserta FGD bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk
mencurahkan pendapatnya dalam FGD. Jika perlu, sejak awal, dicantumkan dalam undangan
mengenai intensif apa yang akan mereka peroleh jika datang dan aktif dalam FGD. Mengenai
bentuk dan jumlahnya tentu disesuaikan dengan sumberdaya yang dimiliki peneliti. Umumnya
insentif dapat berupa sejumlah uang atau souvenir (cinderamata).

4. Jumlah Peserta
Dalam FGD, jumlah perserta menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan. Menurut
beberapa literatur tentang FGD (lihat misalnya Sawson, Manderson & Tallo, 1993; Irwanto,
2006; dan Morgan D.L, 1998) jumlah yang ideal adalah 7 -11 orang, namun ada juga yang
menyarankan jumlah peserta FGD lebih kecil, yaitu 4-7 orang (Koentjoro, 2005: 7) atau 6-8
orang (Krueger & Casey, 2000: 4). Terlalu sedikit tidak memberikan variasi yang menarik, dan
terlalu banyak akan mengurangi kesempatan masing-masing peserta untuk memberikan
sumbangan pikiran yang mendalam. Jumlah peserta dapat dikurangi atau ditambah tergantung
dari tujuan penelitian dan fasilitas yang ada.

5. Rekruitment Peserta: Homogen atau Heterogen


Tekait dengan homogenitas atau heterogenitas peserta FGD, Irwanto (2006: 75-76)
mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

 Pemilihan derajat homogenitas atau heterogenitas peserta harus sesuai dengan tujuan
awal diadakannya FGD.
 Pertimbangan persoalan homogenitas atau heterogenitas ini melibatkan variabel
tertentu yang diupayakan untuk heterogen atau homogen. Variabel sosio-ekonomi atau
gender boleh heterogen, tetapi peserta itu harus memahami atau mengalami masalah
yang didiskusikan. Dalam mempelajari persoalan makro seperti krisis ekonomi atau
bencana alam besar, FGD dapat dilakukan dengan peserta yang bervariasi latar
belakang sosial ekonominya, tetapi dalam persoalan spesifik, seperti perkosaan atau
diskriminasi, sebaiknya peserta lebih homogen.
 Secara mendasar harus disadari bahwa semakin homogen sebenarnya semakin tidak
perlu diadakan FGD karena dengan mewawancarai satu orang saja juga akan diperoleh
hasil yang sama atau relatif sama.
 Semakin heterogen semakin sulit untuk menganalisis hasil FGD karena variasinya
terlalu besar.
 Homogenitas-heterogenitas tergantung dari beberapa aspek. Jika jenis kelamin, status
sosial ekonomi, latar belakang agama homogen, tetapi dalam melaksanakan usaha kecil
heterogen, maka kelompok tersebut masih dapat berjalan dengan baik dan FGD masih
dianggap perlu.
 Pertimbangan utama dalam menentukan homogenitas-heterogenitas adalah ciri-ciri
mana yang harus/boleh/tidak boleh heterogen dan ciri-ciri mana yang harus/boleh/tidak
boleh homogen.
Menyusun Pertanyaan FGD
Agar pelaksanaan FGD berjalan lancar dan informasi yang di dapat sesuai dengan tujuan dari
penelitian, diperlukan penyusunan pertanyaan/Guideline FGD. Tujuannya agar diskusi dapat
berjalan terstruktur tidak keluar dari tujuan yang sudah ditentukan agar hasil dari FGD tersebut
dapat merepresentasikan alasan, motivasi, tujuan dll yang berhubungan dengan
topik/pembahasan yang di diskusikan.
Penyusunan pertanyaan-pertanyaan/Guideline pada FGD dilakukan dengan melihat beberapa hal
berikut ini:

 Tujuan penelitian FGD


 Tujuan diadakannya FGD
 Memahami jenis informasi seperti apa yang ingin didapatkan dari FGD
 Menyusun dari pertanyaan umum ke pertanyaan khusus.
 Pertanyaan dibuat ke dalam bahasa yang sederhana dan jelas dan mudah dipahami oleh
peserta FGD
 Sebelum melakukan FGD yang sebenarnya, lakukan role play terlebih dahulu untuk
mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun sesuai dengan tujuan
penelitian maupun diadakannya FGD dan apakah bahasa yang digunakan mudah
dipahami oleh peserta FGD?
Berbeda dengan wawancara, dalam FGD moderator tidaklah selalu bertanya. Bahkan semestinya
tugas moderator bukan bertanya, melainkan mengemukakan suatu permasalahan, kasus, atau
kejadian sebagai bahan pancingan diskusi. Dalam prosesnya memang ia sering bertanya, namun
itu dilakukan hanya sebagai ketrampilan mengelola diskusi agar tidak didominasi oleh sebagian
peserta atau agar diskusi tidak macet (Irwanto, 2006: 2)

Pelaksanaan FGD
Seperti yang sudah di jelaskan di awal bahwa dalam pelaksanaan FGD agar diskusi yang
dilakukan berjalan baik (terarah/fokus, tidak ramai karena semua peserta ingin berbicara
mengeluarkan pendapat, informasi dapat terjawab sesuai dengan harapan dan tujuan FGD)
dibantu dengan seseorang yang dapat memfasilitatorkan para peserta lainnya yang dinamakan
moderator.
Peran moderator dalam FGD sangat penting untuk mencegah terjadinya penyimpangan dari
tujuan FGD. Keberhasilan pelaksanaan FGD sangat ditentukan oleh kecakapan moderator dalam
menjalin komunikasi dengan para peserta. Adapun tugas-tugas moderator adalah :
a. Menjelaskan maksud dan tujuan FGD
Moderator menjelaskan secara detail maksud dan tujuan FGD hanya untuk kepentingan
penelitian dan data responden akan dijaga kerahasiannya (tidak akan dipublikasikan keluar)
b. Menjelaskan topik/isu pokok diskusi
Bahwa topik/isu yang akan dibahas sama seperti kehidupan sehari-hari para peserta. Tidak ada
maksud untuk menjelek-jelekan orang/organisasi/benda dll. Hanya ingin mengetahui pendapat
para peserta
c. Menjelaskan tata cara pelaksanaan dalam FGD
Bahwa semua peserta berhak mengeluarkan pendapatnya dan jangan takut atau malu jika peserta
yang lain akan tersinggung karena ini murni hanya ingin mengetahui pendapat masing-masing
peserta. Dan menekankan bahwa semua pendapat dan saran mempunyai nilai yang sama dan
sama pentingnya dan tidak ada jawaban yang benar atau salah.
d. Menciptakan suasana kondusif
Menjamin terbentuknya suasana yang akrab, saling percaya dan yakin diantara peserta. Peserta
harus saling diperkenalkan.
e. Mengelola dinamika kelompok
Memperhatikan keterlibatan peserta, tidak boleh berpihak atau membiarkan beberapa orang
tertentu memonopoli diskusi dan memastikan bahwa setiap orang mendapat kesempatan yang
cukup untuk berbicara. Serta peserta merasa nyaman untuk berbagi dan menyampaikan
pendapat/pemikirannya
f. Mengamati peserta dan tanggap terhadap reaksi mereka
g. Perhatikan nada suara
Moderator harus mampu mengendalikan intonasi suara kepada para peserta diskusi, agar diskusi
tetap berjalan dengan baik.
h. Menghindari pemberian pendapat pribadi
Hal ini dimaksudkan agar peserta tidak mengikuti pendapat dari moderator, sehingga hasilnya
benar-benar murni pendapat dari peran para peserta diskusi
i. Menghindari komentar yang menyatakan setuju/tidak setuju
FGD merupakan suvey kualitatif sehingga hasil diharapkan berupa pernyataan-
pernyataan/pendapat/pemikiran dari para peserta bukan penghitungan/angka seperti survey
kuantitatif.
j. Perhatikan gestur tubuh
Memperhatikan komunikasi atau tanggapan yang berupa bahasa tubuh.
k. Mampu mengendalikan waktu yang telah ditentukan
Mendengarkan diskusi sebaik-baiknya sambil memperhatikan waktu dan mengarahkan
pembicaraan agar dapat berpindah dengan lancar dan tepat pada waktunya sehingga semua
masalah dapat dibahas sepenuhnya. Lama pertemuan tidak lebih dari 90 menit, untuk
menghindari kelelahan.

C. Observasi-Partisipasi
Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2006) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi
berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar
(overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructed
observation). Selanjutnya Spradley, dalam Susan Stainback (1988) membagi observasi
berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active
participation, dan complete participation.
a) Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Susan Stainback dalam Sugiyono (2006) menyatakan “In participant observation, the researcher
observes what people do, listent to what they say, and participates in their activities” Dalam
obeservasi paarticipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang
mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
Observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat,
observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap.

Partisipasi pasif : peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat
dalam kegiatan tersebut.

Partisipasi moderat : terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang
luar.

Partisipasi aktif : peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum
sepenuhnya lengkap.

Partisipasi lengkap : peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber
data.

b) Observasi terus terang atau tersamar


Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data,
bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang
atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari
merupakan data yang masih dirahasiakan.
c) Observasi tak terstruktur
Observasi tidak terstuktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa
yang akan diobservasi. Peneliti akan melakukan penelitian pada suku terasing yang belum
dikenalnya, maka peneliti akan melakukan observasi tidak terstruktur.
2) Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution yang dikutip Sugiyono (2006), dinyatakan bahwa manfaat
observasi adalah sebagai berikut.
a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam
keseluruhan situasi sosial. Jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
b) Dengan observasi maka akan diperoleh pangalaman langsung sehingga memungkinkan
peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengarugi oleh konsep atau pandangan
sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
c) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang
lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa’ dan
karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
d) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan diungkapkan
oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat
merugikan nama lembaga.
e) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden,
sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
f) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi
juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana/ situasi sosial yang teliti.

3) Obyek Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut spradley dinamakan
situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), activities
(aktivitas).
Place, atau tempat di mana interkasi dalam situasi sosial sedang berlangsung
Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu
Avtiviti, atau kegiatan yan dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.
4) Tahapan Observasi
Menurut Spradley dalam Sugiyono (2006) tahapan observasi ada tiga yaitu 1) observasi
deskriptif 2) observasi terfokus 3) observasi terseleksi
a) Observasi deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek
penelitian. Penelitian menghasilkan kesimpulan pertama. Peneliti melakukan analisis domain,
sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.

b) Observasi terfokus
Peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus, peneliti selanjutnya
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan.

c) Observasi terseleksi
Peneliti telah menemukan karakteristik kontras-kontras atau perbedaan dan kesamaan
antarkategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain.

b. Pengumpulan data dengan wawancara/interview


Esterberg dalam Sugiyono (2006) mendefinisikan interview sebagai berikut. ‘ a meeting of two
persons to exchange information and idea through question and responses. Resulting in
communication and joint construction of meaning abaut a particular topic”. Wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Susan stainback dalam Sugiyono (2006) mengemukakan bahwa : interviewing provide the
researcher a means to gain a deeper undersuntding of how the participant interpret a situation of
phenomenon than can be gained through observationalon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi
dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Selanjutnya Esterberg dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “interviewing is at the heart of
social researct. If you look through almost any sociological journal. You will find that much
social research is based on interview, either standardized or more in-depth”. Interview
merupakan hatinya penelitian sosial. Bila Anda lihat dalam ilmu sosial, maka akan Anda temui
semua karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih
waktu yang tepat kapan dan di mana harus melakukan wawancara.
Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Oleh karena itu peneliti jangan
memberi pertanyaan yang bias.
1) macam-macam interview/wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2006) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:
a) wawancara terstruktur
b) wawancara semiterstruktur
c) wawancara takberstruktur

2) langkah-langkah wawancara
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2006), mengemukakan ada tujuh
langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif,
yaitu:
a) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c) Mengawali atau membuka alur wawancara
d) Melangsungkan alur wawancara
e) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
f) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

3) Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara


Patton dan Molleong dalam Sugiyono (2006) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling
berkaitan, yaitu:
a) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
b) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
c) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
d) Pertanyaan tentang pengetahuan
e) Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
f) Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi

Selanjutnya Guba dan Lincoln dalam Molleong dalam Sugiyono (2006) mengkalsifikasikan
jenis-jenis pertanyaan untuk wawancara sebagai berikut:
a) Pertanyaan hipotesis
b) Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan informan diminta untuk memberikan
respon
c) Pertanyaan yang menantang informan untuk memberikan hipotesis alternatif
d) Pertanyaan interpretatif
e) Pertanyaan yang memberikan saran
f) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan
g) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu argumentasi
h) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan
i) Pertanyaan untuk mengungkap sumber
j) Pertanyaan yang mengungkapkan kepercayaan terhadap sesuatu
k) Pertanyaan yang mengarahkan

Spradley dalam Sugiyono (2006) menggolongkan jenis-jenis pertanyaan menjadi tiga, yaitu:
pertanyaan deskriptif, pertanyaan struktural, dan pertanyaan kontras.

4) Alat-alat wawancara
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, diperlukan alat-alat sebagai berikut:
a) buku catatan
b) tape recorder
c) camera

5) Mencatat hasil wawancara


Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa atau
bahkan hilang
Penggunaan Fgd Dan Wm

Istilah kelompok diskusi terarah atau dikenal sebagai Focus Group Discussion (FGD)
saat ini sangat populer dan banyak digunakan sebagai metode pengumpulan data dalam
penelitian sosial. Pengambilan data kualitatif melalui FGD dikenal luas karena kelebihannya
dalam memberikan kemudahan dan peluang bagi peneliti untuk menjalin keterbukaan,
kepercayaan, dan memahami persepsi, sikap, serta pengalaman yang dimiliki informan. FGD
memungkinkan peneliti dan informan berdiskusi intensif dan tidak kaku dalam membahas isu-isu
yang sangat spesifik. FGD juga memungkinkan peneliti mengumpulkan informasi secara cepat
dan konstruktif dari peserta yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Di samping itu,
dinamika kelompok yang terjadi selama berlangsungnya proses diskusi seringkali memberikan
informasi yang penting, menarik, bahkan kadang tidak terduga.

Hasil FGD tidak bisa dipakai untuk melakukan generalisasi karena FGD memang tidak
bertujuan menggambarkan (representasi) suara masyarakat. Meski demikian, arti penting FGD
bukan terletak pada hasil representasi populasi, tetapi pada kedalaman informasinya. Lewat
FGD, peneliti bisa mengetahui alasan, motivasi, argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang
atau kelompok. FGD merupakan salah satu metode penelitian kualitatif yang secara teori mudah
dijalankan, tetapi praktiknya membutuhkan ketrampilan teknis yang tinggi.

Tulisan ini merupakan panduan sederhana dalam menyelenggarakan FGD dengan


menggabungkan pendekatan teoritis dan praktis. Pertama-tama akan diuraikan basis teoritis
FGD, mulai dari penjelasan soal konsep FGD, teknik penentuan jumlah kelompok, tata ruang,
membuat panduan diskusi, pelaksanaan, hingga analisis data dan penulisan laporan.

a. Pengertian FGD

FGD secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara
sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Irwanto (2006: 1-2)
mendefinisikan FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis
mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.
Sesuai namanya, pengertian Focus Group Discussion mengandung tiga kata kunci: a.
Diskusi (bukan wawancara atau obrolan); b. Kelompok (bukan individual); c. Terfokus/Terarah
(bukan bebas). Artinya, walaupun hakikatnya adalah sebuah diskusi, FGD tidak sama dengan
wawancara, rapat, atau obrolan beberapa orang di kafe-kafe. FGD bukan pula sekadar kumpul-
kumpul beberapa orang untuk membicarakan suatu hal. Banyak orang berpendapat bahwa FGD
dilakukan untuk mencari solusi atau menyelesaikan masalah. Artinya, diskusi yang dilakukan
ditujukan untuk mencapai kesepakatan tertentu mengenai suatu permasalahan yang dihadapi oleh
para peserta, padahal aktivitas tersebut bukanlah FGD, melainkan rapat biasa. FGD berbeda
dengan arena yang semata-mata digelar untuk mencari konsensus.

Sebagai alat penelitian, FGD dapat digunakan sebagai metode primer maupun sekunder.
FGD berfungsi sebagai metode primer jika digunakan sebagai satu-satunya metode penelitian
atau metode utama (selain metode lainnya) pengumpulan data dalam suatu penelitian. FGD
sebagai metode penelitian sekunder umumnya digunakan untuk melengkapi riset yang bersifat
kuantitatif dan atau sebagai salah satu teknik triangulasi. Dalam kaitan ini, baik berkedudukan
sebagai metode primer atau sekunder, data yang diperoleh dari FGD adalah data kualitatif.

Di luar fungsinya sebagai metode penelitian ilmiah, Krueger & Casey (2000: 12-18)
menyebutkan, FGD pada dasarnya juga dapat digunakan dalam berbagai ranah dan tujuan,
misalnya (1) pengambilan keputusan, (2) needs assesment, (3) pengembangan produk atau
program, (4) mengetahui kepuasan pelanggan, dan sebagainya.

b. Kapan FGD Harus Digunakan?

FGD harus dipertimbangkan untuk digunakan sebagai metode penelitian sosial jika:
Peneliti ingin memperoleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap, dan
pengalaman yang dimiliki informan. Peneliti ingin memahami lebih lanjut keragaman perspektif
di antara kelompok atau kategori masyarakat. Peneliti membutuhkan informasi tambahan berupa
data kualitatif dari riset kuantitatif yang melibatkan persoalan masyarakat yang kompleks dan
berimplikasi luas. Peneliti ingin memperoleh kepuasan dan nilai akurasi yang tinggi karena
mendengar pendapat langsung dari subjek risetnya.
c. Kapan FGD Tidak Diperlukan?

FGD harus dipertimbangkan untuk tidak digunakan sebagai metode penelitian sosial jika:

1. Peneliti ingin memperoleh konsensus dari masyarakat/peserta


2. Peneliti ingin mengajarkan sesuatu kepada peserta
3. Peneliti akan mengajukan pertanyaan “sensitif” yang tidak akan bisa di-share dalam
sebuah forum bersama kecuali jika pertanyaan tersebut diajukan secara personal
antara peneliti dan informan.
4. Peneliti tidak dapat meyakinkan atau menjamin kerahasiaan diri informan yang
berkategori “sensitif”.
5. Metode lain dapat menghasilkan kualitas informasi yang lebih baik
6. Metode lain yang lebih ekonomis dapat menghasilkan informasi yang sama.

Meskipun terlihat sederhana, menyelenggarakan suatu FGD yang hanya berlangsung 1 -3


jam, memerlukan persiapan, kemampuan, dan keahlian khusus. Ada prosedur dan standar
tertentu yang harus diikuti agar hasilnya benar dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

d. Mengapa FGD?

Irwanto (2006: 3- 6) mengemukakan tiga alasan perlunya melakukan FGD, yaitu alasan
filosofis, metodologis, dan praktis.

Alasan Filosofis

Pengetahuan yang diperoleh dalam menggunakan sumber informasi dari berbagai latar
belakang pengalaman tertentu dalam sebuah proses diskusi, memberikan perspektif yang berbeda
dibanding pengetahuan yang diperoleh dari komunikasi searah antara peneliti dengan responden.
Penelitian tidak selalu terpisah dengan aksi. Diskusi sebagai proses pertemuan antarpribadi sudah
merupakan bentuk aksi .

Alasan Metodologis
Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode
survei atau wawancara individu karena pendapat kelompok dinilai sangat penting. Untuk
memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu relatif singkat.

FGD dinilai paling tepat dalam menggali permasalahan yang bersifat spesifik, khas, dan lokal.
FGD yang melibatkan masyarakat setempat dipandang sebagai pendekatan yang paling sesuai.

Alasan Praktis

Penelitian yang bersifat aksi membutuhkan perasaan memiliki dari objek yang diteliti-
sehingga pada saat peneliti memberikan rekomendasi dan aksi, dengan mudah objek penelitian
bersedia menerima rekomendasi tersebut. Partisipasi dalam FGD memberikan kesempatan bagi
tumbuhnya kedekatan dan perasaan memiliki.

Menurut Koentjoro (2005: 7), kegunaan FGD di samping sebagai alat pengumpul data
adalah sebagai alat untuk meyakinkan pengumpul data (peneliti) sekaligus alat re-check terhadap
berbagai keterangan/informasi yang didapat melalui berbagai metode penelitian yang digunakan
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya, baik keterangan yang sejenis maupun yang
bertentangan.

Dari berbagai keterangan di atas, dapat disimpulkan dalam kaitannya dengan penelitian,
FGD berguna untuk:

a) Memperoleh informasi yang banyak secara cepat;

b) Mengidentifikasi dan menggali informasi mengenai kepercayaan, sikap dan perilaku


kelompok tertentu;

c) Menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih mendalam; dan

d) Cross-check data dari sumber lain atau dengan metode lain.

e. Persiapan dan Desain Rancangan FGD

Sebagai sebuah metode penelitian, pelaksanaan FGD memerlukan perencanaan matang dan
tidak asal-asalan. Untuk diperlukan beberapa persiapan sebagai berikut: 1) Membentuk Tim; 2)
Memilih Tempat dan Mengatur Tempat; 3) Menyiapkan Logistik; 4 Menentukan Jumlah Peserta;
dan 5) Rekruitmen Peserta.

1) Membentuk Tim

Tim FGD umumnya mencakup:

 Moderator, yaitu fasilitator diskusi yang terlatih dan memahami masalah yang dibahas
serta tujuan penelitian yang hendak dicapai (ketrampilan substantif), serta terampil
mengelola diskusi (ketrampilan proses).
 Asisten Moderator/co-fasilitator, yaitu orang yang intensif mengamati jalannya FGD, dan
ia membantu moderator mengenai: waktu, fokus diskusi (apakah tetap terarah atau keluar
jalur), apakah masih ada pertanyaan penelitian yang belum terjawab, apakah ada peserta
FGD yang terlalu pasif sehingga belum memperoleh kesempatan berpendapat.
 Pencatat Proses/Notulen, yaitu orang bertugas mencatat inti permasalahan yang
didiskusikan serta dinamika kelompoknya. Umumnya dibantu dengan alat pencatatan
berupa satu unit komputer atau laptop yang lebih fleksibel.
 Penghubung Peserta, yaitu orang yang mengenal (person, medan), menghubungi, dan
memastikan partisipasi peserta. Biasanya disebut mitra kerja lokal di daerah penelitian.
 Penyedia Logistik, yaitu orang-orang yang membantu kelancaran FGD berkaitan dengan
penyediaan transportasi, kebutuhan rehat, konsumsi, akomodasi (jika diperlukan), insentif
(bisa uang atau barang/cinderamata), alat dokumentasi, dll.
 Dokumentasi, yaitu orang yang mendokumentasikan kegiatan dan dokumen FGD:
memotret, merekam (audio/video), dan menjamin berjalannya alat-alat dokumentasi,
terutama perekam selama dan sesudah FGD berlangsung.
 Lain-lain jika diperlukan (tentatif), misalnya petugas antar-jemput, konsumsi, bloker
(penjaga “keamanan” FGD, dari gangguan, misalnya anak kecil, preman, telepon yang
selalu berdering, teman yang dibawa peserta, atasan yang datang mengawasi, dsb)

2) Memilih dan Mengatur Tempat

Pada prinsipnya, FGD dapat dilakukan di mana saja, namun seyogianya tempat FGD
yang dipilih hendaknya merupakan tempat yang netral, nyaman, aman, tidak bising, berventilasi
cukup, dan bebas dari gangguan yang diperkirakan bisa muncul (preman, pengamen, anak kecil,
dsb). Selain itu tempat FGD juga harus memiliki ruang dan tempat duduk yang memadai (bisa
lantai atau kursi). Posisi duduk peserta harus setengah atau tiga perempat lingkaran dengan posisi
moderator sebagai fokusnya. Jika FGD dilakukan di sebuah ruang yang terdapat pintu masuk
yang depannya ramai dilalui orang, maka hanya moderator yang boleh menghadap pintu
tersebut, sehingga peserta tidak akan terganggu oleh berbagai “pemandangan” yang dapat dilihat
diluar rumah.

3) Menyiapkan Logistik

Logistik adalah berbagai keperluan teknis yang dipelukan sebelum, selama, dan sesudah
FGD terselenggara. Umumnya meliputi peralatan tulis (ATK), dokumentasi (audio/video), dan
kebutuhan-kebutuhan peserta FGD: seperti transportasi; properti rehat: alat ibadah, konsumsi
(makanan kecil dan atau makan utama); insentif; akomodasi (jika diperlukan); dan lain
sebagainya.

Insentif dalam penyelenggaraan FGD adalah suatu hal yang wajar diberikan. Selain
sebagai strategi untuk menarik minat peserta, pemberian insentif juga merupakan bentuk
ungkapan terimakasih peneliti karena peserta FGD bersedia meluangkan waktu dan pikiran
untuk mencurahkan pendapatnya dalam FGD. Jika perlu, sejak awal, dicantumkan dalam
undangan mengenai intensif apa yang akan mereka peroleh jika datang dan aktif dalam FGD.
Mengenai bentuk dan jumlahnya tentu disesuaikan dengan sumberdaya yang dimiliki peneliti.
Umumnya insentif dapat berupa sejumlah uang atau souvenir (cinderamata).

4). Jumlah Peserta

Dalam FGD, jumlah perserta menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan.
Menurut beberapa literatur tentang FGD (lihat misalnya Sawson, Manderson & Tallo, 1993;
Irwanto, 2006; dan Morgan D.L, 1998) jumlah yang ideal adalah 7 -11 orang, namun ada juga
yang menyarankan jumlah peserta FGD lebih kecil, yaitu 4-7 orang (Koentjoro, 2005: 7) atau 6-8
orang (Krueger & Casey, 2000: 4). Terlalu sedikit tidak memberikan variasi yang menarik, dan
terlalu banyak akan mengurangi kesempatan masing-masing peserta untuk memberikan
sumbangan pikiran yang mendalam. Jumlah peserta dapat dikurangi atau ditambah tergantung
dari tujuan penelitian dan fasilitas yang ada.
5). Rekruitmen Peserta: Homogen atau Heterogen?

Tekait dengan homogenitas atau heterogenitas peserta FGD, Irwanto (2006: 75-76)
mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

 Pemilihan derajat homogenitas atau heterogenitas peserta harus sesuai dengan


tujuan awal diadakannya FGD. Pertimbangan persoalan homogenitas atau
heterogenitas ini melibatkan variabel tertentu yang diupayakan untuk heterogen
atau homogen. Variabel sosio-ekonomi atau gender boleh heterogen, tetapi
peserta itu harus memahami atau mengalami masalah yang didiskusikan. Dalam
mempelajari persoalan makro seperti krisis ekonomi atau bencana alam besar,
FGD dapat dilakukan dengan peserta yang bervariasi latar belakang sosial
ekonominya, tetapi dalam persoalan spesifik, seperti perkosaan atau diskriminasi,
sebaiknya peserta lebih homogen.
 Secara mendasar harus disadari bahwa semakin homogen sebenarnya semakin
tidak perlu diadakan FGD karena dengan mewawancarai satu orang saja juga
akan diperoleh hasil yang sama atau relatif sama.
 Semakin heterogen semakin sulit untuk menganalisis hasil FGD karena variasinya
terlalu besar.
 Homogenitas-heterogenitas tergantung dari beberapa aspek. Jika jenis kelamin,
status sosial ekonomi, latar belakang agama homogen, tetapi dalam melaksanakan
usaha kecil heterogen, maka kelompok tersebut masih dapat berjalan dengan baik
dan FGD masih dianggap perlu.
 Pertimbangan utama dalam menentukan homogenitas-heterogenitas adalah ciri-
ciri mana yang harus/boleh/tidak boleh heterogen dan ciri-ciri mana yang
harus/boleh/tidak boleh homogen.
f. Menyusun Pertanyaan FGD

Kunci dalam membuat panduan diskusi yang terarah adalah membuat pertanyaan-
pertanyaan kunci sebagai panduan diskusi. Untuk mengembangkan pertanyaan FGD, lakukan
hal-hal berikut:

– Baca lagi tujuan penelitian


– Baca lagi tujuan FGD

– Pahami jenis informasi seperti apa yang ingin Anda dapatkan dari FGD

– Bagaimana Anda akan menggunakan informasi tersebut

–Tulis pertanyaan umum ke khusus. Sebaiknya jangan lebih dari 5 (lima) pertanyaan inti.

–Rumuskan pertanyaan dalam bahasa yang sederhana dan jelas. Hindari konsep besar yang
kabur maknanya.

–Uji pertanyaan-pertanyaan tersebut pada teman-teman dalam tim Anda.

Berbeda dengan wawancara, dalam FGD moderator tidaklah selalu bertanya. Bahkan
semestinya tugas moderator bukan bertanya, melainkan mengemukakan suatu permasalahan,
kasus, atau kejadian sebagai bahan pancingan diskusi. Dalam prosesnya memang ia sering
bertanya, namun itu dilakukan hanya sebagai ketrampilan mengelola diskusi agar tidak
didominasi oleh sebagian peserta atau agar diskusi tidak macet (Irwanto, 2006: 2)

g. Pelaksanaan FGD

Keberhasilan pelaksanaan FGD sangat ditentukan oleh kecakapan moderator sebagai


“Sang Sutradara”. Peran Moderator dalam FGD dapat dilihat dari aktivitas utamanya, baik yang
bersifat pokok (secara prosedural pasti dilakukan) maupun yang tentatif (hanya diperlukan jika
memang situasi menghendaki demikian). Peran-peran tersebut adalah (a) membuka FGD, (b)
meminta klarifikasi, (c) melakukan refleksi, (d) memotivasi, (e) probing (penggalian lebih
dalam), (f) melakukan blocking dan distribusi (mencegah ada peserta yang dominan dan
memberi kesempatan yang lain untuk bersuara), (g) reframing, (h) refokus, (i) melerai
perdebatan, (j) memanfaatkan jeda (pause), (k) menegosiasi waktu, dan (l) menutup FGD.

Dalam pelaksanaan FGD, kunci utama agar proses diskusi berjalan baik adalah permulaan.
Untuk membuat suasana akrab, cair, namun tetap terarah, tugas awal moderator terkait dengan
permulaan diskusi yaitu (1) mengucapkan selamat datang, (2) memaparkan singkat topik yang
akan dibahas (overview), (3) membacakan aturan umum diskusi untuk disepakati bersama (atau
hal-hal lain yang akan membuat diskusi berjalan mulus), dan (4) mengajukan pertanyaan
pertama sebagai panduan awal diskusi. Untuk itu usahakan, baik pertanyaan maupun respon dari
jawaban pertama tidak terlalu bertele-tele karena akan menjadi acuan bagi efisisensi proses
diskusi tersebut.

h. Analisis Data dan Penyusunan Laporan FGD

Analisis data dan Penulisan Laporan FGD adalah tahap akhir dari kerja keras peneliti.
Langkah-langkahnya dapat ditempuh sebagai berikut:

1. Mendengarkan atau melihat kembali rekaman FGD

2. Tulis kembali hasil rekaman secara utuh (membuat transkrip/verbatim)

3. Baca kembali hasil transkrip

4. Cari mana masalah-masalah (topik-topik) yang menonjol dan berulang-ulang muncul dalam
transkrip, lalu kelompokan menurut masalah atau topik. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan oleh
dua orang yang berbeda untuk mengurangi “bias” dan “subjektifitas”. Pengkategorian bisa juga
dilakukan dengan mengikuti Topik-topik dan subtopik dalam Panduan diskusi. Jangan lupa
merujuk catatan yang dibuat selama proses FGD berlangsung.

5. Karena berhubungan dengan kelompok, data-data yang muncul dalam FGD biasanya
mencakup:

a. Konsensus

b. Perbedaan Pendapat

c. Pengalaman yang Berbeda

d. Ide-ide inovatif yang muncul, dan sebagainya.

6. Buat koding dari hasil transkripsi menurut pengelompokan masalah/topik, misalnya tentang
Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja dibuat kode:

Kode 1 untuk perilaku seks remaja Bisa dipecah lagi menjadi:

Kode 1a : aturan/nilai-nilai menyangkut perilaku seks remaja


Kode 1b : pengalaman seksual

Kode 2 untuk masalah kesehatan reproduksi remaja, Bisa dipecah lagi:

Kode 2a : masalah tiadanya informasi kesehatan reproduksi

Kode 2b : masalah tidak adanya pelayanan untuk remaja, dst

Kode 3 untuk kebutuhan remaja

Menurut Irwanto (2006: 82-86), dalam melakukan analisis FGD, perlu diperhatikan hal-
hal berikut:

 Periksa dahulu, apakah tujuan FGD tercapai—antara lain terlihat dari jumlah pertanyaan
yang ditanyakan (dieksekusi) apakah sesuai dengan rencana awal?
 Adakah perubahan dalam tujuan FGD yang terjadi karena input dari peserta?
 Identifikasi masalah utama yang dikemukakan oleh peserta. Untuk itu perhatikan tema
sentral dalam TOR FGD.
 Adakah variasi peserta dalam persoalan utama ini? Bagaimana variasinya? Mengapa?
(Perbedaan-perbedaan yang muncul tersebut ada yang sangat ekstrim sampai yang hanya
berbeda sedikit saja. Jika perbedaan ini timbul, keduanya harus disajikan dalam laporan.
 Selain persoalan utama itu, adakah persoalan lain (tema-tema lain) yang muncul dalam
diskusi? Apa saja? Mana yang relevan dengan tujuan FGD?
 Buatlah suatu kerangka prioritas dari persoalan-persoalan yang muncul. Dengan melihat
sumber daya peneliti dan stakeholders, pilihlah masalah-masalah apakah dapat
diselesaikan dapat diselsaikan dalam jangka waktu pendek atau panjang. Selain itu coba
dipilih persoalan yang tidak kunung selesai, misalnya yang menyangkut perubahan apda
tingkat makro (terutama struktur ekonomi dan politik).
 Lakukan koding sesuai dengan faktor-faktor yang dikehendaki.
 Setelah pekerjaan di atas selesai, baru hasilnya dituliskan atau dilaporkan dengan cara
berikut:
 Tuliskan topik-topik/masalah-masalah yang ditemukan dari hasil FGD. Setelah itu
tuliskan juga “kutipan-kutipan langsung” (apa kata orang yang berdiskusi) mengenai
masalah tersebut
 Bahas topik-topik atau masalah-masalah yang diungkapkan bersama tim peneliti.
Lakukan topik demi topik, sampai semua topik/masalah penting selesai dilaporkan dan
dibahas.
 Tidak boleh dilupakan, keseluruhan laporan FGD harus memuat poin-poin berikut ini: (a)
identitas subjek (untuk kasus tertentu diperlukan deskripsi subjek, bisa ditulis dalam
lampiran); (b) tujuan FGD; (c) bentuk FGD; (d) waktu FGD; (e) tempat berlangsungnya
FGD; (f) alat bantu dalam FGD; (g) berapa kali dilakukan FGD; (h) tema-tema atau
temuan penting dalam FGD, (i) kendala-kendala selama proses FGD; (j) pemahaman-
pemaknaan FGD; dan (k) pembahasan hasil FGD.

2. Validasi Data

Salah satu pertanyaan penting dan sering muncul dari para peneliti dan mahasiswa yang
sedang melakukan penelitian adalah masalah triangulasi. Banyak yang masih belum memahami
makna dan tujuan tiangulasi dalam penelitian, khususnya penelitian kualitatif. Karena
kurangnya pemahaman itu, sering kali muncul persoalan tidak saja antara mahasiswa dan dosen
dalam proses pembimbingan, tetapi juga antar dosen pada saat menguji skripsi, tesis, dan
disertasi. Hal ini tidak akan terjadi jika masing-masing memiliki pemahaman yang cukup
mengenai triangulasi. Umumnya pertanyaan berkisar apakah triangulasi perlu dalam penelitian
dan jika perlu, bagaimana melakukannya. Berikut uraian ringkasnya yang disari dari berbagai
sumber dan pengalaman penulis selama ini.

Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti


pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang
diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari
berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda
akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi ialah
usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut
pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat
pengumpulan dan analisis data.
Sebagaimana diketahui dalam penelitian kualitatif peneliti itu sendiri merupakan
instrumen utamanya. Karena itu, kualitas penelitian kualitatif sangat tergantung pada kualitas diri
penelitinya, termasuk pengalamannya melakukan penelitian merupakan sesuatu yang sangat
berharga. Semakin banyak pengalaman seseorang dalam melakukan penelitian, semakin peka
memahami gejala atau fenomena yang diteliti. Namun demikian, sebagai manusia, seorang
peneliti sulit terhindar dari bias atau subjektivitas. Karena itu, tugas peneliti mengurangi
semaksimal mungkin bias yang terjadi agar diperoleh kebenaran utuh. Pada titik ini para
penganut kaum positivis meragukan tingkat ke’ilmiah’an penelitan kualitatif. Malah ada yang
secara ekstrim menganggap penelitian kualitatif tidak ilmiah.

Sejarahnya, triangulasi merupakan teknik yang dipakai untuk melakukan survei dari
tanah daratan dan laut untuk menentukan satu titik tertentu dengan menggunakan beberapa cara
yang berbeda. Ternyata teknik semacam ini terbukti mampu mengurangi bias dan kekurangan
yang diakibatkan oleh pengukuran dengan satu metode atau cara saja. Pada masa 1950’an hingga
1960’an, metode tringulasi tersebut mulai dipakai dalam penelitian kualitatif sebagai cara untuk
meningkatkan pengukuran validitas dan memperkuat kredibilitas temuan penelitian dengan cara
membandingkannya dengan berbagai pendekatan yang berbeda.

Karena menggunakan terminologi dan cara yang mirip dengan model paradigma
positivistik (kuantitatif), seperti pengukuran dan validitas, triangulasi mengundang perdebatan
cukup panjang di antara para ahli penelitian kualitatif sendiri. Alasannya, selain mirip dengan
cara dan metode penelitian kuantitatif, metode yang berbeda-beda memang dapat dipakai untuk
mengukur aspek-aspek yang berbeda, tetapi toh juga akan menghasilkan data yang berbeda-beda
pula. Kendati terjadi perdebatan sengit, tetapi seiring dengan perjalanan waktu, metode
triangulasi semakin lazim dipakai dalam penelitian kualitatif karena terbukti mampu mengurangi
bias dan meningkatkan kredibilitas penelitian.

Dalam berbagai karyanya, Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai


gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling
terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini, konsep Denkin ini
dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai bidang. Menurutnya, triangulasi meliputi empat
hal, yaitu: (1) triangulasi metode, (2) triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan
kelompok), (3) triangulasi sumber data, dan (4) triangulasi teori. Berikut penjelasannya.

1. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data


dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti
menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran
informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa
menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti
menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya.
Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek
kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan
diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika
data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan
kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau
naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun
demikian, triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.

2. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu


orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah
pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Tetapi perlu
diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki
pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan
peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi

3. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui


berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan
observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation),
dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan
gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang
berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula
mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan
pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
4. Terakhir adalah triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah
rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan
dengan perspektif teori yang televan untuk menghindari bias individual peneliti atas
temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan
kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara
mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini paling sulit sebab
peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika membandingkan temuannya dengan
perspektif tertentu, lebih-lebih jika perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh
berbeda.

5. Triangulasi TeknikTriangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan


dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi,
atau kuesioner. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilakan
data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber
data yang bersangkutan atau yang lain, untuk mestikan data mana yang dianggap benar.
Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

Triangulasi menjadi sangat penting dalam penelitian kualitatif, kendati pasti menambah
waktu dan beaya seta tenaga. Tetapi harus diakui bahwa triangulasi dapat meningkatkan
kedalaman pemahaman peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana
fenomena itu muncul. Bagaimana pun, pemahaman yang mendalam (deep understanding) atas
fenomena yang diteliti merupakan nilai yang harus diperjuangkan oleh setiap peneliti kualitatif.
Sebab, penelitian kualitatif lahir untuk menangkap arti (meaning) atau memahami gejala,
peristiwa, fakta, kejadian, realitas atau masalah tertentu mengenai peristiwa sosial dan
kemanusiaan dengan kompleksitasnya secara mendalam, dan bukan untuk menjelaskan (to
explain) hubungan antar-variabel atau membuktikan hubungan sebab akibat atau korelasi dari
suatu masalah tertentu. Kedalaman pemahaman akan diperoleh hanya jika data cukup kaya, dan
berbagai perspektif digunakan untuk memotret sesuatu fokus masalah secara komprehensif.
Karena itu, memahami dan menjelaskan jelas merupakan dua wilayah yang jauh berbeda.
3. Reliabilitas Data

Reliabilitas adalah keakuratan dan ketepatan dari suatu alat ukur dalam suatu prosedur
pengukuran. Berdasarkan bahasa, reliabilitas berasal dari kata reliability yang terdiri dari kata
rely dan ability, artinya sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil
pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang
diukur dalam diri subyek memang belum berubah.

Berikut ini beberapa pengertian dan definisi reliabilitas dari beberapa sumber buku:

 Menurut Sudjana (2005:16), reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat
tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut
digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.

 Menurut Mehrens & Lehmann (1973:102), reliabilitas merupakan derajat keajegan


(consistency) di antara dua buah hasil pengukuran pada objek yang sama.

 Menurut Rbel (1986:71), reliabilitas adalah syarat-syarat yang digunakan untuk


menggambarkan salah satu sifat yang paling signifikan dari satu nilai uji dengan cara
yang konsisten.

 Menurut Suryabrata (2000), reliabilitas alat ukur menunjuk kepada sejauh mana
perbedaan-perbedaan skor perolehan mencerminkan perbedaan atribut yang sebenarnya.

Koefisien reliabilitas mengindikasikan adanya stabilitas skor yang didapatkan oleh individu,
yang merefleksikan adanya proses reproduksi skor. Skor disebut stabil bila skor yang didapat
pada suatu waktu dan pada waktu yang lain hasilnya relatif sama. Makna lain reliabilitas dalam
terminologi stabilitas adalah subjek yang dikenai pengukuran akan menempati ranking yang
relatif sama pada testing yang terpisah dengan alat tes yang ekuivalen.

Karakteristik Reliabilitas

Sebuah tes dianggap memiliki reliabilitas yang baik apabila memiliki karakteristik sebagai
berikut:
 Reliabilitas merupakan milik dari satu set nilai tes bukan milik tes itu sendiri, artinya
suatu tes dikatakan baik apabila dapat menghasilkan skor yang cukup akurat, apabila tes
tersebut diberikan pada kelas tertentu, maka bisa juga menghasilkan skor yang cukup
konsisten bila diberikan pada kelas yang berbeda atau ketika diberikan pada kelas yang
sama pada waktu yang berbeda.
 Suatu tes dikatakan reliable jika dua buah tes dilakukan pada jarak waktu yang berbeda
dan menunjukkan skor yang tidak jauh berbeda.
 Reliabilitas dapat dinyatakan untuk dua atau lebih pengukuran independen yang
diperoleh dari tes yang sama untuk setiap anggota kelompok.

Pengujian Reliabilitas Instrumen

a. Metode tes ulang (tes re-tes estimate reliabelity)

Uji reliabilitas dengan metode tes ulang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
suatu pengukuran dapat diandalkan. Uji ini dilakukan sebanyak dua kali, pengukuran
pertama dan ulangnya. Kedua pengukuran dapat dilakukan oleh orang yang sama atau
berbeda. Dalam hal ini perlu diatur bahwa proses pengukuran kedua, keadaan yang
diukur itu harus benar-benar sama. Selanjutnya hasil pengukuran yang pertama dan yang
kedua dikorelasikan dan hasilnya menunjukkan reliabilitas dari tes ini.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengukuran reliabilitas tes ulang adalah; 1).
jangka waktu antara kedua pengambilan penilaian, 2). stabilitas yang diharapkan dari
kinerja yang diukur. Secara umum, semakin lama antara interval pelaksanaan tes yang
berulang, semakin rendah tingkat reliabilitasnya. Pendekatan tes ulang merupakan
pemberian perangkat tes yang sama terhadap sekelompok subjek sebanyak dua kali
dengan selang waktu yang berbeda. Asumsinya adalah bahwa skor yang dihasilkan oleh
tes yang sama akan menghasilkan skor tampak yang relatif sama.

Estimasi reliabilitas dengan pendekatan tes ulang akan menghasilkan koefisien


stabilitas (stability). Untuk memperoleh koefisien reliabilitas melalui pendekatan tes
ulang dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi linier antara distribusi skor
subyek pada pemberian tes pertama dengan skor subjek pada pemberian tes kedua
b. Metode Bentuk Paralel (Equivalent)

Tes paralel atau tes equivalent adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan
tujuan, tingkat kesukaran dan susunan tetapi butir-butir soalnya berbeda, dalam istilah
bahasa Inggris disebut alternate-forms method (parallel forms).

Pengujian reliabilitas instrument dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi
instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrument berbeda.
Reliabilitas instrument dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrument
yang satu dengan data instrument yang dijadikan ekuivalen. Bila korelasi positif dan
signifikan, maka instrument dapat danyatakan reliable.
Kelemahan dari metode ini adalah bahwa pengetes pekerjaannya berat karena harus
menyusun dua seri tes.
c. Metode Gabungan (paralel form and alternative form reliability estamete)

Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrument yang
ekuivalen itu beberapa kali, ke responden yang sama. Reliabilitas instrument dilakukan
dengan mengkorelasikan dua instrument, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua
dan selanjutnya dikorelasikan silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang
berbeda maka akan dapat dianalisis keenam koefesien reliabilitas. Bila keenam koefesien
korelasi itu semuanya positif dan signifikan maka dapat dinyatakan bahwa instrument
tersebut reliable.

Rumus Reliabilitas Instrumen

Terdapat beberapa rumus dalam pengujian reliabilitas instrumen, antara lain;


Spearman Brown, Flanagan, Rulon, Kuder Richardson (KR) dan Cronbanch Alpha.

a. Rumus Spearman-Brown
Keterangan:
ri = reliabilitas instrument
rb = indeks korelasi antara dua belahan instrument
N = banyaknya responden
X = belahan pertama
Y = belahan kedua

b. Rumus Flanagan

Keterangan:
ri = reliabilitas instrument
v1 = varians belahan pertama (varian skor butir-butir ganjil)
v2 = varians belahan kedua (varian skor butir-butir genap)
vt = varians skor total

c. Rumus Rulon
Keterangan:
ri = reliabilitas instrument
Vt = varians total atau varians skor total
Vd = varians (varians difference)

d = skor pada belahan awal dikurangi skor pada belahan akhir

d. Rumus KR 20

Keterangan:
ri = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
pi = proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi subjek yang mendapat skor
1)

e. Rumus KR 21
Keterangan:
ri = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
p = skor rata-rata

f. Rumus Cronbanch Alpha

Keterangan:
ri = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
PERTANYAAN PENELITIAN (RESEARCH QUESTIONS)

Masalah penelitian adalah langkah pertama untuk mengetahui dengan tepat apa yang akan
dilakukan dan mengapa.
 Langkah 1:
Peneliti dapat mengidentifikasi masalah penelitian dengan membaca penelitian terbaru, teori
dan debat tentang topik yang dipilih untuk menemukan celah dalam apa yang saat ini diketahui.
Peneliti mungkin mencari:
- Sebuah fenomena atau konteks yang belum diteliti secara seksama
- Kontradiksi antara dua atau lebih perspektif;
- Situasi atau hubungan yang tidak dipahami dengan baik;
- Pertanyaan yang mengganggu yang belum diselesaikan.
Masalah teoretis sering kali memiliki konsekuensi praktis, tetapi mereka tidak terfokus pada
penyelesaian masalah langsung di tempat tertentu (meskipun peneliti mungkin mengambil
pendekatan studi kasus untuk penelitian).
 Langkah 2:
Selanjutnya, peneliti harus mencari tahu apa yang sudah diketahui tentang masalah
tersebut, dan menunjukkan dengan tepat aspek yang akan ditangani oleh penelitian ini.
Konteks dan latar belakang:
- Siapa yang terkena dampak masalah?
- Apakah ini sudah menjadi masalah sejak lama, atau ini merupakan masalah yang baru
ditemukan?
- Penelitian apa yang sudah dilakukan?
- Apakah ada solusi yang diajukan?
- Apa perdebatan saat ini tentang masalah tersebut, dan menurut peneliti apa yang hilang dari
mereka?
Spesifisitas dan relevansi:
- Tempat, waktu dan / atau orang tertentu apa yang akan difokuskan oleh peneliti?
- Aspek apa yang tidak bisa diatasi oleh peneliti?
- Apa akibatnya jika masalahnya tidak teratasi?
- Siapa yang akan mendapat manfaat dari menyelesaikan masalah?
Cara menulis pernyataan masalah
Setelah peneliti mengidentifikasi masalah penelitian, langkah selanjutnya adalah menulis
pernyataan masalah. Pernyataan masalah yang efektif adalah singkat dan konkret. Itu harus:
- Letakkan masalah dalam konteks (apa yang sudah kita ketahui?)
- Jelaskan masalah yang tepat yang akan dibahas oleh penelitian (apa yang perlu kita
ketahui?)
- Tunjukkan relevansi masalah (mengapa kita perlu mengetahuinya?)
- Tetapkan tujuan penelitian (apa yang akan dilakukan oleh peneliti untuk mengetahuinya?)

Fokus Penelitian

Fokus penenlitian dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan rumusan


masalah, dimana rumusan masalah penelitian dijadikan acuan dalam menentukan fokus
penelitian. Dalam hal ini fokus penelitian dapat berkembang atau berubah sesuai dengan
perkembangan masalah penelitian di lapangan. Hal tersebut sesuai dengan sifat pendekatan
kualitatif yang lentur, yang mengikuti pola pikir yang empirical induktif, dimana segala sesuatu
dalam penelitian ini ditentukan dari hasil akhir pengumpulan data yang mencerminkan keadaan
yang sebenarnya.
Bungin (2003 : 41), fokus penelitian mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi
apa yang menjadi pusat perhatian serta kelak dibahas secara mendalam dan tuntas. Dalam
penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah kualitas pelayanan publik di Kantor
Kecamatan Krian Sidoarjo. Fokus ini diambil karena untuk mengatahui kualitas pelayanan yang
terdapat di Kantor Kecamatan Krian Sidoarjo. Tingkat kesempurnaan dari suatu pelayanan yang
diharapkan oleh masyarakat sehingga dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat. Fokus
dalam penelitian ini adalah : 1) Keandalan (Relaibility), kemampuan pegawai dari instansi terkait
untuk memberikan pelayanan dengan akurat dan profesional, contoh dalam 34 memberikan
informasi tentang syarat-syarat dalam pengurusan pembuatan KTP. 2) Ketanggapan
(Responsiveness), kemampuan pegawai untuk menangkap keinginan masyarakat dan dapat
memberikan pelayanan yang dibutuhkan dengan cepat. 3) Kepastian (Assurance), kemampuan
pegawai untuk meyakinkan masyarakat dalam pengurusan pembuatan KTP untuk mendapatkan
pelayanan yang cepat, tepat dan dapat dipercaya. 4) Empati (emphaty) memberikan perhatian
kepada konsumen secara personal dan istimewa serta selalu berusaha memahami keluhan dan
keinginan mereka. 5) Wujud fisik (tangibility), ruang tunggu yang nyaman dan pegawai yang
berpenampilan menarik.[2]
alah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kualitatif adalah bahwa gejala
dari suatu objek itu sifatnya tunggal dan parsial dengan demikian berdasarkan gejala tersebut
peneliti kualitatif dapat menentukan variabel-variabel yang akan di teliti. Dalam pandangan
penelitian kualitatif gejala itu bersifat hoistik {menyeluruh , tidak dapat di pisah-pisah}.
Sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitianya hanya berdasarkan variabel
penelitian. Tetapi keseluruhan situasi sosial yang di teliti yang meliputi aspek tempat {place},
pelaku {actor}, dan aktivitas {activity} yang berinteraksi secara sinergis.
Karena terlalu luasnya masalah , maka dalam penelitian kualitatif, peneliti akan membatasi
penelitian dalam satu atau lebih variabel. Dengan demikian dalam penelitian kuaitatif ada yang
di sebut batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif di sebut fokus, yang berisi
pokok masaah yang masih bersifat umum,
A B C D E F Contoh
G F G H I J
Di batasi menjadi dua variabel A dan E
A E

Pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih di dasarkan pada tingkat kepentingan,


urgensi feabilitas masalah yang akan di pecahkan selain juga factor keterbarasan tenaga , dana
dan waktu. Suatu masalah di katakana penting apabila masalah tersebut tidak di pecahkan
melalui penelitian, maka akan semakin menimbulkan masalah baru. Masalah
dikatakan urgen (mendesak) apabila masalah tersebut tidak segera di pecahkan melalui
penelitian, maka akan semakin kehilangan berbagai kesempatan untuk mengatasi. Masalah
dikatakan fasible apabila terdapat berbagai sumber daya untuk memecahkan masalah tersebut.
Untuk menilai masalah tersebut penting, urgen, dan feasible,maka perlu dilakukan
melalui analisa
masalah.
Gambar 3. Menentukan fokus (satu domain)

Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menentapkan focus. Spradley


menyatakan bahwa “A focused refer to single cultural domain or a few related
dominains” maksudnya adalah bahwa, focus itu merupakan domain yang terkait dari
situasi social. Dalam pemelitian kualitatif, penentuan focus dalam proposal lebih di dasarkan
pada tingkat kebaruan informasi yang akan di peroleh dari situasi social (lapangan).
Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara lebih luas dan mendalam
tentang situasi social, tetapi juga ada keinginan untuk menghasilkan hipotesis atau ilmu baru dari
situasi social yang di teliti. Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif di peroleh setelah
peneliti melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang di sebut dengan
penjelajahan umun. Dari penjelajahan umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum
menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang situasi social. Untuk dapat memahami
secarah lebih luas dan mendalam, Maka di perlukan pemilihan fokus penelitian.
Spladley dalam sanapiah faisal (1988) mengemukakan empat alternative untuk
menetapkan fokus yaitu :
1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang di sarankan oleh informal
2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain
3. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek
4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang
telah ada

Sumber Fokus Penelitian


1. Penelitian terdahulu
2. Pengetahuan dan pengalaman peneliti
3. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari suatu keadaan yang tanpa arah
4. Ada kerangka pemikiran
Dibawah ini contoh kerangka Penelitian
Teori dalam penelitian Kualitatif
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori.
Dalam penelitian kuantitatif, teori yang di gunakan harus sudah jelas, sebagai dasar untuk
merumuskan hipotesi, dan sebagai referensi untuk menyusun instrument penelitian. Oleh karena
itu apa yang akan dipakai.
Dalam penelitian kualitatif, karena permasalahan yang dibawa oleh peneliti masih
bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam penyusunan proposal peneliti kualitatif
juga masih bersifat sementara,dan akan berkembang setelah peneliti mamasuki lapangan atau
konteks social. Dalam kaitannya dengan teori, kalau dalam penelitian kualitatif itu bersifat
menguji hipotesis atau teori,sedangkan dalam penelitian kualitatif bersifat menemukan teori.
Dalam penelitian kuantitatif jumlah teori yang digunakan sesuai dengan jumlah
variabel yang diteliti, sedangkan dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik,jumlah teori
yang harus dimiliki oleh penelitian kualitatif jauh lebih banyak karena harus disesuaikan dengan
fenomena yang berkembang di lapangan. Penelitian kualitatif akan lebih profesional kalau
menguasai semua teori sehingga wawasannya akan manjadi lebih luas,dan dapat menjadi
instrument penelitian yang baik.teori bagi penelitian kualitatif akan berfungsi sebangai bekal
untuk bisa memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam. Walaupun peneliti kulitatif
dituntu untuk mengguasai teori yang luas dan mendalam , namun dalam menglaksanakan
penelitian kualitatif, peneliti kualitatif harus mampu melaksanakan teori yang di miliki tersebut
dan tidak digunakan sebagai panduan untuk wawancara, dan observasi. Peneliti kualitatif di
tuntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dipasakan, dilakukan oleh
partisipan atau sumber data. Peneliti kualitatif harus bersifat “ perspektif emic” artinya
memperoleh data bukan “sebagaimana seharusnya”,bukan berdasarkan,apa yang terjadi
dilapangan, yang di alami, di rasakan,dan difikirkan oleh partisipan/sumber data.
Oleh karena itu peneliti kualitatif harus berbekal teori yang luas sehingga mampu
menjadi “human instrument “ yang baik. Dalam hal ini Bong and Gall 1988 menyatakan
bahwa “Qualitative research is much more difficult to do well than quantitative research
because the data collected are usually subjective and the main measurement tool for collcted
data is the investigator himself” .Peneliti kualitatif lebih sulit bili dibandingkan dengan
penelitian kualitatif, karena data yang terkumpul bersifat subjektif dan instrument sebagai alat
pengumpul data adalah peneliti itu sendiri.
Untuk dapat menjadi instrument penelitianyang baik, peneliti kualitatif di tuntut untuk
memiliki wawsan teoritis maupun wawasan yang trkait dengan konteks sosial yang di teliti yang
berupa niai,budaya,keyakinan, hukum, adat istiadat yang terjadi dan berkembang pada konteks
sosial tersebut. Bili peneliti tidak memiliki wawasan yang luas ,maka peneliti akan sulit
membuka pertanyaan kepada sumber data, sulit memehami apa yang terjadi, tidak akan dapat
melakukan analisis secara induktif terhadap data yang di peroleh. Sebagai contoh seseorang
peneliti bidang kesehatan saja akan mengalami kesulitan. Demikian juga peneliti yang berlatar
belakang pendidikan, akan sulit untuk bertanya dan memahami bidang antropologi.
Peneliti kualitatif di tuntut mampu mengorganisasikan semua teori yang di baca.
Landasan teori yang di tuliskan dalam proposal penelitian lebih berfungsi untuk menunjukan
seberapa jauh peneliti walaupun masih permasalahan tersebut bersifat sementara itu. Oleh karena
itu landasan teori yang di kemukakan tidak merupakan harga mati, tetapi bersifat sementara.
Peneliti kualitatif setuju di tuntut untuk melakukan grounded research, yaitu menemukan teori
berdasarkan data yang di peroleh di lapangan atau situasi social.
Proses pengumpulan data

Dalam penelitian kuantitatif, pengumpulan data berdasarkan tekniknya yaitu melalui wawancara,
angket (kuesioner), dan observasi.

a) Interview (Wawancara)

wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report,
atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.

 Wawancara Terstruktur

wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul
data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu
dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah dipersiapkan. Dengan
wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data
mencatatnya.

 Wawancara Tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan.
b) Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan data memberi
seperangkat pertanyaan atau pemyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang
akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok
digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat
berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara
langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.

c) Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan
dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu

berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek
alam yang lain. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar.

 Observasi Berperanserta (participant observation)

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan
observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

 Observasi Nonpartisipan
Dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang
diamati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
independen. pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data
yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai di balik perilaku
yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.

Tehnik yang dipakai dalam penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut :

a. Teknik wawancara

adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara
lisan untuk dijawab denga lisan juga dengan ciri utamanya yaitu berupa kontak langsung dengan
tatap muka (face to face relationship) antara pencari informasi dengan sumber informasi

b. Observasi

adalah teknik pengumpulan data yang dipakai untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan peng-indraan. Ada 3 jenis observasi yaitu partisipatif, observasi terus terang
atau tersamar, observasi tidak terstruktur

c. Focus Group Discussion (FGD)

adalah teknik pengumpulan data yang biasanya dilakukan pada penelitian kualitatif untuk tujuan
menemukan makna tema menurut pemahaman pada sebuah kelompok.

d. Kuesioner (angket)

adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan atau
pernyataan tertulis pada responden untuk dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya
kepada responden seperti wawancara

e. Teknik dokumen

adalah teknik pengumpulan data dengan sumber non manusia, non human resources, diantaranya
yaitu dokumen, dan bahan statistik.
f. Teknik triangulasi

triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang memiliki sifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data juga sumber data yang sudah ada. Terdapat beberapa jenis
triangulasi yaitu : triangulasi data, triangulasi peneliti, triangulasi metodologis, triangulasi
teoritis.

Populasi dan sampel

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi karena penelitian kualitatif berangkat
dari kasus tertentu yang ada pada situasi social tertentu dan hasil kajiannya tidak akan
diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi social yang memiliki
kesamaan dengan situasi social pada kasus yang dipelajari. Sampel di dalam penelitian kualitatif
tidak dinamakan responden tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman dan guru
dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif juga bukan disebut sampel statistik
melainkan sampel teoritis karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.
Sampel dalam penelitian kualitatif juga dapat disebut sampel konstruktif karena dengan sumber
data dari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula masih belum jelas.
Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi social tertentu yang dapat berupa
lembaga pendidikan tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang
dipandang tahu tentang situasi social trsebut. Penentuan sumber data pada orang yang
diwawancarai dilakukan secara purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.
Hasil penelitian tidak akan digeneralisasikan ke populasi karena, pengambilan sampel tidak
diambil secara random.
Teknik pengambilan sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling dan
snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut misalnya orang tersebut dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber
data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena
dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yag lengkap
maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.

Instrumen penelitian

Dalam penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan
reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen
tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Instrumen penelitian
kuantitstif dapat berupa test, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner.

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu
sendiri. Oleh karene itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti
kualitatif siap melekukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap
peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif,
penguasaan wawasan tehadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek
penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Peneliti kualitatif sebagai human
instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulannya atas temuannya.

Selanjutnya Nasution (1988) menyatakan:

“dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai
instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai
bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan,
bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam
keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu
sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.
Berdasarkan dua pernyataan tersebut dapat difahami bahwa, dalam penelitian kualitatif pada
awalnya diman permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah
peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan
suatu instrumen.

Menurut Nasution (1988) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa
karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap stimulus dari lingkungan yang
harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi peneliti.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat
mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket
yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah
pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang
dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, dan perbaikan.
7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang nersifat kuantitatif yang
diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik,
sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan

A. PENDEKATAN KUANTITATIF

1. PENELITIAN EKSPERIMEN
a. Pengertian Penelitian Eksperimen

Penelitian eksperimental menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus


guna membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian
yang menggunakan rancangan percobaan dianggap sebagai jenis penelitian yang paling
diinginkan oleh seorang peneliti. Menurut Margono (2010:110) percobaan ialah bagian
penelitian yang membandingkan dua kelompok sasaran penelitian. Sementara menurut
Sukmadinata (2011:212) penelitian eksperimen ialah penelitian untuk mengukur pengaruh suatu
atau beberapa variabel terhadap variabel lain.Berdasarkan kedua pendapat ahli diatas dapat
penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian eksperimen ialah bagian penelitian
yang membandingkan dua kelompok untuk mengukur pengaruh suatu atau beberapa variabel
terhadap variabel lain.
Dewasa ini penelitian eksperimental juga banyak digunakan dalam penelitian bidang
sosial dan humaniora, termasuk pendidikan dan kurikulum pembelajaran. Ciri utama penelitian
eksperimental adanya pengontrolan variabel dan pemberian perlakuan kelompok eksperimen.
Untuk menguji pengaruh atau hubungan sebab akibat antara suatu atau beberapa variabel
terhadap variabel lain minimal diambil dua kelompok sampel yang mewakili suatu populasi.
Karakteristik Penelitian Eksperimental:

a. Memanipulasi/merubah secara sistematis keadaan tertentu.


b. Mengontrol variabel yaitu mengendalikan kondisi-kondisi penelitian ketika berlangsungnya
manipulasi.
c. Melakukan observasi yaitu mengukur dan mengamati hasil manipulasi.

Menurut Wihelm Wundt (dalam Alsa, 2004) mengemukakan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian eksperimen, yaitu:

1. Peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan dimana ia akan melakukan
penelitian.
2. Penelitian terhadap hal yang sama harus dapat diulang dengan kondisi yang sama.
3. Peneliti harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol)variabel yang diteliti sesuai
dengan yang dikehendakinya.
4. Diperlukan kelompok pembanding (control group) selain kelompok yang diberi perlakukan
(eksperimental group).

b. Macam-Macam Eksperimen

Menurut Sukmadinata (2011:203) ada beberapa variasi dari penelitian eksperimental,


yaitu eksperimen murni, eksperimen kuasi, eksperimen lemah dan subjek tunggal.
1. Eksperimen Murni

Dalam eksperimen murni (true experimental) pengujian variabel bebas dan variabel
terikat dilakukan terhadap sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subjek-subjek
yang diteliti dalam kedua kelompok tersebut (juga pada masing-masing kelompok) diambil
secara acak. Pengambilan sampel secara acak, hanya mungkin apabila subjek-subjek tersebut
memiliki karakteristik yang sama. Dalam pelaksanaan penelitian, kesamaan karakteristik subjek
tersebut memang dibuat sama atau disamakan. Penyamaannya dilakukan melalui pengujian
kecerdasan, bakat, kecakapan, ketahanan fisik dan lain-lain.
Pengujian tersebut dalam bidang sosial, seringkali tidak bisa dilakukan terhadap semua
karakteristik dan kemampuan. Apabila tidak bisa dilakukan pengujian, maka kesamaan
(penyamaan) karakteristik tersebut didasarkan atas asumsi atau keyakinan peneliti. Asumsi
tersebut diambil berdasarkan alasan atau argumentasi yang kuat, yang diambil dari hasil-hasil
penelitian terdahulu, fakta-fakta atau alasan logis yang kuat.

2. Eksperimen Kuasi(semu)

Eksperimen ini disebut kuasi, karena bukan merupakan eksperimen murni tetapi seperti
murni, seolah-olah murni. Eksperimen ini biasa juga disebut eksperimen semu. Karena berbagai
hal, terutama berkenaan dengan pengontrolan variabel, kemungkinan sukar sekali dapat
digunakan eksperimen murni. Eksperimen kuasi bisa digunakan minimal kalau dapat mengontrol
satu variabel saja meskipun dalam bentuk matching, atau memasangkan / menjodohkan
karakteristik, kalau bisa random lebih baik.
3. Eksperimen Lemah atau Pra Eksperimen
Model desain eksperimen ini adalah yang paling lemah, oleh karena itu disebut
eksperimen lemah atau “weak experimental”. Desain ini kadang-kadang disebut juga pra
eksperimen atau “pre experimental”,karena sepintas modelnya seperti eksperimen tetapi bukan.
Mengapa disebut eksperimen lemah atau pra eksperimen, karena tidak ada penyamaan
karakteristik (random) dan tidak ada pengontrolan variabel, model ini sebaiknya hanya
digunakan untuk penelitian latihan. Tidak digunakan untuk penelitian tesis, disertasi atau
penelitian-penelitian yang hasilnya digunakan untuk penentuan kebijkan, pengembangan ilmu,
dan sejenisnya.
4. Eksperimen Subjek Tunggal

Dalam eksperimen murni,kuasi dan lemah digunakan subjek atau partisipan kelompok.
Perbedaan antar kelompok dihitung berdasarkan skor rata-rata antar kelompok-kelompok
tersebut. Dalam eksperimen subjek tunggal, subjek atau partisipannya bersifat tunggal, bisa satu
orang, dua orang atau lebih. Nama subjek tunggal juga diambil dari cara hasil eksperimen
disajikan dan dianalisis berdasarkan subjek secara individual. Pendekatan dasar dalam
eksperimen subjek tunggal adalah meneliti individu dalam kondisi tanpa perlakuan dan
kemudian dengan perlakuan dan akibatnya terhadap variabel akibat diukur dalam kedua kondisi
tersebut.

2. PENELITIAN NON EKSPERIMENTAL

a. Penelitian Deskriptif

Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan menjelaskan fenomena yang ada
dengan menggunakan angka-angka untuk mencandarkan karakteristik individu atau kelompok
(Syamsudin & Damiyanti: 2011). Penelitian ini menilai sifat dari kondisi-kondisi yang tampak.
Tujuan dalam penelitian ini dibatasi untuk menggambarkan karakteristik sesuatu sebagaimana
adanya. Contoh: Berapa besar nilai rata-rata kemampuan efektif membaca peserta didik di SMP?

Penelitian ini sangat penting sebagai studi pendahuluan bagi penelitian lain atau
penelitian lanjutan. Adapun ciri-ciri penelitian deskriptif kuantitatif sebagai berikut.

 Cenderung menggunakan satu variabel dalam operasionalnya.


 Tidak menutup kemungkinan menggunakan dua variabel atau lebih tetapi tidak
untuk dihubungkan, dibandingkan, atau dicari sebab-akibat.
 Analisis data diarahkan pada pencarian mean, persentase, atau modus.
 Kegiatan data dimungkinkan untuk diwakilkan.
 Analisis data dilakukan sesudah semua data terkumpul.

b. Penelitian Korelasi

Penelitian korelasi ini berhubunngan dengan penilaian antara dua atau lebih
fenomena.jenis penelitian ini biasanya melibatkkan ukuran statistik tingkat/derajat
hubungan,yang disebut korelasi (Syamsudin & Damiyanti: 2011). Adanya korelasi antara dua
variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab-akibat dari suatu variabel
terhadap variabel lainnya. Korelasi positif berarti nilai yang tinggi dalam suatu variabel
berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel yang lain. Korelasi negatif berarti nilai yang
tinggi pada suatu variabel berhubungan dengan nilai yang rendah pada variabel lainnya. Korelasi
yang tinggi antara tinggi badan dan berat badan, tidak berarti badan yang tinggi menyebabkan
badan yang berat, tetapi antara keduanya memiliki hubungan kesejajaran. Bisa juga terjadi yang
sebaliknya yaitu ketidaksejajaran (korelasi negatif), badan yang tinggi tetapi berat yang rendah
(ringan).

Sebagai contoh penelitian korelasi ini misalnya “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua
dan Motivasi Membaca”. Setiap metode penelitian memiliki ciri-ciri/karakteristiknya masing-
masing sebagai pembeda dengan metode penelitian yang lain. Berikut ciri-ciri penelitian
korelasi.

 Menghubungkan dua variabel atau lebih


 Besarnya hubungan didasarkan pada koefisien korelasi
 Dalam melihat hubungan tidak dilakukan manipulasi, seperti penelitian
eksperimen
 Data bersifat kuantitatif
 Dianalisis dengan menggunakan statistik korelasi
 Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam lingkungan nyata
 Memungkinkan peneliti mendapatkan derajad asosiasi yang signifikan.

c. Penelitian Ekspos Fakto

Penelitian ekspos fakto meneliti hubungan sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau
diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti. Penelitian hubungan sebab-akibat
dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi.
Adanya hubungan sebab akibat didasarkan atas kajian teoritis bahwa sesuatu variabel disebabkan
oleh variabel tertentu dan mengakibatkan variabel tertentu.

Sebagai contoh, penelitian tentang pengaruh kebiasaan membaca orang tua terhadap
minat baca siswa. Salah satu variabel di atas, yaitu kebiasaan membaca orang tua tidak bias
dimanipulasi, sehingga peneliti melihat pengaruhnya setelah kondisi tersebut terjadi.

Mirip dengan penelitian eksperimental namun tidak ada pengontrolan variabel, dan
biasanya juga tidak ada pra tes. Adapun ciri-ciri penelitian ekspos fakto, yaitu:

 Data dikumpulkan setelah semua peristiwa terjadi.


 Variabel terikat ditentukan terlebih dahulu, kemudian merunut kebelakang untuk
menemukan sebab, hubungan, dan maknanya.
 Penelitian deskriptif yaitu menjelaskan penemuannya sebagaimana yang diamati.
 Penelitian korelasional, mencoba menemukan hubungan kausal fenomena yang
diteliti.
 Dasar logika dan tujuan yang ingin dicapai sama yaitu menentukan validitas
empiris

d. Penelitian komparatif

Penelitian kausal komparatif atau penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris
yang sistematis dimana ilmuan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena
eksistensi variabel tersebut telah terjadi. Pendekatan dasar klausa komparatif melibatkan
kegiatan peneliti yang diawali dari mengidentifikasi pengaruh variabel satu terhadap variabel
lainnya kemudian dia berusaha mencari kemungkinan variabel penyebabnya.
Penelitian komparatif membandingkan situasi masa lalu dan saat ini atau situasi-situasi
paralel yang berbeda, khusunya apabila peneliti tidak memiliki kontrol terhadap situasi yang
diteliti. Penelitian ini bisa memiliki perspektif makro (misal: internasional,nasional) dan mikro
(misal: komunitas, individu).

e. Penelitian Korelasi
Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data
guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih.
Adanya hubungan dan tingkat variabel yang penting, karena dengan mengetahui tingkat
hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
(Sukardi, 2003:166)
Penelitian korelasi merupakan bentuk penelitian untuk memeriksa hubungan diantara dua
konsep. Secara umum ada dua jenis pernyataan yang menyatakan hubungan, yaitu: (1) gabungan
antara dua konsep, ada semacam pengaruh dari suatu konsep terhadap konsep yang lain; (2)
hubungan kausal, ada hubungan sebab akibat. Pada hubungan kausal, penyebab diferensikan
sebagai varibel bebas dan akibat direferensikan sebagai variabel terikat. Pada penelitian korelasi
tidak ada kontrol atau manipulasi terhadap variabel.

f. Penelitian Praktis (Penelitian Tindakan/Action Reasearch)


Action research designs often utilize both quantitative and qualitative data, but they focus
more on procedures useful in addressing practical problems in schools and the classrooms.
Action research designs are systematic procedures used by teachers (or other individuals in an
educational setting) to gather quantitative and qualitative data to address improvements in their
educational setting, their teaching, and the learning of their students (Creswell, 2012:577).
Penelitian tindakan merupakan bentuk penelitian yang berisi berbagai macam prosedur
untuk menguraikan kasus-kasus yang bersifat mikro atau khusus. Simpulan dari penelitian
tindakan langsung diberlakukan hanya untuk kasus yang diteliti dan tidak bisa digeneralisasikan.
Penelitian tindakan lebih condok ke metode kualitatif yang sangat bergantung pada data
penagamatan yang bersifat behavioralistik.
B. PENDEKATAN KUALITATIF
1. Penelitian Interaktif
a. Metode Etnografis
Diantara model umum dari penelitan yang digunakan oleh ilmuan social, etnografi adalah
sama dengan antropologi dan secara khusus dengan fungsi teori structural yang bersifat
preskriptif. Etnografi terkait dengan konsep budaya (cultural concept). Dengan demikian
etnograpi adalah analisis deskripsi atau rekonstruksi dari gambaran dalam budaya dan kelompok
(reconstruction of intact cultural scenes and group).[8] Studi Etnogarafis (ethnographic studies)
yaitu mendeskripsikan dan menginter-pretasikan budaya, kelompok sosial atau system. Dalam
pendidikan dan kurikulum, difokuskan pada salah satu kegiatan inovasi seperti pelaksanaan
model kurikulum terintegrasi, berbasis kompetensi, pembelajaran kontekstual, dsb. Proses
penelitian etnografi dilaksanakan di lapangan dalam waktu yang cukup lama, berbentuk
observasi dan wawancara secara alamiah dengan para partisipan, dalam berbagai bentuk
kesempatan kegiatan, serta mengumpulkan dokumen-dokumen dan bend-benda (artifak).
Meskipun makna budaya itu sangat luas, tetapi studi etnografi biasanya dipusatkan pada pola-
pola kegiatan, bahasa kepercayaan, ritual, dan cara-cara hidup. Hasil akhir akhir penelitian
bersifat komperhensif,[9] suatu naratifdeskriptif[10] yang bersifat menyeluruh disertai
interpretasi yang mengintergretasikan seluruh aspek-aspek kehidupan dan menggambarkan
kompleksitas kehidupan tersebut. Beberapa peneliti juga melakukan penelitian mikro-etnografi
penelitian difokuskan pada salah satu aspek saja.

b. Metode Fenomenologis
Studi Fenomenologis mempunyai dua makna. Sebagai filsafat sains dan sebagai metode
pencarian (penelitian). Studi fenomenologis mencoba mencari arti dari pengalaman dalam
kehidupan. Peneliti menghimpun data berkenaan dengan konsep, pendapat, pendirian sikap,
penilaian, dan pemberian makna terhadap situasi atau pengalaman dalam kehidupan. Tujuan dari
penelitian fenomenologis adalah mencari atau menemukan makna dari hal-hal yang esensial atau
mendasar dari pengalaman hidup tersebut, penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam
yang lama dengan partisipan. Pemahaman tentang persepsi dan sikap-sikap informan terhadap
pengalaman hidup subyek sehari-hari diperoleh dengan menggunakan wawancara.
Penggunaan pendekatan ini dimulai dengan sikap diam, ditunjukkan untuk menelaah apa
yang sedang dipelajari. Cara fenomenologi menekankan berbagai aspek subjektif dari prilaku
manusia, selanjutnya peneliti berusaha memahami bagaimana subjek meberi arti terhadap
peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kehidupannya. Peneliti percaya bahwa berbagai cara
manusia untuk menginpretasikan pengalamannya lewat interaksi orang lain.[11]

c. Metode Historis
Studi Historis (historical studies) yakni,meneliti peristiwa-peristiwa yang telah berlalu.
Peristiwa-peristiwa sejarah direka-ulang dengan menggunakan sumber data primer kesaksian
dari pelaku sejarah yang masih ada, kesaksian yang tidak disengaja yang tidak dimaksudkan
untuk disimpan, sebagai catatan atau rekaman, seperti peninggalan-peninggalan sejarah, dan
kesaksian sengaja berupa catatan dan dokumen-dokumen. Penelitian historis menggunakan
pendekatan metode dan materi yang mungkin sama dengan penelitian etnografis, tetapi dengan
fokus, tekanan dan sistematika yang berbeda. Beberapa peneliti juga menggunakan pendekatan
dan metode ilmiah (positivitis) seperti mengadakan pembatasan masalah, perumusan hipotesis,
pengumpulan dan analisis data, uji hipotesis dan generalisasi, walaupun sudah tentu dalam
keterbatasan-keterbatasan tertentu. Salah satu ciri khas dari penelitian historis adalah periode
waktu: kegiatan, peristiwa, karakteristik, nilai-nilai kemajuan bahkan kemunduran dilihat dan
dikaji dalam konteks waktu.
d. Studi Kasus
Studi kasus (case study) merupakan satu penelitian yang dilakukan terhadap suatu
“kesatuansistem”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok
individu yang terikat oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian
yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus
tersebut. Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh
kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut. Tiap
kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kasus lainnya. Suatu
kasus dapat terdiri atas satu unit atau lebih dari satu unit, tetapi merupakan satu kesatuan. Kasus
dapat satu orang, satu kelas, satu sekolah, beberapa sekolah tetapi dalam satu kantor kecamatan,
dsb. Dalam studi kasus digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti wawancara,
observasi, dan studi dokumenter, tetapi semuanya difokuskan kearah mendapatkan kesatuan dan
kesimpulan.

d. Teori Dasar
Penelitian teori dasar atau sering disebut juga penelitian dasar atau teori dasar (grounded
theory) merupakan penelitian yang diarahkan pada penemuan atau minimal menguatkan terhadap
suatu teori. Penelitian dilakukan dengan menggunkan kualitatif. Walaupun penelitian kualitatif
memberikan deskripsi yang bersifat terurai, tetapi dari deskripsi tersebut diadakan abstraksi atau
interensi sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang mendasar yang membentuk prinsip
dasar, dalil atau kaidah-kaidah, kumpulan dari prinsip, dalil atau kaidah tersebut berkenaan
dengan sesuatu hal dapat menghasilkan teori baru, minimal memperkuat teori yang telah ada
dalam hal tersebut. Penelitian dasar dilaksanakan dengan menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data, diadakan cek-ricek ke lapangan, studi pembandingan antar kategori,
fenomena dan situasi melalui kajian induktif, deduktif dan verifikasi sampai pada titik jenuh.
Pada titik ini peneliti memilih mana fenomena-fenomena inti dan mana yang tidak inti. Dari
fenomena-fenomena inti tersebut dikembangkan “alur konsep” serta “matriks kondisi” yang
menjelaskan kondisi sosial dan historis dan keterkaitannya dengan fenomena-fenomena.
Penyusunan teori dari bawah (TDB) menurut Pandit[12] yang dikutip oleh Moloeng,
terlebih dahulu memahami tiga unsur dasar TDB yaitu: konsep, kategori, dan proposisi. Konsep
adalah satuan kejadian dasar karena hal itu dibentuk dari konseptualisasi data, bukan data itu
sendiri, yang berdasarkan hal itu teori itu disusun. Unsur kedua adalah kategori yang
didefinisikan sebagai berikut: kategori adalah kumpulan yang lebih tinggi dan lebih abstrak dari
konsep yang mereka wakili. Kategori itu diperoleh melalui proses analisis yang sama dengan
jalan membuat perbandingan dengan melihat kesamaan atau perbedaan yang digunakan untuk
menghasilkan konsep-konsep yang lebih rendah. Kategori adalah landasan dasar penyusunan
teori. Kategori memberikan makna yang olehnya teori dapat diintegrasikan. Kita dapat
menunjukkan bagaimana pengelompokkan konsep konsep membentuk kategori dengan jalan
melanjutkan contoh yang dikemukakan diatas. Unsur ketiga dari TDB adalah proposisi yang
menunjukkan hubungan-hubungan kesimpulan. Antara satu kategori dan konsep-konsep yang
menyertainya dan diantara kategori-kategori yang diskrit, unsur ketiga ini dinamakan
‘hipotesis’.[13]
e. Studi Kritis
Model penelitian ini berkembang dari teori kritis, feminis, ras dan pasca modern yang
bertolak dari asumsi bahwa pengetahuan bersifat subjektif. Para peneliti kritis memandang
bahwa masyarakat terbentuk oleh orientasi kelas, status, ras, suku bangsa, jenis kelamin, dll.
Peneliti feniminis dan etnis memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah gender dan ras,
sedang peneliti pasca modern dan kritis memusatkan pada institusi social dan kemasyarakatan.
Dalam penelitian kritis, peneliti melakukan analisis naratif, penelitian tindakan, etnografi kritis,
dan penelitian fenimisme. Ada hal yang perlu mendapat perhatian dalam penelitian kritis.
 Pertama
Penelitian-penelitian kritis tidak bersifat deskrit, meskipun masing--masing
mempunyai implikasi metodelogis. Model studinya berbeda dalam tujuan, peranan teori,
teknik pengumpulan data, pereanan peneliti, format laporan dan narasinya, meskipun
juga ada yang tumpang tindih.

 Kedua
Penelitan kritis menggunakan pendekatan studi kasus, kajian terhadap suatu kasus
(kasus tunggal), kajian yang bersifat mendalam yang berbeda dengan kajian
eksperimental atau kajian lain yang bersifat generalisasi maupun pembandingan. Dalam
penelitian kualitatif kasus adalah satu kesatuan kasus atau fenomena yang diteliti secara
mendalam dan utuh.

2. Penelitian Kualitatif Non Interaktif


Penelitian kualitatif non interaktif (non interactive inquiry) disebut juga penelitian
analitis, mengadakan pengkajian berdasarkan analisis dokumen. Sesuai dengan namanya
penelitian ini tidak menghimpun data secara interaktif melalui interaksi dengan sumber data
manusia. Melainkan, Peneliti menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan
sintesis data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan, peristiwa
yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat diamati. Sumber datanya adalah dokumen-
dokumen. Ada tiga macam penelitan analitis atau studi non interaktif, yaitu analisis: konsep,
historis dan kebijakan.
a. Analisis Konsep
Analisis konsep merupakan kajian atau analisis terhadap konsep-konsep penting yang
diinterpretasikan pengguna atau plaksana secara beragam, sehingga banyak menimbulkan
kebingungan, contohnya: cara belajar aktif, kurikulum berbasis kompetensi, wajib belajar,
belajar sepanjang hayat dan lain-lain.

b. Analisis Historis
Analisis historis menganalisis data kegiatan, program, kebijakan yang telah dilaksanakan
pada masa yang lalu. Penelitian ini lebih diarahkan kepada menganalisis peristiwa kegiatan,
program, kebijakan, keterkaitan dalam urutan waktu.

c. Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan menganalisis berbagai dokumen yang berkenaan dengan kebijakan
tertentu, kebijakan otonomi daerah dalam pendidikan, ujian akhir sekolah, pembiayaan
pendidikan, dsb. Pengkajian diarahkan untuk menemukan kedudukan, kekuatan, makna dan
keterkaitan Antar dokumen, dampak, dan konsekuensi-konsekuensi positif dan negatif dari
kebijakan tersebut. Penelitian kebijakan memfokuskan kajiannya pada kebijakan yang lalu atau
yang berlalu sekarang, dan diarahkan untuk:
(1) Meneliti formulasi kebijakan, sasarannya siapa-siapa saja,
(2) Menguji pelaksanaan suatu program terkait dengan suatu kebijakan,
(3) Menguji keefektivan dan kefisienan kebijakan.

C. JENIS JENIS PENELITIAN


1. Ditijau dari bidangnya
a. Penelitian Bidang Akademik
Penelitian bidang akademik adalah penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa. Misalnya
saja pembuatan skripsi untuk mahasiswa Strata Satu (S1), tesis untuk mahasiswa
Pascasarjana (S2), dan disertasi untuk mahasiswa doktoral (S3). Penelitian di bidang ini
adalah penelitian yang bersifat edukatif, sehingga lebih mementingkan validitas internal.
Variabel penelitian biasanya terbatas serta kedalaman analisis disesuaikan dengan jenjang
pendidikan S1, S2, dan S3.

b. Penelitian Bidang Profesional


Penelitian bidang profesional adalah penelitian yang dilakukan oleh orang yang berprofesi
sebagai peneliti. Tujuan dari penelitian bidang profesional adalah mendapatkan pengetahuan.
Pengetahuan itu bisa saja berbentuk ilmu, teknologi, dan seni. Variabel penelitian biasanya
sangat lengkap. Analisis yang dilakukan dalam penelitian biasanya disesuaikan dengan
kepentingan masyarakat ilmiah. Penelitian bidang ini harus dilakukan dengan cara yang
benar dan hasilnya dapat berguna untuk pengembangan ilmu.

c. Penelitian Bidang Institusional


Penelitian bidang institusional adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang bisa digunakan untuk pengembangan lembaga. Hasil penelitian akan sangat
berguna bagi pimpinan suatu institusi sebagai bahan pertimbangan untuk membuat
keputusan. Hasil penelitian lebih cenderung pada validitas eksternal (kegunaan), kelengkapan
informasi.

2. Ditinjau dari segi tujuan esensialnya penelitian bisa dibedakan dalam dua macam
penelitian, yaitu:
a. Penelitian dasar atau basic research,
Penelitian dasar disebut pula sebagai penelitian murni. Penelitian jenis ini bertujuan
menemukan suatu generelisasi atau keumuman, dan berusaha menemukan dalil-dalil atau
teori-teori yang berlaku secara umum dimana penelitian ini diselenggarakan dalam rangka
memperluas dan memperdalam pengetahuan secara teoritis.
Tingkat generalisasi hasil penelitian dasar bersifat abstrak dan umum serta berlaku secara
universal. Penelitian dasar tidak diarahkan untuk memecahkan masalah praktis akan tetapi
prinsip-prinsip atau teori yang dihasilkannya dapat mendasari pemecahan masalah praktis.
Dengan kata lain, hasil penelitian dasar dapat mempengaruhi kehidupan praktis. Contoh
penelitian dasar yang terkait erat dengan bidang pendidikan adalah penelitian dalam bidang
psikologi, misalnya penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perikalu
manusia. Hasil penelitian tersebut sering digunakan sebagai landasan dalam pengembangan
sikap untuk merubah perilaku melalui proses pembelajaran/pendidikan.
b. Penelitian penerapan atau applied research
Penelitian penerapan itu diarahkan pada penggunaan secara praktis di bidang kehidupan
sehari-hari. Penelitian ini diselenggarakan dalam rangka mengatasi masalah nyata dalam
kehidupan, untuk mencari sesuatu yang lebih baik.
Penelitian ini menguji manfaat dari teori-teori ilmiah serta mengetahui hubungan empiris
dan analisis dalam bidang-bidang tertentu. Implikasi dari penelitian terapan dinyatakan
dalam rumusan bersifat umum, bukan rekomendasi berupa tindakan langsung. Setelah
sejumlah studi dipublikasikan dan dibicarakan dalam periode waktu tertentu, pengetahuan
tersebut akan mempengaruhi cara berpikir dan persepsi para praktisi. Penelitian terapan lebih
difokuskan pada pengetahuan teoretis dan praktis dalam bidang-bidang tertentu bukan
pengetahuan yang bersifat universal misalnya bidang kedokteran, pendidikan, atau teknologi.
Penelitian terapan mendorong penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan praktek baru
serta pengembangan metodologi untuk kepentingan praktis. Penelitian terapan dapat pula
diartikan sebagai studi sistematik dengan tujuan menghasilkan tindakan aplikatif yang dapat
dipraktekan bagi pemecahan masalah tertentu.
3. Ditinjau dari metode
a. Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetap[I
data yang dipelajari adalah data dari sample yang diambil dari populasi tersebut, sehingga
ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variable. Contoh:
penelitian untuk mengungkapkan kecenderungan masyarakat dalam memilih pemimpin
nasional dan daerah, kualitas SDM masyarakat Indonesia.
b. Penelitian Ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliyi peristiwa
yang telah terjadi dan kemudian merunut kebelakang untuk mengetahui factor-faktor yang
dapat menyebabkan timbulnya kejadian tersebut. Contoh: penelitian untuk mengungkapakn
sebab-sebab terjadinya kebakaran gedung di suatu lembaga pemerintah, penelitian untuk
mengungkapakan sebab-sebab terjadinya kerusuhan di suatu daerah.
c. Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variable
tertentu terhadap variable yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Tredapat
empat bentuk metode eksperimen yaitu pre experimental, true experimental, factorial, dan
quai experimental. Contoh: penelitian penerapan metode kerja baru terhadap produktifitas
kerja, penelitian pengaruh mobil berpenumpang tiga terhadap kemacetan lalu lintas.

d. Penelitian naturalistic sering juga disebut metode kualitatif yaitu metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah. Contoh: penelitian untuk
mengungkapakn makna upacara ritual dari kelompok masyarakat tertentu, penelitian untuk
menemukan factor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi.

e. Policy research (penelitian kebijaksanaan) adalah suatu proses penelitian yang


dilakukaan pada, atau analisis terhadap masalah-masalah social yang mendasar, sehingga
temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak dalam
menyelesaikan masalah. Contoh: penelitian untuk membuat undang-undang atau peraturan
tertentu, penelitian untuk pengembangan struktur organisasi.

f. Action research aadalah penelitian yang bertujuan untu mengembangkan metode kerja
yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat
meningkat. Contoh: penelitian untuk memperbaiki prosedur dan metode kerja dalam
pelayanan masyarakat, penelitian mencari metode mengajar yang baik.

g. Penelitian evaluasi adalah penelitian yang berfungsi untuk menjelaska fenomena suatu
kejadian, kegiatan dan product. Contoh: penelitian proses pelaksanaan suatu peraturan atau
kebijakan, penelitian keluarga berencana.

h. Penelitian sejarah adalah penelitian yang berkenaan dengan analisis yang logis terhadap
kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu.
i. Penelitia Evaluasi yaitu penelitian untuk mengetahui kapan berdirinya kota tertentu yang
dapat digunakan untuk menentukan hari ulang tahun, penelitian untuk mengetahui
perkembangan peradaban kelompok masyarakat tertentu.

4. Penelitian menurut tingkatan explanasinya


a) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable
mandiri, baik satu variable atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan antara varibel yang satu dengan yang lain. Contoh: penelitian yang berusaha
menjawab bagaimanakah profil presiden Indonesia, bagaimanakah etos kerja dan prestasi
kerja para karyawan di departemen x.
b) Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Contoh:
adakah perbedaan profil presiden Indonesia dari waktu ke waktu, adakah perbedaan
kemampuan kerja antara lulusan SMK dengan SMU.
c) Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua
variable atau lebih. Contoh: adakah hubungan antara datangnya kupu-kupu dengan tamu,
adakah pengaruh insentif terhadap prestasi kerja pegawai.

5. Penelitian menurut waktu


a. Penelitian Longitudinal
Penelitian longitudinal adalah penelitian yang dilakukan dengan ciri: waktu penelitian
lama, memerlukan biaya yang relatif besar, dan melibatkan populasi yang mendiami wilayah
tertentu, dan dipusatkan pada perubahan variabel amatan dari waktu ke waktu. Penelitian ini
secara umum bertujuan untuk mempelajari pola dan urutan perkembangan dan/atau
perubahan sesuatu hal, sejalan dengan berlangsungnya perubahan waktu. Jenis penelitian ini
sering digunakan pada penelitian lingkup Epidemiologi dengan beberapa rancangan yang
khas, seperti kohort, cross-sectional, dan kasus kontrol.
a. Kohort
Penelitian kohort sering juga disebut penelitian followup atau penelitian insidensi,
yang dimulai dengan sekelompok orang (kohor) yang bebas dari penyakit, yang
diklasifikasikan ke dalam sub-kelompok tertentu sesuai dengan paparan terhadap sebuah
penyebab potensial terjadinya penyakit atau outcome.
Penelitian kohort memberikan informasi terbaik tentang penyebab penyakit dan
pengukurannya yang paling langsung tentang resiko timbulnya penyakit. Jadi ciri umum
penelitian kohort adalah:
a. dimulai dari pemilihan subyek berdasarkan status paparan.
a. melakukan pencatatan terhadap perkembangan subyek dalam kelompok studi amatan.
b. dimungkinkan penghitungan laju insidensi (ID) dari masing-masing kelompok studi.
c. peneliti hanya mengamati dan mencatat paparan dan penyakit dan tidak dengan
sengaja mengalokasikan paparan.
Oleh karena penelitian kohort diikuti dalam suatu periode tertentu, maka
rancangannya dapat bersifat restropektif dan prospektif, tergantung pada kapan terjadinya
paparan pada saat peneliti mau mengadakan penelitian.
Rancangan penelitian kohort prospektif, jika paparan sedang atau akan
berlangsung, pada saat penelitian memulai penelitiannya. Rancangan kohort retrospektif,
jika paparan telah terjadi sebelum peneliti memulai penelitiannya. Jenis penelitian ini
sering disebut sebagai penelitian prospektif historik.
b. Penelitian cross-sectional (Lintas-Bagian)
Penelitian lintas-bagian adalah penelitian yang mengukur prevalensi penyakit. Oleh
karena itu seringkali disebut sebagai penelitian prevalensi. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari hubungan penyakit dengan paparan dengan cara mengamati status paparan dan
penyakit secara serentak pada individu dari populasi tunggal pada satu saat atau periode
tertentu.
Penelitian lintas-bagian relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakan oleh peneliti dan
amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada karakteristik masing-masing
individu. Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk: menaksir besarnya
kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan dari populasi tersebut. Instrumen yang sering
digunakan untuk memperoleh data dilakukan melalui: survei, wawancara, dan isian
kuisioner.
c. Penelitian Kasus Kontrol (case control)
Penelitian kasus kontrol adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan
antara paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok
kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Ciri penelitian ini adalah:
pemilihan subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah
subyek mempunyai riwayar terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita
penyakit disebut: Kasus berupa insidensi yang muncul dari populasi, sedangkan subyek yang
tidak menderita disebut Kontrol.

6. Penelitian berdasarka jenis data

a. Penelitian kualitatif adalah peneltian yang menggunakan data kualitatif (data yang
berbentuk data, kalimat, skema, dan gambar)
Penelitian kualitatif ini lebih diarahkan kepada deskriptif suatu objek yang akan
diteliti tampa melakukan uji tertentu dan biasanya penelitian kualitatif ini juga tidak
diharuskan menggunakan hipotesis.Menurut Strauss dan Corbin (1997: 11-13), yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-
penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh)dengan menggunakan prosedur-prosedur
statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi(pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum
dapat digunakan untuk penelitian tentangkehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,
fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, danlain-lain. Salah satu alasan menggunakan
pendekatan kualitatif adalah pengalaman para penelitidimana metode ini dapat digunakan
untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyidibalik fenomena yang kadangkala
merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secaramemuaskan.Bogdan dan Taylor (1992:
21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yng
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilakuorang-orang yang
diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasil kan uraian yangmendalam
tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,kelompok,
masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yangdikaji dari
sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik

b. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data kuantitatif (data yang
berbentuk angka atau data yang diangkakan.Penelitian Kuantitatif adalah penelitian yang
ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagain dan fenomena serta hubungan-hubungannya.
Tujuan Penelitian Kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model
matematis, teori-teori dan hipotesis yang dikaitkan denganfenomena alam.
Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu
fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antarvariabel, dan ada
pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau
mendeskripsikan banyak hal, baik itu dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu
social.
7. Penelitian berdasarkan tempatnya

a. Penelitian Laboraturium

Penelitian laboraturium adalah penelitian yang dilakukan di ruangan tertentu (laboraturium)


untuk melelakukan uji coba atau riset tertentu

b. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan di lapangan terbuka secara umum,
misalnya penelitian dilakukan di masyarakat pesisir, atau penelitian dilakukan di pasar
tradisional, penelitian dilakukan di lokasi objek wisata dan lain-lain. Jadi pada intinya
penelitian lapangan inti tidak dibatasi oleh ruang dan waktu

c. Penelitian Perpustakaan

Penelitian perpustakaan adalah penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan, biasa juga
disebut studi kepustakaan karena objek pengkajiannya di perpustakaan

8. Penelitian berdasarkan bidang ilmu


a. Social science ( ilmu pengetahuan sosial)
Penelitian sosial adalah istilah yang digunakan terhadap penyelidikan-penyeldikan yang
dirancang untuk menambah khazanah ilmu pengetahuansosial, gejala sosial, atau praktik-
praktik sosial. Istilah sosial ini menunujuk pada hubungan-hubungan antara, dan di antara,
orang-orang, kelompok-kelompok seperti keluarga, institusi (sekolah, komunitas, organisasi,
dan sebagainya), danlingkungan yang lebih besar

b. Natural science (ilmu pengetahuan alam)


Penelitian natural science adalah istilah yang digunakan terhadap penyelidikan-penyeldikan
yang dirancang untuk menambah khazanah yang berkaitan dengan gejala-gejala alam, benda-
benda, tumbuhan, hewan, ruang angkasa, zat-zat dan lainya.

c. Engineering (teknik)

9. Penelitian menurut tujuan umum


a. Penelitian eksploratif
Jenis penelitian eksploratif, adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan
sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu dapat saja berupa pengelompokkan suatu gejala,
fakta, dan penyakit tertentu. Penelitian ini banyak memakan waktu dan biaya.
b. Penelitian pengembangan
Jenis penelitian ini adalah untuk menyelidiki pola dan perurutan pertumbuhan dan / atau
perubahan sebagai fungsi waktu. Jenis penelitian pengembangan ini juga bertujuan untuk
mengembangkan aspek ilmu pengetahuan. Misalnya: penelitian yang meneliti tentang
pemanfaatan terapi gen untuk penyakit-penyakit menurun.

c. Penelitian verifikatif
Jenis penelitian ini bertujuan untuk menguji kebenaran suatu fenomena. Misalnya saja,
masyarakat mempercayai bahwa air sumur Pak Daryan mampu mengobati penyakit mata dan
kulit. Fenomena ini harus dibuktikan secara klinik dan farmakologik, apakah memang air
tersebut mengandung zat kimia yang dapat menyembuhkan penyakit mata.
Penelitian evaluatif memiliki dua kegiatan utama yaitu pengukuran atau pengambilan
data dan membandingkan hasil pengukuran dan pengumpulan data dengan standar yang
digunakan. Berdasarkan hasil perbandingan ini maka akan didapatkan kesimpulan bahwa
suatu kegiatan yang dilakukan itu layak atau tidak, relevan atau tidak, efisien dan efektif atau
tidak. Atas dasar kegiatan tersebut, penelitian evaluatif dimaksudkan untuk membantu
perencana dalam pelaksanaan program, penyempurnaan dan perubahan program, penentuan
keputusan atas keberlanjutan atau penghentian program, menemukan fakta-fakta dukungan
dan penolakan terhadap program, memberikan sumbangan dalam pemahaman suatu program
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Lingkup penelitian evaluative dalam bidang
pendidikan misalnya evaluasi kurikulum, program pendidikan, pembelajaran, pendidik,
siswa, organisasi dan manajemen. Satu pengertian pokok yang terkandung dalam evaluasi
adalah adanya standar, tolok ukur atau kriteria. Mengevaluasi adalah melaksanakan upaya
untuk mengumpulkan data mengenai kondisi nyata sesuatu hal, kemudian dibandingkan
dengan kriteria agar dapat diketahui kesenjangan antara kondisi nyata dengan kriteria
(kondisi yang diharapkan). Penelitian evaluatif bukan sekedar melakukan evaluasi pada
umumnya.

KATEGORI PENELITIAN BERDASARKAN METODE :

A. ANALITIS

Menurunkan hubungan melalui sistem deduktif, merupakan penelitian yang perlu dikaji
dalam beberapa bagian yang lebih rinci untuk memahami berbagai hubungan, sifat, dari
peranan dari bagian – bagian tersebut. Metode analitis meliputi :

Matematik ( dilakukan secara hitungan sistematis dengan rumus statistik )

Filsafat ( adalah landasan gaya pikiran seseorang yang ingin mengetahui lebih dalam soal
yang subjektif dan objektif )

Hukum ( melalui hukum – hukum yang berlaku dan sudah ada )

Linguistik ( dilakukan terhadap bahasa, atau lebih tepat terhadap semua tataran tingkat
bahasa, yaitu fonetik, fonemik, morfologi, sintaksis, dan semantik )

B. HISTORIS
Peristiwa + perkembangan di masa lampau, merupakan penelitian mengenai pengumpulan
dan evaluasi data secara sistematis berkaitan dengan dengan kejadian masa lampau untuk
menguji kebenaran hipotesis yang berkaitan dengan sebab akibat atau kecendrungan
kejadian-kejadian yang dapat membantu menggambarkan atau menerangkan kejadian masa
kini dan mengantisipasi kejadian dimasa yang akan datang. Metode historis meliputi :

Kronologis / biografi ( merupakan studi pengalaman seorangindividu yang diceritakan oleh


peneliti atau ditemukan di berbagai dokumenatau arsip )

Spasial / komparatif ( untuk mendapatkan informasi pengamatan yang dipengaruhi efek


ruang atau lokasi )

Historik ( berdasarkan cerita masa lalu )

Legal Yuridis ( merupakan penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan atau
ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain )

C. DESKRIPTIF

Menjelaskan kondisi yang ada (exist), peneliti akan mendeskripsikan suatu fenomena dengan
berdasarkan pada pengalaman partisipan riset serta hasil observasi yang telah dilakukannya.
Metode deskriptif meliputi :

1. Korelasi adalah penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua
variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak
terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328)

2. Surveyadalah suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara


menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden dalam berbentuk sample dari
sebuah populasi

3. Studi kasus, Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara
rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen
atau satu peristiwa tertentu
4. Studi pengembanganmerupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mengembangkan suatu penelitian secara mendalam untuk memperoleh model baik dalam
tataran teoretis yang sebelumnya sudah ada maupun belum ada (baru)

5. Studi tindak lanjut adalah metode penelitian yang meyelidiki perkembangan subjek
sesudah diberikan perlakuan atau kondisi tertentu

6. Studi kecenderunganbertujuan untuk mengetahui arah kecenderungan metode yang


digunakanan

D. EKSPERIMENTAL

Menguji hubungan sebab akibat, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang
ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Metode
eksperimental meliputi :

One group ( suatu teknik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah pemberian perlakuan )

More than one group ( teknik yang menggunakan beberapa grup sebagai objek yang akan
diberi perlakuan )

JENIS DATA :

A. KUALITATIF ( data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar. Diperoleh
melalui wawancara, observasi, diskusi atau pengamatan )

B. KUANTITATIF

1. Diskrit / nominal ( data yang angka-angkanya memiliki kemungkinan nilai terbatas dan
antara satu angka dengan angka yang lain jelas terpisah )

2. Kontinum / hasil pengukuran ( data yang angka-angkanya memiliki kemungkinan nilai


tidak terbatas dalam kisaran tertentu )
a. Ordinal ( angka yang berfungsi untuk menunjukkan adanya penjenjangan kualitatif
atau secara sederhana angka ini menunjukkan sebuah peringkat )

b. Interval ( hasil pengukuran ordinal yang memiliki jarak antar jenjang yang tetap atau
selalu sama )

c. Ratio ( angka interval yang memiliki angka nol mutlak, artinya angka nol dalam skala
ini memang menunjukkan bahwa atribut yang diukur memang tidak ada pada objek )

PERBEDAAN AKSIOMA ANTARA KUALITATIF DAN KUANTITATIF :

A. KUANTITATIF

1. Sifat realitas :

Tunggal ( data yang belum tersusun atau dikelompokkan kedalam kelas – kelas interval)

Konkrit ( data yang nyata dan benar – benar ada dan dapat terwujud )

Teramati ( data nya mudah diamati oleh semua orang )

2. Hubungan peneliti dengan yang diteliti

Independen ( keberadaannya dipengiaruh oleh variabel lain )

3. Hubungan variabel

Sebab – akibat / kausal ( hubungan yang menyatakan sebab terjadinya suatu peristiwa
dan akibat yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut )

4. Kemungkinan generalisasi

Cenderung membuat generalisasi ( proses penalaran yang membentuk kesimpulan secara


umum melalui suatu kejadian, hal, dan sebagainya )

5. Peranan nilai
Cenderung bebas nilai ( sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas, diperoleh
melalui penggunaan instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dan
menyebabkan bias )

B. KUALITATIF

1. Sifat realitas :

Ganda ( data tidak sesuai ketentuan dalam artian menyimpang )

Holistik ( menekankan pentingnya keseluruhan dan saling keterkaitan dengan bagian –


bagiannya )

Dinamis ( segala sesuatu atau kondisi yang terus-menerus berubah, bergerak


secara aktif dan mengalami perkembangan berarti )

Hasil konstruksi dan pemahaman ( merupakan hasil dari pembangunan pemahaman )

2. Hubungan peneliti dengan yang diteliti

Interaktif tidak dapat dipisahkan ( lebih menekankan pada aspek pemahaman secara
mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat permasalahan untuk penelitian
generalisasi )

3. Hubungan variabel

Timbal – balik / interaktif ( data hasil peneletian lebih berkenaan dengan interprestasi
terhadap data yang di temukan di lapangan )

4. Kemungkinan generalisasi

Transfer ability / hanya mungkin dalam ikatan konteks dan waktu ( menghasilkan data
berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati )

5. Peranan nilai

Terikat nilai ( mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para informan dan
diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan informan )
4. Analisis: Persamaan analisis kualitatif & Kuantitatif

Persamaan antara analisis kualitatif dan kuantitatif (Berdasarkan Neumann, 1997)

INFERENSI Melibatkan inferensi dari detil-detil pengamatan


empiris ke suatu simpulan umum …. to infer means to
pass a judgment, to use reasoning process, to reach a
conclusion based on evidence
KETERBUKAAN Menerapkan suatu metode atau proses pengumpulan
data yang sistematis dan terbuka, agar pihak lain bisa
memberikan penilaian ( public method or process of
data gathering)
PERBANDINGAN Memerbandingkan data, mencari kesamaan dan
perbedaan, untuk menemukan pola-pola tertentu
dalam data.
KOREKSI Memergunakan prosedur atau mekanisme yang
bertujuan menghindari kesalahan analisis dan
penarikan inferensi

Persamaan antara analisis kualitatif dan kuantitatif (Berdasarkan a.l. Neumann, 1997)

KUANTITATIF KUALITATTIF
Klasifikasi dan kuantifikasi fenomena Klasifikasi fenomena sosial ( nominal
sosial (mis. Interval variable,kekuatan da ordinal variable tanpa pengukuran
korelasi antara variable, dsb) korelasi statistik)
Kriteria kuantitatif dalam Kriteria kualitatif ( mis. Inter-
pengambilan simpulan ( mis. Sample subjectivity agreement, face validity)
representativeness, significant level,
dsb)
Analisis data dimulai setelah proses Analisis data dilakukan sepanjang
pengumpulan data proses penelitian
Memiliki teknik-teknik standar Belum/ tidak memiliki teknik-teknik
pengukuran dan analisis data ( standar yang diakui bersama.
hypothesis testing, reliability and
validity assesment, dsb)

Perbedaan antara analisis kualitatif & kuantitatif

Antara penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat diliht dari tiga perbedaan yaitu:
1. Perbedaan aksioma
2. Perbedaan karakteristik
3. Perbedaan dalam proses penelitian

Perbedaan Aksioma Penelitian Kuantitatif dengan Kualitatif

Aksioma Dasar Kuantitatif Kualitatif


Sifat realitas Tunggal, konkrit, teramati Ganda, holistik, dinamis,
hasil kontruksi dan
pemahaman
Hubungan peneliti dan Independen, ada jarak Interaktif tidak dapat
yang diteliti dipisahkan
Hubungan variable Sebab akibat Timbal balik/interaktif
Kemungkinan Cenderung membuat Transferability (hanya
generalisasi generalisasi mugkin dalam ikatan
konteks dan waktu)
Peranan nilai Cenderung bebas niali Terikat nilai

Perbedaan Karakteristik Metode

Kuantitatif Kualitatif
Tujuan: Tujuan:
Menunjukkan hubungan antar Menemukan pola hubungan yang
variabel bersifat interaktif
Menguji teori Menggambarkan realitas yang
Mencari generalisasi yang kompleks
mempunyai nilai prediktif Memperoleh pemahaman makna

Menemukan teori
Disain: Disain:
Spesifik, jelas, rinci, ditemukan Umum, fleksibel, tentatif (berkemban
secara mantap sejak awal, menjadi dalam proses penelitian)
pegangan langkah penelitian

Usulan Disain: Usulan Disain:


Luas dan rinci Singkat, tidak terlalu rinci,
Bersandar pada kajian literatur masalah/fokus yang diteliti tentatif
Prosedur spesifik dan rinci (dapat berkembang), ditetapkan setelah
Masalah/hipotesis spesifik, jelas diperoleh data awal dari lapangan
Ditulis rinci dan jelas sebelum ke Kajian literatur tidak menjadi dasar
lapangan penelitian
Prosedur umum dan fleksibel

Hipotesis tidak dirumuskan berdasar


teori, tapi dapat ditemukan di lapangan
Teknik penelitian (pengumpulan Teknik penelitian (pengumpulan data):
data): Observasi, partisipasi
Eksperimen, survey Wawancara mendalam
Kuesioner Gabungan teknik/triangulasi (tidak
Observasi dan wawancara terstruktur)

Terstruktur
Instrumen: Instrumen:
Test, angket, interview schedule Peneliti sebagai instrumen kunci tidak
(terstruktur) menggunakan instrumen yang
Instrumen terstandard terstandard

Alat bantu: catatan, tape recorder,


camera, handycam, dll.
Data: Data:
Kuantitatif lebih bersifat deskriptif (data pribadi,
catatan lapangan, ucapan dan tidakan
Hasil pengukuran variabel yang
responden, dokumen, dll)
dioperasionalkan dengan
menggunakan instrument
Sampel: Sampel:
Besar Kecil, tidak representatif, berkembang
Representatif selama proses penelitian
Sedapat mungkin random Teknik yang sering digunakan
purposive dan snowball
Ditentukan sejak awal

Analisis data: Analisis data


Setelah pengumpulan data. Deduktif Dilakuka terus menerus, induktif untuk
mencari pola, model, thema, teori
Menggunakan statistic
Hubungan dengan responden: Hubungan dengan informan/partisipan:
Berjarak kedudukan peneliti lebih Empati, akrab
tinggi Kedudukan sejajar
Jangka pendek Menempatkan informan sebagai
Penelitian dianggap selesai keika guru/konsultan
semua rencana kegiatan penelitian Jangka lama
telah dilaksanakan
Penelitian dianggap selesai ketika tidak
Kepercayaan terhadap hasil ada data baru. Kepercayaan terhadap
penelitian: pengujian validitas dan hasil penelitian: pengujian kredibilitas,
reliabilitas instrument depentabiltas, proses dan hasil
penelitian

Perbedaan Proses Penelitian Kuantitatif Dengan Kualitatif

Kuantitatif Kualitatif
Proses Linier Proses sirkuler
Rumusan masalah dari analisis Masalah dirumuskan setelah ada data
empiris dan telaahan teori awal dari lapangan dan dapat terus
Hipotesis dirumuskan dari kajian berkembang di lapangan. (memasuki
literatur/teori (logico-hipothetico) lapangan/mengumpulkan data
Memilih metode mereduksi fokus penelitian seleksi,
Menyusun instrumen mengurangi fokus lebih rinci.
Menguji reliabilitas dan validitas Menemukan tema/merumuskan
instrumen hipotesis
Pengumpulan data pada
Menemukan analisis informasi
populasi/sampel besar yang
deskriptif, komprotatif dan asosiatif
representatif.
dalam proses sirkuler.
Dianalisis, disimpukan.
Adapun Perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif dilihat dari Bryman, Quantity and
Quality in Social Research, 1988: 94

QUANTITATIVE QUALITATIVE
(objective) (reflective)
Kedudukan suatu Studi awal Penggealian interpretasi
penelitian kualitatif subjek
Hubungan peneliti Jauh ( peneliti –objek Dekat ( empati) insider
dan yang diteliti penelitian ) outsider
Hubungan Confirmatory data empirik Emergent : teori
teori/konsep dengan untuk memberi konfirmasi dimunculkan atas dasar
data empiric bagi teori data empirik
Strategi penelitian Berstruktur Tidak berstruktur
Lingkup/ klaim Nomothetic mencari “ the Ideographic mencari “a
temuan truth” truth”
Konsepsi tentang Statis dan eksternal Prosesual dan realitas
realitas social merupakan produk
konsruksi sosial

Dan ada juga Perbedaan antara analisis kualitatif & kuantitatif menurut Neuman, 1997

KUANTITATIF KUALITATIF
Klasifikasi & kuantifikasi fenomena Klasifikasi fenomena sosial (variabel
sosial (Misal: variabel interval, nominal & ordinal tanpa pengukuran
kekuatan korelasi antar variabel,dll) korelasi statistic)
Kriteria kuantitatif dalam pengambilan Kriteria kualitatif (inter-subjectivity
kesimpulan (misal: keterwakilan agreement, face validity data)
sample, tingkat signifikansi,dll)
Analisis data dimulai setelah proses Analisis data dilakukan sepanjang
pengumpulan proses penelitian
Memiliki teknik-teknik standar Belum/tidak memiliki teknik-teknik
pengukuran & analisis data (Misal: standar yang diakui bersama
Pengujian hipotesis, reliabilitas,
validitas

DESAIN

Rancangan atau desain penelitian adalah rencana dan sturktur penelitian yang disusun
sedemikian rupa, sehingga kita dapat memperoleh jawaban atas permasalahan-permasalahan
penelitian. Rencana itu merupakan suatu bagan atau skematis secara menyeluruh yang mencakup
program penelitian yang ingin dikerjakan. Rancangan penelitian kadang kala dipresentasikan
melalui suatu bagan konseptual berdasarkan kajian pustaka. Rancangan yang dibuat untuk
menjadikan peneliti mampu menjajab pertanyaan (masalah) penelitian dengan valid, objektif,
tepat, dan efisien.1

Desain penelitian berarti perencanaan untuk melaksanakan penelitian dan dengan


membaca penelitian, mendiskusikan prosedurnya, dan menunjukkan persoalan yang muncul,
maka seorang peneliti akan memiliki suatu rencana awal tentang bagaimana menyelenggarakan
bentuk penelitian.

1. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitaif adalah penelitian yang difokuskan pada kajian fenomena objektif
untuk dikaji secara kuantitatif.Jenis datanya dikuantifikasikan dalam bentuk angka dan
dianalisis menggunakan statistika.Selain kualitatif penelitian kuantitatif memiliki desain dan
karakter tersendiri yang merupakan ciri khas dari penelitian kuantitatif.Berikut akan dibahas
karakteristik dan desain dari penelitian kuantitatif.
a. Karakteristik Penelitian Kuantitatif
a) Dalam penelitian kuantitaif desain penelitian sangatlah spesifik, jelas dan rinci
sehingga desain dari penelitian dijadikan sebagai pegangan dalam menjalankan
penelitian langkah demi langkah yang sudah ditentukan dari awal.
b) Tujuan dari penelitian kuantitaif menunjukkan hubungan antar variabel yang
berbeda dengan menguji teori yang kemudian dicari generalisasi yang memiliki
nilai prediktif.
c) Teknik pengumpulan data berupa kuisioner, observasi dan wawancara. Dan sangat
mungkin jika responden mewakilkan kepada yang lain. Karena dalam penelitian ini
lebih berorientasi pada hasil dan mengesampingkan proses penelitian.
d) Data penelitian berupa kuantitatif yang hasil pengujian variabelnya
dioperasionalkan dengan instrument penelitian.
e) Analisa data bersifat deduktif dengan menggunakan statistik.
f) Sampel dalam penelitian kuantitaif sangat besar dan representatif.
g) Menggunakan hipotesis atau ramalan hasil dari penelitian yang akan dilaksanakan.
Hipotesis dapat berupa hubungan postif atau bahkan negatif tergantung dari
variabel yang akan diteliti.
h) Instrumen penelitian berupa tes tulis, angket dan wawancara terstruktur
sebelumnya. Instrumen yang digunakan juga sudah standar instrumen penelitian
kuantitatif.
i) Hasil dari penelitian menggunakan uji validitas dan realibilitas instrument.

b. Desain Penelitian Kuantitatif


Penelitian kuantitatif memiliki tahapan dan langkah analisis tersendiri. Berikut
merupakan bagan desain penelitian kuantitaif;
Masalah Penelitian empiris/teoritis

Rumusan masalah

Literatur/ penelitian relevan


Pengujian Hipotesis

Populasi & sampel

Instrument penelitian

Pengumpulan data

Penentuan met penelitian

Analisis statistik

Hasil Penelitian

Simpulan generalisasi

Dalam desain penelitian kuantitaif ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu pengujian
hipotesis, populasi dan sampel, dan analisis statistik.Ketiga hal ini menjadi ciri khas utama
penelitian kuantitatif.
Dalam penelitian kuantitaif masalah yang dibawa haruslah jelas karena dalam penelitian
ini harus berangkat dari masalah yang diangkat.Hipotesis dari penelitian kuantitaif merupakan
jawaban sementara dari fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data.Populasi dan
sampel haruslah dipilih yang berkualitas untuk ditarik kesimpulan dari hasil penelitian, sampel
tidak hanya orang tetapi juga boleh benda.Tentukan instrumen penelitian kemusian setelah data
terkumpul analisa secara statistik sehingga ada hasil dari penelitian yang kemudian disimpulakan
apakah hipotesis terbukti atau tidak.Jika tidak terbukti maka perlu dicek kembali dari setiap
langkahnya.

c. Perbedaan Penelitian Kualitatif dengan Kuantitatif


Dari uraian diatas maka nampak sekali perbedaan antara penelitian kualitatif dengan
penelitian kuantitatif baik pada proses maupun tatanan ilmu yang mendasari kedunya.
Berikut kami paparkan perbedaan tersebut dalam beberapa aspek;
1) Pendekatan
Pada penelitian kuantitatif pendekatan berupa eksperimen, dan hard data.Sedangkan
penelitian kualitatif menggunakan pendekatan interaktif, soft data, naturalistik, deskriptif
dan verbal.
2) Konseptual
Pada kuantitatif yakni variabel, validitas, reliable, hipotesis dan hasil. Sedangkan pada
kualitatif lebih kepada makna, batasan situasi, fakta kehidupan sehari-hari, proses dan
konstruksi sosial.
3) Instrumen dan perlengkapan
Kuantitaif berupa instrument, indeks, pengukuran dari rumus-rumus dan
kepastian.Sedangkan pada kualitatif berupa alat rekam, dokumen asli, dan audivisual.
4) Desain
Desain dari kuantitaif lebih terstruktur, sedangkan pada kualitatif lebih fleksibel dan
muncul dengan sendirinya.
5) Analisa Data
Kuantitatif pengambilan kesimpulan analisa data bersifat deduktif dari suatu koleksi data,
analisa kuantitatif membentuk batasan yang diterima atau ditolak oleh teori yang telah
ada.Sedangkan kualitatif lebih bersifat induktif, sehingga dapat membentuk teori dan
nilai yang dianggap berlaku disuatu tempat.

B. Penelitian Kualitatif
Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang jenis datanya bersifat non angka, bisa berupa
kalimat, pernyataan, dokumen serta data lain yang bersifat kualitatif untuk dianalisis secara
kualitatif. Penelitian Kualitatif memiliki desain tersendiri sebagai ciri khas dari penelitian
Kualitatif.Desain penelitian merupakan konsep pelaksanaan penelitian.Penelitian kualitatif juga
memiliki karakteristik dalam berbagai hal.

pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah / berkembang sesuai dengan
situasi di lapangan. Desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk melakukan penelitan, oleh
karena itu desain harus bersifat fleksibel dan terbuka. Peranan peneliti sangat dominan dalam
menentukan keberhasilan penelitian sedang desain sifatnya hanya membantu mengarahkan
proses penelitian agar berjalan dengan sistematis.

Penelitian kualitatif dapat dipandang juga sebagai penelitian partisipatif yang desain
penelitiannya memiliki sifat fleksibel atau dimungkinkan untuk diubah guna menyesuaikan dari
rencana yang telah dibuat, dengan gejala yang ada pada tempat penelitian yang sebenarnya. Oleh
karena seorang peneliti belum mengetahui tentang responden dan apa yang akan ditanyakan
kepada mereka, maka mereka diperbolehkan melakukan perubahan. Sedangkan posisi
perencanaan sebelum peneliti terjun dilapangan adalah untuk meyakinkan bahwa mereka
mengetahuai kegiatan minimal apa yang perlu dilakukan di lapangan. Tidak diketahuinya macam
pertanyaan apakah yang perlu disampaikan ke responden adalah sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh Taylor dan Bogdan (1984:16) bahwa until we enter the field, we do not know
what questions to ask or how to ask them.

Dalam penelitian kualitatif, bacaan yang luas dan up to date merupakan syarat mutlak yang perlu
dilakukan oleh seorang peneliti guna mendalami teori yang relevan dengan permasalahan yang
hendak dipecahkan. Oleh karena itu agar memperoleh desain penelitian yang baik, para paneliti
hendaknya perlu memperhatikan beberapa butir penting seperti berikut yaitu: a) Peneliti
hendaknya menaruh minat terhadap tema atau topik yang pada umumnya masih bersifat umum,
b) Masalah diidentifikasi, dan dianalisis untuk menarik pertanyaan pokok atau yang berkaitan
dengan fokus permasalahan, c) Peneliti sejak awal hendaknya juga sudah mengetahui key
persons yaitu orang –orang yang mempunyai informasi, dan audience yaitu orang-orang atau
lembaga yang dapat menggunakan hasil-hasil penelitian, d) Peneliti hendaknya mengetahui
metode yang hendak digunakan agar dapat memilih metode yang sesuai dan dapat memecahkan
masalah.

Unsur-unsur dalam desain Penelitian kualitatif


Walaupun desain penelitian kualitatif dikatakan sebagai desain yang fleksibel, secara empiris,
desain penelitian kualitatif pada umumnya mengandung unsur-unsur penting seperti berikut.
1. Menentukan fokus penelitian. Pada unsur ini peneliti berusaha menguraikan latar belakang
permasalahan yang hendak dipecahkan, mengindentifikasi phenomena yang menunjukkan
realitas permasalahan dan kemudian menentukan fokus penilitan yang memiliki fungsi
sebagai guide atau pedoman peneliti ketika melakukan eksplorasi data.
2. Menentukan paradigma penelitian yang sesuai dengan keadaan lapangan. Seperti halnya
penelitian kuantitatif, peneliti kualitatif juga dianjurkan menggali landasan teori dari
berbagai sumber informasi dan kemudian membangun paradigma penelitian yang sesuai
dengan permasalahan yang dimaksud. Sedangkan yang menjadikan bervariasi pendapat
diantara peneliti adalah dicantumkannya secara implisit dalam bab dua atau kajian pustaka
atau secara integral dimasukkannya sesuai dengan konteks dan komponen penelitian.
3. Menentukan kesesuaian antara paradigma dengan teori yang dikembangkan sehingga
peneliti tetap yakin terhdapa kebenarannya karena teori yang dibangun masih saling
berkaitan erat dengan paradigma yang dikembangkan.
4. Menentukan sumberdata yang dapat digali dari masyarakat yang diteliti. Unsur ini penting
bagi peneliti bahwa prinsip berbasah kaki dan berinteraksi dengan responden dapat
dilaksanakan dengan benar.
5. Menentukan tahap-tahap penelitian. Tahapan penelitian pada umumnya mencakup langkah-
langkah yang secara sistematis direncanakan oleh peneliti, sehingga mereka dapat bergerak
dari langkah sat ke langakh lainnya dapat dilkukan secara efisien.
6. Mengembangkan instrumen penelitian. Walaupun peneliti adalah intrumen yang baik,
seorang peneliti perlu menuangkan secara tertulis sebagai fungsi pertanggung jawaban,
ketika peneliti lain menanyakan proses yang berkaitan erat dengan pengambilan data.
7. Merencanakan pengumpulan data dan pencatatannya, termasuk didalamnya garis besar
teknik pengumpulan data yang dipilih agar memperoleh data yang relevan dengan
permasalahan yang hendak dipecahkan.
8. Rencana analisis data, termasuk tindakan setelah peneliti megumpulkan data dari para
responden, melakukan refleksi dan m,enampilkannya untuk menuju peyusunan teori.
Analisis data menurut Guba 9198) ini termasuk diantaranya mengkatorisasi data,
mengelompokkan sesuai dengan karakteristik ubahan (characterisizing), menilai
pengelompokan, dan checking antara anggota peneliti (Member-check)
9. Rencana mencapai tingkat kepercayaan dan kebenaran penelitian, yang didalamnya
mencakup bagiaman peneliti melakukan pengembailan data agar memperoleh data yang
valid dan releiabel dengan permasalahan yang hendak diteliti.
10. Merencanakan lokasi dan tempat penelitian, lokasi dimana responden berada adalah tempat
yang perlu diperhitungkan, sehingga peneliti akan memperoleh informasi dari tangan
pertama yaitu orang yang mempunyai informasi.
11. Menghormati etika penelitian, termasuk perhatian peneliti untuk selalu menghormati hak
responden, tidak memaksa dan tidak membahayakan posisi responden. Hal responden
tersebut dicantumkannya dalam desain untuk meyakinkan bahwa penelitian naturalistik
sesuai dengan etika penelitian yang berlaku.
12. Mempersiapkan laporan penulisan dan penyelesaian penelitian. Komponen ini termasuk
didalamnya usaha peneliti untuk memperoleh laporan hasil penelitian yang didukung dengan
bukti pengambilan data, analisis data dan deseminasi melui peneulisan jurnal maupun artikel
yang relevan.
Hampir sebagian besar peneliti kualitatif mempunyai pertanyaan umum dalam pikiran
mereka. Pertanyaan tersebut akan dibawanya sampai ketika mereka hendak masuk ke
lapangan. Pertanyaan umum tersebut dapat dibedakan dalam dua kategori yang saling
berkaitan yaitu pertanyaan substantif dan pertanyaan teoritis. Pertanyaan subsatantif
biasanya berkaitan erat dengan isu-isu spesifik tentang tipe of setting misalnya, jika seorang
peneliti tertarik untuk mempelajari lebih mendalam tentang lingkungan tinggal mereka
seperti: rumah, desa, rumah sakit, restoran, kumpulan atau geng anak-anak remaja.
Pertanyaan teoritis pada umumnya lebih dekat dengan isu-isu sosiologis misalnya sosialisasi
tentang suatu program, penyimpangan yang terjadai dalam suatu masyarakat, dan kontro
sosial yang diberlakukan.

Pada uraian berikut ini diuraikan salah satu contoh tindakan peneliti yang erat kaitannya dengan
elemen desain penelitian kualitatif, seperti berikut.
1. Peneliti menaruh minat terhadap suatu topik, kemudian dia melakukan pendalaman terutama
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan responden atau audience, keberadaaan dan kemudahan
informasi keadaan dan lokasi penelitian.
2. Peneliti kemudian merumuskan sejumlah pertanyaan pendahuluan, guna mengetahui lebih
lanjut tentang informasi-informasi apa yang diperlukan.
3. Peneliti mengidentifikasi macam-mcam metode pengumpulan data, dan kemudian dia memilih
satu atau dua metode yang relevan dan tepat.
4. Mengidentifikasi tempat atau situs penelitian dimana responden melakukan kegiatan. Tempat
penelitian ini dapat berupa kelas, laboratorium, bengkel untuk kegiatan kelas. Tempat penelitian
juga mungkin berupa tempat orang bekerja, lembaga atau institusi.
5. Data yang diperoleh segera dianalisis untuk mencari maknanya. Perlu diketahui bahwa dalam
penelitian kualitatif seorang peneliti dianjurkan untuk melakukan analisis segera setelah
pengumpulan data selesai dilakukan. Atau dengan kata lain anatara pengumpulan data dengann
analisis data dapat dilakukan secara serentak, tanpa menunggu selesainya tahap pengumpulan
data.
6. Berdasarkan laporan dan analisis biasanya akan timbul sejumlah pertanyaan baru yang
menjadi pedoman guna melakukan observasi dan wawancara selanjutnya.

Yang Perlu Diperhatikan dalam Desain Penelitian


Desain penelitian kualitatif pada umumnya masih memiliki tiga karakteristik seperti berikut. a)
tidak dinyatakan secara detail, b) bersifat fleksibel, c) berkembang sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada di lapangan. Namun demikan peneliti senior, atas dasar empiris, dapat
mengidentifikasinya yang dalam beberapa hal yang komponen desainterjadi perubahan di
lapangan. Beberapa unsur yang dimaksud misalnya ialah: tentang tujuan, subyek yang diteliti,
proses pengambilan data, sampel dan sumberdata. Desain yang tepat baru dapat ditentukan
secara pasti oleh peneliti setelah peneliti bertemu dan berinteraksi dengan responden.
Desain penelitian kualitatif pada umumnya tidak mengemukakan hipoteses yang harus dites,
tetapi lebih sering berupa pertanyaan penelitian yang lebih mengarahkan pada ketercapaian
pegumpulan data secara langsung. Hal ini sesuai dengan penelitian kualitatif naturalistik yang
mendasarkan pad teori grounded yaitu membangun teori yang diperoleh melalui pengamatan
kasus perkasus phenomena yang dijelaskannya.
Desain penelitian kualitatif naturalistik pada umumnya bersifat juga terbuka,dan mampu
mengakomodasi adanya beberapa kemungkinan perubahan. Jumlah variabel yang tidak terbatas
menjadikan desain penelitian fleksibel melalui langkah-langkah yang tidak diperhitungkan
sebelumnya.
Pengertian populasi tidak perlu posisinya sebagai sesuatu yang luas tetapi bisa subyek yang
berdomisili pada satu tempat. Selain itu sampling dapat ditafsirkan sebagai plihan peneliti
terhadap: a) aspek apa, dari peristiwa apa, dan siapa yang dijadikan fokus dalam penelitian, b)
sampling dilakukan atas pertimbangan lebih bersifat bertujuan tergantung pada masalah
penelitian. Analisis data dilakukan sejak awal bersamaan dengan proses pengumpulan data,
bersifat terbuka dan berpijak dengan dasar filosofis induktif.

Empat belas Prinsip berkait dengan Desain Penelitian Kualitatif


Dalam menyusun desain penelitian kualitatif, para peneliti hendaknya perlu memperhatikan
beberapa butir seperti berikut.
1. Desain penelitian kualitatif pada umumnya merupakan desain penelitian yang tidak terinci,
fleksibel, timbul dan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di lapangan. Hal-
hal yang memungkinkan desain penelitian berubah biasanya termasuk: tujuan, subyek, sampel
penelitian jika ada, dan sumber data.
2. Lebih bersifat restrospektif yaitu, desain penelitian diketahui secara pasti setelah penelitian
selesai. Walaupun misalnya para peneliti mendesain penelitian dibantu dosen pembimbing, hasil
penelitian masih bersifata sementara atau adhoc dan masih mungkin berubah sesuai dengan
kondisi di lapangan.
3. Desain biasanya tidak mengemukan hipoteses yang perlu di tes, tetapi lebih berupa fokus
penelitian yang penekannya sebagai guide atau petunjuk dalam mencari atau mengumpulkan
data.
4. Hasil penelitian lebih bersifat terbuka dan tidak membatasi phenomena ke dalam variabel
seperti dalam penelitian kuantitatif positivist.
5. Desain penelitian lebih fleksibel dengan langkah-langkah yang tidak dapat dipastikan,
disamping juga hasil penelitian tidak dapat diprediksi atau diramalkan.
6. Peneliti melakukan analisis data sejak awal penelitian, bersamaan dengan proses pengumpulan
data, bersifat terbuka, open endded dan dilakukan secara induktif.
7. Penggunaan populasi posisinya tidak terlalu perlu. Sampling dapat ditafsirkan sebagai pilihan
peneliti terhadap beberapa faktor terkait termasuk: aspek apa dari peritiwa apa, dan siapa ataua
apa yang dijadikan fokus dalam penelitian.
8. Sampling lebih cederung menggunakan prinsip non probability sampling (Kerlinger: 1986),
yang didalamnya dibedakan menjadi empat macam yaitu a) purposive, b) accidental, c) quota
dan d) snow-ball sampling. Penelitian ini disebut sebgai non probabilitas karena lebih banyak
tergantung dari pada pilihan peneliti dan juga tujuan penelitian.
9. Instrumen penelitian kualitatif pada umumnya lebih bersifat internal dan subyektif, yang
direfleksikan dengan “peneliti sebagai instrumen”. Disamping itu, instrumen penelitian kualitatif
mendasarkan pada aspek-aspek seperti berikut termasuk: bersifat khusus, dan berulangkali
terjadi, yang berupa paradigma atau thema yang memberikan petunjuk ke arah pembentukan
teori.
10. Analisis data lebih bersifat terbuka terhadap perubahan, perbaikan dan penyempurnaan atas
dasar data baru yang masuk atau diterima peneliti.
11. Hipoteses tidak dapat dirumuskan pada awal penelitian, karena pada penelitian kualitatif
tidak dimaksudkan untuk menguji kebenaran. Hipoteses atau jawaban sementara dalam
penelitian kualitatif muncul sepanjang proses penelitian sebagai pedoman dalam menafsirkan
dan memaknai data.
12. Statistik tidak terlalu diperlukan dalam pengolahan data dan penafsiran data. Dalam
penelitian kualitatif, menganalisis data berarti mencoba memahami makna data secara Verstehin
dengan lebih mengutamakan makna yang berasal dari phenomena yang saling berkaitan satu
sama lain.
13. Lama penelitian tidak dapat ditentukan sebelumya oleh si peneliti. Pada hakekatnya
penelitian kualitatif dapat terus berlangsung sampai pada suatu saat peneliti sudah tidak
memperoleh data baru atau telah terjadi pengulangan phenomena, berarti penelitian baru dapat
diperbolehkan berhenti.
14. Dalam penelitian kualitatif-naturalistik selalu terjadi kemungkinan peneliti menemukan hal
baru (invention) disamping juga penemuan kembali hal-hal tertentu yang sebenarnya dahulu
sudah ada atau discovery.

Kerangka Desain Penelitian Kualitatif


Kerangka penulisan laporan penelitian kualitatif naturalistik, pada umumnya dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu kerangka laporan penelitian untuk mencapai gelar dan kerangka
laporan penelitian sebagai kegiatan profesi.
Kerangka penulisan laporan untuk mencapai gelar keserjanaan atau status akademik tertentu
biasanya lebih dituntut ketelitian penulis, disamping juga kelengkapan komponen penelitian
yang harus dipenuhi. Untuk penelitian kualitatif yang digunakan sebagai kegiatan profesi,
kelengkapan komponen penelitian tidak terlalu dituntut keberadaanya. Bagian utama yang sering
dihilangkan antaranya adalah bab dua tentang landasan teori. Hal ini terjadi, karena lembaga
profesi pada umumnya kurang menuntut landasan teori, karena beberapa alasan seperti misalnya,
a) landasan teori yang berisi kajian pustaka sudah dibuat secara integral sesuai dengan
pembahasan yang relevan.b) tanpa landasan teori laporan penelitian lebih terfokus kepada
kebutuhan lembaga profesi.
Untuk penelitian yang tujuan utamanya adalah untuk mencapai derajat kesarjanaan atau gelar
akademik, berikut ini diberikan contoh kerangka laporan penelitian kualitatif naturalistik dengan
judul “perilaku kepemimpinan kepala sekolah Perempuan: Studi Kasus di SMU Negeri 9 dan
SMU Budyawacana 1 Yogyakarta (Abdul azis: 2003) yang memiliki komponen seperti berikut.
– Abstrak
– Lembar pengersahan
– Kata pengantar
– Daftar isi
– Daftar tabel
– Daftar gambar
– Daftar lampiran
BAB I. Pendahuluan
• latar belakang
• Identifikasi permasalahan
• Pembatasan masalah
• Fokus penelitian
• Tujuan penelitian
• Manfaat penelitian

BAB II. Kajian Pustaka


– Definisi kepemimpinan
– Tujuan dan fungsi kepemimpinan
– Kempimpinan yang efektif
– Teori Kepemimpinan situasional
– Kajian penelitian yang relevan
– Kerangka pikir penelitian
– Sistematika pembahasan
BAB III. Metodologi Penelitian
– Gambaran umum tentang sekolah atau obyek
– Waktu dan setting penelitian
– Instrumen penelitian
– Teknik pengumpulan data
– Keabsahan data
– Sistematika pembahasan
BAB IV. Penelitian dan Pembahasan
– Diskripsi latar penelitian
– Fungsi kepala sekolah dan pendekatan kepemimpinannya
– Indikator efektifitas kepemimpinan
– Kecenderungan pendekatan kepemimpinan
– Dampak perilaku kepemimpinan kepala sekolah
BAB V. Kesimpulan dan saran
– Kesimpulan
– Implikasi
– Saran-saran
– Keterbatasan penelitian
– Daftar Pustaka
– Lampiran
Tujuan metode penelitian kuantitatif :
1. Menunjukkan hubungan antar variabel
Proses pengukuran memberikan hubungan yang mendasar antara pengamatan empiris
dan matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
2. Menguji teori
Penelitian ini digunakan untuk menguji suatu teori dan pada akhirnya mendukung atau
menolaknya.
3. Mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif

Teknik penelitian metode kuantitatif :


1. Eksperimen
2. Survey
3. Kuisioner
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Iskandar,
2008: 77).
Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip penulisan angket yaitu
sebagai berikut:
1) Prinsip penulisan angket
a) Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam
membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala pengukuran dan
jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
b) Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
c) Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa terbuka atau
tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur), dan bentuknya
dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
d) Pertanyaan tidak mendua
e) Tidak menanyakan yang sudah lupa
f) Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring pada
jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
g) Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang,
sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi.
h) Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju
ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit.
4. Observasi dan wawancara terstruktur
Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan
format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian format yang
disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti
berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar
mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kepada
skala bertingkat. Misalanya memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat
rekasi tersebut, tetapi juga menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai
dengan apa yang dikehendaki (Arikunto, 2006: 229).
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/ kecil.
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh
peneliti dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut:
a. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
b. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya.
c. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan dengan tatap muka maupun lewat telepon.
 Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh
karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah
disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama,
dan pengumpul data mencatatnya.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman
untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape
recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara
berjalan lancar. Adapun contoh wawancara terstruktur tentang tanggapan Mahasiswa terhadap
pelayanan Kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon:
1) Bagaimanakah tanggapan Saudara/I terhadap pelayanan yang ada di PBA?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
2) Bagaimanakah tanggapan Saudara/i terhadap pelayanan Administrasi di IAIN Syekh
Nurjati?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
 Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun contohnya adalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah pendapat Saudara terhadap kebijakan-kebijakan Rektor terhadap UKM-
UKM yang ada di IAIN Syekh Nurjati Cirebon?dan bagaimana dampaknya terhadap
mahasiswa!”.

Instrumen penelitian metode kuantitatif :


1. Tes
2. Angket
3. Wawancara
4. Instrument yang telah standar lainnya

Tujuan metode penelitian kualitatif :


1. Menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif
2. Menggambarkan realitas yang kompleks
3. Memperoleh pemahaman makna
4. Menemukan teori

Teknik penelitian metode kualitatif :


1. Participant observation
Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan.
2. In depth interview
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan
cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian (Emzir, 2010: 50).
Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa
tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan
kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang
diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Byrne (2001) menyarankan agar sebelum memilih wawancara sebagai metoda pengumpulan
data, peneliti harus menentukan apakah pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan tepat oleh
orang yang dipilih sebagai partisipan. Studi hipotesis perlu digunakan untuk menggambarkan
satu proses yang digunakan peneliti untuk memfasilitasi wawancara.
Menurut Miles dan Huberman (1984) ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam
melakukan wawancara, yaitu:
a) The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang sebenarnya
untuk membantu dalam merencanakan pengambilan data. Hal-hal yang perlu diketahui
untuk menunjang pelaksanaan pengambilan data meliputi tempat pengambilan data,
waktu dan lamanya wawancara, serta biaya yang dibutuhkan.
b) The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon partisipan. Di dalamnya
termasuk situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat pembuka, pembicaraan
pendahuluan dan sikap peneliti dalam melakukan pendekatan.
c) The events, menyusun protokol wawancara.
Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam (in-depth
interview), di mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat
langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman
pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkali-
kali. 2). wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti menanyakan kepada informan
hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda dengan wawancara mendalam, wawancara
terarah memiliki kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat dengan
pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau peneliti lebih
memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka dengan informan,
sehingga suasana terasa kaku.
3. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta
yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal
kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali
infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk
memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna
(Faisal, 1990: 77).
4. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang memiliki sifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data juga sumber data yang sudah ada.
Terdapat beberapa jenis triangulasi yaitu : triangulasi data, triangulasi peneliti, triangulasi
metodologis, triangulasi teoritis.

Instrumen penelitian metode kualitatif :


1. Peneliti sebagai instrument
2. Catatan
3. Rekaman
4. Kamera
5. Handycam, dll
1. Data

Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan peneliti untuk kepentingan pemecahan
masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai
sumber, dikumpulkan menggunakan berbagai teknik selama proses penelitian berlangsung.

1) Data pada metode kuantitatif


a. Kuantitatif

Data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat
diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.

b. Hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen

Suatu variabel sebenarnya adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, oleh sebab itu
diperlukan operasional variabel, Operaiionalisasi tersebut diperlukan untuk menjembatani
perbedaan antara variabel teoritis yang menggunakan istilah abstrak dengan variabel empiris
yang terobservasi secara inderawi (empirical iiem). Operasionalisasi variabel akan
menghasilkan indikator yang menjadi ukuran (ukuran-ukuran) empirik dari suatu variabel.
Dengan kata lain, operasionalisasi variabel adalah aktivitas mengubah variabel teoritik atau
konsep menjadi variabel empirik atau variabel operasional.

2) Data pada metode kualitatif

Merupakan data yang menunjukkan mutu atau kualitas sesuatu yangada, baik proses,
keadaan, peristiwa, kejadian dan lainnya yang dinyatakan ke dalam bentuk pertanyaan atau
berupa kata-kata. Penentuan kualitas data tersebut menurut kemampuan memberikan nilai
tentang bagaimana mutu dari sesuatu itu.

a. Deskriptif

Analisis Deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian


berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak
dimaksudkan untuk pengujian hipotesis. Sekalipun penelitian yang dilakukan bersifat
inferensial, sajian keadaan subjek dan data penelitian secara deskriptif tetap perlu
diketengahkan lebih dahulu sebelum pengujian hipotesis dilakukan

b. Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden.


Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitinya dapat betul-betul berkualitas, maka
data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu berupa data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan,gerak-gerik
atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek
penelitian (informan) yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, dll),
foto-foto, film, rekaman video, benda-benda, dan lain-lainyang dapat memperkaya data
primer.

Sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis
yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat
ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya.

2. Sampel / Sumber Data

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian
sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Penelitian
sampel baru boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar
homogen. Apabila subjek populasi tidak homogen, maka kesimpulannya tidak boleh
diberlakukan bagi seluruh populasi

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila
peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber
data disebut responden (= orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan
peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan). Apabila menggunakan observasi, maka
sumber datanya bias berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan
dokumentasi, maka dokumen atau catatan yang menjadi sumber data.

Sampel / Sumber data pada metode kuantitatif :

a. Besar
Dari segi teknik memperoleh jumlah (size) responden (sample) pendekatan kuantitatif
ukuran (besar, jumlah) sampelnya bersifat representatif (perwakilan) dan diperoleh dengan
menggunakan rumus, persentase atau tabel-populasi-sampel serta telah ditentukan sebelum
pengumpulan data. Penelitian kualitatif jumlah respondennya diketahui ketika pengumpulan
data mengalami kejenuhan. Pengumpulan datanya diawali dari mewawancarai informan-awal
atau informan-kunci dan berhenti sampai pada responden yang kesekian sebagai sumber yang
sudah tidak memberikan informasi baru lagi. Maksudnya berhenti sampai pada informan yang
kesekian ketika informasinya sudah “tidak berkualitas lagi” melalui teknik bola salju (snow-
ball), sebab informasi yang diberikan sama atau tidak bervariasi lagi dengan para informan
sebelumnya. Jadi penelitian kualitatif jumlah responden atau informannya didasarkan pada
suatu proses pencapaian kualitas informasi.

b. Representatif
c. Sedapat mungkin random
d. Ditentukan sejak awal

Sampel / Sumber data pada metode kualitatif :

a. Kecil
b. Tidak representatif
c. Purposive

Salah satu teknik sampling non random sampling dimana peneliti menentukan
pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan
tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.

d. Berkembang selama proses penelitian

3. Analisis
Analisis data bertujuan menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan ditafsirkan.
Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik.

Analisis pada metode kuantitatif :

a. Setelah selesai pengumpulan data

Dilakukannya analisis data setelah proses pengumpulan data selesai dilaksanakan, baik
yang berupa angket maupun yang observasi secara langsung.

b. Deduktif

Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan.
Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang
umum ke sesuatu yang khusus.

Contoh :Jika meneliti konsumsi rumah tangga untuk minyak, maka sebelum turun ke
lapangan yang dipersiapkan adalah teori konsumsi, permintaan dan penawaran barang, dll.
pertanyaan yang akan diajukan sudah jelas dan hampir baku, sampelnya jelas, dll. artinya
sudah disiapkan semua tinggal cari data.

c. Menggunakan statistik

Analisis pada metode kualitatif

a. Terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang belum ada teorinya sehingga peneliti harus
berusaha untuk menemukan teori tersebut mulai awal dilakukannya penelitian sampai akhir.
Hasilnya bukan berupa angka, melainkan kata-kata atau kalimat yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Objek penelitiannya berupa kehidupan lingkungan
sosial.

b. Induktif
Dalam sistem induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan
berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.

Contoh :Bisa jadi langsung ke lapangan untuk wawancara secara mengalir (contoh
penelitian tentang konflik pilkada di desa X) artinya tidak perlu pakai kuesioner tapi tetapi
menggunakan interview guide dan biasanya jenis pertanyaan terbuka dan di lapangan.

c. Mencari pola, model, tema, teori

Pola adalah cara kerja yang terdiri dari unsur- unsur terhadap suatu perilaku dan dapat
dipakai untuk menggambarkan atau mendeskripsikan gejala perilaku itu sendiri.

Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang
disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam. Model berisi informasi- informasi tentang
suatu fenomena yang dibuat dengan tujuan untuk mempelajari fenomena sistem yang
sebenarnya.

Tema adalah ide pikiran atau gagasan pokok akan suatu hal, salah satunya dalam sebuah
tulisan.

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan proposisi untuk
menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar
variable

Hubungan dengan responden


1. Metode Kuantitatif
a. Berjarak, bahkan sering tanpa kontak
Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam arti dirinya
tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian.
b. Peneliti merasa lebih
Kedudukan peneliti lebih tinggi dibandingkan responden
c. Jangka pendek
Penelitian jangka pendek hanya sampai pada saat hipotesis dapat dibuktikan
2. Metode Kualitatif
a. Empati, akrab
Empati dan akrab supaya dapat memperoleh pemahaman yang sangat mendalam
b. Kedudukan sama, bahkan sampai pada konsultan
Kedudukan peneliti dengan responden sama, bahkan sampai pada guru atau konsultan.
Peneliti berfungsi pula sebagai alat pengumpul data sehingga keberadaanya tidak
terpisahkan dengan apa yang diteliti.
c. Jangka lama
Penelitian jangka panjang sampai pada data yang diperoleh penuh dan menghasilkan
hipotesis atau teori yang diinginkan

Usulan Desain
1. Metode kuantitatif
a. Luas dan rinci
Dalam metode penelitian kuantitatif masalah yang diteliti lebih umum memiliki
wilayah yang luas dengan tingkat variasi yang kompleks. Metode penelitian
kuantitatif adalah metode yang sistematis, jelas, terencama sejak awal hingga
akhir penelitian. Nantinya hasil dari penelitian dapat berkembang secara luas
dengan keadaan di lapangan.
b. Literatur berhubungan dengan masalah dan variabel yang diteliti
c. Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya
Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan.
d. Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas
Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang
jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di
dalamnya. Ditulis secara rinci dan jelas sebelum terjun ke lapangan.
2. Metode kualitatif
a. Singkat, umum bersifat sementara
b. Literatur yang digunakan bersifat sementara, tidak menjadi pegangan umum dan
fleksibel
c. Prosedur bersifat umum
Penelitian kualitatif tidak menggunakan rancangan penelitian yang baku.
Rancangan penelitian berkembang selama proses penelitian.
d. Masalah bersifat sementara dan akan ditemukan setelah studi pendahuluan
Proses penelitian kualitatif adalah penelitian yang belum memiliki masalah, atau
keinginan yang jelas, tetapi dapat langsung memasuki lapangan/objek penelitian.
Setelah memasuki objek penelitian tahap awal peneliti kualitatif akan melihat
segala sesuatu yang ada ditempat itu , masih bersifat umum.
e. Tidak dirumuskan hipotesis,karena justru akan menemukan hipotesis
Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan grounded theory, yaitu teori
yang timbul dari data bukan dari hipotesis seperti dalam metode kuantitatif. Atas
dasar itu penelitian bersifat generating theory, sehingga teori yang dihasilkan
berupa teori substansif.
f. Fokus penelitian ditetapkan setelah diperoleh data awal dari lapangan
Ketika pada proses penelitian tahap ke dua yang disebut sebagai tahap
reduksi/fokus, peneliti akan memilih mana data yang menarik penting, berguna,
dan baru. Selanjutnya dikelompok menjadi berbagai kategori yang ditetapkan
sebagai fokus penelitian. Pengumpulan data dilakukan atas dasar prinsip
fenomenologis, yaitu dengan memahami secara mendalam gejala yang ada.

Proses Penelitian
1. Metode kuantitatif bersifat linear
Penelitian kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari obyek yang diteliti. Masalah
harus digali melalui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris, sehingga peneliti
harus menguasai teori melalui membaca berbagai refrensi. Selanjutnya masalah
dirumuskan secara spesifik. Untuk menjawab masalah yang bersifat sementara
(hipotesis) maka, peneliti dapat membaca refrensi teoritis yang relevan. Kemudian
untuk menguji hipotesis peneliti dapat memilih metode/strategi/pendekatan/desain
penelitian yang sesuai. Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih maka peneliti
dapat menyusun instrumen penelitian. Dan hendaknya instrumen penelitian terlebih
dahulu diuji validitas dan realiabilitasnya. Pengumpulan data pada penelitian
kuantitatif dilakukan pada objek tertentu baik populasi maupun sampel. Jika peneliti
akan membuat generalisasi terhadap temuanya, maka sampel yang diambil harus
respensif (mewakili). Setelah data terkumpul, selanjutnya dianalisi untuk menjawab
rumusan masalah dan menguji hipotesis. Dalam analisis akan ditemukan apakah
hipotesis ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang
dajukan atau tidak. Kesimpulanya berdasarkan metode penelitian kuantitatif maka
penelitian ini bersifat linear, dimana langkah-langkahnya jelas, mulai dari rumusan
masalah, berteoti, berhipotesis, pengumpulan data, analis data, serta kesimpulan dan
saran.
2. Metode kualitatif bersifat sirkuler
Sedangkan proses penelitian kualitatif adalah penelitian yang belum memiliki masalah,
atau keinginan yang jelas, tetapi dapat langsung memasuki lapangan/objek penelitian.
Setelah memasuki objek penelitian tahap awal peneliti kualitatif akan melihat segala
sesuatu yang ada ditempat itu , masih bersifat umum. Baru ketika pada proses
penelitian tahap ke dua yang disebut sebagai tahap reduksi/fokus, peneliti akan
memilih mana data yang menarik penting, berguna, dan baru. Selanjutnya dikelompok
menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian. Tahap selanjutnya
atau tahap ke tiga dalam penelitian kualitatif adalah tahap selection. Pada tahap ini
peneliti menguraikan fokus menjadi lebih rinci. Kemudian peneliti melakukan analis
yang mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, maka selanjutnya peneliti
dapat menemukan tema dengan cara mengkonstruksikan data yang diperoleh menjadi
sebuah pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru. Hasil akhir dari penelitian
kualitatif ini bukan hanya sekedar menghasilkan Data atau informasi seperti yang sulit
di cari halnya pada metode penelitian kuantitatif, tetapi juga harus mampu
menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu baru
yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf
hidup manusia.

Metode kuantitatif dan kualitatiif dianggap selesai

1. Penelitian kuantitatif

Penelitian kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari obyek yang diteliti.
Masalah harus digali melalui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris, sehingga
peneliti harus menguasai teori melalui membaca berbagai refrensi. Selanjutnya masalah
dirumuskan secara spesifik. Untuk menjawab masalah yang bersifat sementara (hipotesis)
maka, peneliti dapat membaca refrensi teoritis yang relevan. Kemudian untuk menguji
hipotesis peneliti dapat memilih metode/strategi/pendekatan/desain penelitian yang sesuai.
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih maka peneliti dapat menyusun instrumen
penelitian. Dan hendaknya instrumen penelitian terlebih dahulu diuji validitas dan
realiabilitasnya. Pengumpulan data pada penelitian kuantitatif dilakukan pada objek
tertentu baik populasi maupun sampel. Jika peneliti akan membuat generalisasi terhadap
temuanya, maka sampel yang diambil harus respensif (mewakili). Setelah data terkumpul,
selanjutnya dianalisi untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis. Dalam
analisis akan ditemukan apakah hipotesis ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu
sesuai dengan hipotesis yang dajukan atau tidak. Kesimpulanya berdasarkan metode
penelitian kuantitatif maka penelitian ini bersifat linear, dimana langkah-langkahnya jelas,
mulai dari rumusan masalah, berteoti, berhipotesis, pengumpulan data, analis data, serta
kesimpulan dan saran.

2. Penelitian kualitatif

Proses penelitian kualitatif adalah penelitian yang belum memiliki masalah, atau
keinginan yang jelas, tetapi dapat langsung memasuki lapangan/objek penelitian. Setelah
memasuki objek penelitian tahap awal peneliti kualitatif akan melihat segala sesuatu yang
ada ditempat itu , masih bersifat umum. Baru ketika pada proses penelitian tahap ke dua
yang disebut sebagai tahap reduksi/fokus, peneliti akan memilih mana data yang menarik
penting, berguna, dan baru. Selanjutnya dikelompok menjadi berbagai kategori yang
ditetapkan sebagai fokus penelitian. Tahap selanjutnya atau tahap ke tiga dalam penelitian
kualitatif adalah tahap selection. Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus menjadi lebih
rinci. Kemudian peneliti melakukan analis yang mendalam terhadap data dan informasi
yang diperoleh, maka selanjutnya peneliti dapat menemukan tema dengan cara
mengkonstruksikan data yang diperoleh menjadi sebuah pengetahuan, hipotesis atau ilmu
yang baru.

Hasil akhir dari penelitian kualitatif ini bukan hanya sekedar menghasilkan Data
atau informasi seperti yang sulit di cari halnya pada metode penelitian kuantitatif, tetapi
juga harus mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bahkan hipotesis
atau ilmu baru yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan
meningkatkan taraf hidup manusia. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang sistematis, jelas, terencana sejak awal hingga akhir penelitian. Di mulai dari peneliti
yang menemukan sebuah masalah dan mengembangkan masalahnya melalui membaca
beberapa referensi yang nantinya akan memunculkan hipotesis yang akan di buktikan
melalui kuesioner/angket yang diberikan kepada responden atau sampel dari beberapa
populasi yang dipilih melalui random. Hasil penelitian dari metode kuantitatif secara
umum akan berupa data-data/angka-angka. Pada metode ini analisis data akan dilakukan
setelah semua data terkumpul.

Sedangkan metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang


dikembangkan berdasarkan hasil penelitian di lapangan, secara langsung peneliti
melakukan penelitian kepada sumber data/responden. Hasil yang diperoleh dalam metode
penelitian kualitatif ini akan berupa dokumen-dokumen, baik dokumen pribadi peneliti,
catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden, dll. Analisis dilakukan sejak awal
hingga akhir penelitian.

Langkah memilih paradigma penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara


pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau
teori yang dikonstruksi sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu
tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Paradigma penelitian
juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian
sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian (Guba & Lincoln, 1988: 89-115).

Mengacu pada definisi paradigma tersebut, terungkap bahwa paradigma ilmu itu amat
beragam, hal ini didasarkan pada pandangan dan pemikiran filsafat yang dianut oleh masing-
masing ilmuwan berbeda-beda. Dimana, masing-masing aliran filsafat tersebut memiliki cara
pandang sendiri tentang hakikat sesuatu serta memiliki ukuran-ukuran sendiri tentang
kebenaran. Perbedaan aliran filsafat yang dijadikan dasar berpikir oleh para ilmuwan tersebut,
kemudian berakibat pada perbedaan paradigma yang dianut, baik menyangkut tentang hakikat
apa yang harus dipelajari, obyek yang diamati, atau metode yang digunakan. Perbedaan
paradigma yang dianut para ilmuan ternyata tidak hanya berakibat pada perbedaan skema
konseptual penelitian, melainkan juga pada pendekatan yang melandasi semua proses dan
kegiatan penelitian.
Norman K. Denzin membagi paradigma kepada tiga elemen yang meliputi;
epistemologi, ontologi, dan metodologi.

 Epistemologi mempertanyakan tentang bagimana cara kita mengetahui sesuatu, dan


apa hubungan antara peneliti dengan pengetahuan.
 Ontologi berkaitan dengan pertanyaan dasar tentang hakikat realitas.

Metodologi memfocuskan pada bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan Dari


definisi dan muatan paradigma ini, Zamroni mengungkapkan tentang posisi paradigma
sebagai alat bantu bagi ilmuwan untuk merumuskan berbagai hal yang berkaitan dengan;
(1) apa yang harus dipelajari; (2) persoalan-persoalan apa yang harus dijawab; (3)
bagaimana metode untuk menjawabnya; dan (4) aturan-aturan apa yang harus diikuti
dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh.

Menurut Kuhn, perkembangan ilmu tidak selalu berjalan linear, karena itu tidak
benar kalau dikatakan perkembangan ilmu itu bersifat kumulatif. Penolakan Kuhn
didasarkan pada hasil analisisnya terhadap perkembangan ilmu itu sendiri yang ternyata
sangat berkait dengan dominasi paradigma keilmuan yang muncul pada periode tertentu.
Bahkan bisa terjadi dalam satu waktu, beberapa metode pengetahuan berkembang
bersamaan dan masing-masing mengembangkan disiplin keilmuan yang sama dengan
paradigma yang berlainan. Perbedaan paradigma dalam mengembangkan pengetahuan,
menurut Kuhn, akan melahirkan pengetahuan yang berbeda pula. Sebab bila cara berpikir
(mode of thought) para ilmuwan berbeda satu sama lain dalam menangkap suatu realitas,
maka dengan sendirinya pemahaman mereka tentang realitas itu juga menjadi beragam.
Konsekwensi terjauh dari perbedaan mode of thought ini adalah munculnya keragaman
skema konseptual pengembangan pengetahuan yang kemudian berakibat pula pada
keragaman teori-teori yang dihasilkan.

Mengacu pada Kuhn, dapat dikatakan bahwa paradigma ilmu itu amat beragam.
Keragaman paradigma ini pada dasarnya adalah akibat dari perkembangan pemikiran
filsafat yang berbeda-beda sejak zaman Yunani. Sebab sudah dapat dipastikan, bahwa
pengetahuan yang didasarkan pada filsafat Rasionalisme akan berbeda dengan yang
didasarkan Empirisme, dan berbeda dengan Positivisme, Marxisme dan seterusnya, karena
masing-masing aliran filsafat tersebut memiliki cara pandang sendiri tentang hakikat
sesuatu serta memiliki ukuran-ukuran sendiri tentang kebenaran. Menurut Ritzer (1980),
perbedaan aliran filsafat yang dijadikan dasar berpikir oleh para ilmuwan akan berakibat
pada perbedaan paradigma yang dianut. Paling tidak terdapat tiga alasan untuk mendukung
asumsi ini; (1) pandangan filsafat yang menjadi dasar ilmuwan untuk menentukan tentang
hakikat apa yang harus dipelajari sudah berbeda; (2) pandangan filsafat yang berbeda akan
menghasilkan obyek yang berbeda; dan (3) karena obyek berbeda, maka metode yang
digunakan juga berbeda.

Dalam hubungannya dengna metodologi peneltian, paradigma yang dimiliki


peneliti pasti akan memperngaruhi metodologi penelitian yang akan dipillihnya. Seperti
yang kita kenal dengan metodologi yang bernuansa kualitatif, kuantitatif, humanis,
partikularis, multiperspektif, positivis dan lainnya. Atau yang dikenal dengan penelitian
deskriptif, eksploratoris, eksplanatif, korelasional, kausal rasionalis, relativis dan
sebagainya. Namun secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2
kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Pendekatan kuantitatif
dibangun berlandaskan paradigma positivisme dari August Comte (1798-1857), sedangkan
penelitian kualitatif dibangun berlandaskan paradigma fenomenologis dari Edmund
Husserl (1859-1926).

Pendekatan kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun


berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak
unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Paradigma ini disebut juga dengan
paradigma tradisional (traditional), eksperimental (experimental), atau empiris
(empiricist). Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan
(knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang
berawal dan didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera
untuk kemudian diolah oleh nalar (reason).

Sementara penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah satu model penelitian


humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosialatau
budaya. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi
manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Pendekatan kualitatif
lahir dari akar filsafat aliran fenomenologi hingga terbentuk paradigma post positivisme.

Pendekatan ini memandang bahwa realitas sosial yang tampak sebagai suatu
fenomena dianggap sesuatu yang ganda (jamak). Artinya realitas yang tampak memiliki
makna ganda, yang menyebabkan terjadinya realitas tadi. McMillan dan Schumacher
(2001:396) menyebut realitas sosial dalam penelitian kualitatif ini sebagai: “…reality as
multilayer, interactive, and a shared social experience interpreted by indviduals”.

Dengan demikian dalam penelitian kualitatif, realitas sosial yang terjadi atau
tampak, jawabannya tidak cukup dicari sampai apa yang menyebabkan realitas tadi, tetapi
dicari sampai kepada makna dibalik terjadinya realitas sosial yang tampak. Oleh karena
itu, untuk dapat memperoleh makna dari realitas sosial yang terjadi, pada tahap
pengumpulan data perlu dilakukan secara tatap muka langsung dengan individu atau
kelompok yang dipilih sebagai responden atau informan yang dianggap mengetahui atau
pahami tentang entitas tertentu seperti: kejadian, orang, proses, atau objek, berdasarkan
cara pandang, persepsi, dan sistem keyakinan yang mereka miliki. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh McMillan dan Schumacher (2001:395), bahwa: “Interactive qualitative
research is inquary in which researhers collect data in face to face situations by
interacting with selected persons in their settings (field research). Qualitative research
describes and analyzes people’s individual and collective social actions, beliefs, thoughts,
and perceptions. The researcher interprets phenomena in term of meanings people bring
to them”.
Menurut Indiantoro & Supomo masing-masing paradigma atau pendekatan ini
mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau
paradigma yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal
di antaranya;

Jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada
aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang
sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk
mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara
empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif

Jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan obyek
penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih tepat, dan jika penelitian
ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu obyek penelitian
saja, maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan.

Asumsi Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif

Asumsi Pertanyaan Kuantitatif Kualitatif


Asumsi Ontologis Bagaimana sifat Realitas objektif, Realitas subjektif,
realitas? tunggal, terpisah dari ganda, seperti tampak
peneliti dalam penelitian
Asumsi Bagaimana Peneliti mandiri dari Peneliti berhubungan
Epistemologis hubungan peneliti yang diteliti dengan yang diteliti
dan yang diteliti?
Asumsi Aksiologi Apa peran nilai? Bebas nilai, tidak bias Tidak bebas nilai, bias
Asumsi Retoris Apa itu bahasa Formal, Informal,
penelitian? berdasakan definisi mengembangkan,
keputusan. bahasa pribadi,
Memakai kata-kata memakai kata-kata
kuantitatif yang kualitatif yang sudah
sudah diterima diterima
Asumsi Bagaimana proses Proses deduktif, Proses induktif
Metodologis penelitian itu? Sebab dan akibat, Pembentukan faktor-
Desain statis - faktor mendadak
pengelompokan Desain yang muncul –
dilakukan sebelum pengelompokan
penelitian, dilakukan selama
Naskah – terikat penelitian
Generalisasi Naskah - bebas
mengarah pada Pola, teori
prediksi, penjelasan, berkembang untuk
dan pemahaman, pemahaman.
Akurat dan dapat Akurat dan dapat
dipercaya melalui dipercaya melalui
kebenaran dan pembuktian.
pengujian

Sumber: Firetone, Guba dan Lincoln, McCracken (dalam Cresswell,


2002:5). Lihat pula Mulyana(2001:147-148)

Perbedaan Beberapa Paradigma Penelitian

DIMENSI KLASIK KRITIS KONSTRUKTIVIS


Critical realism: Historical realism: Relativism:
 Ada realitas yang  Realitas yang  Realitas merupakan
“real” yang diatur teramati konstruksi
oleh kaidah2 merupakanrealitas sosialKebenaran
tertentu yang “semu” (virtual suaturealitasbersifatrela
berlaku universal; reality) yang telah tif, berlaku sesuai
Ontologi

walaupun terbentuk oleh konteks spesifik yang


kebenaran proses sejarah dan dinilairelevan oleh
pengetahuantsb. kekuatan2 sosial, pelakusosial
mungkin hanya budaya, dan
bisa diperoleh ekonomi-politik
secara
probabilistik
Dualist/objectivist: Transactionalist/subjec Transactionalist/subjectiv
tivist: ist:
 Ada realitas  Hubungan peneliti  Pemahaman

objektif, sebagai dengan yang diteliti suaturealitas, atau


suatu realitas yang selalu dijembatani temuan suatu
Epistemologi

eksternaldiluardiri nilai-nilai tertentu. penelitian merupakan


peneliti Peneliti Pemahaman tentang produk interaksi
harus sejauh suatu realitas peneliti dengan
mungkin merupakanvalueme yangditeliti.
membuat jarak diated findings.
dengan
objekpenelitian.
Observer: Activist: Facilitator:
Aksiologi

 Nilai, etika dan  Nilai, etika dan  Nilai, etika dan


pilihan pilihan moral pilihan moral
moralharusberad merupakanbagian merupakanbagian tak
adiluar tak terpisah- terpisah-kandari
prosespenelitian kandari penelitian
penelitian
 Peneliti  Peneliti  Peneliti

berperansebagai menempatkandiri sebagaipassionate


disinterested sebagai participant,fasilitatory
scientist transformative ang
intellectual, menjembatanikeragam
advokatdan an
aktivis subjektivitaspelakusosial
 Tujuanpenelitian:  Tujuan  Tujuan penelitian:
 Eksplanasi, penelitian:kritik rekonstruksi
prediksidan sosial, realitassosial secara
kontrol transformasi, dialektis antara
realitassosial emansipasi dan peneliti dan
social yangditeliti
empowerment
Interventionist: Participative: Reflective /Dialectical:
 Pengujian  Mengutamakan  Menekankan empati,
hipotesis dalam analisis dan interaksi dialektis
Metodologi

struktur komprehensif, antara peneliti-


hypothetico- kontekstual, dan responden untuk
deductive method; multi-level analysis merekontruksi
melalui yangbisadilakukanm realitasyang diteliti,
lab.eksperimenata elalui penempatan melalui metode-
usurvey diri sebagai aktivis / metode kualitatif
eksplanatif, partisipan dalam seperti
dengananalisis proses participantobservation
kuantitatif transformasisosial observation

Kriteria kualitas Kriteria kualitas Kriteria kualitas


penelitian: penelitian: penelitian:
 Objectivity,Reliab  Historical  Authenticity dan
ility,and Validity situatedness: reflectivity: Sejauh
(internal dan sejauhmana mana
external validity) penelitian temuanmerupakanrefle
memperhatikanko ksi otentik dari realitas
nteks historis, yang dihayati oleh
sosial,buidaya, para pelaku sosial
ekonomi
danpolitik

Sumber: Modifikasi dari Hidayat (2002).

Bagaimana sifat suatu realitas (ontologis), apakah realitas merupakan hal yang objektif,
tunggal dan terpisah dari peneliti (kuantitatif) atau merupakan hal yang subjektif,
ganda/majemuk seperti dipahami oleh komunitas yang diteliti (kualitatif)

Bagaimana hubungan antara peneliti dan yang diteliti (epistemologis), apakah peneliti
mempunyai hubungan yang bebas dengani yang diteliti (kuantitatif) ataukah dia melakukan
interaksi (kualitatif)

Bagaimana peran nilai (aksiologis) apakah valuefree dan tidak bias (kuantitatif) ataukah value-
laden dan bias (kualitatif)
Bagaimanakah bahasa (retorik) yang digunakan dalam penelitian, sesuaikah peneliti dengan
bahasa yang bersifat formal, terdefinisi dengan ketat, impersonal/resmi dan menggunakan
kosa kata khusus yang bersifat kuantitatif (kuantitatif) ataukah dengan bahasa informal,
lentur/luwes, bersifat personal dan menggunakan kosa kata khusus yang bisa diterima secara
kualitatif

Bagaimanakah proses riset (metodologis), apakah peneliti sesuai dengan proses deduktif,
hubungan sebab akibat, desain yang baku, bebas konteks, dan terikat pada proses
generalisassi berdasarkan pengujian validitas dan reliabilitas data (kuantitatif), ataukah lebih
sesuai dengan proses induktif, hubungan antar faktor pembentuk realitas, desain yang
berkembang sepanjang proses penelitian, terikat pada konteks, menekankan pada pemahaman
suatu gejala berdasarkan verifikasi data (kualitatif).

Alasan 2. Pelatihan dan pengalaman peneliti.

Harus ada kemampuan dan ketrampilan khusus yang dimiliki oleh peneliti dalam hal
penulisan secara teknis, statistika komputer, dan kepustakaan (kuantitatif) atau ketrampilan
menulis secara literari/naratif, komputer teks analisis, dan kepustakaan(kualitatif).

Adalah suatu hal yang lumrah jika seseorang merasa lebih ’nyaman’ melaksanakan
sesuatu yang sudah dikuasainya dengan baik. Peneliti yang mahir dalam statistika, teknik
penulisan ilmiah, dan pengoperasian program statistik komputer dan akrab dengan jurnal-
jurnal kuantitatif disarankan untuk menggunakan pendekatan kuantitatif. Sebaliknya, peneliti
yang lebih berpengalaman dalam penjaringan data melalui interaksi langsung dengan orang
lain (interview, observasi terbuka dan pengamatan-berperan serta), lebih menyukai analisis
data secara secara induktif , dan lebih menyenangi penulisan deskriptif yang menggunakan
kata-kata dan gambar sebaiknya menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan peneliti yang
menyukai dan berpengalaman menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dapat
menggunakan medode gabungan. Namun harus disadari bahwa penggunaan metode ini
menuntut waktu dan energi tambahan karena peneliti perlu menjaring dan menganalisis dua
jenis data.

Semakin banyaknya pengalaman semakin mudahkan peneliti dalam menjalankan


peneltiannya. Dengan pengetahuan pengetahuan yang ia dapatkan memberikan akses yang
mudah. Tuntutan pengetahuan meliputi asumsi-asumsi filosofis mengenai ontologi (apa itu
pengetahuan), epistemologi (bagaimana pengetahuan diperoleh), aksiologis (nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya), retorika (bagaimana pengetahuan dituliskan) dan metodologi (proses
pengkajian). Dengan demikian, tuntutan pengetahuan berhubungan dengan asumsi-asumsi
peneliti tentang apa yang akan dipelajari dan bagaimana hal itu dipelajari selama penelitian
berlangsung.

Alasan 3. Karakteristik psikologis peneliti.

Harus ada kesesuaian antara peneliti dengan aturandan petunjuk penelitian, toleransi yang
rendah terhadap ambiguity, waktu penelitianyang relatif singkat (kuantitatif) atau kesesuaian
dengan luwesnya aturan dan prosedur penelitian, toleransi yang tinggi terhadap ambiguity, dan
jangka waktu penelitian yangcenderung lama (kualitatif).

Alasan 4. Sifat masalah.

Apakah masalah tersebut sudah pernah diteliti oleh peneliti lain sehingga cukup banyak
tersedia literatur, konsep dan variabel yang sudah baku dan tersedia teori(kuantitatif) atau
masalah masih harus dieksplor, konsep dan variabel belum diketahui, konteks sangat penting
dan mungkin dasar teoritis masih kurang (kualitatif)?

Masalah penelitian, terutama penelitiasn sosial, memiliki bentuk dan jenis yang sangat
beragam. Jenis masalah yang berbeda menuntut pendekatan yang berbeda pula. Sebagai
contoh, jika masalah penelitian adalah pengujian efektivitas teknik pembelajaran kosa kata
bahasa Inggris di sekolah dasar, pendekatan kuantitaif merupakan pilihan yang paling sesuai.
Tapi jika masalah yang diteliti adalah prosedur penggunaan lagu sebagai media pembelajaran
kosa kata, pendekatan kualitatif sangat pas untuk digunakan. Disamping itu, jika peneliti ingin
meneliti prosedur penggunaan penggunaan lagu sebagai media pembelajaran kosa kata dan
sekaligus ingin membandingkan efektivitasnya dengan penggunaan media lain, seperti gambar
atau permainan (games) maka pendekatan metode gabungan sangat sesuai untuk digunakan.

Alasan 5 AUDIENS ATAU PASAR

Siapakah pihak yang akan menjadi audiens atau pasar dari hasil penelitian, apakah
pengambil kebijakan pemerintah, pemberi dana, editor jurnal ilmiah, dewan penguji
akademis? Yang perlu dipertimbangkan adalah mereka semua haruslah pihak yang memang
sudah terbiasa atau mendukung dan menghargai hasil penelitian yang disodorkan, kuantitatif
maupun kualitatif.
KRITIK 1. Context stripping (pengabaian konteks).
Penelitian kuantitatif bersifat context free, bahkan konteks penelitian dimanipulasi
sedemikian eksklusif melalui proses sampling yang ketat supaya data yang diperoleh bisa
menghasilkan pengetahuan atau teori yang bisa mengakomodasikan syarat description,
explanation, prediction dan understanding dalam science. Sementara itu, sifat eksklusif ini
sekaligus menjadi kelemahan pokok karena generalisasi dapat dilakukan hanya pada konteks
yang sama eksklusifnya. Kualitatif data terlepas dari problem generalisasi karena mampu
menjelaskan konteks suatu realitas.
KRITIK 2. Exclusion of meaning and purpose (pengabaian makna dan tujuan).
Penggunaan alat ukur dan instrumentasi yang ketat, reduksi informasi, dan kuantifikasi
tidak sesuai untuk memahami manusia yang bersifat dinamis. Pemahaman realitas
kemanusiaan hanya bisa terjadi bila dapat dikaji pula makna dan tujuan dibalik perilaku
manusia seperti yang ditekankan dalam studi kualitatif.
Kritik3. Disjunction of grand theories with local contexts: the etic/emicdilemma
(ketidaksinambungan antara teori dan konteks lokal).

Teori dan hipotesis yang mengendap di benak peneliti kuantitaif merupakan


pengetahuan etic yang tidak selalu sesuai atau bisa dipahami secara emic oleh komunitas
penelitian. Ketaaan pada hipotesis bahkan akan membutakan peneliti dari pengetahuan emic
yang penting dalam rangka memahami suatu komunitas.

Kritik4. Innaplicability of general data to individual cases(pengabaian kasus individual).

Generalisasi data yang dilakukan melalui statistik cenderung mengabaikan kasus


individual. Angka-angka statistik bersifat memberikan gambaran yang general tentang suatu
realitas sementara dinamika realitas itu tidak selalu mampu dijelaskan dengan baik dan
lengkap.

Kritik5. Exclusions of the discovery dimension in inquiry(pengabaian dimensi khusus).

Penelitian kuantitatif yang menekankan pada verifikasi dari hipotesis, akan terfokus
pada proses penemuan aspek-aspek yang terkait dengan hipotesis tersebut (secara empiris).
Dinamika yang terjadi dalam proses penemuan cenderung diabaikan.

Exclusions of the discovery dimension in inquiry (pengabaian dimensi khusus)

Pada penelitian kuantitatif yang menekankan pada verivikasi dari hipotesis, akan
terfokus pada proses penemuan aspek-aspek yang terkait dengan hipotesis tersebut
(secara empiris). Dinamika yang terjadi dalam proses penemuan cenderung diabaikan.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka kita perlu memahami kosep dasar dari penelitian
kuantitatif sehingga nantinya dapat ditemukan karakteristik dari penelitian kuantitatif tersebut.
No. Kuantitatif
1. Desain:
 Spesifik, jelas, rinci
 Ditentukan secara mantap sejak awal
 Menjadi pegangan langkah demi langkah
2. Tujuan:
 Menunjukkan hubungan antar variable
 Menguji teori
 Mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif
3. Teknik Pengumpulan Data:
 Kuisioner
 Observasi dan wawancara terstruktur
4. Instrumen Penelitian:
 Tes, angkete, wawancara terstruktur
 Instrumen yang telah terstandar
5. Data:
 Kuantitatif
 Hasil pengukuran variabel yang dioperasikan dengan menggunakan
instrument
6. Sampel:
 Besar
 Representatif
 Sedapat mungkin random
 Ditentukan sejak awal
7. Analisis:
 Setelah selesai pengumpulan data
 Deduktif
 Menggunakan statistik untuk menguji hipotesis
8. Hubungan dengan Responden:
 Dibuat berjarak bahkan sering tanpa kontak supaya objektif
 Kedudukan peneliti lebih tinggi
 Jangka pendek sampai hipotesis dapat ditemukan
9. Usulan Desain:
 Luas dan rinci
 Literatur yang berhubungan dengan masalah dan variabel yang diteliti
 Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya
 Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas
 Hipotesis dirumuskan dengan jelas
 Ditulis secara rinci dan jelas sebelum terjun ke lapangan

10. Jangka Waktu penelitian:


Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat terselesaikan

11. Kepercayaan terhadap hasil Penelitian:


Pengujian validitas dan reliabilitas instrument

Ditinjau dari proses penelitian kuantitatif dapat diketahui bahwa :

1. Pada penelitian kuantitatif masalah dapat diperoleh dan digali melalui studi
pendahuluan berupa fakta-fakta empiris.
2. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut peneliti dapat membaca referensi yang
relevan dengan masalah tersebut untuk mendapatkan jawaban sementara (hipoteseis).
3. Dalam pengujuian hipotesis peneliti dapat metode/strategi yang sesuai seperti metode
survey, ex-post facto, eksperimen, evaluasi dan action research.
4. Sebagai alat pengumpulan data peneliti dapat menggunakan instrumen berupa
angket/kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi.
5. Dari data yang di dapat dilakukan analisis sehingga rumusan masalah dan hipotesis
yang diajukan dapat terjawab dengan teknik statistik tertentu.
6. Terakhir kesimpulan dapat terlihat bahwa penelitian kuantitatif bersifat jelas dan linier,
mulai dari perumusan masalah, berteori, hipotesis, mengumpulkan data, analisis
terhadap data, dan mengambil kesimpulan.

A..External Validity Vs Fittingness

Validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian studi. Dalam semua
bentuk desain penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian ini adalah terbatas kepada para
peserta dan kondisi seperti yang didefinisikan oleh kontur penelitian dan mengacu pada sejauh
mana generalisasi hasil penelitian untuk lain kondisi, peserta, waktu, dan tempat.

ikhwal penelitian yang menyangkut pertanyaan, sejauh mana hasil suatu penelitian
dapat digeneralisasikan pada populasi induk (asal sampel) penelitian diambil.
Contoh : apabila kita meneliti tingkat efektifitas suatu metode penyuluhan baru mengenai
program imunisasi dengan mengambil sampel di suatu desa dan ternyata baik hasilnya.

Validitas eksternal itu Berkaitan dengan pertanyaan apakah fakta mengenai treatment
(IV) yang diberikan benar-benar mengakibatkan perbedaan pada DV, atau Apakah benar-
benar IV berpengaruh pada DV.

Validitas eksternal ialah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat digeneralisasi


pada populasi, latar dan hal-hal lainnya dalam kondisi yang mirip. Hal-hal yang menjadi
sumber-sumber validitas eksternal ialah:
 Interaksi Testing
Efek-efek tiruan yang dibuat dengan menguji responden akan mengurangi generalisasi pada
situasi dimana tidak ada pengujian pada responden.
 Interaksi Seleksi
Efek dimana tipe-tipe responden yang mempengaruhi hasil-hasil studi dapat membatasi
generalitasnya.
 Interaksi Setting
Efek tiruan yang dibuat dengan menggunakan latar tertentu dalam penelitian tidak dapat
direplikasi dalam situasi-situasi lainnya.

Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi, dapat atau tidaknya hasil
penelitian digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi tempat sampel tersebut diambil.
Bila sampel penelitian representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara
mengumpulkan dan menganalisis data benar, penelitian akan memiliki validitas eksternal yang
tinggi.
Tidak adanya manipulasi alat ukur ,subjek dan setting penelitian bahkan suatu setting
dibiarkan sebagaimana adanya(real-life),maka kriteria fittingness diajukan untuk mengatasi
problem applicability .Kriteria fittingness terpenuhi apabila suatu hasil studi fit diaplikasikan
pada konteks diluar seting studi ,Sekaligus bias membuat peneliti lain atau pembaca mengakui
bahwa temuan temuannya bermaksa sebagaimana pengalaman mereka.Fittingnessjuga dalm
pengertian bahwa deskripsi ,penjelasan atau bahkan teori yang dihasilkan apabila ada
didasarkan pada data yang akurat dan well-griunded dalam real-life experiences.
C.Reliability Vs Auditability

Reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengertian dari reliability (rliabilitas) adalah
keajegan pengukuran menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa
instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang digunakan
dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi yang
sebenarnya dilapangan. menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya
prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran
yang dapat menghasilkan data yang reliabel

Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua
kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative
konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan
konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.

Reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat


dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi
dan kemantapan.

Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau


serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes
dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih
subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai).
Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan
mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam
penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah
dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap
dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak
bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.

Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang disebut
nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan nilai rxx mendekati
angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap sudah cukup memuaskan jika ≥
0.700.

Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach karena


instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat. Rumus Alpha Cronbach
sevagai berikut :

Keterangan :

Profesi audit internal makin banyak menerapkan teknik-teknik analitis. Prosedur Audit
Analitis/PAA (analytical auditing procedures/APP) disebut juga prosedur analitis, yakni
merupakan studi dan perbandingan hubungan-hubungan diantara berbagai informasi, baik
keuangan maupun nonkeuangan. Informasi yang bisa dibandingkan adalah :
· Informasi periode sekarang dengan periode sebelumnya
· Informasi keuangan dan operasional periode sekarang dengan anggaran dan prakiraan
· Informasi dengan informasi serupa dalam fungsi-fungsi organisasional lainnya
· Hubungan antara informasi keuangan dengan nonkeuangan yang sesuai.
Prosedur Audit Analitis/PPA meliputi :
a. Analisis trend (trend analysis)
merupakan bentuk khusus dari PAA yang digunakan terutama untuk menganalisis
perubahan dalam saldo-saldo akun, informasi keuangan lainnya, atau informasi operasional
dari waktu ke waktu. Analisis tren disebut analisis horizontal karena digunakan untuk
menelusuri saldo akun atas elemen operasi dari waktu ke waktu . Analisis tren disebut juga
dengan analisis naik-turun karena dengan analisis tersebut diketahui kenaikan atau penurunan
dari masing-masing akun. Agar tren itu dapat diperbandingkan maka harus dipenuhi beberapa
syaratnya, antara lain prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan pada waktu melakukan
pencatatan akuntansi dilakukan secara konsisten dan selama periode bersangkutan tidak
terjadi.
b. Analisis rasio (ratio analysis)
adalah bagian terpisah dari analisis trend yang terutama digunakan untuk
membandingkan hubungan antar akun laporan keuangan pada satu titik waktu. Analisis rasio
bisa digunakan baik untuk akun laba rugi maupun neraca. Dua metode analisis rasio yang
umumnya digunakan adalah laporan dalam presentase ( common size statement ) dan rasio-
rasio keuangan. Analisis rasio merupakan analisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu
laporan keuangan yang digunakan untuk menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil
operasi suatu perusahaan. Analisis rasio merupakan konversi data dari laporan keuangan
menjadi informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Analisis rasio dilakukan
dengan membandingkan 2 (dua) atau lebih item keuangan, biasanya dari tahun yang sama.
Informasi ini berguna untuk mengevaluasi prospek masa depan, risiko operasi dan risiko
keuangan.
c. Analisis regresi (regression analysis)
digunakan untuk menguji hubungan antara dua atau lebih variable. Analisis ini
mengukur perubahan dalam satu variable seiring dengan perubahan pada variable lain
(Sawyer:2003). Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variable dependen
(terikat) dengan satu atau lebih variable independen (variable penjelas atau bebas), dengan
tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variable
dependen berdasarkan variable independen yang diketahui.
d. Perbandingan periode ke periode.
Analisis perbandingan laporan keuangan, merupakan metode dan teknik analisis
dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih dengan
menunjukkan kenaikan atau penurunan persentase, perbandingan rasio dan persentase dari
total.
e. Perbandingan dengan anggaran, prakiraan, dan informasi ekonomi.
f. Perbandingan dengan penyebab independen atau factor-faktor terkait.

3. consistency : reliability vs auditability

b. Kualitatif
menekankan pada keunikan dan pengalaman nyata yang cenderung bervariasi
dan cenderung tidak konsisten dan mudah berubah. Masalah konsisten dalam
penelitian kualitatif diatasi dengan kriteria auditability, yaitu apabila proses
yang dijalani oleh peneliti. Dengan demikian peneliti lain dapat menghasilkan
yemuan yang sebanding tetapi tidak kontras berdasarkan data,perspektif, dan
situasi yang ada.
4. Neutrality : objectivity vs confirmability

a. Kuantitatif
Netrakitas akan tercapai apabila reliabilitas dan validitas telah tercapai. Netralisai
dalam hal ini mengacu pada tidak adanya bias dalam proses maupun hasil
oenelitian. Objektivitas akan tercapai apabila ada jarak antar yang diteliti
dengan peneliti.
b. Kualitatif
Menekankan pada temuan-temuan yang bias diperoleh hanya bila jarak anara
peneliti dan yang diteliti dapat dikurangi. Dalam hal inilah keterbilatan
subjektif antara peneliti dengan yang diteliti akan mempu mengucakapkan
pengalaman kehidupan dan makna dibalik semua itu, yaitu pengetahuan atau
kebenaran itu sendiri. Dengan demikian kriteria confirmability mengacu pada
temuan, bukan pada persoalan objectivitas atau subjectivitas hubungan antara
peneliti dan yang diteliti.

Mengapa pendidikan di Indonesia belum menghasilkan Sumber Daya Manusia yang


berkualitas, dapat dijelaskan melalui teori yang berfungsi menjelaskan.

Dalam teori berfungsi menjelakan contok masalahnya “Mengapa pendidikan di


Indonesia belum menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas” , varebel nya
pendidikan di Indonesi dan sumberdaya manusia yang berkualitas. Antara kedua fariabel
saling berfungsi dan menjelaskan bahwa fungsi pendidikan yang baik akan menciptakan
sumber daya manusia berkualitas. Oleh sebab itu bisa di jelaskan peran penting pendidikan
untuk mencetak SDM berkualitas di Indodesia.

Setelah SDM tidak berkualitas, maka bagaimana akibatnya terhadap perekonomian dan
iptek nasional, dijawab dengan teori yang berfungsi prediksi/meramalkan.

Teori meramalkan di penelitian “Setelah SDM tidak berkualitas, maka bagaimana


akibatnya terhadap perekonomian dan iptek nasional” . bisa kita bayangkan SDM yang tidak
berkualitas di pekerjaan dari aspek karakter dan intelektual . akan membuat di bidang
ekonemi dan IPTEK akan berpengaruh negatif. SDM yang tidak bisa bersaing di bidang
ekonomi dan IPTEK akan mengalami kegagalan sedangkan persaingan zaman sekarang seluru
dunia. Terkadang negara sendiri lebih memilih SDM luar negeri. Oleh sebab itu bisa di ramal
kan jika Indonesia tidak memiliki SDM yang berkualitas akan gagal di bidang ekonomi dan
IPTEK nasional.

Supaya pendidikan di Indonesia dapat menghasilkan SDM yang berkualitas, dijawab


dengan teori yang berfungsi pengendalian (fungsi kontrol/mengendalikan)

Pendidikan di Indonesia agar menghasilkan SDM yang berkualitas. Indikator apa saja
mendukung agar pendidikan berkualitas. Aspek karakter dan bisa mengendalikan emosional
kita bisa dapatkan informasi kebanyakan orang pintar tidak betah bekerja di suatu perusaahan
padahal mereka memiliki IQ yang tinggi. Jadi pendidikan tidak hanya fokus ke intelektual tapi
juga karekter pengandalian emosional misalnya bisa bekerja sama , diplin , jujur dan
bertanggung jawab. Oleh sebab itu pendidikan harus mengontrol langkah-langkah agar
mendapatkan SDM yang berkualitas.

Metodologi Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif lebih mengarah ke penelitian proses dari pada produk dan
membatasi pada satu kasus. Karena penelitian kualitatif lebih mengarah ke analisa suatu
masalah. Dalam penelitian kualitatif harus ada peneliti untuk meramal suatu yang mau di teliti
nya agas penelitian ini berfungsi untuk masa depan. Jadi yang di teliti oleh peneliti hanya
menghasilan pemikiran bukan suati produk.

Data dalam kualitatif disajikan dalam bentuk kata verbal . Olahan data kata verbal dimulai
dengan menuliskan hasil observasi, wawancara, atau rekaman, mengedit, mengklasifikasi,
mereduksi, dan menyajikan. Di bawah ini proses olahan data :
1. Menulis hasil observasi
Langkah pertama peneliti melakukan observasi(mengamati) suatu yang diteliti bisa
juga peneliti bagian lingkungan yang di teliti misalnya mengamati warga sekitar
nya atau peneliti hanya datang beberapa kali ke tempat yang di teliti seperti
penelitih mau meneliti sosial di suku dayak dll. Pengamatan tersebut di tuliskan.
2. Wawancara atau rekaman
Peneliti melakukan observasi dengan melakukan metode wawanca arau angket dan
juga rekaman yang di amati. Proses ini sebagai data data verbal di penelitian
kualitatif
3. Mengedit
Semua langkah satu dan dua di edit sebelum di sajikan
4. Mengklasifikasi
Memastikan data yang telah di dapatkan.
5. Mereduksi
Menguragi jika ada data yang berlebihan
6. Mengsajikan
Hasil data verbal yagn di dapat kan akan di sajikan dalam bentuk penelitian
kualitatif

Pada penelitian kualitatif, pekerjaan pengumpulan data harus langsung diikuti dengan
pekerjaan menuliskan, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi,dan menyajikan yang disebut
sebagai analisis selama pengumpulan data (Miles dan Huberman, 1984).
Analisis Data Penelitian Kualitatif Model Miles dan Huberman

Terdapat banyak gaya yang berbeda dari penelitian kualitatif dan terdapat suatu variasi
cara dalam penanganan dan penganalisisan data. Prinsip pokok metode analisis kualitatif ialah
mengolah dan menganalisa data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur,
terstruktur dan mempunyai makna.

1. Analisis Data Kualitatif Sebelum di Lapangan

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder, yang
akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun hal ini bersifat sementara, dan
akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Jadi. Ibarat seseorang ingin
mencari pohon jati di suatu hutan. Berdasarkan karakteristik tanah dan iklim, maka dapat
diduga bahwa hutan tersebut ada pohon jatinya. Oleh karena itu peneliti dalam membuat
proposal penelitian, fokusnya adalah ingin menemukan pohon jati pada hutan tersebut, berikut
karakteristiknya.[5]

Setelah peneliti masuk ke hutan beberapa lama, ternyata hutan tersebut tidak ada pohon
jatinya. Kalau peneliti kuantitatif tentu akan membatalkan penelitiannya. Tetapi kalau peneliti
kualitatif tidak, karena fokus penelitian bersifat sementara dan akan berkembang setelah di
lapangan. Bagi peneliti kualitatif, kalau fokus penelitian yang dirumuskan tidak ada
dilapangan, maka peneliti akan merubah fokusnya, tidak lagi mencari kayu jati lagi, tetapi
akan berubah, tetapi beralih ke pohon-pohon yang lain, bahkan juga mengamati binatang yang
ada di hutan tersebut.

2. Analisis Data Kualitatif Selama di Lapangan Model Miles dan Huberman

Menurut Miles dan Huberman ada tiga metode dalam analisis data kualitatif, yaitu
reduksi data, model data, penarikan/verifikasi kesimpulan.

a) Reduksi Data

Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi,


dan pentransformasian “data mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan yang
tertulis. Sebagaimana kita ketahui, reduksi data terjadi secara kontinu melalui kehidupan suatu
proyek yang diorientasikan secara kualitatif. Faktanya, bahkan “sebelum” data secara aktual
dikumpulkan.[6]

Sebagaimana pengumpulan data berproses, terdapat beberapa episode selanjutnya dari


reduksi data (membuat rangkuman, pengodean, membuat tema-tema, membuat pemisah-
pemisah, menulis memo-memo). Dan reduksi data/pentransformasian proses terus-menerus
setelah kerja lapangan, hingga laporan akhir lengkap.[7]

Reduksi data bukanlah sesuatu yang terpisah dari analisis. Ia merupakan bagian dari
analisis. Pilihan-pilihan peneliti potongan-potongan data untuk diberi kode, untuk ditarik ke
luar,dan rangkuman pola-pola sejumlah potongan, apa pengembangan ceritanya, semua
merupakan pilihan-pilihan analitis. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang
mempertajam, memilih, memokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara di
mana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.

b) Model Data/Penyajian Data


Penyajian data adalah suatu kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun. Seperti
yang disebutkan Emzir dengan melihat sebuah tayangan membantu kita memahami apa yang
terjadi dan melakukan sesuatu analisis lanjutan atau tindakan yang didasarkan pada
pemahaman tersebut. Bentuk penyajian data kualitatif :

1) Teks Naratif : berbetuk catatan lapangan;

2) Model tersebut mencakup berbagai jenis matrik, grafik, jaringan kerja, dan bagan. Semua
dirancang untuk merakit informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu, bentuk yang
praktis.

Pada umumnya teks tersebut terpencar-pencar, bagian demi bagian, tersusun kurang
baik. Pada kondisi seperti itu peneliti mudah melakukan suatu kesalahan atau bertindak secara
ceroboh dan sangat gegabah mengambil kesimpulan yang memihak, tersekat-sekat dan tidak
berdasar. Kecenderungan kognitifnya adalah menyederhanakan informasi yang kompleks ke
dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan dan selektif atau konfigurasi yang mudah
dipahami.[8]

Peneliti selanjutnya dapat dengan baik menggambarkan kesimpulan yang dijustifikasikan dan
bergerak ke analisis tahap berikutnya. Sebagaimana dengan reduksi data, menciptakan dan
menggunakan model bukanlah sesuatu yang terpisah dari analisis. Merancang kolom dan baris
dari suatu matrik untuk data kualitatif dan menentukan data yang mana, dalam bentuk yang
mana, harus dimasukkan ke dalam sel yang mana adalah aktifitas analisis[9]

c) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Kesimpulan

Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan. Dari
permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah “makna” sesuatu.,
mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan
proporsi-proporsi. Peneliti yang kompeten dapat menangani kesimpulan-kesimpulan ini secara
jelas, memelihara kejujuran dan kecurigaan.
Kesimpulan “akhir” mungkin tidak akan terjadi hingga pengumpulan data selesai,
tergantung pada ukuran korpus dari catatan lapangan, pengodean, penyimpanan, dan metode-
metode perbaikan yang digunakan, pengalaman peneliti, dan tuntutan dari penyandang dana,
tetapi kesimpulan sering digambarkan sejak awal, bahkan ketika seorang peneliti menyatakan
telah memproses secara induktif.

Data : mengacu pada jenis informasi yang diperoleh peneliti Tentang subjek
penelitiannya
Setelah di jelaskan di materi sebelum nya bagaimana mengambil data verbal. Dan bagaimana
kita paham pengumpulan data dan tau data apa apa saja yang di dapatkan.
Instrumen : alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
Instrumen penelitian bisa dari angket , wawancara atau observasi.

Dari kerangka di atas peneliti mendapat suatu permasalahan dimana yang


seharus dangan fakta berbeda jadi peneliti mau meneliti masalah tersebut. Setalah ada masalah
lalu terbentuk variabel variabel bebas dan terikat. Setelah tau variabelnya lalu di ambil data
dgn mengunakan instrumen setelah ada alat pengukurannya lalu di ukut .
DATA
Pengertian Data
a. The word data is the plural of Latin datum. A large class of practically important statements
are measurements or observations of variable. Such statements may comprise numbers, words,
or images (Wikipedia, 2005).
b. Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu
informasi (Suharsimi Arikunto, 2002 : 96).
c. Data merupakan materi mentah yang membentuk semua laporan penelitian (Dempsey dan
Dempsey, 2002: 76).

Pengertian Instrumen

Instrumen adalah istilah umum yang digunakan peneliti untuk perangkat pengukuran
(survei, tes, kuesioner, dan lain-lain.). Untuk membantu membedakan antara instrumen dan
instrumentasi, pertimbangkan bahwa instrumen adalah perangkat dan instrumentasi adalah
tindakan (proses pengembangan, pengujian, dan penggunaan perangkat).
Instrumen penelitian dibedakan ke dalam dua kategori besar, yaitu instrumen yang dilengkapi
oleh peneliti (researcher-completed instruments) dan instrumen yang dilengkapi oleh subjek
penelitian (subject-completed instruments). Peneliti memilih jenis instrumen, atau instrumen
apa, untuk digunakan berdasarkan pertanyaan penelitian.

Tahapan Dalam Pengambilan Data:


1.Menentukan permasalahan yang akan di angkatkan
2.menentukan variabel bebas dan terikatnta
3.menentukan instrumen yang tepat untuk di gunakan
4.memilih jenis pengukuran apa yang akan digunakan

Data Berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data
primer dan data sekunder.
(1) Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung
dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki
sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara
langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain
observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion – FGD) dan penyebaran
kuesioner.
(2) Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber
yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
Pemahaman terhadap kedua jenis data di atas diperlukan sebagai landasan dalam menentukan
teknik serta langkah-langkah pengumpulan data penelitian.

Berdasarkan Tipe Skala Pengukuran

(1) Data nominal atau sering disebut juga data kategori yaitu data yang diperoleh melalui
pengelompokkan obyek berdasarkan kategori tertentu. Perbedaan kategori obyek hanya
menunjukan perbedaan kualitatif. Walaupun data nominal dapat dinyatakan dalam bentuk
angka, namun angka tersebut tidak memiliki urutan atau makna matematis sehingga tidak
dapat dibandingkan. Logika perbandingan “>” dan “<” tidak dapat digunakan untuk
menganalisis data nominal. Operasi matematika seperti penjumlahan (+), pengurangan (-),
perkalian (x), atau pembagian (:) juga tidak dapat diterapkan dalam analisis data nominal.
Contoh data nominal antara lain:

 Jenis kelamin yang terdiri dari dua kategori yaitu: (1) Laki-laki; (2) Perempuan

Angka (1) untuk laki-laki dan angka (2) untuk perempuan hanya merupakan simbol yang
digunakan untuk membedakan dua kategori jenis kelamin. Angka-angka tersebut tidak
memiliki makna kuantitatif, artinya angka (2) pada data di atas tidak berarti lebih besar dari
angka (1), karena laki-laki tidak memiliki makna lebih besar dari perempuan. Terhadap kedua
data (angka) tersebut tidak dapat dilakukan operasi matematika (+, -, x, : ). Misalnya (1) =
laki-laki, (2) = perempuan, maka (1) + (2) ≠ (3), karena tidak ada kategori (3) yang merupakan
hasil penjumlahan (1) dan (2).

 Status pernikahan yang terdiri dari tiga kategori yaitu: (1) Belum menikah, (2)
Menikah, (3) Janda/ Duda. Data tersebut memiliki sifat-sifat yang sama dengan data
tentang jenis kelamin.

(2) Data ordinaladalah data yang berasal dari suatu objek atau kategori yang telah disusun
secara berjenjang menurut besarnya. Setiap data ordinal memiliki tingkatan tertentu yang
dapat diurutkan mulai dari yang terendah sampai tertinggi atau sebaliknya. Namun demikian,
jarak atau rentang antar jenjang yang tidak harus sama. Dibandingkan dengan data nominal,
data ordinal memiliki sifat berbeda dalam hal urutan. Terhadap data ordinal berlaku
perbandingan dengan menggunakan fungsi pembeda yaitu “>” dan “<”. Walaupun data
ordinal dapat disusun dalam suatu urutan, namun belum dapat dilakukan operasi matematika (
+, – , x , : ). Contoh jenis data ordinal antara lain:

 Tingkat pendidikan yang disusun dalam urutan sebagai berikut:

(1) Taman Kanak-kanak (TK)


(2) Sekolah Dasar (SD)
(3) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
(4) Sekolah Menengah Atas (SMA)
(5) Diploma
(6) Sarjana
Analisis terhadap urutan data di atas menunjukkan bahwa SD memiliki tingkatan lebih tinggi
dibandingkan dengan TK dan lebih rendah dibandingkan dengan SMP. Namun demikian, data
tersebut tidak dapat dijumlahkan, misalnya SD (2) + SMP (3) ≠ (5) Diploma. Dalam hal ini,
operasi matematika ( + , – , x, : ) tidak berlaku untuk data ordinal.
 Peringkat (ranking) siswa dalam satu kelas yang menunjukkan urutan prestasi belajar
tertinggi sampai terendah. Siswa pada peringkat (1) memiliki prestasi belajar lebih
tinggi dari pada siswa peringkat (2).

(3) Data Intervaladalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas dasar kriteria tertentu
serta menunjukan semua sifat yang dimiliki oleh data ordinal. Kelebihan sifat data interval
dibandingkan dengan data ordinal adalah memiliki sifat kesamaan jarak (equality interval)
atau memiliki rentang yang sama antara data yang telah diurutkan. Karena kesamaan jarak
tersebut, terhadap data interval dapat dilakukan operasi matematika penjumlahan dan
pengurangan ( +, – ). Namun demikian masih terdapat satu sifat yang belum dimiliki yaitu
tidak adanya angka Nol mutlak pada data interval. Berikut dikemukakan tiga contoh data
interval, antara lain:

 Hasil pengukuran suhu (temperatur) menggunakan termometer yang dinyatakan dalam


ukuran derajat. Rentang temperatur antara 00 Celcius sampai 10 Celcius memiliki jarak
yang sama dengan 10 Celcius sampai 20 Celcius. Oleh karena itu berlaku operasi
matematik ( +, – ), misalnya 150 Celcius + 150 Celcius = 300 Celcius. Namun demikian
tidak dapat dinyatakan bahwa benda yang bersuhu 150 Celcius memiliki ukuran panas
separuhnya dari benda yang bersuhu 300 Celcius. Demikian juga, tidak dapat dikatakan
bahwa benda dengan suhu 00 Celcius tidak memiliki suhu sama sekali. Angka 00
Celcius memiliki sifat relatif (tidak mutlak). Artinya, jika diukur dengan menggunakan
Termometer Fahrenheit diperoleh 00 Celcius = 320 Fahrenheit.
 Kecerdasaran intelektual yang dinyatakan dalam IQ. Rentang IQ 100 sampai 110
memiliki jarak yang sama dengan 110 sampai 120. Namun demikian tidak dapat
dinyatakan orang yang memiliki IQ 150 tingkat kecerdasannya 1,5 kali dari urang yang
memiliki IQ 100.
 Didasari oleh asumsi yang kuat, skor tes prestasi belajar (misalnya IPK mahasiswa dan
hasil ujian siswa) dapat dikatakan sebagai data interval.
 Dalam banyak kegiatan penelitian, data skor yang diperoleh melalui kuesioner
(misalnya skala sikap atau intensitas perilaku) sering dinyatakan sebagai data interval
setelah alternatif jawabannya diberi skor yang ekuivalen (setara) dengan skala interval,
misalnya:

Skor (5) untuk jawaban “Sangat Setuju”


Skor (4) untuk jawaban “Setuju”
Skor (3) untuk jawaban “Tidak Punya Pendapat”
Skor (2) untuk jawaban “Tidak Setuju”
Skor (1) untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju”
Dalam pengolahannya, skor jawaban kuesioner diasumsikan memiliki sifat-sifat yang sama
dengan data interval.

(4) Data rasio adalah data yang menghimpun semua sifat yang dimiliki oleh data nominal,
data ordinal, serta data interval. Data rasio adalah data yang berbentuk angka dalam arti yang
sesungguhnya karena dilengkapi dengan titik Nol absolut (mutlak) sehingga dapat
diterapkannya semua bentuk operasi matematik ( + , – , x, : ). Sifat-sifat yang membedakan
antara data rasio dengan jenis data lainnya (nominal, ordinal, dan interval) dapat dilihat
dengan memperhatikan contoh berikut:

 Panjang suatu benda yang dinyatakan dalam ukuran meter adalah data rasio. Benda
yang panjangnya 1 meter berbeda secara nyata dengan benda yang panjangnya 2 meter
sehingga dapat dibuat kategori benda yang berukuran 1 meter dan 2 meter (sifat data
nominal). Ukuran panjang benda dapat diurutkan mulai dari yang terpanjang sampai
yang terpendek (sifat data ordinal). Perbedaan antara benda yang panjangnya 1 meter
dengan 2 meter memiliki jarak yang sama dengan perbedaan antara benda yang
panjangnya 2 meter dengan 3 (sifat data interval). Kelebihan sifat yang dimiliki data
rasio ditunjukkan oleh dua hal yaitu: (1) Angka 0 meter menunjukkan nilai mutlak
yang artinya tidak ada benda yang diukur; serta (2) Benda yang panjangnya 2 meter, 2
kali lebih panjang dibandingkan dengan benda yang panjangnya 1 meter yang
menunjukkan berlakunya semua operasi matematik. Kedua hal tersebut tidak berlaku
untuk jenis data nominal, data ordinal, ataupun data interval.
 Data hasil pengukuran berat suatu benda yang dinyatakan dalam gram memiliki semua
sifat-sifat sebagai data interval. Benda yang beratnya 1 kg. berbeda secara nyata
dengan benda yang beratnya 2 kg. Ukuran berat benda dapat diurutkan mulai dari yang
terberat sampai yang terringan. Perbedaan antara benda yang beratnya 1 kg. dengan 2
kg memiliki rentang berat yang sama dengan perbedaan antara benda yang beratnya 2
kg. dengan 3 kg. Angka 0 kg. menunjukkan tidak ada benda (berat) yang diukur.
Benda yang beratnya 2 kg., 2 kali lebih berat dibandingkan dengan benda yang
beratnya 1 kg..

Pemahaman peneliti terhadap jenis-jenis data penelitian tersebut di atas bermanfaat


untuk menentukan teknik analisis data yang akan digunakan. Terdapat sejumlah teknik analisis
data yang harus dipilih oleh peneliti berdasarkan jenis datanya. Teknik analisis data kualitatif
akan berbeda dengan teknik analisis data kuantitatif. Karena memiliki sifat yang berbeda,
maka teknik analisis data nominal akan berbeda dengan teknik analisis data ordinal, data
interval, dan data rasio

Teknik Pengumpulan Data

1) kuisoner

Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Iskandar, 2008: 77).

Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip penulisan angket yaitu
sebagai berikut:

1) Prinsip penulisan angket


1. Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam
membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala pengukuran dan
jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
2. Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
3. Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa terbuka atau
tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur), dan bentuknya dapat
menggunakan kalimat positif dan negatif.
4. Pertanyaan tidak mendua
5. Tidak menanyakan yang sudah lupa
6. Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring pada
jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
7. Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga
akan membuat jenuh responden dalam mengisi.
8. Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke
hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit.

2) Wawancara

Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau


keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan
atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan social yang relatif lama (Sutopo 2006: 72).
Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan
secara lisan untuk-dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari interview adalah kontak langsung
dengan tatap muka (face to face relation ship) antara si pencari informasi (interviewer atau
informan hunter) dengan sumber informasi (interviewee) (Sutopo 2006: 74).
Jenis interview meliputi interview bebas, interview terpimpin, dan interview bebas
terpimpin (Sugiyono, 2008: 233). Interview bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa
saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang dikumpulan. Interview terpimpin, yaitu
interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap
dan terperinci. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan
interview terpimpin.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden
adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan
nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu
autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa
(wawancara dengan keluarga responden) (Sugiyono, 2008: 227). Beberapa tips saat
melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan mudah, mulai dengan informasi fakta,
hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport,
ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.
3) Teknik Observasi
Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat situasi
penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi
pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dan
kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa
digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-
lain.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku,
kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, perasan. Alasan peneliti melakukan
observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab
pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan
pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
a. Observasi partisipatif
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam
keseharian responden.
b. Observasi terus terang atau tersamar
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada
sumber data, bahwa ia akan melakukan penelitian, sehingga mereka yang diteliti mengetahui
sejak awal sampai akhir tentang aktivitas si peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak
terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang
dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau si peneliti menyatakan
terus terang maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan penenlitian.
c. Observasi tak berstruktur
Observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti
atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu
objek.
Manfaat dari observasi ini aantara lain peneliti akan lebih mampu memahami konteks
data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau
menyeluruh, dengan observasi akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan
peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan
sebelumnya. Pendekatan induktif ini membuka kemungkinan penemuan atau discovery.

4) Teknik Dokumen
Kata dokumen berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berati mengajar. Pengertian
dari kata dokumen menurut Louis Gottschalk (1986: 38) seringkali digunakan para ahli dalam
dua pengertian, yaitu pertama, berarti sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai
kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terlukis, dan petilasan-
petilasan arkeologis. Pengertian kedua, diperuntukan bagi surat-surat resmi dan surat-surat
negara seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi, dan lainnya. Lebih lanjut,
Gottschalk menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertianya yang lebih luas
berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang
berupa tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.
G.J. Renier, sejarawan terkemuka dari University college Lodon, (1997; 104 )
menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian, pertama dalam arti luas, yaitu yang
meliputi semua sumber, baik sumber tertulis maupun lisan; kedua dalam arti sempit, yaitu
yang meliputi semua sumber tertulis saja; ketiga dalam arti spesifik, yaitu hanya yang meliputi
surat-surat resmi dan surat-surat Negara, seperti surat perjanjian, undang-undang konsesi,
hibah dan sebagainya.
Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat ditarik benang merahnya bahwa dokumen
merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber
tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semua itu menberikan
informasi bagi proses penelitian.
Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau
human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan
manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Studi dokumen
yang dilakukan oleh para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai “nara sumber”
yang dapat menjawab pertanyaan; “Apa tujuan dokumen itu ditulis?; Apa latar belakangnya?;
Apa yang dapat dikatakan dokumen itu kepada peneliti?; Dalam keadaan apa dokumen itu
ditulis?; Untuk siapa?; dan sebagainya.(Nasution, 2003; 86).
Menurut Sugiyono (2008; 83) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode obsevasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil
penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan / menggunakan studi dokumen ini
dalam metode penelitian kualitatifnya hal senada diungkapkan Bogdan (seperti dikutip
Sugiyono) “ in most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used
broadly lo refer to any first person narrative produce by an individual which describes his or
her own actions, experience, and beliefs”.
Ada beberapa keuntungan dari penggunaan studi dokumen dalam penelitian kualitatif,
seperti yang dikemukakan Nasution (2003; 85); a) Bahan dokumenter itu telah ada, telah
tersedia, dan siap pakai; b) penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan
waktu untuk mempelajarinya; c) banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila
dianalisis dengan cermat, yang berguna bagi penelitian yang dijalankan; d) dapat memberikan
latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian; e) dapat dijadikan bahan triangulasi
untuk mengecek kesesuaian data; dan f) merupakan bahan utama dalam penelitian historis.

5) Focus Group Discussion


Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya
dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut
pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap permaknaan dari
suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.
FGD juga dimaksudkan untuk menghindari permaknaan yang salah dari seorang peneliti
terhadap focus masalah yang sedang diteliti (Sutopo, 2006: 73).
FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan. Ciri khas metode FGD
yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitatif lainnya (wawancara mendalam atau observasi)
adalah interaksi. Tanpa sebuah FGD berubah wujud menjadi kelompok wawancara terfokus
(FGI-Focus Group Interview). Hal ini terjadi apabila moderator cenderung selalu
menkonfirmasi setiap topik satu per satu kepada seluruh peserta FGD. Semua peserta FGD
secara bergilir diminta responnya untuk setiap topik, sehingga tidak terjadi dinamika
kelompok. Komunikasi hanya berlangsung antara moderator dengan informan A, informan A
ke moderator, lalu moderator ke informan B, informan B ke moderator, dst. Kondisi idealnya,
informan A merespon topik yang dilemparkan moderator, disambar oleh informan B,
disanggah oleh informan C, diklarifikasi oleh informan A, didukung oleh informan D,
disanggah oleh informan E, dan akhirnya ditengahi oleh moderator kembali. Diskusi seperti
itu sangat interaktif, hidup, dinamis.

Pengecekan KeabsahanTemuan

Pengecakan keabsahan data (trustworthiness) adalah bagian yang sangat penting dan
tidak terpisahkan dari penelitian kualitatif, menurut Lincoln dan Guba bahwa pelaksanaan
pengecekan keabsahan data didasarkan pada empat criteria yaitu
1. derajat kepercayaan (credibility),
2. keteralihan (transferability),
3. kebergantungan (dependability) dan
4. kepastian (confirmability).
a. Kredibilitas Pengecekan
kredibilitas atau derajat kepercayaan data perlu dilakukan untuk membuktikan apakah
yang diamati oleh peneliti benarbenar telah sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi
secara wajar di lapangan. Derajat kepercayaan data (kesahihan data) dalam penelitian
kualitatif digunakan untuk memenuhi kriteria (nilai) kebenaran yang bersifat emik, baik
bagi pembaca maupun bagi subjek yang diteliti.
Sedangkan menurut Lincoln dan Guba bahwa untuk memperoleh data yang valid dapat
ditempuh teknik pengecekan data melalui:
1) observasi yang dilakukan secara terus menerus (persistent observation);
2) triangulasi (triangulation) sumber data, metode dan peneliti lain;
3) pengecekan anggota (member check), diskusi teman sejawat (peer reviewing); dan
4) pengecekan mengenai kecukupan referensi Lincoln and Guba, Naturalistic
Inquiry…, hlm.289-331 83 (referencial adequacy check) transferibilitas atau
keteralihan dalam penelitian kualitatif dapat dicapai dengan cara “uraian rinci”.
Senada dengan apa yang ditawarkan keabsahan data oleh Lincoln dan Guba John
W. Creswell dalam bukunya Research Design: Qualitative, Quantitative, and
Mixed Methods Approaches merekomendasikan delapan langkah sebagai berikut:
Triangulasi member-checking, thick description, clarify, present negative or
discrepant information, spend prolonged, peer debriefing and external auditor.
Pengujian terhadap kredibilitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan
triangulasi sumber data dan pemanfaatan metode, serta member check.
Pengujian terhadap krediabilitas ini dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut:
a. Mengoreksi metode yang digunakan untuk memperoleh data. Dalam hal ini peneliti
telah melakukan cek ulang terhadap metode yang digunakan untuk menjaring data.
Metode yang dimaksud adalah participant observation, indepth interview, dan
dokumentasi
b. Mengecek kembali hasil laporan penelitian yang berupa uraian data dan hasil
interprestasi peneliti. Peneliti telah mengulang-ulang hasil laporan yang merupakan
produk dari analisis data diteruskan dengan cross check terhadap subyek penelitian.
John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches, (California: Sage Publications, 2002),
c. Triangulasi untuk menjamin obyektifitas dalam memahami dan menerima informasi,
sehingga hasil penelitian akan lebih objektif dengan didukung cross check dengan
demikian hasil dari penelitian ini benar-benar dapat dipertanggungjawabkan
Terdapat tiga macam triangulasi yang dipergunakan untuk mendukung dan memperoleh
keabsahan data, yaitu:
1) Triangulasi dengan sumber Menurut Patton, berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda. Hal ini dapat dicapai dengan cara, yaitu:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Berkaitan
dengan pengecekan keabsahan data ini, ketika peneliti mendapatkan data
tentang pembelajaran Fiqih menggunakan model Coopeative Teaching And
Learning dengan cara observasi kemudian peneliti melanjutkan dengan cara
membandingkan dengan hasil wawancara, sehingga diperoleh data-data yang
valid.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi. Peneliti selalu mengulang wawancara dengn
informan yang telah ditentukan sebelumnya dengan situasi yang berbeda.
Misalnya ketika peneliti wawancara dengan informan tentang loyalitas di
hadapan beberapa orang, ternyata tidak mengalami perubahan yang signifikan
ketika wawancara dengan informan yang sama dalam situasi sendirian.
c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
2) Triangulasi dengan metode Dalam penjaringan data, peneliti menggunakan metode
ganda untuk mendapatkan data yang sama. Hal ini peneliti lakukan karena tidak ada
metode tunggal yang dapat mencukupi untuk menjaring data tertentu, sebab setiap
metode memiliki aspek yang berbeda atas realitas empiris. Cara ini peneliti tempuh
selain untuk memperoleh data yang valid juga untuk mengetahui konsistensi atau
ekspresi para informan.
3) Triangulasi dengan teori Dalam hal ini peneliti melakukan pengecekan data dengan
membandingkan teori-teori yang dihasilkan para ahli yang sesuai dan sepadan melalui
penjelasan banding (rival explanation) dan hasil penelitian ini dikonsultasikan lebih
lanjut dengan subjek penelitian sebelu dianggap mencukupi. Namun dalam penelitian
ini, peneliti hanya menggunakan dua triangulasi, yaitu triangulasi sumber data dan
triangulasi metode. Hal ini sesuai dengan saran Faisal, yaitu untuk mencapai standar
kredibilitas hasil penelitian setidak-tidaknya menggunakan triangulasi metode dan
triangulasi sumber data.
b. Tranferabilitas
Transferabilitas atau keteralihan dalam penelitian kualitatif dapat dicapai dengan cara
“uraian rinci”. Untuk kepentingan ini peneliti berusaha melaporkan hasil penelitiannya
secara rinci. Uraian laporan diusahakan dapat mengungkap secara khusus segala sesuatu
yang diperlukan oleh pembaca agar para pembaca dapat memahami temuantemuan yang
diperoleh. Penemuan itu sendiri bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsirannya
yang diuraikan secara rinci dengan penuh tanggungjawab berdasarkan kejadian-kejadian
nyata.
c. Dependibilitas
Dependibilitas atau kebergantungan dilakukan untuk menanggulangi kesalahan-
kesalahan dalam konseptualisasi rencana penelitian, pengumpulan data, interprestasi
temuan, dan pelaporan hasil penelitian. Untuk itu diperlukan dependent auditor atau para
ahli di bidang pokok persoalan penelitian ini. Sebagai dependent auditor dalam
penelitian ini adalah para promoter (Prof.Dr.Achmad Patoni,M.Ag. dan Dr.Ahmad
Tanzeh ,M.Pd)
d. Konfirmabilitas
Konfirmabilitas atau kepastian diperlukan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh obyektif atau tidak. Hal ini tergantung pada persetujuan beberapa orang
terhadap pandangan pendapat dan temuan seseorang. Jika telah disepakati oleh beberapa
atau banyak orang dapat dikatakan obyektif, namun penekanannya tetap pada datanya.
Untuk menentukan kepastian data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengkonfirmasikan data dengan para informan atau para ahli. Kegiatan ini dilakukan
bersama-sama dengan pengauditan dependabilitas. Perbedaannya jika pengauditan
dependabilitas ditujukan pada penilaian proses yang dilalui selama penelitian, sedangkan
pengauditan dependabilitas adalah untuk menjamin keterkaitan antara data, informasi,
dan interprestasi yang dituangkan dalam laporan serta didukung oleh bahan-bahan yang
tersedia.

Kriteria signifikan
Dilakukan dengan menuliskan secara lengkap termasuk kutipan secara langsung hasil
wawancara dengan partisipant, atau catatan tentang apa yang dilakukan peneliti, kejdian
- kejadian yang berkaitan dengan pemberian makna, dan fenomena konkrit dalam bahasa
partisipant (Burgess, 1984)

Kriteria menyeluruh
Dimaksudkan untuk mendapatkan sumber informasi alternatif. Konfirmasi merupakan
suatu proses yang mengacu kepada hasil penelitian.
Apabila data cukup koheren, maka temuan penelitian dianggap memenuhi syarat. Jika
tidak, maka temuan dianggap gugur, dan peneliti ke lapangan kembali.
Langkah - langkah Penelitian : ( Contoh di dalam pelaksanaannya )

1. Mengadakan grand tour observation untuk mengetahui kondisi awal dari objek yang
diteliti
2. Menentukan fokus atau masalah penelitian melalui informasi dari beberapa orang
kunci (key information) sifatnya sementara
3. Menentukan lokasi penelitian setelah permasalahannya dapat dilihat secara jelas
4. Pengumpulan data lapangan, misalnya dilakukan dengan tahapan-tahapan atau waktu
5. Penetapan orang - orang kunci (key informan ) sebagai pemberi data
6. Mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen: wawancara, observasi,dan
menelaah dokumen-dokumen
7. Menyusun format analisis data
8. Menganalisis data pada waktu pengumpulan data dan setelah data terkumpul
9. Menyusun hasil penelitian dan membahas hasil penelitian dengan membandingkannya
dengan kepustakaan/referensi
10. Memberikan makna terhadap hasil penelitian , dan pengambilan kesimpulan.

Berikut kita bahas setiap langkah-langkah penelitian ilmiah (scientific research) itu,
berikut ini:

1. Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah


Sebagaimana halnya dalam metode ilmiah, pada penelitian ilmiah juga harus
berangkat dari adanya permasalahan yang ingin pecahkan. Sebelum melaksanakan
penelitian ilmiah perlu dilakukan identifikasi masalah. Proses identifikasi masalah
penting dilakukan agar rumusan masalah menjadi tajam dan sebagai bentuk data
awal bahwa dalam penelitian ilmiah tersebut memang dibutuhkan pemecahan
masalah melalui penelitian. Identifikasi masalah dirumuskan bersesuaian
sebagaimana latar belakang masalah, berdasarkan fakta dan data yang ada di
lapangan. Identifikasi masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat
deklaratif, sementara rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat tanya
(berbentuk pertanyaan).
2. Melakukan Studi Pendahuluan
Di dalam penelitian ilmiah, perlu dilakukan sebuah studi pendahuluan. Peneliti
dapat melakukannya dengan menelusuri dan memahami kajian pustaka untuk
bahan penyusun landasan teori yang dibutuhkan untuk menyusun hipotesis maupun
pembahasan hasil penelitian nantinya. Sebuah penelitian dikatakan bagus apabila
didasarkan pada landasan teori yang kukuh dan relevan. Banyak teori yang
bersesuaian dengan penelitian, namun ternyata kurang relevan. Oleh karenanya,
perlu dilakukan usaha memilah-milah teori yang sesuai. Selain itu studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui pengkajian kepustakaan akan dapat
membuat penelitian lebih fokus pada masalah yang diteliti sehingga dapat
memudahkan penentuan data apa yang nantinya akan dibutuhkan
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis perlu dirumuskan dalam sebuah penelitian ilmiah, lebih-lebih penelitian
kuantitatif. Dengan menyatakan hipotesis, maka penelitian ilmiah yang dilakukan
peneliti akan lebih fokus terhadap masalah yang diangkat. Selain itu dengan
rumusan hipotesis, seorang peneliti tidak perlu lagi direpotkan dengan data-data
yang seharusnya tidak dibutuhkannya, karena data yang diambilnya melalui
instrumen penelitian hanyalah data-data yang berkaitan langsung dengan hipotesis.
Data-data ini sajalah yang nantinya akan dianalisis. Hipotesis erat kaitannya
dengan anggapan dasar. Anggapan dasar merupakan kesimpulan yang
kebenarannya mutlak sehingga ketika seseorang membaca suatu anggapan dasar,
tidak lagi meragukan kebenarannya.
4. Mengidentifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Sebuah variabel dalam penelitian ilmiah adalah fenomena yang akan atau tidak
akan terjadi sebagai akibat adanya fenomena lain. Variabel penelitian sangat perlu
ditentukan agar masalah yang diangkat dalam sebuah penelitian ilmiah menjadi
jelas dan terukur. Dalam tahap selanjutnya, setelah variabel penelitian ditentukan,
maka peneliti perlu membuat definisi operasional variabel itu sesuai dengan
maksud atau tujuan penelitian. Definisi operasional variabel adalah definisi khusus
yang dirumuskan sendiri oleh peneliti. Definisi operasional tidak sama dengan
definisi konseptual yang didasarkan pada teori tertentu.
5. Menentukan Rancangan atau Desain Penelitian
Rancangan penelitian sering pula disebut sebagai desain penelitian. Rancangan
penelitian merupakan prosedur atau langkah-langkah aplikatif penelitian yang
berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian ilmiah bagi si peneliti
yang bersangkutan. Rancangan penelitian harus ditetapkan secara terbuka sehingga
orang lain dapat mengulang prosedur yang dilakukan untuk membuktikan
kebenaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan peneliti.
6. Menentukan dan Mengembangkan Instrumen Penelitian
Apakah yang dimaksud dengan instrumen penelitian? Instrumen penelitian
merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkannya. Beragam alat dan teknik pengumpulan data yang dapat dipilih
sesuai dengan tujuan dan jenis penelitian ilmiah yang dilakukan. Setiap bentuk dan
jenis instrumen penelitian memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing.
Karena itu sebelum menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian, perlu
dilakukan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Salah satu kriteria pertimbangan
yang dapat dipakai untuk menentukan instrumen penelitian adalah kesesuaiannya
dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Tidak semua alat atau instrumen
pengumpul data cocok digunakan untuk penelitian-penelitian tertentu.
7. Menentukan Subjek Penelitian
Orang yang terlibat dalam penelitian ilmiah dan berperan sebagai sumber data
disebut subjek penelitian. Seringkali subjek penelitian berkaitan dengan populasi
dan sampel penelitian. Apabila penelitian ilmiah yang dilakukan menggunakan
sampel penelitian dalam sebuah populasi penelitian, maka peneliti harus berhati-
hati dalam menentukannya. Hal ini dikarenakan, penelitian yang menggunakan
sampel sebagai subjek penelitian akan menyimpulkan hasil penelitian yang berlaku
umum terhadap seluruh populasi, walaupun data yang diambil hanya merupakan
sampel yang jumlah jauh lebih kecil dari populasi penelitian. Pengambilan sampel
penelitian yang salah akan mengarahkan peneliti kepada kesimpulan yang salah
pula.Sampel yang dipilih harus merepsentasikan populasi penelitian.
8. Melaksanakan Penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah proses pengumpulan data sesuai dengan desain atau
rancangan penelitian yang telah dibuat. Pelaksanaan penelitian harus dilakukan
secara cermat dan hati-hati karena kan berhubungan dengan data yang
dikumpulkan, keabsahan dan kebenaran data penelitian tentu saja akan menentukan
kualitas penelitian yang dilakukan.Seringkali peneliti saat berada di lapangan
dalam melaksanakan penelitiannya terkecoh oleh beragam data yang sekilas
semuanya tampak penting dan berharga. Peneliti harus fokus pada pemecahan
masalah yang telah dirumuskannya dengan mengacu pengambilan data berdasarkan
instrumen penelitian yang telah dibuatnya secara ketat. Berdasarkan cara
pengambilan data terhadap subjek penelitian, data dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu data langsung dan data tidak langsung. Data langsung adalah data
yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari sumber data (subjek penelitian),
sementara data tidak langsung adalah data yang diperoleh peneliti tanpa
berhubungan secara langsung dengan subjek penelitian yaitu melalui penggunaan
media tertentu misalnya wawancara menggunakan telepon, dan sebagainya.
9. Melakukan Analisis Data
Beragam data yang terkumpul saat peneliti melaksanakan penelitian ilmiahnya
tidak akan mempunyai kana apapun sebelum dilakukan analisis. Ada beragam alat
yang dapat digunakan untuk melakukan analisis data, bergantung pada jenis data
itu sendiri. Bila penelitian ilmiah yang dilakukan bersifat kuantitatif, maka jenis
data akan bersifat kuantitatif juga. Bila penelitian bersifat kualitatif, maka data
yang diperoleh akan bersifat kualitatif dan selanjutnya perlu diolah menjadi data
kuantitatif. Untuk itu perlu digunakan statistik dalam pengolahan dan analisis data.
10. Merumuskan Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada hakekatnya merumuskan hasil penelitian dan melakukan pembahasan adalah
kegiatan menjawab pertanyaan atau rumusan masalah penelitian, sesuai dengan
hasil analisis data yang telah dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan, berarti
peneliti melakukan interpretasi dan diskusi hasil penelitian.Hasil penelitian dan
pemabahasannya merupakan inti dari sebuah penelitian ilmiah.Pada penelitian
ilmiah dengan pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah hipotesis itu
dinyatakan diterima atau ditolak dan dibahas mengapa diterima atau ditolak. Bila
hasil penelitian mendukung atau menolak suatu prinsip atau teori, maka dibahas
pula mengapa demikian. Pembahasan penelitian harus dikembalikan kepada teori
yang menjadi sandaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan.
11. Menyusun Laporan Penelitian dan Melakukan Desiminasi
Seorang peneliti yang telah melakukan penelitian ilmiah wajib menyusun laporan
hasil penelitiannya. Penyusunan laporan dan desiminasi hasil penelitian merupakan
langkah terakhir dalam pelaksanaan penelitian ilmiah. Format laporan ilmiah
seringkali telah dibakukan berdasarkan institusi atau pemberi sponsor di mana
penelitia itu melakukannya. Desiminasi dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau
menuliskannya dalam jurnal-jurnal penelitian. Ini penting dilakukan agar hasil
penelitian diketahui oleh masyarakat luas (masyarakat ilmiah) dan dapat
dipergunakan bila diperlukan.

ANALISIS DATA (Kualitatif)

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutruhkan refleksi terus menerus
terhadap data, mengajukan pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang
penelitian.

Tahap Analisis Data:


Langkah 1 :

mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini melibatkan transkipsi
wawancara, men-scanning materi, mengetikdata lapangan, atau memilah-milah dan
menyususn data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung pada sumber
informasi.

Langkah 2 :

membaca keseluruhan data. Langkah pertama adalah membangun general sense atas
informasi yang diperoleh dan merefleksikan maknanya secara keseluruhan. Dalam
prose ini yang perlu diperhatikan adalah gagasan umum apa yang terkandung dalam
perkataan partisipan, bagaimana nada gagasan-gagasan tersebut, dabn bagaimana
kesan dari partisipan. Pada tahap ini, para peneliti kualitatif terkadang menulis catatan-
catatan khusus atau gagasan umun tentang data yang diperoleh.

Langkah 3 :

menganalisi lebih detail dengan mengkoding data. Koding merupakan proses


mengolah materi atau informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum
memaknainya (Rossman dan Rallis, 1998 :171). Langkah ini melibatkan beberapa
tahap yaitu, mengambil data tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama
proses pengumpulan, mensegmentasi kalimat-kalimat atau gambar-gambar tersebutr
kedalam kategori-kategori kemudian melabeli kategori ini dengan istilah-istilah khusus
yang seringkali didasarkan pada istilah/bahasa yang benar-benar berasal dari
parrtisipan.

Dalam penelitian kualitatif. data coding atau pengodean data memegang peranan
penting dalam proses analisis data, dan menentukan kualitas abstraksi data hasil
penelitian Ketika peneliti melakukan analisis, yang dikodekan adalah makna
pernyataan, perilaku, peristiwa, perasaan, tindakan dari informan, dan lain-lain
tergantung apa yang terkandung dalam segmen data yang dihadapi. Ada sejumlah
pertanyaan yang dapat peneliti ajukan ketika ia berhadapan dengan segmen-segmen
data, yang sekiranya dapat membantu untuk melakukan pengodean sebagai berikut:

 Apa yang sedang terjadi disini?

 Apa asumsi-asumsi yang berada di balik peristiwa ini?

 Apa yang ingin disampaikan oleh informan lewat pernyataan ini?

 Secara esensial, apa sebenarnya yang sedang informan ini lakukan?

 Apa maksud informan ini melakukan hal ini?

 Apa makna dari peristiwa ini?

 Perasaan apa yang tercermin lewat pernyataan informan ini?

Pertanyaan-pertanyaan di atas hanyalah sebagian kecil pertanyaan yang dapat


membantu peneliti dalam melakukan pengodean terhadap pernyataan, perilaku,
perasaan, tindakan dari informan yang dijumpainya dalam segmen-segmen data.

Langkah 4:

Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang, kategori-


kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis. Deskripsi ini melibatkan usaha
penyampaian informasi secara detail mengenai orang-orang, lokasi-lokasi, peristiwa
dalam setting tertentu. Peneliti dapat membuat kode-kode untuk mendeskripsikan
semua informasi ini, lalu menganilisnya untuk proyek studi kasus, etnografi, atau
penelitian naratif. Setelah itu, terapkan proses coding untuk membuat sejumlah kecil
tema tau kategori, bisa lima hingga tujuh kategori. Tema-tema inilah yang biasanya
menjadi hasil utama dalam penelitian kualitatif dan sering kali digunakan untuk
membuat judul dalam bagian hasil penelitian. Setelah mengidentifikasi tema-tema
selama proses koding, peneliti kualitatif dapat memanfaatkan lebih jauh tema ini untuk
membuat analisis yang lebih kompleks.
Langkah 5:

Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali dalam
narasi atau laporan kualitatif. Pendekatan yang popular adalah dengan menerapkan
pendekatan naratif dalam menyampaikan hasil analisis. Pendekatan ini bisa meliputi
pembahasan tentang kronologi peristiwa, tema-tema tertentu atau tentang
keterhubungan antartema. Para peneliti kualitatif juga dapat menggunakan visual-
visual, gambar-gambar, atau tabel untuk membantu menyajikan pembahasan. Mereka
dapat menyajikan suatu proses (sebagaimana dalam grounded theory),
menggambarkan secara spesifik lokasi penelitian (sebagaiman dalam etnografi), atau
memberikan informasi deskriptif tentang partisipan dalam sebuah tabel (sebagaimana
dalam studi kasus)

Langkah 6 :

Langkah terakhir dalam analis data adalah menginterpretasi atau memaknai data.
Mengajukan pertanyaan seperti “Pelajaran apa yang bisa diambil dari semua ini”. Akan
membantu peneliti mengungkap esensi dari suatu gagasan.pelajaran ini dapat berupa
interpretasi pribadi si peneliti, dengan berpijak pada kenyataan bahwa peneliti
membawa kebudayaan, sejarah, dan pengalaman pribadinya kedalam penelitian.
Dalam hal ini, penelitian menegaskan apakah hasil penelitiannya membenarkan atau
justru menyangkal informasi. Interptratasi ini juga bisa berupa pertanyaan-pertanyaan
baru yang perlu dijawab selanjutnya: pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari data dan
analis, dan bukan dari hasil ramalan penelitian. Jadi, interpretasi data dalam penelitian
kualitatif dapat berupa banyak hal, dapat diadaptasikan untuk jenis rancangan yang
berbeda, dan dapat bersifat pribadi, berbasis penelitian dan tindakan.

PenyusunanProposal(Kualitatif)

A. PENDAHULUAN

a) Latar Belakang Masalah


b) FokusPenelitian
c) Rumusan Masalah/Pertanyaan Penelitian
d) TujuanPenelitian
e) Manfaat Penelitian:
1) Teoretis(keilmuan)
2) Praktis(tempat, responden)

PENYUSUNAN PROPOSAL
A. Tinjauan Pustaka
Untuk memperkuat masalah yang akan di teliti maka penulis mengadakan tinjauan pustaka
dengan cara mencari dan menemukan teori-teori yang akan di jadikan landasan penelitian,
yaitu: Self Control (kontrol diri) adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri;
kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau
merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif.
Averill (dalam, Herlina Siwi, 2000) Menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal,
yang terdiri dari tiga jenis kontrol, yaitu:

1. Behavior Control (kontrol perilaku), yang terdiri dari dua komponen, yaitu
kemampuan mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan
memodifikasi stimulus (stimulus modifiability).
2. Cognitive control (kontrol kognitif), yang terdiri dari dua komponen, yaitu
memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal).
3. Decisional Control merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu
tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya, kontrol diri dalam
menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan
atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.

Untuk mengukur kontrol diri digunakan aspek-aspek sebagai berikut :


a. Kemampuan mengontrol perilaku
b. Kemampuan mengontrol stimulus
c. Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian
d. Kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian.
e. Kemampuan mengambil keputusan.

Tiga langkah orang dewasa dalam membangun kontrol diri pada anak, yaitu:

1. Langkah pertama adalah memperbaiki perilaku anda, sehingga dapat memberi contoh
control diri yang baik bagi anak dan menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan
prioritas.
2. Langkah kedua adalah membantu anak menumbuhkan sistem regulasi internal
sehingga dapat menjadi motivator bagi diri mereka sendiri.
3. Langkah ketiga mengajarkan cara membantu anak menggunakan kontrol diri ketika
menghadapi godaan dan stres, mengajarkan untuk berfikir sebelum bertindak sehingga
mereka akan memilih sesuatu yang aman dan baik.

B. Metodologi Penelitian
1. Metode, dan Alasan Menggunakan Metode
Dalam penelitian ini digunakan Metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki
karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data lansung, deskriptif, proses lebih
dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara
analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.
Ada 6 (enam) macam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu:
etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif, partisipatories, dan penelitian tindakan
kelas.
Dalam hal ini penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus (case study), yaitu:
suatu penelitian yang dilakukan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga,
atau masyarakat.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMA NEGERI 1 PEMALANG karena di dasarkan pada beberapa
pertimbangan:
SMA adalah Sekolah Menengah Atas yang memiliki konotasi perilaku yang tidak begitu baik
menurut pandangan masyarakat. sehingga Konselor di SMA sangat berperan dalam memantau
penyimpangan perilaku para siswa.
3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri.
4. Sampel Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
tambahan, seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini
adalah kata-kata dan tidakan sebagai sumber utama, sedangkan sumber data tertulis, foto dan
catatan tertulis adalah sumber data tambahan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.
Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat di mengerti maknanya secara baik, apabila
dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar,
dimana fenomena tersebut berlansung dan di samping itu untuk melengkapi data diperlukan
dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud digunakannya wawancara
anatara lain adalah (a) mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain, (b) mengkonstruksikan kebulatan-
kebulatan demikian yang dialami masa lalu.
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam
artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan
fokus permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terkumpul
secara maksimal sedangkan subjek peneliti dengan teknik Purposive Sampling yaitu
pengambilan sampel bertujuan, sehingga memenuhi kepentingan peneliti.
Sedangkan jumlah informan yang diambil terdiri dari :
a. Kepala Sekolah SMA NEGERI 1 PEMALANG;
b. Guru Bimbingan dan Konseling SMA NEGERI 1 PEMALANG;
c. Seluruh Wali Kelas SMA NEGERI 1 PEMALANG.

Teknik Observasi, dalam penelitian kualitatif observasi diklarifikasikan menurut tiga cara.
Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai partisipan atau non partisipan. Kedua, observasi
dapat dilakukan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar
penelitian dan dalam penelitian ini digunakan tehnik observasi yang pertama di mana
pengamat bertindak sebagai partisipan.
Tehnik Dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber
ini terdiri dari dokumen dan rekaman.
“Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk
individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenihi
accounting. Sedangkan “Dokumen” digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman,
yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat, buku harian,
catatan khusus, foto-foto dan sebagainya.
6. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, maka langka berikutnya adalah pengelolahan dan analisa data.
Yang di maksud dengan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh dirinya sendiri atau orang lain.
Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, maka dalam analisis data
selama di lapangan peneliti menggunakan model spradley, yaitu tehnik analisa data yang di
sesuaikan dengan tahapan dalam penelitian, yaitu:

a. Pada tahap penjelajahan dengan tehnik pengumpulan data grand tour question, yakni
pertama dengan memilih situasi sosial (place, actor, activity),
b. Kemudian setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan seseorang
informan “key informant” yang merupakan informan yang berwibawa dan dipercaya
mampu “membukakan pintu” kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian.
Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat
hasil wawancara. Setelah itu perhatian peneliti pada obyek penelitian dan memulai
mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil
wawancara. Berdasarkan hasil dari analisis wawancara selanjutnya peneliti melakukan
analisis domain.
c. Pada tahap menentukan fokus (dilakukan dengan observasi terfokus) analisa data
dilakukan dengan analisis taksonomi.
d. Pada tahap selection (dilakukan dengan observasi terseleksi) selanjutnya peneliti
mengajukan pertanyaan kontras, yang dilakukan dengan analisis komponensial.
e. Hasil dari analisis komponensial, melalui analisis tema peneliti menemukan tema-tema
budaya. Berdasarkan temuan tersebut, selanjutnya peneliti menuliskan laporan
penelitian kualitatif.

C. DAFTAR PUSTAKA

Borba, Michele. Membangun Kecerdasan Moral; Tujuh Kebajikan Utama Agar Anak
Bermoral Tinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Ghufron, M. Nur. ” Hubungan Kontrol diri, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin
orang tua dengan prokrastinasi akademik.” Tesis Ilmu Psikologi UGM Yogyakarta, 2003.
http://www.damandiri.or.id/file/mnurgufronugmbab2.pdf
Gunarsa, D. Singgih. Bunga rampai Psikologi Perkembangan; Dari anak sampai usia lanjut.
Jakarta: Gunung Mulia, 2006.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.
Sugiyono, Metodologi Penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D Bandung: Alfabeta, 2006.
A. PENELITIAN EKSPLORATIF
1. Pengertian Penelitian Eksploratif
Menurut Yusuf (2017) Penelitian Eksploratif adalah studi dengan melakukan penelusuran,
terutama dalam pemantapan konsep yang akan digunakan dalam ruang lingkup yang
penelitian yang lebih luas dengan jangakauan konseptual yang lebih besar. Dalam melakukan
eksplorasi, konsep yang matang menjadi goal dalam penelitian dan jangakauan konseptual
yang lebih luas.

Menurut Morissan (2017) Penelitian eksploratif adalah penelitian awal yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran mengenai suatu topik penelitian yang akan diteliti lebih jauh.

Jadi, Penelitian eksplorasi adalah penelitian yang dilakukan untuk masalah yang belum
didefinisikan secara jelas. Ini sering terjadi sebelum kita cukup tahu untuk membuat
perbedaan konseptual atau menempatkan hubungan yang jelas.

2. Tujuan penelitian eksploratif

Tujuan dari penelitian eksploratif disampaikan secara lebih detail oleh Yusuf (2004) bahwa
tujuan umum dari penelitan dari yang bersifat eksplorasi yakni guna mendapatkan ide-ide
mengenai permasalahan pokok secara lebih terperinci maupun untuk mengembangkan
hipotesis yang ada. Hasil penelitian eksploratif akan menjawab apakah penelitian masih akan
dilanjutkan atau tidak. Jadi penelitian eksploratif merupakan jenis penelitian awal dari suatu
penelitian yang sifatnya sangat luas. Untuk penelitian subyek tertentu, penelitian eksploratif
menjadi sangat penting dikarenakan akan menghasilkan landasan kuat untuk penelitian
selanjutnya. Penelitian eksploratif merupakan kombinasi antara penelitian deskriptif dan
penelitian menguji, tetapi tidak dapat memiliki artik mandiri. Dalam penelitian eksploratif
peneliti tidak ingin menjajagi suatu bidang tertentu atau mencatat gejala-gejala, melainkan
mencoba menjelaskannya dan bila mungkin sebagai kelanjutan atas dasar itu mengembangkan
hipotesis-hipotesis tertentu (Heitink, 1999).

Penelitian Eksploratif memberikan arah pada perumusan masalah dan hiptesis (Jamaluddin,
2004). Teknik pengumpulan data dalam penelitian eksploratif dapat menggunakan wawancara
terbuka dan penelaahan berbagai buku. Ketika wawancara terbuka dilakukan, peneliti dapat
mengajukan berbagai pertanyaan yang mendalam yang berkaitan erat dengan dengan objek
yang diteliti (Saifuddin, 2018).

3. jenis Penelitian Ekploratif


Beriku ini macam-macam penelitian eksploratori, antara lain:
a. Pencarian Literatur (Literature Search)
Ini adalah salah satu cara tercepat dan paling murah untuk menemukan hipotesis. Ada
sejumlah besar informasi yang tersedia di perpustakaan, melalui sumber internet, dalam basis
data komersial, dan sebagainya.

Pencarian literatur dapat mencakup surat kabar, majalah, literatur perdagangan, literatur
akademis, atau statistik yang diterbitkan dari organisasi penelitian atau Biro Sensus
Pemerintah (di Indonesia dikenal dengan BPS atau Badan Pusat Statistik).

Contoh: Asumsikan masalahnya adalah “Mengapa penjualan produk lebih rendah?” Ini dapat
dengan mudah dievaluasi dengan bantuan data yang dipublikasikan yang harus menunjukkan
“apakah masalah tersebut merupakan” masalah industri “atau” masalah perusahaan “.

Jika kita mengakui situasi khusus bahwa penjualan dan laba perusahaan kita lebih rendah
terlepas dari pasar yang menunjukkan tren naik, maka kita harus mengevaluasi variabel bauran
pemasaran.

b. Wawancara Mendalam (Depth Interviews)


Penting untuk memulai dengan pencarian literatur yang baik, tetapi pada titik tertentu perlu
untuk berbicara dengan orang-orang yang berpengetahuan luas di bidang yang diselidiki.
Orang-orang ini bisa terdiri atas profesional atau orang di luar organisasi.

Dalam hal tersebut, kita tidak membutuhkan kuesioner. Pendekatan yang diadopsi harus
sangat tidak terstruktur, sehingga peserta dapat memberikan pandangan yang berbeda.
Wawancara mendalam banyak digunakan untuk memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman
individu dengan informasi yang sangat terkait dengan situasi atau peluang yang ada.

c. Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion)


Metode lain yang sering digunakan dalam penelitian eksplorasi adalah kelompok terfokus.
Dalam kelompok terfokus, hanya beberapa orang yang disatukan untuk belajar dan
membicarakan beberapa tema yang menarik. Diskusi diarahkan oleh seorang moderator yang
berada di ruangan dengan peserta kelompok terfokus.
Kelompok biasanya terdiri dari 8-12 orang. Saat memilih individu-individu ini, harus
diperhatikan untuk memastikan bahwa mereka harus memiliki latar belakang yang sama dan
memiliki pengalaman yang sebanding terkait masalah yang akan dikaji.
Ini tentu diperlukan karena tidak boleh ada konflik di antara anggota kelompok mengenai
masalah-masalah umum yang sedang dibicarakan.
d. Analisis Kasus (Case Analysis)
Para peneliti dapat memahami lebih banyak tentang masalah yang dikaji dengan mempelajari
contoh-contoh atau kasus-kasus yang dipilih dengan cermat. Studi kasus ini cocok untuk
melakukan penelitian eksplorasi. Seorang peneliti harus memeriksa dengan hati-hati studi
kasus yang diterbitkan sebelumnya berkaitan dengan variabel yang akan diteliti.
4. Cara Menuliskan Penelitian Eksploratif
Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan penelitian eksplorasi,
yaitu:
a. Identifikasi masalah
Seorang peneliti mengidentifikasi subjek penelitian dan masalah yang perlu diatasi dengan
melakukan beberapa metode untuk menjawab pertanyaan.
b. Buat hipotesis
Ketika peneliti telah menemukan bahwa tidak ada studi sebelumnya dan masalah tidak
diselesaikan dengan tepat, peneliti akan membuat hipotesis berdasarkan pertanyaan yang
diperoleh saat mengidentifikasi masalah.
c. Penelitian lebih lanjut
Setelah data telah diperoleh, peneliti akan melanjutkan studinya melalui investigasi deskriptif.
Metode kualitatif digunakan untuk mempelajari subjek lebih lanjut secara terperinci dan
mencari tahu apakah informasi itu benar atau tidak.
5. Ciri-ciri penelitian eksploratif

Adapun beberapa ciri-ciri dari Penelitian Eksploratif oleh Yusuf (2017) yakni:

a. Penelitian eksploratif ingin menemukan sesuatu apa adanya sebagai langkah awal
untuk mendeskripsikan suatu fenomena tersebut secara lebih jelas dan tuntas

b. Sampelnya terbatas

c. Instrumen yang dipakai haruslah mampu mengungkapkan sebanyak mungkin


informasi yang dibutuhkan sesuai dengan objek penelitian

d. Bentuk pertanyaan yang dipakai lebih banyak yang bersifat terbuka daripada yang
bersifat terstruktur, sehingga mampu menampung atau mendeteksi sebanyak mungkin
informasi yang dibutuhkan

e. Mengunakan data primer dan sekunder karena kedua jenis data tersebut akan saling
melengkapi.

6. Langkah-langkah penelitian eksploratif

Langkah-langkah pokok dalam penelitian eksploratif, antara lain:

a. Ditetapkan terlebih dahulu bidang yang akan diselidiki dan rumuskan masalahnya
secara jelas

b. Rumuskan tujuan yang akan dicapai

c. Lakukan penelaahan kepustakaan untuk mendukung pengumpulan informasi lebih


mendalam sewaktu di lapangan

d. Susun rancangan pendekatannya, antara lain:

e. Cara pengumpulan data


f. Alat pengumpulan data

g. Sumber Informasi

h. Latihan para pengumpul data

i. Kumpulkan data sesuai dengan rancangan yang telah disusun

j. Susun laporan menurut sistematika tertentu.

7. Keuntungan dari penelitian eksplorasi diantaranya yaitu:

a. Peneliti memiliki banyak fleksibilitas dan dapat beradaptasi dengan perubahan seiring
kemajuan penelitian.
b. Biasanya biaya yang dibutuhkan lebih rendah.
c. Ini membantu meletakkan dasar penelitian, yang dapat mengarah pada penelitian lebih
lanjut.
d. Hal ini memungkinkan peneliti memahami pada tahap awal, jika topiknya layak untuk
diinvestasikan kaitannya dengan waktu dan sumber daya serta jika layak untuk dikaji
lebih jauh.
e. Ini dapat membantu peneliti lain untuk menemukan kemungkinan penyebab masalah,
yang dapat dipelajari lebih lanjut secara terperinci untuk mengetahuinya.

8. Kerugian dari penelitian eksplorasi diantaranya yaitu:

a. Meskipun itu bisa mengarahkan peneliti ke arah yang benar menuju apa jawabannya,
itu biasanya tidak meyakinkan.
b. Kerugian utama dari penelitian eksplorasi adalah menyediakan data kualitatif.
Interpretasi informasi tersebut dapat bersifat menghakimi dan bias.
c. Sebagian besar waktu, penelitian eksplorasi melibatkan sampel yang lebih kecil,
sehingga hasilnya tidak dapat secara akurat ditafsirkan untuk populasi umum.
d. Sering kali, jika data dikumpulkan melalui penelitian sekunder, maka ada
kemungkinan data tersebut menjadi tidak diperbarui.
A, Penelitian Verifikatif (Kuantitatif)
Umi Narimawati (2007:61) metode Verifikatif ialah “Pengujian hipotesis penelitian
melalui alat analisis statistik”. Analisis Kuantitatif menurut Rosgandika Mulyana (2005:8)
adalah : Analisis kuantitatif merupakan metode ilmiah untuk pencapaian validitas yang tinggi
reabilitasnya dan mempunyai peluang kebenaran ilmiah yang tinggi, sifat kuantitatif memberi
bobot (rating), peringkat (rangking), atau skor (scoring).

Metode ini digunakan untuk mengetahui tentang penelitian :


Mengetahui seberapa besar pengaruh Rasio Lancar (Current Ratio) dan Pendapatan Perlembar
Saham (Earning Per Share) secara simultan dan parsial terhadap Dividen Kas. Penelitian ini
dimaksudkan untuk memberikan penjelasan dengan cara melakukan pengukuran secara cermat
terhadap fenomena tertentu dan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik.

Desain Penelitian
Setiap penelitian sangat perlu dilakukan adanya perencanaan dan perancangan penelitian, agar
penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Desain Penelitian
menurut Husein Umar (2005:30) yaitu “Desain penelitian adalah semua proses yang
dilakukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

Penelitian yang baik harus didahului oleh perencanaan penelitian agar penelitian berjalan
dengan baik dan lancar. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh M. Iqbal (2002:31)
menyatakan “Desain penelitian adalah kerangka kerja dalam suatu studi tertentu, guna
mengumpulkan, mengukur dan melakukan analisis data sehingga dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian.”
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan
semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai
dari perencanaan sampai pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian Pendekatan Paradigma Berganda.
Paradigma berganda merupakan desain penelitian yang terdapat lebih dari dua variabel.
Adapun dalam penelitian ini terdapat 3 variabel yaitu dua variabel bebas (Independen) dan
satu variabel terikat (Dependen).

Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar Desain Penelitian

Seperti penjelasan sebelumnya bahwa desain penelitian merupakan suatu cara bagi peneliti
untuk dapat melakukan penelitian secara baik dan sistematis. Adapun desain penelitian yang
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya


menetapkan judul penelitian,
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, Identifikasi masalah dalam penelitian ini
adalah tingkat Rasio Lancar, Pendapatan Perlembar Saham dan kebijakan pembagian
deviden kas melalui hipotesis yang peneliti ambil,
3. Menetapkan rumusan masalah,
4. Menetapkan tujuan masalah,
5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori,
6. Menentukan operasionalisasi variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang
digunakan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas
(independen), yaitu Rasio Lancar sebagai variabel “X1“, Pendapatan Perlembar Saham
sebagai variabel “X2” dan variabel terikat (dependen), yaitu Dividen Kas sebagai
variabel “Y“. Ketiga variabel tersebut akan diuraikan secara khusus mulai dari
indikator, skala pengukuran, dan instrumen penelitiannya.
7. Menentukan sumber data, teknik penentuan sampel, dan teknik pengumpulan data.
Sampel dalam penelitian ini selama 7 tahun (2004-2010), diperoleh dari laporan
keuangan tahunan perusahaan, terdiri dari laporan keuangan neraca, laporan keuangan
laba rugi, dan Laporan Pembayaran Dividen Kas PT. Indosat Tbk.
8. Melakukan analisis data terhadap nilai Rasio Lancar, Pendapatan Perlembar Saham,
dan Dividen Kas PT. Indosat Tbk.
9. Membuat kesimpulan dan saran.

B. PENELITIAN MURNI

Penelitian dasar (basic research) atau bisa disebut penelitian murni merupakan penelitian
yang diperuntukkan bagi pengembangan suatu ilmu pengetahuan serta diarahkan pada
pengembangan teori-teori yang ada atau menemukan teori baru.

Menurut Jujun S. Sumantri (1985) menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni adalah
penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah
diketahui. Sedangkan menurut Sukmadinata (2009) dalam buku Metode Penelitian
Pendidikan mendefinisikan penelitian dasar (basic research) disebut juga penelitian murni
(pure research) atau penelian pokok (fundamental research) diarahkan pada pengujian teori,
hanya dengan sedikit atau bahkan tanpa menghubungkan hasilnya untuk kepentingan praktik.

Lebih lanjut Sukmadinata (2009) menambahkan tujuan dari penelitian dasar adalah :

1. untuk menambah pengetahuan dengan prinsip-prinsip dasar dan hukum-hukum ilmiah,


dan
2. untuk meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah.

Wibisono (2002) menyatakan bahwa penelitian dasar dilakukan untuk memperluas batas-
batas ilmu pengetahuan. Penelitian dasar ini tidak ditujukan secara langsung untuk
mendapatkan pemecahan bagi suatu permasalahan khusus. Penelitian dasar dilakukan untuk
memverifikasi teori yang sudah ada atau untuk mengetahui lebih jauh tentang sebuah konsep.
Hal pertama kali yang harus dilakukan dalam penelitian dasar adalah pengujian konsep atau
hipotesis awal dan kemudian pembuatan kajian lebih dalam serta kesimpulan tentang
fenomena yang diamati.

Menurut LIPI, mendefinisikan penelitian dasar sebagai setiap penelitian yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan ilmiah atau untuk menemukan bidang penelitian baru tanpa suatu
tujuan praktis tertentu. Artinya kegunaan hasil penelitian itu tidak segera dipakai namun dalam
waktu jangka panjang akan terpakai.

Penelitian murni tidak dibayang-bayangi oleh pertimbangan penggunaan dari penemuan


tersebut untuk masyarakat. Perhatian utama adalah kesinambungan dan integritas dari ilmu
dan filosofi. Penelitian murni bisa diarahkan ke mana saja, tanpa memikirkan ada tidaknya
hubugnan dengan kejadian-kejadian yang diperlukan masyarakat. Proses pemikiran si peneliti
bisa membawanya kemana saja, tanpa memikirkan sudt apa dan arah mana yang akan di tuju.
(Hogben, 1983, dalam buku Science For The Citizen)

Contoh penelitian dasar, antara lain sebagai berikut: kajian tentang keberadaan rumah singgah
untuk meningkatkan kesadaran hukum anak jalanan, perilaku wanita pedesaan dalam
mengembangkan sentra industri kecil, perikalu masyarakat pemulung ditinjau dari aspek
sosiologi, identifikasi karakter protein RRM virus dengue-3 isolat, dan lain sebagainya.

C. PENELITIAN PENGEMBANGAN

Menurut Gay (1990) Penelitian Pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
suatu produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk menguji teori.
Sedangkan Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai
berikut:

Educational Research and development (R & D) is a process used to develop and validate
educational products. The steps of this process are usually referred to as the R & D cycle,
which consists of studying research findings pertinent to the product to be developed,
developing the products based on these findings, field testing it in the setting where it will be
used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In
more rigorous programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that
the product meets its behaviorally defined objectives.

Penelitian Pendidikan dan pengembangan (R & D) adalah proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini
biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang
berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan
temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia akan digunakan akhirnya , dan
merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan
pengujian. Dalam program yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang sampai bidang-data
uji menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan perilaku didefinisikan.

Seals dan Richey (1994) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian
sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk
pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas. Sedangkan
Plomp (1999) menambahkan kriteria “dapat menunjukkan nilai tambah” selain ketiga kriteria
tersebut.

Van den Akker dan Plomp (1993) mendeskripsikan penelitian pengembangan berdasarkan dua
tujuan yakni

1. Pengembangan prototipe produk


2. Perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototipe produk
tersebut

Sedangkan Richey dan Nelson (1996) membedakan penelitian pengembangan atas dua tipe
sebagai berikut.

 Tipe pertama difokuskan pada pendesaianan dan evaluasi atas produk atau program
tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang proses pengembangan
serta mempelajari kondisi yang mendukung bagi implementasi program tersebut.
 Tipe kedua dipusatkan pada pengkajian terhadap program pengembangan yang
dilakukan sebelumnya. Tujuan tipe kedua ini adalah untuk memperoleh gambaran
tentang prosedur pendesainan dan evaluasi yang efektif.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian


pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi
produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Produk yang dihasilkan antara lain: bahan
pelatihan untuk guru, materi belajar, media, soal, dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran

Karakteristik dan Motif Penelitian Pengembangan

Menurut Wayan (2009) ada 4 karateristik penelitian pengembangan antara lain :

1. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya
inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban
profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran.
2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang
menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
3. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba
lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat
untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba
lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat
dipertanggung jawabkan secara akademik.
4. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran
perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan
kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.

Sedangkan motif penelitian pengembangan seperti dikemukankan Akker (1999) antara lain :

1. Motif dasarnya bahwa penelitian kebanyakan dilakukan bersifat tradisional, seperti


eksperimen, survey, analisis korelasi yang fokusnya pada analsis deskriptif yang tidak
memberikan hasil yang berguna untuk desain dan pengembangan dalam pendidikan.
2. Keadaan yang sangat kompleks dari banyknya perubahan kebijakan di dalam dunia
pendidikan, sehingga diperlukan pendekatan penelitian yang lebih evolusioner
(interaktif dan siklis).
3. Penelitian bidang pendidikan secara umum kebanyakan mengarah pada reputasi yang
ragu-ragu dikarenakan relevasi ketiadaan bukti.

Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Pengembangan

Pada rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian pengembangan biasanya berisi dua
informasi, yaitu (1) masalah yang akan dipecahkan dan (2) spesifikasi pembelajaran, model,
soal, atau perangkat yang akan dihasilkan untuk memecahkan masalah tersebut. Selama dua
aspek ini terkandung dalam sebuah rumusan masalah penelitian pengembangan, maka
rumusan masalah tersebut sudah benar.
Penambahan beberapa sub-masalah untuk merinci rumusan masalah (utama) bisa saja
dilakukan selama tidak mengurangi kejelasan makna dari rumusan masalah tersebut, misalnya
tetap hanya akan menghasilkan sebuah produk perangkat pembelajaran dalam satu penelitian
pengembangan. Rumusan masalah penelitian pengembangan bisa dirinci menjadi beberapa
sub-masalah apabila perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan bisa dibagi menjadi
beberapa bagian.

Menurut Akker (1999) tujuan penelitian pengembangan dibedakan berdasarkan


pengembangan pada bagian kurikulum, teknologi dan media, pelajaran dan instuksi, dan
pendidikan guru didaktis. Berikut ini penjelasannya :

1. Pada bagian kurikulum

Tujuannya adalah menginformasikan proses pengambilan keputusan sepanjang pengembangan


suatu produk/program untuk meningkatkan suatu program/produk menjadi berkembang dan
kemampuan pengembang untuk menciptakan berbagai hal dari jenis ini pada situasi ke depan.

2. Pada bagian teknologi dan media

Tujuannya adalah untuk menigkatkan proses rancangan instruksional, pengembangan, dan


evaluasi yang didasarkan pada situasi pemecahan masalah spesifik yang lain atau prosedur
pemeriksaan yang digeneralisasi.

3. Pada bagian pelajaran dan instruksi

Tujuannya adalah untuk pengembangan dalam dalam perancangan lingkungan pembelajaran,


perumusan kurikulum, dan penaksiran keberhasilan dari pengamatan dan pembelajaran, serta
secara serempak mengusahakan untuk berperan untuk pemahaman fundamental ilmiah.

4. Pada bagian pendidikan guru dan didaktis


Tujuannya adalah untuk memberikan kontribusi pembelajaran keprofesionalan para guru dan
atau menyempurnakan perubahan dalam suatu pengaturan spesifik bidang pendidikan. Pada
bagian didaktis, tujuannya untuk menjadikan penelitian pengembangan sebagai suatu hal
interaktif, proses yang melingkar pada penelitian dan pengembangan dimana gagasan teoritis
dari perancang memberi pengembangan produk yang diuji di dalam kelas yang ditentukan,
mendorong secepatnya ke arah teoritis dan empiris dengan menemukan produk, proses
pembelajaran dari pengembang dan teori instruksional.

Proses Penelitian Pengembangan

Penelitian Pengembangan biasanya dimulai dengan identifikasi masalah pembelajaran yang


ditemui di kelas oleh guru yang akan melakukan penelitian. Yang dimaksud masalah
pembelajaran.dalam penelitian pengembangan adalah masalah yang terkait dengan perangkat
pembelajaran, seperti silabus, bahan ajar, lembar kerja siswa, media pembelajaran, tes untuk
mengukur hasil belajar, dsb. Perangkat pembelajaran dianggap menjadi masalah karena belum
ada, atau ada tetapi tidak memenuhi kebutuhan pembelajaran, atau ada tetapi perlu diperbaiki,
dsb. Tentunya tidak semua masalah perangkat pembelajaran akan diselesaikan sekaligus, satu
masalah perangkat pembelajaran saja yang dipilih sebagai prioritas untuk diselesaikan lebih
dulu.

Tahap berikutnya adalah mengkaji teoritentang pengembangan perangkat pembelajaran yang


relevan dengan yang akan dikembangkan. Setelah menguasai teori terkait dengan
pengembangan perangkat pembelajaran, peneliti kemudian bekerja mengembangkandraft
perangkat pembelajaran berdasarkan teori yang relevan yang telah dipelajari. Setelah selesai
dikembangkan, draft harus berulangkali direview sendiri oleh peneliti atau dibantu oleh teman
sejawat (peer review).

Setelah diyakini bagus sesuai dengan yang diharapkan, draft tersebut dimintakan masukan
kepada para ahliyang relevan (expert validation). Masukan dari para ahli dijadikan dasar untuk
perbaikan terhadap draft. Setelah draft direvisi berdasar masukan dari para ahli, langkah
berikutnya adalah menguji-coba draft tersebut. Uji-cobadisesuaikan dengan penggunaan
perangkat. Bila yang dikembangkan adalah bahan ajar, maka uji-cobanya adalah digunakan
untuk mengajar kepada siswa yang akan membutuhkan perangkat tersebut. Uji-coba bisa
dilakukan pada beberapa bagian saja terhadap sekelompok kecil siswa, atau satu kelas. Bila
yang diuji-coba adalah silabus, maka uji-cobanya adalah terhadap guru yang akan
menggunakan silabus tersebut. Kegiatan uji-cobanya adalah meminta guru menggunakan
silabus untuk menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP).

Tujuan uji-coba adalah untuk melihat apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan
dapat diterima atau tidak. Dari hasil uji-coba, beberapa bagian mungkin memerlukan revisi.
Kegiatan terakhir adalah revisi terhadap draft menjadi draft akhir perangkat pembelajaran
tersebut.

Menurut Akker (1999), ada 4 tahap dalam penelitian pengembangan yaitu :

1. Pemeriksaan pendahuluan (preliminary inverstigation).

Pemeriksaan pendahuluan yang sistematis dan intensif dari permasalahan mencakup:

 tinjauan ulang literatur,


 konsultasi tenaga ahli,
 analisa tentang ketersediaan contoh untuk tujuan yang terkait, dan
 studi kasus dari praktek yang umum untuk merincikan kebutuhan.

2. Penyesuaian teoritis (theoretical embedding)

Usaha yang lebih sistematis dibuat untuk menerapkan dasar pengetahuan dalam mengutarakan
dasar pemikiran yang teoritis untuk pilihan rancangan.

3. Uji empiris (empirical testing)

Bukti empiris yang jelas menunjukkan tentang kepraktisan dan efektivitas dari intervensi.
4. Proses dan hasil dokumentasi, analisa dan refleksi (documentation,analysis, and reflection
on process and outcome).

Implementasi dan hasilnya untuk berperan pada spesifikasi dan perluasan metodologi
rancangan dan pengembangan penelitian.

Metode Penelitian Pengembangan

Metode penelitian pengembangan tidaklah berbeda jauh dari penelitian pendekatan penelitian
lainya. Namun, pada penelitian pengembangan difokuskan pada 2 tahap yaitu tahap
preliminary dan tahap formative evaluation (Tessmer, 1993) yang meliputi self evaluation,
prototyping (expert reviews dan one-to-one, dan small group), serta field test. Adapun alur
desain formative evaluation sebagai berikut :

Gambar 1. Alur Desain formative evaluation (Tessmer, 1993)

1. Tahap Preliminary

Pada tahap ini, peneliti akan menentukan tempat dan subjek penelitian seperti dengan cara
menghubungi kepala sekolah dan guru mata pelajaran disekolah yang akan menjadi lokasi
penelitian. Selanjutnya peneliti akan mengadakan persiapan-persiapan lainnya, seperti
mengatur jadwal penelitian dan prosedur kerja sama dengan guru kelas yang dijadikan tempat
penelitian.

2. Tahap Formative Evaluation

1) Self Evaluation

 Analisis

Tahap ini merupakan langkah awal penelitian pengembangan. Peneliti dalam hal inin akan
melakukan analisis siswa, analisis kurikulum, dan analisis perangkat atau bahan yang akan
dikembangkan.

 Desain

Pada tahap ini peneliti akan mendesain perangkat yang akan dikembangkan yang meliputi
pendesainan kisi-kisi, tujuan, dan metode yang akan di kembangkan. Kemudian hasil desain
yang telah diperoleh dapat di validasi teknik validasi yang telah ada seperti dengan teknik
triangulasi data yakni desain tersebut divalidasi oleh pakar (expert) dan teman sejawat. Hasil
pendesainan ini disebut sebagai prototipe pertama.

2) Prototyping

Hasil pendesainan pada prototipe pertama yang dikembangkan atas dasar self evaluation
diberikan pada pakar (expert review) dan siswa (one-to-one) secara paralel. Dari hasil
keduanya dijadikan bahan revisi. Hasil revisi pada prototipe pertama dinamakan dengan
prototipe kedua.

 Expert Review

Pada tahap expert review, produk yang telah didesain dicermati, dinilai dan dievaluasi oleh
pakar. Pakar-pakar tadi menelaah konten, konstruk, dan bahasa dari masing-masing prototipe.
Saran–saran para pakar digunakan untuk merevisi perangkat yang dikembangkan. Pada tahap
ini, tanggapan dan saran dari para pakar (validator) tentang desain yang telah dibuat ditulis
pada lembar validasi sebagai bahan merevisi dan menyatakan bahwa apakah desain ini telah
valid atau tidak.

 One-to-one

Pada tahap one-to-one, peneliti mengujicobakan desain yang telah dikembangkan kepada
siswa/guru yang menjadi tester. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk merevisi desain
yang telah dibuat.

 Small group

Hasil revisi dari expert dan kesulitan yang dialami pada saat uji coba pada prototipe pertama
dijadikan dasar untuk merevisi prototipe tersebut dan dinamakan prototipe kedua kemudian
hasilnya diujicobakan pada small group. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk revisi
sebelum diujicobakan pada tahap field test. Hasil revisi soal berdasarkan saran/komentar siswa
pada small group dan hasil analisis butir soal ini dinamakan prototipe ketiga.

3) Field Test

Saran-saran serta hasil ujicoba pada prototipe kedua dijadikan dasar untuk merevisidesain
prototipe kedua. Hasil revisi diujicobakan ke subjek penelitian dalam hal ini sebagaiuji
lapangan atau field test.

Produk yang telah diujicobakan pada uji lapangan haruslah produk yang telahmemenuhi
kriteria kualitas. Akker (1999) mengemukakan bahwa tiga kriteria kualitasadalah: validitas,
kepraktisan, dan efektivitas (memiliki efek potensial).

A. PENELITIAN TERAPAN
Penelitian terpan (applied research, practical reseach) adalah penyidikan yang hati-
hati, sistematik dan terus-menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan
dengan segera untuk keperluan tertentu. Hasil penelitian tidak perlu sebagai satu penemuan
baru, tapi merupakan aplikas baru dari penelitian yang telah ada. Peneliti yang mengerjakan
penelitian dasar atau murni tidak mengharapkan hasil penelitiannya digunakan sebagai
praktika. Peneliti-peneliti terapanlah yang akan memerinci penemuan penelitian dasar untuk
keperluan praktis dalam bidang-bidang tertntu. Tiap triwulan yang mengerjakan penelitian
mempunyai keinginan dengan segera hasil penelitiannya dapat digunakan masyarakat, baik
untuk keperluan ekonomi, politik maup sosial.

Batasan yang diberikan LIPI bahwa setiap penelitian terapan adalah setiappenelitian
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah dengan suatu tujuan praktis. Berarti
hasilnya diharapkan segera dapat dipakai untuk keperluan praktis. Misalnya penelitian untuk
menunjang kegiatan pembangunan yang sedang berjalan, penelitian untuk melandasi
kebijakan pengambilan keputusan atau administrator. Senada dengan pendapat tersebut, Gay
(dalam Sugiyono, 2009; 9) berpendapat bahwa penelitian terapan adalah penelitian yang
dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang
diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.

Suriasumantri (dalam Sugiyono, 2009;9) menyatakan bahwa penelitian terapan


bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis. Sehingga, hubungan
penelitian murni dan penelitian terapan sangat erat, karena penelitian murni/dasar berkenaan
dengan penemuan dan pengembangan ilmu, setelah ilmu tersebut digunakan untuk
memecahkan masalah, maka penelitian tersebut akan menjadi penelitian terapan.

Penelitian terapan memilih masalah yang ada hubungannya dengan keinginan


masyarakat serta untuk memperbaiki praktek-praktek yang ada. Penelitian terapan harus
dengan segera mengumumkan hasil penelitiannya dalam waktu yang tepat supaya penemuan
tersebut tidak menjadi daluarsa.
Charters(1925) yang diseter oleh whitney(1960) memberikan lima buah langkah dalam
melaksanakan penelitian terapan. Kelima langkah tersebut adalah sebagai berkut:

1) Sesuatu yang sedang diperlukan, dipelajari, diukur dan diperiksa kelemahannya.


2) Satu dari kelemahan-keemahan yang diperoleh, dipilih untuk penelitian.
3) Biasanya dilakukan pemecahan dalam laboratorium.
4) Kemudian dilakukan modifikasi sehingga penyelesaian dapat dilakukan untuk
diterapkan.
5) Pemecahannya dipertahankan dan menempatkannya dalam satu kesatuan sehingga ia
menjadi bagian yang permanen dari satu sistem.

Tiap peneliti segera tahu bahwa, istilah penelitian “ murni” dan penlitian “terapan”
hanya mendefinisikan area yang sama yang hanya berbeda dalam konsep. dalam praktek, yang
satu membayangi yang lain. Dinegra-negara berkembang, penelitian terapan lebih banyak
dikerjakan dibandingkan dengan penelitian murni. Contoh dari penelitian terapan, misalnya,
penelitian tentang pengaruh traktorisasi terhadap penyerapan tenaga kerja; pengaruh
pemupukan daun terhadap tanaman jagung, dan sebagianya.
Pengelompokan penelitian yang ditemui pada berbagai buku referensi menunjukkan jumlah
bentuk, jenis atau ragam penelitian sangat banyak, sebagai akibat dari pengelompokan yang di
dasarkan pada sudut pandangnya. Ragam penelitian ini dapat di lihat dari berbagai segi missal
dari segi tujuan, taraf pengambilan kesimpulan, pendekatan, kegunaan pemakaiannya menurut
subyek penelitian, segi penghubungan variable penelitian, gejala yang di selidiki, sumber
informasi/data, segi kegiatan penelitian, segi bidang studi (keilmuan), menurut anggapan dasar
penelitian dan lain sebagainya.
a. Berdasarkan tujuan(sugiyono 2008)
Penelitian penerapan diarahkan untuk mendapatkan informai yang dapat digukanakan
untuk memecahkan masalah penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan,
menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam
memecahkan masalah-masalah praktis.
b. Berdasarkan fungsi (sukmadinata 2009)
Penelitian terapan berkenaan dengan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan dan
pengembangan pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam
kehidupan nyata. Penelitian ini menguji manfaat dan teori-teori ilmiah,
mengetahui hubungan empiris dan analitis dalam bidang-bidang tertentu.

Contoh dari penelitian terapan yaitu :


1) Penelitian Evaluasi, yaitu penelitian yang diharapkan dapat memberikan
masukan atau mendukung pengambilan keputusan tentang nilai relatif dari dua
atau lebih alternatif tindakan
2) Penelitian dan pengembangan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengambangkan produk sehinggan produk tersebut mempunyai kualitas yang
lebih tinggi
3) Penelitian tindakan, yaitu penelitian yang dilakukan untuk segera dipergunakan
sebagai dasar tindakan pemecahan masalah yang ada.
4) survey konsumen yang dilakukan oleh sebuah toko dan supermarket,penelitian
tindakan tentang alat-alat teknologi pertanian dan alat produksi

B. Penelitian Evaluatif

Penelitian evaluatif merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi dalam


mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematik untuk menentukan nilai atau manfaat
(worth) dari suatu praktik pendidikan (Sukmadinata, Nana Syaodih 2009:120). Nilai dan
manfaat pendidikan didapat dari rancangan kurikulum, kegiatan pembelajaran, kebijakan,
manajemen, struktur organisasi, produk pendidikan, dan sumber daya pendukung lainnya.
Kegiatan pendidikan yang diteliti merupakan kegiatan pendidikan yang berlangsung di kelas,
sekolah, pada tingkat kota/kabupaten, propinsi, hingga nasional. Menurut Suharsimi Arikunto
(2007) menyebutkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Penelitian evaluatif dan kegiatan evaluasi merupakan dua hal yang memiliki hubungan
yang erat. Penelitian evaluatif dan kegiatan evaluasi mengkaji fokus permasalahan yang sama,
menggunakan metode dan teknik pengukuran yang sama, menggunakan sampel dengan lokasi
yang sama, serta menggunakan teknik analisis data dan interpretasi hasil yang sama. Namun,
ada beberapa hal yang membedakan antara keduanya. Penelitian evaluatif digunakan untuk
menjawab pertanyaan dan menguji hipotesis, hasil penelitian evaluatif juga biasanya disimpan
sampai ada orang atau lembaga yang akan menggunakannya, sedangkan hasil dari kegiatan
evaluasi segera digunakan sebagai landasan pengambilan sebuah keputusan terhadap program
yang dievaluasi.
Tujuan penelitian evaluatif secara umum adalah untuk merancang, menyempurnakan dan menguji
efektifitas pelaksanaan suatu program pendidikan agar sesuai dengan perkembangan zaman.
Secara lebih rinci tujuan penelitian evaluatif adalah:
1) Membantu perencanaan untuk pelaksanaan program.
2) Membantu dalam menentukan keputusan penyempurnaan atau perubahan
program.
3) Membantu dalam penentuan keputusan keberlanjutan atau pemberhentian
program.
4) Menemukan fakta-fakta dukungan atau penolakan terhadap program.
5) Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, sosial, dan
politik, dalam pelaksanaan program serta faktor-faktor yang mempengaruhi
program.

a. Sugiyono(2008)
merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk membandingkan suatu
kejadian, kegiatan, dan produk dengan standar yang telah ditetapkan.
b. Sukmadinata (2009)
Penelitian evaluatif difokuskan pada suatu kegiatan dalam suatu unit (site) tertentu.
Kegiatan tersebut dapat berbentuk program, proses ataupun hasil kerja, sedangkan unit
dapat berupa tempat, organisasi, ataupun lembaga. Penelitian evaluatif dapat menambah
pengetahuan tentang kegiatan tertentu, dan dapat mendorong penelitian atau
pengembangan lebih lanjut. Ada dua macam penelitian evaluatif, yaitu penelitian
tindakan (action research) dan penelitian kebijakan (policy study).

Contoh penelitian evaluative;


 Seorang pegawai yang mengikuti kuliah akhir minggu ingin mengevaluasi
kinerja kuliah, cepat selesai atau tidak. Suksesnya kegiatan kuliah tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. diri mahasiswa yang bersangkutan,
b. Dosen yang mengajarnya,
c. Pengelolaan perguruan tinggi yang mengatur perkuliahan dan ujian,
d. Sarana pendukung yang dimiliki mahasiswa sendiri dan tempat kuliah,
e. Materi perkuliahan, dan
f. Lingkungan tempat perkuliahan,
g. Lingkungan tempat bekerja,
h. Keluarga suami, isteri dan anak-anak di rumah.

Metode Penelitian Berdasar Tujuan (Sugiyono, 2008) Penelitian pengembangan merupakan


‘jembatan’ antara penelitian murni/dasar dan penelitian terapan.
Maksud dari Penelitian pengembangan merupakan ‘jembatan’ antara penelitian murni/dasar
dan penelitian terapan, dimana penelitian dasar bertujuan untuk “ to discover nem knowledge
about fundamental phenomena” dan applied research bertujuan untuk menemukan
pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan. Walaupun adakalanya penelitian terapan
juga untuk mengembangkan produk. Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk
menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk.

Perbedaan penelitian dasar, terapan, evaluatif


Aspek perbedaan Penelitian Dasar Penelitian Terapan Penelitian Evaluatif
Bidang penelitian Penelitian bidang Bidang aplikasi, Pelaksanaan berbagai
fisik, perilaku dan kedokteran, rekayasa, program pada
sosial Pendidikan berbagai institusi
Tujuan Menguji teori, Menguji kegunaan Mengukur manfaat &
menentukan teori, menentukan kelayakan program
hubungan empiris hubungan empiris
antar fenomena, dan generalisasi
menegakkan
generalisasi
Generalisasi Abstrak dan umum Umum, terbatas Spesifik dalam aspek
dalam satu bidang tertentu
Penggunaan hasil Memperluas Menambah Menambah
pengetahuan ilmiah pengetahuan dalam pengetahuan,
dan prinsip-prinsip bidang tertentu, menigkatkan
dasar, meningkatkan meningkatkan metodologi,
metodologi metodolgi dalam membantu penentuan
bidang tertentu keputusan

Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian
kepada masalah-masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Dengan
penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi
pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel
yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dan satu variabel.
 Berdasar Hadirnya Variabel (Sukidin & Mundir, 2005)
Penelitian yang menjelaskan atau menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang
 Berdasar Tingkat Eksplanasi (Sugiyono, 2008)
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel bebas tanpa membuat
perbandingan atau penghubungan dengan variabel yang lain
 Berdasar Tujuan / Metode Penelitian Kuantitatif Non Eksperimen (Sukmadinata, 2009)
Ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena (saat ini atau
lampau) apa adanya
Contoh: Penerapan tahapan perkembangan kemampuan spasial siswa SD dalam
pembelajaran geometri
Tujuan Penelitian Deskriptif

1. Menghasilkan gambaran yang akurat tentang sebuah kelompok,

2. Menggambarkan mekanisme dalam sebuah proses atau hubungan,

3. Memberikan gambaran lengkap dalam bentuk verbal atau numerikal,

4. Menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan,

5. Menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian,

6. Menjelaskan seperangkat tahapan atau proses,

7. Menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.

Jenis-jenis penelitian deskriptif :


a. Penelitian Perkembangan
Penelitian perkembangan adalah penelitian yang memusatkan pada variabel-variabel
dan perkembangannya selama kurun waktu. Penelitian ini menyelidiki pola-pola dan
perurutan perkembangan dan pertumbuhan, dan bagaimana variabel berhubungan satu
sama lain dan mempengaruhi sifat-sifat pertumbuhan dan perkembangan itu.
Ciri-ciri penelitian perkembangan
a. mengetahui perkembangan subyek penelitian dalam kurun waktu tertentu.
b. Dapat mengetahui metode alur panjang (longitudinal method) dan metode potong
silang (cross sectional method)
Contoh: Penelitian perkembangan kemampuan berpikir anak

b. Penelitian Longitudinal
Penelitian longitudinal merupakan penelitian yang menggunakan data dengan
rentang waktu yang panjang. penelitian longitudinal dapat pula dipahami sebagai
perpanjangan penelitian survey yang bersifat periodik. Sedikitnya, survey dilakukan
dua kali dengan rentang waktu yang ditentukan dari awal. Teknik pengumpulan data
penelitian ini biasanya menggunakan kuesioner atau interview terstruktur. Peneliti
menentukan rentang waktu antara kapan pertama kali data diambil dari sampel, kapan
sampel diambil datanya lagi, sampai ketiga kali dan seterusnya tergantung berapa lama
rentang waktunya.
Karakteristik dan cakupan utama dari penelitian longitudinal meliputi :
a. Data dikumpulkan untuk setiap variabel pada dua atau lebih periode waktu tertentu.
b. Subjek atau kasus yang dianalisis sama, atau setidaknya dapat diperbandingkan antara
satu periode dengan periode berikutnya.
c. Analisis melibatkan perbandingan data yang sama dalam satu periode dengan antar
metode yang berbeda

Contoh: Penelitian perkembangan kemampuan berbahasa dari bayi sampai dewasa

c. Penelitian Cross Sectional


Sebuah Penelitian cross-sectional didefinisikan sebagai jenis penelitian observasional
yang menganalisis data variabel yang dikumpulkan pada satu titik waktu tertentu di
populasi sampel. Populasi atau subset yang telah ditentukan. Jenis penelitian ini juga
dikenal sebagai analisis cross-sectional, studi transversal atau studi prevalensi.
Ciri-ciri :
Pertama, jenis riset ini melibatkan lebih dari satu kasus. Peneliti yang menerapkan model
cross-sectional tertarik pada variasi. Variasi tersebut bisa kelompok, keluarga, organisasi,
negara, dan sebagainya. Variabel yang dilibatkan juga banyak, seperti misalnya pendapatan,
pendidikan, pengeluaran, usia, dan sebagainya.

Kedua, data dikumpulkan dan dianalisis dalam sekali jalan. Maksudnya adalah peneliti yang
menerapkan metode cross-sectional menginput data yang dikumpulkan untuk diolah dalam
sekali jalan. Hubugan antar variabel yang diteliti bisa memunculkan beragam topik. Untuk
lebih memahami, pikirkan tentang penelitian eksperimental dimana data dikumpulkan dan
dianalisis dalam fase-fase yang urut. Misalnya, survey sebelum eksperimen dilakukan, lalu
survey setelah eksperimen dilakukan lagi, kemudian data baru bisa dianalisis.

Ketiga, data dapat dikuantifikasi. Data kuantitatif lebih akrab digunakan untuk penelitian
cross-sectional. Data tekstual hasil wawancara bias pula digunakan namun harus dapat
dikuantifikasi. Prinsip penggunakan data yang dapat dikuantifikasi adalah agar dapat diukur
secara jelas. Tak heran jika jenis metodologi ini sering kali dimasukkan dalam desain
penelitian kuantitatif

Contoh: Penelitian perkembangan kemampuan berbahasa tahap bayi, anak-anak,


remaja, dan dewasa dalam waktu yang bersamaan

Berdasarkan Metode
a. Penelitian Survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar
maupun kecil, dimana data yang dipelajari adalah data dari sampel yang
diambil dari populasi tersebut.
Ada tiga karakteristik utama dari penelitian survei yaitu:
1. informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk mendeskripsikan beberapa
aspek atau karakteristik tertentu,
2. informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan baik tertulis maupun lisan dari
suatu populasi,
3. informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi.

Penelitian survei dapat dilakukan secara pribadi ataupun kelompok. Penelitian survei
bukan hanya dimaksudkan untuk mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan
kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih atau
ditentukan. Disamping itu, juga untuk membuktikan atau membenarkan suatu hipotesis.
Ada beberapa macam yang termasuk penelitian survei yaitu:

1. School survey, yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendidikan.


2. Job analyze, yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai tugas-tugas
umum dan tanggung jawab para karyawan, aktifitas khusus yang dibutuhkan,
keterlibatan, dan fungsi anggota organisasi, kondisi kerjanya dan fasilitas.
3. Analyze dokumen. Istilah lain adalah analisis isi (content analyze), analisis aktivitas
atau analisis informasi.
4. Public opinion surveys. Survei ini bertujuan untuk mengetahui pendapat umum tentang
suatu hal misalnya tentang rehabilitasi suatu bangunan bersejarah, tentang jalan satu
jurusan, pemasangan lampu lalu lintas, dan sebagainya.
5. Community surveys. Survei ini juga disebut “social surveys” atau “field surveys”
karena di dalam survei ini peneliti bertujuan mencari informasi tentang aspek
kehidupan secara luas dan mendalam.

b. Penelitian Eksperimen adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh


variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol
secara ketat.
Ciri-ciri Penelitian Eksperimen
1. Kondisi-kondisi eksperimental diatur secara tertib-ketat.
2. Pemilihan sampel dilakukan secara acak (random).
3. Menggunakan kelompok kontrol sebagai baseline (garis dasar) untuk
4. pembanding.
5. Varians dikontrol secara ketat, yaitu dengan cara : memilih sampel secara
6. acak, penempatan sampel pada kelompok eksperimen dan kontrol secara
7. acak pula, dan penentuan perlakuan terhadap kelompok mana yang akan dijadikan
kelompok eksperimen ditentukan secara acak
8. Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan
kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.
9. Menggunakan sedikitnya dua kelompok
10. Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity).
11. Harus mempertimbangkan kesahihan keluar (external validity)
12. Adanya pengendalian terhadap semua variabel kecuali variabel bebas

Langkah-langkah Penelitian Eksperimen

a. Merumuskan masalah dan menetapkan tujuan.


b. Mengkaji kepustakaan.
c. Merumuskan hipotesis berdasarkan asumsi-asumsi tertentu.
d. Menyusun desain eksperimen.
e. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen.
f. Mengumpulkan data.
g. Mengolah dan menafsirkan data termasuk menguji hopotesis.
h. Menyusun laporan.

Bentuk-bentuk Desain Penelitian Eksperimen

Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu
: Single-Factor Pre-Exsperimental Design, Single-Factor Randomized Experimental Design,
Single-Factor Quasi-Experimental Design, Factorial Experimental Design, dan Single-Subject
Design. Hal ini dapat digambarkan seperti diagram berikut.

1. Single-Factor Pre-Experimental Designs


Single-group posttest only, single-group pretest-posttest, dan nonequivalen group
posttes-only dikelompokkan dalam pre-experimental design karena tidak
memiliki dua atau lebih dari enam karakteristik penelitian eksperimen.

a. Single-Group Posttest Only Design

Single-group posttest-only design diterapkan untuk mengukur variabel dependen


berdasarkan perlakuan yang diberikan seperti digambarkan pada diagram di
bawah ini.
Contoh penelitian single group postest only adalah pengaruh ruang kelas ber AC (X)
terhadap daya tahan belajar murid (O). Terdapat kelompok murid yang
menggunakan ruang ber-AC kemudian setelah diukur daya tahan belajarnya.
Pengaruh ruang kelas ber-AC terhadap daya tahan belajar diukur dengan
membandingkan daya tahan sebelum menggunakan AC dengan daya tahan
belajar setelah menggunakan ruang kelas AC (misalnya sebelum menggunakan
kelas ber-AC daya tahan belajar setiap hari 4 jam, setelah menggunakan AC
daya tahan belajar menjadi 6 jam. Jadi pengaruh ruang kelas AC terhadap daya
tahan belajar murid 6 – 4 = 2 jam.

b. Single-Group Pretest-Posttest Design

Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:

Sebagai contoh penelitian terhadap perbedaan minat siswa yang diajar dengan
menggunakan model X sebelum dan setelah diberi perlakuan. Beberapa
kekurangan akan muncul dalam penelitian tersebut. Penelitian tidak menjamin
bahwa minat siswa bertambah karena mengikuti pertemuan tersebut (model X).
Minat dapat tumbuh secara natural, misalnya tanpa diberi perlakuan pun minat
akan tetap tumbuh meskipun kecil. Kemungkinan perubahan minat dapat terjadi
karena dipengaruhi oleh materi yang diberikan pada saat diterapkan model X.
c. Nonequivalent Group Posttest-Only Design

Nonequivalent group posttest-only design diterapkan untuk mendukung kemurnian


nilai posttest dari kebocoran pretest yang mungkin mempengaruhi hasil dari
postest. Penelitian ditujukan untuk sesuatu yang bersifat baru terhadap objek
penelitian. Desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut.

Contoh: Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh metode demonstrasi


terhadap prestasi belajar murid dalam pelajaran praktek mengelas pada SMK.
Terdapat empat kelas yang praktek las. Dari empat kelas tersebut, dua kelas
diberi pelajaran dengan metode demonstrasi (O1) dan duan kelas dengan metode
ceramah (O2). Setelah 3 bulan, prestasi belajar diukur. Bila prestasi/kompetensi
murid yang diajar dengan metode ceramah, maka metode demonstrasi
berpengaruh positif untuk pembelajaran praktek mengelas.

2. Single-Factor Randomized Experimental Design

Single-factor randomized experimental design dilakukan melalui prosedur


pengacakan subjek dalam kelompok. Desain ini sekarang diterapkan sebagai
standar penelitian dan evaluasi pendidikan.
a. Randomized Pretest-Posttest Control Group Design

Randomized pretest-posttest control design merupakan perpanjangan dari single-


group pretest-posttest dalam dua cara yaitu memasukkan group kedua sebagai
kelas kontrol dan pemilihan subjek secara acak dalam setiap group. Desain
penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian
diberi pretest untuk mengetahui keadaaan awal adakah perbedaan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai
eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 –
O1) – (O4 – O3).

b. Randomized Pretest-Posttest Comparison Group Design

Pada diagram desain group kontrol tidak diberikan perlakuan pada semua group.
Penelitian akan lebih bermakna jika dilakukan pembandingan daripada hanya
mengontrol group saja. Comparison group design menggunakan dua atau lebih
variasi dari variabel independen dan membagi dalam dua group atau lebih.
Berikut ini merupakan diagram randomized pretest-posttest comparison group.
c. Randomized Posttest-Only Control and Comparison Group Designs

Randomized posttest-only control and comparison group designs sama seperti desain
randomized pretest-posttest control and comparison. Perbedaan diantara
keduanya terletak pada pemberian pretest di awal. Randomized posttest-only
tidak diterapkan tanpa memberikan pretest di awal pembelajaran. Berikut ini
merupakan diagram desain randomized posttest-only control group.

Diagram berikut merupakan tipe desain randomized posttest-only comparison group.

3. Single-Factor Quasi Experimental Design

Quasi-experimental design meskipun bukan merupakan eksperimen yang


sesungguhnya tetapi mampu mengontrol hampir seluruh keadaan dan jauh lebih
kuat dibandingkan dengan pre-experimental.

a. Nonequivalent Group Pretest-Posttest Control


Jika peneliti akan menbandingkan beberapa perlakuan (metode) untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat maka digunakan comparison group design seperti pada
gambar di bawah ini.

b. Times Series

Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak
memerlukan kelompok kontrol.

Hasil pretest yang baik adalah O1 = O2 = O3 = O4= O5 dan hasil perlakuan yang
baik adalah O6 = O7 = O8 = O9=O10.
Penelitian dapat pula diterapkan dengan membagi dalam dua group, yang satu diberi
perlakuan sedangkan yang lain tidak.
Kemungkinan hasil penelitian dari desain ini ditunjukkan pada gambar berikut.
Dari gambar terlihat bahwa terdapat berbagai kemungkinan hasil penelitian yang
menggunakan desain time series. Hasil penelitian yang paling baik adaah
ditunjukkan pada grafik A. hasil pretest menunjukkan keadaan kelompok stabil
dan konsisten (O1 = O2 = O3 = O4) setelah diberi perlakuan keadaannya
meningkat secara konsisten (O5 = O6 = O7 = O7 = O8). Grafik B
memperlihatkan ada pengaruh perlakuan terhadap kelompok yang sedang
dieksperimen, tetapi setelah itu kembali lagi pada posisi semula. Jadi pengaruh
perlakuan hanya sebagai contoh : pada waktu penataran, pengetahuan dan
ketrampilannya kembali seperti semula. Grafik memperlihatkan pengaruh luar
lebih berperan dari pada pengaruh perlakuan, sehingga grafiknya naik terus.
Grafik D menunjukkan keadaan kelompok tidak menentu.

4. Factorial Design

Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random, kemudian masing-masing
diberi pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik, bila setiap kelompok
dinilai pretestnya sama. Jadi O1 = O3 = O5 = O7. Dalam hal ini variabel
moderatornya adalah Y1 dan Y2.
Contoh: Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh prosedur kerja baru
terhadap kepuasan pelayanan pada masyarakat, untuk itu dipilih empat kelompok
secara random. Variabel moderatornya adalah jenis kelamin, yaitu laki-laki (Y1)
dan perempuan (Y2).
Treatment/perlakuan (prosedur kerja baru) dicobakan pada kelompok eksperimen
pertama yang telah diberi pretest (O1 = kelompok laki-laki) dan kelompok
eksperimen ke dua yang telah diberi pretest (O5 = kelompok perempuan).
Pengaruh perlakuan (X) terhadap kepuasan pelayanan untuk kelompok laki-laki
= (O2 – O1) – (O4 – O3). Pengaruh perlakuan (prosedur kerja baru) terhadap
nilai penjualan barang untuk kelompok perempuan = (O6 – O5) – (O8 – O7).
Bila terdapat perbedaan pengaruh prosedur kerja bar terhadap kepuasaan
masyarakat antara kelompok kerja pria dan wanita, maka penyebab utamanya
adalah bukan (karena treatment yang diberikan sama), tetapi karena adanya
variabel moderator, yang dalam hal ini adalah jenis kelamin. Pria dan wanita
menggunakan prosedur kerja baru yang sama, tempat kerja yang sama
nyamannya, tetapi pada umunya, kelompok wanita lebih ramah dalam
memberikan pelayanan, sehingga dapat meningkatkan kepuasan masyarakat.

c. Penelitian Ex Post Facto adalah penelitian yang dilakukan untuk meneliti


peristiwa yang telah terjadi untuk mengetahui faktorfaktor yang dapat
menimbulkan kejadian tersebut.
Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang bertujuan menemukan penyebab yang
memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu
peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variable bebas yang secara
keseluruhan sudah terjadi.

Penelitian ex post facto secara metodis merupakan penelitian eksperimen yang juga
menguji hipotesis tetapi tidak memberikan perlakuan-perlakuan tertentu karena sesuatu sebab
kurang etis untuk memberikan perlakuan atau memberikan manipulasi. Biasanya karena
alasan etika manusiawi, atau gejala/peristiwa tersebut sudah terjadi dan ingin menelusuri
faktor-faktor penyebabnya atau hal-hal yang mempengaruhinya.

contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh merokok terhadap kemampuan


menyerap oksigen dalam darah. Peneliti tidak mungkin melakukan eksperimen dengan
menyuruh orang menghisap beberapa batang rokok dalam sehari untuk diketahui pengaruhnya
terhadap kemampuan darah dalam mengikat oksigen.

Karakteristik Penelitian Ex Post Facto

1. Data dikumpulkan setelah semua peristiwa terjadi.


2. Variabel terikat ditentukan terlebih dahulu, kemudian merunut ke belakang untuk
menemukan sebab, hubungan, dan maknanya.
3. Penelitian deskriptif yaitu menjelaskan penemuannya sebagaimana yang diamati.
4. Penelitian korelasional, mencoba menemukan hubungan kausal fenomena yang diteliti.
5. Penelitian eksperimental, dan ex post facto dasar logika yang digunakan dan tujuan
yang ingin dicapai sama yaitu menentukan validitas empiris. Contoh: jika x maka y.
Perbedaan antara penelitian eksperimen dan ex post facto adalah tidak ada kontrol
langsung variable bebas dalam penelitian ex post facto.
6. Penelitian ex post facto dilakukan jika dalam beberapa hal penelitian eksperimen tidak
dapat dilaksanakan. Hal tersebut adalah:

a. Jika tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor yang


diperlukan untuk meneliti hubungan sebab akibat secara langsung
b. Jika control semua variable kecuali independent tunggal, tidak realistik, dan artificial,
mencegah interaksi yang normal dengan variable lain yang mempengaruhi.
c. Jika kontrol secara laboratori untuk beberapa tujuan tidak praktis, dari segi biaya dan
etik dipertanyakan.

Kelebihan Penelitian Ex Post Facto


1. Sesuai untuk keadaan yang tidak dapat dilakukan oleh penelitian eksperimen
2. Informasi tentang sifat fenomena apa yang terjadi, dengan apa kejadiannya, di bawah
kondisi apa fenomena terjadi, dan dalam sekuensi dan pola seperti apa fenomena
terjadi,
3. Kemajuan dalam teknik statistik membuat desain ex post facto lebih bertahan.

Kelemahan Penelitian Ex Post Facto

1. Kurang kontrol terhadap variable bebas


2. Sulit memastikan apakah faktor-faktor penyebab telah dimasukkan dan diidentifikasi
3. Tidak ada faktor tunggal yang menjadi sebab suatu akibat, tetapi beberapa kombinasi
dan interaksi faktor-faktor berjalan bersama di bawah kondisi tertentu menghasilkan
akibat tertentu.
4. Suatu fenomena mungkin bukan saja hasil dari sebab yang banyak, tetapi juga dari satu
sebab dalam satu hal dan dari sebab yang lain.
5. Jika hubungan antara dua variable ditemukan, sulit menemukan mana yang sebab dan
mana yang akibat.
6. Kenyataan yang menunjukkan bahwa dua atau lebih faktor berhubungan tidak mesti
menyatakan hubungan sebab akibat. Semua faktor bias jadi berhubungan dengan suatu
faktor tambahan yang tidak dikenal atau tidak diamati.
7. Mengklasifikasikan subyek ke dalam kelompok dikotomi (misalnya yang berprestasi
dan yang tidak berprestasi) untuk tujuan komparasi penuh dengan masalah, karena
kategori seperti ini adalah samar-samar, dapat bervariasi, dan sementara.
8. Penelitian komparatif dalam situasi yang alami tidak memberikan seleksi subyek yang
terkontrol. Sulit menempatkan kelompok subyek yang sama dalam segala hal kecuali
pemaparan mereka terhadap satu variable.
d. Penelitian Naturalistic
Istilah lain yang sering digunakan dengan makna penelitian kualitatif adalah penelitian
naturalistic. Guba (1985) mempergunakan nama Naturalistic Inquiry (inkuiri naturalistik),
oleh karena ciri yang menonjol dari penelitian kualitatif adalah cara mengamati dan
pengumpulan data yang dilakukan dalam latar/seting alamiah, artinya tanpa memanipulasi
subjek yang diteliti (sebagaimana adanya, natur).
Tujuan penelitian naturalistik adalah untuk mengetahui aktualitas, realitas sosial dan
persepsi manusia melalui pengakuan mereka yang mungkin tidak dapat diungkap melalui
penonjolan pengukuran formal atau pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan terlebih
dahulu. Para peneliti naturalistik meyakini bahwa untuk memahami gejala sosial yang paling
tepat adalah apabila mereka mampu memperoleh fakta pendukung yang sumbernya berasal
dari persepsi dan ungkapan dari para pelaku itu sendiri.
Dilihat dari segi orientasinya, penelitian naturalistik berorientasi pada proses. Karena
berorientasi pada proses, maka penelitian naturalistik dianggap tepat untuk memecahkan
permasalahan penelitian yang berkaitan dengan kegiatan manusia, seperti: perubahan perilaku
manusia dalam pembangunan, perilaku siswa dalam sekolah, peran dokter dan pasien dalam
proses penyembuhan, di mana dalam kegiatan tersebut pengungkapan fenomena lebih bersifat
ganda dan non linier
Karakteristik Penelitian Naturalistik
Penelitian Kualitatif Naturalistik memiliki karakteristik tersendiri sehingga dapat
membedakan dengan jenis penelitian yang lain. Beberapa karakteristik tersebut
menurut Bogdan dan Biklen (1995: 27-30) adalah:
1. Penelitian kualitatif memiliki setting (latar) alamiah sebagai sumber data langsung dan
peneliti merupakan instrumen kunci.
2. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif.
3. Peneliti kualitatif lebih memberikan perhatian pada proses daripada hasil.
4. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif.
5. “Makna” merupakan perhatian utama bagi pendekatan kualitatif.
e. Policy Research
Policy Research (penggunaan metode penelitian kebijakan) dimulai karena adanya
masalah, dan masalah ini pada umumnya dimiliki oleh para administrator/manajer atau para
pengambil keputusan pada suatu organisasi. Majchrzak (1984) (dalam Sugiyono 2004:8)
mendefinisikan policy research adalah suatu proses penelitian yang dilakukan pada, atau
analisis terhadap masalah-masalah sosial yang mendasar, sehingga temuannya dapat
direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak secara praktis dalam
menyelesaikan masalah. Policy research ini sangat relevan bagi perencana dan
perencanaan.[1]
Tujuan dari metode police research ini adalah menghasilkan rekomendasi kebijakan
yang akan dijadikan landasan pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan. Kebijakan
dilakukan sejak perencanaan hingga evaluasi pelaksanaan.
Ciri-ciri Police Research
a. Police Research (penelitian kebijakan) berorirentasi kepada tujuan.
Bahwa penelitian ini cenderung untuk memusatkan perhatian pada tujuan, begitu juga
pada alat yang dilibatkan dalam suatu tindakan yang diusulkan. Orientasi kepada tujuan ini
mengarahkan peneliti untuk mempertanyakan bukan saja tindakan tindakan yang diusulkan
oleh pembuat kebijakan dalam usaha untuk mencapai seperangkat tujuan yang ditentukan,
akan tetapi juga untuk mempertanyakan tujuan-tujuan itu sendiri dalam hubungannya dengan
tujuan umum yang dinyatakan oleh pembuat kebijakan. Secara singkat peneliti secara aktif
terlibat di dalam mendefinisikan masalah kebijakan itu sendiri. Karena tujuan merupakan nilai
yang dinyatakan sebagai kehendak untuk berbuat, maka orientasi ini juga menempatkan
penelitian kebijakan pada konteks debat nilai yang bersifat eksplesit. Dengan demikian
penelitian semacam ini tidak dapat mengabaikan hubungan antara fakta dan nilai, antara apa
yang mungkin dan apa yang diinginkan, karena nilai akan menentukan cara suatu masalah
kebijakan dikonseptualisasikan begitu juga fungsi penelitian itu dalam usaha pemecahannya.

b. Police Research (penelitian kebijakan) memiliki suatu persepektif sistem.


Sesuatu dimana perhatian diarahkan pada tujuan keseluruhan sosial yang dipengaruhi
oleh kebijakan yang diusulkan, dan juga pada perhatian seorang pengambil keputusan tertentu
dalam satuan tersebut. Peristiwa- peristwa kemasyarakatan terjadi dalam suatu konteks atau
sistem sosial khusus.Kebijakan dirumuskan dan dilaksanakan secara konstan oleh anggota-
anggota yang merupakan sub-bagian dalam sistem itu,bukan oleh keseluruhan sistem yang
bertindak dengan cara konsensus.Dalam penelitian kebijakan,suatu usaha dilakukan untuk
meninjau tujuan dan tindakan yang diusulkan dari sudut kemasyarakatan setiap sub-bagian
yang relevan dalam sistem tersebut,bukan semata-mata dari perspektif pemimpinnya.

c. Police Research (penelitian kebijakan) berpusat pada tindakan.


Fungsinya yang terakhir bukan semata-mata untuk menghasilkan prediktor atau
deskriptor mengenai kondisi-kondisi atau kebutuhan pembuatan kebijakan harus
disampaikan,melainkan juga menghasilkan dan memvalidasikan tindakan untuk memenuhi
kebutuhan. Sementara pengukuran kebutuhan seringkali diperlukan untuk memulai
penyusunan kebijakan, penelitian pada akhirnya harus memusatkan perhatian pada hakikat
kebijakan atau program yang diusulkan untuk menginformasikan proses itu sepenuhnya.
Begitu juga, sebagai sesuatu yang berpusat pada tindakan, penelitian kebijakan tidak dapat
semata-mata membahas hubungan antara suatu perangkat tindakan tertentu dengan
seperangkat tujuan tertentu, akan tetapi juga harus mempertimbangkan proses dengan cara apa
tindakan tersebut akan dilaksanakan, karena alasan ini, penelitian semacam itu menaruh
perhatian baik pada implementasi dari suatu kebijakan dalam konteks institusi tertentu, begitu
juga pada substansi kebijakan itu sendiri.

d. Police Research (penelitian kebijakan) harus berusaha bersifat komprehensif.


Komprehensif; yakni penelitian kebijakan harus menjangkau seluruh variabel yang
terkait dan relevan dengan persoalan yang sedang dikaji untuk dirumuskan kebijakan
penyelesaiannya Yaitu suatu proses penelitian yang dilakukan pada, atau analisis terhadap
masalah-masalah sosial yang mendasar, sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada
pembuat keputusan untuk bertinak secara praktis dalam menyelesaikan masalah.
Penelitian kebijakan harus mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak
dikehendaki yang mungkin berasal baik dari penggunaan suatu kebijakan tertentu atau dari
suatu tujuan kebijakan.

e. Police Research (penelitian kebijakan) bersifat multi-disipliner.


Karena difokuskan pada tujuan dan tindakan, penelitian kebijakan tidak dapat
dikonseptualisasikan dalam batas-batas teoritik setiap disiplin yang kita kenal sekarang ini.
Tanda penelitian ini adalah pendekatan analitiknya dan persepektif sistemnya, bukan isi
subsatantifnya. Ciri ini menenpatkan analisis kebijakan terlepas dari ilmu sosial terapan, yang
cenderung untuk merumuskan baik masalah kebijaknnya(substansi hubungan alat-tujuannya)
dan masalah penelitianya (verifikasi hubungan tersebut) ditinjau dari segi konsep-konsep
analitik dan teknik penelitian suatu disiplin tertentu.

f. Action Research
Penelitian tindakan merupakan penelitian yang berfokus pada penerapan tindakan yang
dengan tujuan meningkatkan mutu atau memecahkan permasalahan pada suatu kelompok
subjek yang diteliti dan diamati tingkat keberhasilannya atau dampak dari tindakannya.
Menurut Grundy dan Kemmis (1990: 322) mengemukakan bahwa penelitian tindakan
memiliki dua tujuan pokok, yaitu meningkatkan (improve) dan melibatkan (involve).
Maksudnya, penelitian tindakan bertujuan meningkatkan bidang praktik, meningkatkan
pemahaman praktik yang dilakukan oleh praktisi, dan meningkatkan situasi tempat praktik
dilaksanakan. Penelitian tindakan juga berusaha melibatkan pihak-pihak terkait, jika penelitian
tindakan dilaksanakan di sekolah, maka pihak terkait antara lain adalah kepala sekolah, guru,
siswa, karyawan, dan orang tua siswa.
Penelitian ini sering digunakan oleh para peneliti di bidang pendidikan yang sering
disebut sebagai penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).

Menurut Kemmis dan McTaggart (1982) mengungkapkan bahwa dalam penelitian


tindakan kelas ini terdapat model yang digunakan yakni siklus yang akan selalu berputar,
seperti pada gambar berikut ini:
Dari gambar tersebut dapat kita ketahui bahwa model di atas merupakan model siklus yang
akan selalu berputar. Di awali oleh langkah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Bilamana peneliti belum puas dengan hasil yang diperoleh, maka dapat dilanjutkan pada siklus yang
kedua, ketiga, dan seterusnya dengan langkah-langkah yang sama sampai peneliti tersebut puas
dengan hasil yang diperoleh.

g. Penelitian Evaluasi
Penelitian evaluasi merupakan suatu prosedur ilmiah yang sistematis yang dilakukan
untuk mengukur hasil program atau proyek (efektifitas suatu program) sesuai dengan tujuan
yang direncanakan atau tidak, dengan cara mengumpulkan, menganalisis dan mengkaji
pelaksaaan program yang dilakukan secara objektif. Kemudian merumuskan dan menentukan
kebijakan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan nilai-nilai positif dan keuntungan suatu
program.

Fungsi dan Tujuan Penelitian Evaluasi


Michael Scriven (dalam Arikunto, 2007: 222-223) mengemukakan bahwa secara garis
besar fungsi penelitian evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yakni:
Evaluasi formatif difungsikan sebagai pengumpulan data pada waktu pendidikan masih
berlangsung. Data hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk “membentuk” (to form) dan
memodifikasi program kegiatan. Jika pada pertengahan kegiatan sudah diketahui hal-hal apa
yang negatif dan para pengambil keputusan sudah dapat menentukan sikap tentang kegiatan
yang sedang berlangsung maka terjadinya pemborosan yang mungkin akan terjadi, dapat
dicegah.
Evaluasi sumatif dilangsungkan jika program kegiatan sudah betul-betul selesai
dilaksanakan. Evaluasi sumatif dilaksanakan untuk menentukan sejauh mana sesuatu program
mempunyai nilai kemanfaatan, terutama jika dibandingkan dengan pelaksanaan program-
program yang lain. Penilaian sumatif bermanfaat datanya bagi para pendidik yang akan
mengadopsi program yang dievaluasi berkenaan dengan hasil, program atau prosedur.
Sedangkan menurut Tayipnapis (1989: 3): Evaluasi dapat mempunyai dua kegunaan,
yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif, evaluasi digunakan untuk perbaikan
dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk, dsb). Fungsi
sumatif, evaluasi digunakan untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi
evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program,
perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan
dukungan dari pihak yang terlibat.
Pada prinsipnya tujuan evaluasi program harus dirumuskan dengan titik tolak tujuan
program yang akan dievaluasi (Dwiyogo, 2006: 50). Ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum biasanya diarahkan pada program secara keseluruhan,
sedangkan tujuan khusus diarahkan pada tiap-tiap komponen dari program.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian evaluasi
mempunyai dua fungsi yaitu 1) Fungsi formatif, untuk pengumpulan data pada kegiatan yang
sedang berjalan dan digunakan untuk perbaikan, pengembangan, dan modifikasi program. 2)
Fungsi sumatif yang dilaksanakan setelah program selesasi dilaksanakan. Digunakan untuk
pertanggungjawaban program dan penentuan sejauh mana kemanfaatan program. Penelitian
evaluasi bertujuan untuk mengevaluasi komponen-komponen program dan program secara
menyeluruh.

Prosedur Penelitian Evaluasi


Suharsimi Arikunto (2007: 299-230) adalah sebagai berikut:
1. Peneliti mengadakan pengkajian terhadap buku-buku, lapangan dan menggali
informasi dari para pakar untuk memperoleh gambaran tentang masalah yang akan
diteliti.
2. Peneliti merumuskan problematika penelitian dalm bentuk pertanyaan penelitian
setelah terlebih dahulu mengkaji lagi sumber-sumber yang relevan untuk memperoleh
ketajamn problematika.
3. Peneliti menyusun proposal penelitian dengan mencantumkan latar belakang masalah,
alasan mengadakan penelitian, problematika, tujuan, hipotesis ( disertai dengan
dukungan teori dan penemuan-penemuan penelitian), metodologi penelitian yang
memuat subjek penelitian (populasi dan sampel dengan rincian besarnya sampel,
teknik sampling dan siapa sampel penelitiannya), instrumen pengumpulan data dan
teknik analisis data.
4. Peneliti mengatur perencanaan penelitian, menyusun instrumen, menyiapkan kancah
penelitian dan melaksanakn uji coba instrumen.
5. Pelaksanan penelitian dalam bentuk yang disesuaikan dengan model penelitian yang
telah dipilih. Dalam penelitian evaluasi peneliti mungkin mengambil model
eksperimen murni (jika persyaratan-persyaratan terpenuhi) atau model eksperimen
pura-pura. Dalam hal ini penelitian berfikir bahwa dalam mengevaluasi program
dipikirkan mesti ada sesuatu yang dilaksanakan. Peneliti mengukur tingkat
keberhasilan perlakuan yang dilaksanakan dalam progran yang dievaluasi. Dalam hal
ini peneliti telah mengkaji rencana pengelola program melalui sasaran yang
dikehendaki sesudah perlakuan diberikan. Dengan kata lain pelaksana penelitian
evaluasi sudah menyiapkan tolok ukur.
6. Peneliti mengumpulkan data dengan instrumen yang telah disusun berdasrkan rincian
komponen-komponen yang akan dievaluasi.
7. Menganalisis data yang terkumpul dengan mengeterapkan tolok ukur yang telah
dirumuskan oleh peneliti sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh pengelola
program.
8. Menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan atas gambaran sejauh mana data sesuai
dengan tolok ukur.
9. Informasi mengenai hasil penelitian evaluasi disampaikan kepada pengelola program
atau pihak yang minta bantuan kepada peneliti evaluasi. Evaluasi tersebut digunakan
sebagai bahan pertimbangan bagi tindak lanjut program yang dievaluasi. Wujud tindak
lanjut ada tiga alternatif yatu:
10. Program disebarluaskan karena dipandang baik
11. Program direvisi karena ada hal-hal yang belum sesuai dengan tolol ukur yang
dikehendaki
12. Program dihentikan karena ada bukti bahwa kurang atau tidak baik.

h. Penelitian Sejarah
Metode penelitian sejarah adalah metode atau cara yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya. Dengan kata lain, metode
penelitian sejarah adalah instrumen untuk merekonstruksi peristiwa sejarah (history as past
actuality) menjadi sejarah sebagai kisah (history as written). Dalam ruang lingkup Ilmu
Sejarah, metode penelitian itu disebut metode sejarah.
Metode sejarah digunakan sebagai metode penelitian, pada prinsipnya bertujuan untuk
menjawab enam pertanyaan (5 W dan 1 H) yang merupakan elemen dasar penulisan sejarah,
yaitu what(apa), when (kapan), where (dimana), who (siapa), why (mengapa),
danhow (bagaimana).
Dalam proses penulisan sejarah sebagai kisah, pertanyaan-pertanyaan dasar itu
dikembangkan sesuai dengan permasalahan yang perlu diungkap dan dibahas. Jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan itulah yang harus menjadi sasaran penelitian sejarah, karena penulisan
sejarah dituntut untuk menghasilkan eksplanasi (kejelasan) mengenai signifikansi (arti
penting) dan makna peristiwa.

Proses Penelitian Sejarah


1. Pemilihan Topik Penelitian
Suatu penelitian ilmiah tentu berawal dari pemilihan topik yang akan diteliti. Dalam
bidang sejarah, topik penelitian harus memenuhi beberapa persyaratan.
a) Topik itu harus menarik (interesting topic), dalam arti menarik sebagai obyek penelitian.
Dalam hal ini termasuk adanya keunikan (uniquenesstopic).
b) Substansi masalah dalam topik harus memiliki arti penting (significant topic), baik bagi
ilmu pengetahuan maupun bagi kegunaan tertentu.
c) Masalah yang tercakup dalam topik memungkinkan untuk diteliti (manageable topic).
Persyaratan ini berkaitan dengan sumber, yaitu sumber-sumbernya dapat diperoleh.
Meskipun topik sangat menarik dan memiliki arti penting, namun bila sumber-
sumbernya, khususnya sumber utama tidak diperoleh, masalah dalam topik tidak akan dapat
diteliti. Oleh karena itu calon peneliti harus memiliki wawasan luas mengenai sumber,
khususnya sumber tertulis.
2. Studi Pendahuluan

Setelah topik penelitian ditentukan, segera lakukan studi pendahuluan. Cari sumber-
sumber acuan utama, yaitu sumber-sumber yang diduga memuat data atau informasi yang
relevan dengan topik penelitian. Dengan menelaah sumber-sumber acuan utama secara efektif,
peneliti akan dapat memahami ruang lingkung penelitian, baik ruang lingkup masalah maupun
ruang lingkup temporal (waktu) dan spasial (tempat/wilayah) obyek penelitian.
Ruang lingkup penelitian itu kemudian dituangkan dalam rencana kerangka tulisan
(laporan penelitian). Sementara itu, telaah pula bibliografi/daftar pustaka pada setiap sumber
acuan utama yang berupa buku ilmiah. Hal itu dimaksudkan untuk mendapat tambahan
informasi sumbersumber yang diduga memuat data tentang masalah yang akan diteliti. Catat
identitas sumber-sumber itu menjadi bibliografi kerja.
3. Implementasi Penelitian
Penelitian sejarah yang pada dasarnya adalah penelitian terhadap sumber-sumber
sejarah, merupakan implementasi dari tahapan kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah,
yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tahapan kegiatan yang disebut terakhir
sebenarnya bukan kegiatan penelitian, melainkan kegiatan penulisan sejarah (penulisan hasil
penelitian).

Berdasarkan Tingkat Eksplanasi


a. Penelitian deskriptif
Menurut Nazir (1988), metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Sedangkan menurut
Sugiyono (2005) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan
untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas. Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.
Adapun masalah yang dapat diteliti dan diselidiki oleh penelitian deskriptif kualitatif
ini mengacu pada studi kuantitatif, studi komparatif (perbandingan), serta dapat juga menjadi
sebuah studi korelasional (hubungan) antara satu unsur dengan unsur lainnya. Kegiatan
penelitian ini meliputi pengumpulan data, analisis data, interprestasi data, dan pada akhirnya
dirumuskan suatu kesimpulan yang mengacu pada analisis data tersebut.
Dalam penelitian ini, pada umumnya akan terjadi 3 hal kemungkinan masalah yang
dibawa oleh peneliti ke penelitian tersebut, diantaranya sebagai berikut :
1. Masalah yang dibawa peneliti adalah masalah tetap, yaitu judul dari penelitian deskriptif
kualitatif mulai awal pengajuan proposal hingga akhir laporan tetap sama.
2. Masalah yang diajukan oleh peneliti menjadi berkembang serta lebih mendalam sesudah
peneliti melakukan penelitian tersebut di lapangan, dalam hal ini tidak terlalu banyak hal
yang berubah, hanya butuh penyempurnaan saja.
3. Masalah yang diajukan oleh peneliti sesudah melakukan penelitian tersebut di lapangan
akan berubah total, akan terjadi pergantian objek masalah secara menyeluruh dan akan
berbeda dari penelitian awal sebelum memasuki lapangan penelitian.
Setiap penelitian tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda, termasuk
juga penelitian deskriptif kualitatif ini. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah tidak
hanya untuk menjelaskan secara menyeluruh masalah yang akan diteliti dan diamati saja,
namun juga ada tujuan lainnya. Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif akan menjadi
pedoman bagi kita ketika akan melakukan suatu penelitian.
Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif searah dengan rumusan masalah serta
pertanyaan penelitian / identifikasi masalah penelitian. Hal ini disebabkan tujuan dari
penelitian ini akan menjawab pertanyaan yang sebelumnya dikemukakan oleh rumusan
masalah serta pertanyaan penelitian/ identifikasi masalah. Tujuan ini juga menentukan
bagaimana anda mengolah atau menganalisis hasil penelitian yaitu dengan membuat
analisisnya memakai metode penelitian ini.

b. Penelitian Komparatif
Menurut Nazir (2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif
yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis
faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.
Penelitian komparatif merupakan penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian
ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan
sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Pada penelitian ini
variabelnya masih mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang
berbeda. Jadi, penelitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk
membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu.
Penelitian komparatif bersifat “expost facto”, artinya data yang dikumpulkan setelah
peristiwa yang dipermasalahkan terjadi. Nama ex post facto berasal dari bahasa latin yang
artinya “ dari sesudah fakta,“ menujukkan bahwa penelitian itu dilakukan sesudah perbedaan-
perbedaaan dalam variabel- bebas itu terjadi karena perkembangan kejadian itu secara alami.
Expost fackto merupakan suatu penelitian emperis yang sistematis dimana peneliti
tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena perwujudann variabel tersebut
telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi.
Peneliti tidak melakukan perlakuan dalam membandingkan dan mencari hubungan sebab-
akibat dari variabelnya. Peneliti hanya mencari satu atau lebih akibat-akibat yang ditimbulkan
dan mengujinya dengan menelusuri kembali masa lalu untuk mencari sebab-sebab,
kemungkinan hubungan, dan maknanya. Penelitian ini cenderung menggunakan data
kuantitatif.
Penelitian komparatif merupakan penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki
hubungan sebab-akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari
faktor yang menjadi penyebab melalui data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini
pendekatan dasarnya adalah dimulai dengan adanya perbedaan dua kelompok dan kemudian
mencari faktor yang mungkin menjadi penyebab atau akibat dari perbedaan tersebut. Dalam
hal ini ada unsur yang membandingkan antara dua atau lebih variable.
Tujuan Penelitian Komparatif
Tujuan dari penelitian komparatif adalah untuk menemukan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-
ide, kritik tehadap orang lain, kelompok, terhadap suatu ide tau prosedur kerja. Dapat juga
membadingkan kesamaan pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau
Negara terhadap kasus, terhadap orang, terhadap peristiwa atau terhadap ide-ide.
Langkah-langkah Penelitian Komparatif
1. Rumuskan dan definisikan masalah.
2. Jejaki dan teliti literature yang ada.
3. Rumuskan kerangka teoritis dan hipotesa-hipotesa serta asumsi-asumsi yang dipakai.
4. Buatlah rancangan penelitian :
 Pilih subjek yang digunakan dengan teknik pengumpulan data yang diinginkan.
 Kategorikan sifat-sifat atau atribut-atribut atau hal-hal lain yang sesuai dengan
masalah yang ingin dipecahkan, untuk memudahkan analisa sebab akibat.
5. Uji hipotesa, buat interpretasi terhadap hubugan dengan teknik statistic yang tepat.
6. Buat generalisasi, kesimpulan serta implikasi kebijakan.
7. Susun laporan dengan cara penulisan ilmiah.
Syarat Penelitian komparatif
1. Metode eksperimental yang dianggap lebih kuat tidak memungkinkan untuk dilakukan
2. Penelitian tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor – faktor yang
penting untuk mempelajari hubungan sebab akibat secara langsung
3. Pengontrolan terhadap seluruh variabel ( kecuali variabel bebas ) sangat tidak realistis dan
terlalu dibuat – buat, serta mencegah interaksi secara normal dengan variabel – variabel
lain yang berpengaruh
4. Pengontrolan di laboratorium untuk beberapa tujuan penelitian dianggap tidak praktis,
mahal, atau secara etika dipertanyakan.
c. Penelitian Asosiatif
Menurut Dr. H. Ahmad Qurtubi, MA (2008 : 46-47) mengemukakan bahwa penelitian
asosiatif didefinisikan sebagai sebuah penelitian yang memiliki tujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih.
Menurut Muhammad Fauzi (2009 : 155) asosiatif adalah hubungan antara dua variabel
yang tidak saling mengikat, tetapi lebih mengarah pada bentuk kerjasamanya. Misalnya,
hubungan antara dokter dan perawat dalam proses penyembuhan.
Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian asosiatif adalah memiliki tujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dan tidak saling mengikat.Penelitian
asosiatif memiliki tingkatan tertinggi jika dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan
penelitian kompratif.
Hubungan Antar Variabel dalam Penelitian Asosiatif
Menurut Singarimbun & Effendi, 1989 : 55-67) mengemukakan bahwa hubungan antar
variabel dapat berupa hubungan simteris, timbal balik, dan interaktif)
1. Hubungan Simetris / Sama
Menurut Purwanto (2010 : 68) Hubungan simetris adalah hubungan antar dua variabel yang
bersifat sejajar atau sama.
Hubungan simetris terjadi apabila :
a) Kedua variabel indikator dari konsep yang sama. misalnya “kualifikasi guru yang baik”
adalah “tingkat pendidikan” dan “pengalaman mengajarnya”. Variabel tingkat pendidikan
tidak dipengaruhi oleh pengalaman mengajar, begitu pula sebaliknya.
b) Kedua variabel adalah akibat dari suatu faktor yang sama, misalnya meningkatnya
penggunaan internet dikalangan masyarakat dengan, naiknya jumlah oplah surat kabar,
merupakan dua variabel yang tidak saling mempengaruhi, namun diakibatkan oleh faktor yang
sama, yaitu
c) Kedua variabel berkaitan secara fungsional, misalnya hubungan antara petani dengan
cangkul, hubungan guru dengan murid, hubungan dokter dengan pasien, dan sebagainya.
d) Kedua variabel mempunyai hubungan karena kebetulan semata-mata, misalnya secara
kebetulan semua murid berkacamata gemar membaca. Hubungan antara variabel murid
berkacamata dengan gemar membaca adalah hubungan simetris.
2. Hubungan Kausal / Sebab-Akibat
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat. Salah satu variabel
(independen) mempengaruhi variabel yang lain (dependen). Menurut Irawan (2000 : 37) untuk
menyatakan ada hubungan sebab-akibat harus dipenuhi 2 syarat utama, yaitu :
a) Terdapat hubungan antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel
terikat (dependent variable)
b) Terdapat seri urutan yang benar, diartikan bahwa untuk dapat dikatakan sebagai factor
penyebab, suatu variabel tidak mungkin terjadi setelah factor akibat. Dapat diartikan juga
bahwa hubungan antara varibel bebas dan variabel terikat tidak simetrik. Hubungan simnterik
maksudnya adalah arah pengaruhnya dapat berasal dari dua pihak. Yaitu S (Sebab) dapat
mempengaruhi Akibat (A) dan A dapat mempengaruhi S.
3. Hubungan Interaktif / Timbal Balik
Menurut Masri Singarimbun & Effendi (1989 : 53) hubungan timbal balik adalah
hubungan dimana suatu variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat dari variabel lainnya.
Perlu diketahui bahwa hubungan timbal balik bukanlah hubungan, dimana tidak dapat
ditentukan variabel yang menjadi sebab dan variabel yang menjadi akibat. Yang dimaksudkan
ialah apabila pada suatu waktu, variabel X mempengaruhi variabel Y, pada waktu lainnya
variabel Y mempengaruhi X.
PENELITIAN DESKRIPTIF BERDASARKAN TEMPAT

A. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam


penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan mendalam akan literatur yang
digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti. Penelitian lapangan biasa dilakukan
untuk memutuskan ke arah mana penelitiannya berdasarkan konteks.Penelitian lapangan biasa
diadakan di luar ruangan.
Hal-hal yang Dilakukan dalam Penelitian Lapangan:

Ketika peneliti melakukan penelitian lapangan, ada sejumlah hal yang perlu dipersiapkan:

• Mengamati kejadian sehari-hari yang biasa/tidak biasa dalam setting kehidupan sehari-hari. •
Terlibat langsung apakah orang yang diteliti.

• Memperoleh sudut pandang orang yang diteliti sekaligus mempertahankan perspektif analitis
orang luar.

• Menggunakan beragam teknik dan keterampilan sosial secara luwes.

• Menghimpun data berbentuk catatan rinci, bagan, peta, maupun gambar untuk
keperluan deskripsi.

• Memandang gejala dalam konteks sosial.

• Mengembangkan empati dengan orang yang diteliti.

• Memperhatikan aspek-aspek kebudayaan.

• Tidak memaksakan sudut pandang sebagai orang luar.

• Mampu mengatasi stres, ketidakpastian, dan masalah-masalah etis.

Langkah-langkah Penelitian Lapangan:

 Untuk mencapai keberhasilan dalam penelitian lapangan, seorang peneliti perlu


mengembangkan langkah-langkah sebagai berikut:
 Persiapan, mengkaji bahan pustaka, dan memperluas fokus perhatian.
 Memilih lokasi lapangan dan memperoleh akses untuk masuk dalam lokasi tersebut.
 Memulai di tempat penelitian dan menjalin hubungan sosial dengan orang yang diteliti.
Memilih peran sosial.
 Mengumpulkan data di lapangan.
 Menganalisis data, mengembangkan, dan mengevaluasi hipotesis kerja. Memfokuskan
pada aspek-aspek khusus dari setting yang diamati dan melakukan pengambilan
sampel secara teoretis.
 Melakukan wawancara.
 Meninggalkan lokasi, menyelesaikan analisis, dan menulis laporan penelitian
lapangan.

B. Penelitian Kepustakaan

Penelitian Kepustakaan atau Riset Kepustakaan meskipun bisa dikatakan mirip tapi
sebenarnya berbeda dengan istilah studi kepustakaan di salah satu BAB (biasanya berada di
BAB II) dalam laporan hasil penelitian (skripsi). Umumnya istilah Studi Kepustakaan
digunakan dalam ragam istilah oleh sebagian ahli penelitian. Diantara istilah lain studi
kepustakaan yang dikenal adalah kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis, landasan
teori, telaah pustaka (literature review) dan tinjuan teoritis

Penelitian Kepustakaan merupakan jenis penelitian kualitatif yang pada umumnya tidak terjun
ke lapangan dalam pencarian sumber datanya. Penelitian Kepustakaan merupakan metode
yang digunakan dalam pencarian data, atau cara pengamatan (bentuk observasi) secara
mendalam terhadap tema yang diteliti untuk menemukan ‘jawaban sementara’ dari masalah
yang ditemukan di awal sebelum penelitian ditindaklanjuti. Dengan kata lain Penelitian
kepustakaan merupakan metode dalam pencarian, mengumpulkan dan menganalisi sumber
data untuk diolah dan disajikan dalam bentuk laporan Penelitian Kepustakaan.

Langkah-langkah penelitian kepustakaan:


1. Pengumpulan Data Penelitian Kepustakaan

Penelitian kualitatif dalam penggalian data harus secara mendalam (seakar-akarnya). Dalam
melakukan pengumpulan data, peneliti harus tunduk (disesuaikan) dengan jenis penilitian.
Karena penelitian kepustakaan merupakan jenis penelitiain kualitatif maka biasanya sumber
data utamanya adalah manusia dan benda-benda empiris yang sesuai dengan tema penelitian.

Berdasarkan sumber buku Mestika Zed (2008:81) metode penelitian kepustakaan Edisi 2,
untuk membantu dalam penelitian dengan riset kepustakaan atau bagaimana mencari referensi
yang tepat adalah sebagai berikut :

1. Miliki ide umum tentang topik penelitian

2. Cari informasi pendukung

3. Pertegas fokus (perluas/persempit) dan organisasikan bahan bacaan

4. Cari dan temukan bahan yang diperlukan

5. Reorganisasikan bahan dan membuat catatan penelitian (paling sentral)

6. Review dan perkaya lagi bahan bacaan

7. Reorganisasikan lagi bahan/catatan dan mulai menulis.

2. Analisis Data Penelitian Kepustakaan

Penelitian Kualitatif merupakan jenis penelitian yang kaya dengan analisis data untuk
memaknai sumber data yang telah ada, salah satunya menggunakan reduksi data kemudian
melakukan penarikan kesimpulan dengan menggunakan logika, estetika, dan etika.

Nilai pustaka ditentukan oleh sifat kebaruan pustaka dan luasnya publikasi pustaka. Internet
memungkinkan pencarian informasi berkait dengan topik menjadi sangat mudah. Informasi
(data) tersedia dalam berbagai format, oleh karena itu dalam memilih sumber pustaka harus
teliti sesuai dengan tema penelitian. Sumber pustaka disusun dari yang nilainya paling tinggi
adalah:

1. Jurnal Ilmiah

2. Makalah/Prosiding Konferensi/Seminar

3. Working Paper

4. Publikasi Pemerintah

5. Thesis dan Disertasi (tidak dipublikasikan)

6. Buku Teks

7. Bahan Referensi: Ensiklopedia, Kamus.

3. Penyusunan Laporan

Dalam penyusunan laporan kualitatif harus sistematis atau runtut dalam ‘menceritakan’
(memaparkan) datanya, sehingga terjadi kesinambungan antara dari BAB pertama sampai
BAB terakhir. Seperti halnya membuat novel, yang mana terjadi kesatuan integral cerita antara
dari paragraf pertama hingga terakhir.

C. Penelitian Laboratorium

Penelitian laboratorium merupakan penelitian yang dilakukan dalam ruangan tertutup, dimana
kelompok eksperimen dijauhkan dari variable pengganggu sebab dapat memengaruhi hasil
dari pengujian hubungan sebab akibat.

Penelitian jenis ini dilakukan dalam suatu tempat khusus untuk mengadakan studi-ilmiah dan
kerja ilmiah. Tujuan dari penelitian laboratorium untuk ilmu pengetahuan sosial ialah: untuk
mengumpulkan data, mengadakan analisa, mengadakan test serta memberikan interpretasi
terhadap sejumlah data, sehingga orang bisa meramalkan kecendrungan gerak dari satu gejala
sosial dalam satu masyarakat tertentu. Objek penelitiannya, baik berupa masalah-masalah
yang teoritis sifatnya maupun yang praktis, yang diteliti oleh satu tim ahli.

Laboratorium bahasa terdiri dari 2 kata yaitu laboratorium dan bahasa. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) Laboratorium mengandung pengertian suatu ruangan/tempat
tertentu yang dilengkapi dengan peralatan untuk melakukan percobaan atau simulasi tertentu.
Laboratorium Bahasa berarti suatu ruang yang dilengkapi peralatan tertentu untuk melakukan
simulasi bahasa atau memperlancar kemampuan berbahasa seseorang. Bila dihubungkan
konsep atau hakikat bahasa dengan laboratorium maka akan muncul pengertian bahwa lab.
bahasa adalah suatu tempt untuk menyelidiki sistem dari suatu bahasa,
menyelidiki/menganalisis unsur-unsur kaidah bahasa, dan menyelidiki/menganalisis
lambang/isyarat/tanda bunyi suatu bahasa.

Secara luas media pengajaran dapat diartikan dengan benda, manusia, atau peristiwa yang
memuat kondisi pelajar untuk memungkinkan memperoleh pengetahuan, keterampilan atau
sikap.

Tujuan Dan Manfaat Penelitian Laboratorium:

Secara umum ada empat tujuan dilakukannya suatu penelitian, yaitu:

1. Tujuan Exploratif (Penemuan) : menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu.

2. Tujuan Verifikatif (Pengujian): menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada

3. Tujuan Developmental (Pengembangan) : mengembangkan sesuatu dalam bidang yang


telah ada.

4. Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi)


Sesuai dengan pengertian mengenai penelitian laboratorium yaitu suatu penelitian yang
menguji tentang sebab akibat. Maka, tujuan dari penelitian laboratorium itu adalah untuk
mengetahui apa saja sebab dan akibat yang selama ini ada pada pembelajaran. Contohnya
Menyelidiki sistem dari suatu bahasa, menyelidiki/menganalisis unsur-unsur kaidah bahasa,
menyelidiki/menganalisis lambang/isyarat/tanda bunyi suatu bahasa. Dan tujuan dari
penelitian laboratorium untuk ilmu pengetahuan sosial ialah untuk mengumpulkan data,
mengadakan analisa, mengadakan test serta memberikan interpretasi terhadapt sejumlah data,
sehingga orang bisa meramalkan kecendrungan gerak dari satu gejala sosial dalam satu
masyarakat tertentu. Objek penelitiannya, baik berupa masalah-masalah yang teoritis sifatnya
maupun yang praktis, yang diteliti oleh satu tim ahli.

Sedangkan manfaat dari suatu penelitian yaitu dapat dijadikan acuan, masukan, pertimbangan,
dapat diaplikasikan langsung, dan dapat menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya.

Kelebiahan Dan Kekurangan Penelitian Laboratorium:

1. Kelebihan penelitian laboratorium

Kelebihan penelitian ini adalah hasil dari penelitian ini lebih dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya karena hanya memfokuskan pada pengujian hubungan
sebab dan akibat.

2. Kekurangan penelitian laboratorium

Kekurangan atau kelemahan penelitian laboratorium adalah penelitian ini belum tentu dapat
diberlakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Langkah-Langkah Penelitian Laboratorium:


Kita tentunya sudah memahami tentang metode ilmiah dan penelitian ilmiah. Yang perlu kita
ketahui adalah bahwa penelitian ilmiah berusaha untuk menemukan, mengembangkan, dan
mengkaji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan selalu
melakukan penelitian ilmiah, ilmu pengetahuan akan selalu berkembang. Pelaksanaan
penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti langkah-langkah tertentu.
Langkah-Langkah Pokok dalam Penelitian yaitu:

1. Identifikasi Masalah

Masalah dapat berupa: kriteria atau pertimbangan, minat pribadi, dan umum. Serta dapat juga
berupa nilai dan ideologi bersama.

Ø Latar Belakang Masalah

hal yang umum dikaitkan dengan topik penelitian (khusus). Atau das sollen (what should be)
menjadi das sein (what is happening). Serta mengapa sesuatu itu dianggap masalah. Secara
spesifik kriterianya: mencerminkan kebutuhan, tidak bersifat hipotetis (fakta), menyarankan
adanya hipotesis yang berarti dapat diuji yang dikembangkan dari pernyataan masalah, relevan
dan dapat dikelola.

Ø Rumusan Masalah: berbentuk kalimat tanya (basic question) yang hendak dicari
jawabannya dalam penelitian dengan ciri-ciri sebagai berikut: menunjukkan hubungan
minimal dua variabel dan dapat diuji secara empirik. Artinya, data sebagai jawaban harus
dapat diperoleh. Serta menghindari pertanyaan yang berkaitan dengan moral dan etika.

2. Menentukan Tujuan Penelitian

a. Mencari informasi sebagai rekomendasi pada pihak-pihak tertentu (sponsor) dalam


rangka pemecahan masalah.

b. Memperjelas kebenaran suatu masalah yang menarik perhatian peneliti atau sponsor.
c. Memberi gambaran tentang hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kebijakan yang telah
ditentukan

PENELITIAN DESKRIPTIF BEDASARKAN DATA

A. Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian


dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-
teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah
bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang
fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan
kuantitatif.

Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu
sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan
sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah penelitian kuantitatif sering
dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk membedakannya dengan penelitian kualitatif.

Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui
perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab
atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase
tanggapan mereka. Sebagai contoh: 240 orang, 79% dari populasi sampel, mengatakan bahwa
mereka lebih percaya pada diri mereka pribadi masa depan mereka dari setahun yang lalu
hingga hari ini. Menurut ketentuan ukuran sampel statistik yang berlaku, maka 79% dari
penemuan dapat diproyeksikan ke seluruh populasi dari sampel yang telah dipilih.
pengambilan data ini adalah disebut sebagai survei kuantitatif atau penelitian kuantitatif.

Ukuran sampel untuk survei oleh statistik dihitung dengan menggunakan rumusan untuk
menentukan seberapa besar ukuran sampel yang diperlukan dari suatu populasi untuk
mencapai hasil dengan tingkat akurasi yang dapat diterima. pada umumnya, para peneliti
mencari ukuran sampel yang akan menghasilkan temuan dengan minimal 95% tingkat
keyakinan (yang berarti bahwa jika Anda survei diulang 100 kali, 95 kali dari seratus, Anda
akan mendapatkan respon yang sama) dan plus / minus 5 persentase poin margin dari
kesalahan. Banyak survei sampel dirancang untuk menghasilkan margin yang lebih kecil dari
kesalahan.

Beberapa survei dengan melalui pertanyaan tertulis dan tes, kriteria yang sesuai untuk memilih
metode dan teknologi untuk mengumpulkan informasi dari berbagai macam responden survei,
survei dan administrasi statistik analisis dan pelaporan semua layanan yang diberikan oleh
pengantar komunikasi. Namun, oleh karena sifat teknisnya metode pilihan pada survei atau
penelitian oleh karena sifat teknis, maka topik yang lain tidak tercakup dalam cakupan ini.

Kelebihan metode penelitian kuantitatif:

◊ Mendukung studi ilmu sosial yang cakupannya makro karena bisa melibatkan subjek
penelitian dalam jumlah besar. Banyaknya subjek baik individu atau kelompok yang terlibat
mendukung proses generalisasi.

◊ Memiliki modal untuk meraih objektivitas hasil penelitian. Secara umum, penelitian
kuantitatif didesain untuk menghasilkan penjelasan yang sifatnya umum atau general dari
suatu fenomena. Untuk mendapat penjelasan yang general ini, beberapa variabel digunakan.

◊ Mampu mengaplikasikan angka rata-rata dari suatu perhitungan sehingga desain penelitian
bisa direplikasi dan dianalisis relevansinya di tempat lain.

◊ Mampu melalukan studi perbandingan secara objektif.

◊ Potensi bias yang sifatnya personal bisa dihindari dengan cara peneliti menjaga jarak dengan
partisipan yang diteliti dan dengan cara menggunakan software komputer ketika menganalsis.
Kekurangan metode penelitian kuantitatif:

◊ Seringkali mengabaikan detail konteks sosial yang diteliti.

◊ Pendekatannya statis dan rigid sehingga tidak fleksibel ketika peneliti di lapangan.

◊ Memiliki potensi bias yang sifatnya struktural karena rumusan masalah yang dibuat biasanya
merefleksikan kepentingan peneliti tanpa mempertimbangkan permasalahan yang sebenarnya
dihadapi oleh partisipan.

◊ Hasil penelitian seringkali kurang detail dalam menjelaskan perilaku dan motivasi tindakan
individu.

◊ Peneliti bisa saja mengumpulkan data yang lingkupnya sempit dan superfisial.

◊ Hasil penelitian memiliki kualitas penjelasan yang terbatas pada deskripsi numerik dan
kurang detail dalam mengelaborasikan aspek persepsi manusia.

◊ Hasil penelitian cenderung menggambarkan hasil laboraturium ketimbang hasil nyata apa
yang terjadi lapangan.

Tahapan Penelitian Kuantitatif

Dalam suatu proses Penelitian, Peneliti yang menggunakan pendekatan Kuantitatif harus
benar-benar memahami tahapan atau proses dalam Penelitian Kuantitatif. Berikut ini tahapan
proses Penelitian Kuantitatif;

1. Menemukan masalah

Karena Penelitian merupakan langkah untuk mengatasi masalah maka dalam Penelitian
seorang Peneliti harus menemukan masalah apa yang akan diteliti. Dalam proses ini maka
Peneliti perlu untuk memasuki lapangan dalam kegiatan penjajakan masalah, identifikasi
maslah dilapangan. Dalam menemukan masalah ini seorang Peneliti melakukannya secara
empiris (teramati) dan secara teori (pengkajian literatur).

2. Merumuskan masalah dengan konkrit

Peneliti yang memasuki lapangan dan telah menemukan butir-butir masalah yang banyak dan
beragam, selanjutnya memilih masalah mana yang akan diselesaikan atau masalah mana yang
akan dimasukkan dalam topik Penelitiannya. Tentunya dalam merumuskan masalah seorang
Peneliti harus berhati-hati memilih masalah Penelitiannya. Disamping dapat bertolak belakang
dengan tempat Penelitian juga dikhawatirkan masalah yang diangkat terlalu luas dan sulit
diteliti. Jadi dalam memilih masalah Penelitian, Peneliti perlu memperhatikan:

Pertama, apakah masalahnya benar-benar masalah atau hanya praduga saja, kedua; apakah
masalahnya berdampak terhadap tempat mengambil masalah, ketiga; apakah lokasi atau
lembaga tempat menggali masalahnya tertutup terhadap masalah itu, ke-empat; apakah sudah
ada yang meneliti masalah itu (jangan berambisi untuk meneliti masalah yang benar-benar
baru, telitilah masalah yang setidaknya pernah dibahas dalam Penelitian sebelumnya). Ke-
lima; apakan Peneliti sudah memahami metodelogi Penelitian dan masalah yang akan
diangkat, ke-enam; apakah Peneliti sanggup untuk menelitinya, sanggup dalam arti luas,
memiliki tenaga, berhasrat, sumberdaya dan dana untuk meneliti cukup atau tidak.

3. Membaca hasil Penelitian sebelumnya yang relevan

Berkaitan dengan topik yang anda ambil sebagai masalah penlitian anda harus memiliki
konsep dasar yang kokoh. Disamping itu fungsi dari membaca hasil Penelitian adalah agar
anda terhindar dari plagiat, dan tentunya membedakan anda dari Peneliti lain. Dan pada tahap
ini anda harus melihat bahwa Penelitian anda benar-benar berbeda dan akan menghasilkan
Penelitian yang memang penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

4. Membaca teori dan konsep yang telah ada

Teori atau konsep yang berkaitan dengan rumusan masalah anda tentu memiliki banyak
refrensi baik dari buku maupun internet. Namun sebagai dasar lebih baik menggunakan buku
dari pada internet yang belum tentu akurat. Teori yang anda ajukan sebagai pembela atau
pendukung anda bahwa anda telah siap untuk meneliti, hal ini juga yang akan menuntun anda
dan membuat pembaca laporan anda yakin bahwa anda memang seorang Peneliti.

5. Pengajuan hipotesis

Setelah tahapan di atas selanjutnya anda harus dapat mengajukan hipotesis dimana hipotesis
pada Penelitian Kuantitatif harus sudah matang yang tidak dapat dirubah lagi, anda harus hati-
hati melakukannya. Berbeda dengan Penelitian Kualitatif tidak memiliki hipotesis namun
memiliki fokus kajian yang dapat dirubah karena Penelitian Kualitatif bersifat pleksibel.

6. Merumuskan hubungan antar variabel

Merumuskan hubungan antar variabel tentunya tidak lepas dari hipotesis yang anda ajukan.
Hubungan antar variabel dan berapa variabel yang akan dibuat itu tergantung dari bagaimana
rumusan masalah dan hipotesis yang anda ajukan.

7. Memilih strategi atau metode Penelitian

Setelah hubungan variabel anda selesai bentuk maka saatnya anda harus memutuskan metode
Penelitian apa yang cocok untuk Penelitian anda. Dan ingat selalu bahwa tiap metode
memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu, kesulitan dan kemudahan tertentu, sehingga
anda harus jeli untuk memilih mana yang paling menguntungkan anda.

8. Menentukan sampel (sampling)

Sampling atau teknik sampling diperlukan sebagai bagian yang akan diteliti pada populasi
yang mana sampel nantinya akan diproses dalam analisis data, hasilnya di generalisasikan
pada populasi tempat sampel di ambil.

9. Menyusun instrumen Penelitian

Sebelum mengumpulkan data maka harus ada alat untuk itu, maka anda memerlukan
instrumen Penelitian. Instrumen Penelitian dibentuk dari teori dasar masalah yang akan anda
angkat. Instumen ini nantinya jika anda menggunakan angket dalam pengumpulan data maka
instrumen adalah alat untuk mengukurnya.

10. Uji instrumen

Sebelum digunakan instrumen harus diuji. Namun berbeda dengan instrumen yang sudah ada
di buku yang teruji dapat digunakan langsung. Bahkan pada laporan hasil Penelitian
sebelumnya terdapat istrumen yang siap digunakan tanpa di uji. Namun jika anda membuat
istrumen maka anda harus mengujinya.

11. Mengumpulkan data

Pengumpulan data Kuantitatif biasanya dilakukan dengan bantuan konsioner atau angket yang
disebar pada sampel yang telah dipilih.

12. Analisis data

Proses analisi data dilakukan setelah pengumpulan data selesai. Analisis data pada Penelitian
Kuantitatif menggunakan statistik. Pada penerapannya Peneliti dapat menggunakan statistik
manual atau menggunakan alat bantu (kalkulator statistik, SPSS, dan atau MS. Excel).

13. Penemuan

Hasil analisi data dirangkum dalam satu pernyataan yang memuat kesimpulan dari Penelitian
yang berkaitan dengan hasil analisis data.

14. Korelasikan terhadap hipotesis

Hasil temuan pada proses analisi data selanjutnya di korespondensikan pada hipotesis yang
telah Peneliti bangun. Apakah hipotesis terbukti atau tidak.

15. Simpulan

Hasil dari korespodensi penemuan dengan hipotesis kemudian dirangkum dalam simpulan
yang memiliki makna utuh sebagai suatu hasil Penelitian.
16. Menyusun Laporan Penelitian

Langkah terakhir adalah membuat laporan Penelitian.

B. Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan. Selain itu landasan teori ini juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum
tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan
mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada
penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian
kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan
berakhir dengan suatu “teori”.

Kriyantono menyatakan bahwa, "Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena


dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.” Penelitian
kualitatif menekankan pada kedalaman data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin dalam dan
detail data yang didapatkan, maka semakin baik kualitas dari penelitian kualitatif ini.

Berbeda dengan kuantitatif, objek dalam penelitian kualitatif umumnya berjumlah terbatas.
Dalam penelitian ini, peneliti ikut serta dalam peristiwa/kondisi yang sedang diteliti. Untuk itu
hasil dari penelitian ini memerlukan kedalaman analisis dari peneliti. Selain itu, hasil
penelitian ini bersifat subjektif sehingga tidak dapat digeneralisir. Secara umum, penelitian
kualitatif dilakukan dengan metode wawancara dan observasi. Melalui metode ini, peneliti
akan menganalisis data yang didapatkan dari lapangan dengan detail. Peneliti tidak dapat
meriset kondisi sosial yang diobservasi, karena seluruh realitas yang terjadi merupakan
kesatuan yang terjadi secara alamiah. Hasil dari penelitian kualitatif juga dapat memunculkan
teori atau konsep baru, apabila hasil penelitiannya bertentangan dengan teori dan konsep yang
sebelumnya dijadikan kajian dalam penelitian.

Penelitian kualitatif jauh lebih subjektif daripada penelitian atau survei kuantitatif. Juga
menggunakan metode yang sangat berbeda, termasuk dalam hal mengumpulkan informasi,
terutama individu, yaitu dengan menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus.
Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka, dan berakhir dengan
dilakukannya wawancara dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara
mendalam.

Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan pewawancara atau moderator group
periset menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan menentukan
persepsi, pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang dibahas dan untuk
menentukan derajat kesepakatan yang ada dalam grup. Kualitas hasil temuan dari penelitian
kualitatif secara langsung tergantung pada kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari
pewawancara atau moderator group.

Jenis penelitian ini jarang dilakukan untuk survei, karena memerlukan biaya yang mahal,
namun sangat efektif dalam memperoleh informasi tentang kebutuhan komunikasi dan
tanggapan serta pandangan tentang komunikasi tertentu. Dalam hal ini seringkali metode
pilihan dalam kasus di mana pengukuran atau survei kuantitatif tidak diperlukan.

Tahapan Dalam Penelitian Kualitatif

Ada lima tahap bagi para peneliti jika ingin melakukan penelitian jenis kualitatif, yaitu:

a) Mengangkat permasalahan.
b) Memunculkan pertanyaan penelitian.
c) Mengumpulkan data yang relevan.
d) Melakukan analisis data.
e) Menjawab pertayaan penelitian.
Metode penelitian kualitatif memiliki kelebihan sebagai berikut:

1. Data deskriptif lebih detail dan mendalam.


2. Data menggambarkan pandangan realistis terhadap dunia sosial yang dialami oleh
subjek penelitian yang tidak bisa diukur secara numerik.
3. Memberika kesempatan pada partisipan untuk mendeskripsikan perspektifnya terhadap
fenomena yang diteliti.
4. Proses pengumpulan data dilakukan secara fleksibel sesuai dinamika di lapangan.
5. Interaksi dilakukan dengan bahasa partisipan sehari-hari, dengan terminologi khas
yang mereka gunakan.
6. Fokus riset selalu merespon pada perubahan yang terjadi selama proses penelitian,
tidak memaksakan pandangan peneliti yang disusun sebelumnya di atas meja.

Riset kualitatif juga memiliki kekurangan sebagai berikut:

1. Unsur subjektivitas yang kuat beresiko mengurangi objektivitas hasil penelitian.


2. Karakter peneliti sangat berpengaruh pada hasil penelitian, bisa saja informasi yang
sama berujung pada kesimpulan yang berbeda karena karakter peneliti berbeda.
3. Desain penelitian sulit direplikasi untuk penelitan di lokasi lain.
4. Sulit melakukan analisis hubungan sebab-akibat dari sebuah fenomena sosial.
5. Pengalaman peneliti diperlukan untuk memperoleh partisipan yang paling
representatif.
6. Lemah dalam melakukan generalisasi hasil penelitian.

C. Penelitian Gabungan

Metode Penelitian Campuran - Metode Penelitian Campuran merupakan suatu pendekatan


yang mengombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kuantitatif dan bentuk kualitatif.
Penelitian metode campuran adalah suatu metode penelitian yang melibatkan pemakaian 2
metode, yaitu metode penelitian kuantitatif dan metode kualitatif dalam studi tunggal atau satu
penelitian. Penelitian jenis ini lebih kompleks bila dibandingkan dengan penelitian yang
lainnya, tidak hanya sekedar mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data, tetapi juga
melibatkan fungsi dari penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif sehingga secara
keseluruhan lebih besar bila dibandingkan kedua penelitian tersebut. Penggunaan 2 metode
penelitian ini dipandang lebih dapat memberikan suatu pemahaman yang lebih lengkap
mengenai isu atau masalah penelitian daripada penggunaan salah satu metode penelitian di
antaranya.

Tujuan Metode Penelitian Campuran

Tujuan Metode penelitian Campuran yaitu berisi tujuan penelitian secara keseluruhan,
informasi mengenai unsur penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif, dan alasan atau
rasionalisasi mencampur dua unsur tersebut guna meneliti suatu isu atau masalah penelitian.
Secara umum terdapat empat tujuan dari penggunaan metode penelitian campuran, yaitu
sebagaiberikut:

 Untuk lebih memahami isu atau masalah penelitian dengan mengtriangulasikan data
kualitatif yang berupa perincian-perincian deskiriptif dengan data kuantitatif yang
berupa angka-angka.
 Untuk mendapatkan hasil-hasil statistik kuantitatif dari suatu sampel tertentu,
kemudian menindaklanjutinya dengan mengobservasi atau mewawancarai sejumlah
individu guna memperoleh penjelasan lebih mendalam tentang hasil statistik yang
sudah didapatkan.
 Untuk mengeksplorasi suatu pandangan partisipan (kualitatif) untuk selanjutnya
dianalsis berdasarkan sampel yang luas (kuantitatif).
 Untuk mengungkap hak-hak dan kecenderungan-kecenderungan dari suatu kelompok
atau individu-individu yang tertindas.

Strategi Metode Campuran

Sebenarnya strategi metode campuran kurang populer bila dibandingkan dengan metode
penelitian kuantutatif dan kualitatif. Secara khusus terdapat tiga strategi metode campuran
yaitusebagaiberikut.

1. Strategi metode campuran sekuensial (sequential mixed methods).

Metode penelitian campuran jenis ini merupakan prosedur di mana peneliti berusaha
menggabungkan atau memperluas penemuan yang diperoleh dari 1 metode dengan penemuan
dari metode lainnya. Misalnya dengan melakukan interview kualitatif terlebih dahulu untuk
mendapatkan penjelasan yang memadai, kemudian didikuti dengen melakukan metode survei
kuantitatif dengan sejumlah sampel guna mendapatkan hasil umum dari suatu populasi. Bila
tidak demikian, dapat dimulai dari metode kuantitatif terlebih dahulu dengan menguji suatu
teori ataupun konsep tertentu, baru kemudian dilanjutkan dengan metode kualitatif dengan
mengeksplorasi beberapa kasus dan individu.

2. Strategi metode campuran konkuren (concurrent mixed methods).

Metode penelitian campuran ini merupakan prosedur yang mana peneliti mempertemukan atau
menyatukan data kuantitatif dengan data kualitatif guna memperoleh analisis komprehensif
atas isu atau masalah penelitian. Pada penelitian jenis ini peneliti dalam mengumpulkan kedua
jenis data tersebut dilakukan pada satu waktu, selanjutnya menggabungkannya menjadi satu
data informasi dalam interpretasi hasil keseluruhan dari suatu isu atau masalah. Bila tidak,
dalam strategi metode penelitian campuran jenis ini peneliti dapat memasukkan satu jenis data
yang lebih kecil ke dalam sekumpulan data yang lebih besar guna menganalisis jenis
pertanyaan yang berbeda-beda.

3. Prosedur Metode campuran transformatif (transformative mixed methods).

Pada strategi jenis ini merupakan prosedur yang mana peneliti menggunakan kacamata teoritis
sebagai perspektif overaching yang di dalamnya terdiri dari data kualitatif fan data kuantitatif.
Perspektif inilah yang menyediakan kerangka kerja bagi topik penelitian, metode untuk
pengumpulan data, dan hasil atau perubahan yang diinginkan. Bahkan, perspektif ini juga
dapat dipakai oleh peneliti sebagai metode pengumpulan data secara sekuensial atau konkuren.

Dalam merancang suatu prosedur studi atau penelitian dengan memakai metode campuran,
terdapat beberapa aspek penting yang perlu untuk dipertimbangkan. Creswell (2008)
menyatkan bahwa aspek penting dalam merancang prosedur penelitian yang menggunakan
metode campuran yaitu terdiri dari: waktu (timing), bobot (weighting), pencampuran
(mixing),danteorisasitheorizing).

1. Waktu (timing)

Para Peneliti haruslah mempertimbangkan waktu dalam proses pengumpulan data kuantitatif
dan kualitatifnya. Apakah data hendak dikumpulkan pada waktu yang sama (konkuren) atau
dikumpulkan secara bertahap (sekunsial). Pada saat data dikumpulkan secara bertahap, peneliti
hendaknya perlu menentukan apakah data kualitatif atau kuantitatif yang akan dikumpulkan
terlebih dahulu. Hal itu tergantung dari terhadap tujuan awal dari si peneliti. Namun,
pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif secara bersaman dianggap paling efektif karena
tidak memerlukan waktu yang lama dalam proses pengumpulan datanya.

2. Bobot (weighting)
Bobot yang dimaksud pada merancang prosedur mixed methods atau metode campuran adalah
prioritas yang diberikan antara metode kualitatif atau kuantitatif. Dalam studi atau penelitian
tertentu bobot dapat seimbang atau sama. Dalam beberapa penelitian atau studi lain, mungkin
lebih menekankan pada salah satu metode. Penekanan pada satu metode bergantung pada
kepentingan peneliti itu sendiri, keinginan pembaca seperti pihak kampus, organisasi
profesional, dan hal apa yang hendak diutamakan oleh si peneliti.

3. Pencampuran (mixing)

Pencampuran diartikan sebagai data kualitatif dan kuantitatif dikombinasikan dalam beberapa
cara. Peneliti dapat mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif secara konkuren, kemudian
meleburkan atau menggabungkan secara utuh kedua data tersebut dengan mentransformasi
data kualitatif menjadi angka-angka yang dapat dihitung (kuantitatif). Selain itu, bila peneliti
tidak menggabungkan kedua data tersebut, peneliti dapat menjadikan salah satu data sebagai
data sekunder dan data lainnya sebagai data primer, dimana data sekunder berperan sebagai
penjelas atau pendukung dari dari primer.

4. Teorisasi (theorizing)

Dalam merancang suatu metode campuran sangatlah penting untuk mempertimbangkan


perspektif teori yang dapat menjadi landasan untuk keseluruan proses studi atau penelitian.
Teori tersebut berperan guna membentuk dan menentukan rumusan masalah yang diajukan,
objek penelitian, metode pengumpulan data serta implikasi-implikasi yang diharapakan dari
studiataupenelitian.

Prosedur Pengumpulan Data Metode Campuran (Mixed Method)


Pada prosedur pengumpulan data penelitian metode campuran ini, sangatlah penting kiranya
untuk mengidentifikasi strategi-strategi sampling dan juga pendekatan-pendekatan dalam
memvalidasi data hasil penelitian. Seperti, menentukan jenis dan mengidentifikasi data baik
kualitatif maupun kuantitatif yang dikumpulkan selama penelitian, mengetahui data kualitatif,
karena sering dipilih dengan random sampling supaya masing-masing individu mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel, dan bisa digeneralisasikan terhadap
suatu populasi secara luas.

Teddlie dan Yu (2007) telah mengembangkan tipologi lima sampling metode campuran, yaitu:

Strategi Dasar; teknik sampling kualitatif dan kuantitatif dikombinasikan.

Sampling Konkuren; teknik sampling kualitatif dan teknik sampling kuantitatif


dikombinasikam menjadi prosedur-prosedur sampling yang independen atau diterapkan secara
bersamaan seperti pada instrumen survey dengan respons tertutup maupun respons terbuka.

Sampling Sekuensial; sampel pada tahap kedua diambil untuk digunakan melengkapi sampel
pada tahap pertama.

Sampling Multilevel; suatu sampling yang diterapkan pada 2 atau lebih unit analisis.

Sampling yang menerapkan bentuk kombinasi berdasarkan pada jenis metode campuran.

Secara umum dalam metode campuran, teknik pengumpulan datanya menggunakan self report
yaitu menanyakan informasi diri dari individu yang akan diteliti.

PENELITIAN DESKRIPTIF BERDASARKAN SIFAT


A. Penelitian Akademik (Mahasiswa S1, S2, S3)

Penelitian akademis adalah penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa dalam membuat
skripsi, tesis, disertasi. Penelitian ini merupakan sarana edukatif sehingga lebih mementingkan
validitas internal (caranya yang harus betul). Variabel penelitian terbatas dan kecanggihan
analisis disesuaikan dengan jenjang pendidikan S1, S2, S3.

Merupakan sarana edukasi.

Mengutamakan validitas internal (cara yang harus benar).

Variabel penelitian terbatas.

Kecanggihan analisis disesuaikan dengan jenjang (S1,S2,S3)

B. Penelitian Profesional (pengembangan ilmu,teknologi dan seni)

Penelitian profesioanal adalah penelitian yang dilakukan oleh orang yang berprofesi sebagai
peneliti (termasuk dosen). Tujuannya adalah mendapatkan pengetahuan (ilmu, teknologi, dan
seni) baru. Variabel penelitian lengkap, kecanggihan analisis disesuaikan dengan kepentingan
masyarakat ilmiah. Penelitian dilakukan dengan cara yang betul (validitas internal) dan
hasilnya dapat berguna untuk pengembangan ilmu.

Bertujuan mendapatkan pengetahuan baru yang berkenaan

ilmu, teknologi dan seni.

Validitas internal (cara yang benar) dan validitas eksternal

(kegunaan dan generalisasi) diutamakan.

Variabel penelitian lengkap.

Kecanggihan analisis disesuaikan kepentingan masyarakat


ilmiah.

C. Penelitian Institusional (perumusan kebijakan pengambilan keputusan)

Penelitian institusional adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
dapat digunakan untuk pengembangan lembaga. Hasil penelitian akan sangat berguna bagi
pimpinan untuk pembuatan keputusan. Hasil penelitian lebih menekankan pada validitas
eksternal (kegunaan), variable lengkap (kelengkapan informasi), dan kecanggihan analisis
disesuaikan untuk pengambilan keputusan

▪ Bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat

digunakan untuk pengembangan kelembagaan.

Mengutamakan validitas eksternal (kegunaan).

Variabel penelitian lengkap.

Kecanggihan analisis disesuaikan untuk pengambilan

keputusan.

Anda mungkin juga menyukai