Anda di halaman 1dari 78

i

ii
ISBN : 978-602- 9026-03-0

PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

Penulis :
Sri Rejeki Retnaningdyastuti

Reviewer :
Prof. Dr. Sunandar, M.Pd.
Dr. Chalimah, M.M.
Dr. Listyaning Sumardiyani, M.Hum.

Penerbit :
Badan Penerbitan Universitas Stikubank (BP-UNISBANK)

Redaksi :
Jl. Tri Lomba Juang No. 1
Semarang 50241
Telp +62248311668
Fax +62248445340
Email : baak@edu.unisbank.ac.id

Cetakan Pertama, 2016

Hak Cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

iii
iv
SAMBUTAN
KOORDINATOR KOPERTIS WILAYAH VI

Pertama-tama marilah kita selalu memanjatkan puji syukur


kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan karunia Nya, sehingga Buku
Ajar Program Pelatihan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional
(PEKERTI) yang rencananya akan digunakan untuk Perguruan Tinggi di
lingkungan Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah, dapat diselesaikan
sebagaimana mestinya.

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan


Kemenristekdikti melalui Direktur Pembelajaran selalu mengupayakan
peningkatan kompetensi dosen perguruan tinggi secara profesional,
sehingga dosen diharapkan dapat tugas mendidik dan mengajar secara
berkualitas. Dosen profesional adalah dosen yang memiliki 4 (empat)
kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, sosial, profesional, dan
kepribadian.

Terkait dengan keempat kompetensi tersebut diatas, maka salah


satu sasaran yang akan dicapai adalah untuk mewujudkan dosen yang
memiliki profesionalitas tersebut. Hal ini dikarenakan terlebih lagi masih
banyaknya dosen yang memiliki latar belakang non kependidikan. Maka
dirasakan sangat perlu untuk diadakan suatu program khusus yang dapat
mengantarkan dosen dalam melaksanakan tugas mendidik dan mengajar.
Kompetensi yang dimaksud lebih terfokus pada kompetensi pedagogik
dan kompetensi sosial. Salah satu program yang sangat strategis untuk
keperluan tersebut adalah Program Pengembangan Keterampilan Dasar
Teknik Instruksional (PEKERTI). Sebenarnya PEKERTI sudah dilaksanakan
mulai tahun 1987, namun dengan berjalannya waktu dan regulasi yang
sejalan dengan kebutuhan dan tantangan zaman, maka diperlukan suatu
penyesuaian konsep dasar teoritik, strategi dan pendekatan, serta teknik

v
implementasinya. Oleh karena itu diperlukan “rekonstruksi” bahan ajar
PEKERTI.
Penyelenggaraan program PEKERTI dilakukan secara terstandar,
karena ada standar minimum yang harus dipenuhi untuk proses sertifikasi.
Standar ini meliputi standar isi, standar tenaga pelatih/ fasilitator, standar
proses, dan standar penilaian.

Diharapkan, dengan rekonstruksi bahan ajar yang telah disusun ini


PEKERTI akan memberikan manfaat dan mampu memberikan alternatif
jalan keluar dalam pemecahan masalah yang dialami dosen di perguruan
tinggi, dalam rangka peningkatan kualitas dosen dalam penguasaan
dibidang pendidikan dan pembelajaran. Pada akhirnya, dari semua upaya
tersebut diharapkan, secara bertahap, akan dapat diperoleh peningkatan
kualitas mutu lulusan perguruan tinggi yang berdampak langsung
terhadap pembangunan masyarakat Indonesia.

Semoga segala upaya yang telah dilakukan oleh Kemenristekdikti


khususnya Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan melalui
Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah yang secara operasional dilaksanakan
oleh Tim PEKERTI, dapat bermanfaat dan mencapai tujuan yang telah
diharapkan.

Semarang, Februari 2016

Koordinator,

Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd. Kons.

NIP.196112011986011001

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt., Tuhan Yang Maha
Pengasih lagi Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
inayah dan kekuatan, sehingga Buku Ajar Program Pelatihan
Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI) yang
digunakan untuk Perguruan Tinggi di lingkungan Kopertis Wilayah VI
Jawa Tengah dapat diselesaikan dengan baik.

PEKERTI merupakan program yang diselenggarakan oleh


Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi mulai tahun 1993, ditujukan untuk memberikan bekal
kepada Dosen Pemula agar mempunyai kompetensi pedagogik, sosial, dan
kepribadian yang memadai yang meliputi penguasaan konsep dan teori
dasar mengajar, perancangan pembelajaran, desain dan analisis
instruksional, keterampilan dasar mengajar, media pembelajaran, dan
evaluasi pembelajaran, serta dapat mengimplementasikannya baik pada
pembelajaran mikro maupun pada pembelajaran yang sesungguhnya (real
teaching).

Mencermati perubahan paradigma pendidikan yang berkembang


dengan pesat seiring perkembangan dan tuntutan zaman, maka Tim
Fasilitasi Pekerti Kopertis wilayah VI Jawa Tengah menganggap perlu
untuk melakukan rekonstruksi Buku Ajar Pekerti yang sudah ada selama
ini yang diterbitkan oleh Pusat Antar Universitas (PAU) - Direktorat
Pembinanan Akademik dan Kemahasiswaan. Rekonstruksi dilakukan
terkait dengan beberapa hal yang substansial seperti teori pembelajaran,
desain dan model pembelajaran, rancangan pembelajaran, dan media
pembelajaran, serta evaluasi (asesmen) pembelajaran.

Hal ini dilakukan dengan merujuk kepada beberapa regulasi yang


berkembang saat ini seperti Perpres No: 8/ 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), Permenristekdikti No: 44/ 2015
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti); dan Kurikulum
Pendidikan Tinggi (KPT) tahun 2015.

vii
Tim rekonstruksi buku ajar Pekerti mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Koordinator Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah
dan seluruh jajarannya, serta kepada semua pihak yang turut membantu
pelaksanaan tugas rekonstruksi ini sehingga dapat diselesaikan dengan
baik. Kami menyadari bahwa walaupun Buku Ajar Pekerti ini sudah
direkonstruksi pasti masih terdapat kekurangan dan keterbatasan, oleh
karena itu saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan selanjutnya.

Demikian, dengan kehadiran Buku ini semoga dapat memberi


manfaat yang sebesar-besanya khususnya kepada para Dosen di
lingkungan Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah dan para pembaca pada
umumnya.

Semarang, Februari 2016

Koordinator Fasilitator Pekerti,

Prof. Dr. Sunandar, M.Pd.

NIP 196208151987031002

viii
DAFTAR ISI

SAMBUTAN KOORDINATOR KOPERTIS WILAYAH VI ............................ v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

TINJAUAN UMUM MATA LATIH ....................................................................1

A. Deskripsi Mata Latih........................................................................................................ 1


B. ManfaatMata Latih ........................................................................................................... 1
C. Capaian Pembelajaran .................................................................................................... 2
BAB I. LATAR BELAKANG, HAKIKAT, DAN TUJUAN PEMBELAJARAN
ORANG DEWASA ............................................................................................5

A. Pendahuluan ....................................................................................................................... 5
B. Penyajian .............................................................................................................................. 5
1. Latar Belakang Pembelajaran Orang Dewasa ............................................... 5
2. Hakikat Pembelajaran Orang Dewasa ........................................................... 11
3. Tujuan Pembelajaran Orang Dewasa ............................................................. 14
C. Penutup.............................................................................................................................. 15
BAB II. KARAKTERISTIK DAN GAYA BELAJAR ORANG
DEWASA ..........................................................................................................17

A. Pendahuluan .................................................................................................................... 17
B. Penyajian ........................................................................................................................... 17
1. Karakteristik dan Gaya Belajar Orang Dewasa .......................................... 17
2. Perbandingan Karakteristik BelajarOrang Dewasa dan Anak ............. 21
C. Penutup.............................................................................................................................. 22
ix
BAB III. SUASANA DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN ORANG
DEWASA ..........................................................................................................25

A. Pendahuluan .................................................................................................................... 25
B. Penyajian ........................................................................................................................... 25
1. Suasana Pembelajaran Orang Dewasa ........................................................... 25
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Orang Dewsa ............................................... 27
C. Penutup .............................................................................................................................. 32
BAB IV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN
ORANG DEWASA ..........................................................................................35

A. Pendahuluan .................................................................................................................... 35
B. Penyajian ........................................................................................................................... 35
1. Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Pembelajaran Orang
Dewasa........................................................................................................................ 35
2. Faktor-faktor Eksternalyang Mempengaruhi Pembelajaran Orang
Dewasa........................................................................................................................ 41
C. Penutup .............................................................................................................................. 43
BAB V. PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN ORANG DEWASA ....45

A. Pendahuluan .................................................................................................................... 45
B. Penyajian ........................................................................................................................... 45
1. Komponen-komponen Penyelenggaraan Pembelajaran Orang
Dewasa........................................................................................................................ 45
2. Pelaksanaan Perkuliahan .................................................................................... 56
C. Penutup ................................................................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................59

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Belajar Anak dan Orang Dewasa .… 32

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Hirarki Kebutuhan ………………………………………………… 57


Gambar 2 Hubungan Pengalaman dengan Metode Pembelajaran ………. 63

xi
xii
TINJAUAN UMUM MATA LATIH

A. Deskripsi Mata Latih


Mata latih pembelajaran orang dewasa ini meliputi:latar
belakang, hakikat, dan tujuan pembelajaran orang dewasa;
karakteristik dan gaya belajar orang dewasa;suasana dan prinsip-
prinsip pembelajaran orang dewasa; faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran orang dewasa; dan penyelenggaraan pembelajaran bagi
orang dewasa.

B. ManfaatMata Latih
Agar peserta pelatihan sebagai dosen mampu:
1. Menggunakan teori dan pendekatan andragogi dalam
merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses dan hasil
pembelajaran bagi mahasiswa sebagai orang dewasa.
2. Memadukan dan mengintegrasikan berbagai komponen yang
mendukung keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran sesuai
kebutuhan, karakteristik, dan gaya belajar mahasiswa sebagai orang
dewasa.
3. Menggunakan faktor-faktor pendukung, dan mengendalikan faktor-
faktor penghambat pembelajaran,agar mahasiswa sebagai orang
dewasa memperoleh hasil belajar yang optimal.
4. Memfasiltasi mahasiswa sebagai orang dewasa untuk memperoleh
hasil belajar yang optimal.

1
C. Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran bagi peserta pada mata latih ini meliputi:
1. Penguasaan Pengetahuan
a. Menguasai pengetahuan tentang latar belakang, hakikat dan
tujuan pembelajaran orang dewasa;
b. Menguasai pengetahuan tentang karakteristik dan gaya belajar
orang dewasa;
c. Menguasai pengetahuan tentang suasana dan prinsip-prinsip
pembelajaran orang dewasa;
d. Menguasai pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pembelajaran orang dewasa;
e. Menguasai pengetahuan tentang penyelenggaraan pembelajaran
dan pelaksanaan perkuliahan bagi mahasiswa sebagai orang
dewasa.
2. Ketrampilan
Melakukan analisis tentang:
a. Faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mendukung dan
menghambat pembelajaran pada mata kuliah yang diampu
peserta. Selanjutnya menunjukkan cara mengatasi hambatan-
hambatan tersebut.
b. Komponen-komponen pembelajaran dan hubungan antar
komponen pembelajaran yang menunjang keberhasilan dalam
perkuliahan yang diampu peserta.
3. Sikap

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu


menunjukkan sikap religius;

2
b. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama, moral, dan etika;
c. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban
berdasarkan Pancasila;
d. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian
terhadap masyarakat dan lingkungan;
e. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri.

3
4
BAB I
LATAR BELAKANG, HAKIKAT, DAN TUJUAN
PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Dalam Bab I ini meliputi: latar belakang pembelajaran orang
dewasa, hakikat pembelajaran orang dewasa, dan tujuan pembelajaran
orang dewasa. Pada latar belakang pembelajaran orang dewasa
dijabarkan menjadi: landasan hukum, tinjauan historis dan sosio-
psikologis pembelajaran orang dewasa.

2. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta dapat:
a. Menjelaskanlandasanhukum, tinjauan historis dan sosio-psikologis
pembelajaran orang dewasa;
b. menyimpulkan pengertian pembelajaran orang dewasa;
c. mengidentifikasikan tujuan pembelajaran orang dewasa.

B. Penyajian

1. Latar Belakang Pembelajaran Orang Dewasa


a. LandasanHukum Pembelajaran Orang Dewasa
Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan pada pasal 13 ayat ayat 1 dijelaskan bahwa mahasiswa
sebagai anggota sivitas akademika diposisikan sebagai insan
dewasa yang memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan

5
potensi diri di perguruan tinggi untuk menjadi intelektual,
ilmuwan, praktisi, dan/atau profesional.
Mahasiswa diposisikan sebagai insan dewasa secara hukum
dalam arti mahasiswa sebagai subjek hukum, yakni mampu sebagai
pengemban hak dan kewajiban hukum (Syofiah, 2016: 8-10).Hak
dan kewajiban yang melekat pada mahasiswa, oleh hukum
kemudian diwujudkan kedalambentuk kewenangan hukum.Terkait
dengan hak untuk menerima pelayanan sebagaiorang dewasa yang
belajar di perguruan tinggi, sedangkan terkait dengan kewajiban
bertindak sebagai orang dewasa yang menjalankan tugas belajar di
perguruan tinggi.Kewenangan untuk menerima hak dan kewajiban
yang dalam bertindak disertai dengan kesadaran diri.Kesadaran diri
dalam arti kesadaran internal terhadap pengalaman sadar diri
(Pawlik dalam Hastjarjo, 2005: 80-81), karena dianggap sudah
cakap, sudah tidak di bawah kekuasaan orangtua dalam
mengembangkan potensi diri di perguruan tinggi untuk menjadi
intelektual, ilmuwan, praktisi, dan/atau profesional.

b. Tinjauan Historis Pembelajaran Orang Dewasa


Dalam teori filsafat pendidikan, pembelajaran orang dewasa
disebut andragogi (andragogy).Istilah andragogimemiliki sejarah
yang panjang dalam perkembangannya (Chan, 2010: 27-28).Sejak
tahun 1833 Alexander Kapp pendidik dari Jerman yang bekerja
sebagai guru sekolah grammar menggunakan istilah andragogi
sebagai gambaran ide Plato bahwa orang dewasa terus belajar di
masa dewasa.Kapp tidak mengembangkan teori andragogi, tapi
membenarkan andragogi sebagai kebutuhan praktis dari
pendidikan orang dewasa.Selang beberapa lama, istilah

6
andragogihilang dalam peredaran zaman. Andragogi mulai
diorganisasikan secara sistematis sekitar tahun 1920 (Pannen dan
Sadjati, 2005: 4), tepatnya pada tahun 1921 istilah tersebut
dimunculkan kembali oleh Eugene Rosentock seorang pengajar di
akademik buruh Frankrut (Hidayat, 2015).Pada tahun 1926
Lindeman dari Amerika Serikat pergi ke Jerman untuk mengenal
pembelajaran orang dewasa bagi para pekerja. Lindeman adalah
orang pertama membawa konsep andragogi ke Amerika dan
diterbitkan ke dalam Bahasa Inggris (Henschke, 2010: 1-2).
Pada masa selanjutnya, pembelajaran orang dewasa
dikembangkan oleh Knowles (Thompson and Deis, 2004: 107-108;
Keese, 2010). Nama lengkap Malcolm Knowles (1913 - 1997).Ia
adalah seorang pendidik Amerika yang terkenal
dalammengembangkan teori dan praktik andragogi. Ia
menggunakan istilah andragogi sebagai sinonim untuk
pembelajaran orang dewasa. Menurut Knowles, andragogi adalah
seni dan ilmu pembelajaran orang dewasa, sehingga andragogi
mengacu pada bentuk pembelajaran orang dewasa (Kearsley dalam
Pappas, 2013).Menurut Keesee (2010),Knowles berperanan sebagai
guru, dosen, penulis, dan pemimpin dalam bidang pembelajaran
orang dewasa.Ia sangat tertarik pada teori dari Carl Rogers tentang
fasilitator pembelajaran. Knowles adalah seorang inovator, ia adalah
tokoh kunci dalam pertumbuhan dan praktik pembelajaran orang
dewasa. Andragogi telah menjadi populer di kalangan pendidik
dan peneliti di banyak negara. Menurut Savicevic (dalam Chan,
2010: 28), andragogi diadopsi oleh setidaknya sepuluh negara Eropa
seperti Jerman, Inggris, Polandia, Prancis, Finlandia, Belanda,
Cekoslowakia, Rusia, Hongaria, dan Yugoslavia.Ia telah banyak
7
berkontribusi dalam bentukkarya besar untuk bidang pembelajaran
orang dewasa (Bates, 2009), yang telah diadopsi oleh para
pendidikdari berbagai disiplin ilmu (Bolton dalam Chan, 2010: 28-
32). Knowles menerapkan andragogi untuk pengembangan sumber
daya manusia (Henschke, 2010: 1-5).Selama hidupnya ia telah
menerbitkan lebih dari 230 artikel dan 18 buku.Sebagai
penghargaan terhadap jasanya ia disebut sebagai “Bapak
Andragogi” (Bates, 2009). Knowles mempopulerkan teori andragogi
pada tahun 1970 melalui bukunya yang berjudul The Modern Practice
of Adult Education; Andragogy versus Pedagogy.Knowles menjelaskan
bahwa dalam buku tersebut bahwa istilah andragogi diartikan
sebagai suatu usaha untuk menciptakan teori untuk membedakan
kegiatan belajar di masa anak dengan di usia dewasa. Ia
menjelaskan perbedaan andragogi sebagai "seni dan ilmu untuk
membantu orang dewasa belajar" dengan pedagogi sebagai “seni
dan ilmu untuk membantu anak-anak belajar".
Menurut Knowles, andragogi pada dasarnya adalah "model
asumsi" tentang karakteristik peserta didik (orang dewasa) yang
berbeda dari asumsi pedagogi tradisional tentang peserta didik
(anak). Orang dewasa adalah pembelajar yang otonom, bebas, dan
berorientasi pada pertumbuhan.Setelah sepuluh tahun kemudian,
Knowles menerima laporan dari guru sekolah dasar dan guru
sekolah menengah bahwa murid-murid mereka memperoleh hasil
belajar yang lebih baik setelah menerapkan asumsi model
pembelajaran orang dewasa. Oleh karena itu, pada tahun 1980
Knowlesmeng-up to date dan merevisi dari bukunya menjadi: The
Modern Practice of Adult Education From Pedagogy to Andragogy (Bates,
2009).
8
Dalam praktik pembelajaran di perguruan tinggi, Knowles
(dalam Bates, 2009) mengembangkan kontrak belajar, sehingga
mahasiswa dapat belajar secara mandiri, mengarahkan diri, dan
bertanggungjawab atas belajarnya sendiri. Kontrak belajar sekarang
disebut sebagai sebagai Kontrak Perkuliahan yang digunakan pada
setiap awal semester atau awal perkuliahan. Selain itu, ide Knowles
tentang andragogi juga dapat diterapkan untuk pengembangan
sumber daya manusia dalam abad 21 (Henschke, 2010: 5).

c. Tinjauan Sosio-psikologis Pembelajaran Orang Dewasa


Jika dilihat dari faktor usia, dikatakan orang dewasa adalah
seseorang yang telah berumur 16-18 tahun(Pannen dan Sadjati,
2005: 5-7). Beberapa peneliti menggolongkan orang dewasa ke
dalam beberapa kategori yang lebih rinci sebagai berikut:
1) Atchley mengklasifikasikan masa orang dewasa menjadi tiga
kelompok yakni: usia dewasa muda (20 – 36 tahun), usia dewasa
menengah (36 – 60 tahun), dan usia tua (lebih dari 60 tahun).
2) Lidz membagi masa orang dewasa menjadi empat kelompok
yakni: usia dewasa muda (16 – 30 tahun),usia dewasa
menengah (30 – 40 tahun), usia dewasa menengah yang penuh
dengan krisis (40 – 56 tahun), dan usia dewasa tua (lebih dari 56
tahun).
3) Gordon mengklasifikasikan masa orang dewasa menjadi empat
kelompok yakni: usia dewasa muda (22 – 30 tahun), awal
dewasa (30 – 46 tahun), dewasa (46 – 65 tahun), dan masa
pensiun (lebih dari 66 tahun.
Dikatakan dewasa secara biologis, apabila seseorang telah
mampu melakukan reproduksi. Namun orang dewasa tidak hanya

9
dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga dilihat dari segi sosial
dan psikologis. Secara sosial, seseorang disebut dewasa apabila ia
telah melakukan peran-peran sosial yang biasanya dibebankan
kepada orang dewasa. Secara psikologis, seseorang dikatakan
dewasa apabila mampu mengarahkan diri sendiri, tidak terikat
pada orang lain, dapat bertanggung jawab terhadap segala
tindakannya, mandiri, dan dapat mengambil keputusan sendiri.
Perlunya penerapan prinsip pembelajaran orang dewasa
dikarenakan secara sosio psikologis upaya membelajarkan orang
dewasa berbeda dengan upaya membelajarkan anak.
Membelajarkan anak (pedagogi) lebih banyak merupakan upaya
mentransmisikansejumlah pengalaman dan keterampilan dalam
rangka mempersiapkan anak untuk menghadapi kehidupan di
masa datang. Jika pembelajaran dimaknai sebagai transmisi
pengetahuan, maka berdasarkan pandangan ini memposisikan
manusia sebagai pembelajar pasif dan akan terjadi stagnasi
keilmuan. Dalam kondisi seperti ini maka pengetahuan yang
diperoleh seseorang dari hasil proses transmisi ketika ia berumur 21
tahun akan menjadi tidak berkembang dan usang (old date) ketika
berumur 40 tahun. Realitas yang mengedepankan pendidikan
sebagai suatu proses transmisi pengetahuan akhirnya terpatahkan
dengan fakta empiris bahwa manusia adalah makhluk pembelajar
yang mampu meng-update pengetahuannya secara mandiri. Oleh
karenanya pendidikan sekarang ini tidak lagi dirumuskan sebagai
upaya mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai
proses penemuan sepanjang hayat (long life invention) terhadap apa
yang dibutuhkan untuk diketahui (Mutadi, 2016). Apa yang
ditransmisikan didasarkan pada pertimbangan mahasiswa
10
sendirisebagai orang dewasa, apakah hal tersebut akan bermanfaat
bagi mahasiswa di masa datang. Pembelajaran orang dewasa
(andragogi) lebih menekankan pada membimbing dan membantu
orang dewasa untuk menemukan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dalam rangka memecahkan masalah-masalah kehidupan yang
dihadapinya. Ketepatan pendekatan yang digunakan dalam
penyelenggaraan suatu kegiatan pembelajaran tentu akan
mempengaruhi hasil belajar mahasiswa (Budiningsih, 2005).
Materi pembelajaran orang dewasa menjadi penting dipelajari
oleh dosen perguruan tinggi dikarenakanmahasiswa yang mereka
ajar termasuk kategori orang dewasa (Pannen dan Sadjati, 2005:
2).Dengan memahami karakteristik belajar, gaya belajar dan harapan
mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran, maka dosen dapat
mengantisipasi hal-hal yang mungkin timbul pada saat menghadapi
mahasiswa dalam pembelajaran. Di samping itu, dengan
memahami gaya dan cara belajar orang dewasa, diharapkan akan
diperoleh hasil belajar mahasiswa yang optimum sebagaimana yang
ditetapkan dalam tujuan pembelajaran.
Meskipun andragogi telah mempunyaiperanan penting
dalam pembelajaran orang dewasa, ada kritik terhadap pendekatan
ini. Isi kritik itu adalah bahwa andragogi tidak mempertimbangkan
perspektif budaya di lingkungan belajar orang dewasa (Pratt,
Wlodowski dan Ginsberg dalam Chan, 2010: 32).

2. Hakikat Pembelajaran Orang Dewasa


Secara etimologis,andragogi (andragogy) berasal dari bahasa
Yunani kuno "aner", dengan akar kata andr- yang berarti orang (bukan
anak) dan agogos yang berarti membimbing atau membina (Pannen

11
dan Sadjati, 2005: 4), maka andragogi secara harafiah dapat diartikan
sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Berbeda dengan istilah
pedagogi (pedagogy) berasal dari kata Yunani “paid” (berarti anak) dan
“agogus” (berarti “memimpin”). Pedagogi berarti “seni dan ilmu
mengajar anak-anak”.
John D. Ingalls (dalam Sujarwo, 2007: 3) memberi batasan
pengertian andragogi sebagai:proses pendidikan membantu orang
dewasa menemukan dan menggunakan penemuan-penemuan dari
bidang-bidang pengetahuan yang berhubungan dalam latar sosial dan
situasi pendidikan untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan
individu, organisasi, dan masyarakat. Menurut Knowles (dalam
Sujarwo, 2007: 3): “ Andragogy is therefore, the art and science of helping
adults learn”. Andragogi adalah suatu ilmu dan seni dalam membantu
orang dewasa belajar. Dilihat dari segi epistemologi, andragogi berasal
dari bahasa Yunani dengan akar kata:”Aner” yang artinya orang untuk
membedakannya dengan “paid” yang artinya anak. Knowles dalam
bukunya “The Modern Practice of Adult Education”, mengatakan bahwa
semula ia mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu membantu
orang dewasa belajar. Kemudian setelah melihat hasil eksperimen
banyak pendidik yang menerapkan konsep andragogi pada pendidikan
anak-anak dan menemukan bahwa dalam situasi-situasi tertentu
memberikan hasil yang lebih baik, Knowles melihat bahwa andragogi
sebenarnya merupakan model asumsi yang lain mengenai
pembelajaran yang dapat digunakan di samping model asumsi
pedagogi. Ia juga mengatakan model-model itu berguna apabila tidak
dilihat sebagai dikhotomi, tetapi sebagai dua ujung dari suatu
spektrum, dimana suatu asumsi yang realistik pada situasi yang berada
di antara dua ujung tersebut (Sujarwo, 2007: 3).
12
Menurut Unesco (dalam Pannen dan Sadjati, 2005: 5),
pembelajaran orang dewasa adalah proses pembelajaran yang
diorganisasikan isinya, tingkatannya, dan metodenya secara formal
maupun non formal untuk memenuhi kebutuhan yang melengkapi
pembelajaran di sekolah dalam rangka meningkatkan kemampuan,
memperkaya pengetahuan, mendapatkan keterampilan dan membawa
perubahan sikap seseorang sebagai tenaga pembangunan yang mampu
berpartisipasi aktif dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya.
Mengacu pada pendapat Unesco di atas, Lunandi (1987)
menegaskan bahwa pembelajaran orang dewasa adalah (a)
pembelajaran orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat (bukan
remaja dan juga bukan anak-anak); (b) proses pembelajaran orang
dewasa haruslah membuat pesertanya: mengembangkan
kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan
kualifikasi teknis dan profesionalnya; dan (c) proses pembelajaran
orang dewasa haruslah mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku
yang bersifat (dapat dikatagorikan) sebagai: perkembangan pribadi,
dan peningkatan partisipasi sosial dari individu yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan pengertian
pembelajaran orang dewasa adalah suatu model asumsi tentang proses
pembelajaran yang diorganisasikan isi, tingkatan, dan metodenya
secara formal maupun non formal guna memenuhi kebutuhan
melengkapi pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan kemampuan,
pengetahuan, keterampilan dan mengembangkan sikap positif agar
mampuberpartisipasi aktif dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan
budaya yang terus berkembang.

13
3. Tujuan Pembelajaran Orang Dewasa
Menurut Pannen dan Sadjati (2005: 8-9) tujuan utama
pembelajaran bagi mahasiswa sebagai orang dewasa adalah untuk
membantu setiap mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap agar mampu menjadi anggota masyarakat yang
berperan aktif dalam proses pembangunan.Hal ini sejalan dengan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,
bahwa tujuan utama pembelajaran bagi mahasiswa sebagai insan
dewasa adalah membantu mahasiswa mengembangkan potensinya
untuk menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi, dan/atau profesional
yang berbudaya.
Menurut Jannah (2013: 5) perguruan tinggi merupakan institusi
yang penting dalam pembelajaran bagi mahasiswa sebagai orang
dewasa. Perguruan tinggi sebagai lembaga pelayanan jasa pendidikan
harus selalu berorientasi pada perkembangan zaman dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelanggan.Dilihat dari sistem penjenjangan
pendidikan, pendidikan tinggi merupakan pintu terakhir bagi
mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja, karena pengetahuan,
pengalaman, dan ketrampilan mahasiswa merupakan kontribusi
penting bagi pembangunan suatu bangsa.
Sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti)
dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) (Tim
Pengembangan KurikulumPendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran
dan Kemahasiswaan, 2014: 14-34)tujuan pembelajaran bagi orang
dewasadi perguruan tinggi disebut sebagai capaian pembelajaran.
Capaian pembelajaran meliputi aspek: sikap, ketrampilan umum,
ketrampilan khusus, dan pengetahuan. Rumusan capaian pembelajaran
lulusan pada aspek sikap dan ketrampilan umum mengacu pada SN
14
Dikti dan program studi dapat menambahkannya untuk memberi ciri
khusus perguruan tingginya. Rumusan capaian pembelajaran pada
aspek ketrampilan khusus dan pengetahuan mengacu pada unsur
kemampuan kerja KKNI yang dirumuskan oleh forum program studi
sejenis.

C. Penutup

1. Rangkuman
Secara hukum mahasiswa diposisikan sebagai insan dewasa
yang memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi diri di
perguruan tinggi untuk menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi,
dan/atau profesional.
Secara historis istilah membelajarkan orang dewasa (andragogi)
smerupakan istilah dalam teori filsafat pendidikan.Sejak tahun 1833
Alexander Kapp menggunakan istilah andragogi sebagai gambaran ide
Plato bahwa orang dewasa terus belajar di masa dewasa.Pembelajaran
orang dewasa mulai diorganisasikan secara sistematis pada tahun 1921
oleh Eugene Rosentock.Andragogi sebagai teori dan praktik
pembelajaran orang dewasa dikembangkan oleh Malcolm Knowles
(1913 - 1997).
Secara sosial, seseorang disebut dewasa apabila ia telah
melakukan peran-peran sosial yang biasanya dibebankan kepada orang
dewasa. Secara psikologis, seseorang dikatakan dewasa apabila mampu
mengarahkan diri sendiri, tidak terikat pada orang lain, dapat
bertanggung jawab terhadap segala tindakannya, mandiri, dan dapat
mengambil keputusan sendiri.
Pengertian pembelajaran orang dewasa adalah suatu model
asumsi tentang proses pembelajaran yang diorganisasikan isinya,

15
tingkatannya, dan metodenya secara formal maupun non formal untuk
memenuhi kebutuhan melengkapi pembelajaran di sekolah dalam
rangka meningkatkan kemampuan, memperkaya pengetahuan,
meningkatkan keterampilan dan membawa perubahan sikap seseorang
sehingga dapat mengembangkan pribadinya dan meningkatkan
kemampuannya untukberpartisipasi aktif dalam pembangunan
ekonomi, sosial, dan budaya yang terus berkembang.
Tujuanpembelajaranorang dewasa adalah mendorong
perkembangan aspek sikap, ketrampilan, dan pengetahuan agar
mampu berkontribusi bagi pembangunan bangsa.Khususnya di
perguruan tinggi dirumuskan sebagai capaian pembelajaran yang
meliputi aspek sikap, ketrampilan umum, ketrampilan khusus, dan
pengetahuan dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang bermutu.

2. Evaluasi
1) Jelaskan latar belakang pembelajaran orang dewasa ditinjau dari
aspek hukum, historis, dan sosio-psikologis.
2) Menurut pendapat Anda apa makna dari pembelajaran orang
dewasa?
3) Identifikasikan tujuan pembelajaran orang dewasa.

3. Tindak Lanjut
Sebagai kelanjutan dari materi Bab I ini disarankan kepada
Anda untuk melakukan analisis terhadappengelolaan pembelajaran
pada mata kuliah yang diampu peserta: apakah sudah sesuai dengan
hakikat dan tujuan pembelajaran bagi mahasiswa sebagai orang
dewasa.

16
BAB II
KARAKTERISTIK DAN GAYA BELAJAR
ORANG DEWASA

A. Pendahuluan

1. Deskripsi Singkat
Pada bab II ini mendeskripsikan karakteristikdan gaya belajar orang
dewasa serta perbandingan karakteritik belajar orang dewasa dengan
anak. Karakteristik belajar orang dewasa didasarkan pada asumsi-
asumsi tentang konsep diri, peranan pengalaman, kesiapan belajar,
dan orientasi belajar.

2. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta dapat:
a. menjelaskan karaktistik dan gaya belajar orang dewasa;
b. membandingkan karakteristik belajar orang dewasa dengan anak.

B. Penyajian

1. Karakteristik dan Gaya Belajar Orang Dewasa


Knowles (Thompson and Deis, 2004: 108-109; Pannen dan
Sadjati: 2005: 15; Rosita, 2011: 2; Pappas, 2013; Malik, 2015) dalam
mengembangkan konsep andragogi, berdasarkanempat asumsi yang
menjadi karakteristik belajar orang dewasa sebagai berikut.

a. Konsep Diri
Asumsinya bahwa orang dewasa konsep dirinya sudah
mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan

17
untuk mendapatkan penghargaan orang lain sebagai manusia yang
mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination) dan
mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). Oleh karena
itu karakteristik konsep diri orang dewasa: 1) mampu mengambil
keputusan sendiri; 2) mampu memikul tanggung jawab; dan 3)
sadar terhadap tugas dan perannya.

b. Peranan Pengalaman
Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu
seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah
kematangan.Ia mengalami dan mengumpulkan berbagai
pengalaman, sehingga menjadikan pengalaman sebagai sumber
belajar yang berharga, dan pada saat yang bersamaan pengalaman
tersebut dapat menjadi dasar yang luas untuk belajar dan
memperoleh pengalaman baru.Oleh sebab itu, orang dewasa kaya
dengan pengalaman.

c. Kesiapan Belajar
Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang
sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan
ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun
biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan
perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya.Oleh
karena itu, apabila orang dewasa tahu dan sadar terhadap
kebutuhannya untuk menyelesaikan masalah dan tugas-tugas yang
dihadapinya, maka kesadaran akan kebutuhan ini menjadi sumber
kesiapan belajar.

18
d. Orientasi Belajar
Asumsinya, pada anak orientasi belajarnya dikondisikan
berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered
Orientation) untuk kehidupannya di masa yang akan datang.
Sedangkan pada orang dewasa, memiliki orientasi belajar
cenderung berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi
pada saat ini (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan
belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk
menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan
sosial orang dewasa.
Lebih lanjut Rosita (2011: 2) menjelaskan bahwa apabila
dilihat dari sisi perkembangan, orang dewasa adalah insan yang
sudah mengalami kematangan. Ciri kematangan orang dewasa
adalah sebagai berikut: a) Berorientasi pada tugas, bukan pada diri
sendiri atau egonya. b) Mempunyai tujuan yang jelas dan kebiasaan
kerja yang efisien. c) Mengendalikan perasaan pribadi. d) Objektif,
berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang sesuai dengan
kenyataan. e) Menerima kritik dan saran, f)
Mempertanggungjawabkan terhadap usaha pribadi. dan g)
Menyesuaikan diri secara realistis terhadap hal-hal yang baru.
Meskipun seorang dewasa sudah seharusnya memiliki ciri-
ciri kematangan seperti disebutkan di atas, namun dalam
kenyataannya ketika proses pembelajaran terjadi mungkin
ditemukan mahasiswa yang belum mencapai taraf kematangan
sesuai usia kronologisnya. Mereka tampak kekanak- kanakan dan
kurang berpikir logis. Apabila hal ini terjadi, maka perlu ada
pemahaman mengenai karakteristik ini dan mendorongnya ke arah
19
kematangan dengan cara:a) Membangkitkan semangat,b) Memberi
kemampuan pada mahasiswa agar dapat berbuat seperti orang lain
yang sudah dewasa, danc) Mengembangkan kemampuan pada
mereka agar dapat memilih hal-hal yang sesuai dengan
perkembangannya sebagai orang dewasa (Rosita, 2011: 2).
Sesuai dengan karakteristik belajar mahasiswa sebagai
orang dewasa, maka gaya belajar mahasiswa mempunyai ciri-ciri
khusus. Menurut Pannen dan Sadjati (2005: 16) gaya belajar
mahasiswa sebagai orang dewasa antara lain: mereka belajar
memerlukan kondisi bebas, tidak menyukai hafalan-hafalan,
lebih mengutamakan pemecahan masalah dan hal-hal yang
praktis daripada yang teoretis. Kegiatan belajar yang berupa
kuliah saja tidak menarik bagi mahasiswa, mereka lebih senang
terlibat dalam interaksi intelektual dengan teman-temannya
seperti datam diskusi kelompok, latihan-latihan pemecahan
masalah yang praktis (studi kasus), observasi, dan penggunaan
multi media dalam pembelajaran.
Bertitik tolak dari asumsi-asumsi yang sangat
humanistikdan gaya belajar mahasiswa seperti tersebut di atas
(Pannen dan Sadjati, 2005: 15-16), dosen perlu merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran yang memungkinkan
mahasiswa berperan aktif dalam pembelajaran dengan cara: a)
Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berinisiatif dan
kreatif dalam berperanserta dan pengendalian proses belajar. b)
bersifat demokratis. c) menghargai dan menempatkan mahasiswa
sebagai manusia dewasa yang mandiri serta bertanggung jawab.

20
2. Perbandingan Karakteristik BelajarOrang Dewasa dan Anak
Pembelajaran orang dewasa (andragogy) berbeda dari
pembelajaran anak(paedagogy) (Pannen dan Sadjati, 2005:
4).Pembelajaran anakadalah proses pemberian dasar-dasar
pengetahuan, pembentukan sikap mental dan moral serta
pendidikan kewarganegaraan. Sedangkan pembelajaran orang
dewasa lebih menitikberatkan pada peningkatan kehidupan
mereka, memberikan ketarampilan dan kemampuan untuk
memecahkan permasalahan yang mereka alami dalam hidup
mereka dan dalam masyarakat.
Berikut ini diuraikan perbandingankarakteritik belajar anak dengan
orang dewasa berdasarkan asumsi-asumsi di atas.

Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Belajar Anak dan Orang Dewasa


Variabel Karakteristik Belajar Karakteristik Belajar Orang
Pembanding Anak Dewasa
Konsep Diri Anak belum mampu Orang dewasa mampu
mengarahkan diri sendiri menentukan diri sendiri dan
dan masih tergantung mengarahkan diri, walaupun
pada lingkungan dalam keadaan tertentu
mereka bersifat tergantung.
Pengalaman Pada dasarnya anak Orang dewasa sudah banyak
belum banyak memperoleh pengalaman
memperoleh pengalaman
Kesiapan Kesiapan belajar anak Kesiapan belajar orang dewasa
Belajar ditentukan oleh ditentukan oleh peran
kematangan biologis sosialnya. Orang dewasa ingin
mempelajari bidang
permasalahan yang dihadapi
dan dianggap relevan
Orientasi Anak-anak Orang dewasa orientasinya
Belajar berkecenderungan belajar berpusat pada masalah yang
untuk memiliki sedang dihadapinya sekarang.
kemampuan yang kelak Orang dewasa cenderung
dibutuhkan untuk memilih kegiatan belajar yang

21
Variabel Karakteristik Belajar Karakteristik Belajar Orang
Pembanding Anak Dewasa
melanjutkan pelajaran ke dapat segera diaplikasikan.
sekolah lanjutan/ Bagi orang dewasa, belajar
perguruan tinggi, yang pada hakekatnya adalah
memungkinkan mereka proses peningkatan
memasuki alam kemampuan untuk
kehidupan yang bahagia menanggulangi masalah
dan produktif kehidupan yang dialami
sekarang
Sumber: Malik (2015)

C. Penutup
1. Rangkuman
Karakteristik belajarorang dewasa berdasarkan asumsi-asumsi
sebagai berikut:
a. Memiliki konsep diri yang ditandai oleh: mampu mengambil
keputusan sendiri, mampu memikul tanggung jawab, dan sadar
terhadap tugas dan perannya;
b. Sudah banyak memperoleh pengalaman yang merupakan sumber
belajar yang sangat berharga;
c. Kesiapan ditentukan oleh kesadarannya terhadap kebutuhannya
untuk menyelesaikan masalah dan tugas-tugas yang dihadapinya;
d. Orientasi belajarnya cenderung berpusat pada permasalahan yang
sedang dihadapi sekarang ini, terutama permasalahan yang
berkaitan dengan fungsi dan peran sosialnya.
Selaras dengan asumsi-asumsi di atas, karakteristik belajar
pada anak sebagai berikut:
a. Belum mampu mengarahkan diri dan tergantung pada orang lain;
b. Belum banyak memperoleh pengalaman;
c. Kesiapan belajarnya ditentukan oleh kematangan biologis;

22
d. Orientasi belajarnya cenderung berpusat pada penguasaan materi
pembelajaran yang dibutuhkan di masa yang akan datang.
Gaya belajar mahasiswa sebagai orang dewasa memerlukan
kondisi bebas, tidak menyukai hafalan-hafalan, lebih
mengutamakan pemecahan masalah, hal-hal yang praktis daripada
yang teoretis, dan lebih senang terlibat dalam interaksi intelektual
dengan teman-temannya.

2. Evaluasi
1) Identifikasikan karakteristik belajar orang dewasa.
2) Bagaimanakah gaya belajar mahasiswa sebagai orang dewasa?
3) Menurut Anda, apa perbedaan karakteristik belajar orang dewasa
dengan karakteristikbelajaranak di sekolah?

3. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari bab II, peserta diharapkan merancang
penggunaan berbagai metode pembelajaran dan media pembelajaran
pada mata kuliah yang diampu peserta sesuai dengan karakteristik dan
gaya belajar mahasiswa sebagai orang dewasa.

23
24
BAB III
SUASANA DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
ORANG DEWASA

A. Pendahuluan

1. Deskripsi Singkat
Bagian ini berisi tentang suasana pembelajaran yang perlu
diciptakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran orang dewasa
secara efisien dan efektif serta prinsip-prinsip pembelajaran orang
dewasa yang menjadi pedoman pelaksanaan pembelajaran bagi orang
dewasa.

2. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta dapat:
a. mengidentifikasikan suasana pembelajaran yang harus diciptakan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran orang dewasa secara
efisien dan efektif;
b. menguraikan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa.

B. Penyajian

1. Suasana Pembelajaran Orang Dewasa


Untuk mencapai efektivitas pembelajaran orang dewasa (Indah,
2015), hendaknya dibangun suasana pembelajaran orang dewasa
sebagai berikut :
a. Suasana yang dapat dapat membuat mahasiswa aktif dan kreatif.
Harus diakui bahwa setiap mahasiswa memiliki keunikan dan
orang dewasa bukan kumpulan orang pasif yang hanya menerima
gagasan seseorang, nilai-nilai, dan jawaban orang lain. Mereka

25
adalah mahluk yang aktif dan kreatif yang memerlukan kesempatan
untuk mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapinya.
b. Suasana saling menghormati.
Orang dewasa belajar lebih baik apabila pendapat pribadinya
dihormati. Ia lebih senang kalau bisa turut berpikir dan
mengemukakan pendapatnya, daripada dosen menjejalkan teori
dan gagasannya sendiri kepada mereka.
c. Suasana saling menghargai.
Karena orang dewasa bersifat unik, maka lepas dari benar atau
salah segala pendapatnya, perasaan, pikiran, gagasan, dan teori
serta sitem nilainya perlu dihargai.
d. Suasana saling percaya.
Mereka yang belajar perlu percaya kepada yang mengajar. Namun
mereka perlu pula merasa mendapat kepercayaan kepada diri
sendiri. Tanpa kepercayaan, situasi belajar tidak akan mendapat
hasil yang diharapkan.
e. Suasana tidak mengancam.
Orang dewasa harus mendapat rasa aman dalam situasi belajarnya.
Dalam situasi pembelajaran, ia boleh berbeda dan boleh berbuat
salah tanpa dirinya terancam
f. Suasana penemuan diri.
Dalam proses belajar yang perlu bagi orang dewasa adalah
bagaimana ia lebih banyak diberi kesempatan menemukan diri
sendiri dengan bimbingan dosen, akan kebutuhannya memecahkan
masalah dan mengetahui kesalahan-kesalahannya, sehingga ia
dapat menemukan segala kekuatan dan kelemahannya.

26
g. Suasana keterbukaan.
Seluruh mahasiswa dan dosen perlu memiliki sikap terbuka.
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka mendengarkan
orang lain.
h. Suasana membenarkan perbedaan.
Dengan latar belakang pendidikan, kebudayaan dan pengalaman
masa lampau;mahasiswa menemukan sesuatu yang berharga justru
karena perbedaannya.
i. Suasana mengakui hak untuk berbuat salah.
Suasana belajar sebenarnya adalah apabila mahasiswa mencoba
perilaku baru, sikap baru, dan mencoba pengetahuan baru.
Kesalahan dan kekeliruan adalah bagian yang wajar dari belajar.
j. Suasana membolehkan keraguan.
Pemaksaan untuk menerima salah satu teori sebagai yang paling
tepat dan benar akan dapat menghambat proses belajar. Keraguan
diperkenankan untuk waktu yang cukup agar tercapai keputusan
akhir yang memuaskan.
k. Evaluasi bersama dan evaluasi diri.
Orang dewasa selalu ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan
dirinya. Oleh karena itu, evaluasi bersama untuk seluruh angggota
kelompok dirasakan berharga sebagai bahan renungan.

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Orang Dewsa


Rosita (2011: 4) menjelaskan bahwa untuk menciptakan suasana
pembelajaran orang dewasa yang efektif dan efisien perlu
memperhatikan beberapa prinsip belajar bagi orang dewasa, yaitu :
a. Partisipasi aktif.
Orang dewasa akan dapat belajar dengan baik apabila secara

27
penuhmengambil bagian dalam aktivitas pembelajaran
b. Materinya menarik.
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila materinya menarik
bagidia dan ada dalam kehidupan sehari-hari
c. Bermanfaat.
Orang dewasa akan belajar dengan sebaik mungkin apabila apa
yang dipelajaribermanfaat dan dapat diterapkan
d. Dorongan dan pengulangan.
Dorongan semangat dan pengulangan terus-menerus
akanmembantu orang dewasa untuk belajar lebih baik
e. Kesempatan mengembangkan.
Orang dewasa akan belajar sebaik mungkin apabila diamempunyai
kesempatan yang memadai untuk mengembangkan pengetahuan,
sikap dan keterampilannya
f. Pengaruh pengalaman.
Proses belajar orang dewasa dipengaruhi oleh pengalaman-
pengalamannya yang lalu dan daya pikirnya
g. Saling pengertian.
Saling pengertian yang lebih baik akan membantu pencapaian
tujuan pembelajaran
h. Belajar situasi nyata.
Orang dewasa akan lebih banyak belajar dari situasi kehidupan
nyata
i. Pemusatan perhatian.
Orang dewasa tidak dapat memusatkan perhatian untuk waktu
yanglama kalau hanya mendengar saja.
j. Kombinasi audio dan visual.
Orang dewasa mencapai retensi (penyimpanan) tertinggi
28
melaluikombinasi kata-kata dan visual.
Sudrajat (2009) mengutarakan prinsip-prinsip pembelajaran
orang dewasa sebagai berikut:
a. Retensi.
Sesuatu yang dipelajari atau diterima pada saat terakhir adalah
yang paling diingat oleh mahasiswa. Oleh karena itu dosen
sebaiknya selalu membuat ringkasan (summary) sesering mungkin
dan di akhir perkuliahan, dosen menegaskan kembali ringkasannya.
Selain itu dosen disarankan membuat rencana kaji ulang (review) per
bagian di setiap presentasinya.
b. Appropriatenes (Kesesuaian).
Dosen perlu mengidentifikasikan kebutuhan mahasiswa. Segala
sesuatu terkait dengan pembelajarannya harus disesuaikan dengan
kebutuhan mahasiswa. Selain itu menggunakan deskripsi, contoh,
dan ilustrasi juga disesuaikan dengan pengalaman mahasiswa.
c. Motivation(Motivasi).
Materi pembelajaran harus bermakna dan berharga baik bagi
mahasiswa dan dosen. Mahasiswa yang memiliki motivasi yang
kuat, hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan yang
motivasinya rendah.
d. Primacy(Menarik perhatian di awal perkuliahan).
Praktik pembelajaran akan berlangsung benar dan berhasil, apabila
seluruh point-point kunci disajikan secara benar dan menarik di
awal perkuliahan.
e. 2-Way communication (Komunikasi dua arah).
Berbagai bentuk perkuliahan sebaiknya menggunakan komunikasi
dua arah atau timbal balik, sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi antara dosen dengan mahasiswa.
29
f. Feedback (Umpan balik).
Baik dosen maupun mahasiswa membutuhkan umpan balik. Dosen
perlu mendapat umpan balik untuk mengetahui perhatian
mahasiswa terhadap materi yang disajikan. Sebaliknya mahasiswa
juga membutuhkan umpan balik untuk mengetahui kinerja dan
memperoleh penguatan yang positif.
g. Avtive learning (Belajar aktif).
Mahasiswa dalam belajarnya lebih giat jika mereka secara aktif
terlibat dalam proses pembelajaran. Untuk itu dalam pembelajaran
mahasiswa diajukan banyak pertanyaan, latihan-latihan, dan
praktik.
h. Multiple-sense learning.
Mahasiswa akan belajar lebih efektif jika menggunakan lebih dari
satu indera. Oleh karena itu perlu pemanfaatan media audio-visual
dan melibatkan mahasiswa untuk melakukan sesuatu dalam
pembelajaran.
i. Exercise (Latihan).
Mahasiswa akan lebih mudah mengingat informasi yang telah
diberikan jika dosen kerap memberi latihan atau mengulangi
pelajaran dengan mengulang informasi dalam berbagai cara yang
berbeda.
Indah (2015) menjelaskan beberapa prinsip pembelajaran orang
dewasa sebagai berikut:
a. Nilai manfaat.
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila apa yang ia pelajari
mempunyai nilai manfaat bagi dirinya. Apabila sesuatu yang
dipelajari tidak mempunyai manfaat bagi dirinya, ia akan enggan
untukbelajar.
30
b. Sesuai dengan pengalaman.
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila apa yang
dipelajarinya sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang
ada pada dirinya. Ini berarti apa yang disampaikan kepada mereka
didasarkan pada pengalaman yang dipunyai oleh orang itu.
c. Terkait masalah sehari-hari.
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila bahan yang
dipelajari berpusat pada masalah yang dihadapi sehari-hari.
Apabila mereka dibantu mengatasi permasalahan mereka dengan
jalan memberikan pelajaran tertentu, mereka akan sangat bergairah
dan mau belajar untuk itu.
d. Praktis.
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari
praktis dan mudah diterapkan.
e. Sesuai dengan kebutuhan.
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari
sesuai dengan kebutuhan mereka. Apabila kebutuhan itu dapat
dipenuhi dengan belajar maka ia sangat bergairah dalam belajarnya.
f. Menarik.
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari
menarik baginya. Misalnya, apa yang dipelajari merupakan hal
yang baru atau mudah baginya untuk dipraktikkan.
g. Berpartisipasi aktif.
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila ia mengambil
bagian di dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang kurang
melibatkan pesertanya akan kurang menarik.

31
C. Penutup

1. Rangkuman
Suasana pembelajaran orang dewasa yang perlu diciptakan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efisien dan efektif
adalah suasana: aktif dan kreatif, saling menghormati, saling
menghargai, saling percaya, tidak mengancam, penemuan diri,
keterbukaan, membenarkan perbedaan, mengakui hak untuk berbuat
salah, membolehkan keraguan, serta evaluasi bersama dan evaluasi diri.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran orang dewasa secara
efisien dan dan efektif perlu memperhatikan beberapa prinsip
pembelajaran sebagai berikut: berpartisipasi aktif, materinya menarik,
sesuai kebutuhan dan bermanfaat, sesuai pengalaman, praktis dan
terkait dengan masalah dalam kehidupan nyata sehari-hari,
penggunaan berbagai sumber belajar dan multi media, pemberian
motivasi, pengulangan, komunikasi timbal balik dan adanya saling
pengertian, pembuatan ringkasan, dan adanya feed back dan pemberian
kesempatan untuk pengembangan pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan.

2. Evaluasi
1) Identifikasikan suasana pembelajaran orang dewasa yang perlu
diciptakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efisien dan
efektif.
2) Uraikan berbagai prinsip pembelajaran orang dewasa agar tujuan
pembelajaran orang dewasa dapat dicapai secara efisien dan efektif.

3. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari bab III, peserta diharapkan merancang
suasana pembelajaran yang akan diciptakan dan prinsip-prinsip
32
pembelajaran yang akan diterapkan pada mata kuliah yang diampu
peserta sesuai dengan karakteristik dan gaya belajar mahasiswa sebagai
orang dewasa.

33
34
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Bagian ini berisi faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran orang dewasa terdiri dari faktor internal dan eksternal.
Faktor-faktor internal meliputi: faktor psikis dan fisik. Faktor-faktor
eksternal meliputi: sarana dan prasarana serta lingkungan sosial dan
psikologis. Faktor psikis terdiri dari faktor: kebebasan, tanggung jawab,
pengambilan keputusan sendiri, pengarahan diri, daya ingat, dan
motivasi. Faktor fisik terdiri dari faktor: penglihatan dan pendengaran,
artikulasi, serta ketahanan tubuh dan penyakit.
2. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta dapat:
a. mengidentifikasikan faktor-faktor internal yang mempengaruhi
pembelajaran orang dewasa.
b. mengidentifikasikanfaktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
pembelajaran orang dewasa.

B. Penyajian

1. Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Pembelajaran Orang


Dewasa
a. Faktor Psikis
Berdasarkan pendapat Pannen dan Sadjati (2005: 9-15) ada
beberapa faktor psikis yang mempengaruhi belajar mahasiswa
sebagai orang dewasa seperti berikut ini.
35
1) Faktor Kebebasan
Karakteristik kedewasaan adalah kebebasan atau tidak
tergantung kepada orang lain. Dalam proses belajar, seorang
dewasa cenderung berkeinginan untuk menentukan apa yang
ingin dipelajarinya serta membandingkan dan menghubungkan
pengetahuan baru dengan pengalaman-pengalaman belajar
yang telah dimiliki sebelumnya. Oleh karena itu pembelajaran
bagi orang dewasa lebih bersifat demokratis.Mahasiswa sebagai
orang dewasa juga dapat menilai kebenaran informasi yang
mereka terima dari dosen.Dengan menggunakan kebebasan,
mahasiswa dapat mengaplikasikan sesuatu dan memecahkan
masalah, bukan sekedar pengetahuan dan teori-teori. Dengan
demikian mereka memerlukan contoh dan non contoh aplikasi
pengetahuan dan teori dalam kehidupan sehari-hari. Proses
belajar mahasiswa perlu disesuaikan dengan faktor kebebasan
yang dimiliki orang dewasa, misalnya dengan membebaskan
mahasiswa untuk memilih tugas yang ingin dikerjakan,
meminta mahasiswa untuk menulis opinion paper sebagai
pemecahan masalah atas suatu kasus.
2) Faktor Tanggung Jawab
Orang dewasa bertanggung jawab terhadap tindakannya
dan dapat berdiri sendiri. Dalam hal kedewasaan, mahasiswa
dan dosennya sebenarnya sama dan sejajar. Perbedaannya
bahwa dosen sudah memiliki pengetahuan/keterampilan
tertentu yang belum dimiliki mahasiswa.Karena kesejajaran
tersebut mahasiswa cenderung ingin diperlakukan sebagai
seseorang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
Mereka senang dianggap sebagai sahabat yang mengerti apa
36
yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan dosen sebagai
tempat bertanya jika mereka mengalami masalah dalam
melakukan kegiatannya. Dengan demikian, belajar bagi
mahasiswa adalah proses saling bertukar pendapat, bukan
menunggu perintah/petunjuk. Kegiatan diskusi, tanya jawab,
tugas mandiri (penelitian kecil, review literatur), dan ketentuan
waktu yang jelas (deadlines) merupakan cara yang dapat
membantu membina rasa tanggung jawab mahasiswa terhadap
proses belajar.
3) Faktor Pengambilan Keputusan Sendiri
Orang dewasa mampu mengambil keputusan sendiri
berdasarkan sistem nilai dan pengetahuan yang dimiliki, tanpa
ditentukan atau dipengaruhi oleh orang lain. Mereka dapat
menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk
diri mereka.Dikaitkan dengan proses belajar, mahasiswa tidak
dapat dipaksa untuk menerima kebenaran-kebenaran dari luar.
Mahasiswa menentukan arah belajar yang didapatnya,
menghubungkan dengan kebutuhan dirinya dan
pengalamannya, dan menilai baik-buruknya.Maka dalam
penyajian bahan pelajaran kepada orang dewasa hendaklah
dosen lebih mengutamakan pemberian informasi yang relevan
dan netral.Peran dosen dalam hal ini sebagai fasilitator yang
membantu mahasiswa dalam mengambil keputusan dan
menyeleksi informasi yang diterima, terutama dalam hal-hal
baru.
4) Faktor Pengarahan Diri Sendiri
Salah satu karakteristik orang dewasa adalah mampu
mengarahkan diri sendiri, dan mereka mempunyai pandangan
37
sendiri (way of life). Ini berarti dalam proses belajar-mengajar,
mahasiswa mampu untuk berinisiatif dan berkreasi sendiri
sesuai dengan pandangan yang dimilikinya. Walaupun mereka
mampu mengarahkan diri sendiri, bukan berarti mereka tidak
memerlukan orang lain. Interaksi antara mahasiswa dengan
dosen dan mahasiswa dengan mahasiswa dalam proses belajar
adalah cukup tinggi, bahkan mungkin lebih tinggi dari interaksi
dalam proses belajar anak-anak.Dengan mengenal mahasiswa
secara mendalam, dosen dapat memberi kesempatan pada
mahasiswanya untuk berinteraksi dengan mahasiswa lain.
Dengan demikian pengalaman pendidikan/kerja mereka, usia
mereka, keinginan-keinginan mereka, dosen dapat
mengarahkan proses belajar mahasiswa. Melalui cara ini dosen
kemudian dapat menyesuaikan program dan memilih metode
yang tepat untuk mereka, misalnya metode diskusi kelompok,
simulasi, atau studi kasus akan dapat mengakomodasi tingkat
interaksi antar mahasiswa dan faktor pengarahan diri dalam
kelompok.
5) Faktor Daya Ingat
Daya ingat orang dewasa juga mempengaruhi proses
belajar, terutama dalam hal menangkap/menerima pelajaran
baru, mengingat pengalaman dan pengetahuan yang sudah
pernah didapat, menghadirkan kembali yang lama dan
menghubungkan dengan yang baru. Daya ingat seseorang
menurun jika usianya makin lanjut. Oleh sebab itu, dosen yang
baik tidak akan mengharuskan mahasiswa untuk menghafal
bahan pelajaran yang bertumpuk-tumpuk. Yang diperlukan

38
oleh mahasiswa adalah pengertian dan pemahaman terhadap
materi yang dipelajarinya, bukan cuma sekedar menghafal saja.
6) Faktor Motivasi
Kondisi motivasi orang dewasa untuk mengikuti
pembelajaran berbeda-beda. Menurut Houle (Pannen dan
Sadjati, 2005: 14-15), motivasi belajar orang dewasa dapat dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu :
a) Berorientasi pada tujuan (goal oriented), yaitu mereka yang
mementingkan penerapan dan pemanfaatan pelajaran
sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya
promosi atau naik pangkat, dan lain-lain.
b) Berorientasi pada kegiatan social (social oriented), yaitu
mereka yang mementingkan interaksi antar sesama
mahasiswa dan proses belajar sebagai tujuan belajar.
c) Berorientasi pada mempelajari ilmu itu sendiri (learning
oriented) karena mereka senang belajar.
Dengan mengetahui motivasi belajar mahasiswa, dosen
dapat mengarahkan proses pembelajaran dengan tepat untuk
membantu mahasiswa mencapai tujuan belajarnya.
Menurut Rosita (2011: 5-6) ada beberapa faktor psikis yang
mempengaruhi proses pembelajaran orang dewasa seperti berikut
ini.
1) Harapan masa depan
Adanya harapan di masa depan dapat mempengaruhi
semangat belajar. Semangat belajar akan muncul apabila materi
yang dipelajari berkaitan dengan pengembangan karier di masa
depan.

39
2) Daya ingat
Daya ingat untuk orang yang sudah beranjak dewasa
akan semakin berkurang. Orang dewasa lebih mudah
memahami sesuatu, tetapi mudah melupakan. Oleh karena itu,
dalam proses pembelajaran diperlukan pembuatan ringkasan
dan pengulangan materi sangat membantu untuk mengingat
materi pembelajaran.

b. Faktor Fisik
Menurut Rosita (2011: 4-5) ada beberapa faktor fisik yang
mempengaruhi proses belajar pada orang dewasa seperti berikut
ini.
1) Faktor penglihatan dan pendengaran
Seiring dengan bertambahnya usia, ketajaman
penglihatan dan pendengaran mulai berkurang. Oleh karena itu
sebaiknya mahasiswa peserta pembelajaran tidak terlalu
banyak.Jumlah mahasiswa diusahakan antara 15-25 orang,
sehingga memungkinkan penataan kursi lebih dekat dengan
sumber belajar.Media pembelajaran ditempatkan sedemikian
rupa sehingga semua mahasiswa dapat melihat dan
mendengarnya dengan jelas.
2) Faktor artikulasi
Bertambahnya usia juga memungkinkan struktur alat
ucap sudah mengalami perubahan, seperti gigi tanggal,
perubahan organ pita suara, bibir menurun dan sebagainya
yang mempengaruhi pelafalan seseorang. Pelafalan ini tentu saja
mempengaruhi makna bahasa.Dosen sebaiknya dapat
memahami hal ini dan mengupayakan pelafalan dengan tepat.

40
3) Faktor ketahanan tubuh dan penyakit
Selain faktor-faktor fisik di atas, fungsi organ pun mulai
berkurang, bahkan muncul beberapa penyakit.Hal ini tentu saja
mengurangi ketahanan fisik maupun psikis. Dengan demikian,
hal yang perlu dipertimbangkan adalah untuk tidak
menjadwalkan proses belajar sampai larut malam, latihan fisik
yang berlebihan dan pengaturan menu makan yang bergizi.

2. Faktor-faktor Eksternalyang Mempengaruhi Pembelajaran Orang


Dewasa
a) Sarana dan prasarana
Menurut Pannen dan Sadjati (2005: 13) mahasiswa sebagai
orang dewasa membutuhkan situasi belajar yang lebih bebas. Untuk
itu semua tempat dan perlengkapan perlu diatur agar 1)
memberikan kenyamanan, 2) menyenangkan, 3) bersifat santai tidak
formal (bentuk tata kelas yang klasikal kurang tepat dibandingkan
dengan tata kelas bentuk huruf U), 4) pengaturan udara di ruangan
yang baik, 5) penempatan alat dan media pembelajaran yang tepat.
Kondisi ruangan dan peralatan juga harus diikuti dengan jumlah
mahasiswa yang memberikan kenyamanan dalam belajar.Jumlah
yang ideal adalah antara 15-25 orang, karena memungkinkan untuk
dialog dan diskusi antara dosen dengan semua mahasiswa.Dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan praktis, jumlah kelas yang tidak
terlalu besar memungkinkan setiap mahasiswa mendapat
kesempatan untuk menjalankan praktik dengan baik.
Pengaturan lingkungan fisik merupakan salah satu unsur
yang dapat mempengaruhi orang dewasa merasa terbiasa, aman,
nyaman dan mudah untuk belajar. Sujarwo (2007: 5) menjelaskan

41
penataan fisik seperti ruangan yang nyaman, udara yang segar,
cahaya yang cukup, dan sebagainya. Termasuk juga kemudahan
memperoleh sumber- sumber belajar baik yang bersifat materi
seperti buku maupun yang bukan bersifat materi seperti bertemu
dengan dosen.Rhohmad dan Evi(2014) menambahkan bahwa
pengaturan lingkungan fisik untuk pembelajaran orang perlu
memperhatikan beberapa hal berikut ini.
1) Penataan dan peralatan hendaknya disesuaikan dengan kondisi
orang dewasa;
2) Alat peraga dengar dan lihat yang dipergunakan
hendaknyadisesuaikan dengan kondisi fisik orang dewasa;
3) Penataan ruangan, pengaturan meja, kursi dan peralatan
lainnya hendaknya memungkinkan terjadinya interaksi sosial.
b) Lingkungan Sosial dan Psikologi
Pannen dan Sadjati (2005: 12-13) menegaskan bahwa
lingkungan psikologis pembelajaran orang dewasa sesuai dengan
asas humanistik.Dosen hendaknya menerima mahasiswa sebagai
orang dewasa yang mempunyai kebebasan berekspresi dan
berkreasi dan dihargai sebagai sahabat.Yang penting adalah dosen
dan mahasiswa dapat menumbuhkan rasa saling membutuhkan,
bukan saling menggurui. Sujarwo (2007: 5) menambahkan bahwa
dosen diharapkan dapat menciptakan iklim psikologis yang bersifat
hubungan manusiawi seperti terciptanya suasana dan rasa aman,
saling menghargai, saling bekerja sama. Selain itu diperlukan
penataan sistem organisasional yang dapat menciptakan iklim
belajar yang kondusif bagi mahasiswa melalui kebijakan
pengembangan SDM, penerapan filosofi manajemen, penataan
struktur organisasi, kebijakan finansial, dan insentif.
42
Rosita (2011: 5) menambahkan bahwa faktor lingkungan
keluarga juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap minat,
motivasi, dan sikap belajar mahasiswa.

C. Penutup

1. Rangkuman
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran orang dewasa
terdiri dari faktor-faktor internal dan eksternal.
b. Faktor-faktor internal meliputi: faktor psikis dan fisik. Faktor psikis
terdiri dari faktor: kebebasan, tanggung jawab, pengambilan
keputusan sendiri, pengarahan diri, daya ingat, dan motivasi.
Faktor fisik terdiri dari faktor: penglihatan dan pendengaran,
artikulasi, serta ketahanan tubuh dan penyakit.
c. Faktor-faktor eksternal meliputi: sarana dan prasarana serta
lingkungan sosial dan psikologis.

2. Evaluasi
a. Identifikasikan faktor-faktor internal yang mempengaruhi
pembelajaran orang dewasa.
b. Identifikasikan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
pembelajaran orang dewasa.

3. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari babIV, peserta diharapkan melakukan
analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat
mendukung dan menghambat pembelajaran orang dewasa di perguruan
tinggi.Selanjutnya menunjukkan cara memanfaatkan faktor-faktor
internal dan eksternal yang mendukung, dan menunjukkan cara

43
mengendalikan serta mengubah faktor-faktor internal dan eksternal
yang menghambat pembelajaran bagi mahasiswa sebagai orang dewasa.

44
BAB V
PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN ORANG
DEWASA

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Bab ini dibahas penyelenggaraan pembelajaran orang dewasa
yang meliputi komponen-komponen penyelenggaraan pembelajaran
orang dewasa dan pelaksanaan perkuliahan. Komponen-komponen
terdiri dari: mahasiswa, dosen, tujuan pembelajaran, materi atau bahan
pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar dan media
pembelajaran, serta penilaian pembelajaran.

2. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta dapat:
a. mengidentifikasi komponen-komponen penyelenggaraan
pembelajaran orang dewasa;
b. mendeskripsikan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan perkuliahan.

B. Penyajian

1. Komponen-komponen Penyelenggaraan Pembelajaran Orang Dewasa


Ada berbagai komponen yang dapat mempengaruhi
keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran bagi orang dewasa yakni:
mahasiswa dan dosen; tujuan, materi, metode, media, dan penilaian
pembelajaran.

45
a. Mahasiswa
Mengingat sasaran pembelajaran orang dewasa adalah
mahasiswa, karena keberhasilan pembelajaran orang dewasa diukur
berdasarkan apa yang diperoleh mahasiswa bukan apa yang
dilakukan dosen (Lunandi, 1987). Oleh karena itu kebutuhan,
karakteristik, dan gaya belajar mahasiswa menjadi titik tolak dan
fokus penyelenggaraan pembelajaran orang dewasa di perguruan
tinggi (Pannen dan Sadjati, 2005: 16-17).
Orang dewasa, sebenarnya tidak dapat diajarkan sesuatu
untuk merubah tingkah lakunya. Orang dewasa hanya akan belajar
kalau ia sendiri memang ingin belajar, terdorong oleh rasa tidak
puas lagi dengan perilakunya yang sekarang, menginginkan suatu
perilaku yang lain di masa mendatang, lalu mengambil langkah-
langkah untuk mencapai perilaku baru tersebut. Pembelajaran
orang dewasa hanya akan dapat menjadi efektif dalam arti
menghasilkan perubahan perilaku seperti yang dikehendaki,
apabila isi dan carapembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan
yang dirasakannya.Sehubungan dengan kebutuhan ini, ada baiknya
untuk dipertimbangkan konsep piramida kebutuhan menurut
Maslow (Lunandi, 1987).Tingkatan kebutuhan (dari yang paling
dasar sampai ke yang tertinggi )sebagai berikut.

46
PER- 1. kebutuhan perwujudan diri
WUJUD- 2. kebutuhanharga diri
AN DIRI
3. kebutuhan pengakuan
HARGA DIRI
4. kebutuhankeamanan
PENGAKUAN
5. kebutuhan fisik
KEAMANAN

FISIK
Sumber: Lunandi (1987)

Gambar 1 Hirarki Kebutuhan


Kebutuhan yang lebih mendasar haruslah terpenuhi terlebih
dahulu sebelum seseorang dapat merasakan kebutuhan yang lebih
tinggi tingkatnya.Misalnya: kebutuhan pembelajaran orang dewasa
yang menyangkut harga diri sama sekali tidak akan diperhatikan
oleh mahasiswa yang masih sulit untuk dapat memperoleh sesuap
nasi untuk mempertahankan hidupnya, Namun sebaliknya,
kebutuhan pembelajaran orang dewasa yang menyangkut
bagaimana memperoleh sekedar sesuap nasi, juga sama sekali tidak
akan diperhatikan, apabila orang dewasa itu telah mempunyai
cukup nasi untuk isi perutnya, pakaiannya dan rumah yang
mengamankan segala miliknya serta dirinya, apalagi kalau ia telah
sampai pada tingkat pengakuan sebagai anggota masyarakat yang
berguna.
Karakteristik belajar orang dewasa berdasarkan asumsi-
asumsi(Pannen dan Sadjati: 2005: 15; Rosita, 2011: 2; Pappas, 2013;
Malik, 2015) sebagai berikut: memiliki konsep diri mampu
mengambil keputusan sendiri, mampu memikul tanggung jawab,
dan sadar terhadap tugas dan perannya; sudah banyak memperoleh
pengalaman yang merupakan sumber belajar yang sangat berharga;
mempunya kesiapan untuk menyelesaikan masalah dan tugas-
47
tugas yang dihadapinya; dan orientasi belajarnya cenderung
berpusat pada permasalahan yang sedang dihadapi sekarang ini,
terutama permasalahan yang berkaitan dengan fungsi dan peran
sosialnya.
Menurut Pannen dan Sadjati (2005: 16) ciri-ciri gaya belajar
mahasiswa, antara lain mereka senang diberi kebebasan karena
sudah dapat mengarahkan diri sendiri, tidak menyukai hafalan-
hafalan, lebih mengutamakan pemecahan masalah dan hal-hal yang
praktis daripada yang teoretis. Kegiatan belajar yang berupa kuliah
saja tidak menarik bagi mahasiswa, mereka lebih senang terlibat
dalam interaksi intelektual dengan teman-temannya seperti dalam
diskusi kelompok, latihan-latihan pemecahan masalah.
Apabila bahan yang disajikan dosen memenuhi kebutuhan
mahasiswa dan disajikan sesuai dengan karakteristik dan gaya
belajar mereka, maka mahasiswa akan dengan mudah menguasai
bahan tersebut dan dapat mempraktikkannya di masyarakat
(Pannen dan Sadjati, 2005: 17). Sebaliknya jika penyampaian bahan
tidak sesuai dengan kebutuhan, karakteristikdan gaya belajar
mahasiswa, maka tujuan pembelajaran akan sukar tercapai.

b. Dosen
Mahasiswa sebagai orang dewasa dapat dibelajarkan lebih
aktif apabila mereka merasa ikut dilibatkan oleh dosen dalam
aktivitas pembelajaran, terutama apabila mereka dilibatkan dalam
memberi sumbangan pikiran dan gagasan yang membuat mereka
merasa berharga dan memiliki harga diri di depan sesama
temannya. Mahasiswa akan belajar lebih baik apabila pendapat
pribadinya dihormati, dan akan lebih senang kalau diberi

48
kesempatan memberikan sumbang saran pemikiran dan
mengemukakan ide pikirannya. Menurut Pannen dan Sadjati (2005:
17-19) dalam membelajarkan mahasiswa sebagai orang dewasa
fungsi dosen menjadi berubah.Dosen bukan lagi berperan
sebagai pengajaryang menyampaikan ilmu pengetahuan,
melainkan fasilitator yang mengorganisasikan pengalaman-
pengalamandari kehidupan sebenarnya menjadi suatu
pengalaman dan pengetahuan baru yang memberi arti baru bagi
mahasiswa.Pengalaman baru tersebut melibatkan baik dosen
maupun mahasiswa. Untuk mencapai hat tersebut, dosen
diharapkan terampil untuk memulai diskusi, menyediakan
informasi (acuan), meningkatkan partisipasi, menentukan kriteria
dan rambu-rambu, menengahi perbedaan, mengkoordinasi dan
menganalisis informasi, dan membuat ringkasan atau rangkuman
seperti berikut ini.
1) Memulai diskusi.
Diskusi yang baik dimulai dari pertanyaan-pertanyaan yang
memancing dan dapat :nelibatkansemua mahasiswa.
2) Menyediakan informasi (acuan).
Dosen hendaknya mampu menyediakan informasi yang
dibutuhkan mahasiswa, agar proses pembelajaran berjalan
lancar dan berhasil.
3) Meningkatkan partisipasi.
Dosen mengusahakan agar setiap mahasiswa mendapat
kesempatan berpendapat, tidak didominasi oleh satu atau dua
orang saja. Partisipasi dapat ditingkatkan, misalnya
dengan cara dosen memberi giliran yang sama kepada
semua mahasiswa untuk menjadi ketua kelompok.
49
4) Menentukan kriteria dan rambu-rambu.
Dengan adanya kriteria dan rambu-rambu yang jelas akan
mengarahkan proses pembelajaran menjadi lancar dan berhasil.
Misalnya dalam diskusi ditentukan tujuan dan hasil yang
diharapkan, maka proses dan hasil diskusi dapat mencapai
seperti yang diharapkan.
5) Menengahi perbedaan.
Perbedaan persepsi atau pendapat dapat menumbuhkan
diskusi yang baik, namun perbedaan yang berlarut-larut
dapat menyebabkan diskusi tidak mencapai tujuannya. Peran
dosen sangat penting untuk menengahi perbedaan tersebut
secara objektif.
6) Mengkoordinasikan dan menganalisis informasi.
Koordinasi, analisis dan hubungan yang jelas antara
informasi-informasi yang diberikan oleh mahasiswa adalah
kunci untuk mempertahankan kelangsungan diskusi yang
baik. Dosen perlu menuntun mahasiswa untuk dapat
mengkoordinasi dan menganalisis informasi yang diperoleh
selama diskusi.
7) Membuat ringkasan atau rangkuman.
Mahasiswa belum tentu mengerti akan apa yang diperoleh
dari perkuliahan yang diikuti. Dosen dengan melibatkan
mahasiswa diharapkan meringkas atau merangkum hasil
perkuliahan.
Rhohmad dan Evi (2014) menambahkan bahwa dosen
diharapkan dapat membuat mahasiswa merasa diterima, dihargai
dan didukung.Untuk itu diharapkan dosen melakukan beberapa hal
berikut ini.
50
1) Menjadi fasilitator yang lebih bersifat membantu dan
mendukung kegiatan belajar mahasiswa.
2) Mengembangkan suasana bersahabat, informal dan santai
melalui kegiatan bina suasana dan berbagai permainan yang
sesuai.
3) Menciptakan suasana demokratis dan kebebasan untuk
menyatakan pendapat tanpa rasa takut.
4) Mengembangkan semangat kebersamaan.
5) Menghindari adanya komunikasi sifatnya satu arah.
7) Menyusun kontrak belajar yang disepakati bersama.

c. Tujuan Pembelajaran
Menurut Pannen dan Sadjati (2005: 1-2) tujuan orang
dewasa mengikuti pendidikan bervariasi, antara lain untuk
promosi, naik pangkat, memperbarui pengetahuan, memperluas
interaksi sosial antara sesama peserta atau memperdalam ilmu itu
sendiri. Tujuan tersebut sangat menentukan proses belajar orang
dewasa. Selain itu, proses belajar orang dewasa juga dipengaruhi
berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Dalam pembelajaran di perguruan tinggi sesuai KKNI dan SN
Diktidisebut capaian pembelajaran (Tim Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2014: 14-
34).Capaian pembelajaran mata kuliah merupakan jabaran dari capaian
pembelajaran lulusan.Dalam setiap pembelajaran, tujuan pembelajaran
hendaklah mencakup tiga hal pokok yakni: kognitif, afektif, dan
psikomotorik.

d. Materi atau Bahan Pembelajaran


Bahan pembelajaran berisi pengetahuan, keterampilan dan
atau nilai-nilai. Bahan pembelajaran itu pula yang akan dipelajari
51
mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu bahan
pembelajaran harus dipilih atas pertimbangan sejauh mana
peranannya dalam menciptakan situasi untuk penyesuaian perilaku
mahasiswa di dalam mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Bahan pembelajaran itu pun akan mempengaruhi pertimbangan
dosen dalam memilih dan menetapkan metode pembelajaran
(Iryanto dalam Sukoco dkk., 2013)
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan oleh dosen dalam
pemilihan bahan pembelajaran adalah kebutuhan, gaya belajar, dan
karakteristik mahasiswa (Pannen dan Sadjati, 2005: 16-17). Dengan
demikian akan memudahkan mahasiswa dalam menguasai bahan
tersebut, dan dapat mempraktikkannya di masyarakat.
Seorang dosen hendaknya mengetahui faktor-faktor yang
patut dipertimbangkan dalam memilih bahan pembelajaran (Sukoco
dkk., 2013). Ketertarikan mahasiswa dalam mempelajari bahan
pembelajaran merupakan manifestasi dari perilaku belajar
mahasiswa. Faktor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam
memilih bahan pembelajaran adalah tingkat kemampuan
mahasiswa, keterkaitannya dengan pengalaman yang telah dimiliki
oleh mahasiswa, tingkat daya tarik bahan pembelajaran, dan tingkat
kebaharuan dan aktualisasi pembelajaran.
e. Metode Pembelajaran
Dalam pembelajaran orang dewasa, digunakan multi
metode.Untuk memberhasilkan pembelajaran semacam ini, apapun
metode yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan faktor
sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai tujuan akhir
pembelajaran, yakni agar mahasiswa dapat memiliki suatu
pengalaman belajar yang bermutu.Metode pembelajaran yang dapat
52
digunakan dalam kegiatan pembelajaran, harus (1) berpusat pada
masalah, (2) menuntut dan mendorong mahasiswa untuk aktif, (3)
mendorong mahasiswa untuk mengemukakan pengalaman sehari-
harinya, (4) menumbuhkan kerja sama, baik antara sesama
mahasiswa, dan antara mahasiswa dengan dosen, dan (5) lebih
bersifat pengembangan pengalaman, bukan merupakan
transformasi atau penyerapan materi (Sukoco dkk., 2013).
Sejalan dengan itu, menurut Lunandi (1987), efektivitas
penggunaan metode pembelajaran terlihat dalam Gambar 2 berikut
ini.
Agar suatu pembelajaran dapat
mencapai efektifitas tinggi
diperlukan penerapan beberapa
DENGAR Ceramah
metoda yang digabungkan satu
BICARA Diskusi
sama lain.
LIHAT
LIHAT Demonstrasi

KERJAKAN Latihan praktis

Sumber: Lunandi (1987)

Gambar 2 Hubungan Pengalaman dengan Metode Pembelajaran

Pada ceramah mahasiswa hanya mendengar, bicara sangat


terbatas bila ada tanya jawab saja. Dalam diskusi proporsi
mahasiswa berbicara dan mendengarkan seimbang.Dalam
demonstrasi mahasiswa dapat sekaligus mendengar, melihat dan
berbicara.Dalam latihan praktis mahasiswa dapat mendengar,
berbicara, melihat dan juga mengerjakan.Manusia belajar 1 %
melalui indera perasa, 11% melalui indera peraba, 31% melalui
indera pencium, 11 % melalui indera pendengar, 83 % melalui
indera penglihat.Metoda yang hanya mengandalkan indera
pendengar biasanya kurang efektif dibandingkan dengan yang
53
menggabungkan penyampaian melalui indera pendengar maupun
indera penglihat.Manusia belajar lebih efektif apabila is dapat
mendengarkan dan berbicara, akan lebih baik apabila disamping
mendengarkan dan berbicara ia juga dapat melihat, dan akan lebih
baik lagi apabila disamping mendengarkan, berbicara, dan melihat
ia juga dapat mengerjakan.

f. Sumber Belajar dan Media Pembelajaran


Menurut hasilpenelitian Penland (dalam Pannen Sadjati,
2005: 22), sumber belajar yang paling dianggap penting oleh orang
dewasa adalah teman (dan/atau keluarga, tetangga).Hal ini berarti
bahwa strategi pembelajaran orang dewasa harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga melibatkan interaksi dengan teman
yang frekuensinya cukup banyak.
Yang dianggap penting setelah teman, adalah pakar atau
tenaga ahli atau dosen.Hal ini perlu diingat oleh dosen, agar bisa
menempatkan diri bukan sebagai sumber informasi yang serba
tahu, tetapi lebih menjadi sahabat yang menghargai mahasiswa
sebagai orang dewasa (Pannen dan Sadjati, 2005: 22).Setelah teman
dan dosen, orang dewasa juga menggunakan media cetak dan
media non-cetak. Yang termasuk dalam media cetak antara
lainbuku, modul, handout, jurnal, bulletin, kamus, ensiklopedi,
booklet, leaflet, chart, foto, surat kabar, dan majalah. Sedangkan
yang termasuk dalam media non cetakantara lain komputer,
laptop, LCD, radio, kaset, slide, film, video, televisi.Dengan
memperhatikan kebutuhan, karakteristik dan gaya belajar
mahasiswa sebagai orang dewasa, maka dosen dapat memilih
sumber belajar dan media pembelajaran yang perlu disediakan

54
dan digunakan dalam pelaksanaan perkuliahan. Yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan sumber belajar dan media
pembelajaran adalah bahwa kombinasi beberapa sumber belajar
dan media pembelajaran yang digunakan dengan tepat akan
lebih baik daripada penggunaan satu sumberbelajar atau satu
media pembelajaran saja.

g. Penilaian Pembelajaran
Pendekatan penilaian pembelajaran secara konvensional
(pedagogi) kurang efektif untuk diterapkan bagi orang
dewasa.Untuk itu pendekatan ini tidak cocok dan tidaklah cukup
untuk menilai hasil belajar orang dewasa.Menurut Rhohmad dan
Evi (2014: 15) ada beberapa hal yang pokok dalam melaksanakan
penilaian hasil belajar bagi mahasiswa sebagai orang dewasa yakni:
1) Penilaian hendaknya berorientasi kepada pengukuran
perubahan perilaku setelah mengikuti proses pembelajaran.
2) Sebaiknya penilaian dilaksanakan melalui pengujian terhadap
dan oleh mahasiswa itu sendiri (Self Evaluation).
3) Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan
pembelajaran.
4) Ruang lingkup materi penilaian "ditetapkan bersama secara
partisipatif" atau berdasarkan kesepakatan bersama seluruh
pihak terkait yang terlibat.
5) Penilaian ditujukan untuk menilai efektivitas dan efisiensi
penyelenggaraan pembelajaran yang mencakup kekuatan
maupun kelemahan pembelajaran.
6) Menilai efektifitas pembelajaran berkaitan dengan perubahan
sikap dan perilaku mahasiswa.

55
2. Pelaksanaan Perkuliahan
Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran perlu
memperhatikan komponen-komponen pembelajaran seperti tersebut di
atas, dengan cara memadukan dan mengintegrasikan komponen-
komponen tersebut.Pannen dan Sadjati (2005: 20-21) menjelaskan
bahwa betapapun baiknya perencanaan perkuliahan yang telah
dibuat, sikap fleksibel tetap diperlukan, karena pada saat
pelaksanaan perkuliahan mungkin diperlukan perubahan dari
rencana yang sudah ada. Dengan demikian, dalam pelaksanaan
perkuliahan, dosen perlu cepat tanggap jika ada hal-hal yang tidak
dipertimbangkan sebelumnya untuk kemudian dapat segera
menyesuaikan perkuliahan dengan hal-hal tersebut.
Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan oleh dosen
dalam melaksanakan perkuliahan adalah umpan batik (feedback).
Umpan balik ini berguna baik bagi mahasiswa maupun dosen untuk
melanjutkan proses perkuliahan berikutnya. Umpan batik dari dosen
bagi mahasiswa merupakan cara untuk memberi kesempatan
kepada mahasiswa memperbaiki proses belajarnya. Tidak adanya
umpan balik dari dosen dapat menyebabkan mahasiswa frustrasi,
bosan, dan kehilangan arah.Karena mereka tidak tahu tentang apa
dan di mana kesalahan mereka, mereka tidak tahu apa kekurangan
mereka, mereka juga tidak mengetahui bagaimana posisi mereka
dibandingkan dengan sesama temannya. Oleh sebab itu, umpan batik
ini penting sekali bagi mahasiswa untuk mencapai tujuan belajarnya.
Sebaliknya umpan balik dari mahasiswa bagi dosen berguna
untuk menyesuaikan proses perkuliahan dan strategi pembelajaran
berdasarkan kebutuhan, karakteristik, dan gaya belajar mahasiswa.
Jika dosen tidak mengetahui persepsi mahasiswa tentang proses
56
perkuliahan yang dijalankan, dosen tidak mengerti apa dan di
mana kekurangan perkuliahannya. Umpan balik mahasiswa juga
memberi kesempatan kepada dosen untuk bersikap fleksibel
terhadap kebutuhan mahasiswa dan rencana perkuliahan yang
dibuatnya.

C. Penutup

1. Rangkuman
a. Komponen-komponen yang dapat mempengaruhi keberhasilan
penyelenggaraan pembelajaran orang dewasa terdiri dari:
mahasiswa, dosen, tujuan pembelajaran, materi atau bahan
pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar dan media
pembelajaran, serta penilaian pembelajaran.
b. Dalam pelaksanaan perkuliahan diperlukan sikap fleksibel dan
kecepatan dari dosen untuk menanggapi perubahan yang
diperlukan. Selain itu perlu dilakukan pemberian umpan balik dari
dosen bagi mahasiswa, serta sebaliknya umpan balik dari
mahasiswa bagi dosen untuk perbaikan dan pengembangan belajar
dan pembelajaran.

2. Evaluasi
a. Identifikasikan berbagai komponen yang dapat mempengaruhi
keberhasilan penyelenggaran pembelajaran bagi mahasiswa sebagai
orang dewasa.
b. Deskripsikan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
perkuliahan yang efektif.

57
3. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari bab V, peserta diharapkan menyusun
perencanaan pembelajaran pada salah satu mata kuliah yang
diampupeserta, dengan cara memadukan dan mengintegrasikan
berbagai komponen pembelajaranyang dapat mempengaruhi
keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran bagi mahasiswa sebagai
orang dewasa.

58
DAFTAR PUSTAKA

Bates, Chad. (2009). Malcolm Knowles (1913-1997. Diakses dari http://


web.utk.edu.
Budiningsih, Asih. (2005). Belajar dan pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta.
Chan, Sang. (2010). Applications of andragogy in multi-disciplined teaching
and learning.Journal of Adult Education.Vol. 39, Number 2.
Hastjarjo, Dicky. (2005). Sekilas tentang kesadaran (Consciousness).Buletin
Psikologi. Volume 13. No 2. Desember 2005.
Henschke, John A. (2010). An International capsule of the history and
philosophy of andragogy. Diakses dari
https://msu.edu/~mwr2p/Henschke2-MR2P-2010.pdf
Hidayat, Samsul. (2015). Perkembangan dan penerapan pembelajaran orang
dewasa (andragogi) dalam diklat.Diakses
darihttp://bkddiklat.ntbprov. go.id.
Indah, Desy Puspita. (2015). Psikologi belajar orang dewasa (Andragogi) dalam
membangun asumsi positif terhadap peserta diklat.Diakses dari
http//badandiklat.bengkuluprov.go.id.
Jannah, Fathul. (2013). Pendidikan seumur hidup dan
implikasinya.Dinamika Ilmu. Vol. 13. No 1 2013. Hal 1-16.
Keesee, Gayla, S. (2010). Andragogy – Adult learning theory.Diakses dari
http://teachinglearningresources.pbworks.com.
Lunandi, A.G. (1987). Pendidikan orang dewasa.Jakarta: Gramedia.Diakses
dari https://nusaindah.files.wordpress.com/2010.
Malik, Halim. (2015). Teori belajar amdragogi dan penerapannya.Diakses dari
http;//www. Kompasiana.com
Mutadi. (2016). Andragogi: Re-invensi pembelajaran orang dewasa menuju
proses pembelajaran kediklatan yang partisipatif bukan dominatif.
Semarang: Balai Diklat Keagamaan Semarang.
Pannen, Paulina dan Ida Malati Sadjati. (2005). Pekerti.Mengajar di perguruan
tinggi.Pembelajaran orang dewasa (Buku 1.05).Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Pappas, Christoper. (2013).The adult learning theory – Andragogy. Diakses
dari http://elearningindustry.com.
59
Rhohmad, Nur dan Yohana Evi A. (2014).Model pembelajaran orang dewasa.
Surakarta: Program Studi Teknologi Pendidikan PPs UNS.
Rosita, E.K. (2011). Pembelajaran orang dewasa.Diakses dari http://
staff.uny.ac.id.
Sudrajat, Akhmad. (2009). 9 Prinsip pembelajaran orang dewasa.Diakses
darihttps:// akhmadsudrajat.wordpress.com.
Sujarwo. (2007). Strategi pembelajaran orang dewasa (Pendekatan
andragogi).Diakses dari http://staf f.uny.ac.id.
Sukoco, Agus, Wahyu Kurniawan dan Santirianingrum Soebandhi. (2013).
Andragogi dalam kegiatan
pembelajaran.Dinamika_Ilmu_Vol.13_No.1_2013.
Syofiah, Offy. (2016). Kecakapan dan kewenangan bertindak dalam hukum
berdasarkan batasan umur menurut pengadilan.Diakses dari www.
academia.edu.
Tim Pengembangan Kurikulum PT Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Dikti. (2014). Pengembangan kurikulum pendidikan
tinggi mengacu KKNI dan SN Dikti. Jakarta: Direktorat Pembelajaran
dan Kemahasiswaan Dikti.
Thompson, Margaret A. and Michael Deis. 2004. Andragogy for adult
learners in higher education. Proceedings of Academy of Accounting
and Financial Studies. Volume 9. Number 1. P 107-111.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi.

60
SENARAI

Andragogy(Andragogi)
Seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar.
Dikhotomia
Pembagian atas dua kelompok (andragogi dan pedagogi) yang saling
bertentangan.
Gaya belajar
Cara yang konsisten dilakukan mahasiswa dalam menangkap stimulus
atau informasi, cara mengingat, berpikir dan memecahkan masalah.
Historis
Informasi-insformasi masa lampau yang mengandung kejadian, model,
konsep, teori, praktik, cita-cita, bentuk, dan sebagainya.
Ilmuwan
Orang yang mendalami ilmunya, kemudian mengembangkan ilmunya.
Intelektual
Kemampuan mahasiswa untuk memperoleh berbagai informasi,
berpikir abstrak, menalar, dan bertindak secara efisien dan efektif.
Karakteristik belajar
Ciri-ciri khusus dari perilaku mahasiswa dalam kegiatan belajar.
Kesiapan belajar
Keseluruhan kondisi baik secara fisik maupun psikologis yang
menunjukkan kematangan untuk memberikan respon atau jawaban
dengan cara tertentu terhadap suatu situasi.
Konsep diri
Gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya, yang dibentuk
melalui pengalaman-pengalaman yang dia peroleh dari interaksi
dengan lingkungan. Konsep diri meliputi tiga dimensi: pengetahuan,
pengharapan, dan penilaian tentang diri sendiri.
Kontrak belajar
Rancangan perkuliahan yang disepakati bersama antara dosen dengan
mahasiswa sebagai orang dewasa.
Mandiri
Sikap (perilaku) dan mental yang memungkinkan seseorang untuk
bertindak bebas, benar, dan bermanfaat; berusaha melakukan segala
sesuatu dengan jujur dan benar atas dorongan dirinya sendiri dan
kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan
61
kewajibannya, sehingga dapat menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapinya; serta bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang
telah diambilnya melalui berbagai pertimbangan sebelumnya.

Model asumsi
Suatu pola yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran dan
masih perlu diuji kebenarannya secara empiris.
Orientasi belajar
Bagian awal yang menujukkan kejadian, permulaan, atau latar belakang
seseorang memiliki dorongan untuk belajar.
Pedagogy (Pedagogi)
Seni dan ilmu untuk membantu anak-anak belajar.
Pengalaman
Struktur pengetahuan yang terdiri atas suatu sistem dan pengetahuan
yang sistematis dan abstrak.Pengetahuan ini tersimpan dalam memori
jangka panjang dan dibentuk dari lingkungan belajar langsung pada
masa lalu.
Praktisi
Seseorang yang mempelajari sesuatu dan mahir menerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Prinsip-prinsip belajar
Landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses
belajar dan pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar dan
berhasil.
Profesional
Sikap seseorang yang mengacu pada peningkatan kualitas profesinya.
Retensi
Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka
pendek ke memori jangka panjang.Ini dapat terjadi melalui
pengulangan kembali, meringkaskan, dan praktik.
Sosio-psikologis
Peninjauan terhadap sesuatu yang dilakukan baik dalam hubungannya
secara eksternal dengan orang lain, maupun secara internal dengan diri
sendiri.

62
63
Bahan Ajar PEKERTI Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah :

 Buku 1.01 : Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi & Kebijakan Kopertis Wil. VI
- DYP. Sugiharto, Sunandar, Peni Pujiastuti

 Buku 1.02 : Pendidikan Sebagai Sistem- Hardani Widhiastuti


 Buku 1.03 : Teori Belajar dan Motivasi- Hardani Widhiastuti
 Buku 1.04 : Model-Model Pembelajaran Inovatif- Titik Haryati
 Buku 1.05 : Pembelajaran Orang Dewasa- Sri Rejeki Retnaningdyastuti
 Buku 1.06 : Dasar Komunisasi dan Keterampilan Dasar Mengajar - Listyaning Sumardiyani

 Buku 1.07 : Taksonomi Tujuan Pembelajaran- Chalimah


 Buku 1.08 : Desain Instruksional- Intan Indiati
 Buku 1.09 : Rencana Pembelajaran Semester dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
- Katharina Rustipa

 Buku 1.10 : Metode Pembelajaran- Peni Pujiastuti


 Buku 1.11 : Metode Pemberian Tugas- Peni Pujiastuti
 Buku 1.12 : Team Teaching- Lamijan
 Buku 1.13 : Praktikum- Wawan Laksito Yuly Saptomo
 Buku 1.14 : Media Pembelajaran- Sunardi
 Buku 1.15 : Penilaian Hasil Pembelajaran- Sunandar
 Buku 1.16 : Praktik Mengajar- Sunandar

BP-UNISBANK

Anda mungkin juga menyukai