Anda di halaman 1dari 26

A.

      PENDIDIKAN ORANG DEWASA


1.      Hakikat Pendidikan Orang Dewasa
a.      Pengertian Pendidikan
Dalam UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. (Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263)
(http://www.sarjanaku.com)
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan. (Soekidjo Notoatmojo. 2003 : 16)
Pendidikan adalah kegiatan menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada diri anak-anak agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya. (Ki Hajar Dewantara).
(http://www.ut.ac.id)

b.      Pengertian Orang Dewasa


Ferri Silitonga dalam (http://edukasi.kompasiana.com)
dijelaskan mengenai pengertian dewasa sebagai berikut:
KUHPerdata/ BW:
1.    Kedewasaan seseorang adalah usia 21 tahun atau telah menikah.
2.    Pasal 330 KUHPerdata, menyatakan orang yang belum dewasa
adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum pernah
kawin sebelumnya.
UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan:
1.    Pasal 47, menyatakan anak yang sudah berumur 18 tahun.
2.    Pasal 50, menyatakan seseorang dianggap dewasa apabila sudah
mencapai umur 18 tahun, tidak berada di bawah kekuasaan orang
tua.
Setiap kebudayaan dapat membuat perbedaan usia seseorang
dapat dikatakan dewasa secara resmi, yang pada umumnya
didasarkan pada perubahan-perubahan fisik dan psikologik tertentu.
Dalam hal ini Hurlock, membagi masa dewasa menjadi tiga periode,
yaitu:
1.        Masa Dewasa Awal (18 – 40 tahun)
Pada masa ini perubahan-perubahan yang nampak antara
lain perubahan dalam hal penampilan, fungsi-fungsi tubuh, minat,
sikap, serta tingkah laku sosial
2.        Masa Dewasa Madya (40 - 60 tahun)
Pada masa ini kemampuan fisik dan psikologis seseorang
terlihat mulai menurun. Usia dewasa madya merupakan usia
transisi dari Adulthood ke masa tua. Transisi itu terjadi baik pada
fungsi fisik maupun psikisnya.
3.        Masa Dewasa Akhir (60 tahun ke atas)
Pada masa dewasa lanjut, kemampuan fisik maupun
psikologis mengalami penurunan yang sangat cepat, sehingga
seringkali individu tergantung pada orang lain. Timbul rasa tidak
aman karena faktor ekonomi yang menimbulkan perubahan pada
pola hidupnya. (http://www.sarjanaku.com)

Jadi, pendidikan orang dewasa adalah pendidikan yang


diperuntukkan bagi orang-orang dewasa dalam lingkungan
masyarakatnya, agar mereka dapat mengembangkan kemampuan,
memperkaya pengetahuan, mengembangkan keterampilan,
meningkatkan kualifikasi teknik dan profesi yang telah dimilikinya,
memperoleh cara-cara baru serta merubah sikap dan perilakunya.
Pendidikan orang dewasa disebut juga Andragogi adalah proses
untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur
pengalaman belajar. Istilah ini awalnya digunakan oleh Alexander
Kapp, seorang pendidik dari Jerman, pada tahun 1833, dan kemudian
dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik
Amerika Serikat, Malcolm Knowles.
Andradogi berasal dari bahasa Yunani aner artinya orang dewasa,
dan agogus artinya memimpin. Istilah lain yang kerap kali dipakai
sebagai perbandingan adalah pedagogi yang ditarik dari kata paid
artinya anak dan agogus artinya memimpin. Maka secara harfiah
pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Karena itu,
pedagogi berarti seni atau pengetahuan mengajar anak maka apabila
memakai istilah pedagogi untuk orang dewasa jelas kurang tepat,
karena mengandung makna yang bertentangan.

2.      Ruang Lingkup Pendidikan Orang Dewasa


a.        Prinsip-prinsip Pendidikan Orang Dewasa
Prinsip-prinsip ini berkaitan dengan training (pelatihan) dan
pendidikan, dan biasanya diterapkan pada situasi kelas formal atau
untuk sistem on the job training (magang). Tiap bentuk pelatihan
sebaiknya memuat sebanyak mungkin 9 prinsip yang tersebut di
bawah ini. Supaya kita mudah mengingatnya (9 prinsip tersebut),
maka biasanya digunakan sistem jembatan keledai atau istilah
asingnya mnemonic, yaitu RAMP 2 FAME.
R = Recency
A = Appropriateness
M = Motivation
P = Primacy
2 = 2–Way Communication
F = Feedback
A = Active Learning
M = Multi–Sense Learning
E = Excercise
Prinsip-prinsip ini dalam berbagai cara sangat penting, karena
memungkinkan pelatih untuk menyiapkan satu sessi secara tepat
dan memadai, menyajikan sessi secara efektif dan efisien, juga
memungkinkan melakukan evaluasi untuk sessi tersebut. Mari kita
coba lihat ide-ide yang melatarbelakangi istilah RAMP 2 FAME.
Penting untuk dicatat bahwa prinsip-prinsip ini tidak disajikan
dalam satu urutan. Kedudukannya sama dalam satu kaitan antar
hubungan.
R – RECENCY
Hukum dari Recency menunjukkan kepada kita bahwa sesuatu
yang dipelajari atau diterima pada saat terakhir adalah yang paling
diingat oleh peserta/partisipan. Ini menunjukkan dua pengetian
yang terpisah di dalam pendidikan. Pertama, berkaitan dengan isi
(materi) pada akhir sessi dan kedua berkaitan dengan sesuatu yang
“segar” dalam ingatan peserta. Pada aplikasi yang pertama, penting
bagi pelatih untuk membuat ringkasan (summary) sesering mungkin
dan yakin bahwa pesan-pesan kunci/inti selalu ditekankan lagi di
akhir sessi. Pada aplikasi kedua, mengindikasikan kepada pelatih
untuk membuat rencana kaji ulang (review) per bagian di setiap
presentasinya.
A : APPROPRIATENES (Kesesuaian)
Hukum dari appropriatenes atau kesesuaian mengatakan
kepada kita bahwa secara keseluruhan, baik itu pelatihan, informasi,
alat-alat bantu yang dipakai, studi kasus -studi kasus, dan material-
material lainnya harus disesuaikan dengan kebutuhan
peserta/partisipan. Peserta akan mudah kehilangan motivasi jika
pelatih gagal dalam mengupayakan agar materi relevan dengan
kebutuhan mereka. Selain itu, pelatih harus secara terus menerus
memberi kesempatan kepada peserta untuk mengetahui bagaimana
keterkaitan antara informasi-informasi baru dengan pengetahuan
sebelumnya yang sudah diperolah peserta, sehingga kita dapat
menghilangkan kekhawatiran tentang sesuatu yang masih samar
atau tidak diketahui.
M: MOTIVATION (motivasi)
Hukum dari motivasi mengatakan kepada kita bahwa
pastisipan/peserta harus punya keinginan untuk belajar, dia harus
siap untuk belajar, dan harus punya alasan untuk belajar. Pelatih
menemukan bahwa jika peserta mempunyai motivasi yang kuat
untuk belajar atau rasa keinginan untuk berhasil, dia akan lebih baik
dibanding yang lainnya dalam belajar. Pertama-tama karena
motivasi dapat menciptakan lingkungan (atmosphere) belajar
menjadi menye-nangkan. Jika kita gagal menggunakan hukum
kesesuaian (appropriateness) tersebut dan mengabaikan untuk
membuat material relevan, kita akan secara pasti akan kehilangan
motivasi peserta.
P : PRIMACY (Menarik Perhatian di awal sessi)
Hukum dari primacy mengatakan kepada kita bahwa hal-hal
yang pertama bagi peserta biasanya dipelajari dengan baik,
demikian pula dengan kesan pertama atau serangkaian informasi
yang diperoleh dari pelatih betul-betul sangat penting. Untuk alasan
ini, ada praktek yang bagus yaitu dengan memasukkan seluruh poin-
poin kunci pada permulaan sessi. Selama sessi berjalan, poin-poin
kunci berkembang dan juga informasi-informasi lain yang berkaitan.
Hal yang termasuk dalam hukum primacy adalah fakta bahwa pada
saat peserta ditunjukkan bagaimana cara mengerjakan sesuatu,
mereka harus ditunjukkan cara yang benar di awalnya. Alasan untuk
ini adalah bahwa kadang-kadang sangat sulit untuk “tidak
mengajari” peserta pada saat mereka membuat kesalahan di
permulaan latihan.

2 : 2- WAY COMMUNICATION (Komunikasi 2 arah)


Hukum dari 2-way-communication atau komunikasi 2 arah
secara jelas menekankan bahwa proses pelatihan meliputi
komunikasi dengan peserta, bukan pada mereka. Berbagai bentuk
penyajian sebaiknya menggunakan prinsip komunikasi 2 arah atau
timbal balik. Ini tidak harus bermakna bahwa seluruh sessi harus
berbentuk diskusi, tetapi yang memungkinkan terjadinya interaksi
di antara pelatih/fasilitator dan peserta/partisipan.
F: FEEDBACK (Umpan Balik)
Hukum dari feedback atau umpan balik menunjukkan kepada
kita, baik fasilitator dan peserta membutuhkan informasi satu sama
lain. Fasilitator perlu mengetahui bahwa peserta mengikuti dan
tetap menaruh perhatian pada apa yang disampaikan, dan
sebaliknya peserta juga membutuhkan umpan balik sesuai dengan
penampilan/kinerja mereka.
Penguatan juga membutuhkan umpan balik. Jika kita
menghargai peserta (penguatan yang positif) untuk melakukan hal-
hal yang tepat, kita mempunyai kesempatan yang jauh lebih besar
agar mereka mengubah perilakunya seperti yang kita kehendaki.
Waspada juga bahwa terlalu banyak penguatan negatif mungkin
akan menjauhkan kita memperoleh respon yang kita harapakan.
A : ACTIVE LEARNING (Belajar Aktif)
Hukum dari active learning menunjukkan kepada kita bahwa
peserta belajar lebih giat jika mereka secara aktif terlibat dalam
proses pelatihan. Ingatkah satu peribahasa yang mengatakan
“Belajar Sambil Bekerja” ? Ini penting dalam pelatihan orang
dewasa. Jika anda ingin memerintahkan kepada peserta agar
menulis laporan, jangan hanya memberitahu mereka bagaimana itu
harus dibuat tetapi berikan kesempatan agar mereka
melakukannya. Keuntungan lain dari ini adalah orang dewasa
umumnya tidak terbiasa duduk seharian penuh di ruangan kelas,
oleh karena itu prinsip belajar aktif ini akan membantu mereka
supaya tidak jenuh.
M : MULTIPLE -SENSE LEARNING
Hukum dari multi- sense learning mengatakan bahwa belajar
akan jauh lebih efektif jika partisipan menggunakan lebih dari satu
dari kelima inderanya. Jika anda memberitahu trainee mengenai
satu tipe baru sandwich mereka mungkin akan mengingatnya. Jika
anda membiarkan mereka menyentuh, mencium dan merasakannya
dengan baik, tak ada jalan bagi mereka untuk melupakannya.
E. EXERCISE (Latihan)
Hukum dari latihan mengindikasikan bahwa sesuatu yang
diulang-ulang adalah yang paling diingat. Dengan membuat peserta
melakukan latihan atau mengulang informasi yang diberikan, kita
dapat meningkatkan kemungkinan mereka semakin mampu
mengingat informasi yang sudah diberikan. Yang terbaik adalah jika
pelatih menambah latihan atau mengulangi pelajaran dengan
mengulang informasi dalam berbagai cara yang berbeda. Mungkin
pelatih dapat membicarakan mengenai suatu proses baru, lalu
menunjukkan diagram/overhead, menunjukkan produk yang sudah
jadi dan akhirnya minta kepada peserta untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan. Latihan juga menyangkut intensitas. Hukum dari
latihan juga mengacu pada pengulangan yang berarti atau belajar
ulang.

b.        Faktor-faktor Pendidikan Orang Dewasa


Faktor-faktor yang mempengaruhi orang dewasa dalam belajar
dapat bersifat psikis dan fisik.
1)   Faktor Psikis
a)      Harapan masa depan
b)      Latar belakang sosial
c)      Keluarga
d)     Daya ingat
2)   Faktor Fisik
a)      Faktor penglihatan
b)      Faktor pendengaran
c)      Faktor artikulasi
d)     Faktor penyakit

c.         Tujuan Pendidikan Orang Dewasa


Pendidikan orang dewasa umumnya memiliki sasaran
kelompok orang dewasa yang beraneka ragam, baik usianya, tingkat
pendidikannya, lingkungan sosialnya, pelajarannya dan lain-lain.
Secara umum terdapat beberapa tujuan pendidikan orang
dewasa yaitu sebagai berikut:
1)   Tujuan POD bagi pengembang kecerdasan atau intelektual warga
belajar
Yaitu mengembangkan kecerdasan untuk menerima,
menyimpan dan mengolah infomasi menjadi fakta. Orang yang
kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak ada informasi yang
sulit, semuanya dapat disimpan dan diolah, pada waktu yang
tepat dan pada saat dibutuhkan diolah dan diinformasikan
kembali.
2)   Tujuan POD bagi aktualisasi dari indvidu peserta belajar
Aktualisasi tersebut mencakup pemenuhan diri (self-
fulfillment), realisasi seluruh potensi, dan kebutuhan untuk
menjadi kreatif. Mereka yang telah mencapai level aktualisasi diri
menjadi lebih manusiawi, lebih asli dalam mengekspresikan diri,
tidak terpengaruh oleh budaya.
3)   Tujuan POD bagi pengembangan personal
Pengembangan personal dapat dilakukan dengan
menanamkan mindset atau sikapyang paling positif dan
memberdayakan yang bisa Anda tanam, kemudian tanamkan
keunggulan skill pada diri Anda, lalu perluaslah jaringan Anda.
4)   Tujuan POD bagi perubahan sosial (masyarakat)
Merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang
memengaruhi sistemsosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial,
dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.
5)   Tujuan POD bagi pengembangan SDM dalam organisasi kerja
(efektivitas organisasi)
Pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi kerja
adalah suatu proses peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
kapasitas dari semua penduduk suatu masyarakat dalam
organisasi kerja.

d.        Metode Pendidikan Orang Dewasa


1)      Belajar Pasif
Belajar pasif merupakan metode yang paling banyak dan
sering digunakan dalam proses pembelajaran pada umumnya.
Pada metode belajar aktif, peserta didik memperoleh informasi
hanya dengan cara melihat dan mendengarkan. Contoh metode
belajar pasif yaitu:
a)    Membacakan
b)   Mendengarkan kata-kata
c)    Melihat gambar
2)      Belajar Aktif
Dalam metode belajar aktif peserta didik terlibat atau
berpartisipasi langsung dalam proses pembelajaran. Contoh
metode belajar aktif yaitu:
a)    terlibat dalam diskusi
b)   membantu teman belajar
c)    bermain peran
Metode belajar aktif lebih baik daripada metode belajar pasif,
karena ingatan dan pemahaman kita tehadap segala sesuatu
yang diajarkan lebih lama mengendap di dalam ingatan kita.

3)      Belajar Interaktif


Metode ini merupakan metode yang melibatkan peserta didik
secara aktif dalam pengalaman belajar. Contoh dari belajar
interaktif yaitu:
a)      Curah pendapat atau brainstorming
b)      Peragaan atau demonstration
c)      Bermain peran atau role playing
d)     Studi kasus atau chase studies
e)      Permainan atau game

e. Jenis Pendidikan Orang Dewasa


1. Pendidikan Berkelanjutan (Continuing Education), yang
mempelajari pengetahuan dan keterampilan lanjutan sesuai
dengan perkembangan kebutuhan belajar pada diri orang dewasa.
Pendidikan berkelanjutan ini ditujukan pada kegiatan untuk
meperbaiki dan meningkatkan kemampuan pengetahuan, dan
keterampilan serta profesi, sehingga dapat dijadikan fasilitas
dalam peningkatan diri dan produktivitas kerja. Misalnya
Pelatihan-pelatihan, Penataran, dan Lokakarya.
2. Pendidikan Perbaikan (Corrective Education), adalah kesempatan
belajar yang disajikan bagi orang dewasa yang mulai memasuki
usia tua dengan tujuan agar mereka dapat mengisi kekurangan
pendidikannya yang tidak sempat diperoleh pada usia muda.
Misalnya : Kursus-kursus pengetahuan dasar termasuk
pemberantasan tuna aksara, latihan berorganisasi, dan
keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan dan usaha.
3. Pendidikan Populer (Popular Education), adalah kesempatan
belajar yang disediakan bagi orang dewasa dan orang tua dengan
tujan agar mereka dapat mengenal perubahan dan variasi dalam
kehhidupan sehari-hari. Misalnya pergaulan dengan orang lain,
rekreasi, dan pendidikan yang berkaitan dengan kepuasan hidup.
4. Pendidikan Kader, adalah kegiatan pendidikan yang
diselenggarakan pada umumnya oleh lembaga, organisasi atau
perkumpulan yang giat dibidang politik, ekonomi, kepemudaan,
kesehatan, dll. Tujuannya untuk membina dan meningkatkan
kemampuan kelompok tertentu yaitu kader, demi kepentingan,
misi lembaga yang bersangkutan di masyarakat.
5. Pendidikan Kehidupan Keluarga (Family Life Education), suatu
cabang pendidikan orang dewasa yang kegiatannya berkaitan
secara khusus dengan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan kegiatan
kehidupan keluarga. Tujuannya ialah memperluas dan
memperkaya pengalaman anggota keluarga untuk berpartisipasi
dengan terampil dalam kehidupan keluarga sebagai satu kesatuan
kelompok. Misalnya : Hubungan dalam keluarga; pemeliharaan
anak; kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat; dan
pendidikan sek...

3.      Materi/Program Pendidikan bagi Orang Dewasa


Program secara umum diartikan suatu kegiatan bekajar
(kurikulum) yang drancang oleh suatu lembaga (institusi) yang digunaan
bagi peserta didik untuk mengikut kegiatan belajar sesuai dengan tujuan
pendidikan (pembelajaran) yang ditetapkan. Misalnya program khusus
menjahit bagi para peserta sesudah selesai mengikuti program untuk
memasuki dunia kerja di industri konveksi atau mendirikan usaha sendiri
seperti butik atau penjahitan.
Institusi atau lembaga yang menyusun program Pendidikan Orang
Dewasa antara lain :
1.      Lembaga kursus
2.      Pusat pendidikan & pelatihan ( balai latihan, tenaga kerja, BLK )
3.      Pusat kegiatan belajar ( SKB )
4.      BPKB ( Badan Pengembangan Kegiatan Belajar )
5.      BPPNFI ( Badan Pengembangan Pendidikan Non Formal – Informal )
6.      Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
7.      Perguruan Tinggi ( Program Pendidikan Ekstension)
8.      Pendidikan & Pelatihan di Perusahaan / Perkantoran.

B.       PENDIDIKAN USIA LANJUT


1.      Pengertian Usia Lanjut
Pengertian usia lanjut secara tepat sangat sulit dan tidak persis
satu sama lainnya. Di Jerman pada tahun 1883 ditetapkan 65 tahun
sebagai masa usia lanjut, seperti halnya di Amerika Serikat yang
menurut Undang-Undang Jaminan Sosial, seseorang dikatakan berusia
lanjut bila telah mencapai usia 65 tahun ke atas. Di Indonesia usia lanjut
diidentikkan dengan seseorang yang memasuki masa pensiun. Undang-
Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 menyatakan bahwa “orang jompo
ialah setiap orang yang berhubungan dengan usia lanjut, tidak
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok
bagi hidupnya sehari-hari”. Sehubungan dengan itu Keputusan Menteri
Sosial RI Nomor: HUK 3-1/50/107 tahun 1971, Pasal 1 menyatakan
bahwa seseorang dinyatakan sebagai jompo, setelah yang bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
nafkah dari orang lain.
2.      Pendidikan Usia Lanjut
Pendidikan usia lanjut merupakan sebuah rangkaian proses
pembelajaran, latihan, dan bimbingan bagi warga belajar usia lanjut
yang meliputi:
a.    Pengalaman belajar pada masa lalu yang dimiliki warga belajar (usia
lanjut)
Pengalaman belajar pada masa lalu yang dimiliki oleh usia lanjut
sangat berpengaruh dalam proses belajar pada masa usia lanjut.
Kelemahan yang dihadapi pada usia lanjut yaitu sulitnya
menghubungkan pelajaran yang telah diterima pada masa lalu dengan
pelajaran yang baru diterimanya. Hal tersebut disebabkan
menurunnya daya nalar (daya ingat) warga belajar usia lanjut yang
semakin menurun. Sehingga waktu belajar bagi usia lanjut
memerlukan waktu yang lama dalam menghafal.
b.    Penguasaan varian-varian pengalaman belajar yang telah dimiliki
Warga belajar usia lanjut dalam hal mengingat dan menguasai
kembali pengalaman belajarnya memerlukan waktu yang lama dan
perlu adanya perhatian dari pendidik agar proses mengingat
pengalaman belajar menjadi mudah, yaitu sebagai berikut:
1)   membantu warga belajar dalam menerapkan prinsip-prinsip
pengorganisasian bahan belajar
2)   Membantu warga belajar dalam penentuan model kegiatan
pembelajaran yang akan mereka jalani.
c.    Landasan belajar bagi usia lanjut
Landasan belajar bagi usia lanjut menggunakan konsep
pendidikan sepanjang hayat (life long education). Dimana pendidikan
sepanjang hayat adalah suatu pendidikan yang tidak terbatas usia dan
berakhirnya pendidikan tersebut mencakup keseluruhan waktu hidup
seseorang atau sekelompok orang (warga belajar).
Pendidikan sepanjang hayat ini dapat dijabarkan ke dalam
program-program pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah
yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan motivasi dalam
diri warga belajar untuk membiasakan belajar secara continue (terus
menerus) sepanjang hayatnya.
d.   Gaya belajar dan usia lanjut
Gaya belajar didefinisikan sebagai karakteristik cara seseorang
dalam memproses informasi, merasa, dan menyikapi terhadap dan
atau dalam situasi belajar. Dengan kata lain, preferensi-preferensi
watak dan kecenderungan mempengaruhi belajar seseorang. Usia
lanjut memiliki perbedaan dalam hal berpikir dan menyelesaikan
masalah mereka.
e.    Materi yang cocok dipelajari oleh usia lanjut
Materi belajar yang cocok bagi warga belajar usia lanjut
adalah sebagai berikut:
1)      Perkembangan individu
a)      Kesehatan, meliputi:
a.    Kesehatan fisik
b.    Kesehatan emosional
c.    Cara mencegah penyakit
b)      Perkembangan intelektual
a.    Mengemukakan buah pikiran
b.    Memahami pikiran orang lain
c.    Bekerja efektif
c)      Pilihan moral
a.    Kebebasan individu
b.    Tanggung jawab atas diri sendiri
c.    Tanggung jawab atas orang lain
2)      Perkembangan partisipasi sosial
a)      Hubungan antarpribadi
(1)     Mengusahakan hubungan sosial dengan orang lain
(2)     Mengusahakan hubungan kerja yang baik dengan orang
lain
b)      Keanggotaan kelompok
(1)     Memasuki kelompok
(2)     Partisipasi dalam kelompok
(3)     Partisipasi kepemimpinan dalam kelompok
c)    Hubungan antarkelompok
(1)     Kerja sama dengan kelompok rasional
(2)     Kerja sama dengan kelompok agama
(3)     Kerja sama dengan kelompok nasional (persatuan
organisasi)
(4)     Kerja sama dalam kelompok sosial ekonomi
3)      Perkembangan menghadapi faktor-faktor dan daya-daya
lingkungan
a)    Alamiah
(1)     Mempelajari gejala fisik (kekeringan, debu, dsb)
(2)     Mempelajari tanaman
(3)     Mempelajari hewan
(4)     Mempelajari pengaruh kimiawi (sabun, bumbu masakan,
gas, minyak tanah, dsb)
b)   Teknologi
(1)   Pemberian alat-alat rumah tangga
(2)   Pemberian alat transportasi
c)    Daya sosial ekonomi
(1)   Mencari nafkah
(2)   Mencari barang dan jasa
(3)   Kesejahteraan umum
f.     Metode dan strategi pembelajaran bagi usia lanjut
Metode pembelajaran bagi usia lanjut yaitu:
1)        Metode pembelajaran yang menggali minat, bakat dan kreativitas
para orang tua/manula dengan cara persuasive dan
menyenangkan.
2)        Metode yang dipilih harus menyeimbangkan kemampuan
intelektualitas dengan kemampuan fisik serta kecerdasan spritual
dan emosional warga belajar.
3)        Tekhnik pembelajarannya adalah dengan tidak membantah,
memotong, meragukan kemampuan individual, dan hal-hal lain
yang mengakibatkan ketidaknyamanan para orang tua/manula.
4)        Tekhnik lainnya yaitu, dengan memuji, memberikan
aplaus/jempol atas pernyataan maupun pertanyaan, memberikan
kesimpulan yang baik dan benar, mengarahkan apabila
diperlukan dll.
Adapun strategi pembelajaran bagi usia lanjut adalah sebagai
berikut:
1.      Strateginya adalah dengan memilah kondisi individual sesuai
dengan kemampuannya, baik secara intelektualitas serta
kemampuan fisik.
2.      Para orang tua/manula harus merasa dibutuhkan dari sisi
kompetensinya.
3.      Melakukan pembelajaran konstektual.
4.      Menerima dan memediasi serta memfasilitasi kebutuhan, ide,
pemikiran, gagasan serta kreativitas yang mereka miliki.
g.    Evaluasi pembelajaran bagi usia lanjut
Hal di atas berangkat dari asumsi bahwa dalam pendidikan
terdapat tiga dimensi pokok, yaitu pembelajaran, latihan, dan
bimbingan. Selain itu, dalam pendidikan usia lanjut perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1)        Karakteristik warga belajar
Warga belajar usia lanjut memiliki karakteristik sebagai
berikut yaitu
a)    Perbedaan orientasi terhadap pendidikan dan belajar
b)   Akumulasi pengalaman
c)    Kecenderungan khusus
2)        Pendekatan
Srivisasan dalam (Ilmu dan Aplikasi Pendidikan)
mengemukakan tiga macam pendekatan orang dewasa dalam hal
ini usia lanjut terhadap belajar yaitu
a)    Pendekatan yang berpusat pada masalah
b)   Pendekatan proyektif
c)    Pendekatan aktualisasi diri
3)        Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran
Menurut Syamsu Mappa dan Anisah Basleman (Ilmu dan
Aplikasi Pendidikan) proses pembelajaran orang dewasa (usia
lanjut) dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
a)    Faktor Fisiologis, meliputi
(1)     Pendengaran, mencakup: kejelasan pendengaran dan
diskriminasi nada.
(2)     Penglihatan, mencakup: intensitas penglihat, jarak
penglihatan, jarak penglihatan jauh, kemampuan untuk
membedakan warna, dan ketelitian penglihatan.
(3)     Kondisi fisiologis
b)   Faktor Psikologis, meliputi
(1)   Kecerdasan/bakat
(2)   Motivasi
(3)   Perhatian
(4)   Berpikir
(5)   Ingatan/lupa
(6)   Belajar lanjut (Over Learning)
(7)   Review/resitasi
c)    Faktor Lingkungan Belajar
Faktor lingkungan belajar yang dapat mempengaruhi orang
dewasa dalam belajar adalah:
(1)   Tempat dimana orang dewasa (usia lanjut) itu belajar
(2)   Di luar tempat dimana orang dewasa (usia lanjut) itu
belajar
d)   Faktor Sistem Penyajian
Sistem penyajian dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
(1)   Kurikulum
Kurikulum sangat berpengaruh dan sangat menentukan
dalam pemilihan strategi belajar dan membelajarkan orang
dewasa (usia lanjut). Oleh sebab itu struktur kurikulum
harus diketahui kedudukan dan peranan tiap mata
pelajaran dalam pembentukan kompetensi, pribadi,
pengetahuan, keterampilan, dan sosial.
(2)   Bahan belajar
Beberapa aspek bahan belajar yang perlu
dipertimbangkan dan diperhatikan dalam memilih strategi
belajar dan membelajarkan orang dewasa (usia lanjut)
mencakup aspek kemampuan yang akan dikembangkan,
derajat kesukaran, jenis bahan, luas dan jumlah bahan, serta
letak bagian dalam keseluruhan pelajaran.
(3)   Metode penyajian
Beberapa kriteria pemilihan metode penyajian,
diantaranya metode penyajian dipilih sesuai dengan hakikat
tujuan pembelajaran, metode penyajian dipilih sesuai
dengan sifat dan hakikat bahan belajar yang disajikan, dan
metode penyajian dipilih sesuai dengan tingkat
perkembangan belajar.

3.      Konsep Pembelajaran bagi usia lanjut


Berikut ini akan dibahas mengenai konsep pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik warga belajar usia lanjut.
Belajar berarti penambahan pengetahuan. Dalam hal ini belajar
sering dikaitkan dengan menghafal. Belajar bisa pula diartikan sebagai
perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Berikut ini
adalah teori dan konsep belajar yang dianggap relevan dengan
masyarakat lanjut usia.
a.    Teori Belajar
Teori belajar yang berperan dalam pendidikan usia lanjut
adalah sebagai berikut:
a)  Teori-teori belajar menurut aliran behavioristik
Para penganut aliran teori belajar behavioristik mulai
terkenal pada paruh abab 20-an, dan berkembang dengan
pandangan-pandangan belajar seperti disiplin mental,
developing inind matter, pelatihan, dan lain-lain. Para penganut
aliran behavioristik mengartikan belajar sebagai perubahan
tingkah laku, perubahan di dalam hal kemampuan dan
kecakapan untuk berperilaku dalam cara-cara yang baru pada
diri pelajar, tidak menyertakan perubahan yang diakibatkan
oleh kematangan, kedewasaan, dan pertumbuhan. Perubahan
tingkah laku tersebut diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.
Tokoh teori belajar aliran behavioristik meliputi: Thorndike,
Pavlov, Watson, dan Skinner.
Adapun teori-teori belajar menurut aliran behavioristik
antara lain sebagai berikut:
(1)   Teori Classical Conditioning
Telah kita ketahui sebelumnya teori classical
conditioning yang terkenal oleh Ivav Pavlov, yang memuat
prinsip dasar. Prinsip dasar tersebut adalah sebuah
unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR),
dan conditioned stimulus (CS). (Drs. Alex Sobur, 2009:224).
Prinsip-prinsip tersebut mengungkapkan bahwa
pembentukan tingkah laku dapat dilakukan melalui proses
atau latihan.
Ivav Pavlov menerapkan prinsip tersebut sebagai
berikut anjing (US) dapat keluar air liurnya (UR) ketika
hanya mendengar bunyi lonceng dan pada percobaan
berikutnya air liur tidak keluar lagi meskipun lonceng
dibunyikan (CS) berulang-ulang. Terbukti bahwa
pengulangan hubungan dari stimulus terlihat dalam
pemindahan sifat-sifat reaksi yang dihasilkan dari
rangsangan atau stimulus yang satu (US) ke stimulus yang
lain (CS) dalam arti bahwa proses atau latihan terus
menerus akan membentuk perubahan tingkah laku.
Peran dalam kegiatan belajar orang dewasa dan
usia lanjut adalah ketika seseorang tidak mengalami
kepuasan maka akan berhenti berlatih atau belajar, tatkala
mengalami ketidakpuasan, ketakutan atau merasa berat
dengan apa yang dihadapinya. Terlihat adanya hubungan
pembentukan antara “emotional” dan “attitudional”.
Contoh : pada orang dewasa banyak yang tidak suka pada
pelajaran Bahasa Inggris disebabkan oleh sulitnya
mencerna kata-kata Bahasa Inggris. Namun mulai saat ini
banyak orang dewasa dan usia lanjut suka belajar Bahasa
Inggris karena tutor yang menarik dan menyenangkan.
(2)   Teori Operant Conditioning
Teori operant conditioning adalah teori yang
terkenal dengan hubungan antara stimulus dengan respon.
Skinner berpendapat bahwa perilaku manusia selalu
dikendalikan oleh faktor luar (faktor lingkungan,
rangsangan, atau stimulus) juga pada penguatan yang
diberikan. Bila penguatan yang diberikan positif, suatu
perilaku dapat dikembangkan. Namun jika penguatan
negatif, maka perilaku akan dihambat.
Skinner mengujicobakan eksperimennya dengan
memasukan hewan pada ke dalam kotak, yang tidak berisi
apa-apa kecuali pengungkit dan baki makanan. Dari
percobaan tersebut, mengahsilkan perbedaan perubahan
tingkah laku antara hewan-hewan yang dimasukkan yang
menunjukkan adanya hubungan antara stimulus dengan
respon juga adanya penguatan yang diberikan.
Peran teori operant conditioning pada orang dewasa
dan usia lanjut adalah bagi guru atau fasilitator maupun
buku-buku pelajaran hendaknya memiliki peran dan fungsi
sebagai programmer yang berusaha membentuk perilaku
warga belajar dengan memberikan urutan stimulus dan
respon, sehingga perilaku akhir sebagaimana ditetapkan
dalam tujuan pembelajaran. Jadi jika menginginkan
perilaku yang berkembang maka harus ada penguatan
berupa penghargaan atau penguatan positif. Ini menurut
teori Operant Conditioning.
b.    Prinsip-Prinsip Belajar
Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat
menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip
belajar belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :
a)    Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus
mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat
melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
b)   Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri
dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam
kecepatan belajar.
c)    Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah
segera diberikan penguatan (reinforcement).
d)   Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah
pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih
berarti.
e)    Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari
sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan
belajar dan mengingat lebih baik.
(http://edukasi.kompasiana.com)
Kemudian pada belajar memiliki prinsip-prinsip, diantaranya:
a) belajar harus memiliki tujuan, b) tujuan harus berhubungan
dengan kebutuhan hidup, c) dalam belajar harus ada usaha dan
bersedia mengalami bermacam-macam kesukaran, d) harus ada
perubahan tingkah laku sebagai hasil, e) harus ada hasil sambilan
di samping tujuan pokok, f) harus berbuat (learning by doing), g)
belajar sebagai suatu keseluruhan, h) ada unsur bantuan dan
bimbingan orang lain, i) memerlukan insight, j) ada tujuan lain di
samping tujuan yang sebenarnya, k) belajar dikatakan berhasil
apabila memberi sukses yang menyenangkan, l) pengulangan dan
latihan perlu diberikan atas dasar pemahaman, dan m) ada
kemauan untuk belajar.
4.      Desain Model Pendidikan Usia Lanjut
Metode dan strategi pembelajaran

Belajar
Gambar dibawah ini adalah desain model pendidikan usia lanjut.

Pengalaman Belajar Pada Usia Lanjut

Penguasaan varian pengalaman belajar

Materi yang dipelajari

Landasan
Belajar

Kurikulum Pembelajaran

Pengelolaan Pembelajaran

5.      Kurikulum Pembelajaran Bagi Usia Lanjut


Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan usia lanjut yaitu
Kurikulum persistent life situations, yaitu merupakan bagian dari
kurikulum terpadu yang menganalisis situasi yang dihadapi manusia
dalam hidupnya, masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
Kurikulum Persistent Life Situations memiliki karakteristik, fungsi,
prinsip dan strategi penerapan sebagai berikut:
a.    Karakteristik Kurikulum Persistent Life Situations
Karakteristik kurikulum Persistent Life Situations bagi warga
belajar usia lanjut adalah sebagai berikut:
1)   Universal artinya pokok bahasannya memiliki tingkat generalisasi
yang tinggi sehingga mampu memberikan kompetensi seluruh
spektrum pendidikan bagi warga belajar usia lanjut.
2)   Adaptif artinya dapat memberikan kemampuan kepada warga
belajar usia lanjut untuk mengadaptasi perubahan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3)   Transferable artinya konsep-konsep yang ada dalam pokok-pokok
bahasan dapat dimanfaatkan atau digunakan bagi kehidupan di
masyarakat dan kehidupan sehari-hari.
4)   Aplikatif artinya memungkinkan diaplikasikan secara luas pada
berbagai bidang keilmuan dan teknologi.
5)   Meaningful artinya layak, bermakna dan bermanfaat untuk
diketahui dan dikuasai peserta didik sebagai landasan untuk tetap
survive.
6)   Mampu untuk membentuk dan membangun pola pikir melalui
kegiatan bernalar.
7)   Mampu mengembangkan kreativitas untuk mengidentifikasi dan
menemukan.

b.    Fungsi Kurikulum Persistent Life Situations Bagi Warga Belajar Usia
Lanjut
Kurikulum selain memiliki peranan, juga memiliki berbagai fungsi.
Pada kurikulum Persistent Life Situations usia lanjut memiliki fungsi-
fungsi yang sama dengan fungsi-fungsi kurikulum pada umumnya.
Secara umum fungsi kurikulum menurut Alexander Inglis (dalam
buku memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
a)    Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian pada kurikulum Persistent Life Situations
bagi warga belajar usia lanjut memandang bahwa individu (usia
lanjut) hidup dalam lingkungan sehingga setiap individu (usia
lanjut) harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan
secara menyeluruh. Individu (usia lanjut) dituntut selalu mampu
menyesuaikan diri disebabkan lingkungan tempat individu
berinteraksi selalu berubah dan bersifat dinamis.
b)   Fungsi Pengintegrasian
Fungsi integrasi memandang bahwa kurikulum harus
berfungsi mendidik pribadi-pribadi (usia lanjut) yang terintegrasi.
Hal tersebut disebabkan individu (usia lanjut) merupakan bagian
integral dari masyarakat (lingkungan). Dengan perkataan lain,
individu harus berkonstribusi pada pengintegrasian masyarakat.
c)    Fungsi Diferensiasi
Fungsi diferensiasi memandang bahwa kurikulum harus
memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan individu
dalam masyarakat. Hal ini berangkat dari suatu anggapan bahwa
individu (usia lanjut) berbeda dengan individu lainnya. Pembedaan
(diferensiasi) di sini dimungkinkan untuk bisa mendorong proses
berfikir kritis dan kompetitif diantara individu (usia lanjut).
d)   Fungsi Persiapan
Fungsi persiapan memandang bahwa kurikulum harus
berfungsi mempersiapkan warga belajar usia lanjut untuk mampu
melanjutkan dan atau menerima materi/bahan lebih jauh.
e)    Fungsi Pemilihan
Fungsi pemilihan merupakan tindak lanjut dari fungsi
perbedaan. Dimana dari perbedaan-perbedaan yang muncul harus
mampu menarik dan menentukan pilihan minat individu (usia
lanjut).
f)    Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostik memandang bahwa kurikulum harus
mampu mengarahkan warga belajar memahami dan menerima
keadaan dirinya untuk dapat mendorong dan mengembangkan
potensi yang dimilikinya.

c.    Prinsip Kurikulum Persistent Life Situations Bagi Usia Lanjut


Adapun prinsip kurikulum Persistent Life Situations bagi usia
lanjut adalah sebagai berikut:
a)    Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur
b)    Belajar sepanjang hayat (lifelong education)
c)    Pengembangan keterampilan dan kemandirian hidup

d.   Strategi Penerapan Kurikulum Persistent Life Situations Bagi Usia


Lanjut
Penerapan kurikulum Persistent Life Situations memiliki strategi
sebagai berikut, yaitu: a) Penetapan Sosialisasi Kurikulum, b)
Penetapan sasaran dan prosedur, c) Penetapan Waktu dan Lama
Pelaksanaan Kurikulum, dan d) Penetapan Evaluasi Hasil.

6.      Pengelolaan Pembelajaran


Sebagian besar kegiatan pembelajaran dalam program pelatihan
yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun lembaga
swadaya masyarakat khususnya pada program pelatihan bagi orang usia
lanjut, dilakukan di ruangan atau di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa
ruangan/ kelas merupakan tempat kegiatan utama bagi kegiatan
pembelajaran dalam program-program pelatihan dan program/kegiatan
pendidikan luar sekolah kliennya. Penggunaan ruangan/kelas sebagai
tempat kegiatan pembelajaran didasari oleh beberapa alasan
sebagaimana dikemukakan oleh D. Sudjana (dalam buku Ilmu
Pendidikan dan Aplikasi Pendidikan) yaitu sebagai berikut:
a)      Kegiatan pembelajaran di ruangan/kelas sudah lebih dulu dikenal
dibandingkan dengan tempat kegiatan pembelajaran lainnya.
b)      Penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di ruangan/kelas lebih
mudah dilakukan dibandingkan dengan penyelenggaraan pada
fasilitas lainnya. Pembelajaran di ruangan kelas cukup dengan
mencari dan menentukan ruangan yang akan digunakan, adanya
sejumlah peserta didik, adanya bahan belajar dan tersedianya alat
bantu pembelajaran.
c)      Melalui kegiatan pembelajaran di ruangan/kelas memungkinkan
semua peserta didik dapat menerima informasi pada waktu yang
sama. Demikian pula setiap peserta didik dapat memulai dan
mengakhiri kegiatan belajar secara bersama-sama. Dalam
ruangan/kelas mereka dapat membahas bahan belajar yang sama,
dapat melihat alat peraga dan menggunakan media belajar secara
bersama, dan dapat pula berinteraksi dalam ruang dan waktu yang
sama.
Hanya saja agar pengelolaan pembelajaran dalam ruangan/kelas
dapat berjalan lebih efektif, maka perlu memperhatikan persyaratan-
persyaratan berikut ini:
a)        Adanya keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari peserta
didik. Keterlibatan peserta didik merupakan syarat pertama dan
utama dalam kegiatan pembelajaran di ruangan/kelas. Untuk
terjadinya keterlibatan peserta didik maka mereka harus
memahami dan memiliki tujuan belajar yang ingin dicapai melalui
kegiatan belajar. Keterlibatan peserta didikpun harus mempunyai
arti penting bagi dirinya dan perlu diarahkan secara baik oleh
pendidik untuk kepentingan peserta didik. Bentuk keterlibatan
peserta didik itu banyak bentuknya, salah satu contohnya adalah
sekelompok peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar untuk
memecahkan masalah yang dihadapi bersama, namun secara
terpisah peserta didik dapat melakukan kegiatan pemecahan
masalah secara perseorangan.
b)        Tanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran. Para peserta didik
perlu disadarkan tentang sejauh mana tanggung jawab mereka
dalam kegiatan belajar. Apabila tujuan belajar telah diketahui
dengan baik dan jelas oleh peserta didik, maka mereka perlu
meyakini bahwa merekalah yang harus melakukan kegiatan belajar
guna mencapai tujuan belajar. Tidak sebaliknya, yaitu pendidik yang
menyuruh dan memaksakan kehendaknya kepada peserta didik
agar mereka berbuat untuk mencapai tujuan itu. Dalam kegiatan
belajar yang dilakukan dalam kelompok kecil, seperti pekerjaan
sehari-hari, peserta didik perlu merasakan bahwa merekalah yang
memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas dalam
kegiatan belajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh
mereka, sedangkan pendidik hanya berperan untuk memberikan
dorongan atau bimbingan.
c)        Adanya umpan balik (feed back) dan peserta didik. Umpan balik ini
berguna bagi pendidik untuk mengetahui tingkat perubahan yang
dialami oleh peserta didik pada saat sebelum dan pada saat kegiatan
belajar berlangsung. Dengan adanya umpan balik ini pendidik akan
memperoleh gambaran tentang perubahan yang telah dan sedang
terjadi patuh diri peserta didik. Makin banyak umpan balik yang
disampaikan peserta didik, maka akan makin diketahui tentang
tingkat keberhasilan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran yang
dilakukan pendidik. Umpan balik dapat dilakukan dengan
bermacam cara seperti dengan bertanya, minta tanggapan,
menyuruh melakukan kegiatan, dan menjelaskan kembali suatu
yang telah dipelajari kepada semua peserta didik. Umpan balik di
ruangan/kelas dapat diperoleh dengan menggunakan alat
penghimpun informasi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Alat-alat tersebut antara lain berupa catatan harian, lembaran
observasi, lembaran evaluasi kegiatan dan penampilan pendidik
serta lembaran pesan dari peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai