PENDAHULUAN
1
membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada bagian ini
menyoroti beberapa isu kritis dan problematis dalam PAUD. di mana isu
merupakan suatu hal yang menjadi perbincangan (trending topic) yang bersifat
sementara. Sedangkan problematika itu sendiri merupakan permasalahan atau
masalah yang timbul di tengah PAUD. Untuk lebih jelasnya mengenai isu dan
problematika PAUD kontemporer akan dibahas pada bab selanjutnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2. Isu PAUD Kontemporer
Dalam perkembangannya, masyarakat telah menunjukkan kepedulian
terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini
untuk usia 0 sampai dengan 6 tahun dengan berbagai jenis layanan sesuai
dengan kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan
formal maupun non formal. Penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal
berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK) Raudhatul Atfal (RA) dan bentuk lain
yang sederajat, yang menggunakan program untuk anak usia 4 –6 tahun.
Sedangkan penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan nonforml berbentuk
Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat, menggunakan
program untuk anak usia 0 – <2 tahun, 2 –<4 tahun, 4 – ≤6 tahun dan
Program Pengauhan untuk anak usia 0 - ≤6 tahun; Kelompok Bermain (KB)
danbentuk lain yang sederajat, menggunakan program untuk anak usia 2 – <4
tahun dan 4 – 6 tahun. Penyelenggaraan PAUD sampai saat ini belum
memiliki standar yang dijadikan sebagai acuan minimal dalam
penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal, nonformal dan atau
informal. Oleh karena itu, untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak, maka perlu
disusun Standar PAUD. 1
Standar PAUD merupakan bagian integral dari Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang
dirumuskan dengan mempertimbangkan karakteristik penyelenggaraan
PAUD. Standar PAUD terdiri atas empat kelompok, yaitu: (1) Standar tingkat
pencapaian perkembangan; (2) Standar pendidik dan tenaga kependidikan; (3)
Standarisi, proses, dan penilaian; dan (4) Standar sarana dan prasarana,
pengelolaan dan pembiayaan. Standar tingkat pencapaian perkembangan
berisi kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun. Tingkat perkembangan yang dicapai
merupakan aktualisasi potensi semua aspek perkembangan yang diharapkan
1
Kartono, Kartini. 1985:Mengenal Dunia Kanak-Kanak. Jakarta: Cv Rajawali.
4
dapat dicapai anak pada setiap tahap perkembangannya, bukan merupakan
suatu tingkat pencapaian kecakapan akademik. Standar pendidik (guru, guru
pendamping, dan pengasuh) dan tenaga kependidikan memuat kualifikasi dan
kompetensi yang dipersyaratkan Standar isi, proses, dan penilaian meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program yang dilaksanakan secara
terintegrasi terpadu sesuai dengan kebutuhan anak. Standar sarana dan
prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan mengatur persyaratan fasilitas,
manajemen, dan pembiayaan agar dapat menyelenggaakan PAUD dengan
baik.
Adapun isu yang menjadi fokus pembahasan pada bagian ini adalah: a)
dikotomi PAUD dan TPQ, b) guru-guru PAUD yang di isi oleh ibu-ibu
pengangguran, c) kesenjangan hak dan kewajiban guru PAUD, d) wacana
wajib belajar 12 tahun yang di mulai dari TK/RA dan, e) merancang program
PAUD di masa depan.
5
di bina oleh guru profesional menjadi lembaga pengasuhan bahkan
penitipan anak yang menuntut seorang pengasuh, bukan pendidik.
Akibatnya, guru-guru di lembaga PAUD di dominasi oleh ibu-ibu rumah
tangga pengangguran, khususnya ibu RT dan ibu RW serta ibu Dukuh
yang tidak mempunyai kompetensi sebagai pendidik profesional.
Fenomena ini berimplikasi pada pendirian PAUD di setiap desa oleh ibu-
ibu PKK dan gurunya adalah pendiri itu sendiri.
Pertumbuhan PAUD yang di pelopori oleh ibu-ibu pengangguran,
termasuk PKK di samping memenuhi tuntutan wanita karier mengandung
bahaya besar bagi masa depan anak bangsa karena mereka akan di asuh
oleh orang-orang yang tidak berkompeten sama sekali. Dalam sebuah
hadits di sebutkan bahwa jika sebuah urusan tidak di pegang oleh ahlinya,
maka tunggulah kehancurannya. Dalam konteks ini, anak-anak mengalami
goncangan psikologis yang sangat serius.
Bukan bermaksud membandingkan sistem pendidikan di negara
sendiri dengan negara lain sehingga terkesan anti NKRI, guru-guru PAUD
di jepang misalnya dan negara lain justru di pilih guru SDM yang
berkualifikasi minimal S-3 (doktor). Selanjutnya, semakin senior jabatan
guru, semakin rendah jenjang pendidikan yang diampu. Dosen senior
harus mengajar SMA, guru SMA senior harus mengajar SMP, guru SMP
senior harus mengajar SD. Artinya, guru PAUD di luar indonesia jauh
lebih “bermartabat” dari guru yang lain.
6
khas. Artinya, kewajiban beban kerja guru PAUD daan TPQ lebih besar
tetapi haknya lebih kecil. Akibatnya, guru PAUD sekedar “dari pada
pengangguran”. Jika hal ini dibiarkan, yang terjadi adalah banyaknya
guru-guru PAUD yang hanya “pelarian” disisi lain, biaya pendidikan di
PAUD sngat mahal, jauh melebihi pendidikan dasar.
Akibatnya, justru banyak orangtua yang tidak mampu
menyekolahkan anaknya dilembaga PAUD dan menunggun hingga usia 6
tahun kemudian masuk SD karena gratis. Hal ini berimplikasi secara
langsunng terhadap masa keemasan anak (golden ages) yang secara
otommatis terlewatkan. Jika hal ini dibiarkan, akan semakin banyak anak
yang menyia-nyiakan masa keemasannya.diluar negeri, gajih guru PAUD
bisa mencapai 2 kali lipat dari gajih pada umumnya. Hal ini sesuai engan
sistem pendidikan disana yang mensyaratkan guru PAUD sserendah-
rendahnya berkualifikasi S-3 atau Doktor. Meskipun demikian, dengan
beban akademik guru-guru PAUD di indonesia yang sedemikian berat
perlu dipertimbangkan kesetaraan dan keadilan hak dan kewajibannya.
3
Sujiono, Yuliani Nurani 2014. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Permata Puri Media.
7
Jika wacana ini dapat mempengaruhi penganbiilan kebijakan,
implikasi, yang akan ditimbulkan adalah biaya pendidikan PAUD dapat di
bebaskan, gur PAUD setara dengan guru-guru lain yang secara otomatis
banyak guru PNS di PAUD dan mendapat hak yang layak, guru(ustaz)
TPQ akan mendapatkan haknya sebagai guru, terpeliharanya masa
keemasan anak sehingga potensinya dapat dioptimalkan.
8
pada pola pikirnya (mindset). Pola pikir manusia bertumpu pada otaknya.
Ilmu yang mempelajarai otak adalah neurosains. Oleh karena itu,
pendidikan karakter dapat di jelaskan melalui mekanisme kerja otak
sebagaimana dalam neurosains.
Jika manusia berkarakter adalah insan kamil, sementara unsur-
unsur insan kami adalah jasmani. Rohani dan akal, atau Akil,Naf,Qolb-
Ruh, maka neurosains mengatakan bahwa manusia berkarakter adalah
manusia yang mengoptimallisasi ketiga fungsi otaknya (kanan, kiri dan
tengah) seimbang. Oleh karena itu, pendidikan karakter adalah pendidikan
yang mampu mengoptimalisasi berbagai unsur tersebut secara seimbang.
Penyeimbangan itu berlangsung dalam PAUD melalui bermain, bernyanyi,
dan bercerita. Dengan pemanduan berbagai entitas insan kamil tersebut
pendidikan karakter dapat dikonstruksi dalam kerja otak yang secara
embriologis atau neuro-antropo-biologis di regulasi dalam sistem sinaps
pada tingkat molekuler. Artinya, susunan saraf dalam sistem sinaps pada
tingkat molekuler yang meregulasi prilaku anak dapat di ubah melalui
berbagai gerak, beberapa di antarannya adalah bermain, bernyayi, dan
bercerita, bahkan ketiga kegiatan tersebut hanya efektif di lembaga
PAUD.4
4
H, Berne, Patricia & M, Savary, Louis. 1988. Membangun Harga Diri Anak. Yogyakarta: Kanisius.
9
adalah yang mengandung dan menyusui anak, maka perempuanlah
yang di pandang sebagai orang yang paling ,mampu mendidik anak.
Gerakan gender berupaya untuk menjelaskan dan mengklarifikasi
antara peran secara sosio kultur terhadap perempuan (sumur, dapur dan
kasur) dan kodratnya sebagai perempuan (mengandung dan menyusui).
Artinya, berbeda antara sosio-kultur dengan kodrat.
Implikasinya dalam pendidikan anak adalah tugas utama
pendidikan anak tidak boleh di bebankan kepada perempuan semata.
Artinya, laki-laki mendapat hak yang sama atas pengasuhan anak.
Adapun mengandung dan menyusui adalah kodrat yang di terima secara
sukarela. Gerakan gender ini telah berimplikasi pada gelombang
paradigma wanita karir secara besar-besaran. Dengan alasan kesetaraan
hak dan peran, terlebih lagi dibumbui dengan alasan ekonomi keluarga,
sebagai perempuan telah menetapkan kakinya dijalan karir (kerja pagi
pulang sore. Implikasi lebih lanjut adalah pergeseran pola asuh anak-
anak dari keluarga ke pembantu rumah tangga.
10
3) PAUD yang semakin akademis mengingat
User atau pengguna PAUD Full Days School adalah kalangan elit
dengan pendidikan akademis tinggi dan didukung oleh kemampuan
ekonomi yang mapan, mereka “menuntut” PAUD mampu membuat
anak-anak mereka mempunyai kemampuan akademis lebih awal dari
pada anak-anak lain.
Implikasi dari tuntutan ini adalah perubahan arah PAUD yang
semula sebagai layanan perkembangan anak menjadi layanan edukasi
dengan muatan akademik yang sangat tinggi, hal ini diperparah oleh
kurangnya pengetahuan orang tua terhadap perkembangan anak,
sehingga mereka cenderung menganggap anak sebagai “Orang Dewasa
Berukuran Kecil”.
semakin akademis anak, dianggap semakin cerdas. Padahal, anak
pada dunia PAUD belum saatnya dikenalkan dengan duni akademis.
Bahkan, sesungguhnya dengan semakin akademisnya dilembaga
PAUD, bukan membuat anak semakin senang, melainkan hanya
menyenangkan orang tuanya.
11
dilembaga PAUD, dan lain sebagainnya. Berbagai faktor ini secara
langsung berimplikasi pada perubahan PAUD dari waktu ke waktu.
5
Ratrin, Yohana, dkk. 2003. Prilaku Anak Usia Dini Kasus dan Pemecahannya. Yogyakarta: Kanisius.
12
c) Arah Baru PAUD Masa Depan
1. Akademis v.s Humanis Artinya, lembaga PAUD saat ini yang
akan datang mengalami kebingungan antara memenuhi kebutuhan
perkembangan anak secara sosial dengan memenuhi kebutuhan
akademis.
2. Semakin Inklusif, PAUD ke depan akan semakin inklusif, tetapi
secara instituional PAUD kurang dalam menyediakan fasilitas
edukasi bagi anak berkebutuhan khusus. Hal ini ditopang oleh UU
Pendidikan yang menyatakan bahwa PAUD tidak boleh menolak
anak berkebutuhan khusus. Artinya, penyamarataan masuk
dilembaga PAUD antara anak berkebutuhan khusus dengan yang
tidak menimbulkan kesenjangan didalam kelas, oleh karena itu
persamaan hak memasuki PAUD harus diimbangi dengan sikap yang
mendukung, termasuk sikap guru yang adil diantara mereka.
3. Beragamnya PAUD yang semakin akademis, Hal ini ditandai oleh
tuntutan masyarakat (Orang Tua) terrhadap lembaga-lembaga PAUD
agar anaknya memiliki kemampuan CaLisTung lebih awal. Hal ini
menimbulkan persoalan karena banyak penilitian menunjukkan
bahwa kemampuan membaca sejak dini, tidak berkaitan dengan
prestasi akademik anak pada jenjang selanjutnya.
4. Dukungan menyeluruh, Manifestasi pendekatan ini adalah
terbentuknya kerja sama antara lembaga PAUD dengan Organisasi
Profesional, seperti dokter anak, klinik perkembangan, ahli gizi,
psikolag anak, dan lain sebagainya.
5. Meningkatkan minat orang tua (Khususnya Orang Tua), Untuk
memasukan anak-anak mereka ke lembaga PAUD full days schooll
atau tempat pengasuhan anak sehari penuh mereka rela
mengeluarkan saku lebih dalam demi masa depan anak yang lebih
mencerdaskan.
13
2.3. Pentingnya Pendidikan PAUD
A. PAUD Sebagai Dunia Bermain
Menurut frobel bahwa bermaiin merupakan sarana untuk belajar.
Dalam dunia bermain perhatian anak terhadap pelajaran dapat lebih besar
oleh karena itu, pelajaran yan g diberikan lewat permainan akan lebih
menarik dan menyenangkan hati anak sehingga hasilnya akan lebih baik.
Sementara itu menurut J. Piaget mengartikan bermain sebagai
kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang demi kesenangan hal ini
berpengaruh besar anak menjadi terdorong da bersemangat untuk belajar.
Montessori mengartikan kegiatan bermain sebagai latihan jiwa dan
badan demi kehidupan anak dimasa depan.
B. Kesempatan bermain
Betapa besarnya manfaat bermain bagi pendidikan AUD. Oleh
karena itu, agar mereka tumbuh dan berkembang secara wajar, sesuai
dengan perkembangan umur dan kemampuan, mereka perlu diberi
kesempatan yang seluas-luasnya untuk bermain.
C. Pengembangan kemampuan dasar
Sambil bermain, anak-anak sekaligus juga belajar berbagi
kemampuan dasar yaitu, keterampilan motorik, berbahasa, daya pikir dan
bermasyarakat. Perkembangan kemampuan dasar setiap anak tidak sama
ada yang cepat dan ada yang lambat.
14
lombalah orang tua seperti ini memaksa anaknya mendalaami satu
bidang tertentu, atau mengharuskan anak mengikuti berbagai kegiatan
yang hasilnya di anggap akan membanggakan orang tua. Sering kali
orang tua juga mendengar bahwa kursus tertentu dapat
mengembangkan potensi anak lebih maksimal, sehingga mereka
memaksa anak untuk ikut kursus tersebut. Mereka percaya bahwa
kegiatan tersebut akan sangat berguna untuk anak dikemudian hari
dalam menghadapi persaingan di zaman yang keras ini.
Di sisi lain, mereka lupa bahwa yang menjalankan itu semua
adalah anaknya, yang belum tentu ska, mampu, dan berminat dalam
kegiatan-kegiatan yang di piloh orang tua. Anak terlahir sebagai
manusia yang unuik dengan berbagai anugrah, sifat, dan bakat yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Walaupun terlahir dari
orang tuanya, bukan berarti mereka mutlak adalah milik orang tua yang
bisa di bentuk sekehendak hati mereka. Orang tua perlu membantu
anak menjadi diri mereka yang seutuhnya, seperti yang anak inginkan,
bukan sesuai dengan keinginan orang tua. Sungguh pendapat yang
menyesatkan bila orang tua merasabahwa yang mereka lakukan adalah
yang terbaik untuk anak. Sementara anak tertatih-tatih mengikuti apa
yang sebenarnya merupakan ambisi orang tua.
15
3) Beda antara bakat dan minat
Sebagai orang tua harus mengetahui bakat dan minat anak, bakat
tidak selalu identik disertai dengan minat. Bakat yang tidak disertai
minat, maupun minat yang tidak disertai bakat, akan menimbulkan gap
bila orang tua tidak cukup cermat dengan hal ini, akan berdampak
buruk pada anak, misalnya seorang anak berusia 6 tahun dia senang
mendengarkan musik dan bernyanyi setiap kali diajari lagu anak-anak
dia akan menyanyikannya berulang-ulang bahkan dia hapal beberapa
lagu sheila on seven atau westlife namun searanya false dan tida cukup
enak didengar karena orang tua melihat anaknya gemar bernyanyi
maka ia langsung dimasukkan kekursus olah vokal si anak justru
tertekan dengan les tersebut dampaknya dia menjadi minder dan malas.
16
Dalam hal ini dorongan bukan bersifat tuntutan orang tua berperan
sebagai pasilitator dalam mewujudkan keinginan dan imijinasi anak
bukan sebagai penentu dan penilai. Rangsang anak untuk memiliki
motivasi tinggi dengan cara mengikut sertakan dalam lomba-lomba.
Mengikut sertakan anak dalam lomba adalah untuk mendorongnya
menjadi lebih maju bukan dengan target harus menang.
17
dia miliki. Mengajari anak menabung sebelum membeli barang yang
diinginkan merupakan salah satu cara yang bijaksana.
4) Harus konsisten
Dalam mengahadapi perilaku anak, orang tua harus selalu bersikap
optimis dan percaya diri bahwa ia mampu mengatasinya.bersikap tegas
ddan konsisten tidak harus dengan cara kaku atau keras.
18
d) Kecemasan dalam diri anak
e) Anak tidak memperoleh metode pengajaran yang sesuai dengan
kebutuhan sehingga ia cenderung bosan dan berulah di sekolah.
f) Macam-macam kesulitan belajar terdiri dari kesulitan membaca,
menulis, dan berhitung.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaran
pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan
dan perkembangan fisik koordinasi motorik halus dan kasar, kecerdasan
(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual) sosio
emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi,
sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalaui anak
usia dini (http://id.wikipedia.urg/wiki/pendidikan.
Isu adalah suatu hal atau trending topic yang sedang di bicarakan saat ini
yang bersifat kekinian, atau sementara tetapi jika di respon dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan program PAUD di masa depan. Oleh
karena itu merespon isu-isu kritis di dalam PAUD menjadi hal yang sangat
penting. Jadi dapat di simpulkan bahwa isu PAUD kontemporer maksudnya
membahas tentang pendidikan anak usia dini yang sedang berkembang
sekarang.
Problematika adalah permasalan-permasalahan yang terdapat di lembaga
PAUD itu sendiri yang mengarah baik dalam hal positif maupun negatif, dan
pada dasarnya dngan adanya problematika ilmu tentang PAUD akan
berkembang.
isu yang menjadi fokus pembahasan adalah a) dikotomi PAUD dan TPQ,
b) guru-guru PAUD yang di isi oleh ibu-ibu pengangguran, c) kesenjangan
hak dan kewajiban guru PAUD, d) wacana wajib belajar 12 tahun yang di
mulai dari TK/RA dan, e) merancang program PAUD di masa depan. Oleh
karena itu merespon isu-isu kritis di dalam PAUD menjadi hal yang sangat
penting. Jadi dapat di simpulkan bahwa isu PAUD kontemporer maksudnya
membahas tentang pendidikan anak usia dini yang sedang berkembang
sekarang.
20
3.2 Saran
1. Diharapkan guru pendididkan AUD dapat memahami perkembangan anak
sesuai dengan kebutuhan peserta didik sehingga bisa menerapkan
pembelajaran yang sebenarnya sesuai dengan konsep dasar anak usia dini
untuk membantu perkembangan anak..
2. Diperlukan antusiasme guru dalam menangani sikap individu tentang isu-
isu dan problematika dalam PAUD kontemporer sehingga proses belajar
dapat berlangsung secara optimal.
21
DAFTAR PUSTAKA
Hadisubrata. 1988. Mengembangkan Kepribadian Anak Balita Pola Pendidikan
Untuk Meletakkan Dasar Kepribadian yang Baik. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia
H, Berne, Patricia & M, Savary, Louis. 1988. Membangun Harga Diri Anak.
Yogyakarta: Kanisius.
Kartono, Kartini. 1985:Mengenal Dunia Kanak-Kanak. Jakarta: Cv Rajawali.
Lein Laura & O’Donnell. 1989.Anak: Bagaimana Mengasuh Anak dan Pengaruh
Anak Bagi Kehidupan Orangtuanya. Yogyakarta: Kansius.
Ratrin, Yohana, dkk. 2003. Prilaku Anak Usia Dini Kasus dan Pemecahannya.
Yogyakarta: Kanisius.
Sujiono, Yuliani Nurani 2014. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Permata Puri Media.
Suyadi & Ulfa, Maulidya. 2013. Konsep Dasar PAUD. PT. Remaja Rosda Karya:
Bandung.
Wenzler, Hildegard & Fischer, Maria. 1993. Proses Pengembangan Diri. Jakarta:
PT Grasindo
22