Anda di halaman 1dari 30

TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PELUANG USAHA BUDIDAYA KEPITING BAKAU HIJAU

(SCYLLA SERRATA)

Oleh:

Fauziah : 15012735
Listiani : 15012742
Mirna : 15012744
Nor Jannah : 15012749
Nurdahlianti : 15012751
Raydatul : 15012756
Sofitriana : 15012761

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN


KELAS/RUANG : 5 / G

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


(STIE)

WIDYA PRAJA

TANAH GROGOT

TAHUN 2018
PELUANG USAHA BUDIDAYA KEPITING BAKAU HIJAU

(SCYLLA SERRATA)”

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Pengambilan Keputusan pada
jurusan Manajemen

Dosen Pengampu:

Drs. Syamsuddin Aziz, M.Ap

Oleh:

Fauziah : 15012735
Listiani : 15012742
Mirna : 15012744
Nor Jannah : 15012749
Nurdahlianti : 15012751
Raydatul : 15012756
Sofitriana : 15012761

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN


KELAS/RUANG : 5 / G

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)

WIDYA PRAJA

TANAH GROGOT

TAHUN 2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat allah SWT atas berkah dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada waktu yang telah

ditentukan.

Makalah ini disusun dengan maksud untuk menambah wawasan mahasiswa

agar mampu mengambil suatu keputusan dalam memanfaatkan dan mengelola

sumber daya alam dibidang perikanan melalui pembudidayaan kepiting bakau

untuk memenuhi permintaan pasar baik di dalam negeri maupun diluar negeri,

sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan menambah pendapatan

masyarakat. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna, penulis mengharapkan adanya saran dan masukan dari semua pihak.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

dan pembaca pada umumnya.

Tanah Grogot, 30 Maret 2018

Penulis,

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang..................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah.............................................................................................. 4
3. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 4
4. Manfaat Penulisan ..............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
1. Teori Pengambilan Keputusan............................................................................. 5
2. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan........................................................6
3. Langkah-langkah Proses Pengambilan Keputusan.............................................. 6
4. Budidaya Kepiting Bakau Hijau.......................................................................... 5
5. Pakan Kepiting Bakau Hijau................................................................................6
6. Tujuan Pemudidayaan Kepiting Bakau Hijau .....................................................6
7. Perencanaan Budidaya Kepiting Bakau Hijau..................................................... 7
8. Pemeliharaan Budidaya Kepiting Bakau Hijau .................................................11
9. Analisis SWOT.....................................................................................................7
10.Analisis Pembiayaan Budidaya Kepiting Bakau Hijau.......................................7

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan........................................................................................................ 15
2. Saran ..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisis SWOT.......................................................................... 2

Tabel 2. Peralatan keramba dan tanggul ................................................. 11

Tabel 3. Persiapan Tambak ..................................................................... 12

Tabel 4. Biaya Benih .............................................................................. 13

Tabel 5. Biaya pakan dan obat-obatan .................................................... 13

Tabel 6. Biaya lain-lain .......................................................................... 13

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kehidupan sehari-hari kita sebenarnya adalah kehidupan yang selalu


berkaitan dengan keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang
diperoleh setelah mengevaluasi berbagai alternatif. Didalam arti tersebut,
terkandung unsur situasi dasar, peluang munculnya situasi dasar dan aktivitas
pencapaian keputusan. Lantas pertanyaannya, apakah setelah evaluasi alternatif
serta merta begitu saja hadir keputusan? Iya, secara rasional kesimpulan tersirat
dalam premis-premis sehingga hanya kepentigan perumusan saja. Walaupun
berbagai literatur yang memandang keputusan sebagai proses menampilkan
tersurat kata keputusan didalam modelnya.

Kajian tentang keputusan juga banyak berbasis metode. Basis kajian


tersebut, dipandang lebih menarik dari pada domain pengambilan keputusan itu
sendiri. Berdasarkan kajian metode, keputusan terpecah menjadi empat yaitu
metode keputusan rasional, metode keputusan tawar-menawar, metode keputusan
agregatif dan metode keputusan keranjang sampah. Sehubungan dengan
pendekatan metode berbagai aliran pun dapat sesuai untuk mengkaji keputusan
aliran-aliran yang dimaksudkan adalah birokratik, manajemen saintifik, hubungan
kemanusiaan, rasionalitas ekonomi, kepuasan dan analisis sistem.

Dengan pengetahuan demikian alternatif model, metode dan aliran


digunakan untuk penentuan pegangan sendiri. Seperti berkenaan dengan ini cukup
tiga aktivitas saja untuk sampai pada keputusan yaitu kehadiran tujuan, aktivitas
pencarian informasi atau alternatif dan aktivitas evaluasi alternatif. Banyak
sedikitnya informasi yang dilakukan mempengaruhi kecepatan dan kerumitan
pegambilan keputusan. Oleh karena itu pengambilan keputusan dapat diterapkan
dalam berbagai peluang usaha. Salah satunya dalam usaha budidaya kepiting
bakau.

1
2

Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu jenis komoditas


perikanan yang potensial untuk dibudidayakan. Kepiting bakau banyak dijumpai
di perairan payau yang banyak ditumbuhi tanaman mangrove. Kepiting bakau
sangat disenangi oleh masyarakat mengingat rasanya yang lezat dengan
kandungan nutrisi sejajar dengan crustacea yang lain seperti udang yang banyak
diminati baik di pasaran dalam negeri maupun luar negeri.

Begitu banyak hasil laut dan air tawar yang merupakan komoditas andalan
suatu daerah bahkan suatu negara seperti, ikan, kerang, udang, lobster dan
kepiting. Khusus untuk kepiting sangat jarang masyarakat kita yang
membudidayakan kepiting secara khusus, padahal jika dikelola dan dikembangkan
secara terpadu, maka kepiting ini sangat menjanjikan.

Potensi pasar yang cukup besar memberi peluang bagi pengembangan


budidaya kepiting bakau secara lebih serius dan komersial. Di sisi lain produksi
kepiting selama ini secara keseluruhan masih mengandalkan tangkapan dari alam,
sehingga kesinambungan produksinya tidak dapat dipertahankan.

Kepiting bakau atau yang lebih dikenal dengan kepiting lumpur


merupakan salah satu sumber daya perikanan pantai yang mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi bila dikembangkan dan dibudidayakan. Pembudidayaan
atau pemanfaatan secara komersil dari komoditas ini semakin meningkatkan baik
untuk dikonsumsi dalam negeri maupun untuk diekspor.

Dalam negeri kepiting bakau ini juga telah banyak dijual di pasaran-
pasaran tradisional hingga ke swalayan mewah (supermarket), dan disajikan di
rumah makan kecil di pinggiran jalan sampai restoran bahkan sampai hotel
berbintang. Untuk pangsa pasar ekspor kepiting bakau Indonesia ini antara lain
Jepang, Malaysia, Prancis sampai ke Amerika Serikat (AS), sehingga sangat wajar
jika peminat kepiting tersebut sangat tinggi, karena binatang yang berkulit keras
ini selain memiliki rasa gurih, enak dan juga bergizi tinggi. Dengan alasan
tersebut, pihaknya berharap kepada Pemkab agar dapat memprogramkan bantuan
untuk budidaya kepiting para nelayan khususnya di pesisir, karena hal tersebut
3

jelas akan membantu dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama


nelayan serta penurunan angka pengangguran yang ada di Tanah Grogot.

Budidaya kepiting ini tentunya akan menyerap tenaga kerja yang lumayan
banyak jika hal ini dikelola dan dikembangkan secara terpadu dan dalam skala
besar. Oleh karena itu komoditi ini sangat menjanjikan untuk dilaksanakan dan
dicoba di Tanah Grogot, terutama di daerah pesisir pantai. Kepiting bakau
merupakan salah satu komoditas perikanan pantai yang mempunyai nilai
ekonomis penting. Pada mulanya kepiting bakau hanya dianggap hama oleh
Petani tambak, karena sering membuat kebocoran pada pematang tambak. Tetapi
setelah mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, maka keberadaannya
banyak diburu dan ditangkap oleh nelayan untuk penghasilan tambahan dan
bahkan telah mulai dibudidayakan secara tradisional di tambak. Mengingat
permintaan pasar ekspor akan kepiting bakau yang semakin meningkat dari tahun
ke tahun maka usaha ekstensifikasi budidaya kepiting bakau mulai dirintis di
beberapa daerah.

Kepiting bakau dapat dipelihara secara terus menerus sepanjang tahun,


karena ketersediaan benih di alam saat ini cukup banyak juga lahan tambak
pembesaran dapat disiapkan dengan mudah dan cepat.

Diversifikasi usaha budidaya kepiting bakau di tambak akan menambah


lapangan usaha dan mengoptimalkan potensi lahan tambak yang ideal serta dapat
menyerap tenaga kerja, sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat
pembudidaya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang yang diuraikan di atas, rumusan masalah


adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan teori pengambilan keputusan?

2. Apa fungsi dan tujuan Pengambilan keputusan?


4

3. Bagaimana langkah-langkah proses pengambilan keputusan?

4. Bagaimana cara budidaya kepiting bakau hijau?

5. Bagaimana pakan dari kepiting bakau hijau?

6. Apa tujuan pembudidayaan kepiting bakau hijau?

7. Bagaimana rencana pembudidayaan kepiting bakau hijau?

8. Bagaimana pemeliharaan kepiting bakau hijau?

9. Bagaimana Menganalisis SWOT kepiting bakau hijau?

10. Bagaimana analisis pembiayaan pada budidaya kepiting bakau hijau?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori pengambilan keputusan.

2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan Pengambilan keputusan.

3. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah proses pengambilan


keputusan.

4. Untuk mengetahui bagaimana cara budidaya kepiting bakau hijau.

5. Untuk mengetahui bagaimana pakan dari kepiting bakau hijau.

6. Untuk mengetahui apa tujuan pembudidayaan kepiting bakau hijau.

7. Untuk mengetahui bagaimana rencana pembudidayaan kepiting bakau hijau.

8. Untuk mengetahui bagaimana pemeliharaan kepiting bakau hijau.

9. Untuk mengetahui bagaiman analisis SWOT kepiting bakau hijau.

10. Untuk mengetahui bagaimana analisis pembiayaan pada budidaya kepiting


bakauhijau.
5

1.4 Manfaat Penulisan

a. Bagi Penulis untuk menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan


dengan peluang usaha dibidang perikanan melalui kegiatan
pembudidayaan kepiting bakau hijau.

b. Bagi pihak lain hasil dari makalah ini diharapkan dapat dipergunakan
untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai peluang usaha
dibidang perikanan melalui cara pembudidayaan, sehingga dapat
dijadikan sebagai referensi yang nantinya dapat dimanfaatkan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Pengambilan Keputusan

Teori pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan

menganalisis tugas utama dari seorang pemimpin. Pengambilan keputusan dapat

dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang

membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang

tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan

final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap

pilihan.

Definisi pengambilan keputusan menurut beberapa ahli:

a) George R. Terry

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternative perilaku (kelakuan)

tertentu dari dua atau lebih alternative yang ada.

b) Sondang P. Siagian

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap

hakikat alternative yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut

perhitungan merupakan tindakan yang paling cepaat.

c) James A. F. Stoner

Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu

tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

6
7

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah

suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat

menyelesaikan suatu masalah dengan cara/teknik tertentu agar dapat lebih

diterima oleh semua pihak.

2.2 Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan

Fungsi pengambilan keputusan :

Individual atau kelompok baik secar institusional ataupun organisasional,


sifatnya futuristik.

Tujuan pengambilan keputusan :

a. Tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak


berkaitan dengan masalah lain).

b. Tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat


kontradiktif ataupun tidak kontradiktif).

2.3 Langkah-Langkah Proses Pengambilan Keputusan

Secara umum, langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan


sebagai berikut:
a. Proses identifikasi atau perumusan persoalan keputusan identifikasi masalah
dapat dilakukan dengan berbagai cara.

b. Penetapan parameter dan variabel yang merupakan bagian dari sebuah


persoalan keputusan.

c. Penetapan alternatif-alternatif pemecahan persoalan. Alternatif pemecahan


masalah didapatkan dari analisis pemecahan masalah.
8

2.4 Budidaya Kepiting Bakau Hijau

Ada 2 jenis metode yang biasanya digunakan dalam budidaya Kepiting


bakau, yaitu :
1. Metode Kurungan
Metode kurungan terbuat dari anyaman bambu yang disusun secara teratur
menyesuaikan kondisi kolam. pastikan anda me Letakkan sebaik mungkin agar
kepiting juga tidak dapat lolos dan juga kurungan tersebut harus mendapatkan
pasang surut air cukup.
2. Keramba
Selain menggunakan kurungan, dapat juga menggunakan karamba. Buatlah
kerek dari bahan bambu, dan sesuaikanlah dengan lokasi karamba apung. Jangan
lupa untuk menggunakan pelampung (gabus/bola/sejenisnya) agar karamba
tersebut tidak tenggelam.

2.5 Pakan Kepiting Bakau Hijau

Selama pemeliharaan kepiting diberi pakan ikan runcah, keong mas, siput,
dll. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari, yaitu: pagi dan sore hari. Adapun
dosis pemberian pakan antara 5 – 15% dari perkiraan berat badan kepiting bakau
yang dipelihara.

2.6 Tujuan pembudidayaan kepiting bakau hijau


Pembudidayaan kepiting bakau ini bertujuan agar jenis kepiting bakau dapat
tetap dilestarikan serta diharapkan diversifikasi usaha budidaya kepiting bakau di
tambak akan menambah lapangan usaha dan dapat menyerap tenaga kerja serta
mengoptimalkan potensi lahan tidur menjadi lahan tambak yang ideal, sehingga
mampu meningkatkan komoditas pendapatan masyarakat pembudidaya.

2.7 Perencanaan budidaya kepiting bakau hijau


Cara yang dipilih dalam pembudidayaan kepiting bakau hijau ini adalah
Pembesaran dari bibit ukuran 30-50 g/ekor menjadi ukuran konsumsi 200-300
9

g/ekor. Pembesaran bibit ini dilakukan dengan berbagai macam cara sesuai situasi
dan potensi lokasi budidaya kepiting bakau.
Prinsip yang harus dilakukan yaitu kepiting bakau tidak boleh lepas, maka
perlu kurungan atau sekeliling tanggul tempat pemeliharaan pagar dari bambu
yang cukup rapat. Dihindari dari kemungkinan besar terjadi kanibalisme. Dari
ketiga alternatif jenis tambak yang ada, jenis yang digunakan untuk
pembudidayaan kepiting bakau hijau yaitu dengan menggunakan keramba bambu,
karena selain bahan yang mudah didapat biaya yang dikeluarkan juga relatif lebih
kecil.

Budidaya yang dilakukan memakai sistem tambak bambu dengan bibit


sebanyak 4000 ekor. Bibit tersebut akan ditebar melalui penebaran sebanyak 2
ekor/petak dengan lama pemeliharaan 4 bulan.

2.8 Pemeliharaan pembudidayaan kepiting bakau hijau

Teknis kegiatan dalam kegiatan pembudidayaan kepiting bakau adalah


sebagai berikut:

a) Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi tambak yang tepat sangat menentukan keberhasilan dan
kelanjutan usaha budidaya kepiting bakau. Oleh karena itu, penetapan lokasi
untuk pembudidayaan kepiting bakau harus dipertimbangkan secara matang
dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti faktor kesiapan biologis dan
fisik, faktor ekonomi, dan faktor sosial

b) Desain tambak kepiting bakau


Menurut Iskandar (2002) dalam Rukmini, teknik pembesaran kepiting bakau
adalah sebagai berikut:
1. Petakan Tambak
Petakan tambak didesain berdasarkan kondisi dan sifat perairan (sungai),
selain itu tingkah laku dan sifat biologis kepiting juga harus diperhatikan dalam
mebuat konstruksi tambak, terutama pematang/tanggul dan pintu air. Luas setiap
10

petakan kecil sekitar 5 m2. Untuk menjaga kepiting dari serangan hama, penyakit
dan pencemaran air dan untuk memudahkan pemanenan setiap petakan
mempunyai pintu sendiri.

2. Tanggul (Pematang)
Bahan penyusun pematang harus sangat diperhatikan, karena pematang
berfungsi menahan massa air dalam tambak dan melindungi tambak dan tekanan
air dari luar akibat banjir atau genangan air pasang.

3. Pemagaran Tanggul
Pemagaran tanggul dapat menggunakkan pagar bambu atau waring yang
diletakkan disekeliling pematang bagian dalam. Untuk mencegah kepiting
melarikan diri melalui dasar pematang dengan menggali tanah, maka pemagaran
dimulai pada dasar pematang dengan ditanam sedalam 30-40 cm dengan jarak
anatar bilah bambu tidak terlalu renggang.

Alternatif bentuk tambak yang bisa digunakan untuk pembesaran kepiting


bakau adalah sebagai berikut:
a. Tambak tradisional ala Thailand
Pada lampiran gambar 3 dapat dilihat desain tambak tradisional ala thailand.
Pada tambak jenis ini dapat difungsikan sebagai tambak pembesaran dan
pemeliharaan larva. Luasnya sekitar 1 ha dengan sekelilingya dipagar bambu
setinggi 2-2,5 meter serta pematang dibuat sangat lebar agar kepiting tidak mudah
lolos keluar.

b. Keramba bambu
Keramba bambu digunakan untuk menggemukkan kepiting atau
menghasilkan kepiting bertelur penuh. Keramba jenis ini dibuat dari bambu yang
disusun seperti kere dan dibuat kotak berukuran 25 cm x 20 cm x 25 cm. Dengan
masing-masing sisi dirangkai dengan bambu utuh dengan ukuran 2 m x 1 m atau 3
m x 2 m dan dipasang seperti keramba ikan disungai.
11

c. Jaring apung
Jaring apung termasuk model budidaya komersial dengan padat modal.
Terdiri dari kayu untuk kerangka, blug untuk pelampung dan tali plastik untuk
jaring apung dengan ukuran sekitar 3 x 3 meter. Bagian bawah diberi alas kayu
sehingga pelampung terangkai dalam kerangka yang kuat.

Dari ketiga alternatif jenis tambak di atas, jenis yang digunakan untuk
pembudidayaan kepiting bakau hijau yaitu dengan menggunakan keramba bambu,
karena selain bahan yang mudah didapat biaya yang dikeluarkan juga relatif lebih
kecil.

c) Persiapan tambak
Kegiatan persiapan tambak meliputi beberapa kegiatan, antara lain:
1. Perbaikan konstruksi
Perbaikan konstruksi meliputi perbaikan pematang yang bocor, saluran
air, pintu air, dll. Disamping itu juga dilakukan pengerukan endapan
lumpur yang terlalu tebal.
2. Pengeringan tanah dasar
Pengeringan tanah bertujuan untuk menyuburkan tanah sehingga
pertumbuhan makanan alami terutama klekap terjamin serta untuk
menghilangkan berbagai senyawa sulfida (H2S) dan senyawa-senyawa
beracun lainnya, seperti Ammonia (NH3).
3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk menumbuhkan klekap, oleh karena itu tanah
ditaburi dedak (500 kg/ha), kemudian diberi pupuk kandang atau kompos
(1000 kg/ha) dan diairi sedalam 5 cm- 10 cm. Demudian dasar tambak
diberi pupuk organik/urea (15 kg/ha) dan TSP 75 kg/ha. Setelah tumbuh
klekap sekitar seminggu setelah pemupukan, secara berangsur-angsur
tinggi air dinaikkan dan kepiting muda sudah siap ditebarkan.
4. Pengapuran
Pengapuran merupakan salah satu hal yang diperlukan, kerena kepiting
memerlukan kapur dalam proses pergantian kulit. Pengaluran juga
12

berfungsi menaikkan pH tambak dan meningkatkan CO2. Kapur


dilakukan 1-2 minggu sekali setelah pengapuran.
5. Pengairan
Kualitas air perlu diperhatikan untuk menunjang kehidupan kepiting
bakau adalah suhu, salinitas dan pH. Suhu yang sesuai adalah sekitar
23oC - 32oC, salinitas berkisar antara 150/00 - 300/00 ppt, dan pH berkisar
antara 7,2 – 7,8.

d) Pemilihan bibit unggul dan penebaran benih


Pemilihan bibit merupakan salah satu yang harus diperhatikan, karena
dengan pemilihan bibit unggul maka hasil yang diperoleh juga memiliki kualitas
yang baik. Benih yang digunakan berukuran 40-80 gr/ekor atau lebar cangkang
(krapas) 2-3 cm. Dengan ciri-ciri anggota tubuh lengkap, menunjukkan tingkah
laku untuk menghindar atau melawan bila akan dipegang, dan memiliki warna
cerah hijau kecoklatan.

Sebelum benih dipelihara di tambak pembesaran, sebaiknya benih di


rendam desinfektan selama 30 menit agar bebas dari parasit kemudian
ditempatkan terlebih dahulu pada petak-petak penyesuaian (aklimatisasi) sekitar
satu bulan agar kepiting dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tambak.
Penebaran benih tergantung pada ukuran benih, jika benih mempunyai ukuran
dengan lebar kerapas 2-3 cm dan berat 40-80 gram dengan bibit sebanyak 4000
ekor. Bibit tersebut akan ditebar melalui penebaran sebanyak 2 ekor/petak.

e) Pemberian pakan dan obat-obatan


Selama pemeliharaan kepiting diberi pakan ikan runcah, keong mas, siput,
dll.Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari, yaitu: pagi dan sore hari. Adapun
dosis pemberian pakan antara 5 – 15% dari perkiraan berat badan kepiting bakau
yang dipelihara. Untuk pengendalian hama dapat dilakukan dengan penggatian air
yang ukup, pengapuran secara rutin, dan penyaringan air pasok dan pemberian
feed additive (vit. C 2-4 gr/kg pakan, bawang putih 15 – 20 gr/kg pakan secara
periodik. Penggunaan obat-obatan kimia (pabrik) merupakan alternatif paling
akhir jika dengan cara pencegahan tidak berhasil.
13

f) Pemanenan dan cara pengemasan


Masa pemeliharaan kepiting bakau relatif singkat tergantung dari awal
pembibitan. Untuk ukuran 40-80 gram masa pemeliharaan sekitar 3 – 4 bulan
akan mencapai ukuran konsusmsi 3-4 ekor/kg. Cara pemanenan yang paling
selektif adalah dengan cara memancing agar dapat memisahkan kepiting yang
gemuk dan yang telah matang telurnya.
Cara yang dianjurkan jika menggunakan keramba bambu yaitu membuang
air tambak sampai habis, dan kepiting akan lebih mudah ditangkap dengan seser
dari bahan bambu. Setelah itu kepiting bakau baru diikat kakinya dengan tali
raffia,dan ditata dalam serefom box. Mengikat kaki kepinting bakau secara benar,
hal ini dapat menghindarkan capit kepiting bakau lepas dan cara ini dilakukan
untuk memudahkan mengangkutnya

2.9 Analisis SWOT


Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi usaha. Analisis SWOT yang dilakukan dengan tepat juga
menunjukkan berbagai peluang yang sebaiknya dimanfaatkan, terutama dengan
mengembangkan faktor-faktor pendukung dan mengubah potensi yang dimiliki
menjadi kekuatan yang efektif sehingga usaha tersebut memiliki keunggulan yang
dapat diandalkan. Namun kemampuan memanfaatkan peluang pada suatu usaha
akan menimbulkan ancaman bagi usaha karena pesaing akan mengambil dan
memnfaatkan kelemahan lawannya. Menurut (Rangkuti, 2002) Analisis ini
membandingkan antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor
eksternal (peluang dan ancaman).

A. Identifikasi Faktor Internal


a) Kekuatan
1. Lokasi Usaha dan Kualitas Air
Usaha budidaya ini terletak dekat dengan masyarakat nelayan.
Sehingga lokasi usaha budidaya kepiting bakau merupakan salah
satu kekuatan dalam pengembangan budidaya tersebut serta
kualitas air yang telah memenuhi syarat untuk budidaya kepiting
bakau yang baik.
2. Sumber Daya manusia
14

Jumlah masyarakat dan nelayan yang cukup banyak merupakan


asset sumber daya manusia untuk diberi keterampilan dalam
pengembangan usaha budidaya kepiting bakau.
b) Kelemahan
1. Ketersediaan Benih Kurang
Benih kepiting bakau yang diperoleh masih berasal dari alam.
2. Kurangnya Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dimaksud yang trampil dalam
budidaya kepiting bakau.
3. Keterbatasan sumber dana untuk pengembangan budidaya kepiting
bakau.
B. Identifikasi Faktor Eksternal
a) Peluang
1. Nilai Jual Kepiting Bakau Tinggi
2. Peluang Usaha Besar
3. Kebijakan Pemerintah dengan adanya otonomi daerah memberikan
peluang yang luas kepada daerah
b) Ancaman
1. Faktor Iklim
Usaha budidaya kepiting bakau sangat tergantung pada musim dan
pencemaran. Keberhasilan usaha sangat didukung oleh iklim yang
stabil.
2. Keamanan Melalui pencurian dalam tempat pemeliharaan
budidaya.

Strategi Pengembangan Perikanan Budidaya Kepiting Bakau Berdasarkan


Analisis SWOT. Berdasarkan uraian-uraian yang dijelaskan diatas maka dapat
dilihat matriks SWOT untuk memperjelas hal-hal yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang mempengaruhi usaha budidaya. Dengan
analisis SWOT yang dilakukan dapat diperoleh berbagai alternative strategi yang
dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1

Matriks SWOT Pada Usaha Budidaya Kepiting Bakau

Kekuatan Kelemahan (Weakness)

Internal (Strenghts)
15

1. Lokasi Usaha 1. Ketersediaan


dan Kualitas Air Benih Kurang
Eksternal 2. Jumlah Nelayan 2. Kurang Tenaga
Kepiting bakau Kerja

Peluang Strategi (S-O) Strategi (W-O)


(Opportunities)

1. Nilai Jual Kepiting 1. Meningkatkan 1. Mengoptimalkan


Bakau Tinggi Kapasitas produksi suatu balai untuk
2. Pangsa Pasar Tinggi 2. Meningkatkan dan
memproduksi benih
3. Peluang Usaha
mempertahankan
kepiting bakau
Besar
mutu produk 2. Memberikan
keterampilan kepada
nelayan kepiting
bakau
Ancaman (Threats) Strategi (S-T) Strategi (W-T)

1. Pencurian 1. Membuat 1. Meningkatkan


2. Pencemaran
kesepakatan antar pengetahuan tentang
pembudidayaan budidaya kepiting
dalam menjaga bakau
2. Dilakukan
keamanan kolam
pembenihan sendiri
budidaya
2. Dilarang membuang
sampah di aliran air
atau pesisir pantai

Penjelasan:

1. Strategi S – O (Strenghts – Opportunities)


Strategi ini disusun dengan menggunakan seluruh kekuatan dan peluang
yang dimiliki. Beberapa strategi yang dapat diambil antara lain:
 Meningkatkan KapasitasProduksi kepiting bakau.Strategi ini diambil
dengan pertimbangan bahwa kekuatan yang berupa jumlah calon
pembudidaya, dan kualitas air layak serta peluang yang berupa harga
16

tinggi, dasar perairan yang baik dan selera konsumen tinggi maka
kekuatan dan peluang tersebut sangat mendukung peningkatan volume
produksi kepiting bakau.
 Meningkatkan dan mempertahankan mutu produk. Strategi ini diambil
dengan pertimbangan bahwa selera konsumen yang cukup tinggi dan
didukung oleh kekuatan yang berupa dukungan kebijakan Pemerintah
maka upaya meningkatkan dan mempertahankan mutu produk harus
dilakukan sehingga keberadaan di pasaran dapat dipertahankan dan
nantinya dapat meningkatkan keuntungan pembudidaya kepiting
bakau.
2. Strategi W – O (Weakness – Opportunities)
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada, dengan
cara mengatasi kelemahan yang dimiliki. Adapun strategi yang dapat
dilakukan yaitu:
 Optimalkan Balai Benih dengan memproduksi benih kepiting bakau.
Strategi ini diambil dengan mempertimbangkan bahwa kelemahan
yang berupa tidak tersedianya benih kepiting bakau yang disediakan
Balai benih sehingga ketersediaan benih keping bakau tidak kontinyu.
 Memberikan ketrampilan kepada pembudidaya kepiting bakau dalam
hal cara budidaya dan membuat pakan sendiri dan dapat menghasilkan
benih sendiri. Strategi ini diambil karena dilihat dari kelemahan
kurangnya SDM.

3. Strategi S –T (Strenghts –Threats)


Strategi ini dilakukan dalam rangka memanfaatkan kekuatan yang dimiliki
untuk mengatasi ancaman yang dihadapi. Adapun strategi yang dilakukan
adalah :
 Membuat Kesepakatan Antar Pembudidaya Dalam Menjaga Keamanan
tambak. Strategi ini diambil dengan pertimbangan bahwa ancaman
yang berupa pencurian dan pencemaran. Penurunan mutu lingkungan
yang diakibatkan oleh musim dapat diatasi dengan cara
memperhatikan keadaan lingkungan. Penurunan mutu lingkungan
akibat pencemaran dapat merangsang pertumbuhan berbagai jenis
organisme yang dapat menurunkan produksi budidaya. Hindari
17

penebaran benih pada musim hujan. Strategi ini diambil dengan


perhitungan bahwa ancaman pencemaran lingkungan bisa terjadi pada
musim hujan karena sampah yang terbawa oleh air dari daratan ke
daerah budidaya kepiting bakau dan resiko banjir.
4. Strategi W –T (Weakness – Threats)
Strategi ini untuk mengatasi kelemahan yang berpadu dengan ancaman
harus segera diatasi. Untuk mengatasi dapat diambil strategi sebagai
berikut :
 Meningkatkan Pengetahuan Tentang Budidaya kepiting bakau. Strategi
ini diambil karena melihat dari faktor ancaman. Musim dapat
mengakibatkan timbulnya banjir dan pencemaran akan sangat
berpengaruh terhadap jumlah produksi budidaya. Untuk mengatasi
tingkat kematian kepiting bakau, maka petani ikan harus
meningkatkan pengetahuan tentang budidaya kepiting bakau termasuk
teknik budidaya dan jenis-jenis penyakit yang biasanya menyerang
kepiting bakau. Selain itu pengetahuan tentang cara mermproduksi
benih kepiting bakaukarena tersedianya benih dari alam tidak
kontinyu.
18

2.10 Analisis Pembiayaan


a. Peralatan keramba dan tanggul
Tabel 2
Peralatan Keramba dan Tanggul

Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Total


Pembuatan
keramba dan 200
Bambu Rp 10.000 Rp 2.000.000
pemagaran batang
tanggul
Biaya
Biaya
Pengangkutan 1 Truck Rp 100.000 Rp 100.000
Angkut
Bambu
Paku 4 cm Pemasangan
(paku reng keramba dan 5 kg Rp 14.000 Rp 70.000
bambu) tanggul
Alat untuk
PH Meter 1 buah Rp 200.000 Rp 200.000
cek PH air
Semua
peralatn yang
Biaya digunakan Rp 10.000.
Rp 10.000.000
Peralatan dalam 000
pembuatan
keramba
Biaya Penyusutan
Rp 1.000. 000 Rp. 1.000.000
Penyusutan Peralatan
Jumlah Rp 13.370.000

b. Persiapan Tambak
Tabel 3
Persiapan Tambak
19

Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Total

Pupuk 1000 kg
Persiapan
Kandang/ = 20 Rp 25.000 Rp 500.000
Tambak
Kompos karung
Pupuk
Persiapan
Organik/ 15 kg Rp 4.000 Rp 60.000
Tambak
Urea
Persiapan
Pupuk TSP 75 kg Rp 2.500 Rp 187.500
Tambak
Persiapan
Dedak 500 kg Rp 3.000 Rp 1.500.000
Tambak
Kapur
Dolomit Pengapuran 2000 kg Rp 500 Rp 1.000.000
Mesh
Jumlah Rp 3.247.500

c. Biaya Benih
Tabel 4
Biaya Benih

Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Total


Bibit
4.000
kepiting bibit Rp 2.000 Rp 8.000.000
ekor
bakau hijau
Jumlah Rp 8.000.000

d. Biaya Pakan dan Obat-obatan


Tabel 5
Biaya Pakan dan Obat-obatan

Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Total


20

Ikan Runcah Pakan 4.800 kg Rp 1.000 Rp 4.800.000

Feed Suplemen/
Additive Pakan 1 bks Rp 355.000 Rp 355.000
Compendium Tambahan
Jika terserang
Obat-obatan - - Rp 300.000
hama
Jumlah Rp 5.455.000
21

e. Biaya lain-lain
Tabel 6
Biaya lain-lain

Keterangan Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Total

Tali Raffia pengemasan 1 Rool Rp 20.000 Rp 20.000


Tempat
Serefom Box mengangkut 35 Box Rp 25.000 Rp 875.000
kepiting
Biaya Tenaga Upah tenaga 3 Orang Rp 2.000.000
Rp 24.000.000
Kerja kerja (4 bulan) x4
Jumlah Rp 24.895.000

Rekapitulasi estimasi anggaran biaya:


1. Peralatan Keramba dan Tanggul : Rp. 13.370.000
2. Persiapan Tambak : Rp. 3.247.500
3. Biaya Benih : Rp. 8.000.000
4. Biaya Pakan dan Obat-obatan : Rp. 5.455.000
5. Biaya Lain-lain : Rp. 24.895.000
Total Anggaran Biaya : Rp 54. 967.500

Perhitungan Pendapatan
Gagal Panen = 2% x 4.000 ekor : 80 ekor
Hasil Panen = 4.000 ekor – 80 ekor : 3.920 ekor = 1.310 kg
a. Untuk dijual di pasar dalam Negeri : 920 ekor = 310 kg
b. Untuk di Ekspor keluar Negeri : 3000 ekor = 1.000 kg
22

Harga Jual per kilo gram:


- Pasar Dalam Negeri = Rp 50.000 x 310 kg = Rp 15.500.000
- Ekspor ke Negara lain = Rp.85.000 x 1.000 kg = Rp 85.000.000
Total Penjualan = Rp 100.000.000

Keuntungan Bersih dari usaha:


- Total Penjualan = Rp 100.000.000
- Total Anggaran Biaya = (Rp 54.967.500)
Keuntungan Bersih = Rp 45.032.500

Keuntungan Bersih perbulan:


Keuntungan Bersih = Rp 45.032.500 : 4 bulan
= Rp 11.258.125
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Teori pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan


menganalisis tugas utama dari seorang pemimpin. Pengambilan keputusan
adalah mempertimbangkan seluruh alternatif atau solusi sebaik mungkin
dengan menggunakan alat pertimbangan yang tepat melalui komunikasi,
koordinasi dan informasi sehingga pendekatan dengan staaf, karyawan,
manajemen operasional dan manajemen keuangan dapat membantu dalam
meraih keputusan yang terbaik. Dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu
pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara/teknik
tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.

2. Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh negara Indonesia begitu
berlimpah. Salah satu komoditas perikanan yang juga di senangi oleh
masyarakat baik lokal maupun luar negeri adalah kepiting. Kepiting bakau
(Scylla sp.) merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang
potensial untuk dibudidayakan. Selain karena banyak disenangi oleh
masyarakat lokal dan luar negeri, kepiting bakau merupakan salah satu
komoditas perikanan yang memiliki harga jual cukup tinggi.

3. Pembudidayaan kepiting bakau hijau bertujuan agar jenis kepiting bakau


dapat tetap dilestarikan serta diharapkan diversifikasi usaha budidaya
kepiting bakau di tambak akan menambah lapangan usaha dan dapat
menyerap tenaga kerja serta mengoptimalkan potensi lahan tidur menjadi
lahan tambak yang ideal, sehingga mampu meningkatkan komoditas
pendapatan masyarakat pembudidaya.

4. Faktor internal yang mempengaruhi pengembangan budidaya kepiting


bakau terdiri dari factor kekuatan yaitu : lokasi usaha, kualitas air, Faktor
kelemahan yaitu : ketersediaan benih tidak kontinyu, dan kurangnya

18
sumberdaya manusia yang berusaha dalam budidaya kepiting bakau.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan budidaya ikan di
kepiting bakau terdiri dari faktor peluang yaitu :nilai jual ikan tinggi,
pangsa pasar tinggi, peluang usaha besar, kebijakan pemerintah. Faktor
Ancaman yaitu iklim dan keamanan.

3.2 Saran

1. Sebagai seorang manajemen yang handal diharapkan mampu


mengolah informasi, komunikasi serta koordinasi yang baik antara
manajer dan karyawan agar bisnis yang dijalankan mencapai suatu
keberhasilan dan mampu mengatasi masalah, tantangan, risiko serta
hambatan dalam bisnis atau usaha. Selain itu sebagai seorang manajer
harus lebih kretif dan inovatif dalam memanfaatkan sumber daya
alam. Mengingat bahwa sumber daya alam akan menjadi semakin
terbatas jika tidak dimanfaatkan secara bijaksana.

2. Pemanfaatan sumber daya alam dibidang perikanan melalui


pembudidayaan merupakan salah satu upaya yang harus di terapkan di
masyarakat. karena kepiting bakau memiliki harga jual yang cukup
tinggi sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://indonesiaindonesia.com/f/71867-budidaya-kepiting-bakau/

http://www.ekowisatabali.com/keramba-kepiting/

http://eprints.unlam.ac.id/344/1/Prospek%20dan%20Teknologi%20Pembesaran
%20Kepiting%20Bakau.pdf

http://bppbapmaros.kkp.go.id/basisdata/wp-content/uploads/2016/08/FITa-047.pdf

Anda mungkin juga menyukai