Anda di halaman 1dari 16

PERENCANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

(SMA)

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar
dan Menengah

Dosen Pembimbing: Drs. Moch. Nursalim, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 4:

1. Talitha Kartika (16010014002)

2. Widya Nanda P. (16010014018)

3. Theresapakarti W. (16010014042)

4. Frilita Avgi A. (16010014062)

5. Adib Lydianto P. (16010014070)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahNya kepada kami. Sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Perencanaan Bimbingan dan Konseling di SMA” sebagai
tugas kelompok pada mata kuliah Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar dan Menengah. Tak
lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
tugas ini dengan sebaik-baiknya:

1. Ibu Drs. Moch. Nursalim, M.Pd selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan
Konseling Sekolah Dasar dan Menengah.
2. Rekan-rekan anggota kelompok IV.
3. Rekan-rekan kelas BK 2016 B yang tercinta.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
mengharapakan saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah kami dapat memberikan manfaat dan inspirasi
terhadap pembaca. Makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kritik dan saran akan sangat
membantu kami dalam tugas-tugas selanjutnya.

Surabaya, 25 Februari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah...................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perencanaan.………………………………………………………...………...6


2.2 Fungsi Perencanaan……………………………………………………..………..…….…6
2.3 Macam Perencanaan……………………………………………………………..…….….6
2.4 Perencanaan BK di SD………………...............................................................................7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekolah merupakan bagian dari pendidikan, dimana di sekolah terdapat peserta
didik yang mana membutuhkan suatu perhatian agar dapat mengembangkan potensinya
secara optimal. Sekolah memiliki banyak sekali kegiatan, sehingga perlu adanya suatu
manajemen sekolah yang baik agar kegiatan-kegiatan di sekolah dapat di laksanakan
dengan sebaik-baiknya. Siswa atau peserta didik merupakan salah satu objek penerima
layanan bimbingan dan konseling, sehingga untuk memudahkan pemberian layanan
bimbingan dan konseling di sekolah, seorang guru bimbingan dan konseling diharuskan
membuat suatu perencanaan penyusunan program terlebih dahulu untuk kelancaran
pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
Persepsi yang kurang tepat terhadap BK tersebut, ternyata tidak hanya
menjangkiti masyarakat awam. Para guru sebagai pendidik pun masih ada yang
menganggap bahwa BK itu bukan bagian dari tugasnya, tetapi adalah tugas khusus yang
hanya boleh dilaksanakan oleh “guru BK” (konselor). Pandangan semacam ini
kemudian menjadikan guru leluasa meminggirkan siswa-siswanya yang dianggap
“buruk, jahat, dan kurang asertif” dalam pendidikan. Mereka kemudian akan mengirim
anak “nakal” tersebut ke ruang sempit mencekam tempat para konselor berada. Padahal,
gurulah yang seharusnya memberikan penanganan pertama terhadap problematika
siswa-siswanya karena merekalah yang lebih sering berinteraksi. Berdasarkan hal
tersebut, guru pun sebenarnya dituntut untuk menguasai kompetensi dalam hal
bimbingan dan konseling.
Maka dari itu, sudah saatnya para guru mengubah persepsinya masalah yang
cukup serius ini. Dalam makalah ini, akan kami uraikan mengenai peranan yang
seharusnya dilakukan oleh para guru dalam pelaksanaan BK meliputi: pengidenfikasian
masalah siswa, pengalihtanganan siswa yang bermasalah, penciptaan suasana belajar
kondusif, konferensi kasus dan hal-hal lain yang bertalian dengan pelaksanaan BK.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perencanaan ?


2. Bagaimana fungsi perencanaan ?
3. Apa saja macam-macam perencanaan ?
4. Bagaimana perencanaan BK di Sekolah Menengah Atas ?

4
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian perencanaan


2. Untuk mengetahui fungsi perencanaan
3. Untuk mengetahui macam-macam perencanaan
4. Untuk mengetahui perencanaan Bimbingan dan Konseling di SMA

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari manajemen.
Perencanaan dalam manajemen merupakan tahapan paling penting terutama dalam
menghadapi lingkungan ekternal yang berubah dinamis (Bowo; 2008).
Perencanaan atau dalam bahasa inggris disebut denganplanning adalah satu dari
fungsi management yang sangat penting. Sebuah perencanaan akan sangat mempengaruhi
sukses dan tidaknya suatu pekerjaan. Karena itu pekerjaan yang baik adalah pekerjaan
yang direncanakandengan sistematis dan logis.
Perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta,
imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan
menvisualisasikan dan menformulasikan hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang
diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan
dalam penyelesaian. Made Pidarta mengatakan bahwa perencanaan adalah suatu cara
yang memuaskan untuk membuat organisasi tetap berdiri tegak dan maju sebagai satu
sistem dalam suprasistem yang tetap berubah. (Pidarta; 2005)

B. Fungsi Perencanaan
1) Penerjemah kebijakan Umum: kebijakan umum ditetapkan oleh pimpinan, perlu
diterjemahkan secara konkrit, jelas, komprehensi dan bertahap.
2) Perkiraan yang bersifat ramalan: perkiraan masa depan yang dianalisis secara
ilmiah berdasarkan fakta dan data masa lalu dan sekarang
3) Berfungsi ekonomi: sumber daya yang terbatas, maka pemanfaatannya perlu
perencanaan yang matang sesuai dengan kebutuhan
4) Memastikan suatu kegiatan: rencana yang mengatur hak dan kewajiban, tugas dan
tanggung jawab serta wewenang mereka, sehingga staf akan bekerja dengan
penuh kepastian.
5) Alat koordinasi: koordinasi merupakan kegiatan penting dalam pelaksanaan
fungsi manajemen dalam mencapai tujuan, kaitan pekerjaan satu dgn yang lain,
kapan dan bagaimana pelaksanaan, sehingga menjadi terpadu dan harmonis
6) Alat/sarana pengawasan: manajer untuk mengetahui apakah suatu kegiatan telah
dilakukan dengan hasil memuaskan, realisasi sesuai/tidak.

C. Macam Perencanaan
a. Dilihat dari sisi waktu :

6
 Perencanaan Jangka Panjang: perencanaan masih berbentuk garis-garis besar
yang bersifat sangat strategis dan umum, rencana menjangkau waktu 20 – 30
tahun ke depan.
 Perencanaan Jangka Menengah: perencanaan jangka panjang dipecah
menjadi beberapa tahapan pelaksanaan jangka menengah, setiap tahapan
disesuaikan dengan prioritas, dengan rentang waktu 3 – 5 tahun.
 Perencanaan Jangka Pendek: kurun waktu paling lama satu tahun, mungkin
satu bulan, kwartal, atau tengah tahun. Perencanaan ini lebih konkret, rinci,
terukur dan sasaran jelas, penjadwalan, metode dan sumber daya.
b. Dilihat dari sisi tingkatan manajemen :
 Perencanaan Strategis: seni dan ilmu untuk pembuatan, penerapan, dan
evaluasi keputusan strategis antar fungsi yang memungkinkan organisasi
mencapai tujuan.
 Perencanaan Operasional: merupakan bagian dari rencana strategis, lebih
mengarah pada bidang fungsional, sifatnya spesifik dan jangka pendek.

Program bimbingan dan konseling di SMA disusun berdasarkan kebutuhan


peserta didik/konseli dan kebutuhan sekolah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, struktur program bimbingan dan konseling
terdiri atas rasional, visi dan misi, deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen program,
bidang layanan, rencana operasional (action plan), pengembangan tema/topik, rencana
evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut, serta anggaran biaya. Struktur program bimbingan
dan konseling merupakan komponen-komponen yang harus ada namun bukan sebagai
sebuah tahapan. Dalam perencanaan program bimbingan dan konseling, terdapat dua
tahapan, yaitu (1) tahap persiapan (preparing) dan (2) tahap perancangan (designing).
Tahap persiapan (preparing) terdiri dari (1) melakukan asesmen kebutuhan, (2) aktivitas
mendapatkan dukungan unsure lingkungan sekolah, dan (3)menetapkan dasar
perencanaan. Tahap perancangan (designing) terdiri atas (1) menyusun rencana kerja, (2)
menyusun program tahunan, dan (3) menyusun program semesteran.

D. Tahap Persiapan (Preparing) dalam Perencanaan Program


Tahap persiapan (preparing) terdiri atas kegiatan melakukan asesmen kebutuhan,
mendapatkan dukungan pimpinan dan staf sekolah, menetapkan dasar perencanaan
layanan bimbingan dan konseling.
1. Melakukan asesmen kebutuhan
Asesmen kebutuhan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menemukan kondisi nyata peserta didik yang akan dijadikan dasar dalam
merencanakan program bimbingan dan konseling. Hasil asesmen kebutuhan
peserta didik/konseli dijabarkan dalam bentuk narasi merencanakan program

7
bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas. Langkah-langkah asesmen:
a) mengidentifikasi data yang dibutuhkan untuk penyusunan program bimbingan
dan konseling; b) memilih instrumen yang akan digunakan; dan b mengumpulkan,
mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data hasil asesmen kebutuhan.
2. Mengidentifikasi data yang dibutuhkan untuk penyusunan program layanan
Langkah awal dalam asesmen kebutuhan adalah menentukan data yang
akan diukur/diungkap untuk kepentingan penyusunan program layanan bimbingan
dan konseling. Data yang perlu diungkap antara lain adalah data tentang tugas-
tugas perkembangan, permasalahan dan prestasi peserta didik/konseli.
3. Memilih instrumen pengumpulan data sesuai kebutuhan
Instrumen pengumpulan data yang dapat digunakan dalam asesmen
kebutuhan, di antaranya adalah (1) instrumen dengan pendekatan masalah, seperti
Alat Ungkap Masalah Umum (AUM-U), Alat Ungkap Masalah Belajar (AUM-
PTSDL), Daftar Cek Masalah (DCM), (2) instrumen dengan pendekatan SKKPD
yaitu Inventori Tugas Perkembangan (ITP), (3) instrumen dengan pendekatan
tujuan bidang layanan (pribadi, sosial, belajar, dan karir) dapat berupa angket,
pedoman observasi, pedoman wawancara, dan angket sosiometri. Instrumen-
instrumen tersebut dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan kegiatan perencanaan
program bimbingan dan konseling. Panduan Operasional Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas.
4. Mengumpulkan, Mengolah, Menganalisis, dan Menginterpretasi Data Hasil
Asesmen Kebutuhan.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen yang
dipilih. Pengumpulan, pengolahan, analisis dan menginterpretasi hasil analisis
data dilakukan sesuai dengan manual. Setiap instrumen pengumpul data yang
telah standar memiliki manual. Bila instrumen yang digunakan adalah instrumen
yang belum standar maka pengolahan, analisis, dan interpretasi hasil analisis data
menggunakan manual yang disusun sendiri. Berikut ini disajikan salah satu
contoh tabulasi permasalahan peserta didik/konseli dengan menggunakan
instrumen Daftar Check Masalah (DCM). Contoh berikut hanyalah sekedar
ilustrasi tabulasi data dengan masalah-masalah yang diambil secara acak. Dalam
implementasi di sekolah, guru bimbingan dan konseling atau konselor diharapkan
dapat mengidentifikasi permasalahan sesuai dengan kisi-kisi DCM yang telah
dibakukan.
5. Mendapatkan dukungan kepala dan komite sekolah
Program bimbingan dan konseling hendaknya memperoleh dukungan dari
berbagai pihak yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan komite sekolah.
Upaya untuk mendapatkan dukungan dapat dilakukan dengan beberapa cara
misalnya konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi. Kegiatan tersebut
dilakukan sebelum menyusun program dan selama penyelenggaraan kegiatan.

8
Hasil konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi berupa kebijakan yang
mendukung, fasilitas untuk kegiatan, kolaborasi dan sinergitas kerja dalam upaya
tercapainya kemandirian dan perkembangan utuh yang optimal peserta
didik/konseli.
6. Menetapkan dasar perencanaan program
Perencanaan layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada landasan
filosofis dan teoritis bimbingan dan konseling. Landasan ini berisi keyakinan
filosofis dan teoritis, misalnya bahwa peserta didik/konseli itu unik dan harus
dilayani dengan penuh perhatian; setiap peserta didik/konseli dapat meraih
keberhasilan, untuk mencapai keberhasilan dibutuhkan upaya kolaboratif;
program bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses
pendidikan; program bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan setiap peserta didik/konseli. Selain mendasarkan pada
landasan filosofis dan teoritis, perencanaan layanan bimbingan dan konseling juga
harus didasarkan pada hasil asesmen kebutuhan peserta didik/konseli. Landasan
filosofis, landasan teoritis dan hasil asesmen kebutuhan dipaparkan secara ringkas
dalam rasional program bimbingan dan konseling.

E. Tahap Perancangan (Designing) dalam Perencanaan Program

Tahap perancangan (designing) terdiri dari dua (2) kegiatan yaitu penyusunan
program tahunan, dan penyusunan program semesteran. Setiap kegiatan diuraikan pada
bagian berikut.
1. Penyusunan Program Tahunan Bimbingan dan Konseling
Struktur program tahunan bimbingan dan konseling terdiri atas: a)
rasional, b) dasar hukum, c) visi dan misi, d) deskripsi kebutuhan, e) tujuan, f)
komponen program, g) bidang layanan, h) rencana operasional, i) pengembangan
tema/topik, j) rencana evaluasi, Panduan Operasional Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas . 27 pelaporan dan tindak
lanjut, k) sarana prasarana, dan l) anggaran biaya. Masing-masing diuraikan
sebagai berikut.
a) Merumuskan Rasional
Uraian dalam rasional merupakan latar belakang yang melandasi
program bimbingan dan konseling yang akan diselenggarakan. Beberapa
aspek yang perlu diuraikan dalam rasional meliputi : 1) urgensi layanan
bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas; 2) kondisi objektif
di sekolah masing-masing berupa permasalahan, hambatan, kebutuhan,
budaya sekolah sekaligus potensi-potensi keunggulan yang dimiliki oleh
peserta didik; 3) kondisi objektif yang ada di lingkungan masyarakat yang
menunjukkan daya dukung lingkungan dan ancaman-ancaman yang

9
mungkin berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik/konseli; dan
4) harapan yang ingin dicapai dari layanan bimbingan dan konseling.
b) Dasar Hukum
Dasar hukum yang dicantumkan adalah dasar hukum yang menjadi
landasan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah yang
meliputi dasar hokum tingkat pemerintah pusat dan daerah serta satuan
pendidikan. Penulisan dasar hokum mengikuti kaidah urutan dari
perundangan tertinggi yang relevan sampai surat keputusan ditetapkan
oleh satuan pendidikan, misalnya: Undang Undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Menteri, Peraturan Daerah, dan Surat Keputusan Kepala
Sekolah.
c) Merumuskan visi dan misi
Rumusan visi dan misi bimbingan dan konseling harus sesuai
dengan visi dan misi sekolah. Oleh karena itu, sebelum menetapkan visi
dan misi program layanan bimbingan dan konseling, perlu terlebih dahulu
menelaah visi dan misi sekolah. Visi adalah gambaran yang ingin
diwujudkan melalui program bimbingan dan konseling pada periode
tertentu. Sedangkan misi adalah upaya untuk mencapai visi yang telah
ditetapkan.
d) Mendeskripsikan kebutuhan
Rumusan deskripsi kebutuhan diidentifikasi berdasarkan asumsi
tentang tugas perkembangan yang seharusnya dicapai peserta
didik/konseli dan asesmen Panduan Operasional Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas . 31 kebutuhan yang
telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Hasil asesmen inilah yang
selanjutnya menjadi deskripsi kebutuhan yang akan difasilitasi dalam
pencapaian tujuan layanan yang akan diberikan.
e) Merumuskan tujuan
Rumusan tujuan dibuat berdasarkan diskripsi kebutuhan peserta
didik/ konseli. Rumusan tujuan yang akan dicapai disusun dalam bentuk
perilaku yang harus dikuasai peserta didik/ konseli setelah memperoleh
layanan bimbingan dan konseling.
f) Menentukan komponen program
Komponen program bimbingan dan konseling di SMA meliputi:
(1) Layanan Dasar, (2) Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual
peserta didik (3) Layanan Responsif, dan (4) Dukungan sistem. Berikut
penjelasan mengenai masing-masing komponen
 Layanan Dasar
Layanan dasar adalah pemberian bantuan kepada semua
peserta didik/konseli yang berkaitan dengan pengembangan

10
keterampilan, pengetahuan, dan sikap dalam bidang pribadi, sosial,
belajar, dan karir.
 Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual Peserta
Didik/Konseli
Layanan peminatan dan perencanaan individual merupakan
proses pemberian bantuan kepada semua peserta didik/konseli
dalam membuat dan mengimplementasikan rencana pribadi, sosial,
belajar, dan karir.
 Layanan Responsif
Layanan responsif adalah pemberian bantuan terhadap
peserta didik/konseli yang memiliki kebutuhan dan masalah yang
memerlukan bantuan dengan segera.
 Dukungan Sistem
Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan
kegiatan manajemen, tata kerja infrastruktur dan pengembangan
keprofesionalan guru bimbingan dan konseling atau konselor
secara berkelanjutan yang secara tidak langsung memberikan
bantuan kepada peserta didik atau memfasilitasi kelancaran
perkembangan peserta didik.

g) Mengidentifikasi bidang layanan


Bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan mencakup empat
bidang layanan yang memfasilitasi perkembangan pribadi, sosial, belajar,
dan karir. Pada hakikatnya perkembangan tersebut merupakan satu
kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap diri individu
peserta didik/konseli. Materi layanan bimbingan dan konseling disajikan
secara proporsional sesuai dengan hasil asesmen kebutuhan 4 (empat)
bidang layanan.
 Pribadi
Proses pemberian bantuan dari guru bimbingan dan
konseling atau konselor kepada peserta didik/konseli untuk
memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan
merealisasikan keputusannya secara bertanggung jawab tentang
perkembangan aspek pribadinya, sehingga dapat mencapai
perkembangan pribadi yang optimal dan mencapai kemandirian,
kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan dalam kehidupannya.
 Sosial
Proses pemberian bantuan dari guru bimbingan dan
konseling atau konselor kepada peserta didik/konseli untuk
memahami lingkungannya dan dapat melakukan interaksi sosial
11
secara positif, terampil berinteraksi sosial, mampu mengatasi
masalahmasalah sosial yang dialaminya, mampu menyesuaikan
diri dan memiliki keserasian hubungan dengan lingkungan
sosialnya sehingga mencapai kebahagiaan dan kebermaknaan
dalam kehidupannya. Aspek perkembangan peserta didik/konseli
yang dikembangka meliputi (1) berempati terhadap kondisi orang
lain, (2) memahami keragaman latar sosial budaya, (3)
menghormati dan menghargai orang lain, (4) menyesuaikan
dengan nilai dan norma yang berlaku, (5) berinteraksi sosial yang
efektif, (6) bekerjasama dengan orang lain secara bertanggung
jawab, dan (8) mengatasi konflik dengan orang lain berdasarkan
prinsip yang saling menguntungkan.
 Belajar
Proses pemberian bantuan guru bimbingan dan konseling
atau konselor kepada peserta didik/ konseli antara lain adalah
mengenali potensi diri untuk belajar, memiliki sikap dan
keterampilan belajar, terampil merencanakan pendidikan, memiliki
kesiapan menghadapi ujian, memiliki kebiasaan belajar teratur dan
mencapai hasil belajar secara optimal sehingga dapat mencapai
kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam kehidupannya.
Aspek perkembangan yang dikembangkan meliputi;(1) menyadari
potensi diri dalam aspek belajar dan memahami berbagai hambatan
belajar; (2) memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif; (3)
memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat; (4)
memiliki keterampilan belajar yang efektif; (5) memiliki
keterampilan perencanaan dan penetapan pendidikan lanjutan; dan
(6) memiliki kesiapan menghadapi ujian.
 Karir
Proses pemberian bantuan guru bimbingan dan konseling
atau konselor kepada peserta didik/ konseli untuk memahami
pertumbuhan, perkembangan, eksplorasi, aspirasi dan pengambilan
keputusan karir sepanjang rentang hidupnya secara rasional dan
realistis berdasar informasi potensi diri dan melihat kesempatan
yang tersedia di lingkungan Panduan Operasional Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas . 37 hidupnya
untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupannya. Aspek
perkembangan yang dikembangkan meliputi; (1) memiliki
pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait
dengan pekerjaan; (2) memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja
dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir;

12
(3) memiliki sikap positif terhadap dunia kerja; (4) memahami
relevansi kemampuan menguasai pelajaran dengan persyaratan
keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-
cita karir di masa depan; (5) memiliki kemampuan untuk
membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri
pekerjaan, persyaratan kemampuan yang dituntut, lingkungan
sosio-psikologis pekerjaan, prospek kerja, kesejahteraan kerja;
memiliki kemampuan merencanakan masa depan, berupa
kemampuan merancang kehidupan secara rasional untuk
memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan,
dan kondisi kehidupan sosial ekonomi; membentuk pola-pola
karir; mengenal keterampilan; serta memiliki kemampuan atau
kematangan untuk mengambil keputusan karir.

h) Menyusun Rencana Operasional (Action Plan)


Dalam membantu guru bimbingan dan konseling atau konselor
mencapai tujuan Bimbingan dan Konseling selama satu tahun diperlukan
rencana operasional yang memberikan panduan untuk penyusunan
program tahunan dan semesteran. Rencana operasional bimbingan dan
konseling merupakan rencana detail yang menguraikan tindakan-tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

i) Mengembangkan Tema/Topik Layanan Bimbingan dan konseling


Tema/topik merupakan rincian lanjut dari identifikasi deskripsi
kebutuhan peserta didik/konseli dalam aspek perkembangan pribadi,
sosial, belajar dan karir. Memetakan tema/topik materi layanan
berdasarkan program tahunan/ semester bimbingan konseling yang telah
disusun. Materi layanan bimbingan dan konseling meliputi empat bidang
layanan bimbingan dan konseling diberikan secara proporsional meliputi
bidang pribadi, sosial, belajar dan karir.
j) Rencana Evaluasi, Pelaporan dan Tindak lanjut
Evaluasi program didasarkan pada rumusan tujuan yang ingin
dicapai dari layanan yang dilakukan. Di samping itu, perlu dilakukan
evaluasi keterlaksanaan program. Hasil evaluasi dapat dijadikan salah satu
bentuk akuntabilitas layanan bimbingan dan konseling. Hasil evaluasi
dilaporkan dan diakhiri dengan rekomendasi tentang tindak lanjut
pengembangan program selanjutnya.
k) Sarana dan prasarana
Selain rumusan dalam bentuk perilaku, hasil analisis asesmen
kebutuhan juga digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan infrastruktur

13
program Bimbingan dan konseling. Standar infrastruktur mengacu pada
lampiran Permendikbud No. 111 Tahun 2014 tentang Panduan
Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah
Menengah Atas . 43 Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.

2. Penyusunan Program Semesteran Bimbingan dan Konseling


Setelah guru bimbingan dan konseling atau konselor merancang program
tahunan dalam bentuk kalender, maka dirinci kembali dalam bentuk program
semester. Program semester ini dikembangkan berbasis pada rencana operasional
(action plan) yang telah disusun sebelumnya.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelaksanaan bimbingan dan konseling tidak hanya dilakukan sebatas pemberian


layanan saja, melainkan banyak hal yang harus direncanakan dan dipersiapkan sebelum
melaksanakan proses pemberian layanan. Perencanaan bimbingan dan konseling harus
dipersiapkan secara matang dari jadwal, anggaran, dan lain-lain. Pelaksanaannya haruslah
berlandaskan pada POP Bimbingan dan Konseling. POP dibuat supaya segala
pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat dipersiapkan dengan baik dan dilakukan
dengan benar sesuai dengan posedur yang telah dibuat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bowo PK,Arief,2008, Perencanaan. Jakarta: Universitas Mercu Buana.


Enoch, Jusuf, 1992, Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Pidarta, Made, 2005Perencanaan Pendidikan Parsipatori dengan Pendekatan Sistem, Cet.
Ke-3, Jakarta: Rineka Cipta.
POP Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Atas

16

Anda mungkin juga menyukai