Manajemen pada prinsipnya bagaimana mengatur kegiatan agar berjalan dengan baik
dalam mencapai tujuan secara optimal sesuai dengan yang diinginkan. Tujuan yang diharapkan
tersebut akan berhasil dengan baik bilamana kemampuan manusia yang terbatas baik
pengetahuan, tehnologi, skill maupun waktu yang dimiliki itu, dapat dikembangkan dengan
membagi tugas pekerjaannya, wewenang dan tanggung jawabnya kepada orang lain sehingga
secara sinergis dan mutual simbiosis membentuk kerjasama dan kemitraan yang saling
menguntungkan dan pencapaian tujuan lebih baik, tanpa ada kerjasama yang baik maka tidak
ada "manajemen".
A. Konsep Manajemen
Banyak sekali pengertian manajemen dan satu pengertian tentang manajemen tidak
bisa mewakili pengertian lain secara universal. Menurut T. Hani Handoko, tidak ada definisi
manajemen yang dapat diterima secara universal. Mary Parker Follet (dalam Tohirin, 2008: 271)
mengatakan bahwa manajemen merupakan seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Menurut Stephen P Robbins dan Mary Coulter (2004), manajemen adalah proses
pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan, sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan
secara efektif dan efisien dan melalui orang lain.
Menurut Stoner (dalam Tohirin, 2008: 272), manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.
Pengertian yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Ismail Solihin (2009), manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Definisi tersebut
dapat dijelaskan secara lanjut sebagai berikut:
1. Manajemen merupakan sebuah proses. Artinya, seluruh kegiatan manajemen yang
dijabarkan ke dalam empat fungsi manajemen dilakukan secara berkesinambungan dan
semuanya bermuara kepada pencapaian tujuan.
2. Pencapaian tujuan dilakukan melalui serangkaian aktivitas yang dikelompokan ke dalam
fungsi-fungsi manajemen dan mencakup fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian.
3. Pencapaian tujuan dilakukan secara efektif dan efisien. Efektifitas merujuk pada
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan efisiensi
menunjukan pencapaian tujuan secara optimal dengan menggunakan sumber daya yang
paling minimal.
4. Pencapaian tujuan perusahaan dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya
organisasi.
B. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen antara lain: perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing),
pelaksanaan (Actuating) dan pengawasan (Controlling).
1. Fungsi perencanaan (planning).
Perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan
pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut
Bintoro Tjokroaminoto (dalam Husaini Usman, 2010: 65) perencanaan adalah proses
mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan dalam mencapai
tujuan tertentu. Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling yang
diinginkan perlu dilakukan perencanaan yang matang. Dalam bimbingan dan konseling,
fungsi ini dilakukan oleh kepala sekolah, koordinator BK dan guru BK.
2. Fungsi pengorganisasian (organizing).
Menurut Handoko (dalam Husaini Usman, 2010: 146), pengorganisasian ialah (1)
penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi;
(2) proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan dapat membawa
hal-hal tersebut ke arah tujuan; (3) penugasan tanggung jawab tertentu; (4) pendelegasian
wewenang yang diperlukan individu-individu untuk melaksanakan tugasnya. Koordinator BK
akan mengelompokan dan menentukan kegiatan penting untuk memberikan kekuasaan
kepada orang-orang tertentu (guru pembimbing/wali kelas) untuk melaksanakan kegiatan
itu
3. Fungsi pelaksanaan (actuating).
Pelaksanaan merupakan tahapan realisasi rencana yang telah disusun sebelumnya
dengan mengacu pada pengorganisasian. Dalam bimbingan dan konseling, program yang
telah disusun hendaknya dilaksanakan dengan kerja sama yang baik antara pihak-pihak
yang terkait.
4. Fungsi pengawasan (controlling).
Pengawasan merupakan penilaian terhadap pelaksanaan program mulai dari awal
perencanaannya hingga pelaksanaannya. Pengawasan dilakukan oleh seorang pengawas di
bidang BK, kemudian koordinator BK juga menggunakan administrasi, yaitu: men (sumber
daya manusia/personil), material (bahan-bahan), machines (peralatan, sarana dan
prasarana), method (metode/ layanan), money ( sumber dana) dan market (siswa).
C. Syarat Manajemen
Untuk dapat berhasil dengan baik proses dari manajemen maka harus ada syarat-syarat
manajemen yang harus dipenuhi, meliputi :
1. Harus ada pembagian kerja
Mengandung pengertian bahwa suatu pekerjaan itu bila dibagi sesuai dengan bakat dan
kemampuan anggota organisasi akan lebih berhasil bila dibandingkan dengan tidak adanya
pembagian kerja.
2. Kekuasaan dan pertanggung jawaban
Dalam sebuah organisasi harus ada kejelasan tentang kekuasaan dan pertanggung jawaban
antara masing-masing staf dalam organisasi.
3. Disiplin
Semua lini dalam sebuah organisasi harus mempunyai disiplin dengan menaati peraturan
yang ditetapkan.
4. Kesatuan komando
Kesatuan komando perlu untuk menjaga kesimpang siuran perintah di dalam organisasi,
karena organisasi mempunyai tujuan yang sama.
5. Kesatuan arah
Kesatuan arah diperlukan untuk menghindari masing-masing anggota mempunyai tujuan
sendiri-sendiri. Perintah hanya datang dari satu orang saja.
6. Tujuan organisasi sesuai dengan tujuan anggotanya
Antara tujuan organisasi dan tujuan anggotanya harus sejalan, karena apabila terdapat
perbedaan tujuan maka organisasi akan mengalami kesulitan.
7. Pemberian upah/gaji
Harus didasarkan pada kebutuhan anggota organisasi dan keluarganya secara adil.
8. Sentralisasi
Memberikan suatu gambaran bahwa di dalam suatu organisasi memerlukan suatu
pemusatan tanggung jawab untuk menghindari bawahan tidak dibebani dengan tangung
jawab yang lebih besar.
9. Jenjang jabatan
Urutan-urutan hubungan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain harus saling
bersambung. Kejelasan hubungan ini perlu untuk menentukan kearah mana seseorang
harus bertanggung jawab dan ke arah jenjang mana seseorang kelak di promosikan.
10. Keteraturan
Keteraturan diperlukan agar tidak terjadi kelambatan di dalam proses manajemen.
11. Keadilan
Keadilan diperlukan di dalam segala aspek agar semua komunikasi yang lancer diantara
anggota merasa puas dan bekerja dengan penuh semangat.
12. Kestabilan di dalam organisasi
Para anggota harus merasa stabil kedudukannya di dalam organisasi.
13. Inisiatif
Tanpa inisiatif akan menjurus kepada hal-hal yang bersifat rutin dan organisasi akan
mengalami sebuah kerugian.
14. Semangat korps
Adanya komunikasi yang lancar diantara pimpinan dan bawahan akan menambah semangat
kerja bawahan.
2. Personalia
Personalia adalah semua anggota organisasi yang bekerja untuk keputusan organisasi.
Personalia ini di tangani oleh manajemen agar aktifitas mereka dapat dipertahankan dan
semakin meningkat. Para manajer akan membina mereka berusaha mewujudkan antara
hubungan yang baik menilai dan mempromosikan mereka dan berupaya meningkatkan
kesejahteraan mereka.
Personalia pelaksana bimbingan dan konseling adalah segenap unsur yang terkait di
dalam organisasi bimbingan dan konseling. Personil utamanya adalah guru pembimbing dan
koordinator bimbingan dan konseling di sekolah. Agar pelayanan bimbingan dan konseling
dapat berjalan dengan baik dan mencapai sasaran secara optimal, maka tiap-tiap pesonil
bimbingan dan konseling perlu memahami dan menyadari tentang peranannya masing-masing.
Prayitno (1997: 51) personil tersebut mencakup:
1) Personil pada Diknas Propinsi atau Diknas Kabupaten/Kota yang bertugas melakukan
pengawasan dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan
Konseling di satuan-satuan pendidikan.
2) Kepala sekolah sebagai penanggung jawab program pendidikan secara menyeluruh
termasuk didalamnya program Bimbingan dan Konseling di satuan pendidikan masing-
masing.
3) Guru Pembimbing dan guru kelas sebagai petugas utama dan tenaga inti dalam
pelayanan Bimbingan dan Konseling.
4) Guru-guru lain ( guru mata pelajaran dan guru praktik) serta wali kelas sebagai
penanggung jawab dan tenaga ahli dalam mata pelajaran, program latihan atau kelas
masing-masing.
5) Orang tua sebagai penanggung jawab utama peserta didik dalam arti yang seluas-
luasnya.
6) Ahli-ahli lain dalam bidang nonbimbingan dan nonpengajaran/latihan (seperti : dokter,
psikolog, psikiater) sebagai subjek alih tangan kasus.
7) Sesama peserta didik sebagai kelompok subjek yang potensial untuk diselenggarakannya
bimbingan sebaya.
E. Program
Setiap organisasi memerlukan program yang berisi serangkaian kegiatan dalam
mencapai tujuan yang diharapkan. Contohnya, sebuah perusahaan ingin mencapai angka
penjualan kendaraan hingga 1000 unit per tahun, sehingga untuk mencapai tujuan tersebut
disusunlah berbagai macam agenda dan kegiatan. Program yang ada merupakan hasil dari
perencanaan, sehingga dikatakan bahwa program yang baik dihasilkan dari perencanaan yang
baik. Begitu juga halnya dalam bimbingan dan konseling. Program Bimbingan dan Konseling
merupakan isi keseluruhan organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. Program-program ini
perlu disusun dengan memperhatikan pola umum bimbingan dan konseling dan berbagai
kondisi yang terdapat di lapangan (Prayitno, 1997:52).
Kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di sekolah tidaklah dipilih secara
acak, namun melalui pertimbangan yang matang dan terpadukamn dalam program pelayanan.
Menurut Prayitno (1997: 54), program bimbingan dan konseling hendaknya:
1. Berdasarkan kebutuhan bagi pengembangan peserta didik yang sesuai dengan kondisi
pribadinya, serta jenjang dan jenis pekerjaannya.
2. Lengkap dan menyeluruh, memuat segenap fungsi bimbingan, meliputi semua jenis layanan
dan kegiatan pendukung, serta menjamin terpenuhinya prinsip dan asas bimbingan dan
konseling.
3. Ssistematik, dalam arti program disusun menurut urutsa logis, tersinkronisasi dengan
menghindari tumpang tindih yang tidak perlu, serta dibagi-bagi secara logis.
4. Terbuka dan luwes sehingga mudah menerima masukan untuk pengembangan dan
peneympurnaannya, tanpa harus merombak program itu secara menyeluruh.
5. Mmeungkinkan kerja sama dengan semua pihak yang terkait dalam rangka sebesar-
besarnya memanfaatkan berbagai sumber dan kemudahan yang tersedia bagi kelancaran
dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling.
6. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut untuk penyempurnaan
program pada khususnya, dan peningkatan keefektifan dan keefisienan penyelenggaraan
program bimbingan dan konseling pada umumnya.
F. Fasilitas
Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar
kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan. Fasilitas juga merupakan faktor penting dalam
mencapai tujuan. Fasilitas yang baik akan memudahkan dan memperlancar kinerja, begitu juga
sebaliknya. Contohnya secara umum sebuah perusahaan ingin membuat desain kendaraan
bermotor, oleh sebab itu perusahaan tersebut akan membutuhkan fasilitas-fasilitas yang terkait
dengan pengerjaan desain tersebut. Namun sangat disayangkan jika ada personalia yang
menjadikan kurangnya fasilitas sebagai alasan untuk tidak bekerja. Kekurangan fasilitas yang
ada hendaknya disikapi secara bijak dan kreatif oleh personalia. Fasilitas yang diperlukan
sebagai penunjang pelayanan bimbingan dan konseling meliputi sarana dan prasarana.
G. Akuntabilitas Program
Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris “accountability” yang
berarti pertanggunganjawab atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk
diminta pertanggunganjawaban. A Muri Yusuf (dalam Amirah Diniaty, 2012:89), menjelaskan
akuntabilitas tidak sama dengan responsibilitas. Akuntabilitas lebih mengacu pada pertanggung
jawaban keberhasilan atau kegagagalan pencapaian misi organisasi, sedangkan responsibilitas
berhubungan dengan kewajiban melaksanakan wewenang atau amanah yang akan diterima.
Akuntabilitas mempertanggung jawabkan pelaksanaan wewenang atau amanah tersebut.
Akuntabilitas berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi (penilaian) mengenai standard
pelaksanaan kegiatan, apakah standar yang dibuat sudah tepat dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi, dan apabila dirasa sudah tepat, manajemen memiliki tanggung jawab untuk
mengimplementasikan standard-standard tersebut. Akuntabilitas juga merupakan instrumen
untuk kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan. Dalam hubungan ini,
diperlukan evaluasi kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil
serta cara-cara yang digunakan untuk mencapai semua itu. Pengendalian (control) sebagai
bagian penting dalam manajemen yang baik adalah hal yang saling menunjang dengan
akuntabilitas. Dengan kata lain pengendalian tidak dapat berjalan efisien dan efektif bila tidak
ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas yang baik demikian juga sebaliknya. Media
akuntabilitas yang memadai dapat berbentuk laporan yang dapat mengekspresikan pencapaian
tujuan melalui pengelolaan sumber daya suatu organisasi, karena pencapaian tujuan
merupakan salah satu ukuran kinerja individu maupun unit organisasi
H. Kepengawasan
Robert J. Mockler dalam T. Hani Handoko (1996: 360), mengemukakan bahwa
pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem umpan balik, membandingkan
kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya diperlukan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya
kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui
pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui
pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi
mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat
mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan
yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.
I. Pengembangan
Munandir (2001: 268) menyatakan bahwa pengembangan merupakan berbagai cara
atau pendekatan yang bertujuan untuk menciptakan situasi agar guru dan staf sekolah lainnya
meningkatkan kompetensi dan keterampilannya serta tumbuh secara profesional selama
berdinas.
Pengembangan pelayanan bimbingan dan konseling memang banyak tergantung pada
organisasi, program, prasarana dan sarana yang tersedia, namun peranan tenaga manusianya
adalah yang paling utama. Seluruh personil sekolah dipersyaratkan untuk bahu membahu
sepenuhnya bagi terselenggaranya pelayanan bimbingan dan konseling secara baik di setiap
satuan pendidikan. Guru pembimbing sebagai petugas utama dan inti serta ahli dalam
pelayanan bimbingan dan konseling mempunyai kewajiban untyuk mencurahkan seluruh
perhatian dan upaya demi suksesnya misi yang diembannya, yaitu pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Pengembangan dapat dilaksanakan melalui:
1. Kerjasama antar guru pembimbing.
2. Kerjasama antar personil sekolah.
3. Kegiatan pengawasan oleh pangawas sekolah bidang bimbingan dan konseling.
4. Pengembangan fasilitas layanan.
5. Pertemuan kesejawatan profesional (MGP), penataran, lokakarya, pertemuan ilmiah,
keikutsertaan dalam organisasi profesi BK (ABKIN) dan studi lanjutan.
Diantara masalah yang timbul berkaitan dengan konsep pengelolaan dan manajemen
bimbingan dan konseling adalah:
1. Dalam hal penempatan personalia, masih ada di beberapa sekolah guru pembimbingnya
berasal dari jurusan lain, akibatnya guru pembimbing tidak mengetahui apa yang akan
dilakukan.
2. Masih kurangnya pengetahuan dan wawasan guru pembimbing dalam melaksanakan
tugasnya seperti membuat program maupun melaksanakan program.
3. Masih adanya ketimpangan antara jumlah guru pembimbing dengan jumlah siswa asuh,
akibatnya guru pembimbing tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya.
4. Masih kurangnya pengetahuan guru mata pelajaran, kepala sekolah dan siswa mengenai
peran bimbingan dan konseling.
Solusi yang dapat diberikan berkaitan dengan permasalahan konsep pengelolaan dan
manajemen ini adalah:
1. Guru pembimbing harus berasal dari jurusan BK agar guru pembimbing tersebut tahu tugas
dan tannggung jawabnya.
2. Dilakukan pelatihan dan pengembangan kompetensi.
3. Agar Guru pembimbing dapat bekerja dengan hasil yang maksimal, maka sesuaikan jumlah
guru pembimbing dengan jumlah siswa asuh.
4. Dapat mengadakan orientasi/memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada pihak-pihak tersebut.
KESIMPULAN
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian dari berbagai sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Pengertian tersebut langsung mencakup 4 fungsi manajemen yang lebih dikenal dengan
POAC. Manajemen erat kaitannya dengan Organisasi, yakni merupakan suatu unit terkoordinasi
yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkaian
sasaran. Di dalam organisasi terdapat personalia, yakni semua anggota organisasi yang bekerja
untuk keputusan organisasi. Untuk mencapai tujuan maka diperlukan program, yang berisi
serangkaian kegiatan dalam mencapai tujuan yang diharapkan dengan memanfaatkan fasilitas
yang ada. Fasilitas dalam hal ini dapat meliputi sarana dan prasarana. Manajemen juga tidak
akan terlepas dari akuntabilitas, yakni pertanggung jawaban keberhasilan atau kegagagalan
pencapaian misi organisasi. Keberhasilan pencapaian tujuan manajemen juga sangat ditentukan
Sumber Daya manusia yang ada. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengembangan dalam
meningkatkan mutu kinerja. Permasalahan yang mungkin timbul dalam manajemen antara lain
masalah kompetensi, keuangan, fasilitas, pertentangan, dan lain-lain, merupakan permasalahan
yang sering timbul dalam suatu manajemen. Penyelesaian permasalahan perlu dilakukan
dengan cara selidiki situasi, kembangkan alternatif, pilih alternatif penyelesaian masalah,
terapkan dan tindak lanjut. Kepada calon dosen, konsultan, peneliti, guru pembimbing maupun
profesi lainnya diharapkan untuk memahami konsep dasar manajemen sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Amirah Diniaty. 2012. Evaluasi Bimbingan dan Konseling. Pekanbaru. Zanafa Publishing.
Husaini Usman. 2009. Manajemen. Yogyakarta : Bumi Aksara
T. Hani Handoko. 1997. Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Thantawi R. MA. 1995. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Pamator Pressindo
MAKALAH
TAHUN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pada saat sekarang ini guru BK sebagai pendidik dan pembimbing peserta didik
dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling cendrung mengalami hambatan bahkan
rintangan menjalani peran nya sebagai tenaga pendidik dan pembimbing dalam bentuk
layanan bimbingan dan konseling di sekolah, dalam penelitian (Andrean, 2017).
BAB II
PEMBAHASAN
Dari lima konsep penting di atas, dapat disimpulkan suatu ikatan yang akan melahirkan
satu batasan arti bimbingan, yang ditegaskan sebagai berikut :
Bimbingan boleh diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan secara
sistematis-metodis dan demokratis dari seseorang yang memiliki kompetensi memadai dalm
menerapkan pendekatan, metode dan teknik layanan kepada individu (peserta didik) agar lebih
memahami diri, menerima diri, mengarahkan diri dan memiliki kemampuan nyata diri dalam
mencapai penyesuaian membuat pilihan dan memecahkan persoalan-persoalan secara lebih
memadai sesuai tingkatan perkembangan yang di capainya. Ke semua itu, ditujukan untuk
mencapai kesejahteraan mental dan kebahagian yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
Di samping itu dalam melaksanakan tugas pelayana BK guru BK atau konselor bekerja
sama dengan berbagai pihak di dalam dan diluar satuan pendidikan untuk suksesnya pelayanan
yang di maksud kerjasama ini dalam rangka manajemen BK yang menjadi bagian integral dari
manajemen satuan pendidikan secara menyeluruh.
Kepala sekolah terdiri dari dua kata, yaitu kepala dan sekolah. Kata kepala dapat di
artikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah
adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Dengan
demikian secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan “ sebagai seorang tenaga
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses
belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan
murid yang menerima pelajaran”.
Dari uraian di atas, maka upaya kepala sekolah dapat diartikan bahwa seorang pemimpin
yang mempunyai usaha dalam pendidikan dan pengajaran yang banyak dibebani dengan
kewajiban-kewajiban yang beraneka ragam untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Seorang Kepala Sekolah hendaknya memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan
kepemimpinan yang akan dipegangnya. Ia hendaknya memiliki sifat-sifat jujur, adil dan dapat
dipercaya, suka menolong dan membantu guru dalam menjalankan tugas dan mengatasi
kesulitan-kesulitan, bersifat supel dan ramah mempunyai sifat tegas dan konsekuen. Maka syarat
seorang Kepala Sekolah menurut M. Dariyanto dalam bukunya Administrasi Pendidikan adalah
sebagai berikut:
1) Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah.
2) Mempunyai pengalaman kerja yang cukup, terutama di sekolah yang sejenis dengan
sekolah yang dipimpinnya.
3) Mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifat-sifat kepribadian yang
diperlukan bagi kepentingan pendidikan.
4) Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas, terutama mengenai bidang-bidang
pengetahuan pekerjaan yang diperlukan bagi sekolah yang dipimpinnya.
5) Mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan pengembangan sekolahnya.
Kepala Sekolah profesional tidak saja dituntut untuk melaksanakan berbagai tugas
disekolah, tetapi ia juga harus mampu menjalin hubungan atau kerja sama dengan masyarakat
dalam rangka membina pribadi peserta didik secara optimal.
1) Kurangnya informasi, kesiapan dan kompetensi sebagai kepala sekolah yang cakap dan
terampil (khususnya bagi kepala sekolah pemula). faktor ini yang sering membuat kurang
percaya diri dalam melaksanakan tugas sebagai pimpinan. upaya pemecahan yang dapat
dilakukan melalui seleksi berjenang dengan berdasarkan kriteria dan kualifikasi yang
sesuai dengan ketentuan yang ada (standar pendidik dan kependidikan), seperti; minimal
mengajar 5 tahun di jenjang pendidikan, lulus tes seleksi (wawancara dan psikotes).
2) Lemahnya manajemen dan supervisi sekolah yang dimiliki oleh kepala sekolah terutama
dalam menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program kerja sekolah. upaya
pemecahan yang dapat dilakukan melalui pembinaan, pelatihan dan tutor sebaya sebagai
kepala sekolah dalam menangani persoalam pengelolaan sekolah yang muncul.
3) Pengetahuan administrasi sekolah yang dikuasai oleh kepala sekolah masih kurang. oleh
karena itu perlu didukung oleh tim kerja administrasi yang handal (terampil). upaya
pemecahan yang dapat dilakukan dengan mengadakan sharring ataupun studi banding
dengan pihak sekolah lain yang tertib dalam administrasi sekolah, mengikut sertakan
guru dan tata usaha untuk mengikuti pelatihan adminitrasi sekolah.
4) Kurang optimalnya proses belajar di sekolah, hal ini tampak dari hasil belajar yang belum
mencapai ketuntasan, tidak bervariasinya penggunaan alat peraga yang ada, pengelolaan
kelas dan pendampingan siswa yang bermasalah yang belum tertata dan terkelola dengan
baik. upaya yang dapat dilakukan melalui supervisi dan monitoring secara rutin,
pendampingan ataupun pembinaan guru secara individual dan klasikal perlu dijadwalkan
serta dilaksanakan dengan semangat perubahan dalam pencapaian prestasi belajar siswa
DAFTAR PUSTAKA
Luddin, Abu Bakar M. "Kinerja kepala sekolah dalam kegiatan bimbingan dan konseling." Jurnal
Ilmu Pendidikan 19.2 (2013).
Luddin, A. B. M. (2013). Kinerja kepala sekolah dalam kegiatan bimbingan dan konseling.
Jurnal Ilmu Pendidikan, 19(2).
LUDDIN, Abu Bakar M. Kinerja kepala sekolah dalam kegiatan bimbingan dan konseling.
Jurnal Ilmu Pendidikan, 2013, 19.2.
Depdiknas. 2008. Peran Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Pembinaan Profesional. Diklat
Jakarta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 Tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 Tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah
Soewadji Lazaruth. 2000. Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
5.