Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KONSEP DASAR PAUD

”ISU ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER”

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 8

1. DEBORA INGE RACHEL (2014 142 057)


2. ELLA FEBRIANTI (2014 142 078)
3. ELSA MELINDA (2014 142 064)
4. SEPTIA MARINI (2014 142 052)
5. YULIAN JAMILIAH (2014 142 047)

PROGRAM STUDI PG-PAUD


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2014/2015
ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk

maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi

keguruan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk

maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami

miliki masih kurang. Oleh kerena itu kami harapakan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Palembang, Oktober 2015

Penyusun

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 2


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................i

Daftar Isi.............................................................................................................ii

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................2

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Isu dan Problematika PAUD Kontemporer.............................3

2.2 Isu PAUD Kontemporer..............................................................................10

2.3 Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini.....................................................11

2.4 Problematika PAUD di Tengah Masyarakat..............................................12

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan..................................................................................................12

3.2 Saran............................................................................................................12

Daftar Pustaka...................................................................................................13

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan

diusia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan

potensinya sejak dini berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia dini

merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupan dimasa

depan selain itu, pendidikkan diusia dini dapat mengoptimalkan

kemampuan dasar dalam menerima proses pendidikkan diusia

berikutnya.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) sedang menjadi isu nasional di

indonesia dewasa ini. Percepatan dan perluasan layanan PAUD

merupakan salah satu kebijakan strategis yang di gulirkan kementrian

pendidikan dan kebudayaan. Sejalan dengan kebijakan tersebut,

penambahan dan peningkatan kompetensi pendidikan PAUD menjadi

tuntutan yang tidak dapat di abaikan.

Program peningkatan mutu pendidik PAUD yang telah diberlakukan

selama ini melalui kegiatan kelompok, kerja guru taman kanak-kanak

(KGTKK) pada gugus taman kanak-kanak (TK) untuk PAUD jalur formal,

sebagaimana telah dditetapkan Dirgen Dikdasmen Depdikbud No.

086/C/Kep/U/1995 Tanggl 18 Mei 1995, yaitu: “Gugus TK merupakan

wadah kegiatan KGTKK dan Kelompok Kerja Kepala TK”.

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 4


Menarik untuk di perhatikan mengenai berkembangnya lembaga

PAUD dalam berbagai bentuk layanan PAUD seperti TK, Taman

Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB), dan Satuan PAUD

Sejenis (SPS), menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran

masyarakaat tentang pentingnya pendidikan yang sesuai dengan tahap

perkembangan anak sejak usia dini. Peningkatan minat masyarakat

tersebut di ikuti dengan meningkat pula kebutuhan pendidik (Guru

TK/PAUD) yang berkualitas.

Dengan adanya peraturan pemerintah menjalakan program satu desa

satu PAUD hal menandakan bahwa pendidikan di mulai sejak dini itu

sangatlah penting, dimana pada usia 0-6 Tahun di sebut masa keemasan

(golden ages), masa ini masa di mana rangsangan dan pendidikan

sangat di butuhkan untuk membantu proses pertumbuhan dan

perkembangan anak. Pada bagian ini menyoroti beberapa isu kritis dan

problematis dalam PAUD. di mana isu merupakan suatu hal yang

menjadi perbincangan (trending topic) yang bersifat sementara.

Sedangkan problematika itu sendiri merupakan permasalahan atau

masalah yang timbul di tengah PAUD. Untuk lebih jelasnya mengenai isu

dan problematika PAUD kontemporer akan dibahas pada bab

selanjutnya.

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 5


1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang di maksud dengan isu dan problematika PAUD

kontemporer?

2) Apa saja yang menjadi isu PAUD kontemporer?

3) Mengapa pentingnya pendidikan PAUD?

4) Apa saja problematika PAUD di tengah masyarakat?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas

pada mata kuliah “Konsep Dasar PAUD” selain itu untuk mengetahui

tentang isu-isu dan problematika PAUD kontemporer .

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 6


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Isu dan Problematika PAUD Kontemporer

Berdasarkan Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional berkaitan dengan pendidikan anak usia dini

tertulis pada pasal 28 ayat satu yang berbunyi “pendidikan anak usia

dini di selenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun

dan bukan merupakan peryaratan untuk mengikuti pendidikan dasar”.

Selanjutnya pada bab 1 pasal 1 ayat 14 di tegaskan bahwa

pendidikan anak usia suatu upaya pembinaan yang ditujukan pada

anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan

dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, USPN, 2014:4).

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk

penyelenggaran pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan

dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik koordinasi

motorik halus dan kasar, kecerdasan (daya pikir, daya cipta,

kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual) sosio emosional (sikap dan

perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan

keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalaui anak usia dini

(http://id.wikipedia.urg/wiki/pendidikan).

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 7


Isu adalah suatu hal atau trending topic yang sedang di bicarakan

saat ini yang bersifat kekinian, atau sementara tetapi jika di respon

dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan program PAUD di masa

depan. Oleh karena itu merespon isu-isu kritis di dalam PAUD

menjadi hal yang sangat penting. Jadi dapat di simpulkan bahwa isu

PAUD kontemporer maksudnya membahas tentang pendidikan anak

usia dini yang sedang berkembang sekarang.

Problematika adalah permasalan-permasalahan yang terdapat di

lembaga PAUD itu sendiri yang mengarah baik dalam hal positif

maupun negatif, dan pada dasarnya dngan adanya problematika ilmu

tentang PAUD akan berkembang.

2.2. Isu PAUD Kontemporer

Dalam perkembangannya, masyarakat telah menunjukkan

kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan

perlindungan anak usia dini untuk usia 0 sampai dengan 6 tahun

dengan berbagai jenis layanan sesuai dengan kondisi dan

kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun

non formal. Penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal berbentuk

Taman Kanak-Kanak (TK) Raudhatul Atfal (RA) dan bentuk lain yang

sederajat, yang menggunakan program untuk anak usia 4 –6 tahun.

Sedangkan penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan nonforml

berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 8


sederajat, menggunakan program untuk anak usia 0 – <2 tahun, 2 –<4

tahun, 4 – ≤6 tahun dan Program Pengauhan untuk anak usia 0 - ≤6

tahun; Kelompok Bermain (KB) danbentuk lain yang sederajat,

menggunakan program untuk anak usia 2 – <4 tahun dan 4 – 6 tahun.

Penyelenggaraan PAUD sampai saat ini belum memiliki standar yang

dijadikan sebagai acuan minimal dalam penyelenggaraan PAUD jalur

pendidikan formal, nonformal dan atau informal. Oleh karena itu, untuk

memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan

pertumbuhan dan perkembangan anak, maka perlu disusun Standar

PAUD.

Standar PAUD merupakan bagian integral dari Standar Nasional

Pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan yang dirumuskan dengan mempertimbangkan

karakteristik penyelenggaraan PAUD. Standar PAUD terdiri atas

empat kelompok, yaitu: (1) Standar tingkat pencapaian

perkembangan; (2) Standar pendidik dan tenaga kependidikan; (3)

Standarisi, proses, dan penilaian; dan (4) Standar sarana dan

prasarana, pengelolaan dan pembiayaan. Standar tingkat pencapaian

perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak

usia dini sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Tingkat

perkembangan yang dicapai merupakan aktualisasi potensi semua

aspek perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 9


setiap tahap perkembangannya, bukan merupakan suatu tingkat

pencapaian kecakapan akademik. Standar pendidik (guru, guru

pendamping, dan pengasuh) dan tenaga kependidikan memuat

kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan Standar isi, proses,

dan penilaian meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian

program yang dilaksanakan secara terintegrasi terpadu sesuai dengan

kebutuhan anak. Standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan

pembiayaan mengatur persyaratan fasilitas, manajemen, dan

pembiayaan agar dapat menyelenggaakan PAUD dengan baik.

Adapun isu yang menjadi fokus pembahasan pada bagian ini

adalah: a) dikotomi PAUD dan TPQ, b) guru-guru PAUD yang di isi

oleh ibu-ibu pengangguran, c) kesenjangan hak dan kewajiban guru

PAUD, d) wacana wajib belajar 12 tahun yang di mulai dari TK/RA

dan, e) merancang program PAUD di masa depan.

A. Dikotomi PAUD dan TPQ

Istilah ”otak” untuk menyebut kecerdasan anak yang di

gunakan neurosains di pahami secara sempit oleh kalangan praktisi

pendidikan, khususnya praktisi PAUD. Implikasinya, pengelolaan

PAUD terutama TPA (0-2 tahun) dan KB (2-4 tahun) lebih condong

untuk berintegrasi dengan posyandu (POSPAUD) dari pada Taman

Pendidikan Al-Quran (TPQ). Padahal, posyandu hanya mengontrol

kesehatan atau jasmani anak, termasuk otak anak. TPQ telah

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 10


mempunyai basis edukasi secara memadai bahkan kurikulum yang

telah ada di selaraskan dengan fitrah, potennsi, maupun karakter

anak, sehingga tumbuh kembang anak tidak sebatas fisik

sebagaimana dalam posyandu, melainkan sosial emosional, fisik

motorik, dan lain sebagainya.

B. Guru-Guru PAUD dan Ibu-Ibu Pengangguran

Integrasi PAUD (khususnya KB dan TPA) dengan posyandu

(POSPAUD) telah mengubah kesan dari lembaga edukasi yang

seharusnya di bina oleh guru profesional menjadi lembaga

pengasuhan bahkan penitipan anak yang menuntut seorang

pengasuh, bukan pendidik. Akibatnya, guru-guru di lembaga PAUD

di dominasi oleh ibu-ibu rumah tangga pengangguran, khususnya

ibu RT dan ibu RW serta ibu Dukuh yang tidak mempunyai

kompetensi sebagai pendidik profesional. Fenomena ini

berimplikasi pada pendirian PAUD di setiap desa oleh ibu-ibu PKK

dan gurunya adalah pendiri itu sendiri.

Pertumbuhan PAUD yang di pelopori oleh ibu-ibu

pengangguran, termasuk PKK di samping memenuhi tuntutan

wanita karier mengandung bahaya besar bagi masa depan anak

bangsa karena mereka akan di asuh oleh orang-orang yang tidak

berkompeten sama sekali. Dalam sebuah hadits di sebutkan bahwa

jika sebuah urusan tidak di pegang oleh ahlinya, maka tunggulah

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 11


kehancurannya. Dalam konteks ini, anak-anak mengalami

goncangan psikologis yang sangat serius.

Bukan bermaksud membandingkan sistem pendidikan di

negara sendiri dengan negara lain sehingga terkesan anti NKRI,

guru-guru PAUD di jepang misalnya dan negara lain justru di pilih

guru SDM yang berkualifikasi minimal S-3 (doktor). Selanjutnya,

semakin senior jabatan guru, semakin rendah jenjang pendidikan

yang diampu. Dosen senior harus mengajar SMA, guru SMA senior

harus mengajar SMP, guru SMP senior harus mengajar SD.

Artinya, guru PAUD di luar indonesia jauh lebih “bermartabat” dari

guru yang lain.

C. Kesenjangan Hak dan Kewajiban aguru PAUD

Implikasi lebih lanjut dari realitas guru PAUD diatas adalah

kesenjangan hak dann kewajiban antara guru PAUD dengan guru

Non PAUD. Hak guru PAUD lebih kecil dari guru non PAUD.

Pasalnya, guru PAUD bukan sekedar mengajar atau mendidik

melainkan mengasuh, mengasah, dan mengasihi (asih, asuh, dan

asah : 3A). tugas ini jelas berbeda dengan guru non PAUD yang

ketika dikelas atau disekolah hanya menhgajar atau mendidik.

Terlebih lagi, guru (ustaz) TPQ hampir tidak mendapat haknya

sebagai guru, meskipun memenuhi kompetensi yang khas. Artinya,

kewajiban beban kerja guru PAUD daan TPQ lebih besar tetapi

haknya lebih kecil. Akibatnya, guru PAUD sekedar “dari pada

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 12


pengangguran”. Jika hal ini dibiarkan, yang terjadi adalah

banyaknya guru-guru PAUD yang hanya “pelarian” disisi lain, biaya

pendidikan di PAUD sngat mahal, jauh melebihi pendidikan dasar.

Akibatnya, justru banyak orangtua yang tidak mampu

menyekolahkan anaknya dilembaga PAUD dan menunggun hingga

usia 6 tahun kemudian masuk SD karena gratis. Hal ini berimplikasi

secara langsunng terhadap masa keemasan anak (golden ages)

yang secara otommatis terlewatkan. Jika hal ini dibiarkan, akan

semakin banyak anak yang menyia-nyiakan masa

keemasannya.diluar negeri, gajih guru PAUD bisa mencapai 2 kali

lipat dari gajih pada umumnya. Hal ini sesuai engan sistem

pendidikan disana yang mensyaratkan guru PAUD sserendah-

rendahnya berkualifikasi S-3 atau Doktor. Meskipun demikian,

dengan beban akademik guru-guru PAUD di indonesia yang

sedemikian berat perlu dipertimbangkan kesetaraan dan keadilan

hak dan kewajibannya.

D. Wajib Belajar 12 Tahun di Mulai dari TK/RA

Mengingat keterbatasan para akademisi, khususnya pada

jenjang PAUD terhadap temuan-temuan neurosains sehingga

memoosisikan PAUD ssebatas lembaga pengasuhhan anak maka

ketika ada isu wajib belajar 12 tahun, wacana yang berkembang

adalah pendidikan SD/MI, SPM/MTs, dan SMA/MA/SMK gratis.

Wacana tentang PAUD tidak mampu mendekat, terlebih lagi masuk

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 13


kedalam pusaran arus isu tersebut. Pada hal, masa paling

menentukan keberhasilan hidup manusia justru pada 5 tahun

pertama dalam kehidupannya, dan itu ada dilembaga PAUD yyang

sangat mahal dinegeri ini. Oleh karena itu, penelitian ini sekaligus

membberikan wacana lain bahwa program wajib belajar 12 tahun

bisa ditarik kebelakang, yakni dari PAUD, atau TK/RA hingga

SD/MI, dan SMP/MTs.

Jika wacana ini dapat mempengaruhi penganbiilan

kebijakan, implikasi, yang akan ditimbulkan adalah biaya

pendidikan PAUD dapat di bebaskan, gur PAUD setara dengan

guru-guru lain yang secara otomatis banyak guru PNS di PAUD

dan mendapat hak yang layak, guru(ustaz) TPQ akan

mendapatkan haknya sebagai guru, terpeliharanya masa

keemasan anak sehingga potensinya dapat dioptimalkan.

E. Momentum Emas Membangun Karakter Bangsa Sejak Dini

Signmund Freud mengatakan “ the child is the father of the

mean”, bahwa masa dewasa seorang sangat ditentukan dan

dipengaruhi oleh masa kecilnya. Senada dengan Freud, Hurlocke

menyatakan bahwa kenakalan remaja bukan fenomena baru dari

masa remaja, melainkan suatun lanjutan dari pola perilaku asosiasi

yang dimulai pada, masa kanak-kanak. Sudah semenjak dari usia

2-3 tahun ada kemungkinan mengenali hak yang kelak menjadi

remaja nakal atau tidak( Hurlocke: 1993).

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 14


Pernyataan para psikolog tersebut diperkuat leh penelitian

yang dilakukan Universitas Otago di Dunedin New Zealand pada

1000 anak-anak selama 23 tahun dari tahun 1972, dengan sampel

anak usia 3 tahun. Anak-anak tersebut yang dimati kepribadiannya

secara longitudinal hingga usia 18, 21 dan 26 tahun. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang ketika uaia

3 tahun telah di diagnosa sebagai uncontrolable toddelrs (anak

yang sulit di atur, pemarah, pembangkang). Ternyata ketika usia 18

tahun menjadi remaja yang bermasalah agresif dan memiliki

masalah dalam pergaulan. Pada usia 2 tahun mereka sulit

membina hubungan sosial dengan orang lain, dan sebagian terlibat

dengan kegiatan kriminal. Sebaliknya anak-anak yang awalnya

well-adjusted toddlers, ternyata setelah dewassa menjadi orang-

orang yang berhasil dan sehat jiwannya.

Berdasarkan kasjian psikologis di atas, dapat di tegaskan

bahwa waktu yang paling tepat untuk di mulainya pendidikan

karakter adalah usia dini, yakni pada jenjang PAUD. Dalam konteks

neurosains, hakikat pendidikan karakter adalah mengubah prilaku.

Prilaku manusia bersumber pada pola pikirnya (mindset). Pola pikir

manusia bertumpu pada otaknya. Ilmu yang mempelajarai otak

adalah neurosains. Oleh karena itu, pendidikan karakter dapat di

jelaskan melalui mekanisme kerja otak sebagaimana dalam

neurosains.

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 15


Jika manusia berkarakter adalah insan kamil, sementara

unsur-unsur insan kami adalah jasmani. Rohani dan akal, atau

Akil,Naf,Qolb-Ruh, maka neurosains mengatakan bahwa manusia

berkarakter adalah manusia yang mengoptimallisasi ketiga fungsi

otaknya (kanan, kiri dan tengah) seimbang. Oleh karena itu,

pendidikan karakter adalah pendidikan yang mampu

mengoptimalisasi berbagai unsur tersebut secara seimbang.

Penyeimbangan itu berlangsung dalam PAUD melalui bermain,

bernyanyi, dan bercerita. Dengan pemanduan berbagai entitas

insan kamil tersebut pendidikan karakter dapat dikonstruksi dalam

kerja otak yang secara embriologis atau neuro-antropo-biologis di

regulasi dalam sistem sinaps pada tingkat molekuler. Artinya,

susunan saraf dalam sistem sinaps pada tingkat molekuler yang

meregulasi prilaku anak dapat di ubah melalui berbagai gerak,

beberapa di antarannya adalah bermain, bernyayi, dan bercerita,

bahkan ketiga kegiatan tersebut hanya efektif di lembaga PAUD.

F. Program PAUD Masa Depan

1) Gerakan Gender dan Tuntutan Wanita Karier

Gerakan gender (kesetaraan antara hak laki-laki dengan

perempuan) telah berimplikasi pada perubahan pendidikan

informal dan nonformal secara besar-besaran. Gerakan ini di

pelopori oleh kaum perempuan yang merasa tertindas oleh

sosio-kultur masyarakat tertentu, termasuk kaum laki-laki.

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 16


Dalam sosio-kultur masyarakat tertentu, perempuan identik

dengan “sumur, dapur dan kasur”. Di samping itu perempuan di

kodratkan atas dua hal, yakni mengandung dan menyusui.

Implikasi dari dua kodrat atas perempuan ini adalah

pengasuhan anak. Artinya, karena perempuan adalah yang

mengandung dan menyusui anak, maka perempuanlah yang di

pandang sebagai orang yang paling ,mampu mendidik anak.

Gerakan gender berupaya untuk menjelaskan dan

mengklarifikasi antara peran secara sosio kultur terhadap

perempuan (sumur, dapur dan kasur) dan kodratnya sebagai

perempuan (mengandung dan menyusui). Artinya, berbeda

antara sosio-kultur dengan kodrat.

Implikasinya dalam pendidikan anak adalah tugas utama

pendidikan anak tidak boleh di bebankan kepada perempuan

semata. Artinya, laki-laki mendapat hak yang sama atas

pengasuhan anak. Adapun mengandung dan menyusui adalah

kodrat yang di terima secara sukarela. Gerakan gender ini telah

berimplikasi pada gelombang paradigma wanita karir secara

besar-besaran. Dengan alasan kesetaraan hak dan peran,

terlebih lagi dibumbui dengan alasan ekonomi keluarga, sebagai

perempuan telah menetapkan kakinya dijalan karir (kerja pagi

pulang sore. Implikasi lebih lanjut adalah pergeseran pola asuh

anak-anak dari keluarga ke pembantu rumah tangga.

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 17


2) PAUD Full Days School

Sebagai keluarga elit, mereka tidak kesulitan dengan

pengasuh adanya pengasuh anak dirumahnya. Namun sebagian

besar dari mereka tidak sepenuhnya mempercayakan

pengasuhan anak mereka kepada pembantu rumah tangga.

Oleh karena itu, mereka cenderung memasukan anak-anak

mereka ke tempat penitipan anak (TPA) Full Day.

Kecenderungan kalangan elit inilah yang memicu

menjamurnya tempat penitipan anak (TPA) dan PAUD sehari

penuh (Full Days School) dengan biaya yang sangat mahal.

Dengan demikian, menjamurnya PAUD di Indonesia sebenarnya

berakar dari gerakan gendre dan tuntutan karir yang didukung

oleh kalangan (keluarga) elit dengan tingkat pendidikan memadai

serta kekuatan ekonomi yang mapan.

3) PAUD yang semakin akademis mengingat

User atau pengguna PAUD Full Days School adalah

kalangan elit dengan pendidikan akademis tinggi dan didukung

oleh kemampuan ekonomi yang mapan, mereka “menuntut”

PAUD mampu membuat anak-anak mereka mempunyai

kemampuan akademis lebih awal dari pada anak-anak lain.

Implikasi dari tuntutan ini adalah perubahan arah PAUD

yang semula sebagai layanan perkembangan anak menjadi

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 18


layanan edukasi dengan muatan akademik yang sangat tinggi,

hal ini diperparah oleh kurangnya pengetahuan orang tua

terhadap perkembangan anak, sehingga mereka cenderung

menganggap anak sebagai “Orang Dewasa Berukuran Kecil”.

semakin akademis anak, dianggap semakin cerdas.

Padahal, anak pada dunia PAUD belum saatnya dikenalkan

dengan duni akademis. Bahkan, sesungguhnya dengan semakin

akademisnya dilembaga PAUD, bukan membuat anak semakin

senang, melainkan hanya menyenangkan orang tuanya.

4) Merancang Program PAUD di Masa Depan

a) PAUD Terdahulu

Pertumbuhan PAUD di Indonesia yang sangat pesat

bukan hanya pada jumlah secara kuantitas, tetapi juga

perubahan yang signifikan di berbagai segi. PAUD (Pra-

Sekolah) sepuluh tahun yang lalu sangat berbeda dengan

PAUD sekarang, dan PAUD sepuluh tahun yang akan datang

akan sangat berbeda dengan PAUD sekarang.

Mengenai konsep PAUD terdahulu, telah dijelaskan

pada bagian terdahulu, khususnya sejarah PAUD. Point ini

menegaskan bahwa pertumbuhan PAUD yang semakin pesat

berimplikasi pada perubahan disegala bidang. Hal ini dapat

dimaklumi karena perubahan tersebut dipengaruhi oleh

berbagai fakta, seperti tingkat ekonomi keluarga, kemajuan

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 19


sains, dan teknologi, peran orang tua dilembaga PAUD, dan

lain sebagainnya. Berbagai faktor ini secara langsung

berimplikasi pada perubahan PAUD dari waktu ke waktu.

b) Pertumbuhan PAUD Saat Ini

Jika diamati secara saksama, kondisi PAUD di

Indonesia saat ini setidaknya menunjukkan lima gejala baru.

Pertama, tumbuhnya kesadaran orang tua akan

pentingnya usia emas anak (Golden Ages) sehingga mereka

berbondong-bondong memasukkan anak mereka dilembaga

PAUD. Kesadaran ini didukung oleh politik kebijakan

pendidikan yang memihak pengembangan PAUD secara lebih

besar, sehingga kesadaran masyarakat dapat terakomodasi.

Contoh, pada tahun 2012 dan 2013, Kemendikbud

mencanangkan tambahan lembaga PAUD sebesar 14.000

Unit. Hal ini menunjukkan bahwa politik kebijakan pendidikan

sangat mendukung kesadaran masyarakat akan pentingnya

pendidikan anak sejak dini.

Kedua, PAUD sekarang jauh lebih akademis dari

pada PAUD sepuluh tahun yang lalu. Bahkan, permainan

tradisional yang dulu masih dimainkan anak-anak dengan

gembira, kini mulai ditinggalkan.

Ketiga, PAUD sekarang lebih berorientasi pada

pengembangan sains anak dan matematika daripada

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 20


humanitas atau sosial anak. Hal ini ditandai oleh gencarnya

PAUD untuk mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung

pada anak.

Keempat, semakin banyak lembaga PAUD yang

menyediakan layanan sehari penuh atau full days school.

Kelima, program PAUD sekarang jauh lebih

menantang mental dan pikiran anak daripada program

sepuluh tahun yang lalu. Bahkan, beberapa program PAUD

memberi pekerjaan rumah (PR) agar orang tuanya

berpatisipatif mendidik anaknya.

c) Arah Baru PAUD Masa Depan

1. Akademis v.s Humanis Artinya, lembaga PAUD saat ini

yang akan datang mengalami kebingungan antara memenuhi

kebutuhan perkembangan anak secara sosial dengan

memenuhi kebutuhan akademis.

2. Semakin Inklusif, PAUD ke depan akan semakin inklusif,

tetapi secara instituional PAUD kurang dalam menyediakan

fasilitas edukasi bagi anak berkebutuhan khusus. Hal ini

ditopang oleh UU Pendidikan yang menyatakan bahwa PAUD

tidak boleh menolak anak berkebutuhan khusus. Artinya,

penyamarataan masuk dilembaga PAUD antara anak

berkebutuhan khusus dengan yang tidak menimbulkan

kesenjangan didalam kelas, oleh karena itu persamaan hak

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 21


memasuki PAUD harus diimbangi dengan sikap yang

mendukung, termasuk sikap guru yang adil diantara mereka.

3. Beragamnya PAUD yang semakin akademis, Hal ini

ditandai oleh tuntutan masyarakat (Orang Tua) terrhadap

lembaga-lembaga PAUD agar anaknya memiliki kemampuan

CaLisTung lebih awal. Hal ini menimbulkan persoalan karena

banyak penilitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca

sejak dini, tidak berkaitan dengan prestasi akademik anak

pada jenjang selanjutnya.

4. Dukungan menyeluruh, Manifestasi pendekatan ini adalah

terbentuknya kerja sama antara lembaga PAUD dengan

Organisasi Profesional, seperti dokter anak, klinik

perkembangan, ahli gizi, psikolag anak, dan lain sebagainya.

5. Meningkatkan minat orang tua (Khususnya Orang Tua),

Untuk memasukan anak-anak mereka ke lembaga PAUD full

days schooll atau tempat pengasuhan anak sehari penuh

mereka rela mengeluarkan saku lebih dalam demi masa

depan anak yang lebih mencerdaskan.

2.3. Pentingnya Pendidikan PAUD

A. PAUD Sebagai Dunia Bermain

Menurut frobel bahwa bermaiin merupakan sarana untuk

belajar. Dalam dunia bermain perhatian anak terhadap pelajaran

dapat lebih besar oleh karena itu, pelajaran yan g diberikan lewat

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 22


permainan akan lebih menarik dan menyenangkan hati anak

sehingga hasilnya akan lebih baik.

Sementara itu menurut J. Piaget mengartikan bermain

sebagai kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang demi

kesenangan hal ini berpengaruh besar anak menjadi terdorong da

bersemangat untuk belajar.

Montessori mengartikan kegiatan bermain sebagai latihan

jiwa dan badan demi kehidupan anak dimasa depan.

B. Kesempatan bermain

Betapa besarnya manfaat bermain bagi pendidikan AUD.

Oleh karena itu, agar mereka tumbuh dan berkembang secara

wajar, sesuai dengan perkembangan umur dan kemampuan,

mereka perlu diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk

bermain.

C. Pengembangan kemampuan dasar

Sambil bermain, anak-anak sekaligus juga belajar berbagi

kemampuan dasar yaitu, keterampilan motorik, berbahasa, daya

pikir dan bermasyarakat. Perkembangan kemampuan dasar setiap

anak tidak sama ada yang cepat dan ada yang lambat.

2.4. Problematika Prilaku anak usia dini

A. Memahami Bakat Anak

1) Ambisi orang tua

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 23


Tak dapat di pungkiri, kebanyakan orang tua merasa

bangga memperlihatkan prestasi yang di peroleh anaknya

kepada orang- orang di sekitarnya. Pajangan deretan piala di

ruang tamu membuat prestise dan harga diri sebagai seorang

orang tua meningkat “aku berhasil mendidik anak ku”. Begitu

pikiran yang muncul dalam benak orang tua setiap kali

memamerkan keberhasilan anaknya. Akhirnya, berlomba-

lombalah orang tua seperti ini memaksa anaknya mendalaami

satu bidang tertentu, atau mengharuskan anak mengikuti

berbagai kegiatan yang hasilnya di anggap akan

membanggakan orang tua. Sering kali orang tua juga

mendengar bahwa kursus tertentu dapat mengembangkan

potensi anak lebih maksimal, sehingga mereka memaksa anak

untuk ikut kursus tersebut. Mereka percaya bahwa kegiatan

tersebut akan sangat berguna untuk anak dikemudian hari

dalam menghadapi persaingan di zaman yang keras ini.

Di sisi lain, mereka lupa bahwa yang menjalankan itu semua

adalah anaknya, yang belum tentu ska, mampu, dan berminat

dalam kegiatan-kegiatan yang di piloh orang tua. Anak terlahir

sebagai manusia yang unuik dengan berbagai anugrah, sifat,

dan bakat yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

Walaupun terlahir dari orang tuanya, bukan berarti mereka

mutlak adalah milik orang tua yang bisa di bentuk sekehendak

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 24


hati mereka. Orang tua perlu membantu anak menjadi diri

mereka yang seutuhnya, seperti yang anak inginkan, bukan

sesuai dengan keinginan orang tua. Sungguh pendapat yang

menyesatkan bila orang tua merasabahwa yang mereka lakukan

adalah yang terbaik untuk anak. Sementara anak tertatih-tatih

mengikuti apa yang sebenarnya merupakan ambisi orang tua.

2) kenali bakat anak

untuk mengenali bakat anak orang tua harus mencoba

dengan berbagai rangsangan yang benar-benar meyakinkan

apa yang menjadi bakat dan minat anaknya. Disamping itu

kegiatan harus direncanakan dengan rapi dan memperhatikan

kondisi anak, kesepiannya secara lahir maupun batin,

pengamatan dan pengenalan orang tua terhadap anak harus

sesuai dengan yang anak sukai, misalnya apakah anak itu suka

menggambar, bermain musik, membaca, olahraga dan lain-lain.

Dalam kegiatan tersebut orag tua hanya perlu membantu

mengarahkan bakat kepada anaknya serta memberikan

rangsagan kepadanya untuk meningkatnya kemampuannya

secara sehat dan tepat.

3) Beda antara bakat dan minat

Sebagai orang tua harus mengetahui bakat dan minat anak,

bakat tidak selalu identik disertai dengan minat. Bakat yang tidak

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 25


disertai minat, maupun minat yang tidak disertai bakat, akan

menimbulkan gap bila orang tua tidak cukup cermat dengan hal

ini, akan berdampak buruk pada anak, misalnya seorang anak

berusia 6 tahun dia senang mendengarkan musik dan bernyanyi

setiap kali diajari lagu anak-anak dia akan menyanyikannya

berulang-ulang bahkan dia hapal beberapa lagu sheila on seven

atau westlife namun searanya false dan tida cukup enak

didengar karena orang tua melihat anaknya gemar bernyanyi

maka ia langsung dimasukkan kekursus olah vokal si anak justru

tertekan dengan les tersebut dampaknya dia menjadi minder

dan malas.

4) Pahami keterbatasan anak

Karena sifat anak yang unik, maka antara satu anak dengan

yang lain akan selalu berbeda. Orang tua harus memahami

kemampuan dan minat pada anaknya tersebut. Pusat perhatian

orang tua dalah pada kapasitas diri si anak jangan paksa dan

tuntut anak untuk samma seperti sama dengan anak yang lain

karena, tuntutan dari orang tua memberi porsi terbesar terhadap

setres anak. Anak yang dibiasakan tampil apa adanya dan

diterima sebagai apa adanya biasanya lebih sehat sebagai

pribadi.

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 26


5) Ciptakan suasana kreatif dan kondusif

Kegiatan yang dilakukan dalam suasana fun dan rekreatif

akan memicu perkembangan anak. Hindari tekanan atau

paksaan maupun suasana disiplin kaku pada anak. Les, latihan-

latihan profesional, sebaiknya dipilih yang dapat meningkatkan

motivasi anak untuk berkembang.

6) Selalu memberi dorongan

Dalam hal ini dorongan bukan bersifat tuntutan orang tua

berperan sebagai pasilitator dalam mewujudkan keinginan dan

imijinasi anak bukan sebagai penentu dan penilai. Rangsang

anak untuk memiliki motivasi tinggi dengan cara mengikut

sertakan dalam lomba-lomba. Mengikut sertakan anak dalam

lomba adalah untuk mendorongnya menjadi lebih maju bukan

dengan target harus menang.

B. Melatih Anak Untuk Besyukur

1) Ajari anak secara bertahap

Manusia mempunyai kecenderungan untuk memperoleh

kenikmatan dan menghindari segala bentuk ketidaknyamanan

begitu pula dengan seorang anak, ia akan cenderung untuk

berperilaku untuk memenuhi kepuasan dirinya. Kepuasan diri

bisa berupa kepuasan biologis misalnya, mengonsumsi

makanan yang enak atau kepuasan emosional, misalnyya

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 27


mendapatkan perhatian. Anak memang perlu belajar memahami

dan menyikapi hidup secara bertahap, tetapi orang tua perlu

mengikuti pola pikir dan perkembangan anak dalam membantu

proses belajarnya.

2) Simak perkembangan pola pikir anak

Sebagai orang tua perlu berusaha memahami anaknya,

dirinya sendiri, dan situasi yang ada. Ketika memasuki usia TK

biasanya anak sudah bisa diajak berhitung berapa harga sebuah

benda dan diajak untuk memahami bahwa orang tua bekerja

untuk dapat memperoleh barang tersebut. Diskusi tersebut

sangat baik untuk dilakukan tetapi perlu dicatat bahwa

pembicaraan jangan sampai membebani anak dalam hal ini,

mengingat bahwa kemampuan anak dalam menangkap dan

menganalisis permasalahan masih belum matang.

3) Mengendalikan keinginan anak

Anak perlu dilatih menunda atau menahan suatu keinginan.

Selain itu, ia juga perlu dilatih untuk merawat dan menghargai

barang yang dia miliki. Mengajari anak menabung sebelum

membeli barang yang diinginkan merupakan salah satu cara

yang bijaksana.

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 28


4) Harus konsisten

Dalam mengahadapi perilaku anak, orang tua harus selalu

bersikap optimis dan percaya diri bahwa ia mampu

mengatasinya.bersikap tegas ddan konsisten tidak harus

dengan cara kaku atau keras.

5) Mendampingi anak menonton televisi

Anak berkembang dalam keluarga. Pandangan bahwa

keluarga merupan satu sistem dikemukakan oleh Urie

Bronvendrenner dalam konsep Ecological Model of human

develovment. Keluarga adalah lingkugan yang berperan

sebagai pembentuk perkembangan anak, meskipun anak juga

berperan aktif dalam berinteraksi dalam lingkungannya. Dalam

hal ini orang tua harus mendampingi anak terutama pada saat

anak menonton televisi.

6) Gangguan belajar pada anak

Masalah kesulitan belajar muncul kepermukaan sejak

masalah learning disability yang bermula dari konsep “ anak

yang mengalami kerusakan otak” diajukan oleh Straus dan

Werner (1942) dalam perkembangannya, kesulitan belajar

cenderung dilihat dari dua sudut. Pertama pada

ketidakmampuan anak didik dalam melakukan tugas tertentu,

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 29


kedua adanya kerusakan sistem syaraf sehingga menghambat

proses belajar.

Johnson dan Morasky dalam bukunya learning disabilities

mengemukakan karakteristik anak dengan kesulitan belajar

sebagai berikut:

a) Kegagalan yang berulang dalam prestasi belajar

b) Adanya kelemahan fisik yang mengganggu belajar anak

untuk melaksanakan tugas belajar dan berprestasi

c) Adanya hambatan dengan guru dan teman

d) Kecemasan dalam diri anak

e) Anak tidak memperoleh metode pengajaran yang sesuai

dengan kebutuhan sehingga ia cenderung bosan dan

berulah di sekolah.

f) Macam-macam kesulitan belajar terdiri dari kesulitan

membaca, menulis, dan berhitung.

7) Perlukah anak TK ikut Les?

Salah satu problematika di PAUD adalah orang tua yang

berambisi untuk mengikutkan anaknya kedalam les dengan

berbagai macam bentuk sehingga waktu bermainnya berkurang

dan anak menjadi tertekan sehingga berdampak pada

perkembangan dan pertumbuhan anak.

8) Status sosial ekonomi dan fungsi keluarga

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 30


Para peneliti menempatkan kedudukan dalam keluarga

seseorang dalam rentan tersebut berdasarkan suatu indeks

yang disebut status sosial ekonomi atau sering disingkat

dengan SES. Indeks tersebut merupakan kombinasi dari tiga

variabel yang saling berhubungan dengan satu sama lain

namun tidak saling tumpang tindih sepenuhnya. Variabel-

variabel tersebut adalah sebagai berikut:

a) Tingkat pendidikan

b) Kedudukan atau keterampilan (dalam pekerjaan)

c) Pendapatan

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 31


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk

penyelenggaran pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan

dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik koordinasi

motorik halus dan kasar, kecerdasan (daya pikir, daya cipta,

kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual) sosio emosional (sikap dan

perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan

keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalaui anak usia dini

(http://id.wikipedia.urg/wiki/pendidikan.

Isu adalah suatu hal atau trending topic yang sedang di bicarakan

saat ini yang bersifat kekinian, atau sementara tetapi jika di respon

dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan program PAUD di masa

depan. Oleh karena itu merespon isu-isu kritis di dalam PAUD

menjadi hal yang sangat penting. Jadi dapat di simpulkan bahwa isu

PAUD kontemporer maksudnya membahas tentang pendidikan anak

usia dini yang sedang berkembang sekarang.

Problematika adalah permasalan-permasalahan yang terdapat di

lembaga PAUD itu sendiri yang mengarah baik dalam hal positif

maupun negatif, dan pada dasarnya dngan adanya problematika ilmu

tentang PAUD akan berkembang.

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 32


isu yang menjadi fokus pembahasan adalah a) dikotomi PAUD

dan TPQ, b) guru-guru PAUD yang di isi oleh ibu-ibu pengangguran,

c) kesenjangan hak dan kewajiban guru PAUD, d) wacana wajib

belajar 12 tahun yang di mulai dari TK/RA dan, e) merancang

program PAUD di masa depan. Oleh karena itu merespon isu-isu

kritis di dalam PAUD menjadi hal yang sangat penting. Jadi dapat di

simpulkan bahwa isu PAUD kontemporer maksudnya membahas

tentang pendidikan anak usia dini yang sedang berkembang

sekarang.

3.2 Saran

1. Diharapkan guru pendididkan AUD dapat memahami

perkembangan anak sesuai dengan kebutuhan peserta didik

sehingga bisa menerapkan pembelajaran yang sebenarnya sesuai

dengan konsep dasar anak usia dini untuk membantu

perkembangan anak..

2. Diperlukan antusiasme guru dalam menangani sikap individu

tentang isu-isu dan problematika dalam PAUD kontemporer

sehingga proses belajar dapat berlangsung secara optimal.

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 33


DAFTAR PUSTAKA

Hadisubrata. 1988. Mengembangkan Kepribadian Anak Balita Pola

Pendidikan Untuk Meletakkan Dasar Kepribadian yang Baik.

Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

H, Berne, Patricia & M, Savary, Louis. 1988. Membangun Harga Diri

Anak. Yogyakarta: Kanisius.

Kartono, Kartini. 1985:Mengenal Dunia Kanak-Kanak. Jakarta: Cv

Rajawali.

Lein Laura & O’Donnell. 1989.Anak: Bagaimana Mengasuh Anak dan

Pengaruh Anak Bagi Kehidupan Orangtuanya. Yogyakarta:

Kansius.

Ratrin, Yohana, dkk. 2003. Prilaku Anak Usia Dini Kasus dan

Pemecahannya. Yogyakarta: Kanisius.

Sujiono, Yuliani Nurani 2014. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Jakarta: Permata Puri Media.

Suyadi & Ulfa, Maulidya. 2013. Konsep Dasar PAUD. PT. Remaja Rosda

Karya: Bandung.

Wenzler, Hildegard & Fischer, Maria. 1993. Proses Pengembangan Diri.

Jakarta: PT Grasindo

ISU-ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER 34

Anda mungkin juga menyukai