Penulis:
Supported by:
Government of Indonesia (GoI) and Islamic Development Bank
(IDB)
~ ii ~
Kepada Government of Indonesia (GoI) dan Islamic Development
Bank (IDB) yang telah memberi support atas terbitnya buku ini, tim
fasilitator dan tim penulis yang telah berupaya keras dalam
mewujudkan penerbitan buku ini, kami sampaikan terima kasih.
Semoga buku perkuliahan ini bermanfaat bagi perkembangan
pembudayaan akademik di UIN Sunan Ampel Surabaya.
Rektor
UIN Sunan Ampel Surabaya
~ iii ~
KATA PENGANTAR
Penulis
vi
DAFTAR ISI
PENDAHULU
Halaman Judul
Kata PengantarRektor
Prakata
Pedoman Transliterasi (vi)
Daftar Isi (vii)
Satuan Acara Perkuliahan (viii – xii)
ISI PAKET
Paket 1 : Konsep Dasar Manajemen Mutu Pendidikan (…..)
Paket 2 : Hakekat MutuPendidikan(............)
Paket 3 : Sejarah dan TokohPemikir Mutu(..........)
Paket 4 : PelanggandanKepuasan(...........)
Paket 5 : Kebijakan Pemerintah Tentang Penjaminan Mutu Pendidikan
(.........)
Paket 6 : Manajemen MutuPendidikan (............)
Paket 7 : Penjaminan MutuInternal(...........)
Paket 8 : Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah Untuk Penjaminan Mutu
Internal(.........)
Paket 9 : Penjaminan MutuEksternal(...........)
Paket 10 : Akreditasi untuk Penjaminan MutuEksternal(...........)
Paket 11 : Gugus KendaliMutu(...........)
Paket 12 : Benchmarking(.........)
PENUTUP
Sistem EvaluasidanPenilaian(...........)
DaftarPustaka(..........)
CVPenulis(.........)
vii
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
I. PengantarIdentitas.
1. DataPribadi
a. NamaDosen : Dr. Hanun Asrohah,M.Ag
b. AlamatKantor : Fakultas Tarbiyah UIN SunanAmpel
Jl. Ahmad Yani 117 Surabaya
c. Telepon :
1)Kantor :0318437893
2)Rumah 081330796334
2. MataKuliah
a. NamaMataKuliah : Manajemen MutuPendidikan
b. Jurusan : KependidikanIslam
c. Bobot sks : 2 sks
d. Semester/Kelas :
e. Perkuliahan :
II. DeskripsiMatakuliah
Manajemen Mutu Pendidikan merupakan mata kuliah yang
memuat kajian tentang konsep dasar manjemen mutu
pendidikan, filosofi mutu pendidikan, sejarah dan tokoh
pemikir manajemen mutu pendidikan, kepuasan pelanggan
untuk manajemen mutu pendidikan, kebijakan pemerintah
tentang penjaminan mutu pendidikan, penjaminan mutu
eksternal dan internal pendidikan, dan gugus kendali mutu di
sekolah. Mata kuliah ini sebagai syarat utama bagi
mahasiswa Kependidikan Islam dalam membangun
kompetensi manajerial dalam menjalankan tugas manajemen
pendidikan.StandarKompetensi
III. StandarKompetensi
Mahasiswa memahami dasar-dasar manajemen mutu dan
dapat mengimplementasikannya untuk peningkatan mutu
pendidikan
viii
IV. Kompetensi Dasar danIndikator
ix
pendidikan untuk
memberikan pelayanan
mutu pendidikan
5 kebijakan pemerintah 1. menjelaskan kebijakan
tentang penjaminan mutu pendidikan terpisah
mutu pendidikan danterpadu
2. menjelaskan kebijakan
pemerintah tentang
sistem penjaminan mutu
pendidikan
3. menjelaskan tahapan
kebijakanpenjaminan
mutu pendidikan dalam
regulasi pendidikan
6. Pengelolaan penjaminan 1. membedakan antara
mutu pendidikan penjaminan mutu,
pengendalian mutu, dan
pengembanganmutu
2. menjelaskan model
pengelolaan penjaminan
mutupendidikan
3. menjelaskan perbaikan
mutu pendidikan
berkelanjutan
4. menjelaskan pengendalian
mutupendidikan
7 penjaminan mutu 1. menjelaskan pengertian
eksternal di lembaga penjaminan mutu
pendidikan eksternal
2. menjelaskan pentingnya
penjaminan mutu
eksternal
3. menjelaskan macam-
macam penjaminan mutu
eksternal
x
2. menjelaskan langkah-
langkah penjaminan mutu
internal (kebijakan
mutu, manual mutu,
standar operasional
prosedur)
3. menjelaskanEvaluasi
DiriSekolahsebagai
penjaminan mutu
internal
4. Melakukan praktik
evaluasidirisekolah
9 memahami gugus 1. menjelaskan pengertian
kendali mutu gugus kendalimutu
2. manfaat gugus kendali
mutu
3. menjelaskan tugas dan
tanggung jawab gugus
kendalimutu
4. langkah-langkah kegiatan
gugus kendalimutu
V. Timeline
No Tatap Muka Mataeri Kegiatan
Perkuliahan
xi
3 filosofi mutu 1. Pengertian Mutu 1. Diskusi
pendidikan dalam 2. Ceramah
Pendidikan
2. Pentingnya
“mutu” dalam
pendidikan
3. Permasalahan
mutu dalam
pendidikan
4. prinsip mutu
dalam
pendidikan
5. Elemen
pendukung mutu
dalam
pendidikan
xii
6 kebijakan 1. Kebijakan 1. Ceramah
pemerintah pemerintah 2. Diskusi
tentang tentang
penjaminan peningkatan
akses mutu
mutu
pendidikan
pendidikan 2. Kebijakan
pemerintah
tentang
penjaminan
mutupendidikan
3. Kebijakan
pemerintah
tentang standar
mutupendidikan
7 Pengelolaan 1. Pengertian 1. Ceramah
penjaminan penjaminan 2. Diskusi
mutu mutu,
pendidikan pengendalian
mutu, dan
pengembangan
mutu
2. Model
pengelolaan
penjaminan
mutupendidikan
3. Perbaikan mutu
pendidikan
4. Pengendalian
mutupendidikan
8 UTS Test Tulis Tes Tulis
xiii
penjaminan
mutu eksternal
10 penjaminan Badah Instrumen 1. Bedah
Akreditasi
mutu Sekolah/Madrasah
Instrumen
eksternal di Akreditasi
lembaga Sekolah/madra
sah
pendidikan II
2. Diskusi
11 manajemen 1. Pengertian 1. Diskusi
penjaminan penjaminan 2. Kuis
mutu internal mutuinternal
I 2. Langkah-Langkah
penjaminan
mutu internal
12 manajemen Praktik Penjaminan 1. Bedah
penjaminan Mutu di kebijakan
mutu internal Sekolah/Madrasah mutu,manual
mutu,standar
II
operasional
prosedur
2. Praktik
merumuskan
kebijakan
mutu, manual
mutu, standar
operasional
prosedur
xiv
EDS/M
14 Gugus 1. Pengertian 1. Ceramah
Kendali Gugus Kendali 2. Diskusi
Mutu (GKM) di
Mutu(GKM) sekolah
2. ManfaatGKM
3. Tugas dan
Tanggung Jawab
GKM
4. Langkah-langkah
kegiatan GKM
15 UAS Tes Tulis Tes Tulis
No Indikator Penilaian
. 5 4 3 2 1
1 A. Diskusi Kelas
1. Kemampuan Menyampaikanide
2. Kemampuan menyampaikanargumentasi
3. Sikap pada saat menyampaikan ide dan
menjawab
4. Kerjasama antar anggotakelompok
2 B. Makalah
1. Sistematikapembahasan
xv
2. Ketepatan isipembahasan
3. Ketepatan membericontoh
4. Kedalamanpembahasan
5. Kualitas dan kuantitasReferensi
3 C. Personaliti
1. Kemampuanbernalar
2. Kedisiplinan
3. Kerapianberpakaian
4. Refleksi tingkahlaku
VII. Referensi
1.
xvi
Konsep Dasar Manajemen Mutu Pendidikan
Paket 1
KONSEP DASAR MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN
Pendahuluan
Manajemen itu merupakan proses, terdiri atas kegiatan-kegiatan dalam
upaya mencapai tujuan secara efisien. Pengelolaan di sekolah mendorong
terwujudnyanya fleksibilitas atau keluwesan-keluwesan kepada sekolah, dan
mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala
sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat,
ilmuan, pengusaha dan sebagainya), untuk meningkatkan mutu sekolah
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Mewujudkan mutu pendidikan dan memberikan
pelayanan yang memuaskan pelanggan bukanlah pekerjaan yang mudah dan
membutuhkan tahapan dan proses yang berkelanjutan. Lembaga pendidikan
dikatakan bermutu apabila mampu memberi layanan sesuai atau bahkan
melebihi harapan guru, karyawan, peserta didik, dan pihak-pihak lain yang
terkait, seperti orang tua, penyandang dana, pemerintah atau dunia kerja
sebagai pengguna lulusan. Untuk memberikan jaminan terahadap mutu,
lembaga pendidikan harus melalukan pengelolaan lembaga yang berorientasi
pada mutu. Mutu pendidikan perlu dikelola dengan tertib dan kontinyu agar
membawa hasil yang memuaskan. Maka diperlukan manajemen mutu
pendidikan. Berikut ini akan dibahas Konsep dasar Manajemen Mutu
Pendidikan.
Indikator
Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu:
1. menjelaskan pengertian Manajemen MutuPendidikan
2. menjelaskan ruang lingkup Manajemen MutuPendidikan
3. menjelaskan manfaat mempelajari Manajemen MutuPendidikan
Materi Pokok
Konsep Dasar Manajemen Mutu Pendidikan
1. Pengertian Manajemen MutuPendidikan
2. Ruang Lingkup Manajemen MutuPendidikan
3. Manfaat Manajemen MutuPendidikan
Langkah-langkah Perkuliahan
Kegiatan Awal (15 menit)
1. Menjelaskan kompetensi dasar
2. Menjelaskanindikator
3. Penjelasan langkah kegiatan perkuliahan paketini
4. memberi tanggapan terhadap gambar atau foto tentang “mutu di
sekolah”
5. Brainstorming tentang mutu pendidikan dan bagai mana mengelola
mutupendidikan
Kegiatan Inti (110 menit)
1. Membagi kelompokberpasangan
2. Mahasiswa melakukan diskusi berpasangan tentang “Pengertian
manajemen”, “Manajemen dilihat dari fungsinya”, “Substansi Inti dan
Ekstensi darimanajemen”
3. Secara acak mahasiswa diminta presentasi hasildiskusi
4. Mahasiswa dari kelompok lain diminta memberikanklarifikasi
5. Dosen memberikan penguatan tentang Pengertian Manajemen, Fungsi
Manajemen, dan Substansi Manajemen baik Inti maupunSubstansi
6. Penguatan dan feedback hasil diskusi daridosen
7. Melakukan tanya jawab tentang “Perbedaan Manajemen Mutu
Pendidikan, Manajemen Konflik, Manajemen Perubahan, Manajemen
Kewirausahaan, dan Maajemen Sistem InformasiPendidikan”
8. Dosen memberikan penguatan tentang “Manajemen Mutu Pendidikan
serta menjelaskan ruang lingkup Manajemen MutuPendidikan”
9. Dosen meminta mahasiswa menghubungkan antara “Persaingan Bisnis
PendidikandanMutuPendidikan”,“PerlindunganHakPelanggandan
2
Mutu Pendidikan”, “Perkembangan Masyarakat, Tantangan Global, dan
Mutu Pendidikan”
10. Melakukan tanya jawab tentang “mengapa perlu manajemen mutu”
melalui kiasan “BuahJeruk”
Kegiatan Penutup (15 menit)
1. Menyimpulkan hasil perkuliahan
2. Memberi dorongan psikologis/saran/nasehat
3. Refleksi hasil perkuliahan olehmahasiswa
Kegiatan Tindak Lanjut (10 menit)
1. Memberi tugaslatihan
2. Mempersiapkan perkuliahanselanjutnya.
Tujuan
Mahasiswa dapat mendefiniskan “Manajemen” dan membedakan
“Substansi Manajemen baik Inti danEkstensi”
Langkah-langkah kegiatan
a. Membagi mahasiswa ke dalam kelompok diskusi secaraberpasangan
b. Diskusikan secara berpasangan tema berikutini,
c. “Pengertian manajemen”, “Manajemen dilihat dari fungsinya”,
“Substansi Inti dan Ekstensi darimanajemen”
d. Secara acak wakil kelompok menjelaskan hasildiskusi
e. Secara acak wakil kelompok lain memberikanklarifikasi
f. Dosen memberikanPenguatan
3
Tujuan
Langkah-Langkah Kegiatan
4
Uraian Materi
5
cocok untuk dirinya. Teori siapa yang hendak dipergunakannya sebagai
kerangka konsepsional. Dengan patokan itu ia akan lebih mudah untuk
mendalami apa sesungguhnya manajemen itu?
Gorton (1976) menegaskan bahwa manajemen merupakan metode yang
digunakan untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau mencapai tujuan tertentu.
pakar administrasi pendidikan, seperti Sergiovanni, Burlingame, Coombs, dan
Thurston (1987) mendefinisikan manajemen sebagai process of working with
and through others to accomplish organizational goals efficienctly, yaitu proses
kerja dengan dan melalui (mendayagunakan) orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien.
Sebagaimana Sergiovani dan pakar administrasi lainnya, Mary Parker
Follet mendefinisikan manajemen sebagai “the art of getting things done
through people” atau seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi
ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Terry mendefinisikan bahwa management is a district process consisting
of planning, organizing, actuating, and controlling performed to determined
and accomplish stated objectives by the use of human being and other
resources1
Frederick Winslow Taylor mendefinisikan bahwa “management is
knowing exactly what you want to do and then seeing that they do it in the best
and cheapest way” (manajemen adalah mengetahui secara tepat apa yang anda
ingin kerjakan dan anda melihat bahwa mereka mengerjakan dengan cara
terbaik murah).
Manajemen adalah kegiatan mengarahkan sumber daya sekolah
mmelalui tindakan yaang rasional dan sistematik yang mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan tindakan, dan pengendalian untuk mencapai
tujuan sekolah. Manajemen dapat menghadirkan keteraturan dan konsistensi di
sekolah. Manajemen dapat digunakan untuk menghadapi berbagai kerumitan
yang dihadapi sekolah karena manajemen memberikan perhatian pada hal-hal
yang bersifat procedural dan teknis. Manajemen memberikan perhatian pada
kegiatan rinci dari hari demihari.
1
George R. Terry, Principles of Management, (Ontario: Richard D. Irwin. Inc, 1997), 4.
6
Konsep Dasar Manajemen Mutu Pendidikan
Fungsi-Fungsi Manajemen
a. Perencanaan(Planning)
Perencanaan pada hakekatnya adalah aktivitas pengambilan keputusan
tentang sasaran apa yang akan dicapainya, tindakan apa yang akan diambil
dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran tersebut dan siapa yang akan
melaksanakan tugas tersebut. Pembuatan suatu perencanaan kegiatan
organisasi menuntut setiap anggota organisasi untuk tidak mengabaikan
visi, misi dan tujuan organisasi yang telah dibuat secara bersama.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai kegiatan membagi tugas kepada
orang yang terlibat dalam organisasi. Pengorganisasian juga berfungsi
untuk mengatur sistem kerjasama yang jelas siapa menjalankan apa, siapa
bertanggung jawab atas siapa, dan memfokuskan sumber daya pada tujuan.
Salah satu prinsip pengorganisasian adalah terbaginya semua tugas dalam
berbagai unsur organisasi secara profesional dan proporsional, dengan kata
lain pengorganisasian yang efektif adalah membagi habis dan menstruktur
tugas-tugas ke dalam komponen organisasi. Pengorganisasian juga
mengatur mekanisme kerja organisasi, sehingga dengan pengaturan
tersebut dapat menjamin tujuan yangditentukan.2
c. Penggerakan
2
Syaiful Sagala, Adiministrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: Alfabeta, 2005), 49.
2. Pengawasan
Pegawasan merupakan fungsi manajemen yang berguna untuk mengetahui
seberapa jauh rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai.
Pengawasan itu dapat membantu pemimpin untuk mengukur efektivitas
perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan yang terjadi di lapangan,
serta dapat membantu pemimpin untuk mengambil tindakan atau keputusan
yang akurat sebagai kebutuhan organisasi.
Pengawasan yang baik memerlukan langkah-langkah pengawasan,
yaitu: pertama, menentukan tujuan standar kualitas pekerjaan yang
diharapkan. Kedua, mengukur dan menilai kegiatan-kegiatan atas dasar
tujuan dan standar yang ditetapkan. Ketiga, memutuskan dan mengadakan
tindakan perbaikan.4
3
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip, dan
Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah (Bandung: Pustaka Educa: 2010), 27.
4
Ibid.,
8
2.
Manajemen pesertadidik.
3.
Manajemen tenagakependidikan.
4.
Manajemen sarana danprasarana.
5.
Manajemenkeuangan
Manajemen partisipasi masyarakat.5
6.
Pada hakikatnya substansi manajemen dapat dibagi menjadi dua, yaitu
substansi manajemen pendidikan inti dan substansi manajemen pendidikan
ekstensi. Substansi manajemen pendidikan inti tidak berbeda dengan substansi
manajemen pendidikan yang telah dikemukakan di atas. Substansi manajemen
pendidikan ekstensi adalah substansi manajemen pendidikan yang diperluas,
yaitu bidang-bidang garapan di dunia pendidikan yang mesti dikelola juga,
karena mempunyai dampak yang besar terhadap substansi manajemen
pendidikan inti. Seiring makin besarnya tuntutan masyarakat akan layanan
pendidikan, beberapa aspek substantif ini perlu ditata, agar memberikan
konstribusi bagi kesuksesan manajemen pendidikan inti. Substansi manajemen
pendidikan ekstensi meliputi (1) Manajemen waktu, (2) Manajemen konflik, (3)
Manajemen perubahan n (4) Manajemen kultur sekolah, (5) Manajemen
komunikasi dan dinamika kelompok, (6) Manajemen SIM, (7) Manajemen
kewirausahaan, (8) Manajemenketatausahaan. 6
Manajemen mutu, menurut Anan Nur, adalah suatu cara dalam
mengelola suatu organisasi yang bersifat komprehensif dan terintegrasi yang
diarahkan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan secara konsisten dan
mencapai peningkatan secaraterus menerus dalam setiap aspek aktivitas
organisasi.7
Berbeda dengan Anan Nur, Muhammad Ali mendefinisikan manajemen
mutu sebagai prosedur proses untuk memperbaiki kinerja dan meningkatkan
mutu kerja. 8Muhammad Ali dalam mendefinisikan manajemen mutu lebih
menekankan pada penjaminan proses agar produk yang dihasilkan dapat
5
Ali Imron, Manajemen Pendidikan: Substansi Inti dan Ekstensi, dalam Ali Imron, et.
al, dkk (eds), Manajemen Pendidikan Analisis Substantif dan Aplikasinya dalam
Institusi Pendidikan (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003),7.
6
Ibid., 9.
7
Anan Nur, http://www.slideshare.net/anannur/manajemen-mutu-dalam-pendidikan.
8
Mohammad Ali, “Penjaminan Mutu Pendidikan” dalam Mohammad Ali,Ibrahim, R.,
Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., dan Rasjidin, W.(Penyunting), Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan. Jilid II., (Bandung:Pedagogiana Press, 2007), h. 344
9
memenuhi standar mutu. Oleh karena itu, pengendalian mutu harus dilakukan
sejak awal perencanaan. Jika pengedalian mutu dilakukan setelah produk
dihasilkan, manajemen tidak bisa menghindari terjadinya produk yang tidak
sesuai dengan standar yang diharapkan.
Dengan demikian, manajemen mutu tidak hanya menghendaki agar
produk yang dihasilkan memenuhi standar mutu, tetapi lebih menekankan pada
proses produksi dengan prosedur yang baik sehingga menghasilkan produk
yang baik pula. Praktik penyelenggaraan pendidikan dapat dikiyaskan dengan
proses produksi dalam sebuah perusahaan (industri). Hanya saja, produk yang
dihasilkan lembaga pendidikan dalam bentuk jasa.
Karena produk yang dihasilkan dalam dunia pendidikan dalam bentuk
layanan atau jasa, ukuran mutu lembaga pendidikan adalah sejauh mana
kepuasan pelanggan terhadap mutu layanan yang diberikan lembaga
pendidikan terhadap pelanggan. Sebagai industri jasa, mutu lembaga
pendidikan tidak hanya dilihat dari mutu lulusannya, tetapi juga pelayanan
yang diberikan pengelola, pendidik, serta seluruh karyawan kepada pelanggan
sesuai dengan standar mututertentu.9
Mewujudkan mutu pendidikan dan memberikan pelayanan yang
memuaskan pelanggan tidaklah semudah membalik telapak tangan. Tetapi,
membutuhkan tahapan dan proses yang berkelanjutan. Lembaga pendidikan
dikatakan bermutu apabila mampu memberi layanan sesuai atau bahkan
melebihi harapan guru, karyawan, peserta didik, dan pihak-pihak lain yang
terkait, seperti orang tua, penyandang dana, pemerintah atau dunia kerja
sebagai pengguna lulusan. Untuk memberikan jaminan terahadap mutu,
lembagapendidikan harus mengetahui dengan pasti apa yang dibutuhkan oleh
pelanggannya. Lembaga pendidikan hendaknya selalu berupayamensinergikan
berbagai komponen untuk melaksanakan manajemen mutupendidikan yang
dikelolanya agar dapat menjalankan tugas danfungsikependidikan.
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa manajemen mutu
pendidikan adalah suatu cara dalam mengelola lembaga pendidikan yang
bersifat komprehensif dan terintegrasi dalam rangka memenuhi kebutuhan
pelanggan secara konsisten dan mencapai peningkatan secara terus menerus
dalam setiap aspek aktivitas lembaga pendidikan.
9
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. ( Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
2005) Cet. Ke-5, hal. 226.
10
Ruang Lingkup Manajemen MutuPendidikan
11
Dari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat dikerucutkan
dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Pengertian manajemen itu sangat beragam. Manajemen dapat
dikelompokkan berdasarkan fungsi dan substansi. Manajemen secara
substansi dibagi menjadi dua, yaitu manajemen Pendidikan Inti dan
Manajemen Pendidikan Ekstensi. Manajemen Mutu Pendidikan termasuk
dalam kelompok Jenis Manajemen Pendidikan secaraEkstensi.
2. Manajemen mutu pendidikan adalah suatu cara dalam mengelola lembaga
pendidikan yang bersifat komprehensif dan terintegrasi dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelanggan secara konsisten dan mencapai peningkatan
secara terus menerus dalam setiap aspek aktivitas lembagapendidikan.
3. Ruang lingkup Manajemen Mutu Pendidikan dapat dijelaskan meliputi
Konsep mutu dalam pendidikan, Sejarah dan perkembangan ilmu
manajemen mutu pendidikan, Sistem penjaminan mutu pendidikan,
Lembaga yang mengeluarkan sertifikasi mutu pendidikan, Penjaminan mutu
internal, Penjaminan mutu eksternal, dan Lembaga penjaminan mutu
pendidikan
4. Pendidikan yang bermutu dan berkualitas merupakan harapan dan dambaan
bagi setiap warga negara ini. Masyarakat berharap agar murid dan anak-anak
mereka mendapatkan pendidikan yang bermutu agar kelak dapat bersaing
dalam menjalani kehidupan. Untuk menjawab harapan masyarakat tersebut,
setiap lembaga pendidikan hendaknya selalu berupaya agar pendidikan yang
dikelolanya dapat menghasilkan produk yang berkualitas, yaitu produk yang
dapat memuaskan parapelanggan.
Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan pengertianManajemen
2. Jelaskan Jenis-jenis Manajemen Pendidikan dilihat dari Substansi!
3. Jelaskan pengertian Manajemen MutuPendidikan?
4. Jelaskan mengapa manajemen mutu pendidikan sangat penting dalam
menghadapi persaingan global?
5. Mengapa kita perlu belajar tentang Manajemen MutuPendidikan?
12
Hakekat Mutu dalam Pendidikan
Paket 2
HAKEKAT MUTU DALAM PENDIDIKAN
Pendahuluan
13
Waktu
3 x 50 menit
Materi Pokok
Hakekat Mutu Pendidikan
1. Pengertian Mutu DalamPendidikan
2. Pentingnya “Mutu” DalamPendidikan
3. Permasalahan MutuPendidikan
4. Prinsip Mutu DalamPendidikan
5. Elemen Pendukung Mutu DalamPendidikan
Langkah-langkah Perkuliahan
Kegiatan Awal (15 menit)
1. Menjelaskan kompetensi dasar
2. Menjelaskanindikator
3. Penjelasan langkah kegiatan perkuliahan paketini
4. Brainstorming tentang indicator mutupendidikan
Kegiatan Inti (110 menit)
1. Dosen membagi kelas menjadi enam atau 7 kelompok. Satu kelompok
bertugas mempresentasikan makalah. Enam kelompok lainnya
mencermati presentasi pemakalah dan membuat ringkasan dan
memberikan komentar tentang:
Kelompok 1: Perspektif dan dimensi mutu dalam pendidikan
Kelompok2: Perbedaan mutu sebagai produk dan mutu sebagai
kepuasan pelanggan
Kelompok 3: Pentingnya mutu dalam pendidikan
Kelompok 4: Permasalahan mutu dalam pendidikan
14
Kelompok 5: Prinsip-prinsip mutu dalam pendidikan
Kelompok 6: Elemen-elemen penentu mutu dalam pendidikan
2. Kelompok pemakalah mempresentasikan makalah berjudul Hakekat
mutupendidikan
3. Kelompok 1-6 menjelaskan hasil ringkasan dan memberikan tanggapan
terhadappemakalah
4. Pemakalah mengklarifikasi pemaparan ringkasan dan tanggapan
kelompok1-6
5. Melakukan tanya jawab tentang hakekat mutu dalampendidikan
6. Dosen memberikanpenguatan
Kegiatan Penutup (15 menit)
1. Menyimpulkan hasil perkuliahan
2. Memberi dorongan psikologis/saran/nasehat
3. Refleksi hasil perkuliahan olehmahasiswa
Kegiatan Tindak Lanjut (10 menit)
1. Memberi tugaslatihan
2. Mempersiapkan perkuliahanselanjutnya.
15
Kelompok 6: Elemen-elemen penentu mutu dalam pendidikan
2. Mempresentasikan makalah berjudul Hakekat mutu pendidikan bagi
kelompokpemakalah
3. Kelompok 1-6 menjelaskan hasil ringkasan dan memberikan tanggapan
terhadappemakalah
4. Tanya Jawab jika ada penjelasan pemakalah yang belumdipahami
No Indikator Penilaian
5 4 3 2 1
1 A. Diskusi Kelas
1. KemampuanMenyampaikan
ide
2. Kemampuan menyampaikan
argumentasi
3. Sikap pada saat
menyampaikan ide dan
menjawab
4. Kerjasama antar anggota
kelompok
2 B. Makalah
1. Sistematikapembahasan
2. Ketepatan isipembahasan
3. Ketepatan membericontoh
4. Kedalamanpembahasan
5. Kualitas dan kuantitas
Referensi
3 C. Personaliti
1. Kemampuanbernalar
2. Kedisiplinan
3. Kerapianberpakaian
4. Refleksi tingkahlaku
Keterangan Nilai:
91-100 =sangat baik 76-90=baik 60-75 = cukup
50-69=kurang 0-49 = sangatkurang
16
Uraian Materi
Pengertian Mutu
Satu hal yang kita bisa memastikan bahwa mutu adalah apa yang
membuat perbedaan antara hal-hal yang baik dan tidak baik. Mutu
membedakan antara keberhasilan dan kegagalan. Organisasi-
organisasi yang terbaik, apakah publik atau swasta, memahami mutu dan
rahasianya. Mencari sumber kualitas adalah suatu pencarian
yang penting. Pendidikan juga mengakui perlunya untuk mengejar
itu, dan memberikan layanan mutu kepada siswa danmahasiswa.
Mutu bukanlah konsep yang mudah didefinisikan, terutama dalam
bidang jasa yang dapat dipersepsi secara beragam. Kualitas dapat dipahami
sebagai perbaikan terus-menerus. Kualitas dapat
berarti keunggulan. Kualitas dapat berarti pemenuhan harapan
1
pelanggan. Hansen sebagaimana dikutip Naronha, menyayangkan bahwa
sampai saat ini konsep kualitas diartikan terfragmentasi dan ambigu baik dalam
literatur maupun dalam praktik. Setelah melakukan pencarian literatur Hansen
telah mengidentifikasi lima definisi utama yaitu, kualitas sebagai
produk, kualitas sebagai mana pandangan konsumen, kualitas
sebagai pemenuhan harapan pelanggan, kualitas sebagai nilai, dan
kualitas sebagai adaptasi terhadap teknis spesifikasi ataumanufaktur.
Menurut Gravin dan Ross, sebagaimana dikutip oleh Abdul
Hadis dan Nurhayati, bahwa mutu dapat ditinjau dari lima perspektif, yaitu
transcendental approach, product based approach, user based approach, value
based approach, dan manufacturing based approach.2Musik, drama, seni tari,
dan seni rupa berhubungan dengan transcendental approach. Product based
approach menganggap bahwa mutu sebagai karakteristik atau attributeyang
1
Carlos Naronha, The Theory of Culture-specific Total Quality Management:Quality
management in Chinese Regions, (New York: Palgrave, 2002), hal. 13.
2
Abdul Hadis dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2012), hal. 89.
17
dapat dikuantifikasikan dan diukur. User based approach mendasarkan
pemikiran bahwa mutu tergantung pada orang yang menggunakannya dan
produk yang paling memuaskan preferensi orang. Value based approach
memandang mutu dari segi nilai dan harga. Mutu dalam perspektif value adalah
relative karena yang memiliki mutu paling tinggi belum tentu produk yang
paling bernilai. Bisa jadi produk yang paling bernilai adalah produk yang paling
tepat dinilai.3
Manufacturing based approach mengutamakan pada perekayasaan dan
mendifinisikan mutu pada persyaratannya. Pendekatan manufacturing
beranggapan bahwa yang menentukan mutu adalah standar-standar yang
ditentukan oleh perusahaan, bukan konsumen yang menentukannya, bukan
konsumen yang menggunakannya.
Mutu sebagai produk, menurut Juran, adalah keocokan penggunaan
produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kesesuaian
penggunaan produk tersebut didasarkan atas lima cirri utama berikut, yaitu (1)
teknologi yaitu kekuatan, (2) psikologis, cita rasa atau status, (3) waktu, yaitu
kehandalan, (4) kontraktual, yaitu ada jaminan, dan (5) etika, yaitu sopan
santun.4
Kecocokan penggunaan produk dapat dilihat dari dua aspek utama,
yaitu apabila produknya memenuhi tuntutan pelanggan dan tidak memiliki
kelemahan. Ciri-ciri produk yang memenuhi tuntutan pelanggan dan
memuaskan pelanggan karena produk tersebut bermutu tinggi dan memiliki ciri
khusus yang berbeda dari produk pesaing. Dengan mutu yang lebih tinggi
memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat
produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa
pasar, omset penjualan, dan dapat dujual dengan harga yang lebihtinggi.
Mutu produk yang tinggi membuat perusahaan dapat mengurangi
tingkat kesalahan. Rendahnya tingkat kesalahan dapat mengurangi pemborosan
baik waktu maupun biaya. Kesalahan yang rendah dapat mengurangi biaya
garansi, ketidakpuasan pelanggan, dan pengujian. Dengan demikian,
perusahaan dapat meningkatkan hasil, meningkatkan pemanfaatan kapasitas
produksi serta memperbaiki kinerja penyampaikan produk ataujasa.
3
Ibid., hal. 89-90.
4
Ibid.
18
Mutu produk menurut Crosby adalah conformance to requirement,
yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Apabila produk sesuai
dengan standar atau standar mutu yang telah ditentukan, produk tersebut
dikatakan produk yang bermutu. Standar mutu tersebut meliputi bahan baku,
proses produksi, dan produkjadi.5
Dalam pendidikan mutu produk secara sederhana dapat dilihat dari
perolehan nilai atau angka yang dicapai seperti ditunjukkan dalam hasil-hasil
ulangan dan ujian. Sekolah dianggap bermutu apabila para siswanya sebagian
besar atau seluruhnya, memperoleh nilai atau angka yang tinggi, sehingga
berpeluang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Persepsi
tersebut tidak keliru apabila nilai atau angka tersebut diakui sebagai
representasi dari totalitas hasil belajar, yang dapat dipercaya menggambarkan
derajat perubahan tingkah laku atau penguasaan kemampuan yang menyangkut
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian, hasil pendidikan
yang bermutu memiliki nuansa kuantitatif dan kualitatif. Artinya, disamping
ditunjukkan oleh indikator seberapa banyak siswa yang berprestasi sebagai
mana dilihat dalam perolehan nilai yang tinggi, juga ditunjukkan oleh seberapa
baik kepemilikian kualitas pribadi para siswanya, seperti tampak dalam
kepercayaan diri, kemandirian, disiplin, kerja keras dan ulet, terampil, berbudi
pekerti, beriman dan bertaqwa, bertanggung jawab sosial dan kebangsaan,
apresiasi, dan lainsebagainya.
Hansen merumuskan definisi yang lebih jelas tentang mutu tetapi lebih
penting lagi, konteks khusus seputar definisi harus dipahami dengan jelas. Bagi
Naronha kualitas harus didekati dari perspektif manusia dan budaya, definisi
kualitas tidak hanya diarahkan pada konteks sekitar organisasi, dan beberapa
pengguna, tapi juga tujuan organisasi.
Naronha menyepakati pandangan transenden Garvin tentang konsep
dasar dari kualitas. Dalam pandangan ini, kualitas didefinisikan sebagai
'keunggulan bawaan, baik yang dikenali dalam makna absolut dan universal,
yaitu arti standar tanpa kompromi dan tinggi prestasi. Meskipun definisi
tersebut jelas abstrak dan terlalu samar untuk tujuan praktis, pandangan
transenden memenuhi prinsip utama di mana definisi pragmatis kualitas
berdasarkan produk (misalnya meminimalkan produk variabilitas),manufaktur
5
Crosby, Quality in Free, (New York: McGraw Hill Book Inc., 1079), hal. 58
19
(misalnya rekayasa dan manufaktur praktek), pengguna (orientasi pelanggan
misalnya), dan nilai (misalnya biaya dan harga) dapat dibuat lebih cocok dari
pada yang spesifik yang untuk konteks tertentu. Dalam setiap organisasi,
kualitas didasarkan pada pandangan transenden dan kualitas
diciptakan oleh budaya kualitas karena budaya kualitas sebagai 'sistem nilai
organisasi yang menghasilkan suatu lingkungan yang kondusif untuk
pembentukan dan terus-menerus peningkatan kualitas dan terdiri dari nilai-
nilai, tradisi, prosedur, dan harapan yang meningkatkan kualitas '. Setiap proses
kualitas tertentu, alat manajemen mutu, dan hasil kualitas atau hasil harus
dipandang sebagai himpunan bagian dari prinsip yang luas. Pandangan
transenden pada kualitas sebagai variabel budaya bertepatan dengan sifat
manajemen. Memperlakukan kualitas sebagai variabel budaya memiliki
keuntungan mengurangi ambiguitas dan inkonsistensi terkait dengan beberapa
definisi dan dimensikualitas.
Pandangan Naronha mirip dengan pandangan Garvin dan Davis,
sebagai mana dikutip Haris, yang menyatakan bahwa mutu adalah suatu kondisi
yang berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses, dan tugas, serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapanpelanggan.
Mutu pendidikan menurut Naronha dan Garvin dapat digambar dengan
refleksi empirik yang disampaikan Djaman Satori (2006) bahwa mutu
pendidikan (MP) di sekolah merupakan fungsi dari mutu input peserta didik
yang ditunjukkan oleh potensi siswa (PS), mutu pengalaman belajar yang
ditunjukkan oleh kemampuan profesional guru (KP), mutu penggunaan fasilitas
belajar (FB), dan budaya sekolah (SB) yang merupakan refleksi mutu
kepemimpinan kepala sekolah. Penyataan tersebut dapat dirumuskan dalam
formula sebagai berikut:
MP = f (PS.KP.FB.BS)
Potensi siswa (PS) adalah kepemilikan kemampuan yang telah
dianugerahkan oleh Allah SWT kepada setiap manusia. Dalam wacana
psikologi pendidikan, kemampuan tersebut dikenal sebagai “ natural or
acquired talent” yang dibedakan menjadi kemampuan umum (General
Aptitude) yang dinyatakan dalam ukuran IQ (Intelligent Quotient) dan
kemampuan khusus yang biasa disebut bakat (secial aptitude). Kemampuan
umum yang dimiliki seorang anak biasa dipergunakan sebagai predictor untuk
menjelaskan tingkat kemampuan menyesaikan program belajar, sehingga
20
kemampuan ini sering disebut sebagai scholastic aptitude atau potensi
akdemik. Seorang siswa yang memiliki potensi akademik yang tinggi diduga
memiliki kemampuan yang tinggi pula untuk menyelesaikan program-program
belajar atau tugas-tugas belajar pada umumnya di sekolah, dan karenanya
diperhitungkan akan memperoleh prestasi yang diharapkan. Sementara itu,
kemampuan khusus atau bakat dijadikan predictor untuk berprestasi dengan
baik dalam bidang karya seni, musik, akting dan sejenisnya. Atas dasar
pemahaman ini, maka untuk memperoleh mutu pendidikan sekolah yang baik,
para siswa yang dilayaninya harus memiliki potensi yang memadai untuk
menyelesaikan program-program belajar yang dituntut oleh kurikulum
sekolah.
Kemampuan professional guru direfleksikan pada mutu pengalaman
pembelajaran siswa yang berinteraksi dalam kondisi proses belajar mengajar.
Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh: (1) tingkat penguasaan guru terhadap
bahan pelajaran dan penguasaan struktur konsep-konsep keilmuannya, (2)
metode, pendekatan, gaya/seni dan prosedur mengajar, (3) pemanfaatan
fasilitas belajar secara efektif dan efisien, (4) pemahaman guru terhadap
karakteristik kelompok perorangan siswa, (5) kemampuan guru menciptakan
dialog kreatif dan menciptakan lingkunganbelajar yang menyenangkan,dan
(6) kepribadian guru. Atas dasar analisis tersebut, maka upaya guru untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah harus disertai dengan upaya-upaya
untuk meningkatkankemampuan professional dan memperbaiki kualitas
kepribadian gurunya. Pada tingkat sekolah, upaya tersebut ditunjukkan dalam
kegiatan-kegiatan berikut, yaitu: (1) interaksi kolegialitas di antara guru-guru,
(2) pemahaman proses-proses kognitif dalam penyelenggaraan pengajara, (3)
penguasaan struktur pengetahuan mata pelajaran, (4) pemilikian pemahaman
dan penghayatan terhadap nilai, keyakinan, dan standar, serta (5) keterampilan
mengajar, dan (6) pengetahuan bagaimana siswa belajar.
Fasilitas belajar menyangkut ketersediaan hal-hal yang dapat
memberikan kemudahan bagi perolehan pengalaman belajar yang efektif dan
efisien. Fasilitas belajar yang sangat penting adalah laboratorium yang
memenuhi syarat bengkel kerja, perpustakaan, komputer, dan kondisi fisik
lainnya yang secara langsung mempengaruhi kenyamanan belajar.
Budaya sekolah adalah seluruh pengalaman psikologis para siswa
(sosial, emosional, dan intelektual) yang diserap oleh mereka selama berada
21
dalam lingkungan sekolah. Respon psikologis keseharian siswa terhadap hal-
hal seperti cara-cara guru dan personil sekolah lainnya bersikap dan berprilaku
(layanan wali kelas dan tenaga adminstratif misalnya), implementasi kebijakan
sekolah, kondisi dan layanan warung sekolah, penataan keindahan, kebersihan
dan kenyamanan kampus, semuanya membentuk budaya skeolah. Budaya
sekolah merembes pada penghayatan psikologis warga sekolah termasuk
siswa, yang pada gilirannya membentuk pola nilai, sikap, kebiasaan dan
prilaku. Aspek penting yang turut membentuk budaya sekolah adalah
kepemimpinan sekolah. Kepemimpinan sekolah yang efektif merupakan
sumber nilai dan semangat, sumber tatanan dan prilaku kelembagaan yang
berorientasi kea rah dan sejalan dengan pencapaian visi dan misi kelembagaan,
memiliki kemampuan konseptual, memiliki keterampilan dan seni dalam
hubungan antar manusia, menguasai aspek-aspek tekhnis dan substantif
pekerjaannya, memiliki semangat untuk maju serta memiliki semangat
mengabdi dan karakter yang diterimalingkungannya.
Efektivitas Sekolah dalam perspektif mutu pendidikan dapat dikatakan
bahwa sekolah yang efektif adalah sekolah yang: (1) memiliki masukan siswa
dengan potensi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum, (2) dapat
menyediakan layanan pembelajaran yang bermutu, (3) memiliki fasilitas
sekolahyangmenunjangefektivitasdanefisiensikegiatanbelajarmengajar,
(4) memiliki kemampuan menciptakan budaya sekolah yang kondusif sebagai
refleksi dari kinerja kepemimpinan professional kepala sekolah.
Selain itu, mutu dapat didasarkan pada mutu mutlak/absolute dan mutu
relatif. Mutu secara mutlak memiliki nilai tertinggi, terbaik, dan terunggul
karena berkaitan dengan ungkapan kebaikan (goodness), keindahan (beauty),
kebenaran (truth), dan idealitas. Mutu dalam arti relative adalah mutu yang
berdasarkan standar, seperti standar ISO 9001 yang berfokus pada Jaminan
Mutu dalam Pengembangan Produksi, Instalasi, dan Pelayanan; ISO 9002
berfokus pada Jaminan Mutu dalam Produksi dan Instalasi; dan ISO 9003 yang
berfokus pada Jaminan Mutu dalam Inspeksi Akhir dan Tes.
Kita semua tahu dan merasakan arti kualitas ketika kita mengalami hal
itu. Akan tetapi, menggambarkan dan menjelaskan mutu adalahtugas
22
yang lebih sulit. Dalam kehidupan kita sehari-hari kita biasanya menjadikan
mutu sebagai jaminan, terutama ketika secara teratur ketika memberikan
layanan mutu dalam pendidikan. Kita menyadari saat itu bahwa mutu yang kita
janjikan itu kurang dan belum sesuai yang dijanjikan. Kita sering hanya
mengenali pentingnya kualitas ketika kita mengalami rasa frustrasi dan ketika
waktu telah berlalu.
Kualitas adalah ide yang telah menjadi perbincangan setiap orang. Di
Inggris telah dikenal the Citizen’s Charter (Piagam Warga), the Business
Excellence Model (Model Usaha Unggul) dan the Investor
in People Standar, sementara Amerika Serikat memiliki Malcolm
Baldrige Award (Penghargaan Malcolm Baldrige)
dan Jepang memiliki Penghargaan Deming. Yayasan di
Eropa untuk Manajemen Mutu telah mengembangkan Quality Award
(penghargaan Mutu), sementara di tingkat internasional ada Seri Standard
ISO9000. Ini hanya beberapa dari penghargaan terhadap mutu yang
berpengaruh dan standar yang telah diperkenalkan dalam beberapa tahun
terakhir untuk meningkatkan kualitas dan keunggulan dalam berbagai industri
dan jasa. kesadaran baru tentang kualitas sekarang dikembangkan dalam dunia
pendidikan. Lembaga pendidikan dituntut untuk mengembangkan pendekatan
sendiri terhadap kualitas, dan harus menunjukkan kepada publik bahwa mereka
juga dapat memberikan pelayanan yang berkualitas yangkonsisten
Menurut Haris, berbagai penelitian menunjukkan bahwa manajemen
mutu berpengaruh terhadap terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan
penelitian, dapat dipahami bahwa ada hubungan antara dimensi mutu dan
kinerja organisasi. Suatu penelitian juga membuktikan bahwa praktik
manajemen mutu memiliki pengaruh terhadap kinerja dan keunggulan
kompetitif perusahaan.6
Oleh karena itu, pentingnya mutu dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu
manajemen operasional dan pemasaran. Dalam perspektif manajemen
operasional, mutu produk berfungsi dalam meningkatkan daya saing suatu
produk yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan. Bagi lembaga
pendidikan, mutu lulusan menjadi suatu hal yang sangat penting karena
memungkinkan pelanggan memperoleh kepuasan. Kepuasan pelanggan
6
Abdul Haris dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, hal. 87.
23
memungkinkan mereka setia menggunakan lulusan lembaga pendidikan
tersebut. Jika pelanggan dan pengguna semakin setia dalam menggunakan
lulusn atau produk, suatu lembaga pendidikan akan menjadi komparatif dan
kompetitif untuk eksis dan solid dalam berproduksi.7
7
Ibid. hal. 86
8
Ibid.
24
1. Fokus padakostumer
Kunci keberhasilan budaya mutu terpadu adanya suatu hubungan efektif,
baik secara internal maupun secara eksternal, antara pelanggan dengan
supplier. Semua jaringan dan komunikasi vertikal maupun horizontal perlu
dioptimalkan untuk membentuk iklim kondusif terciptanya budaya
komunikasi dengan memanfaatkan semua media secara multi arah secara
harmonis setiap saat diperlukan untuk mengimplementasikan manajemen
terpadu dalam bidang pendidikan. Kepuasan pelanggan merupakan faktor
penting dalam manajemen terpadu. Kepuasan adalah perasaan senang atau
kecewa seorang yang berasal dari perbandingan antara kesan terhadap
kinerja.
Setiap orang di sekolah harus memahami bahwa pendidikan memiliki
pengguna. Adapun pengguna pertama pendidikan adalah keluarga yang
disebut big C sedangkan peserta didik adalah little C. Lembaga pendidikan
dalam hal ini adalah pemasok (supplier). Pengguna ada dua macam, yaitu
pengguna internal, seperti orang tua, siswa, dan guru, dan pengguna
eksternal, seperti masyarakat, perusahaan, dan lembaga pemerintah.
2. Peningkatan proses (ProcessImprovement)
Peningkatan kualitas pada proses menunjuk pada peningkatan terus
menerus (kontinyu) yang dibangun atas dasar pekerjaan yang akan
menghasilkan serangkaian tahapan interelasi dan aktivitas yang pada
akhirnya akan menghasilkan output (keluaran). Suatu proses dapat
didefinisikan sebagai integrasi yang berurutan pada orang, benda, metode
dan mesin dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan nilai output
tambahan untuk pelanggan.
3. Keterlibatanmenyeluruh
Semua orang di lembaga pendidikan harus terlibat secara menyeluruh
dalam transformasi mutu. Manajemen harus komitmen dan memperhatikan
mutu. Transformasi mutu harus dimulai dengan mengadopsi paradigma
baru pendidikan, yaitu bahwa kualitas pendidikan bergantung pada
banyaknya orang yang tersedia. Pelibatan semua komponen pendidikan
dimulai pemimpin yang aktif dari pemimpin (kepala sekolah) sampai para
guru dan tenaga kependidikan. Mereka harus dilibatkan untuk mencapai
keuntungan kompetitif di lingkungan pengguna yang luas. Guru dan tenaga
kependidikan pada semua level diberdayakan untuk meningkatkankualitas
25
lulusan secara bersama-sama di struktur kerja baru dan fleksibel untuk
memecahkan masalah, meningkatkan proses pendidikan, dan memuaskan
pengguna.
4. Pengukuran
Pandangan lama memahami bahwa mutu pendidikan harus diukur dari skor
prestasi belajar. Dalam pendekatan baru tenaga professional pendidikan
harus belajar mengukur mutu pendidikan dan kemampuan kinerja lulusan
berdasarkan tuntutan pengguna. Para professional harus memiliki
kemampuan teknik-teknik pengumpulan dan teknik analisis data, bukan
saja data kemampuan lulusan, melainkan juga semua data yang terkait
dengan kegiatan-kegiatan penunjang pelaksanaanpendidikan
5. Pendidikan sebagai sistem
Hendaknya peningkatan mutu pendidikan berdasarkan konsep dan
pemahaman pendidikan sebagai sistem. Pendidikan sebagai sistem
memiliki sejumlah komponen, seperti siswa, guru, kurikulum, sarana-
prasarana, media, sumber belajar, orang tua, dan lingkungan. Semua
komponen tersebut terjalin hubungan yang berkesinambungan dan terpadu
dalam pelaksanaansistem
6. Perbaikanberkelanjutan
Filsafat lama dikenal prinsip “Jika sudah rusak, baru diperbaiki”.
Sedangkan dalam filsafat mutu menganut prinsip bahwa tiap proses perlu
diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna perlu selalu diperbaiki dan
disempurnakan.9
9
Nana Syaodih Sukmadinata dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah:
Konsep, Prinsip, dan Instrumen. (Bandung: Refika Aditama, 2006) hal. 12-13.
26
(3) School climate yang meliputi harapan siswa yang tinggi, sikap guru yang
positif, keteraturan dan disiplin, kurikulum yang terorganisasi. Sistem reward
daninsentifbagisiswadanguru,sertatuntutanwaktubelajaryangtinggi,dan
(4) Teaching-learning process yang meliputi strategi mengajar yang bervariasi,
pekerjaan rumah yang sering, penilaian dan umpan balik yang sering, dan
partisipasi (kehadiran, penyelesaian studi) siswa terutamaperempuan.
Uraian di atas menggambarkan keragaman rumusan tentang
karakteristik umum (common denominators) yang ditemukan di sekolah-
sekolah yang tergolong bermutu di sejumlah negara. Keragaman rumusan
tersebut, antara lain, dipengaruhi oleh konteks budaya setempat dan filosofi
tentang tujuan dan fungsi sekolah, serta asumsi tentang variabel-variabel yang
dominant dalam menentukan mutu pendidikan.
Harus dipahami bahwa sekolah sebagai satu kesatuan sistem
pendidikan yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling bergantung satu
sama lain. Dengan demikian, pengembangan kompetensi pada diri siswa tidak
dapat diserahkan hanya pada kegiatan belajar-mengajar (KBM) di kelas,
melainkan juga pada iklim kehidupan dan budaya sekolah secara keseluruhan.
Setiap sekolah sebagai suatu kesatuan diharapkan mampu memberikan
pengalaman belajar kepada seluruh siswanya untuk menguasai kompetensi-
kompetensi yang sesuai dengan jenjang pendidikannya dan misi khusus yang
diembannya.
Rangkuman
Dari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Definisi mutu dalam pendidikan sangat beragam dan variatif.
2. Mutu dapat ditinjau dari lima perspektif, yaitu transcendental approach,
product based approach, user based approach, value based approach, dan
manufacturing basedapproach.
3. Banyak masalah mutu yang dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti
masalah mutu lulusan, mutu pembelajaran, mutu kurikulum, bimbingan dan
latihan oleh guru, dan mutu profesionalisme dan kinerjaguru.
4. Lembaga pendidikan yang mengembangkan mutu pendidikan harus
menerapkan prinsip mutu sebagai berikut, yaitu fokus padakostumer,
27
peningkatan proses (process improvement), keterlibatan menyeluruh,
pengukuran, pendidikan sebagai sistem, dan perbaikan berkelanjutan.
Latihan
28
Sejarah dan Tokoh Pemikir Mutu
Paket 3
SEJARAH DAN TOKOH PEMIKIR MUTU
Pendahuluan
Jaminan mutu menjadi issu penting dan perhatian utama
dengan munculnya industrialisasi. Perhatian pada jaminan mutu atau quality
assurance dan peningkatan mutu atau quality improvement semakin meluas
setelah Perang Dunia ke-2. Akan tetapi, di Inggris dan Amerika Serikat
perhatian pada jaminan mutu atau quality assurance dan peningkatan mutu atau
quality improvement baru muncul dalam skala besar sekitar 1980-an setelah
berbagai perusahaan mencari jawaban mengapa Penjaminan mutu atau quality
assurance dan manajemen mutu terpadu dikenal belakangan di Barat meskipun
ide tentang mutu asalnya sudah berkembang pada 1930-an dan 1940-an di
Amerika Serikat yang diperkenalkan oleh W. EdwardsDeming.
Gerakan mutu mengalami sukses yang pertama kali setelah Perang
Dunia II tetapi tidak di Amerika meskipun Amerika adalah pelopor berbagai
teknik peningkatan mutu. Berbeda dengan di Jepang di mana gerakan mutu
telah menyebar luas. Jepang telah menerapkan ide-ide Deming, Joseph Juran,
dan ahli mutu Amerika lainnya.
Meskipun pengakuan atas kebutuhan mengembangkan budaya mutu
masih sedikit di beberapa bidang pendidikan dan enggan untuk bergabung
dengan beberapa tradisionalis yang melihat metodologi manajemen industri dan
bahasa. Inilah yang mungkin dapat menjelaskan keterlambatan visi gerakan
mutu dalam pendidikan. Beberapa praktisi pendidikan tidak suka menyamakan
antara proses pendidikan dan manufaktur produk industri. Namun, ada kemauan
untuk berkembang untuk mengeksplorasi dari dunia industri. Inisiatif dunia
pendidikan baru-baru ini, seperti pertumbuhan kemitraan bisnis pendidikan
telah membawa pendidikan dan bisnis lebih dekat satu sama lain dan bersama-
sama telah membuat konsep industri jauh lebih dapatditerima.
Dalam memahami paket ini, aktivitas perkuliahan berupa diskusi dan
mengajak mahasiswa mengurutkan gerakan mutu melalui lembar kerja. Karena
materi perkuliahan pada paket ini bernilai historis, membuat urutan gerakan
29
Indikator
Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu:
1. menjelaskan asal usul gerakanmutu
2. menjelaskan perkembangan perhatian pada mutupendidikan
3. menjelaskan tokoh dan pemikiranya tentangmutu
Waktu
3 x 50 menit
Materi Pokok
Gerakan Mutu Pendidikan
1. Asal-Usul GerakanMutu
2. Perkembangan perhatian pada mutupendidikan
3. Tokoh dan Pemikirannya tentangMutu
Langkah-langkah Perkuliahan
Kegiatan Awal (15 menit)
1. Menjelaskan kompetensi dasar
2. Menjelaskanindikator
3. Penjelasan langkah kegiatan perkuliahan paketini
4. “Urutan Gerakan Mutu”, setiap mahasiswa diminta menyiapkan
selembar kertas dan dosen memaparkan beberapa pernyataan tentang
gerakan mutu secara tidak berurutan dan mahasiswa diminta menata
secara urut. kegiatan ini bermanfaat untuk mengidentifikasi pemahaman
awal mahasiswa tentang gerakan mutu yang selanjutnya mereka diminta
mengklarifikasi melaluidiskusi.
30
Kegiatan Inti (110 menit)
1. Pemakalah diminta mempresentasikan makalah, dan semua mahasiswa
memperhatikan presentasi untuk mengecek apakah “urutan Gerakan
Mutu” yang mereka susun secara individual sesuai dengan penjelasan
pemakalah. Sambil mencermati presentasi pemakalah, mahasiswa
melakukan revisi terhadap jawaban “urutan gerakan mutu” yang sudah
dikerjakan.
2. Mahasiswa bertanya jawab dengan pemakalah tentang Gerakan Mutu,
Perkembangan Perhatian terhadap Mutu Pendidikan, dan Tokoh serta
Pemikiran Mereka tentang Mutu. Selain itu, mereka melakukan
klarifikasi “Urutan GerakanMutu”.
3. Dosen memberikanpenguatan.
4. Mahasiswa diminta melakukan revisi terhadap tugas tentang “Urutan
Gerakan Mutu” di lembar kertas setiapmahasiswa.
1. “Urutan GerakanMutu”
Tujuan
Mahasiswa dapat mengurutkan Era Gerakan mutu secara individual
Langkah-langkah kegiatan
31
a. Setiap mahasiswa diminta menyiapkan selembarkertas
b. Mahasiswa memperhatikan pemaparan kata urutan gerakan mutu
era manajemen mutu terpadu atau manajemen mutu
strategis erainspeksi
era pengendalian mutu secara statistic
era jaminan mutu
c. Urutkan era gerakan mutu secara berurutan di lembar kertas masing-
masingmahasiswa
d. Satu mahasiswa menjelaskan era gerakanmutu!
Langkah-langkah kegiatan
a. Presentasikan makalah dan semua mahasiswa memahami dan mencermati
untuk menlakukan kroscek terhadap tugas mengurutkan era gerakanmutu
b. Diskusikan masalah-masalah yang ditemukan dari presentasimasalah
c. Lakukan meninjau ulang jawaban urutan era gerakan mutu dan melakukan
revisi jikaperlu.
d. Presentasikan hasil tinjauan dan revisi tugas urutan era gerakanmutu.
32
Uraian Materi
33
menyempit dan berulang-ulang. Maka, diskusi ini beralih dari
pembahasan pekerja yang kemungkinan bertugas memeriksakualitas.
Salah satu hal penting, di mana tanggung
jawab pekerja untuk kualitas produk hilang ketika barang diproduksi secara
massal. Metode produksi baru, yang terkait dengan pendekatan manajemen
ilmiah dan nama FW Taylor, pada pergantian abad kedua
puluh, mengurangi banyak tenaga kerja untuk komponen manusia dalam
proses manufaktur. Sebuah pembagian kerja yang
ketat dikembangkan dan mengharuskan perluasan suatu sistem
pemeriksaan rinci yang dikenal sebagai kendali mutu melaluiinspeksi
Kendali mutu dan pengawasan adalah proses yang memastikan bahwa
hanya produk yang memenuhi spesifikasi yang telah dipastikan dapat
meninggalkan gerbang pabrik. Namun, kendali mutu adalah proses setelah
program produksi massal yang memisahkan orang-orang yang menghasilkan
produk. Pengawasan dan kendali mutu dikembangkan untuk mengurangi
produk yang tidak sesuai dengan keinginan. Mutu hanya dipandang produk
yang rusak, cacat, atau hanya pada penyimpangan dari atribut yang seharusnya
melekat pada produk tersebut. Tanggung jawab terhadap mutu produk
didelegasikan pada departemen inspeksi yang bertugas hanya pada pendeteksian
dan penyisihan produk yang tidak memenuhi syarat kualitas dan produk yang
baik dan belum ada perhatian pada perhatian pada kualitas proses. Pengawasan
dan kendali mutu penting untuk mengendalikan produksi barang secara massal,
tetapi membutuhkan biaya mahal dan menghabiskan waktu karena
membutuhkan pengerjaanulang.
Pengawasan dan kendali mutu setelah berjalan 20 tahun akhirnya
menjadi tidak ekonomis dan menghabiskan waktu dan tidak lagi menjadi
jaminan kerja yang berorientasi pada mutu. Berbagai perussahaan kemudian
mengganti kendali mutu dengan jaminan mutu atau quality assurance dan
peningkatan mutu atau quality improvement yang berusaha mengembangkan
mutu pada proses produksi dan mengembalikan tanggung jawab pekerja pada
mutu.
34
Perhatian pada jaminan mutu atau quality assurance dan peningkatan
mutu atau quality improvement semakin meluas setelah Perang Dunia ke-2.
Akan tetapi, di Inggris dan Amerika Serikat perhatian pada jaminan mutu atau
quality assurance dan peningkatan mutu atau quality improvement baru muncul
dalam skala besar sekitar 1980-an setelah berbagai perusahaan mencari jawaban
mengapa Jepang memberikan perhatian besar pada pemasaran produk
manufaktur. Pertanyaan ini dikemukakan untuk mengetahui apakah
keberhasilan pemasaran orang-orang Jepang disebabkan oleh budaya Jepang
dan teknik manajemenmutu?
Penjaminan mutu atau quality assurance dan manajemen mutu terpadu
dikenal belakangan di Barat meskipun ide tentang mutu asalnya sudah
berkembang pada 1930-an dan 1940-an di Amerika Serikat yang diperkenalkan
oleh W. Edwards Deming. Deming adalah adalah seorang ahli statistic Amerika
dan bergelar Ph.D bidang fisika. Deming lahir pada 1900 dan meninggal pada
1993. Pengaruhnya sebagai pakar manajemen sangat terkenal di Amerika sejak
awal, namun bakat dan keahliannya baru diakui di Jepang sejak 1950. Dia
adalah orang yang sangat berpengaruh dalam gerakan mutu. Deming memulai
idenya pada 1930-an ketika memperhatikan metode-metode proses industry
yang berubah-ubah dan menghabiskan waktu dan biaya. Dia mulai bekerja di
perusahaan elektronik yang legendaries di Barat, yaitu Hawthome plant di
Chicago, di mana Joshep Juran, seorang pioner dan pakar teori Amerika tentang
mutu dan berpengaruh besar terhadap revolusi mutu di Jepang, juga bekerja di
Hawthorne dan pada saat itu mempekerjakan 40.000 karyawan untuk
manufaktur perlengkapan telepon. Perusahaan ini dikembangkan oleh Elton
Mayo dan kolega-koleganya dari Universitas Harvard antara 1927 dan 1932
melalui serangkaian eksperimen terkenal dikarenakan berbagai perubahan
produktivitas.Mayo dan timnya menemukan teori yang dikenal dengan
Hawthorne effect. Mereka menemukan bahwa peningkatan produktivitas bukan
karena perubahan kondisi fisik perusahaan, tetapi karena kepemimpinan dan
kerja sama kelompok. Mereka menemukan pentingnya hasil dan produktivitas
perusahaan yang disebabkan psikologi sosial, norma dan nilai kelompok,
kepemimpinan,danstrukturorganisasiinformal.Setelahbekerjadiperusahaan
35
Western Electric, Deming pindah ke Departemen Pertanian Amerika Serikat, di
mana dia dikenalkan dengan seorang yang mempengaruhi pemikirannya dan
memperkenalkan pada Deming sejumlah ide yang krusial untuk perkembangan
gerakan mutu. Walter Shewhart adalah ahli statistic yang bekerja di
Laboratorium Bell di New York. Dia telah mengembangkan teknik-teknik
untuk membawa proses perusahaan pada apa yang dikenal dengan kendali
statistic atau statistical control. Teknik ini adalah serangkaian teknik untuk
mengganti berbagai sumber daya dari proses industry, sehingga membuat
mereka dapat mengontrol dan memprediksi proses industry. Tujuan Shewhart
adalah menggunakan kontrol statistic untuk mengeliminasi pemborosan dan
penundaan hasil produksi. Salah satu kontribusi Shewhart yang terakhir, yang
juga dikembangkan oleh Deming, adalah siklus plan, do, check, anct (PDCA)
yang memperkanalkan metode pertama untuk manajemen peningkatan mutu
yang berkelanjutan. Deming memberikan kontribusi dengan melanjutkan
metode Shewhart. Metode statistic Deming dan Shewhart adalah metode yang
sekarang dikenal dengan Kendali Proses Statistik atau Statistical Process
Control (SPC). Metode ini dipadukan dengan ide gerakan human relation
bersama dengan Mayo dan kolega-koleganya dan SPC adalah teori yang
dikembangkan sebagai Total Quality Management(TQM).
Gerakan mutu mengalami sukses yang pertama kali setelah Perang
Dunia II tetapi tidak di Amerika meskipun Amerika adalah pelopor berbagai
teknik peningkatan mutu. Berbeda dengan di Jepang di mana gerakan mutu
telah menyebar luas. Deming pertama kali mengunjungi Jepang pada akhir
1940-an untuk bekerja pada sensus paska perang. Terkesan dengan cara kerja
Deming, ikatan insinyur dan ilmuan Jepang mengundang Deming kembali ke
Jepang pada 1950 untuk mengajarkan pada pengusaha-pengusaha terdepan di
Jepang bagaimana menerapkan Statistical Process Control. Masyarakat Jepang
telah berkonsentrasi memperbaiki perusahaan yang terkoyak karena perang.
Bom yang dijatuhkan oleh Amerika dan sekutunya telah mengkoyak dan
menghancurkan industry Jepang dan meninggalkan kesan Jepang sebagai
perusahaan yang miskin mutu dan tertinggal dengan produksi perusahaan
negara-negara lainnya. Jepang ingin belajar teknik-teknik industrybaru
36
terutama tentang kendali mutu dari Negara industrialis lainnya. Di depan
audiennya, Deming memberikan jawaban sederhana untuk menjawab persoalan
yang dihadapi perusahaan Jepang. Dia menyarankan mereka tidak memulai
dengan kendali mutu, tetapi memulai dengan menemukan apa yang dikehendaki
oleh pelanggan. Dia menyarankan mereka mendesain baik metode produksi dan
produk industry dengan standar tinggi untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
Deming yakin bahwa pendekatan ini akan menjadikan perusahaan Jepang maju
dan menjadi yang terdepan dalam waktu lima tahun.
Jepang telah menerapkan ide-ide Deming, Joseph Juran, dan ahli mutu
Amerika lainnya. gerakan mutu bermula dari manufaktur dan diikuti oleh
industry layanan jasa, dan berikutnya perbankan dan jasa keuangan. Jepang
mengembangkan ide Juran kepada apa yang disebut Kendali Mutu Terpadu atau
Total Quality Control (TQC) dan menggunakannya menguasai dan
menciptakan dunia pasar di bidang otomobil dan elektronik pada 1970-an dan
1980-an. Penguasaan pangsa pasar ini berdampak pada perhatian pada mutu.
Penulis terkenal tentang mutu, adalah Kauro Ishikawa, yang menjelaskan
pendekatan TQC sebagai “Revolusi Pemikiran bidangmanajemen.
Di Amerika, pemikiran Deming dan Juran diabaikan selama bertahun-
tahun. Pada 1950-an dan 1960-an perusahaan Amerika dapat menjual apa saja
yang mereka produksi pada bidang makanan. Penekanan perusahaan Amerika
dan Barat adalah tentang memaksimalkan output dan keuntungan. Bagi pasar
pembeli makanan, mutu bukan prioritas utama. Baru pada akhir tahun 1970-an
ketika beberpa perusahaan kehilangan baik peluang pasar maupun serapan pasar
di Jepang sehingga sejumlah mayoritas perusahaan Amerika mulai
memperhatikan mutu secara serius. Mereka mulai mempertanyakan mengapa
pelanggan lebih memilih produk-produk Jepang. Di Amerika, sering dikatakan
bahwa Dokumen NBC pada 1980 menyatakan, “Jika Jepang bisa Kenapa kita
tidak”. Jepang pada saat itu telah mendominasi program-program yang lebih
tinggi sebagai keberhasilan ide Edward Deming terhadap kesuksesan ekonomi
Jepang. Sejak saat itu, ide-ide Juran dan Deming bersamaan dengan ahli
lainnya, seperti Philip B. Crosby dan Armand V. Feigenbaaum telah menangkap
imajinasi perusahaan tidak hanya di Amerika tetapi juga di EropaBarat
37
meskipun kenyataannya hanya beberapa kecil perusahaan yang menerapkan
TQM secara serius. Oleh karena itu, mutu telah dijadikan agenda utama
meskipun membutuhkan waktu lama.
Perkembangan ini merupakan era berkembangnya jaminan mutu
dengan menekankan pada biaya mutu, pengendalian mutu terpadu, reliability
engineering, dan zero defect. Pengendalian mutu harus dimulai dari
perancangan produk dan berakhir jika produk telah sampai ke tangan pelanggan
yang puas. Menurut Feigenbaaum, salah satu pemikir Total Quality Control,
kegiatan mutu apat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu pengendalian
rancangan baru, bahan baku, dan produk.1
Pencarian jawaban untuk kompetisi Jepang telah disorot dalam salah
satu buku manajemen yang paling berpengaruh tahun 1980-an. Peters dan
Waterman menulis In Search of Excellence telah diterbitkan pada tahun
1982. Di dalamnya mereka menganalisa fitur penting dari perusahaan
unggul, berdasarkan pada praktik terbaik yang kemudian berkembang di
Amerika Serikat. Penelitian mereka menunjukkan bahwa perusahaan
yang memiliki keunggulan adalah peruahaan yang memiliki hubungan baik
dengan pelanggan yang paling kompetitif dan profit. Keunggulan yang
ditunjukkan, sederhana namun penting, yaitu hubungan dekat dengan pelanggan
dan obsesi dengan kualitas. Mereka menemukan bahwa perusahaan-
perusahaan yang sangat baik memiliki struktur yang sederhana dan tidak
birokratis yang didasarkan pada tim yang aktif dan antusias yang dipimpin oleh
manajer visioner
yang memiliki gaya manajemen. Fitur-fitur ini dapat ditunjukkan oleh
organisasi apapun asal negaranya dan budayanya, tetapi mereka adalah
perusahaan-perusahaan Jepang yang memiliki antusias pada budaya TQC.
Pesan dari Peters dan Waterman adalah bahwa manajer harus meletakkan selain
pandangan jangka pendek dan mengambil pandangan jangka panjang. Untuk
tetap menjadi yang terdepan, organisasi harus memahami kebutuhan
pelanggan. Secara umum diakui bahwa Jepang sebagai tempat kekuatan
1
Abdul Hadis dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2012), hal. 93.
38
industri terkemuka telah mengambil pesan penting dari para ahli
yang didasarkan pada kualitas. Mereka sudah lama merencanakan siklus dan
menempatkan penekanan pada kualitas ke dalam produk mereka dan
memberikan perhatian pada sikap karyawan dan hubungan yang baik dengan
mereka. Sebagian besar jurang antara metode bisnis dan industri Barat Jepang
pada waktu itu terletak pada budaya. Perbedaan utama ini terletak
pada budaya perusahaan dan sikap mereka terhadapkualitas.
Semua teori utama,
seperti Deming, Juran, Crosby dan Peters, menganjurkan untuk perubahan
budaya kerja. Dari pertengahan 1980-an perhatian pada mutu terus menyebar.
Di Inggris dan Eropa Barat pesan jaminan mutu telah menjadi salah satu yang
kuat dalam 15 tahun terakhir, dan sebagian besar perusahaan yang mengambil
perhatian pada kualitas. Sebuah Yayasan Manajemen Mutu di Eropa (European
Foundation for Quality Management), didirikan oleh 14 perusahaan besar
Eropa termasuk Volkswagen, BT and Phillips, telah menjadi kekuatan utama
untuk mengembangkan budaya kualitasbaru.
Era ini adalah era di mana suatu institusi telah mengelola mutu secara
strategic dengan melakukan langkah-langkah strategis dalam mengendalikan
mutu dan manajemen mutu produk. Dalam manajemen mutu strategic
diperlukan perencanaan strategic yang memungkinkan formulasi prioritas
jangka panjang dan perubahan institusional berdasarkan pertimbangan rasional
karena dengan strategi institusi dapat memanfaatkan peluang-peluangbaru.
Gerakan mutu terpadu dalam pendidikan berkembang belakangan.
Ada beberapa referensi dalam literatur sebelum akhir 1980-an. Kebanyak
perintisan TQM dilakukan oleh perguruan tinggi di Amerika Serikat dan
pendidikan lanjutan setingkat college di Inggris. Amerika berinisiatif
mengembangkan penjaminan mutu pendidikan jauh sebelum Inggris, namun di
kedua negara peningkatan perhatian pada mutu terjadi dari tahun 1990 dan
seterusnya. Banyak dari ide-ide yang berhubungan dengan TQM sekarang
berkembang baik di perguruan tinggi dan pandangan tentang jaminan mutu
sudah mulai menjadi mainstream di sekolah. Pada tahun 2001 muncul jaminan
mutudiEropaversiEFQM(EuropeanFoundationforQualityManagement)
39
penghargaan bagi pemenang untuk sekolah di Irlandia Utara. St Mary College,
yaitu sebuah sekolah untuk anak-anak perempuan di Londonderry, meraih
penghargaan dan posisi runner-up diraih sekolah lain dari Inggris, yaitu City
Technology College di Kingshurst. Keduanya adalah bukti bahwa gerakan
kualitas menjadi utama dalam pendidikan.
Meskipun pengakuan atas kebutuhan mengembangkan budaya mutu
masih sedikit di beberapa bidang pendidikan dan enggan untuk bergabung
dengan beberapa tradisionalis yang melihat metodologi manajemen industri dan
bahasa. Inilah yang mungkin dapat menjelaskan keterlambatan visi gerakan
mutu dalam pendidikan. Beberapa praktisi pendidikan tidak suka
menyamakan antara proses pendidikan dan manufaktur produk industri. Namun,
ada kemauan untuk berkembang untuk mengeksplorasi dari dunia industri.
Inisiatif dunia pendidikan baru-baru ini, seperti pertumbuhan kemitraan bisnis
pendidikan telah membawa pendidikan dan bisnis lebih dekat satu sama lain
dan bersama-sama telah membuat konsep industri jauh lebih dapatditerima.
40
ini memungkinkan pesaing yang menggunakan paradigm manajemen yang
berbeda untuk merebut pasar dan pangsa pasar dari mereka. Akibatnya adalah
hilangnya pasar dan dengan itu berarti perampasan kerja.
Deming melihat masalah kualitas terletak
pada manajemen. Ini adalah wawasan penting karena pandangan mayoritas
waktu adalah bahwa masalah kualitas selalu disandarkan
pada kesalahan pekerja. Pengerjaan yang buruk sering dipersalahkan
karena masalah kualitas. Deming menunjukkan bahwa tidak
hanya budaya menyalahkan yang kontraproduktif, tetapi
jika harus menyalahkan harus dialamatkan pada manajemen. Penyebab dasar
dari industri masalah kualitas, menurut Deming, adalah kegagalan manajemen
para senior yang merencanakan masa depan perusahaan. Mereka yang
mengendalikan sumber daya yang tersedia untuk perusahaan dan kebijakan
mereka memiliki dampak besar pada perusahaan
budaya. Melalui tindakan mereka, mereka bertanggung jawab atas kualitas
produk yang mereka hasilkan. Untuk
memberikan panduan bagaimana mengelola kualitas, Deming
2
mengemukakan 14 poin dalam manajemen mutu yang terkenal,yaitu:
a. menciptakan konsistentujuan
b. mengadopsi filosofi mututotal
c. mengurangi kebutuhanpengujian
d. menilai perusahaan dengan carabaru
e. memperbaiki mutu dan produktivitas serta mengurangibiaya
f. belajar sepanjanghayat
g. kepemimpinan dalampendidikan
h. mengeliminasi rasatakut
i. mengeliminasi hambatan keberhasilan
j. menciptakan budayamutu
k. perbaikanproses
l. berorientasi padahasil
2
Amin Widjaya Tunggal, Manajemen Mutu Terpadu. (Jakarta: Rineka Cipta:1993), hal.
43
41
m. komitmen
n. tanggungjawab
Empat belas poin ini merupakan campuran dari prinsip-prinsip dan
wawasan manajemen yang penting untuk psikologi karyawan. Ini
merupakan cetak biru untuk pengembangan budaya mutu. Deming menekankan
pada upaya pencegahan dari pada penyelesaian masalahmanajemen.
Empat belas poin ini adalah kontribusi unik Deming untuk memahami mutu.
Selain itu, dia juga mengembangkan pedoman bagi peningkatan mutu yang
dikenal dengan “Tujuh penyakit yang mematikan” yang berakar dari budaya
industry di Amerika. Dua di antaranya membutuhkan biaya medis dan litigasi
dengan biaya mahal dan tidak produktif tetapi memiliki relevansi yang kecil
bagi konteks pendidikan. Namun, Lima lainnya adalah cukup penting karena
dapat membantu kita untuk memahami alasan yang menghambat kreativitas dan
pemikiran baru. Penyakit pertama, disebut oleh Deming karena kurangnya
keteguhan tujuan. Dia percaya bahwa ini adalah penyakit yang paling
melumpuhkan dalam suatu organisasi. Ini tidak hanya mencegah banyak
organisasi untuk mengadopsi kualitas sebagai tujuan manajemen, tetapi juga
menghambat pengembangan visi yang jelas. Tanpa keteguhan dari tujuan itu,
sulit untuk memotivasi dan memberi semangat para tenaga kerja. Hal ini terkait
erat dengan pemikirannya kedua sebagai pemikiran jangka pendek. Itu beralih
dari penekanan pada visi jangka panjang dan pengembangan budaya perbaikan
adalah apa yang ia pertahankan. Ahli pendidikan, yang telah menghadapi begitu
banyak perubahan arah pada tahun-tahun terakhir, akan menemukan banyak hal
yang akrab dalam penekanan Deming pada kebutuhan untuk strategi jangka
panjang yangkoheren.
Penyakit mematikan ketiga menyangkut evaluasi kinerja individu
melalui peringkat prestasi atau review tahunan. Deming menentang skema
penilaian kinerja, dan berpendapat bahwa mereka menyebabkan solusi jangka
pendek dan di bawah performa. Tak pelak, penilaian harus
berdasarkan hasil yang terukur dan penyajian ini sering menyesatkan apa yang
penting dalam proses. Dia tidak percaya bahwa kualitas dari kontribusi
karyawanbisadikurangimenjadihasilyangterukur.Diajugapercayabahwa,
42
alih-alih meningkatkan kinerja, penilaian sering memiliki efek sebaliknya,
dengan staf yang berkonsentrasi pada apa yang penting untuk mendapatkan
peringkat kinerja baik daripada mengembangkan kebanggaan dalam pekerjaan
mereka. Dia percaya bahwa penilaian kinerja memiliki efek menempatkan staf
dalam persaingan dengan satu sama lain bukan menyatukan mereka menjadi tim
yang kuat.
2. Joseph M.Juran
44
h. Buktikan bahwa proses dapat menghasilkan produk di bawah operasi
kondisi.
i. Mentransfer proses untukoperasi.
3. Philip B.Crosby
45
peningkatan Crosby adalah salah satu yang paling praktis dan tersedia panduan
rinci. Tidak seperti Deming lebih filosofis Pendekatan, model Crosby dapat
diikuti sebagai suatu rencana tindakan. Crosby adalah seorang penulis popularis
dan pendekatan pada dasarnya praktis. Dalam karyanya Crosby menguraikan
pandangannya bahwa dorongan sistematis untuk kualitas akan membayar
sendiri. Dia mengatakan bahwa itu adalah ketidaksesuaian masalah yang
mengarah untuk memo, pengerjaan ulang, refits, tes dan inspeksi. Ini adalah
biaya kualitas. Tabungan datang dari melakukan hal-hal yang benar. Di bidang
pendidikan, paralel dapat dilihat dengan biaya dan upaya merebut kembali ujian
dan tingkat keberhasilan terkait dengan mereka.
zero cacat atau zero defect merupakan kontribusi utama Crosby,
tetapi kontroversial, untuk berpikir pada kualitas. Ini adalah ide
yang kuat. Ini adalah komitmen untuk keberhasilan dan penghapusan
kegagalan. Ini melibatkan sistem di tempat yang memastikan bahwa hal-hal
yang selalu dilakukan dalam cara yang benar di waktu pertama dan setiap
setiap. Crosby berpendapat bahwa tujuan untuk zero cacat, dalam konteks
bisnis, akan meningkatkan keuntungan dengan menghemat biaya. Dampak
kualitas pada intinya adalah apa yang membuat model Crosby begitu
menarik. Crosby tidak percaya pada tingkat statistik dapat mempengaruhi
kualitas. Untuk Crosby hanya ada satu standar, dan itu adalah kesempurnaan.
Model pencegahannya adalah murni, dan ia percaya bahwa adalah
mungkin untuk menghindari kesalahan semakin dekat yang satu sampai
ke nol cacat atau kesalahan. Namun, tidak semua komentator setuju
dengan tesis ini. Misalnya, Joseph Juran, seorang kritikus
dari Crosby, berpendapat bahwa, setelah suatu titik tertentu, sesuai
dengan persyaratan sebenarnya bisa memaksakan biaya tambahan dan sebagai
hasilnya dia tidak percaya bahwa nol cacat merupakan tujuan yang dapat
dicapai.
Zero defect adalah sebuah konsep yang lebih sulit untuk diterapkan
pada layanan daripada manufaktur. Dalam layanan nol cacat atau zero defect
sesuatu yang diinginkan, tetapi sulit untuk menjamin bebas darikesalahan-
46
layanan bebas karena banyak peluang bagi manusia melakukan
kesalahan. Namun demikian, nol cacat adalah tujuan pentinglayanan-industri.
Ini adalah ide yang seharusnya memiliki gema penting dalam
pendidikan. Artinya bahwa semua murid atau siswa akan meraih
keberhasilan pendidikan dan memenuhi potensi mereka. Tugas peningkatan
mutu pendidikan akan membangun sistem dan struktur untuk
memastikan bahwa tujuan ini tercapai. Perhatian utama adalah pada zero
defect, terutama criteria norma yang membuat Tujuan dari nol cacat mustahil
dicapai dan secara umum memandang bahwa standar hanya
dapat dipertahankan dengan tingkat kegagalan yangtinggi.
Menurut Crosby ada 13 langkah untuk meningkatkan mutu organisasi
atau lembaga, yaitu:
a. Langkah pertama yang penting dalam
program berkualitas, menurut Crosby, adalah Komitmen manajemen. Hal
ini sangat penting untuk keberhasilan dari setiap inisiatif
kualitas. Inisiatif kualitas harus disetujui dan dipimpin oleh senior
manajemen. Crosby menunjukkan bahwa komitmen ini dikomunikasikan
dalam sebuah pernyataan kebijakan mutu, yang harus singkat, jelas dan
diakses.
b. Langkah kedua dibangun di atas komitmen denganpengaturan
Tim Peningkatan Mutu. Karena setiap fungsi dalam
Organisasi merupakan kontributor potensial untuk cacat
dan kegagalan kualitas,
selanjutnya bahwa setiap bagian dari organisasi harus berpartisipasi dalam
Upaya peningkatan. Tim Peningkatan Mutu mempunyai tugas
menetapkan dan mengarahkan program yang akan diterapkan di seluruh
organisasi. Tim ini tidak melakukan semua pekerjaan berkualitas. Tugas
melaksanakan perbaikan adalah tanggung jawab tim dalam
individu departemen. Rencananya bahwa Tim Peningkatan Kualitas
menarik up harus diterima dan disahkan oleh manajemen
senior.SebuahtugaspentingdariTimPeningkatanMutuadalah
47
untuk memutuskan bagaimana untuk menentukan kegagalan kualitas dan
perbaikan, dan ini mengarah ke Langkah 3, yaitu,
c. Kualitas Pengukuran. Hal ini penting untuk dapat mengukur arus evaluasi
dan tindakan korektif. Jenis-jenis pengukuran bervariasi antara manufaktur
dan organisasi pelayanan dan, biasanya, mereka termasuk data dari laporan
inspeksi dan pengujian, data statistik, dan data umpan balik dari pelanggan.
Seorang kontributor utama terhadap kualitas pengukuran diberikan pada
Langkah4
d. Mengukur Biaya Mutu. Biaya kualitas terdiri dari hal-hal seperti biaya hal
yang terjadi salah dan pengerjaan ulang harus melakukan hal-hal lagi,
inspeksi, dan pengujian. Hal ini penting untuk dapat mengidentifikasi biaya
kualitas dan untuk menempatkan nilai padamereka.
e. Langkah 5 dalam langkah Crosby terhadap kualitas adalah bangunan
Kualitas Kesadaran. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan kesadaran
semua orang dalam organisasi biaya kualitas dan kebutuhan untuk
menerapkan kualitas perbaikan program. Hal ini memerlukan pertemuan
rutin antara manajemen dan karyawan untuk membahas masalah-masalah
tertentu dan sarana mengatasi mereka. Informasi tentang program mutu
harus dikomunikasikan. Mutu bukan sesuatu yang tiba-tiba muncul seperti
teori big-bang atau teori ledakan. Dia berpendapat bahwa kesadaran mutu
harus menjadi kunci. berikutnya beralih ke Langkah6,
f. Corrective Action. Pengawas harus bekerja dengan staf untuk
menghilangkan kualitas yang buruk. Metodologi sistematis diperlukan
untuk menangani masalah. Crosby menyarankan menyiapkan serangkaian
tim tugas dengan hati-hati denganagenda aksi. Masalah terbesar
perlu ditangani dahulu. Salah satu cara untuk menyoroti proses perbaikan
dengan langkahberikutnya
g. Langkah 7, perencanaan Zero Defects. Dia berpendapat bahwa program
zero cacat harus diperkenalkan dan dipimpin oleh Tim Peningkatan Mutu,
yang juga bertanggung jawab untuk pelaksanaannya. Crosby berpendapat
bahwa semua staf harus menandatangani kontrak formal atau berjanji
untuk bekerja menuju nolcacat.
48
h. Pelatihan Pengawas. Penting bahwa semua manajer memahami peran
mereka dalam proses perbaikan dan ini dilakukan melalui program
pelatihan formal. Ini adalah sangat penting bagi staf melaksanakan
manajemen menengah-penting peran. Langkah 9 adalah diadakannya Hari
Cacat Nol. Ini adalah hari-panjang Acara yang menetapkan gagasan nol
cacat dan menginformasikan karyawan bahwa telah terjadi perubahan. Ini
pada dasarnya adalah upaya untuk menyorot dan merayakan pekerjaan
yang dilakukan berorientasi pada kualitas dan untuk
menekankan manajemen komitmen. Ini memiliki sisi yang lebih
serius, yaitu
pengembangan staf.
i. Menetapkan Tujuan. Setelah janji untuk bekerja menuju nol cacat telah
dibuat dan gagasan telah diluncurkanpada,
j. Hari Nol Cacat. Merayakan hari Nol Cacat adalah penting
bahwa rencana aksi individu selesai. itu tujuan yang ditetapkan tim sendiri
harus spesifik danterukur
k. Penghapusan Penyebab Kesalahan. Karyawan harus didorong untuk
memberitahu manajemen setiap masalah yang mencegah mereka
melakukan pekerjaan yang bebas dari kesalahan. Hal ini penting untuk
menghargai orang-orang yang berpartisipasi dalam perbaikan
latihan, Crosby mengatakan dalam langkah kedua belas,
yaitu Pengakuan. Crosby berpendapat bahwa orang tidak bekerja
sekedar untuk uang, tetapi yang staf butuhkan adalah pengakuan terhadap
prestasi dan kontribusi mereka. Crosby berpendapat bahwa pengakuan
perlu dikaitkan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Penghargaan bisa menjadi hadiah atau
sertifikat. Pengakuan, bukan uang, adalah apa yangpenting.
l. Pembentukan Dewan Kualitas. Ini adalah Struktur kelembagaan
juga disukai oleh Juran. Hal ini penting untuk membawa profesional
yang berkualitas bersama-sama untuk memutuskan
bagaimana masalah terbaik dapat ditangani. Inspektur dan pengendali
kualitas perlu konsisten dan profesional untuk pekerjaan mereka.Bagian
49
dari peran Kualitas. Dewan adalah
untuk memantau efektivitas program dan untuk memastikan bahwa proses
perbaikan terus-yang ditekankan dalam langkahberikutnya.
m. Melakukan semuanya sekali lagi atau Do It Over Again. Program kualitas
tidak pernah berakhir. Begitu tujuan dicapai, program perlu memulai dari
awallagi.
4. TomPeter
Tom Peter berkebangsaan AS. Dia adalah salah satu ahli manajemen
yang pandangannya tentang organisasi yang sukses. Pandangannya ini sangat
diperhitungkan karena relevan dengan manajemen mutu. Peter lulus dari
program teknik dan bisnis dan seperti halnya Crosby, telah menghabiskan
sebagian masa karirnya di angkatan laut AS. Dia menjabat sebagai kepala
konsultan di McKinsey ketika memulai penelitian dan menyusun bukunya yang
terkenal, yaitu In Search of Excellence, yang ditulis dengan Robert Waterman
yang dipublikasikan 1982. Dalam karyanya peter menjelaskan rahasia
keberhasilan perusahaan yang paling sukses di AS. Bukunya yang kedua A
Passion for Excellence, yang ditulis dengan Nancy Austin dipublikasikan
1985. Peters mengidentifikasi kepemimpinan sebagai pusat peningkatan
kualitas proses. Yang penting, mereka menganggap bahwa 'manajemen'
adalah istilah yang harus digantikan dengan 'kepemimpinan'. Bagi
mereka pemimpin adalah untuk menjadi fasilitator dan orang dengan
visi memotivasi seluruh Tim. Gaya kepemimpinan-lah yang memungkinkan
para pemimpin untuk tetap berhubungan dengan pelanggan dan staf dan mereka
percaya bahwa itu mengarah pada ide-ide inovatif dankreatif.
Rangkuman
Dari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat dikerucutkan
dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Gerakan mutu merupakan perkembangan mutu yang terdiri dari empat era.
yaitu inspeksi, pengendalian mutu melalui statistic, jaminan mutu, dan
manajemenmutu.
2. Gerakan mutu dimulai dari dunia industri yang menggunakan
bahasa, konsep dan metodologi yang diambil dariManajemen Mutu
50
Terpadu atau Total Quality Management. Mulai berkembang kebutuhan
untuk selalu memastikan bahwa produk perusahaan sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan, memberikan kepuasan pada pelanggan, serta
memberikan nilai untuk mendatangkan uang. Mencapai kualitas yang
konsisten memungkinkan konsumen untuk memiliki keyakinan tertahadap
produk dan produsernya. Penghargaan serta medali emas dan perak adalah
bukti adanya perhatian pada mutu.
3. Jaminan mutu menjadi issu penting dan perhatian utama
dengan munculnya industrialisasi. Sebelum ini pengrajin menetapkan dan
menjaga sendiri standar, di mana reputasi mereka dan mata
pencaharian dipertaruhkanPengawasan dan kendali mutu penting untuk
mengendalikan produksi barang secara massal, tetapi membutuhkan biaya
mahal dan menghabiskan waktu karena membutuhkan pengerjaanulang.
4. Perhatian pada jaminan mutu atau quality assurance dan peningkatan mutu
atau quality improvement semakin meluas setelah Perang Dunia ke-2. Akan
tetapi, di Inggris dan Amerika Serikat perhatian pada jaminan mutu atau
quality assurance dan peningkatan mutu atau quality improvement baru
muncul dalam skala besar sekitar 1980-an setelah berbagai perusahaan
mencari jawaban mengapa Jepang memberikan perhatian besar pada
pemasaran produk manufaktur. Pertanyaan ini dikemukakan untuk
mengetahui apakah keberhasilan pemasaran orang-orang Jepang
disebabkan oleh budaya Jepang dan teknik manajemenmutu?
5. Penjaminan mutu atau quality assurance dan manajemen mutu terpadu
dikenal belakangan di Barat meskipun ide tentang mutu asalnya sudah
berkembang pada 1930-an dan 1940-an di Amerika Serikat yang
diperkenalkan oleh W. EdwardsDeming.
Latihan
51
3. mengapa bangsa Jepang lebih maju dalam mengembangkan manajemen
mutu disbandingAmerika?
4. Siapakah tokoh yang memperkenalkan manajemen mutu keJepang?
5. Sebutkan langkah-langkah penjaminan mutu dariJuran
6. Siapak tokoh yang mengemukakan pendapat tentang zerodefect?
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan zerodefect?
8. Berapa langkah peningkatan mutu menurutDeming?
9. Mengapa Tom Peter dipandang sebagai tokoh pemikir mutu yang patut
diperhitungkan?
52
Pelanggan dan Kepuasannya
Paket 4
PELANGGAN DAN KEPUASAN
Pendahuluan
Siapakah pelanggan dalam pendidikan? Kata pelanggan dalam
pendidikan apakah sama dengan produk? Dalam pendidikan, peserta didik atau
murid sering dianggap sebagai produk. Selain itu, seringjuga kita menyebut
pembelajar atau peserta didik sebagai output khususnya yang merujuk pada
kinerja lembaga yang berkaitan dengan perilaku. Istilah seperti, “mensuplai
lulusan” menyamakan pendidikan dalam memproduk peserta didik.
Dalam paket ini, akan dibahas perbedaan antara produk dan pelanggan
serta kepuasan pelanggan. Produk pendidikan di samping sebagai hasil dari
kegiatan pendidikan juga merupakan penjelas mutupendidikan sehingga
membantu dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu. Selain produk
pendidikan, layanan pendidikan juga aspek penting untuk melihat mutu
pendidikan karena pendidikan sangat erat berhubungan dengan layanan. Maka
dari itu, untuk memahami penjelas mutu dalam pendidikan harus memahami
makna pelayanan dalam pendidikan berikut ini akan dibahas apa itu layanan
dalam pendidikan.
52
MateriPokok
Pelanggan dan Kepuasannya
1. “Produk Pendidikan” sebagai dasar Peningkatan MutuPendidikan
2. Layanan Mutu dalamPendidikan
3. Pelanggan danKepuasannya
4. “Pelanggan Pendidikan” untuk memberikan Pelayanan MutuPendidikan
Langkah-langkah Perkuliahan
Kegiatan Awal (15 menit)
1. Menjelaskan kompetensi dasar
2. Menjelaskanindikator
3. Penjelasan langkah kegiatan perkuliahan paketini
4. Brainstorming tentang produk dan pelangganpendidikan
Kegiatan Inti (110 menit)
1. Membentuk 2kelompok.
Kelompok 1: Memberikan komentar dan pernyataan pro pada
pemakalah
Kelompok 2: Memberikan komentar dan pernyataan yang kontra pada
pemakalah
2. Presentasi makalah oleh kelompokpemakalah
3. Tiap-tiap perwakilan dari kelompok memberikan komentar dan
pernyataan pro dankontra
4. Pemakalah memberikantanggapan
5. Mahasiswa melakukan debat efektif untuk menanggapi pernyataan pro
dan kontra
6. Dosen memberikanpenguatan
53
1. Memberi tugaslatihan
2. Mempersiapkan perkuliahanselanjutnya.
Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan debat efektif tentang pelanggan dan
kepuasannya
Langkah-langkah kegiatan
1. Membagi 2 kelompok. Kelompok pertama, bertugas memberikan
komentar dan pernyataan yang pro pada pemakalah dan kelompok
kedua memberikan komentar dan masukan kontra padapemakalah
2. Pemakalah diberikan kesempatan presentasi kurang lebih 15menit!
3. Kelompok 1 diberikan kesempatan memberikan komentar dan
pernyataan pro padapemakalh!
4. Kelompok 2 diberikan kesempatan memberikan masukan dan komentar
kontra denganpemakalah
5. Pemakalah memberkan tanggan terhadap penyataan kelompok 1 dan2.
6. Kedua kelompok diberikan kesempatan melakukan debat efektif
tentang pelanggan dankepuasannya!
Keterangan Nilai:
90 =sangatbaik 80 =baik 70 =cukup 60 =kurang
54
Uraian Materi
55
tidak hanya berdasar pada kegiatan KBM sekolah, karena kompetensi juga
memiliki komponen bawaan (karakter/sifat/sikap) dari siswa ditambah metode
dan sarana KBM yang memadai. Maka, produk adalah hasil dari proses yang
dilaksanakan oleh sekolah yang meliputi guru dan organisasi sekolah. Produk
sekolah dalam bentuk Kegiatan Belajar Mengajar, dimana KBM tersebut dapat
sepenuhnya dikendalikan terkait kualitas delivery/proses realisasinya oleh
sekolah. Sedangkan siswa sebagai pelanggan, dimana karakternya tidak bisa
sepenuhnya dijamin oleh sekolah.
56
Ketiga, layanan tidak dapat diperbaiki. Untuk alasan ini, penting bahwa
standar untuk layanan harus tepat waktu dan setiap waktu. Paradoksnya,
kemungkinan tinggi kesalahan manusia dan kegagalan mempersulit untuk
mencapai. Namun demikian, pencapaian standar selalu menjadi tujuannya.
Keempat, jasa atau layanan menghadapi masalah intangibility. Seringkali sulit
untuk menjelaskan kepada pelanggan apa yang sedang ditawarkan. Hal ini pada
kesempatan sama sulit bagi pelanggan untuk menggambarkan apa yang mereka
inginkan dari layanan. Layanan sebagian besar berkaitan dengan proses dari
pada produk. Layanan selalu diberikan kepada pelanggan secara langsung.
Biasanya jasa diberikan langsung kepada pelanggan oleh karyawan junior dan
ini menjadi fitur yang membedakan kelima layanan. Pada umumnya staf senior
jauh dari pelanggan karena kebanyakan pelanggan jarang memiliki akses ke
manajer senior. Kedudukan pelanggan dalam organisasi tradisional dengan
modern oleh dibedakan sebagai berikut:
Manajemen Puncak
Manajemen Tengah
Pelanggan
Institusi harus menemukan cara untuk memotivasi karyawan garis depan untuk
selalu memberikan layanan yang terbaik untuk pelanggan. Inilah sebabnya
mengapa pelatihan dan pengembangan staf sangat penting. Sementara itu,
manajer senior tidak mungkin melayani di depan dalam layanan lembaga.
Mereka harus memimpin staf dan menyampaikan visi mereka tentang layanan
57
dan standar mutu layanan. Nanun, dalam organisasi modern yang berorientasi
pada pelanggan, pelanggan memiliki akses pada manajer tengah bahkan
manajer puncak.
Pelanggan
Manajemen Tengah
Manajemen Puncak
Kepuasan Pelanggan
58
kebutuhan pelanggan. Berikutnya pelayanan untuk memberikan kepuasan
pelanggan perlu merumuskan apa yang dimaksud dengan kepuasan pelanggan.
Kepuasan pelanggan adalah perasaan seseorang yang puas atau
sebaliknya setelah membandingkan antara kenyataan dan harapan yang diterima
dari sebuah produk atau jasa. Kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan
bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Kepuasan pelanggan
bermakna perbandingan antara apa yang diharapkan konsumen dengan apa yang
dirasakan konsumen ketika menggunakan produk tersebut. Bila konsumen
merasakan performa produk sama atau melebihi ekspektasinya, berarti mereka
puas. Sebaliknya jika performa produk kurang dari ekspektasinya, berarti
mereka tidakpuas.
Dalam bidang pendidikan, kepuasan pelanggan dapat menciptakan kecintaan
atau loyalitas pada lembaga pendidikan. Pelanggan yang merasa puas dengan
pelayanan sekolah biasanya akan memberitahukan apa yang mereka rasakan
atau pengalaman yang mereka dapatkan dari sekolahkepada rekan maupun
oranglain.
Kepuasan pelanggan hanya dapat tercapai dengan memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada konsumennya. Pelayanan yang baik sering
dinilai oleh pelanggan secara langsung dari karyawan sebagai orang yang
melayani atau disebut juga sebagai produsen jasa, karena itu diperlukan usaha
untuk meningkatkan kualitas sistem pelayanan yang diberikan agar dapat
memenuhi keinginan dan meningkatkan kepuasan konsumen. Jadi kualitas
pelayanan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan agar
dapat tercapai kepuasan konsumen.
Sangat sulit untuk mengukur output yang sukses dan produktivitas
dalam pelayanan. Indikator kinerja hanya berarti apa yang dimaksud dengan
kepuasan pelanggan. Tindakan yang tidak berwujud sering dianggap penting
sebagai indicator keberhasilan layanan kepada pelanggan sebagai indikator
kinerja yang obyektif. Indikator lunak berupa perawatan, kesopanan,
kepedulian. Seringkali keramahan dan menolong yang paling penting dalam
benakpelanggan.Intangibilitymembuatnyasangatsulituntukmengubah
59
layanan yang buruk karena kadang-kadang tidak mungkin untuk meyakinkan
pelanggan yang tidak puas.
1
Edward Salis, Total Quality Management in Education, (London: Kogn Page, 2002),
hal. 19.
60
yang menggunakan produk kami. Mutu terpadu berarti memahami cara mereka
dan terlebih dahulu menggali keinginan mereka yang selanjutnya
menerjemahkan kebutuhan mereka untuk melakukan inovasi produk dan
pendekatan bisnis terbaru. ”
Rangkuman
Dari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat dikerucutkan
dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Peserta didik atau murid sering dianggap sebagai produk. ide peserta
didik sebagai produk bertentangan dengan proses belajar yang sangat
kompleks dan setiap peserta didik yang memilikikeunikan.
2. Banyak contoh sekolah yang mendefinisikan bahwa produknya adalah
kompetensi siswa, Namun, kapasitas kompetensi seorang siswa dapat
dicapai, tidak hanya berdasar pada kegiatan KBM sekolah, karena
kompetensi juga memiliki komponen bawaan (karakter/sifat/sikap) dari
siswa ditambah metode dan sarana KBM yangmemadai
3. Selain produk pendidikan, layanan pendidikan juga aspek penting untuk
melihat mutu pendidikan karena pendidikan sangat erat berhubungan
denganlayanan.
4. Membedakan antara produk dan layanan itu sangat penting karena
keduanya berbeda dalam memahami mutu yang dapat dijadikan sebagai
penjaminan mutu.
5. Kepuasan pelanggan hanya dapat tercapai dengan memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada konsumennya. Pelayanan yang baik
sering dinilai oleh pelanggan secara langsung dari karyawan sebagai
orang yang melayani atau disebut juga sebagai produsen jasa, karena itu
diperlukan usaha untuk meningkatkan kualitas sistem pelayanan yang
diberikan agar dapat memenuhi keinginan dan meningkatkan kepuasan
konsumen.
6. Pelangganlah yang membantu menentukan mutu dan tanpa dukungan
pelangganlembagatidakakaneksis.Berbagailembagayangtelah
61
memenangkan penghargaan dari TQM telah menggali kebutuhan
pelanggan mereka
Latihan
62
Kebijakan Pemerintah tentang Penjaminan Mutu Pendidikan
Paket 5
KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PENJAMINAN
MUTU PENDIDIKAN
Pendahuluan
63
Indikator
Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu:
1. menjelaskan kebijakan mutu pendidikan terpisah danterpadu
2. menjelaskan kebijakan pemerintah tentang sistem penjaminan mutu
pendidikan
3. menjelaskan tahapan kebijakan penjaminan mutu pendidikan dalam regulasi
pendidikan
Waktu
3 x 50 menit
Materi Pokok
Kebijakan Pemerintah tentang Penjaminan Mutu Pendidikan di Indonesia.
Langkah-langkah Perkuliahan
Kegiatan Awal (15 menit)
1. Menjelaskan kompetensi dasar
2. Menjelaskanindikator
3. Penjelasan langkah kegiatan perkuliahan paketini
4. Kuis tentang regulasi tentang mutu pendidikan diIndonesia
Kegiatan Inti (110 menit)
1. Mahasiswa membentuk kelompok berpasangan. Setiap kelompok
berpasangan membuat pertanyaan tentang kebijakan pemerintah tentang
penjaminan mutu pendidikan dan mencari jawaban pertanyaan melalui
presentasimakalah.
2. Presentasi makalah oleh kelompok yang telahditunjuk
3. Diskusi berpasangan untuk membahas jawaban dari pertanyaan yang
telah dibuat bersama kelompok.
4. Secara sukarela kelompok berpasangan mengemukakan pertanyaan
kepadapemakalah.
5. Pemakalah memberikan tanggapan ataujawaban.
64
6. Mahasiswa diminta memberikan tanggapan ataukonfirmasi
7. dosen memberikanpenguatan
Kegiatan Penutup (15 menit)
1. Menyimpulkan hasil perkuliahan
2. Memberi dorongan psikologis/saran/nasehat
3. Refleksi hasil perkuliahan olehmahasiswa
Kegiatan Tindak Lanjut (10 menit)
1. Memberi tugaslatihan
2. Mempersiapkan perkuliahanselanjutnya.
Tujuan
Mahasiswa diskusi berpasangan dengan membuat pertanyaan dan
berdiskusi akan jawaban pertanyaan yang dibuat secaraberpasangan.
Langkah-langkah kegiatan
1. Mahasiswa membentuk kelompokberpasangan.
2. Buatlah 1 pertanyaan tentang kebijakan pemerintah tentang penjaminan
mutu pendidikan dan mencermati presentasi untuk mencari jawaban
atas pertanyaan mereka.!
3. Mencermati dan mendengarkan presentasi makalah. !
4. Diskusikan jawaban atas pertanyaan yang telah dibuat secara
berpasangan!
5. Kemukakan pertanyaan kepadapemakalah.
6. Pemakalah memberikan jawaban dantanggapan.
7. Mahasiswa memberikan konfirmasi dan tanggapan atas jawaban
pemakalah.
65
Uraian Materi
1
Departemen Pendidikan Nasional, Badan Akreditasi Sekolah Nasional
(BASNAS). (Jakarta, 2003), hal. 31.
2
Hanief Saha Ghafur, Manajemen Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi di
Indonesia: Suatu Analisis Kebijakani. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 84.
66
Pemerintah kemudian mengapresiasi kebijakan mutu pendidikan setelah GBHN
1993 memberi prioritas terhadap pengembangan mutu sumber daya manusia
(SDM) dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Selanjutnya pemerintah memberikan perhatian dan terus bersemangat pada
mutu pendidikan karena tidak mungkin mengembangkan mutu SDM tanpa
memperbaiki mutu pendidikan.3
Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan titik strategis dalam
upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas
merupakan salah satu pilar pembangunan bagi suatu bangsa melalui
pengembangan potensi individu. Karenanya, dapat dikatakan bahwa masa depan
suatu bangsa terletak pada mutu dan kualitas pendidikan yang dilaksanakan.
Meskipun kesadaran pemerintah terhadap mutu pendidikan terus
meningkat, namun sayangnya kebijakan strategis ini tidak mendapat
implementasi yang memadai. Bahkan, dalam praktik di lapangan, peningkatan
mutu pendidikan tergeser oleh prioritas pemerataan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan karena pemerintah disibukkan oleh pelaksanaan
program wajib belajar 9 tahun. Pada 1996 persoalan mutu pendidikan mulai
ditangani lebih serius, terutama untuk perguruan tinggi. Misalnya, pemerintah
menyusun usaha perbaikan mutu dan relevansi perguruan tinggi yang mendapat
tekanan khusus dalam Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (SPPT-JP,
1996-2005). 4Sayangnya, krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada 1997
berimbas pada perbaikan mutu pendidikan yang terabaikan karena
berkurangnya anggaran pendidikan. Menurut Hanief, kebijakan mutu
pendidikan di Indonesia sering dihadapkan masalah format dan desain
organisasi mutu, manajemen dan tata kelola, kinerja organisasi yang efektif, dan
sebagainya terutama politik pendidikan, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta kapasitas sumber daya dan alokasi sumber dana yang tersedia. 5
Terhambatnya realisasi kebijakan mutu pendidikan di Indonesia ini
dapat dijelaskan oleh laporan Human Development Report tahun 1999 yang
menunjukkan Indonesia menduduki urutan ke 108 dari 170 negara. Kondisi ini
3
Ibid. hal. 2-3.
4
Ibid. , hal.3.
5
Ibid. , hal.4.
67
semakin menurun sebagaimana dijelaskan oleh UNDP bahwa Human
Development Index Indonesia tahun 2002 dan 2003 berurutan menempati urutan
110 dari 173, dan 112 dari 175 negara. Laporan The World Economic Forum
tahun 2000 juga menunjukkan Indonesia memiliki daya saing yang rendah,
yaitu menduduki posisi 37 dari 57 negara di dunia yang disurvei. 6
Menurut Hanief, gagalnya kebijakan mutu pendidikan Indonesia bisa
diatasi dengan menerapkan sistem penjaminan mutu terpadu (total quality
assurance system). Kebijakan mutu yang dikembangkan selama ini berbasis
pada konsep-konsep mutu particular dan terpisah antara satu dengan yang lain.
Sistem penjaminan mutu terpadu perlu dijabarkan lebih lanjut secara sistematis
dan terencana sehingga dapat diterapkan dan dilaksanakan dalam tata kelola
lembaga pendidikan mulai dari sekolah sampai perguruan tingggi. Penerapan
sistem ini saja tidak akan efektif apabila tidak dipadukan menjadi satu daur
dengan sistem perbaikan mutu berkelanjutan (continous quality improvement
system) sehingga penjaminan mutu dapat sekaligus memperbaiki mutu sekolah
atau program studi di perguruan tinggi secara berkelanjutan. 7Berikut ini akan
digambarkan perbedaan Kebijakan Mutu Terpadu danTerpisah yang
dikemukakan oleh Hanief:8
Tabel 1 Perbedaan antara Kebijakan Mutu Terpadu dan Terpisah
Kebijakan Mutu Tepadu Kebijakan Mutu Terpisah
(Total Quality Policy) (Spread Quality Policy)
Memahami mutu secara holistic, Memahami mutu secara tidak
komprehensif, dan terintegrasi utuh, terpisah dan tidak
dengan sasaran kebijakan yang terintegrasi dengan sasaran yang
lain. lain.
Mutu sebagai totalitas yang Mutu sebagai salah satu bagian
seutuhnya dari seluruh rangkaian dari obyek sasarankebijakan.
kebijakan yangdibuat Kebijakan berdasarkanmasalah
6
Departemen Pendidikan Nasional, Badan Akreditasi Sekolah Nasional…. .
hal.
10. 7
Hanief, Manajemen Penjaminan Mutu…. . hal. 89.
8
Ibid. , hal. 42.
68
Kebijakan berbasis perencanaan yang muncul di lapangan
strategic dan dibuat sejak awal
untuk mengatasimasalah Implementasi kebijakan mutu
Implementasi kebijakan mutu bersifat ad-hoc dan tanpa
berjalan secara terencana, perencanaanbertahap.
bertahap, dansistematis. Kebijakan kurang efektif dan
Kebijakan berjalan denganefektif effisien.
dan effisien
69
mempunyai tujuan utama mencegah dan mengurangi resiko terjadinya
kesalahan dalam proses produksi.9
Setelah pemerintah memberlakukan kebijakan otonomi pendidikan
tahun 1999, Pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000
tentang Program Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang ini pemerintah
menentapkan peningkatan akreditasi mutu lembaga pendidikan memberlakukan
program evaluasi diri untuk penjaminan mutu sebagai rangkaian dari akreditasi.
Menurt hanief, ini adalah pertama kali akreditasi dan evaluasi diri termaktub
dalam undang-undang. 10dan pertama kali program penjaminan mutu pendidikan
pertama kali termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Pad Pasal 1 angka 21 termaktub bahwa”Evaluasi
pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu
pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan
pendidikan.” Pada Bab IX pasal 35 ayat (3) dijelaskan bahwa”Pengembangan
standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya
secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan
pengendalian mutu pendidikan.” Pada Pasal 50 ayat (2) dijelaskan”Pemerintah
menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk
menjamin mutu pendidikan nasional” dan padaPasal
51 ayat (2) dipaparkan bahwa” Pengelolaan satuan pendidikan tinggi
dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu, dan
evaluasi yang transparan” Selanjutnya, penjaminan mutu, evaluasi, penilaian,
dan akreditasi dibuat semakin jelas dan rinci dalam Bab XVI.
Pemberlakuan sistem penjaminan mutu pendidikan yang pertama kali
tercantum dalam UU Sistem Nasional Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003 ini
sangat tepat untuk merespon rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Kebijakan sistem penjaminan mutu ini diharapkan dapat mendongkrak
perbaikan mutu dan menjawab tantangan masa depan. Ketatnyapersaingan,
9
Mohammad Ali,”Penjaminan Mutu Pendidikan” dalam Mohammad Ali,
Ibrahim, R. , Sukmadinata, N. S. , Sudjana, D. , dan Rasjidin, W. (Penyunting),
Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. (Bandung:Pedagogiana Press, 2007) Jilid II. , hal.
342.
10
Hanief, Manajemen Penjaminan Mutu…hal. 86.
70
marketisasi, dan tantangan globalisasi perlu ditindaklanjuti setiap lembaga
pendidikan selalu berupaya memberikan jaminan kualitas kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Hal ini berarti penyelenggaraan pendidikan di sekolah
atau lembaga pendidikan sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi dan sesuai
dengan harapan mereka. Apabila setiap lembaga pendidikan selalu berupaya
untuk member jaminan kualitas dan upaya ini secara terus menerus, diharapkan
kualitas pendidikan ini akan berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia secara nasional. Hal ini sangat penting mengingat dewasa ini kita
dihadapkan pada berbagai kesempatan dan tantangan, baik yang bersifat
nasional maupunglobal.
Sebagai tindak lanjut kebijakan mutu pendidikan dalam UU Noor 20
Tahun 2003, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 diterbitkan sebagai salah satu upaya yuridis agar penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia memiliki model perbaikan mutu yang lebih terarah
dengan menuntut adanya sebuah sistem penjaminan mutu pendidikan. Menurut
PP Nomor 19 Tahun 2005, penjaminan mutu bersifat wajib baik bagi
pendidikan formal dan non formal (Bab XV Pasal 91 ayat 1 ). Tujuan
penjaminan mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan (Pasal 91 ayat 2).
Dalam ayat 3 dijelaskan bahwa”Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana
dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka
waktu yangjelas.”
Sebagai komitmen pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan
dan tindak lanjut implementasi kebijakan penjaminan mutu pendidikan,
pemerintah menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 63 tahun
2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Implementasi
SPMP dalam Permendiknas Pasal 2 ayat (2) diharapkan dapat:
a. Membangun budaya mutu pendidikan formal, nonformal, dan/atau
informal;
71
b. Membagi tugas dan tanggung jawab yang jelas dan proporsional dalam
penjaminan
mutu pendidikan formal dan/atau nonformal pada satuan atau program
pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah
kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah;
c. Menetapkan secara nasional acuan mutu dalam penjaminan mutu
pendidikan formal dan/atau
nonformal;
d. Memetakan secara nasional mutu pendidikan formal dan nonformal
yang dirinci menurut provinsi, kabupaten/kota, dan satuan atau program
pendidikan;
e. membangun sistem informasi mutu pendidikan formal dan nonformal
berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang andal, terpadu, dan
tersambung yang menghubungkan satuan atau program pendidikan,
penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah
kabupaten/kota, pemerintahprovinsi.
Dengan demikian, kebijakan penjaminan mutu pendidikan dilaksanakan
secara bertahap dan berkesinambungan karena mewujudkan pendidikan
bermutu tidak semudah membalik telapak tangan. Kebijakan pemerintah
tentang penjaminan mutu pendidikan telah didukung berbagai regulasi, di
antaranya adalah berikut ini:11
11
Diklat Pengembangan Kapasitas SDM Penjaminan Mutu
Pendidikan,”Konsep, Regulasi, dan Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan”
dalamhttp://anastones. files. wordpress. com/2012/06/modul-konsep-regulasi-dan-
kebijakan.
72
h. PP Nomor 65/2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar PelayananMinimal
i. PP Nomor 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi dan PemerintahKabupaten/Kota
j. PP Nomor 48/2008 tentang PendanaanPendidikan
k. PP Nomor 17/2010 tentang Pengelolaan dan penyelenggaraan
Pendidikan
l. PP Nomor 66/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 17/2010 tentang Pengelolaan dan PenyelenggaraanPendidikan
m. PP Nomor 41/2007 tentang Organisasi PerangkatDaerah
n. PP Nomor 74/2008 tentangGuru
o. PP Nomor 37/2009 tentangDosen
UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjadi induk
tertinggi, setelah UUD 1945, dalam penyelenggaraan dan reformasi pendidikan
nasional. Dari UU ini kemudian terbit sejumlah regulasi turunan bidang
pendidikan pada tataran yang lebih teknis dan aplikatif berupa PP, Permen, dan
Peraturan Daerah (Perda). Telaah lebih spesifik terhadap regulasi bidang
pendidikan dibatasi pada tiga peraturan perundang‐undangan saja yakni UU
Nomor 20/2003, PP Nomor 19/2005, dan PP Nomor 17/2010, karena terkait
langsung dengan penjaminan mutu pendidikan. UU Nomor 14/2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik serta UU Nomor 8/1999 tentang Perlindungan
Konsumen menjadi acuan penting dimensi akuntabilitas public penjaminan
mutu pendidikan serta perlindungan terhadap hak‐hak dan kepentingan
masyarakat sebagai konsumen pendidikan. UU Keterbukaan Informasi Publik
antara lain bertujuan menjamin hak warga Negara untuk mengetahui rencana
pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses
pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan
publik. Juga, bertujuan meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di
lingkungan
Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
Sementara itu, UU Perlindungan Konsumen bertujuan antara lain meningkatkan
kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen
73
untuk melindungi dirinya serta menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang
bertanggung jawab. Pelaku usaha, untuk konteks pendidikan, dapat disamakan
atau diibaratkan dengan satuan pendidikan.
Rangkuman
Dari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat dikerucutkan
dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan titik strategis dalam upaya
menciptakan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas
merupakan salah satu pilar pembangunan bagi suatu bangsa melalui
pengembangan potensi individu. Karenanya, dapat dikatakan bahwa masa
depan suatu bangsa terletak pada mutu dan kualitas pendidikan yang
dilaksanakan
2. Kebijakan pemerintah dan peraturan perundang-undangan sebelum dan
sesudah UUSPN Nomor 2 Tahun 1989 dapat dikatakan berbasis pada
konsep-konsep mutu yang bersifat particular yang terserak dan terpisah-
pisah, belum mengacu pada sistem penjaminan mutu yang utuh dan
mendalam.
3. Akreditasi sifatnya masih sebagai bagian dari inspeksi untuk”pengawasan
dan effisensi” Pemerintah kemudian mengapresiasi kebijakan mutu
pendidikan setelah GBHN 1993 memberi prioritas terhadap pengembangan
mutu sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK). Selanjutnya pemerintah memberikan perhatian dan
terus bersemangat pada mutu pendidikan karena tidak mungkin
mengembangkan mutu SDM tanpa memperbaiki mutupendidikan.
4. Pada 1996 persoalan mutu pendidikan mulai ditangani lebih serius,
terutama untuk perguruan tinggi. Sayangnya, krisis ekonomi yang
menimpa Indonesia pada 1997 berimbas pada perbaikan mutu pendidikan
yang terabaikan karena berkurangnya anggaran pendidikan. kebijakan
mutu pendidikan di Indonesia sering dihadapkan masalah format dan
desain organisasi mutu, manajemen dan tata kelola, kinerja organisasi yang
efektif,dansebagainyaterutamapolitikpendidikan,perkembanganilmu
74
pengetahuan dan teknologi, serta kapasitas sumber daya dan alokasi
sumber dana yangtersedia.
5. gagalnya kebijakan mutu pendidikan Indonesia bisa diatasi dengan
menerapkan sistem penjaminan mutu terpadu (total quality assurance
system). diberlakukannya otonomi pendidikan melalui PendidikanUndang-
Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, merupakan tonggak
penting diberlakukannya manajemen mutu pendidikan dan menjadi
peluang bagi tumbuhnya lembaga pendidikan yangberkualitas.
6. Pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Program Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang ini pemerintah
menentapkan peningkatan akreditasi mutu lembaga pendidikan
memberlakukan program evaluasi diri untuk penjaminan mutu sebagai
rangkaian dari akreditasi. dan pertama kali program penjaminan mutu
pendidikan pertama kali termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional.
7. Sebagai tindak lanjut kebijakan mutu pendidikan dalam UU Noor 20
Tahun 2003, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 diterbitkan sebagai salah satu upaya yuridis agar
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia memiliki model perbaikan mutu
yang lebih terarah dengan menuntut adanya sebuah sistem penjaminan
mutupendidikan.
8. Sebagai komitmen pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan dan
tindak lanjut implementasi kebijakan penjaminan mutu pendidikan,
pemerintah menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 63
tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan(SPMP).
Latihan
75
2. Meskipun kesadaran pemerintah terhadap mutu pendidikan terus
meningkat, namun sayangnya kebijakan strategis ini tidak mendapat
implementasi yang memadai. Apa kendala yang dihadapi pemerintah
dalam mengimplementasikan kebijakan mutupendidikan?
3. Berdasarkan beberapa hambatan dalam penjelasan di atas, berikan contoh
kendala implementasi peningkatan mutupendidikan?
4. Apa solusi yang dapat mengatasi gagalnya penerapan peningkatan mutu
pendidikan diIndonesia?
5. Sebutkan beberapa contoh bahasa nonverbal yang maknanya sesuai dengan
latar belakang daerah anda atau daerahlainnya!
6. Jelaskan perbedaan antara sistem penjaminan mutu terpadu danterpisah
7. Jelaskan pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di Indonesia
secara bertahap dalam Peraturan Perundang-undangan dalam table
berikutini:
76
Manajemen Mutu Pendidikan
Paket 6
MANAJEMEN MUTUPENDIDIKAN
Pendahuluan
Masalah mutu menjadi konsep sentral di dalam organisasi. Mutu produk
menjadi hal yang utama. Semua kegiatan organisasi terarah pada pencapaian
produk yang bermutu. Mutu harus direncakan dan dipersiapkan dari awal, dan
terus diperhatikan sepanjang pelaksanaan, bukan lagi dalam pendekatan lama.
Mutu diinspeksi pada saat-saat tertentu atau pada akhir kegiatan. Pada akhirnya,
pemusatan mutu akan menumbuhkan dan meningkatkan produktifitas dan
keuangan.
Banyak perusahaan secara progresif mencari sistem manajemen–tidak
terkecuali manajemen pendidikan yang dianggap paling efektif untuk
menyiasati mutu dalam era globalisasi. Manajemen mutu adalah suatu upaya
manajemen untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi/institusi
dalam penetapan kebijakan, sasaran, rencana dan proses/prosedur mutu serta
pencapaiannya secara berkelanjutan (continousimprovement).
Tujuan manajemen mutu adalah menjamin kesesuaian antara proses
dengan output yang dihasilkan yang akan memberikan kepuasan stakeholders
dan peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan secara terus-menerus.
Upaya peningkatan mutu pendidikan yang dimaksud tidak sekaligus, melainkan
berdasarkan peningkatan mutu pada setiap komponen pendidikan.
Indikator
Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu:
77
Materi Pokok
Manajemen Mutu Pendidikan
1. Penjaminan Mutu, Pengendalian Mutu, dan PengembanganMutu
2. Model Pengelolaan Penjaminan MutuPendidikan
3. Perbaikan Mutu PendidikanBerkelanjutan
Langkah-langkah Perkuliahan
Kegiatan Awal (15 menit)
1. Menjelaskan kompetensi dasar
2. Menjelaskanindikator
3. Penjelasan langkah kegiatan perkuliahan paketini
4. Brainstorming dengan mencermati gambar siklus menajemen
mutu pendidikan
Kegiatan Inti (110 menit)
1. Mahasiswa membentuk kelompok berpasangan. Setiap kelompok
berpasangan diberikan satu gambar model pengelolaan penjaminan
mutupendidikan.
2. Presentasi makalah oleh kelompok yang telahditunjuk
3. Diskusi berpasangan untuk menentukan nama model pengelolaan
penjaminan mutupendidikan.
4. Secara sukarela kelompok berpasangan mengemukakan pertanyaan
kepadapemakalah.
5. Pemakalah memberikan tanggapan ataujawaban.
6. Mahasiswa diminta memberikan tanggapan ataukonfirmasi
7. dosen memberikanpenguatan
Kegiatan Penutup (15 menit)
1. Menyimpulkan hasil perkuliahan
78
2. Memberi dorongan psikologis/saran/nasehat
3. Refleksi hasil perkuliahan olehmahasiswa
Kegiatan Tindak Lanjut (10 menit)
1. Memberi tugaslatihan
2. Mempersiapkan perkuliahanselanjutnya.
Tujuan
Langkah-langkah kegiatan
1. Mahasiswa membentuk kelompokberpasangan.
2. Mencermati dan mendengarkan presentasi makalah. !
3. Setiap kelompok diberikan satu gambar dan diminta menentukan nama
model pengelolaan penjaminan mutu pendidikan.
4. Satu kelompok diminta menunjukkan gambar yangdipegangnya.
5. Kelompok lain diminta meneybutkan nama model pengelolaan
penjaminan mutupendidikan
6. Buatlah 1 pertanyaan tentang pengelolaan penjaminan mutupendidikan.
!
7. Diskusikan jawaban atas pertanyaan yang telah dibuat secara
berpasangan!
8. Kemukakan pertanyaan kepadapemakalah.
9. Pemakalah memberikan jawaban dantanggapan.
10. Mahasiswa memberikan konfirmasi dan tanggapan atas jawaban
pemakalah.
79
Uraian Materi
MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN
80
Penjaminan Mutu Pendidikan (Quality Assurance), Pengendalian
Mutu (Quality Control), dan Peningkatan Mutu (Quality
Improvement)
Dalam manajemen mutu pendidikan ada tiga istilah penting yang harus
dipahami, yaitu Penjaminan mutu pendidikan, pengendalian mutu, dan
peningkatan mutu. Ketiga istilah tersebut memiliki perbedaan arti meskipun
ketiganya memiliki keterkaitan dalam manajemen mutu pendidikan. Berikut
inin akan dijelaskan satu persatu perbedaan dari ketiga istilahtersebut:
1
Edward Sallis, Total Quality Management in Education () hal.
81
dengan standard dan tindakan perbaikan yang sistematis dan
berkesinambungan, untuk mencapai mutu pelayanan yang optimal sesuai
dengan standard dan sumber daya yangada.
82
yang dilakukan manajemen untuk mengarahkan orang, mesin, dan fungsi-fungsi
guna dalam mencapai tujuan serta sasaran organisasi.
Ada beberapa istilah penting yang digunakan dalam pembahasan
pengendalian manajemen (Anthony, Dearden, dan Bedford, alih bahasa Agus
Maulana, 1989) adalah sebagai berikut.
1. Organisasi adalah sebuah kelompok manusia yang melakukan berbagai
kegiatan secara terkoordinasi sebagai satu kesatuan tersendiri untuk
mencapai cita-cita, misi, dan tujuan.
2. Strategi adalah rencana, tindakan umum jangka panjang yang mengarahkan
perumusan kebijakan dan program-program tindakanorganisasi.
3. Kebijakan adalah aturan atau seperangkat aturan umum yang menuntun
tindakan-tindakanorganisasi.
4. Pemrograman adalah pengembangan dan pemilihan program-program yang
akandilaksanakan.
5. Pengendalian strategi adalah semua metode dan analisis yang digunakan
untuk memantau, mengevaluasi, dan memodifikasi strategi dalam
menyesuaikan kegiatan-kegiatan organisasi dengan kebutuhan untuk
bertahan hidup yang ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan luar yangbterus-
menerus berubah.
6. Pengendalian organisasi adalah mengendalikan sekumpulan variable,
seperti mesin, orang, dan peralatan yang menuju sasaran yang telah
ditetapkan.
7. Pengendalian manajemen adalah semua metode, prosedur, dan sarana,
termasuk sistem pengendalian manajemen yang digunkan manajemen
untuk memastikan dipatuhinya kebijakan-kebijakan serta strategi-strategi
organisasi.
8. Sistem pengendalian manajemen adalah suatu proses terstruktur yang
tertata secara sistematik yang digunakan manajemen dalam pngendalian
manajemen.
Dasar dari semua proses pengendalian adalah pemikiran untuk,
mengarahkan suatu variable atau sekumpulan variabel guna mencapai tujuan
tertentu. Variabel ini dapat berupa manusia, mesin, ataupun organisasi. Dalam
83
organisasi, manusia merupakan variabel yang harus diarahkan, dituntun, dan
dimotivasi untuk mencapi tujuan. Orang-orang yang melakukan pengarahan
disebut manajemen. Sementara manajemen menjalankan fungsi-fungsinya yang
lain, fungsi pengendalian manajemen tetap berjalan dalam organisasi.
Sistem pengendalian dalam organisasi mengarahkan dan menuntun
organisasi pada tujuan yang diinginkan. Hal ini dilakukan dengan
mengumpulkan informasi tentang keadaan actual organiasasi, membandingkan
dengan keadaan yang diinginkan, dan memprakarsai tindakan untuk mengubah
unjuk kerja organisasi. Sistem yang berbeda diperlukan tindakan yang berbeda
pula. Sistem pengendalian ditujukan untuk bebrapa bagian tertentu dari suatu
organisasi yang bersifat otomatis, teratur dan terulang setiap saat, serta
dikelompokkan pada sistem pengendalian tugas.
Pengendalian tugas dapat diartikan sebagai pengendalian secara rinci
prosedur – prosedur pekerjaan individual. Sistem ini terdiri atas tiga bagian
yang saling terkait antara lain sebagaiberikut:
1. Identifikasi titik – titik kegiatan dalam berbagai bidang, seperti
penjadwalan, tingkat kesediaan, dan tugas – tugas lain atau
penyimpangan dari rencana mungkinterjadi
2. Pemilihan teknik dan metode pengendalian yang sesuai pada setiap bidang,
titik atau kegiatan yang teridentifikasi untuk mencugah atau memperbaiki
penyimpangan dari rencana.
3. Peninjauan secara terus – menerus untuk memastikan bahwa sistem
cukup memadai untuk pengendalian dan karyawan tidak mengabaikan
sistem pengendalianini.
84
yang proaktif. Dengan demikian, mutu yang rendah dapat ditingkatkan dengan
melakukan peningkatan secara proaktif dan terus menerus. Menurut Husaini
Usman, peningkatan mutu merupakan kegiatan untuk meningkatkan mutu agar
sesuai dengan standar dengan membuat input, proses, dan outcome lebih baik
lagi. 2
2
Husaini Usman, Manajemen: teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), hal. 524.
85
generasi mudanya dapat memiliki kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan
dalam menjalani kehidupan sebagai anggota masyarakat.
Penilaian terhadap kelayakan dan kinerja yang dilakukan secara terus-
menerus dalam rangka melakukan secara berkesinambungan perbaikan dan
peningkatan mutu sekolah tidak dapat dilepaskan dengan manajemen,
khususnya manajemen mutu sekolah. Semua fungsi manajemen yang dijalankan
oleh manajer pendidikan di sekolah diarahkan untuk memberi kepuasan kepada
pelanggan. Semua ini dilaksanakan agar penyelenggara pendidikan dapat
memberi jaminan kepada para pelanggannya bahwa pendidikan yang
diselenggarakannya adalah pendidikanbermutu.
86
d. Pemerintah.
Pemerintah wajib mensupervisi, mengawasi, dan mengevaluasi, serta dapat
memberi fasilitasi, saran, arahan, dan/atau bimbingan kepada pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten atau kota, dan/atau penyelenggara satuan
pendidikan sesuai kewenangannya berkaitan dengan penjaminan mutu
satuan pendidikan.
Acuan Penjaminan Mutu Pendidikan
87
SNP dipenuhi oleh satuan atau program pendidikan dan penyelenggara
satuan atau program pendidikan secara sistematis dan bertahap dalam
kerangka jangka menengah yang ditetapkan dalam rencana strategis
satuan atau program pendidikan.
3. Standar mutu pendidikan di atasSNP.
Standar mutu pendidikan di atas SNP dapat berupa:
a. Standar mutu di atas SNP yang berbasis keunggulanlokal
b. Standar mutu di atas SNP yang mengadopsi dan/atau mengadaptasi
standar internasionaltertentu.
Standar mutu di atas SNP dipenuhi oleh satuan atau program pendidikan
dan penyelenggara satuan atau program pendidikan secara sistematis dan
bertahap dalam kerangka waktu yang ditetapkan dalam rencana strategis
satuan atau program pendidikan. Standar mutu di atas SNP berlaku bagi
satuan atau program pendidikan yang telah memenuhi SPM dan SNP.
Standar mutu di atas SNP yang berbasis keunggulan lokal dapat dirintis
pemenuhannya oleh satuan pendidikan yang telah memenuhi SPM dan
sedang dalam proses memenuhi SNP.
88
ditujukan untuk mendapatkan kesetaraan dengan pendidikan formal.
Pemenuhan SNP dan standar mutu di atas SNP menjadi tanggung jawab satuan
atau program pendidikan nonformal yang lulusannya tidak ditujukan untuk
mendapatkan kesetaraan dengan pendidikanformal.
Untuk pemenuhan standar pendidikan penyelenggara satuan atau
program pendidikan bertanggung jawab terhadap penyediaan sumber daya
Program koordinasi penjaminan mutu pendidikan secara nasional dituangkan
dalam Rencana Strategis Pendidikan Nasional yang menetapkan target-target
terukur capaian mutu pendidikan secara tahunan.
Program koordinasi penjaminan mutu pendidikan pada tingkat provinsi
dituangkan dalam rencana strategis pendidikan provinsi yang menetapkan
target-target terukur capaian mutu pendidikan secara tahunan dan sejalan
dengan Rencana Strategis PendidikanNasional.
Program koordinasi penjaminan mutu pendidikan pada tingkat
kabupaten atau kota dituangkan dalam rencana strategis pendidikan kabupaten
atau kota yang menetapkan target-target terukur capaian mutu pendidikan
secara tahunan dan sejalan dengan Rencana Strategis Pendidikan Provinsi dan
Rencana Strategis PendidikanNasional.
Program koordinasi penjaminan mutu pendidikan pada tingkat
penyelenggara satuan atau program pendidikan dituangkan dalam rencana
strategis penyelenggara satuan atau program pendidikan yang menetapkan
target-target terukur capaian mutu pendidikan secara tahunan dan sejalan
dengan Rencana Strategis Pendidikan Kabupaten atau Kota yang bersangkutan,
Rencana Strategis Pendidikan Provinsi yang bersangkutan, dan Rencana
Strategis Pendidikan Nasional. Program penjaminan mutu pendidikan oleh
satuan atau program pendidikan dituangkan dalam rencana strategis satuan atau
program pendidikan yang menetapkan target-target terukur capaian mutu
pendidikan secara tahunan dan sejalan dengan Rencana Strategis Pendidikan
Penyelenggara satuan atau program pendidikan yang bersangkutan, Rencana
Strategis Pendidikan Kabupaten atau Kota yang bersangkutan, Rencana
Strategis Pendidikan Provinsi yang bersangkutan, dan Rencana Strategis
PendidikanNasional.
89
Jenis Kegiatan Penjaminan Mutu Pendidikan
90
20. evaluasi dan pemetaan mutu satuan atau program pendidikan oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten ataukota.
Pengukuran ketercapaian standar mutu acuan dilakukan melalui audit kinerja,
akreditasi, sertifikasi, atau bentuk lain pengukuran capaian mutu pendidikan.
91
Tindakan (Action) Perencanaan (plan)
92
2. ModelKaizen
D oorimplement S tudythesolution(s)
93
Sumber: Panduan Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
Gambar 3 Model ISO 9001:2000 Continual Quality
Improvement
4. Model QAFU, National University ofSingapure
What
What are we trying to do are we trying to achieve this
5. Model DasarSPM-PT
Model dasar SPM-PT dapat dirumuskan berdasarkan kata kunci yang
dapat dicatat dari segi perundang-undangan maupun praktik baik perguruan
tinggi. Dengan demikian model dasar SPM-PT dapat dinyatakan dalam
suatu model siklus dan komponen kegiatan sebagai berikut.
94
2
berikut.
a. PenetapanStandar
b. Pelaksanaan (termasuk monitoring) 5
c. Evaluasi Diri
1
d. Evaluasi Kolega Eksternal (dalam bab-bab selanjutnya disebut Audit Mutu
Akademik Internal)
e. Peningkatan Mutu (termasukbenchmarking)
Capaian mutu berkelanjutan dengan model SPM-PT dapat digambarkan
sebagai
95
berikut:
96
standar acuhan mutu pendidikan pada dasarnya menjadi tanggung jawab
satuan/program pendidikan. Untuk satuan/progam pendidikan yang belum
mempunyai kemampuan untuk melakukan pemenuhan standar secara
mandiri pemenuhan standarnya menjadi tanggung jawab penyelenggara
satuan/program pendidikan. pada saat satuan/program pendidikan telah
memenuhi SNP maka diharapkan tetap melakukan peningkatan mutu
secaraberkelanjutan.
97
e. Hasil analisis berupa ketercapaian standar acauan mutu satuan/program
pendidikan apakah belum atau sudah memenuhi SPM, atau melampaui
SNP.
3. Pelaporan
a. Menentukan sasaran pelaporan, apakah untuk penyelenggara
satuan/program pendidikan, komite satuan/program pendidikan orang
tua peserta didik, atau duniausaha.
b. Identifikasi temuan yang dihasilkan, sehingga dalam laporan disajikan
informasi yang diperlukan untuk membantu satuan/program pen
didikan untuk meningkatkan pencapaian standar mutuacuan.
c. Deskripsiakan temuan yang menunjukkan poisisi satuan/program
pendidikan dalam pencapaian standar acuanmutu.
d. Menyusun laporan sesuai dengan sasaran pelapran yang dituju dan tata
cara penulisanpelaporan.
4. Rekomendasi
a. Mendiskusikan hasil analisis dan pelaporan untuk menentukan
rekomnedasi a[a yang diajukan untuk meningkatkan standar mutu acuan
pendidikan.
b. Menganilisis temuan-temuan yang diperoleh pada analisis data
sehingga rekomendasi yang diajukan sesuai denganevaluasi.
c. Menyusun rekomendasi berdasarkan analisis temuan yang
diajukan untuk perbaikan satuan/program pendidikan dan
penyelenggara pendidikan dalam pencapaian standar mutuacuan.
5. Dimensi-dimensi perbaikan mutu pendidikan.
a. Regulasi(peraturan-peraturan)
b. Implementasu (kurikulum/program dan kecukupan sumber daya
dan SOP)
c. Pengendalian (identifikasikelemahan-kelemahan)
6. Supervise sebagai strategi perbaikanmutu
Supervise dan/atau pengawasan dilakukan oleh pemerintah-pemetintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan penyelenggara satuan/program
98
pendidikan, sementara itu masyarakat melakukan pengawasan terhadap
satuan/program pendidikan.
a. Supervise dan/atau pengawasan olehpemerintah
Supervise dan/atau pengawasan oleh pemerintah dilakukan kepada
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. supervisi dan/atau
pengawasan yang dilakukan mulai dari pelaksanaan, pengukuran,
evaluasi penjaminan mutu pendidkan serta penyusunan program
peningkatan mutu pendidikan.
b. Supervise dan/atau pengawasan oleh pemerintahprovinsi
Supervise dan/atau pengawasan oleh pemerintah dalam proses
penjaminan mutu pendidikan yang dilakuakan oleh pemerintah provinsi
mulai dari tahap pelaksanaan, pengukuran, evaluasi penjaminan mutu,
serta penyusunan program peningkatan mutu pendidikan, Supervise
dan/atau pengawasan dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dan
satuan/program pendidikan yang menjadi kewenanganya
c. Supervise dan/atau pengawasan dilakukan pemerintah kabupaten/kota
Supervise dan/atau pengawasan dalam proses penjaminan mutu
pendidiakan yang dilakukan pemerintah kabupaten/kota mulai dari
tahap pelaksanaan, pengukuran, evaluasi penjaminan mutu
pendidikan sertapenyusuna
Program peningkatan mutu pendidikan. Supervise dan/atau pengawasan
dilakukan oleh pemerintah kabuapaten/kota terhadap satuan/program
pendidikan yang menjadi kewenanganaya. Supervise dan/atau pengawasan
oleh peyelenggara satuan program pendidikan. Supervise dan/atau
pengawasan dalam proses penjaminan mutu pendidikan yang dilakukan oleh
penyelenggara satau/program pendidikan (yayasan) kota mulai dari tahap
pelaksanaan, pengukuran, evaluasi penjaminan mutu pendidikan serta
penyusunan program peningkatan mutu pendidikan. Supervise dan/atau
pengawasan dilakukan satuan/program pendidikan yang menjadikewenangnya
Pengawasan dalam proses penjaminana mutut pendidikan juga
dilakukan oleh masyrakat mulai dari tahap pelaksanaan, pengukuran,
evaluasi penjaminan mutu pendidikan serta penyusunanprogram
99
peningkatan mutu pendidikan pengawasan dilakukan terhadap
satuan/program yang menjadikewenanganya.
Rangkuman
Dari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat dikerucutkan
dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Manajemen mutu adalah suatu upaya manajemen untuk mengarahkan dan
mengendalikan suatu organisasi/institusi dalam penetapan kebijakan,
sasaran, rencana dan proses/prosedur mutu serta pencapaiannya secara
berkelanjutan (continous improvement). Tujuan manajemen mutu adalah
menjamin kesesuaian antara proses dengan output yang dihasilkan yang
akan memberikan kepuasan stakeholders dan peningkatan mutu pendidikan
secara berkelanjutan secara terus-menerus. Upaya peningkatan mutu
pendidikan yang dimaksud tidak sekaligus, melainkan berdasarkan
peningkatan mutu pada setiap komponenpendidikan.
2. Dalam manajemen mutu pendidikan ada tiga istilah penting yang harus
dipahami, yaitu Penjaminan mutu pendidikan, pengendalian mutu, dan
peningkatanmutu.
3. Manajemen mutu membentuk sistem penjaminan mutu yang melahirkan
berbagai model manajemen mutu pendidikan, yaitu Model PDCA, Model
Kaizen, Model ISO 9001:2000, Model QAFU, National University of
Singapure, dan Model Dasar SPM-PT diIndonesia.
4. Strategi peningkatan mutu dilakukan dengan melakukan analisis
kesenjangan mutu pendidikan dan Pemenuhan Standar Acuhan Mutu oleh
Satuan/Program Pendidikan. Pemenuhan standar acuan mutu beruapa
pencapaian SPM dan SNP merupakan bagian dari upaya peningkatan mutu
pendidikan, Pemenuhan standar acuhan mutu pendidikan pada dasarnya
menjadi tanggung jawab satuan/programpendidikan.
Latihan
100
2. Apa yang dimaksud dengan quality improvement dalam pendidikan atau
peningkatan mutu dalampendidikan.
3. Siapa saja pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam penjaminan
mutupendidikan?
4. Sebutkan 5 jenis dari kegiatan dalam penjaminanmutu!
5. Jelaskan langkah-langkah dalam strategi perbaikan mutu pendidikan
berkelanjutan!
6. Sebutkan berbagai ragam model sistem penjaminan mutupendidikan?
7. Sebutkan tiga dimensi perbaikan mutu pendidikan
8. Sebutkan dua acuan standar mutupendidikan
9. Supervisi sebagai strategi penjaminan mutu pendidikan melibat pihak-
pihak tertentu dalam mewujudkan mutu pendidikan. Jelaskan langkah-
langkah yang harus ditempuh dalam pengawasan untuk penjaminan
mutupendidikan
101
Penjaminan Mutu Internal
Paket 7
PENJAMINAN MUTU INTERNAL
Pendahuluan
102
Kompetensi Dasar
Kemampuan penjaminan mutu internal
Indikator
Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu:
1. menjelaskan pengertian penjaminan mutuinternal
2. menjelaskan langkah-langkah penjaminan mutu internal (kebijakan mutu,
manual mutu, standar operasionalprosedur)
3. menjelaskan Evaluasi Diri Sekolah sebagai penjaminan mutuinternal
Waktu
3x50menit
MateriPokok
Penjaminan Mutu Internal
1. pengertian penjaminan mutuinternal
2. langkah-langkah penjaminan mutu internal (kebijakan mutu, manual mutu,
standar operasionalprosedur)
3. Evaluasi Diri Sekolah sebagai penjaminan mutu internal
Langkah-langkah Perkuliahan
Kegiatan Awal (15 menit)
1. Menjelaskan kompetensi dasar
2. Menjelaskanindikator
3. Penjelasan langkah kegiatan perkuliahan paketini
4. Appersepsi dengan menjelaskan keterkaitan antara materi perkuliahan
sebelumnya dan pertemuanini
Kegiatan Inti (110 menit)
1. Mahasiswa dibagai dalam 5kelompok
2. Masing-masing kelompok melakukan mind mapping materi perkuliahan
pada pertemuanini
3. Presentasi hasil diskusi dari masing-masingkelompok
4. Penguatan dan pengantar diskusi
103
5. Presentasi makalah oleh kelompok yangbertugas
6. Diskusi dan Tanya Jawab antara mahasiswa danpemakalah
7. Penguatan dan feedback hasil diskusi daridosen
8. Dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan
sesuatu yang belum paham atau menyampaikankonfirmasi
Kegiatan Penutup (15 menit)
1. Menyimpulkan hasil perkuliahan
2. Memberi dorongan psikologis/saran/nasehat
3. Refleksi hasil perkuliahan olehmahasiswa
Kegiatan Tindak Lanjut (10 menit)
1. Memberi tugaslatihan
2. Mempersiapkan perkuliahanselanjutnya.
Tujuan
Mahasiswa dapat memahami isi materi pada paket ini.
Langkah-langkah kegiatan
1. Setiap mahasiswa membaca isi paket.
2. Secara berkelompok mahasiswa menyusun peta konsep mengacu ke
panduanLK
3. Kelompok yang ditunjuk mempresentasikan peta konsep Penjaminan
Mutu Internal
4. Kelompok lainnya memberikan komentar danrespon!
5. Dosen memberikanpenguatan
Berikut contoh format peta konsep. mahasiswa diperbolehkan
mengembangkan sendiri sesuai dengan temuan dalamteks.
104
PENJAMINAN MUTU INTERNAL PENDIDIKAN
…………………… ……………………..
…………………… ……………………
………………… ……………………...
105
Uraian Materi
106
jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis
sekolah: kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas (PP
No. 19 Tahun 2005 pasal 49). Satuan Pendidikan mengembangkan visi dan misi
dan evaluasi kinerja masing-masing (PP No. 19 Tahun 2005 pasal 65).
Dengan demikian, penjaminan mutu internal pendidikan di lembaga
pendidikan (sekolah dan PT) bentuknya berupa evaluasi diri yang dilakukan
oleh lembaga pendidikan. Tujuannya untuk memperbaiki kinerja dan member
penjaminan mutu internal, khususnya kepa stakeholder lembaga pendidikan,
seperti guru atau dosen, siswa atau mahasiswa, pimpinan, dankaryawan.
Sebelum diberlakukan evaluasi diri, bentuk akuntabilitas public dan
pengendalian mutu adalah sistem pelaporan kepada atasan. Sampai sekarang
sistem pelaporan masih berlaku dalam manajemen organisasi modern. Secara
rutin unit terkecil sampai administrasi pusat diwajibkan membuat laporan pada
unit yang lebih tinggi. Namun, sering laporan ini hanya sekedar membuat
laporan dan tidak ditindaklanjuti dengan memberikan umpan balik. 1
Selain pelaporan ada juga sistem evaluasi. Menurut Hanief, penjaminan
mutu internal, bahkan juga eksternal akan berdampak signifikan pada
peningkatan mutu apabila disatupadukan dengan sistem perbaikan mutu dan
menjadi satu daur ulang atau siklus. Sistem perbaikan mutu yang berbantuk
siklus perbaikan mutu berkelanjutan dapat dijadikan sebagai perencanaan mutu
stratejik yang dilibatkan sejak awal dalam membuat perencanaan dan
merumuskan kebijakan mutu pendidikan.2
Pelaksanaan sistem penjaminan mutu dalam satu daur perbaikan mutu
berkelanjutan dapat dilakukan melalui empat tahap kegiatan, yaitu, (1)
memperbaiki perencanaan mutu, (2) mempertegas komitmen kebijakan mutu
yang implementatif, (3) melakukan pengorganisasian mutu dengan tata kelola
yang baik, dan (4) melakukan evaluasi dan pemantauan. Empat kegiatan ini
dibutuhkan untuk perbaikan mutu dan sebagai jaminan kepada masyarakat,
khususnya stakeholder
1
Hanief Saha Ghafur, Manajemen Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi di
Indonesia: Suatu Analisis Kebijakani. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 102.
2
Ibid., hal. 90.
107
Penjaminan Mutu internal Pendidikan di Sekolah/Madrasah
108
Secara singkat, implementasi SPMP terdiri dari rangkaian
proses/tahapan yang secara siklik dimulai dari (1) pengumpulan data, (2)
analisis data, (3) pelaporan/pemetaan, (4) penyusunan rekomendasi, dan (5)
upaya pelaksanaan rekomendasi dalam bentuk program peningkatan mutu
pendidikan. Tahapan-tahapan proses SPMP ini merupakan suatu siklus yang
saling terkait dan berlangsung secara sustainable (berkelanjutan). Pelaksanaan
tahapan-tahapan di atas perlu dilaksanakan secara kolaboratif oleh berbagai
stakeholders sekolah sesuai dengan amanat MBS (PP No. 19 Tahun2005).
Sekolah perlu membentuk Tim Pengembang Sekolah (TPS) yang terdiri
dari berbagai unsur stakeholders yaitu, kepala sekolah, pengawas sekolah,
perwakilan guru, komite sekolah, orang tua, dan perwakilan lain dari kelompok
masyarakat yang memang dipandang layak untuk diikutsertakan karena
kepedulian yang tinggi pada sekolah. Dalam melaksanakan SPMP, Pengawas
Pendidikan yang bertugas sebagai pembina sekolah juga harus dilibatkan dalam
TPS, sebagai wakil dari pemerintah.
SPMP tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa pelibatanan dan
pemberdayaan berbagai stakeholders sekolah, termasuk wakil pemerintah.
Melalui SPMP, sekolah dapat melaksanakan program manajemen yang berbasis
data. Pola manajemen ini pada kenyataannya masih belum dilakukan oleh
banyak sekolah sebagai suatu budaya kerja. Data yang valid, secara empirik dan
akurat, akan selalu menjadi landasan utama dalam pengambilan keputusan dan
penyusunan berbagai rencana peningkatan mutu pendidikan di
sekolah/madrasah. Dengan demikian, 5 (lima) rangkaian tahapan SPMP yang
berbasis data ini akan menjadi bagian vital dan utama dalam proses Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS). Implementasi tahapan-tahapan SPMP ini kemudian
diharapkan menjadi budaya peningkatan mutu di sekolah/madrasah. Dari
berbagai data valid yang dapat dikumpulkan sekolah (data dari hasil akreditasi
sekolah, sertifikasi guru, ujian nasional, profil sekolah, dan lain-lain), Evaluasi
Diri Sekolah (EDS) merupakan salah satu instrumen implementasi SPMP yang
wajib dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan sebagai salah satu program
akseleratif dalam peningkatan kualitas pengelolaan dan layanan pendidikan
109
(Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010; Prioritas Nomor
2. Pendidikan).
Instrumen utama dalam pelaksanaan SPMPI adalah Evaluasi Diri
Sekolah (EDS). Dalam implementasinya, EDS akan ditindaklanjuti dengan
program Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Daerah (MSPD) yang
dilaksanakan oleh para Pengawas Pendidikan. MSPD merupakan instrumen
utama Evaluasi Diri Kota/Kabupaten (EDK) sebagai dasar penyusunan program
peningkatan mutu pendidikan di wilayah tersebut. Dengan demikian, SPMP,
yang diimplementasikan dalam kegiatan EDS, akan menjadi komponen utama
dalam lingkup implementasi MBS sebagai upaya pembudayaan peningkatan
mutu pendidikan di sekolah yang berkelanjutan.
3
Ibid., hal. 102-104.
110
melihat kinerja sekolah berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang
digunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan RKAS
dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah secara konsisten dan
berkelanjutan, serta sebagai masukan bagi perencanaan investasi pendidikan
tingkat kab/kota.
Tujuan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah: (1)
Menilaikinerjasekolahberdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP),
(2)MengetahuitahapanpengembangandalampencapaianStandarNasionalPendidik
an(SNP)sebagaidasar peningkatan mutu pendidikan; dan (3)
MenyusunRKS/RKASsesuaikebutuhan nyata dalam rangka pemenuhan Standar
NasionalPendidikan(SNP).DitingkatsekolahEDSmemilikimanfaat,antaralain:Se
kolahdapatmengidentifikasikan kelebihan dan kekurangannya
sendiridanmerencanakanpengembangandanpeningkatankedepan.Sekolahdapatm
emilikidatadasaryang akurat sebagai dasar untuk pengembangan dan
peningkatandimasamendatang. Sekolah dapat mengidentifikasi peluang
untukmeningkatkanmutupendidikan, mengkaji peningkatan tersebut
berjalan dengan baik danmenyesuaikan program
sesuai dengan hasilnya. Sekolahdapatmemberikanlaporan formal kepada
pemangku kepentingan demimeningkatkanakuntabilitassekolah. Sedangkan
manfaat Evaluasi Diri Sekolah (EDS)untuk tingkatlaindalam sistem,
diantaranya: Menyediakan data dan informasi yangpentinguntukperencanaan,
pembuatan keputusan, dan perencanaan
anggaranpendidikanpadatingkatkabupaten/kota,provinsi,dannasional.Mengident
ifikasikanbidangprioritasuntukmemenuhikebutuhansaranadanprasaranapendidik
an.Mengidentifikasikanjenisdukunganyangdibutuhkanterhadapsekolah.Mengide
ntifikasikan pelatihan serta kebutuhan
programpengembanganlainnya.Mengidentifikasikan keberhasilan sekolah
berdasarkanberbagaiindikatorpencapaiansesuaidenganStandarPelayananMinima
ldanStandarNasional
Pendidikan.
112
di setiap departemen dan program studi. Namun, Sistem Penjaminan Mutu ini
banyak menuai kritik dan saran dari para ahli dan kalangan internal UI. Kata
“akademik”misalnya, membuat penjaminan mutu hanya pada aspek akademik
semata. Sedangkan aspek non akademiknya seolah berada di luar kerja BPMA.
Kritik berikutnya ditujukan pada sttuktur penjaminan berjenjang. Kritik pada
struktur dianggap kurang tepat karena tiap-tiap jenjang dianggap sebagai
penjaminan mutu yang terpisah satu dengan lainnya. Padahal jenjang
penjaminan mutu harus dikoordinasikan oleh penjaminan mutu universitas,
sedangkan struktur di bawah menjadi Unit Pelaksana Penjaminan Mutu
(UPPM) dan Tim Pelaksana Penjaminan Mutu(TPPM).4
Di ITB dikenal dengan Sistem Penjaminan Mutu (SPM) yang berstatus
sebagai organisasi mandiri yang berada pada organisasi sayap kiri-kanan
dengan Satuan Pengawas Internal (SPI). Dua organisasi sayap kiri-kanan ini
kedudukannya sama dengan wakil Rektor Senior. Di ITB SPM adalah
organisasi pusat yang memiliki susunan berjenjang dan dilengkapi dengan
Komisi Mutu. Komisi Mutu dipimpin ketua dan sekretaris dan dibantu anggota
perwakilan dari beberapa fakultas dan program studi. Sementara itu,
penjaminan mutu di setiap fakultas dan program studi disebut dengan Gugus
Kendali Mutu (GKM). Selain itu, SPM-ITB dilengkapi dengan Task Force
untuk tugas khusus yang bersifat ad-hoc dan dukungan administrasi dari Staf
Sekretariat. Tugas dan fungsi utama SPM-ITB adalah mengembangkan dan
menjabarkan sistem penjaminan mutu, serta melaksanakannya pada seluruh
fakultas dan unit kerja yangada.5
Di Universitas Pendidikan Indonesia, pola Satuan Penjaminan Mutu
mendekati kesamaan dengan ITB hanya saja organisasi SPM-UPI sekedar
bagian dari Unit Penunjang Kegiatan, bukan suatu organisasi mandiri dan
berjenjang. Sususnan kepengurusan SPM-UPI terdiri dari ketua, sekretaris, dan
tim SPM. Berbeda dengan ITB, SPM-UPI hanya ada dalam administrasi
Rektorat dan belum sampai tingkat Fakultas dan ProgramStudi. 6
4
Ibid., hal.97-98
5
Ibid., hal. 98.
6
Ibid.
113
Penjaminan Mutu Internal
7
Ibid., hal. 99.
8
Ibid.,
9
Ibid., hal. 99-100.
114
115
2005 tentang SNP dan/atau standar turunan dari kedelapan standar tsb.
Penambahan jumlah standar selain kedelapan SNP sangat dianjurkan
sesuai dengan visi, misi, dan kemampuan masing-masing perguruan
tinggi;
d. Formulir SPMI, yang antara lain berisi berbagai formulir yang
berfungsi sebagai instrumen untuk merencanakan, menerapkan,
mengendalikan, dan mengembangkan standar. Formulir yang telah
diisi disebut sebagai rekaman mutu, dan berfungsi sebagai bukti
pelaksanaan kegiatan.
Rangkuman
Dari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat dikerucutkan
dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun
2005menetapkan, setiap Satuan Pendidikan pada jalur formal dan
nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. Penjaminan
mutu pendidikan tersebut bertujuan untuk memenuhi atau melampaui
StandarNasional Pendidikan.Sistem pendidikan kita mengenal dua jenis
penjaminan mutu yakni: Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan
Sistem Penjaminan MutuEksternal.
2. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan memperkenalkan sebuah pergeseran
dari paradigma yang bertumpu kepada inspeksi eksternal menuju
paradigma yang bertumpu kepada tanggung jawab tiap pemangku
kepentingan pendidikan untuk menjamin dan meningkatkan mutu
pendidikan. Satuan Pendidikan wajib melakukan penjaminan mutu
pendidikan untuk memenuhi atau melampaui SNP (PP No.19 Tahun 2005
Pasal91).
3. penjaminan mutu internal pendidikan di lembaga pendidikan (sekolah
dan PT) bentuknya berupa evaluasi diri yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan. Tujuannya untuk memperbaiki kinerja dan member
penjaminan mutu internal, khususnya kepa stakeholder lembaga
pendidikan, seperti guru atau dosen, siswa atau mahasiswa, pimpinan,
dankaryawan.
116
4. Pelaksanaan sistem penjaminan mutu dalam satu daur perbaikan mutu
berkelanjutan dapat dilakukan melalui empat tahap kegiatan, yaitu, (1)
memperbaiki perencanaan mutu, (2) mempertegas komitmen kebijakan
mutu yang implementatif, (3) melakukan pengorganisasian mutu dengan
tata kelola yang baik, dan (4) melakukan evaluasi dan pemantauan.
Empat kegiatan ini dibutuhkan untuk perbaikan mutu dan sebagai
jaminan kepada masyarakat, khususnyastakeholder
Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan pengertian penjaminan mutu internalpendidikan
2. Jelaskan regulasi yang mewajibkan sekolah melakukan penjaminan mutu
internal.
3. Jelaskan perubahan paradikma penjaminan mutu internalpendidikan
4. Mengapa pemerintah memberlakukan pergeseran paradigm penjaminan
mutu internal pendidikan
5. Apa bentuk penjaminan mutu internalpendidikan.
6. Bandingkan penjaminan mutu internal pendidikan di berbagai Perguruan
Tinggi.
117
Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah sebagai Penjaminan Mutu Internal
Paket 8
EVALUASI DIRI SEKOLAH/MADRASAH UNTUK
PENJAMINAN MUTU INTERNAL
Pendahuluan
Indikator
Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mempraktikkan menyusun evaluasi diri sekolah atau madrasah
117
Materi Pokok
Praktik Penyusunan Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah
Langkah-langkah Perkuliahan
Kegiatan Awal (15 menit)
1. Menjelaskan kompetensi dasar
2. Menjelaskanindikator
3. Brainstorming tentang evaluasi dirisekolah/madrasah
Kegiatan Inti (110 menit)
1. Menjelaskan Instrumen EDS/EDM
Menjelaskan Tata Cara MengisiEDS/EDM
2. Membagi kelas menjadi 10kelompok
3. Melakukan bedahEDS/EDM
4. Penguatan dan feedback hasil diskusi daridosen
5. Dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan
sesuatu yang belum paham atau menyampaikankonfirmasi
Kegiatan Penutup (15 menit)
1. Menyimpulkan hasil perkuliahan
2. Memberi dorongan psikologis/saran/nasehat
3. Refleksi hasil perkuliahan olehmahasiswa
Kegiatan Tindak Lanjut (10 menit)
1. Memberi tugaslatihan
2. Mempersiapkan perkuliahanselanjutnya.
Lembar KegiatanMahasiswa
Praktik MenyusunEDS/EDM
Tujuan
Mahasiswa dapat menyusun EDS/EDM dengan benar
118
Bahan dan alat
Instrumen EDS/EDM dan Lembar Kegiatan.
Langkah-langkah kegiatan
1. Setiap kelompok melakukan penyusunan EDS/EDM untuk satustandar.
2. Membagi Instrumen EDS/EDM sesuai standar!
3. Praktikkan mengisi EDS/EDM!
Uraian Materi
119
3. Orang tuamurid
4. Komite Sekolah/madrasah
5. Pengawas Sekolah/madrasah( sebagai pembimbing)
EDS/EDM adalah sebagai suatu sistem yang komprehensif bagi
pemangku kepentingan sekolah untuk mengevaluasi dan melaporkan
ketercapaian/kemajuan terhadap 8 SNP agar dapat merencanakan perbaikan.
Oleh karena itu, ruang lingkup EDS/EDM meliputi:
1. Standar Isi
2. Standar Proses
3. Standar KompetensiLulusan
4. Standar Pendidik dan TenagaKependidikan
5. Standar Sarana danprasarana
6. StandarPengelolaan
7. StandarPembiayaan
8. Standar Penilaian
Sedangkan instrument EDS/EDM terdiri dari:
1. Standar yang jumlahnya ada8
2. Setiap standar memiliki beberapakomponen
3. Setiap komponen terdiri dari beberapa indikator yang memberikan
gambaran lebih rinci dari informasi kinerjasekolah
4. Deskripsi indikator berdasarkan pada bukti fisik dalam pemenuhan standar
(Standar Pelayanan Minimal atau Standar Nasional Pendidikan). Bukti
fisik merupakan rujukan bagi anggota TPS untuk menentukan posisi
tahapan pengembangan sekolah. Sekolah membandingkan deskripsi setiap
indikator dengan rubrik yang ada dibawahnya untuk melihat posisi tahapan
pencapaian. Berikut ini contoh mendiskripsikanindikator.
Contoh pada Standar 5 Sarana dan Prasarana
Lahan Sekolah
a. Sekolah kami memiliki Luas lahan 12.690m2
b. Mimiliki bukti kepemilikan
tanah Bangunan Gedung
a. Sekolah kami memiliki Luas lantai3.048m2
b. Dilengkapi instalasi listrik dengan daya 5.900 watt
Prasarana
Ruang Kelas
120
a. Banyaknya ruang kelas Sekolah kami ;18 ruang dengan ukuran
masing-masing 7 x 8m2.
b. Sarana ruang kelas yang tersedia papan tulis, jam dinding, 1 meja
dan 1 kursi untuk setiap siswa, meja kursi guru, sapu, papan absensi
siswa, gambar presiden dan wakil serta burung Garuda, kalender,
papan display, tempat sampah
5. Tahapan Pengembangan. Tahapan pencapaian ini memiliki makna:
Tahap ke - 1 (belum memenuhiSPM)
Tahap ke - 2 (memenuhi SPM)
Tahap ke - 3 (memenuhi SNP)
Tahap ke - 4 (melampaui SNP)
6. TahapanRekomendasi
Rekomendasi dirumuskan untuk setiap indikator berdasarkan bukti fisik,
deskripsi, dan tahapan pengembangan. Rekomendasi dibedakan dua
macam yaitu (a). Rekomendasi Perbaikan/Peningkataan dan (b)
Rekomendasi Pengembangan. Rekomendasi Perbaikan/Peningkatan
bilamana belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Sedangkan Rekomendasi Pengembangan bilamana sudah memenuhi SNP.
Berikut ini adalah contoh menyusunrekomendasi:
2. Standar Proses
2.1 Silabus sudah sesuai/relevan denganstandar.
2.1.2 Pengembangan Silabus dilakukan guru secara
mandiri atau berkelompok.
Indikatornya:
- Silabus disusun melaluiKKG/MGMP.
- Semua guru meimiliki silabus untuk semua mapel yangdiampu.
- 70% guru yang mereviu silabus setiap tahun .
Rekomendasinya adalah sebagaiberikut:
- Sekolah kami perlu memfasilitasi guru untuk mereviu silabus setiap
tahun.
- Sekolah kami perlu memfasilitasi guru untuk menyusun silabus
secaramandiri
Berikut ini contoh instrumentEDS/EDM’
121
Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah sebagai Penjaminan Mutu Internal
1. ISI
1.1.1 Pengembangan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan menggunakan panduan yang disusun BSNP.
• TahapanPengembangan
122
123
Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah sebagai Penjaminan Mutu Internal
Rangkuman
Dari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat dikerucutkan
dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. EDS/EDM adalah sebagai suatu sistem yang komprehensif bagi
pemangku kepentingan sekolah untuk mengevaluasi dan melaporkan
ketercapaian/kemajuan terhadap 8 SNP agar dapat merencanakan
perbaikan.
2. Sekolah harus melakukan evaluasi diri sebagai bagian dari penjaminan
mutu pendidikan karena sekolah memiliki tanggung jawab untuk
mengembangkan sekolahnya sendiri. Sekolah mengetahui apakah
sudah memenuhi standar nasional dan muatan lokal serta apakah
mereka telah memenuhi kebutuhan pesertadidiknya.
3. Proses penyusunan EDS/EDM melibatkan semua pemangku
kepentingan sekolah secara bersama. Penyusunan EDS/EDM
menggunakan indikator ketercapaian untuk menilai secara obyektif
keberhasilan sekolah terhadap 8 SNP termasuk aspek aspek yang
terkait dengan konteks lingkungan; serta mengumpulkan bukti-bukti
kualitas pendidikan yangtersedia.
Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi diri dalam penjaminan mutu
internal?!
2. Mengapa sekolah harus melakukan evaluasidiri?
3. Apa tujuan evaluasidiri?
4. Jelaskan manfaat evaluasi dirisekolah?
5. Sebutkan komponen dalamEDS/EDM!
6. Bagaimana mendiskripsikan indicator dalam EDS/EDM dan berikan
contohnya!
7. Sebutkan empat tahapan pengembangan sekolah/madrasah dalam
EDS/EDM dan jelaskankriterianya!
8. Bagaimana memberikan rekomendasi dalamEDS/EDM?
9. Sebutkan macam-macam rekomendasi dalamEDS/EDM?
10. Berikan contoh rekomendasi dalamEDS/EDM!
124
Paket 9
PENJAMINAN MUTU EKSTERNAL
Pendahuluan
Sistem penjaminan mutu pendidikan ada dua, yaitu penjaminan mutu
internal dan penjaminan mutu eksternal. Pertama, penjaminan mutu pendidikan
internal dilakukan oleh lembaga pendidikan secara internal. Tujuan penjaminan
mutu internal adalah memperbaiki kinerja dan khususnya memberikan
akuntabilitas dan kepuasan kepada pelanggan atau stakeholder internal lembaga
pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan terpadu perlu dijabarkan secara
sistematis dan terencana.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Nasional di Indonesia
menggunakan mekanisme akreditasi. Menurut Badan Akreditasi Sekolah
Nasional, pengertian akreditasi dapat dilihat dari dua aspek, yaitu dari segi
proses dan hasil. Sebagai sebuah proses, akreditasi merupakan bentuk
pengamatan lapangan dengan menggunakan perangkat kriteria dan prosedur
dalam rangka mendorong lembaga pendidikan mencapai standar kualitas
pendidikan yang lebih tinggi. Sementara itu, sebagai hasil, akreditasi merupakan
suatu bentuk sertifikasi atau status formal yang diakui oleh sebuah institusi atau
badan akreditasi terhadap suatu institusi pendidikan yang telah memenuhi
standar kualitas yang lebih baik dari pada sekedar memenuhi kebutuhan
minimal yang telah ditetapkan olehpemerintah.
Pada pembahasan ini, mahasiswa akan iajak memahami mekanisme
akreditasi secara teoritis. Sedangkan pertemuan berikutnya mahasiswa diajak
praktik bagaimana menyiapkan perangkat akreditasi.
125
Waktu
3 x 50 menit
Materi Pokok
1. Pengertian Penjaminan MutuEksternal
2. Pentingnya Penjaminan MutuEksternal
3. Macam-Macam Penjaminan MutuEksternal
Langkah-langkah Perkuliahan
Kegiatan Awal (15 menit)
1. Menjelaskan kompetensi dasar
2. Menjelaskanindikator
3. Penjelasan langkah kegiatan perkuliahan paketini
4. Brainstorming tentang produk dan pelangganpendidikan
Kegiatan Inti (110 menit)
1. Membentuk 2kelompok.
Kelompok 1: Memberikan komentar dan pernyataan pro pada
pemakalah
Kelompok 2: Memberikan komentar dan pernyataan yang kontra pada
pemakalah
2. Presentasi makalah oleh kelompokpemakalah
3. Tiap-tiap perwakilan dari kelompok memberikan komentar dan
pernyataan pro dankontra
4. Pemakalah memberikantanggapan
5. Mahasiswa melakukan debat efektif untuk menanggapi pernyataan pro
dan kontra
6. Dosen memberikanpenguatan
126
3. Refleksi hasil perkuliahan dipandu oleh dosen
Kegiatan Tindak Lanjut (10 menit)
1. Memberi tugaslatihan
2. Mempersiapkan perkuliahanselanjutnya.
Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan debat efektif tentang penjaminan mutu
eksternal
Langkah-langkah kegiatan
1. Membagi 2 kelompok. Kelompok pertama, bertugas memberikan
komentar dan pernyataan yang pro pada pemakalah dan kelompok
kedua memberikan komentar dan masukan kontra padapemakalah
2. Pemakalah diberikan kesempatan presentasi kurang lebih 15menit!
3. Kelompok 1 diberikan kesempatan memberikan komentar dan
pernyataan pro padapemakalh!
4. Kelompok 2 diberikan kesempatan memberikan masukan dan komentar
kontra denganpemakalah
5. Pemakalah memberkan tanggan terhadap penyataan kelompok 1 dan2.
6. Kedua kelompok diberikan kesempatan melakukan debat efektif
tentang pelanggan dankepuasannya!
7.
127
Keterangan Nilai:
90 =sangatbaik 80 =baik 70 =cukup 60 =kurang
128
Uraian Materi
129
Penjaminan Mutu Eksternal
Gambar 9.1. Hubungan sistem mutu terpadu dan sistem penjaminan mutu
dalam satu daur perbaikan mutu berkelanjutan
Sistem
Mutu Terpadu
130
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id di
gilib.uinsby.ac .id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id di gilib.uinsby.a
Penjaminan Mutu Eksternal
1
Jeffrey W. Alstete, College Accreditation: Managing Internal Revitalization
and Public Respect. (New York: Pallgrave Macmillan, 2007). hal. 11.
131
2
Departemen Pendidikan Nasional, Badan Akreditasi nasional (BASNAS).
(Tanpa Penerbit, 2003), hal, 33.
3
BAN PT, Buku 2:Standard an Prosedur Akreditasi Program Studi. (Jakarta:
Tanpa Penerbit, 2010), hal. 2.
132
baik dari pada sekedar memenuhi kebutuhan minimal yang telah ditetapkan
oleh pemerintah.4Menurut Permendiknas Nomor 29 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat
5 tentang Badan Akreditasi Sekolah dan Madrasah, akreditasi sekolah atau
madrasah adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan suatu sekolah atau
madrasah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh BAN-
S/M yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat kelayakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akreditasi adalah sisten
penilaian yang mendalam terhadap satuan pendidikan dengan menggunakan
perangkat dan kriteria dalam rangka memenuhii standar pendidikan untuk
menentukan mutu dan peringkat kelayakan institusi pendidikan.
Akreditasi dapat dikatakan sebagai janji institusi pendidikan untuk
menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas. Akreditasi memberikan
keyakinan kepada peserta didik khususnya dan masyarakat pada umumnya
bahwa dalam basis pembiayaan pendidikan, institusi pendidikan akan
melaksanakan berbagai program dengan sumber daya manusia yang
berkualitas, fasilitas dan peralatan yang memadai, serta melaksanakan semua
program yang dimiliki dengan sungguh-sungguh.
Akreditasi membuktikan kualitas satuan pendidikan dalam kaitannya
dengan pemahaman setiap orang. Untuk mengatakan bahwa satuan pendidikan
telah terakreditasi adalah dengan mengatakan bahwa satuan pendidikan
tersebut telah memenuhi jaminan dan standar kualitas yang diakui oleh
masyarakat. Akreditasi yang telah dicapai oleh lembaga pendidikan bukanlah
sekedar status belaka, melainkan bersifat dinamis. Oleh karena itu, akreditasi
membutuhkan komitmen dan perhatian terus menerus. Dengan kata lain,
akreditasi merupakan suatu proses yang tidak berhenti dengan satu tindakan
untuk mencapai status akreditasi, tetapi proses yang menjamin bahwa satuan
pendidikan berlanjut untuk mencari peningkatan mutupendidikan.
Dengan akreditasi, satuan pendidikan akan memiliki percaya diri dan
dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri. Dengan demikian, akreditasi secara
tidak langsung menyatakan perkembangan untuk menuju peningkatan kualitas
melebihi standar pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
4
Depdiknas, Badan Akreditasi…. hal., 33-34.
133
Pentingnya Akreditasi
Akreditasi sangat berarti bagi lembaga pendidikan karena memiliki
makna untuk mendorong dan mempercepat perkembangan lembaga
pendidikan untuk mencapai kualitas yang lebih baik, relevan, dan efektif.
Akreditasi juga dapat memotivasi lembaga pendidikan untuk mencapai standar
nasional pendidikan. Karena akreditasi merepresentasikan suatu komitmen
terhadap kualitas pendidikan, ia menjadi sangat dibutuhkan oleh berbagai
pihak, seperti orang tua, pengawas, pembuat kebijakan, termasuk Badan
Akreditasi itu sendiri dalamrangka:
1. Memberikan informasi tentang kelayakan satuan pendidikan atau program
pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.
2. Memberikan pengakuan peringkat kelayakan.
3. Memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada
program dan/atau satuan pendidikan yang diakreditasi dan pihak terkait
(rekomendasi tindaklanjut).
Sedangkan manfaat akreditasi adalah sebagai:
1. Acuan dalam upaya peningkatan mutu satuan pendidikan dan rencana
pengembangan satuanpendidikan.
2. Motivator agar satuan pendidikan terus meningkatkan mutu pendidikan
secara bertahap, terencana, dan kompetitif baik di tingkat kabupaten/kota,
provinsi, nasional bahkan regional daninternasional.
3. Umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja
warga lembaga pendidikan dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan,
sasaran, strategi, dan program lembagapendidikan.
4. Membantu mengidentifikasi lembaga pendidikan dan program dalam
rangka pemberian bantuan pemerintah, investasi dana swasta dan donatur
atau bentuk bantuanlainnya.
5. Bahan informasi bagi lembaga pendidikan sebagai masy. belajar untuk
meningkatkan dukungan dari pemerintah, masy, maupun sektor swasta
dalam hal profesionalisme, moral, tenaga, dandana.
Akreditasi pendidikan memiliki fungsi sebagai berikut, yaitu:
134
1. Akuntabilitas, yaitu sebagai bentuk pertanggung-jawaban lembaga
pendidikan kepada publik, apakah layanan yang dilakukan dan diberikan
oleh lembaga pendidikan telah memenuhi harapan atau keinginan
masyarakat.
2. Pengetahuan, yaitu sebagai informasi bagi semua pihak tentang kelayakan
lembaga pendidikan dilihat dari berbagai unsur terkait yang mengacu pada
standar minimal besertaindikator-indikatornya.
3. Pembinaan dan pengembangan, yaitu sebagai dasar bagi lembaga
pendidikan, pemerintah, dan masyarakat dalam upaya peningkatan atau
pengembangan mutu lembagapendidikan.
Prinsip Akreditasi
1. Objektif
Akreditasi S/M pada hakikatnya merupakan kegiatan penilaian tentang
kelayakan penyelenggaraan pendidikan yang ditunjukkan oleh suatu S/M.
Dalam pelaksanaan penilaian ini berbagai aspek yang terkait dengan
kelayakan itu diperiksa dengan jelas dan benar untuk memperoleh
informasi tentang kebera-daannya. Agar hasil penilaian itu dapat
menggambarkan kondisi yang sebenarnya untuk dibandingkan dengan
kondisi yang diharapkan maka dalam prosesnya digunakan indikator-
indikator terkait dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan.
2. Komprehensif
Dalam pelaksanaan akreditasi S/M, fokus penilaian tidak hanya
terbatas pada aspek-aspek tertentu saja tetapi juga meliputi berbagai
komponen pendidikan yang bersifat menyeluruh. Dengan demikian hasil
yang diperoleh dapat menggambarkan secara utuh kondisi kelayakan S/M
tersebut.
3. Transparan
Data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan akreditasi S/M
seperti kriteria, mekanisme kerja, jadwal serta sistem penilaian akreditasi
dan lainnya harus disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh siapa
saja yang memerlukannya.
4. Akuntabel
135
Pelaksanaan akreditasi S/M harus dapat dipertanggungjawabkan baik
dari sisi penilaian maupun keputusannya sesuai aturan dan prosedur yang
telah ditetapkan.
5. Adil
Dalam melaksanakan akreditasi, semua S/M harus diperlakukan sama
dengan tidak membedakan S/M atas dasar kultur, keyakinan, sosial
budaya, dan tidak memandang status S/M baik negeri ataupun swasta. S/M
harus dilayani sesuai dengan kriteria dan mekanisme kerja secara adil
dan/atau tidakdiskriminatif.
136
berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. Dalam hal ini yang diberi
kewenangan melakukan akreditasi terhadap sekolah adalah Badan Akreditasi
Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M).
Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) dan Badan
Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M). Apabila diperlukan BAP-
SM dapat membentuk Unit Pelaksana Akreditasi Sekolah/Madrasah (UPA-S/M)
Kabupaten/Kota. BAN-S/M berkedudukan di ibukota negara, BAP-S/M
berkedudukan di ibukota provinsi, UPA-S/M dibentuk oleh BAP-S/M sesuai
keperluan dan kondisi pada masing-masing provinsi.
Sedangkan untuk Perguruan Tinggi, yang diberi kewenangan
melakukan akreditasi adalah Badan Akreditasi Nasional untuk Perguruan Tinggi
atau BAN-PT sesuai yang dijelaskan dalam Permendikbud No. 59/2012
ketentuan yang sama dengan Permendiknas No.28/2005.
Menurut Permendikbud No. 59/2012 Pasal 12 Ayat 2 ketentuan
yang sama dengan Permendiknas No. 28/2005, fungsi BAN-PT adalah:
1. Merumuskan kebijakan dan menetapkan akreditasi perguruantinggi;
2. Merumuskan kriteria dan perangkat akreditasi perguruan tinggi untuk
diusulkan kepadaMenteri;
3. Melaksanakan sosialisasi kebijakan, kriteria, dan perangkat akreditasi
perguruantinggi;
4. Melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan akreditasi perguruantinggi;
5. Memberikan rekomendasi tentang tindak lanjut hasilakreditasi;
6. Mengumumkan hasil akreditasi perguruan tinggi secaranasional;
7. Melaporkan hasil akreditasi perguruan tinggi kepadaMenteri;
8. Melaksanakan ketatausahaanBAN-PT.
Rangkuman
Dari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat dikerucutkan
dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Dalam bidang pendidikan, pengelolaan mutu merupakan cara mengatur
semua sumber daya pendidikan yang diarahkan agar semua orang yang
terlibat di dalamnya melaksanakan tugas dengan penuh semangatdan
137
berpartisipasi dalam perbaikan pelaksanaan pekerjaan sehingga
menghasilkan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
2. penjaminan mutu eksternal (external quality assurance) dari lembaga di
luar yang independen, memiliki kredibilitas, profesionalitas, dan
kewenangan untuk melakukan akreditasi. Dengan demikian, penjaminan
mutu eksternal adalah kegiatan penjaminan mutu melaluiakreditasi.
3. Menurut sistem penjaminan mutu terpadu, penjaminan mutu internal dan
eksternal harus terintegrasi dan terkait yang dipadukan dengan sistem
perbaikan mutu berkelanjutan atau disebut siklus/daurulang.
4. Menuurut Badan Akreditasi Sekolah nasional, akreditasi merupakan
suatu proses yang memperlihatkan pengakuan masyarakat umum
terhadap suatu institusi pendidikan yang memenuhi standartertentu.
5. Akreditasi dapat dikatakan sebagai janji institusi pendidikan untuk
menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas. Akreditasi
memberikan keyakinan kepada peserta didik khususnya dan masyarakat
pada umumnya bahwa dalam basis pembiayaan pendidikan, institusi
pendidikan akan melaksanakan berbagai program dengan sumber daya
manusia yang berkualitas, fasilitas dan peralatan yang memadai, serta
melaksanakan semua program yang dimiliki dengansungguh-sungguh.
6. Akreditasi sangat berarti bagi lembaga pendidikan karena memiliki
makna untuk mendorong dan mempercepat perkembangan lembaga
pendidikan untuk mencapai kualitas yang lebih baik, relevan, dan efektif.
Akreditasi juga dapat memotivasi lembaga pendidikan untuk mencapai
standar nasional pendidikan. Karena akreditasi merepresentasikan suatu
komitmen terhadap kualitas pendidikan, ia menjadi sangat dibutuhkan
oleh berbagai pihak, seperti orang tua, pengawas, pembuat kebijakan,
termasuk Badan Akreditasi itusendiri.
Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan pengertian penjaminan mutueksternal!
2. Bagaimana profil lembaga pelaksana penjaminan mutueksternal?
138
3. Mengapa penjaminan mutu eksternal pendidikan harus terintegrasi
dengan penjaminan mutuinternal?
4. Mengapa penjaminan mutu eksternal merupakan sebagai janji institusi
pendidikan untuk menyediakan layanan pendidikan yangberkualitas?
5. Bagaimana arti dan makna penjaminana mutueksternal!
139
Akreditasi untuk Penjaminan Mutu Pendidikan
Paket 10
AKREDITASI UNTUK PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
Pendahuluan
Akreditasi adalah kegiatan penilaian (asesmen) sekolah secara sistematis dan komprehensif
melalui kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal (visitasi) untuk menentuksn kelayakan dan
kinerja satuan pendidikan atau program pendidikan. Akreditasi adalah sarana untuk melakukan upaya-
upaya yang terus menerus dalam meningkatkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki satuan pendidikan
serta memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dimiliki. Proses akreditasi harus sampai pada titik
membuka dan memberikan keyakinan kepada peserta didik khususnya dan masyarakat pada
umumnya, di mana satuan pendidikan telah dan akan melaksanakan berbagai program kerja dengan
sumber daya yang dimilikinya baik manusia maupun sumber daya lainnya secara sungguh-sungguh
agar terjadi proses pendidikan yang bermutu dan mengahasilkan keluaran yang berumutu pula. Proses
akreditasi harus didukung oleh pemahaman yang sama dan komitmen yang kuat semua komponen
yang ada pada satuan pendidikan dan penyelenggara. Pada pembahasan ini akan dijelaskan bagaimana
menyiapkan akreditasi sekolah/madrasah sebagai praktik dalam menyiapkan perangkat akreditasi.
Dengan demikian, mahasiswa akan memahami akreditasi sebagai sebuah proses. Maka dari itu, selain
modul ini, mahasiswa meski memahami dan memiliki perangkat akreditasi yang terdiri dari Instrumen
akreditasi, juknis akreditasi, instrumen pengumpul data akreditasi, dan teknik skoringakreditasi.
Indikator
Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu:
1. mejelaskan pengertianakreditasi
2. menjelaskan pentingnya akreditasisekolah/madrasah
3. menjelaskan mekanisme akreditasisekolah/madrasah
4. mengisi instrument akreditasisekolah/madrasah
5. melakukan scoring hasilakreditasi
Waktu
3x50menit
MateriPokok
Akreditasi sebagai Penjaminan Mutu Pendidikan
1. PengertianAkreditasi
2. Pentingnya Akreditasi sekolah/madrasah
3. Mekanisme Akreditasi Sekolah/Madrasah
4. Tata Cara Mengisi Instrumen AkreditasiSekolah/Madrasah
5. Teknik Skoring Hasil AkreditasiSekolah/Madrasah
139
Tujuan
Mahasiswa dapat mengisi instrument akreditasi dan melakukan scoring hasil akreditasi
Langkah-langkah kegiatan
1. Masing-masing kelompok menjawab latihan mengisi instrumentakreditasi!
2. Setiap kelompok berdikusi dan melakukan klarifikasi setiap tugaskelompok!
3. Setiap kelompok melakukan scoring hasilakreditasi!
4. Setiap kelompok presentasi hasil scoring dan melakukan klarifikasi dandiskusi!
Soal Latihan
1. Dalam dokumen Kurikulum MI Salafiyah tertulis criteria ketuntasan minimal sebagai
berikut:
140
No. Mata Pelajaran KKM (%)
1 Agama 65
2 Pendidikan Kewarganegaraan 65
3 Bahasa Indonesia 65
4 Bahasa Inggris 55
5 Matematika 50
6 IPA 50
7 IPS 58
8 Seni Budaya 70
9 Pendididkan Jasmani 60
Instrumen Akreditasi
Petunjuk Teknis
Jawaban dibuktikan dengan dokumen rapat dewan guru yang membahas penetapan KKM tiap-
tiap mata pelajaran dan hasil KKM yang ditetapkan.
2. MI Nurul Huda Bojonegoro memiliki siswa sebanyak 350 dengan rombongan belajar 12.
MI ini memiliki luas tanah 450 M2 dan gedung tingkat dua.
141
66 Lahan sekolah/madrasah memenuhi ketentuan luas minimal sesuai dengan rasio
jumlah siswa.
Petunjuk Teknis
Tabel Rasio minimum luas lahan terhadap Siswa bagi SD yang memiliki siswa 15-28 siswa per
robongan belajar
Tabel Luas Minimum Lahan untuk SD/MI yang Memiliki 15-28 Siswa per Rombongan Belajar
2
Luaslahansekolah/madrasahm
3.
142
70 Lantai sekolah/madrasah memenuhi ketentuan luas minimal sesuai dengan rasio
jumlah siswa dan lantai gedung.
A Memiliki lantai seluas 76% — 100% dari ketentuan luas minimal atau
lebih
B Memiliki lantai seluas 51% — 75% dari ketentuan luas minimal atau
lebih
C Memiliki lantai seluas 26% — 50% dari ketentuan luas minimal atau
lebih
D Memiliki lantai seluas 1% — 25% dari ketentuan luas minimal atau
lebih
E Tidak memili gedung sendiri
Petunjuk Teknis
Tabel Rasio Minimum Luas Lantai untuk SD/MI yang Memiliki 15-28 Siswa per Rombongan
Belajar
Tabel Rasio Minimum Luas Lantai untuk SD/MI yang memiliki siswa kurang dari 15-28 siswa
per rombongan
No Banyak Luas Minimum Lantai Bangunan
Rombongan Bangunan 1 lantai Bangunan 2 lantai Bangunan 3 lantai
Belajar
1 6 400 460 490
2 7-12 670 730 760
2
Luaslantaisekolah/madrasahm
4. Sebuah MI memiliki siswa sebanyak 380 siswa. Siswa dibebani membayar SPP sebesar
Rp.100.000termasukbiayaUTSdanUAS.Namun,demikian10siswayangkurang
143
mampu dan berprestasi dibebaskan dari biaya SPP. Sebanyak 75 siswa diberikan
keringanan membayar SPP mulai dari Rp. 20.000 sampai Rp.50.000
Instrumen
127 Sekolah/Madrasah memungut biaya pendidikan
Petunjuk Teknis
Jawaban dibuktikan dengan surat ketetapan Kepala Sekolah/Madrasah atau Yayasan yang
menetapkan ada tidaknya iuran.
5. Standar PengelolaanSMP/MTs
Avisi bersama warga sekolah/madrasah, selaras dengan visi institusi di atasnya, mudah dipahami d
Merumuskan dan menetapkan
Bbersama warga sekolah/madrasah, selaras dengan visi institusi di atasnya, mudah dipahami tetap
Merumuskan dan menetapkan visi
Cbersama warga sekolah/madrasah, tidak selaras dengan visi institusi di atasnya mudah dipahami
erumuskan dan menetapkan visi visi
D visi bersama warga sekolah/madrasah, tidak selaras dengan visi institusi di atasnya mudah di
Merumuskan dan menetapkan
144
tidak disosialisasikan
Petunjuk Teknis
104. Yang dimaksud dengan sering disosialisasikan, jika sekolah/madrasah
mensosialisasikan visi lembaga sebanyak 2 kali atau lebih kepada warga
sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan pada satu semester terakhir.
Jawaban dibuktikan dengan:
1) dokumen proses penyusunan visi (notulenrapat);
2) rumusan visi; dan
3) dokumen yang isinya antara lain menyebutkan sosialisasi (notulen
rapat, tulisan visi di tempat yang mudah dibaca oleh warga
masyarakat
1. Standar Isi
145
Bobot Skor Butir Skor Tertimbang
No Butir
Butir Huruf Angka Perolehan
(1) (2) (3) (4) (5)
10 3 B
11 3 C
12 2 D
13 2 C
14 3 C
15 3 A
16 3 B
17 2 A
Jumlah 54
2. StandarProses
3. Standar KompetensiLulusan
146
Bobot Skor Butir Skor Tertimbang
No Butir
Butir Huruf Angka Perolehan
(1) (2) (3) (4) (5)
33 3 B
34 3 B
35 3 B
36 3 B
37 3 B
38 3 A
39 3 B
40 3 B
41 3 B
42 3 A
43 3 A
44 3 A
45 3 C
46 3 A
47 3 A
48 3 A
49 3 A
Jumlah 60
147
Bobot Skor Butir Skor Tertimbang
No Butir Huruf Angka
Butir Perolehan
(1) (2) (3) (4) (5)
62 3 C
63 2 C
64 2 C
65 2 C
66 2 C
67 3 C
68 2 B
69 3 D
70 3 B
71 2 C
72 3 D
73 2 A
74 2 C
75 2 A
Jumlah 72
5. Standar Sarana dan Prasarana
80 3 A
81 3 A
82 3 A
83 3 A
84 3 A
85 2 B
86 3 B
87 3 B
88 3 B
89 3 B
90 4 B
148
Bobot Skor Butir
No Butir Skor Tertimbang Perolehan
Butir Huruf Angka
(1) (2) (3) (4) (5)
91 4 B
92 3 B
93 2 B
94 3 B
95 2 B
96 3 B
97 2 B
98 2 B
99 2 B
100 3 B
101 1 B
102 2 B
103 3 C
Jumlah 77
6. Standar Pengelolaan
149
Bobot Skor Butir
No Butir Skor Tertimbang Perolehan
Butir Huruf Angka
(1) (2) (3) (4) (5)
119 3 B
120 3 A
121 3 B
122 3 A
123 3 B
Jumlah 61
7. Standar Pembiayaan
150
Bobot Skor Butir
No Butir Skor Tertimbang Perolehan
Butir Huruf Angka
(1) (2) (3) (4) (5)
146 3 C
147 3 B
148 3 C
Jumlah 74
151
Uraian Materi
AKREDITASI
UNTUK PENJAMINAN MUTU EKSTERNAL
Upaya peningkatan kualitas pendidikan secara nasional merupakan salah satu agenda yang
sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Upaya ini diarahkan agar setiap lembaga pendidikan selalu
berupaya untuk memberikan jaminan kualitas kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau
masyarakat yakni suatu jaminan bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah sesuai dengan
apa yang seharusnya terjadi dan sesuai pula dengan harapan mereka.
Apabila setiap lembaga penyelenggara pendidikan selalu berupaya untuk memberikan jaminan
kualitas dan upaya ini dilakukan secara terus menerus, maka diharapkan mutu pendidikan secara
nasional akan terus meningkat. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah mengeluarkan Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal
60, Peraturana Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pasal 86 & 87 dan Surat Keputusan Mendiknas No.
87/U/2002 tentang Akreditasi Sekolah.
Akreditasi adalahkegiatan penilaian (asesmen) sekolah secara sistematis dan komprehensif
melalui kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal (visitasi) untuk menentuksn kelayakan dan
kinerja satuan pendidikan atau program pendidikan. Akreditasi adalah sarana untuk melakukan upaya-
upaya yang terus menerus dalam meningkatkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki satuan pendidikan
serta memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dimiliki. Proses akreditasi harus sampai pada titik
membuka dan memberikan keyakinan kepada peserta didik khususnya dan masyarakat pada
umumnya, di mana satuan pendidikan telah dan akan melaksanakan berbagai program kerja dengan
sumber daya yang dimilikinya baik manusia maupun sumber daya lainnya secara sungguh-sungguh
agar terjadi proses pendidikan yang bermutu dan mengahasilkan keluaran yang berumutu pula. Proses
akreditasi harus didukung oleh pemahaman yang sama dan komitmen yang kuat semua komponen
yang ada pada satuan pendidikan dan penyelenggara. Pada pembahasan ini akan dijelaskan bagaimana
menyiapkan akreditasi sekolah/madrasah sebagai praktik dalam menyiapkan perangkatakreditasi.
Mekanisme AkreditasiSekolah/Madrasah
Sejak 2013 diberlakukan 15 tahap untup mempersaiapkan akreditasi sekolah/madrasah. Lima
belas tahap inilah yang harus dipahami dan dilakukan oleh seluruh komponen yang ada pada satuan
pendidikan, Dinas Pendidikan, Kementerian Agama, dan penyelenggara akreditasi. Berikut ini adalah
unsur-unsur yang terlibat dalam akreditasi,yaitu:
152
Bagan Unsur-Unsur yang Terlibat dalam Pelaksanaan Akreditasi
Sumber dari BAN-S/M 2013
Berikut ini adalah mekanisme akreditasi berdasarkan ketentuan dari BAN-S/M 2013.
1. Penyusunan rencana jumlah dan alokasisekolah/madrasah
BAP-S/M menyusun perencanaan jumlah dan alokasi sekolah/madrasah yang akan
diakreditasi sesuai dengan alokasi APBN/APBD untuk setiap jenis/jenjang di masing-masing
kab/kota.
BAP-S/M berkoordinasi dengan Disdik Provinsi dan Kanwil Kemenag untuk menentukan
satuan/program pendidikan yang akan diakreditasi sesuai prioritas dan persyaratan yang berlaku.
BAP-S/M menyampaikan alokasi sekolah/madrasah untuk setiap kab/kota kepada Disdik dan
Kankemenag Kab/Kota.
2. Pengumuman secara terbuka kepadasekolah/madrasah
BAP-S/M mengumumkan secara terbuka kepada sekolah/ madrasah yang memenuhi syarat
agar mendaftarkan diri untuk diakreditasi. Pengumuman disampaikan melalui surat ke Dinas
Pendidikan Kab/Kota, Kankemenag, media masa, website, dan media lainnya.
Sekolah mendaftar untuk diakreditasi melalui Disdik Provinsi/Kab/Kota, dan madrasah mendaftar
melalui Kanwil Kemenag/Kankemenag.
3. Pengusulan sekolah/madrasah yang akandiakreditasi
Disdik Provinsi/Kab/Kota mengusulkan kepada BAP-S/M daftar nama dan alamat sekolah
yang telah memenuhi syarat untuk diakreditasi.
Kanwil Kemenag/Kankemenag mengusulkan kepada BAP-S/M daftar nama dan alamat
madrasah yang telah memenuhi syarat untuk diakreditasi.
Sekolah/madrasah yang diusulkan untuk diakreditasi mengacu pada alokasi yang telah ditetapkan
pada langkah 1.
4. Penyampaian Perangkat Akreditasi ke sekolah/madrasah
BAP-S/M menyampaian Perangkat Akreditasi ke sekolah/ madrasah yang akan diakreditasi.
Sekolah/madrasah dapat memperoleh Perangkat Akreditasi melalui website BAN-S/M, BAP-
S/M, UPA-S/M, dan sumber resmi lainnya.
6. Pengisian Instrumen Akreditasi dan Instrumen Pengumpulan Data dan Informasi Pendukung
153
Sekolah/madrasah menelaah perangkat akreditasi secara keseluruhan. Sekolah/madrasah
mengisi (a) Instrumen Akreditasi, dan (b) Instrumen Pengumpulan Data dan Informasi
Pendukung, secara obyektif dengan berpedoman pada Petunjuk Teknis Pengisian Instrumen
Akreditasi.
6. Pengiriman Isian InstrumenAkreditasi
Sekolah/madrasah mengirimkan berkas akreditasi kepada BAP-S/M atau melalui UPA-S/M
Kab/Kota, dengan tembusan ke Disdik dan Kankemenag Kab/Kota. Instrumen akreditasi yang
sudah diisi lengkap, dikirim ke BAP-S/M dilengkapi dengan dokumen berikut:
a. Surat pernyataan kepala sekolah/madrasah tentang keabsahan data dalam instrumenakreditasi.
b. Surat keputusan pendirian/operasionalsekolah/madrasah.
c. Daftar jumlah siswa pada semua tingkatan kelas pada tahunberjalan.
d. Surat kepemilikan dan foto sarana dan prasarana yangdimiliki.
e. Daftar pendidik dan tenagakependidikan.
f. Keterangan pelaksanaan kurikulum yangberlaku.
g. Daftar siswa yang lulus pada tahunterakhir.
7. Melakukan evaluasi isian instrumen dan auditdokumen
BAP-S/M bersama dengan sejumlah asesor melakukan evaluasi terhadap isian instrumen
akreditasi dan mengaudit dokumen yang diserahkan oleh sekolah/madrasah. Audit dilakukan
terhadap dokumen persyaratan mengikuti akreditasi yang diserahkan oleh sekolah/madrasah.
Evaluasi isian instrumen dilakukan dengan mengecek pemenuhan kriteria nilai minimal
terakreditasi dan korelasi antar nilai komponen akreditasi.
Berdasarkan hasil evaluasi dan audit dokumen tersebut, disusun daftar sekolah/madrasah yang
direkomendasikan untuk divisitasi.
8. Penetapan kelayakan sekolah/madrasah untukdivisitasi
BAP-S/M melakukan rapat pleno untuk menetapkan sekolah/madrasah yang layak divisitasi
berdasarkan hasil evaluasi dan audit dokumen. BAP-S/M mempersiapkan kegiatan visitasi ke
sekolah/madrasah yang layak divisitasi.
Bagi sekolah/madrasah yang tidak layak divisitasi, BAP-S/M membuat surat pemberitahuan
yang menjelaskan agar sekolah/madrasah tersebut melakukan perbaikan mutu untuk memenuhi
standar nasional pendidikan.
9. Penugasan TimAsesor
BAP-S/M menugaskan tim asesor melaksanakan visitasi ke sekolah/ madrasah, dilengkapi
dengan surat tugas, dokumen dan format-format yang diperlukan untuk melaksanakan visitasi.
Tim asesor melaksanakan visitasi ke sekolah/madrasah sesuai pedoman dan kode etik asesor yang
berlaku. Tim asesor menyampaikan laporan visitasi kepada BAP-S/M, disertai dokumen:
a. Berita acara pelaksanaanvisitasi
b. Laporanindividu
c. Laporan TimAsesor
d. Rekomendasi
e. Foto sarpras, kegiatan sekolah/madrasah, dan kegiatanvisitasi.
f. Soft copy file data sesuai formatpendataan
10. Validasi hasilvisitasi.
154
Hasil visitasi yang dilaporkan oleh tim asesor perlu divalidasi untuk menjamin bahwa proses
dan hasil akreditasi sudah sesuai ketentuan. Validasi proses akreditasi dilakukan terhadap (a)
kesesuaian asesor dengan penugasan, (b) kesesuaian waktu pelaksanaan visitasi, (c) kesesuaian
tahapan visitasi, (d) berita acara pelaksanaan visitasi yang ditandatangani kepala
sekolah/madrasah dilengkapi dengan foto pelaksanaanakreditasi.
Validasi hasil akreditasi dilakukan terhadap (a) kelengkapan laporan hasil visitasi, (b)
ketepatan menghitung nilai akhir akreditasi, (c) kesesuaian kondisi obyektif sekolah/madrasah
secara umum dengan hasil visitasi, dan (d) kesesuaian nilai akhir akreditasi dengan rekomendasi.
Validasi dilakukan oleh BAP-S/M bersama dengan UPA-S/M. Apabila ditemukan penyimpangan
dalam proses dan hasil visitasi, BAP-S/M dapat menugaskan asesor berbeda untuk melakukan
visitasi ulang.
11. Verifikasi dan penyusunanrekomendasi.
Sebelum menetapkan hasil akreditasi, BAP-S/M bersama anggota BAN-S/M melakukan
verifikasi terhadap hasil validasi. Verifikasi bertujuan untuk melakukan pengecekan kebenaran
dokumen hasil validasi dan kesesuaian rekomendasi dengan data. Langkah yang dilakukan
adalah:
(a) mengecek dokumen rekapitulasi hasilvalidasi,
(b) mengecek berita acara validasi, dan melakukan penilaian dan menyusun rekomendasi untuk
setiap jenjang, jenis sekolah/madrasah dankabupaten/kota.
12. Penetapan hasil dan rekomendasiakreditasi
BAP-S/M menetapkan hasil akreditasi sekolah/madrasah melalui rapat pleno penetapan hasil
akhir akreditasi yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah dari jumlah anggota BAP-S/M
dan sekurang-kurangnya satu orang anggota BAN-S/M.
Penetapan hasil akreditasi diputuskan melalui musyawarah mufakat dan apabila tidak tercapai
kesepakatan, keputusan diambil melalui suara terbanyak (voting). Hasil pleno penetapan
akreditasi dituangkan dalam berita acara. Rapat pleno penetapan hasil akreditasimenetapkan:
a. Hasil dan peringkat akreditasi (hard and soft copyfile).
b. Rekomendasi tindaklanjut.
Apabila hasil rapat pleno sudah dinyatakan final, BAP-S/M menerbitkan surat keputusan hasil
dan peringkat akreditasi.
13. Penerbitan sertifikatakreditasi
BAP-S/M menerbitkan sertifikat akreditasi sesuai dengan format dan blanko yang dikeluarkan
oleh BAN-S/M. BAP-S/M menyampaikan sertifikat akreditasi kepada sekolah/madrasah disertai
dengan rekomendasi tindaklanjut.
14. Pelaporan data dan hasilakreditasi
BAP-S/M melaporkan data dan hasil akreditasi sekolah/madrasah kepada BAN-S/M sesuai
format pendataan. BAP-S/M menyampaikan hasil akreditasi kepada Gubernur, Dinas Pendidikan
Provinsi, Kanwil Kemenag, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Kankemenag, dan pihak-pihak
lain yang terkait.
15. Sosialisasi hasilakreditasi
BAP-S/M mensosialisasikan hasil-hasil akreditasi sekolah/madrasah kepada masyarakat
melalui seminar, media masa, website, compact disk, dan forum-forum lainnya. Seminar hasil
155
akreditasi harus diselenggarakan BAP-S/M dengan mengundang BAN-S/M, Dinas Pendidikan
Provinsi/Kab/Kota, Kanwil/Kankemenag, UPA-S/M, Perguruan Tinggi, DPRD, Pers, Lembaga
Penyelenggara Pendidikan, Pakar Pendidikan, Dewan Pendidikan, dan lain-lain.
156
SMA/MA terdiri dari 165 butir. Sedangkat jumlah butir instrument akreditasi SMK terdiiri dari 180
butir. Berikut table jumlah butir instrument akreditasi SMP/MTs
Jumlah
No. Komponen Akreditasi Nomor
Butir
1 Standar Isi 1 - 17 17
2 Standar Proses 18 - 29 12
Jumlah 169
Petunjuk Teknis
Instrumen Pengumpulan Data dan Informasi Akreditasi
50. Jumlah guru yang dimiliki sekolah/madrasah dan kualifikasinya.
157
Jumlah guru:...........orang dengankualifikasi:
Tabel tentang jumlah Butir instrument Akreditasi SMP/MTs.
Sumber dari Panduan Akreditasi SMP/MTS
1 S3/S2
2 S1
3 D-IV
4 D-III/Sarjana muda
5 D-II
6 D-I
7 SMA sederajat
Jumlah
158
69 Tenaga perpustakaan memiliki kesesuaian latar belakang pendidikan
dengan tugasnya sebagai tenaga perpustakaan.
Bobot
No. Komponen Akreditasi
Komponen
1 Standar Isi 13
2 Standar Proses 15
159
5 Standar Sarana & Prasarana 12
6 Standar Pengelolaan 11
7 Standar Pembiayaan 10
Jumlah 100
1. Menghitung skor tertimbang perolehan untuk setiap komponen akreditasi, mulai dari standar isi
sampai dengan standar penilaianpendidikan.
Berikut contoh penghitungan skor tertimbang perolehan tingkat SMP/MTs:
Standar Isi
Bobot Skor Butir Skor Tertimbang
No Butir
Butir Perolehan
Huruf Angka
(1) (2) (3) (4) (5)
1 3 B 3 9
2 3 A 4 12
3 3 B 3 9
4 3 A 4 12
5 3 C 2 6
6 2 C 2 4
7 2 C 2 4
8 2 B 3 6
9 3 B 3 9
10 3 B 3 9
11 3 C 2 6
12 2 D 1 2
13 2 C 2 4
14 3 C 2 6
15 3 A 4 12
16 3 B 3 9
17 2 A 4 8
Jumlah 54 47 127
Standar Proses
No Bobot Skor Butir Skor Tertimbang
Butir Butir Huruf Angka Perolehan
(1) (2) (3) (4) (5)
18 3 C 3 9
160
No Bobot Skor Butir Skor Tertimbang
Butir Butir Huruf Angka Perolehan
(1) (2) (3) (4) (5)
19 3 A 4 12
20 3 C 2 6
21 3 B 3 9
22 3 B 3 9
23 3 B 3 9
24 3 D 1 3
25 3 D 1 3
26 3 C 2 6
27 2 C 2 4
28 2 C 2 4
29 3 C 2 6
Jumlah 34 28 80
30 3 B 3 9
31 3 B 3 9
32 3 B 3 9
33 3 B 3 9
34 3 B 3 9
35 3 B 3 9
36 3 B 3 9
37 3 B 3 9
38 3 A 4 12
39 3 A 4 12
40 3 A 4 12
41 3 A 4 12
42 3 A 4 12
43 3 A 4 12
44 3 A 4 12
45 3 A 4 12
46 3 A 4 12
47 3 A 4 12
48 3 A 4 12
49 3 A 4 12
Jumlah 60 72 216
161
Standar Tenaga Pendidik dan Kependidikan
No Bobot Skor Butir Skor Tertimbang
Butir Butir Huruf Angka Perolehan
(1) (2) (3) (4) (5)
50 4 A 4 16
51 3 A 4 12
52 3 A 4 12
53 4 A 4 16
54 3 A 4 12
55 3 A 4 12
56 4 B 3 12
57 3 B 3 9
58 3 A 4 12
59 3 B 3 9
60 3 A 4 12
61 3 B 3 9
62 3 C 2 6
63 2 C 2 4
64 2 C 2 4
65 2 C 2 4
66 2 C 2 4
67 3 C 2 6
68 2 B 3 6
69 3 C 2 6
70 3 B 3 9
71 2 C 2 4
72 3 C 3 9
73 2 A 4 8
74 2 C 2 4
75 2 A 4 8
Jumlah 72 79 225
76 3 A 4 12
77 3 A 4 12
78 3 A 4 12
79 3 A 4 12
80 3 A 4 12
81 3 A 4 12
162
No Bobot Skor Butir Skor Tertimbang
Butir Butir Huruf Angka Perolehan
(1) (2) (3) (4) (5)
82 3 A 4 12
83 3 A 4 12
84 3 A 4 12
85 2 B 3 6
86 3 B 3 9
87 3 B 3 9
88 3 B 3 9
89 3 B 3 9
90 4 B 3 12
91 4 B 3 12
92 3 B 3 9
93 2 B 3 6
94 3 B 3 9
95 2 B 3 6
96 3 B 3 9
97 2 B 3 6
98 2 B 3 6
99 2 B 3 6
100 3 B 3 9
101 1 B 3 3
102 2 B 3 6
103 3 C 2 6
Jumlah 77 92 255
Standar Pengelolaan
104 3 C 2 6
105 3 C 2 6
106 3 C 2 6
107 3 C 2 6
108 3 C 2 6
109 3 C 2 6
110 3 C 2 6
111 3 B 3 9
112 4 B 3 12
113 3 C 2 6
114 3 B 3 9
163
No Bobot Skor Butir Skor Tertimbang
Butir Butir Huruf Angka Perolehan
(1) (2) (3) (4) (5)
115 3 C 2 6
116 4 B 3 12
117 3 C 2 6
118 2 A 4 8
119 3 B 3 9
120 3 A 4 12
121 3 B 3 9
122 3 A 4 12
123 3 B 3 9
Jumlah 61 53 161
Standar Pembiayaan
124 4 A 4 16
125 3 B 3 9
126 3 C 2 6
127 3 B 3 9
128 4 C 2 8
129 3 B 3 9
130 4 A 4 16
131 3 C 2 6
132 3 A 4 12
133 3 D 1 3
134 3 A 4 12
135 2 C 3 6
136 1 A 4 4
137 3 C 3 9
138 3 A 4 12
139 2 C 2 4
140 3 C 2 6
141 3 A 4 12
142 3 C 2 6
143 2 A 4 8
144 3 C 2 6
145 4 B 3 12
146 3 C 2 6
147 3 B 3 9
164
No Bobot Skor Butir Skor Tertimbang
Butir Butir Huruf Angka Perolehan
(1) (2) (3) (4) (5)
148 3 C 2 6
Jumlah 74 72 212
Standar Penilaian Pendidikan
No Bobot Skor Butir Skor Tertimbang
Butir Butir Huruf Angka Perolehan
(1) (2) (3) (4) (5)
149 3 B 3 9
150 3 A 4 12
151 3 A 4 12
152 3 A 4 12
153 3 A 4 12
154 3 A 4 12
155 4 A 4 16
156 3 A 4 12
157 2 A 4 8
158 2 A 4 8
159 3 B 3 9
160 2 B 3 6
161 2 B 3 6
162 3 B 3 9
163 2 B 3 6
164 3 B 3 9
165 3 B 3 9
166 3 B 3 9
167 3 B 3 9
168 4 B 3 12
169 4 B 3 12
Jumlah 61 72 209
Jumlah Jumlah
Nilai
Bobot Skor Skor
No Komponen Komponen
Komponen Tertimbang Tertimbang
Akreditasi
Maksimum Perolehan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)={(5):(4)}x(3)
1 Isi 13 180 127 91.7
2 Proses 15 136 80 8.82
3 Lulusan 13 240 216 11.7
165
4 Tendik 15 288 225 11.71
5 Sarpras 12 308 255 12.54
6 Pengelolaan 11 244 161 7.25
7 Pembiayaan 10 296 212 7.16
8 Penilaian 11 244 209 9.42
7 Pembiayaa n 10
296 212 7.16 72
PeringkatAkreditasi : A / B / C*)
166
6. Menentukan peringkat akreditasi sekolah/madrasah.
Sekolah/Madrasah memperoleh peringkat akreditasi sebagaiberikut.
a. Peringkat akreditasi A (Sangat Baik), jika memperoleh Nilai Akhir Akreditasi (NA) sebesar
86 sampai dengan 100, atau 86 <NA <100.
b. Peringkat akreditasi B (Baik), jika memperoleh Nilai Akhir Akreditasi sebesar 71 sampai
dengan 85, atau 71 <NA <85.
c. Peringkat akreditasi C (Cukup Baik), jika memperoleh Nilai Akhir Akreditasi sebesar 56
sampai dengan 70, atau 56 <NA <70.
Rangkuman
Dari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat dikerucutkan dalam beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1. Akreditasi adalahkegiatan penilaian (asesmen) sekolah secara sistematis dan komprehensif
melalui kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal (visitasi) untuk menentuksn kelayakan dan
kinerja satuan pendidikan atau programpendidikan.
2. Pentingnya akreditasi adalah untuk melakukan upaya-upaya yang terus menerus dalam
meningkatkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki satuan pendidikan serta memperbaiki kelemahan-
kelemahan yang dimiliki. Proses akreditasi harus sampai pada titik membuka dan memberikan
keyakinan kepada peserta didik khususnya dan masyarakat pada umumnya, di mana satuan
pendidikan telah dan akan melaksanakan berbagai program kerja dengan sumber daya yang
dimilikinya baik manusia maupun sumber daya lainnya secara sungguh-sungguh agar terjadi
proses pendidikan yang bermutu dan mengahasilkan keluaran yang berumutupula.
3. Pelaksanaan akreditasi meliputi 15 tahap yang harusdilalui.
4. Kegiatan yang sangat penting bagi sekolah/madrasah dalam mempersiapkan akreditasi adalah
pengisian instrument akreditasi. Pada tahap ke empat dalam mekanisme akreditasi, BAP-S/M
menyampaian Perangkat Akreditasi ke sekolah/ madrasah yang akandiakreditasi.
Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan pengertianakreditasi!
2. Jelaskan pentingnyaakreditasi?
3. Sebutkan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaanakreditasi?
4. Berapa tahapan yang hars dilalui dalam pelaksanaanakreditasi?
5. Tahap ke berapa sekolah/madrasah harus mengisi perangkat akreditasi untuk mempersiapkan
akreditasi?
6. Sebutkan komponen dari perangkatakreditasi?
7. Dari mana sekolah/madrasah bisa mendapatkan perangkatakreditasi?
8. Kemana perangkat akreditasi yang telah diisi oleh sekolah atau madrasahdiserahkan?
9. Siapakah yang melakukan klarifikasi, validasai, dan penilaian untuk akreditasimadrasah?
167
Gugus Kendali Mutu
Paket 11
GUGUS KENDALI MUTU
Pendahuluan
Bagi banyak orang peningkatan kualitas identik dengan Gugus Kendali
Mutu (quality circle). Gugus Kendali Mutu adalah fitur penting dari metode
pengendalian mutu di Jepang. Mereka adalah tim khusus yang dibentuk untuk
peningkatan kualitas.
Meskipun Manajemen Mutu berasal dari Amerika Serikat, di Jepang
penggunaan Gugus Kendali Mutu lebih ekstensif. GKM dianggap sebagai
bagian penting dari proses kualitas di Jepang, yang tidak dikembangkan di
Barat. Filosofi TQC Jepang pada dasarnya adalah campuran dari ide Deming
tentang pengendalian proses statistik dengan GKM. Setsuo Mito di bukunya
The Honda Book of Management mengatakan bahwa: “TQC dan QC adalah
kegiatanGugus
Kendali Mutu yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan moral
pekerja dan membawa perbaikan kualitatif dalam manajemen di mana pun
mereka dipraktikkan di mana saja di dunia”
Ini mungkin memiliki sesuatu untuk dilakukan dengan sukarela dan
setelah - jam gambar yang tidak cocok dengan mudah ke dalam budaya industri
Barat. Di Barat, tim dan kerja sama tim memiliki telah ditekankan di tempat
lingkaran kualitas. Dalam paket ini perkuliahan tentang gugus Kendali Mutu
menggunakan aktivitas diskusi dan Diskusi berpasangan untuk membantu
mahasiswa menyerap materi perkuliahan lebih cepat.
Indikator
Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu:
1. mejelaskan pengertian Gugus KendaliMutu
180
Waktu
3 x 50 menit
Materi Pokok
1. Pengertian Gugus KendaliMutu
2. Pentingnya Asal-Usul dan Pertumbuhan Gugus KendaliMutu
3. Pentingnya Gugus KendaliMutu
4. Perangkat Gugus KendaliMutu
Langkah-langkah Perkuliahan
Kegiatan Awal (15 menit)
1. Menjelaskan kompetensi dasar
2. Menjelaskanindikator
3. Penjelasan langkah kegiatan perkuliahan paketini
4. Kuis tentang regulasi tentang mutu pendidikan diIndonesia
Kegiatan Inti (110 menit)
1. Mahasiswa membentuk kelompok berpasangan. Setiap kelompok
berpasangan membuat pertanyaan tentang Gugus Kendali Mutu dan
mencari jawaban pertanyaan melalui presentasimakalah.
2. Presentasi makalah oleh kelompok yang telahditunjuk
3. Diskusi berpasangan untuk membahas jawaban dari pertanyaan yang
telah dibuat bersama kelompok.
4. Secara sukarela kelompok berpasangan mengemukakan pertanyaan
kepadapemakalah.
5. Pemakalah memberikan tanggapan ataujawaban.
6. Mahasiswa diminta memberikan tanggapan ataukonfirmasi
7. dosen memberikanpenguatan
Kegiatan Penutup (10 menit)
1. Menyimpulkan hasil perkuliahan
2. Memberi dorongan psikologis/saran/nasehat
181
3. Refleksi hasil perkuliahan oleh mahasiswa
Kegiatan Tindak Lanjut (5 menit)
1. Memberi tugaslatihan
2. Mempersiapkan perkuliahanselanjutnya.
Tujuan
Mahasiswa diskusi berpasangan dengan membuat pertanyaan dan
berdiskusi akan jawaban pertanyaan yang dibuat secaraberpasangan.
Langkah-langkah kegiatan
1. Mahasiswa membentuk kelompokberpasangan.
2. Buatlah 1 pertanyaan tentang Gugus Kendali Mutun dan mencermati
presentasi untuk mencari jawaban atas pertanyaanmereka.!
3. Mencermati dan mendengarkan presentasi makalah.!
4. Diskusikan jawaban atas pertanyaan yang telah dibuat secara
berpasangan!
5. Kemukakan pertanyaan kepadapemakalah.
6. Pemakalah memberikan jawaban dantanggapan.
7. Mahasiswa memberikan konfirmasi dan tanggapan atas jawaban
pemakalah.
182
Uraian Materi
183
bukunya The Honda Book of Management mengatakan bahwa: “TQC dan QC
adalah kegiatan Gugus Kendali Mutu yang telah terbukti efektif dalam
meningkatkan moral pekerja dan membawa perbaikan kualitatif dalam
manajemen di mana pun mereka dipraktikkan di mana saja di dunia”
GKM dianggap sebagai bagian penting dari proses kualitas di
Jepang, yang tidak dikembangkan di Barat. Ini mungkin memiliki sesuatu untuk
dilakukan dengan sukarela dan setelah - jam gambar yang tidak cocok dengan
mudah ke dalam budaya industri Barat. Di Barat, tim dan kerja sama tim
memiliki telah ditekankan di tempat lingkaran kualitas. Sangat menarik bahwa
dalam satu yang paling berpengaruh dari panduan praktis AS untuk TQM, Tim
Handbook, oleh Peter R Scholtes dan kontributor ( 1988), tidak ada
referensi untuk lingkaran kualitas. Sebaliknya, Kaoru Ishikawa, yang
merupakan salah satu penulis Jepang terkemuka tentang penjaminan mutu,
melihat GKM sebagai dasar proses peningkatan kualitas. Dalam karyanya Total
Quality Control, Ishikawa ( 1985) memetakan pengembangan gerakan kualitas
di Jepang berawal 1950-an melalui pertumbuhan gerakan Gugus Kendali Mutu.
Dia menggambarkan GKM sebagai kelompok-kelompok kecil berdasarkan
saling percaya, yang sukarela melakukan aktivitas pengendalian mutu di tempat
kerja, dan yang menggunakan metode kendali mutu dan teknik Tujuan dari
GKM. Ishikawa menyarankan, bahwa untuk berkontribusi pada peningkatan
dan pengembangan perusahaan, Tim mutu ini biasanya terbatas karena
jumlahnya agar lebih mudah untuk mencapai keberhasilan dengan tugas yang
dikelola. Proyek-proyek kecil yang gagal tidak membahayakan kredibilitas
seluruh proses. Idenya adalah bahwa serangkaian keberhasian yang dimulai dari
yang kecil akan berkembang hingga sesuatu yang jauh lebih besar. Tim mutu
perlu memiliki fokus yang sama sehingga ada koherensi dan arah, dengan hasil
akhir yang menguntungkan pelanggan tertentu, baik internal maupun eksternal.
Awalnya, tim perlu belajar mencari pola, pendekatan, dan mencari solusi secara
permanen dan tahanlama.
Oleh karena itu, tim tidak bisa dibentukdengan sekejap. Mereka harus
melalui formasi proses yang sangat penting untuk menfungsikan kemampuan
mereka. Tim membutuhkan waktu untuk tumbuh dan matang, dan
184
umumnya diakui bahwa tim berkembang melalui siklus
pertumbuhan. B W Tuckman, sebagaimana dikutip oleh Salis, telah
menyarankan pertumbuhan empat tahap dan siklus kematangan pengembangan
tim, yaitu:1
1. Membentuk (forming). Pada tahap ini mereka masih belum menjadi tim,
melainkan hanya kumpulan orang yang telah datang bersama-sama dengan
tujuan tetapi memiliki sedikit gagasan bagaimana bekerja sama atau apa
aturan dan norma-norma keterlibatan. Ada beberapa emosi yang terkait
dengan tahap ini, mulai dari kegembiraan, optimisme, idealisme,
kebanggaan dan antisipasi melalui takut, kecurigaan dan kecemasan.
Diskusi utama akan memusatkan pada isu-isu filosofis yang terkait dengan
konsep dan abstraksi, atau hambatan organisasi untuk sukses bekerja.
Pada tahap membentuk tim dapat dengan mudah terganggu dan dapat
mulai berurusan dengan hal-hal di luar kekuasaanya. Beberapa anggotanya
mungkin lebih peduli dengan mempertanyakan otoritas mereka pada
kelompok dari pada mengerjakan tugas. Pola-pola perilaku yang sering
dianggap sebagai menyianyiakan waktu dan usaha. Pada kenyataannya,
mereka adalah normal dan perlu. mereka adalah proses penting bahwa tim
mana pun harus melalui proses ini. mereka sesuai dengan kedelapan dan
kesembilan dari pendapat Deming tentang 14 poin mutu: yaitu mengusir
rasa takut sehingga setiap orang dapat bekerja secara efektif, dan memecah
hambatan antara bagian. Tim kendali mutu tidak akan terbentuk kecuali
mereka sudah mampu mencapai tahap kedua, yaitustorming.
2. Menyerbu (storming). Tahap ini adalah tahap yang sangat sulit. Ini adalah
tahap ketika anggota menyadari skala tugas masa depan dan dapat
menyikapi terhadap tantangan dengan baik. Setiap anggota tim saling
memiliki kepentingan individu yang membutuhkan usaha untuk
mempersatukan persepsi mereka. Antar anggota secara interpersonal
mungkin timbul permusuhan. tahap ini membutuhkan waktu untuk
menyatukantimdalammenjalankantugassampaikonflikpadatahapini
1
Edward Salis, Total Quality Management in Education, (London: Kogn Page,
2002), hal. 74-75.
185
ditangani dengan benar. Pemimpin tim harus mengenali sumber konflik
apapun. Ini adalah periode ketika anggota mulai memahami satu sama lain.
Humor dan kesabaran adalah kualitas penting bagi seorang pemimpin tim
pada tahap storming, seperti keteguhan dan tekad dan mulai menciptakan
keajegan, tujuan, dan mengadopsi filosofi baru. Selanjutnya, tim akan
memasuki tahap norming.
3. Norming, adalah tahap ketika tim memutuskan dan mengembangkan
metode kerja sendiri. Ini adalah proses di mana sebuah tim menetapkan
aturan atau norma sendiri, dan memilah peran setiap anggota. Jika aturan
didefinisikan dengan baik dan dipahami, tim memiliki peluang bagus untuk
berfungsi dengan baik. Pendekatan terstruktur pelatihan dalam kerja sama
tim dapat membantu jauh pada tahap ini untuk memasuki tahap
performing.
4. Melakukan (performing). Tahap ini adalah tahap di mana anggota tim yang
mampu menghindari perbedaan dan sesuai cara yang telah disepakati. Tim
telah membangun sebuah identitas dan memiliki proses yang mapan untuk
pemecahan masalah dan meningkatkan proses. Sebuah tim sepenuhnya
telah matang yang dapat bekerja sama dan menggunakan sinergi kelompok
kerja yang merupakan imbalan nyata dari kerja sama tim. Tahapan ini
sesuai dengan tahapan ke lima dari 14 poin mutu yang dikemukakan oleh
Deming, meningkatkan terus-menerus dan selamanya sistem produksi dan
pelayanan, dan kepemimpinan lembaga. Tidak ada skala waktu khas untuk
sebuah tim untuk mengikuti proses ini. Bahkan anggota tim paling
berpengalaman perlu pertemuan untuk membangun diri sebagai tim baru,
tetapi jika bagi tim baru untuk kerja tim akan memakan waktu lebihlama.
GKM adalah salah satu konsep baru untuk meningkatkan mutu dan
produktivitas kerja industri/jasa. Terbukti bahwa salah satu factor keberhasilan
industrialisasi di Jepang adalah penerapan GKM secara efektif. Karena
keberhasilan ini, sejumlah negara industri maju dan sedang berkembang
186
termasuk Indonesia, menerapkan GKM diperusahaan-perusahaan industri guna
meningkatkan mutu, produktivitas dan daya saing.
GKM adalah sekelompok kecil karyawan yang terdiri dar 3 – 8 orang
dari unit kerja yang sama, yang dengan sukarela secara berkala dan
berkesinambungan mengadakan pertemuan untuk melakukan kegiatan
pengendalian mutu di tempat kerjanya dengan menggunakan alat kendali mutu
dan proses pemecahan masalah. Tujuan GKM ini adalah untuk
mendayagunakan seluruh asset yang dimiliki organisasiterutama sumber daya
manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan mutu dalam arti luas. Objek
perbaikan GKM sangat luas meliputi bahan, proses, produk, lingkungan dan
lain-lain. Peningkatan mutu dapat berasal dari anggota gugus, fasilitator, ketua
GKM atau pimpinan organisasi. Penerapan GKM secara konsisten pada
organisasi akan sangat bermanfaat bagi semua pihak, antara lain:
1. Perbaikan mutu dan peningkatan nilaitambah
2. Peningkatan produktivitas sekaligus penurunanbiaya
3. Peningkatan kemampuan menyelesaikan pekerjaan sesuaitarget
4. Peningkatan moral kerja dengan mengubah tingkahlaku
5. Peningkatan hubungan yang serasi antara atasan danbawahan
6. Peningkatan ketrampilan dan keselamatankerja
7. Peningkatan kepuasankerja
8. Pengembangan tim (gugus kendalimutu)
Perangkat GKM
187
mutu lemabaganya. Tugas utama yang harus dilakukan oleh seorang
fasilitator adalah :
a. Menentukan obyek peningkatan mutu pada lembaga, kemudian
membentuk dan membimbing GKM yang telahdipilihnya.
b. Mengarahkan aktivitasGKM.
c. Membimbing GKM untuk mengadakan pertemuan kelompok secara
periodik guna mencari masalah pokok dan mencari pemecahan masalah
tersebut hingga tuntas.
d. Memberikan cara-cara mengidentifikasi masalah, mencari penyebab
(diagram tulang ikan), pemecahan masalah, pembuatan risalah dan
presentasi.
e. Memberikan saran-saran pemecahanmasalah.
f. Mencari ide-ide
g. Melakukan evaluasi terhadap hasil GKM dalam rangka
penyempurnaan/seleksi kelompok GKM, dan untuk melaksanakan
tindak lanjut programselanjutnya.
h. Mengorganisir pertemuan-pertemuaninformal
i. Membuat laporan kegiatan GKM kepada Koordinator Fasilitator
Seorang Fasilitator adalah yang telah memperoleh pelatihan Fasilitator dan
memiliki pengetahuan tentang pekerjaan dalamorganisasi.
2. Ketua Gugus, dengan tugas:
a. Membuat rencana untukpertemuan
b. Membangkitkan semangat kegiatan kelompok
c. Menyimpulkan
d. Menjaga kontinuitas kerja kelompok dengan cara memelihara
koordinasi yangharmonis
e. Menyimpulkan hal apa yang harus dilakukan untuk pertemuan
berikutnya
f. Bertanggung jawab atas catatan-catatan kegiatan kelompok yang
dipimpinnya dengan menggunakan sebuah agenda (Recording &
Filling) dan membuat segala sesuatunya menjadi jelas dengan
menggunakan flipcharts
188
g. Bekerja berdasarkan masalah para anggota dan kritik terhadap
kelompok
h. Menjaga agar rapat-rapat berjalan dalam jalur (tata tertib) yangbetul
i. Menjadi perantara utama (Key Link) antara kepentingan anggota
kelompok dan atasan(manajemen).
j. Bertanggungjawab atas kekompakankelompok.
k. Mengatur waktu secara baik serta memulai dan mengakhiri pertemuan
tepat pada waktunya
l. Perlihatkan kesungguhan hati dan perhatian yang penuh terhadap proses
kendali mutu
3. Anggota Gugus, dengan tugas:
a. Menghadiri semua pertemuan kelompok dan menyenangipekerjaan
b. Hadir dalam setiap pertemuan tepat pada waktunya serta mengikuti
peraturan tata tertib dan kebijaksanaanGKM
c. Berpartisipasi aktif dalam memecahkanmasalah
d. Mempromosikan program GKM dan membantu menarik anggota baru
masukgugus
4. Pimpinan
Peranan Pimpinan organisasi adalah sebagai pengarah yang meliputi
kegiatan :
189
j. Mendapatkan bahan latihan dan menambahkan bahan baru untuk
mempertinggi pengetahuan/wawasan bagi para anggota GKM
k. Menilai dan memberikan hadiah dan penghargaan
Rangkuman
Dari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat dikerucutkan
dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Upaya untuk meningkatkan mutu dan produktivitas serta kinerja suatu
satuan kerja baik dunia usaha maupun pendidikan perlu dilaksanakan terus
menerus sedemikian sehingga dapat berfungsi dan mencapai tujuannya
secara optimal. Sejak dahulu, terutama di Eropa dan Amerika Serikat
dikembangkan konsep manajemen dan organisasi yang bertujuan
meningkatkan kinerjaorganisasi.
2. GKM merupakan kelompok orang di organisasi yang bertugas
mengendalikan mutu. Peningkatan mutu sering terjadi karena adanya tim
yang bekerja karena tugas tabahan, yang masing-masing dirancang untuk
memecahkan masalah, memperbaiki proses yang ada atau merancang
desain yang baru. Bagi banyak orang peningkatan kualitas identik dengan
Gugus Kendali Mutu (quality circle). Gugus Kendali Mutu adalah fitur
penting dari metode pengendalian mutu di Jepang. Mereka adalah tim
khusus yang dibentuk untuk peningkatankualitas.
3. Di Jepang penggunaan Gugus Kendali Mutu lebih ekstensif dari pada di
tempat lain, meskipun Manajemen Mutu berasal dari Amerika Serikat.
Filosofi TQC Jepang pada dasarnya adalah campuran dari ide Deming
tentang pengendalian proses statistik dengan GKM. Setsuo Mito di
bukunya The Honda Book of Management mengatakan bahwa: “TQC dan
QC adalah kegiatan Gugus Kendali Mutu yang telah terbukti efektif dalam
meningkatkan moral pekerja dan membawa perbaikan kualitatif dalam
manajemen di mana pun mereka dipraktikkan di mana saja didunia”
Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
190
1. Jelaskan pengertian gugus kendali mutu!
2. Bagaimana pentingnya gugus kendali mutu?
3. Mengapa Gugus kendali mutu dipandangpenting?
4. Bagaimana tahapan membentuk tim gugus kendalimutu?
5. sebutkan perangkat Gugus KendaliMutu!
191
Benchmarking
Paket 12
BENCHMARKING
Pendahuluan
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, teknik yang pada
umumnya dipakai adalah benchmarking. Benchmarking adalah upaya
menjembatani di mana posisi sekarang dan tujuan yang akan dicapai. Sama
seperti dalam dunia industry benchmarking juga digunakan untuk memperbaiki
kinerja perusahaan. Dengan melakukan perbandingan antara suatu lembaga
dengan lembaga lain, lembaga dapat mempelajari pengalaman terbaik dalam
meraih kesuksesan suatu organisasi.
Lembaga pendidikan perlu mengembangkan perangkat untuk mengkaji
baik kesuksesan dan kegagalan organisasi maupun best practice organisasi lain
untuk membantu organisasi menghadapi kompetisi dan menunjukkan kinerja
yang lebih baik menghasilkan nilai tambah secara ekonomi. Benchmarking
antar lembaga sering kali dengan mengunjungi sekolah-sekolah lain untuk
mengetahui kinerja sekolah. Studi banding dalam pendidikan dipandang sebagai
upaya penting untuk membandingkan apa yang dilakukan suatu sekolah dan
belajar dari pengalaman menarik sebuah sekolah. Studi banding internasional
dalam pendidikan dapat dilakukan antar Negara, hal ini dilakukan jika
menghendaki lembaga pendidikan berkelas dunia.
Essensi dari bencmarking adalah membandingkan kinerja dari suatu
proses kerja untuk mengidentifikasi bagaimana mereka mencapai sukses.
Benchmarking adalah alat mengembangkan keuntungan kompetitif.
Untuk memahami benchmarking dalam pendidikan, mahasiswa akan
melakukan diskusi dalam mengembangkan penalaran dan analisis kritis untuk
menguasai tujuan perkuliahan. Agar menarik perhatian mahasiswa dan
meningkatkan daya serap mahasiswa perkuliahan ini akan menggunakan kuis
teka-teki silang.
85
Waktu
3 x 50 menit
Materi Pokok
1. PengertianBenchmarking
2. PerkembanganBenchmarking
3. Jenis-jenisBenchmarking
4. Tahapan MerancangBenchmarking
5. Manfaat Benchmarking
Langkah-langkah Perkuliahan
Kegiatan Awal (15 menit)
1. Menjelaskan kompetensi dasar
2. Menjelaskanindikator
3. Penjelasan langkah kegiatan perkuliahan paketini
4. Brainstorming
Kegiatan Inti (110 menit)
1. Pemakalah diminta mempresentasikan makalah, dan semua mahasiswa
memperhatikan presentasi pemakalah tentangbenchmarking
2. Mahasiswa bertanya jawab dengan pemakalah tentangbenchmarking
3. Dosen memberikanpenguatan.
4. melakukankuis
86
2. Memberi dorongan psikologis/saran/nasehat
3. Refleksi hasil perkuliahan olehmahasiswa
Kegiatan Tindak Lanjut (10 menit)
1. Memberi tugaslatihan
2. Mempersiapkan perkuliahanselanjutnya.
Tujuan
Langkah-langkah kegiatan
Tujuan
87
Kuis Teka Teki Silang
1 3 4
3 6 7
Pertanyaan Mendatar
Pertanyaan Menurun
88
1. laporan resmi yang bisa memberikan informasibenchmarking
2. asal atau asli atau berlaku secaraumum
3. terbaik (BahasaInggris)
4. Fase dalam merancangbenchmarking
5. kunjungan untukbenchmarking
6. Perbandingan (Bahasa Inggris)
7. Banding
Uraian Materi
BENCHMARKING
89
produk baru yang akhirnya menjadi sistem untuk menghasilkan produk-produk
yang bisa bersaing.
Essensi dari bencmarking adalah membandingkan kinerja dari suatu
proses kerja untuk mengidentifikasi bagaimana mereka mencapai sukses.
Benchmarking adalah alat mengembangkan keuntungan kompetitif.
Benchmarking adalah upaya menemukan siapa yang terbaik dan bagaimana
menjadi lebih baik dari yang terbaik. Benchmarking merupakan alat untuk
belajar dan melakukan yang lebih baik dari pada penguasa pasar. pentingnya
benchmarking adalah untuk meyakinkan bahwa standar mutu adalah standar
yang bagus jika bukan yang terbaikdi antara kompetitor.
Dalam pendidikan, terdapat berbagai alat sederhana untuk
benchmarking yang dapat dijadikan media latihan bagi pengembangan staff.
Guru dapat mengunjungi lembaga-lembaga lain dan melihat bagaimana segala
sesuatunya dilaksanakan. Guru-guru dapat mengkaji best practice dan lesson
learned yang dapat diterapkan di lembaga mereka. Kegunaan benchmarking
adalah menemukan kembali pengalaman terbaik untuk membantu memecahkan
masalah. Sejarah benchmarking bermula pada akhir tahun 1970-an dan seperti
berbagai teknologi mutu lainnya, benchmarking asal-usulnya dari perusahaan
Xerox.
Benchmarking dapat didefinisikan sebagai sebuah proses sistematis
untuk mengukur dan membandingkan kinerja suatu organisasi dengan
organisasi lainnya. Tujuan benchmarking adalah belajar dari pengalaman
terbaik organisasi lain untuk meningkatkan kinerja organisasi yang lebih baik
dan belajar rahasia kesuksesan mereka. Benchmarking dapat mengarahkan
organisasi pada level kelas dunia di mana model-model perusahaan atau
benchmarking standar mereka di level dunia. Hal ini dapat diterapkan pada
dunia pendidikan meskipun sering kali dunia pendidikan tidak mengukur mutu
dalam term global. Kemungkinan terbuka dengan teknologi informasi
mempermudah mendapatkan informasi lembaga lain yang memiliki pengalaman
bagus dan menemukan cara kerja sama untuk belajar pada mereka.
Benchmarking adalah alat penentu mutu yang berguna dan penting tidak hanya
untukpeningkatanmutuberkesinambungantetapijugamemberikan
90
perbandingan yang diperlukan untuk tujuan akuntabilitas. Oleh karena itu,
benchmarking dapat memandang i organisasi sebagai model untuk peningkatan
mutu. Benchmarking adalah alat bukti untuk peningkatan mutu dan pendamping
yang dapat diperhitungkan dalam proses peningkatan mutu. Namun demikian,
benchmarking bukan copy paste atau memata-matai sekolah lain.
Benchmarking adalah belajar dari pengalaman terbaik; mengidentifikasi
kesenjangan kinerja; dan memecahkan kesenjangan antara kualitas saat ini
dengan harapan.
Benchmarking Internal
Benchmarking bukan membandingkan satu sekolah atau universitas satu dengan
lainnya. Benchmarking internal adalah membandingkan dan belajar dari kinerja
antar departemen yang dapat dijadikan sebagai latihan efektif dan biasanya
menjadi titik awal yang baik. Beberapa organisasi belajar secara sistematis
tentang praktik-praktik dan proses dari bagian lain organisasi. Latihan observasi
sistematis, forum berbagi informasi, atau komunitas berbagi pengetahuan,
adalah media belajar dari lainnya. Benchmarking internal adalah untuk
menjawab masalah atau alat meraih tujuan yang tampaknya tidak realistic dari
organisasi.
Benchmarking Fungsional
91
Kunjungan Pendidikan
Benchmarking Generik
92
10. Bagaimana kita dapat melakukan yang lebih baik dari yangterbaik?
11. Apa yang harus kita lakukan untuk menjadi yangterbaik?
Merancang Benchmarking
Tahap 1 Planning
Sangat penting untuk merencanakan benchmarking dengan hati-hati.
Benchmarking membutuhkan waktu dan biaya, sehingga perlu direncanakan
dengan baik. Benchmarking yang sukses harus menentukan prioritas lembaga
dan factor kritik untuk sebuah kesuksesan sebuah lembaga. Di samping itu,
diperlukan juga pemahaman yang jelas tentang tujuan dan dan manfaat yang
diharapkan dari benchmarking
Tahap 2, Mengidentifikasi Mitra Potensial
Tahap ini membutuhkan penelitian yang cermat terhadap mitra
benchmarking. Hal ini adalah tahap mempertimbangkan apa jenis
benchmarking, apakah internal, fungsional, atau generic benchmarking? Apakah
tujuannya sudahjelas?
Tahap 3, Analisis Proses dan Praktik dari Mitra Benchmarking
Mengidentifikasi pengalaman terbaik adalah kunci pada tahap ini,
namun demikian tidak cukup hanya ini. Sama pentingnya dengan
mengidentifikasi best practices memahami faktor pendorong mitra
benchmarking meraih kesuksesan. Bagaimana mitra benchmarking
melakukannya dan bagaimana memelihara kesuksesan.
Tahap 4, Mengadaptasikan pengalaman sendiri menjadi yang terbaik
Benchmarking tidak akan berdampak positif pada lembaga jika tidak
mengadaptasikan pengalaman sendiri dengan informasi yang diperoleh. Tahap
ini adalah tahap yang sulit karena melibatkan upaya-upaya manajemen dalam
merubah budaya dan menerapkan praktik-praktik kerja yang baru.
Tahap 5, mereview keberhasilan sebuah aktivitas
Seperti halnya upaya manajemen, menelaah keberhasilan dan
efektivitas aktivitas benchmarking dipandang sangat penting. Seperangkat
pertanyaan dapat membantu mereview keberhasilan suatu aktivitas,yaitu,
a. Apa tujuan yangdiharapkan?
93
b. Aktivitas apa yang dipandangberharga?
c. Apakah semua person memiliki performa yang sama denganmitra
benchmarking?
ManfaatBenchmarking
94
lain untuk membantu organisasi menghadapi kompetisi dan menunjukkan
kinerja yang lebih baik menghasilkan nilai tambah secara ekonomi.
2. Essensi dari bencmarking adalah membandingkan kinerja dari suatu proses
kerja untuk mengidentifikasi bagaimana mereka mencapai sukses.
Benchmarking adalah alat mengembangkan keuntungankompetitif.
3. Macam-macam benchmarking adalah benchmarking internal, fungsional,
dan generic.
4. Benchmarking antar lembaga sering kali dengan mengunjungi sekolah-
sekolah lain untuk mengetahui kinerja sekolah. Studi banding dalam
pendidikan dipandang sebagai upaya penting untuk membandingkan apa
yang dilakukan suatu sekolah dan belajar dari pengalaman menarik sebuah
sekolah. Studi banding internasional dalam pendidikan dapat dilakukan
antar Negara, hal ini dilakukan jika menghendaki lembaga pendidikan
berkelasdunia.
5. Meskipun benchmarking adalah teknik peningkatan mutu yang sangat
popular, tidak lepas dari kekurang. terdapat orang-orang yang meyakini
bahwa benchmarking dapat menyia-nyiakan usaha. Satu hal yang menjadi
kritik keras adalah bahwa kesuksesan merupakan masalah budaya dan
sangat sulit melakukan replikasi aspek-aspek kultur dari sebuahorganisasi.
Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawahini!
1. Jelaskan pengertianbenchmarking
2. Sebutkan manfaatbenchmarking
3. Mengapa benchmarking dipandang penting sebagai teknik peningkatan
mutu?
4. Apa yang dimaksud benchmarkingfungsional
5. Bandingkan perbedaan antara benchmarking internal daneksternal
6. Apa yang maksud benchmarkingfungsional
7. Apa yang dimaksud dengan benchmarkinggeneric?
8. Sebutkan tahapan merancangbenchmarking?
9. Mengapa benchmarking mendapatkankrikik?
10. Sebutkan kritik terhadapbenchmarking?
95