Anda di halaman 1dari 8

PEMBINAAN GURU DENGAN SUPERVISI ILMIAH

Oleh:
Ahmad Nur Muchlis
NIM. 12501184002

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I
NIP. 19650903 199803 2 001

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 2A


PASCASARJANA IAIN TULUNGAGUNG

E-mail penulis: ahmadnurmuchlis@gmail.com

Abstrak: Tujuan supervisi pendidikan secara garis besar adalah untuk


memberikan layanan dan bantuan kepada guru untuk meningkatkan kualitas
belajar mengajar di kelas, bukan hanya memperbaiki kemampuan mengajar tetapi
juga untuk mengembangkan potensi kualitas guru. Banyak model dari supervisi
pendidikan salah satunya adalah model supervisi ilmiah. Supervisi ilmiah sebagai
sebuah model dalam supervisi pendidikan dapat digunakan oleh supervisor untuk
menjaring informasi atau data dan menilai kinerja kepala sekolah dan guru dengan
cara menyebarkan angket. Model supervisi ilmiah pada pelaksanaannya,
supervisor menyebarkan angket kepada para siswa dan atau guru sejawat. Setelah
angket itu diisi atau dijawab oleh siswa dan atau guru sejawat, ditarik lagi dan
dikumpulkan lalu diolah, dianalisis hingga pada akhirnya hasilnya dijadikan
sebagai bahan penilaian supervisor kepada kinerja kepala sekolah, guru, dan staf
sekolah. Jika hasilnya cenderung tidak menguntungkan kepala sekolah ataupun
guru, dengan kata lain kinerja kepala sekolah ataupun guru kurang baik,
supervisor segera mengambil langkah-langkah logis dan rasional untuk
memberikan pencerahan kepada mereka agar mau memperbaiki kinerjanya.
Tujuan supervisi ilmiah adalah sebagai upaya untuk membantu perkembangan
murid melalui pengembangan guru. Karena supervisi berkaitan dengan seluruh
anak (dan seluruh guru) atasan (kepala sekolah) harus mengenali dan memberikan
tempat yang benar untuk kreativitas, kerja sama, dan demokratis. Tidak ada
pertentangan antara konsep pengawasan kreatif, kooperatif, demokratis, dan
ilmiah.Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a)
Dilaksanakan secara berencana dan kontinu. b) Sistematis dan menggunakan
prosedur serta teknik tertentu. c) Menggunakan instrumen pengumpulan data. d)
Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang rill.Keterbatasan
supervisi ilmiah diantaranya: (1) jumlah proposisi yang dihasilkan pendekatan
ilmiah masih relatif kecil dibandingkan dengan kebutuhan aktual pembelajaran,

1
(2) peneliti pembelajaran umumnya hanya menyeleksi pengetahuan yang telah
mapan, dibandingkan dengan pengetahuan baru, (3) peneliti umumnya tidak
menemukan problema kelas secara keseluruhan, (4) banyak temuan ilmiah
mengemukakan konsep pembelajaran yang efektif dengan ukuran yang berbeda-
beda.

Kata kunci: pembinaan guru, supervisi ilmiah

Abstract: The aim of education supervision in general is to provide services and


assistance to teachers to improve the quality of teaching and learning in the
classroom, not only to improve teaching skills but also to develop teacher quality
potential. Many models of educational supervision, one of which is the scientific
supervision model. Scientific supervision as a model in educational supervision
can be used by supervisors to capture information or data and assess the
performance of principals and teachers by distributing questionnaires. Scientific
supervision model in its implementation, supervisors distribute questionnaires to
students and / or peer teachers. After the questionnaire is filled out or answered by
students and or peer teachers, withdrawn and collected and then processed,
analyzed until finally the results are used as material for the supervisor's
assessment of the performance of principals, teachers, and school staff. If the
results tend not to benefit the principal or teacher, in other words the performance
of the principal or teacher is not good, the supervisor immediately takes logical
and rational steps to enlighten them to want to improve their performance. The
aim of scientific supervision is as an effort to foster student development through
teacher development. Because supervision is related to all children (and all
teachers) superiors (principals) must recognize and provide the right place for
creativity, cooperation and democracy. There is no contradiction between the
concepts of creative, cooperative, democratic, and scientific supervision.
Supervision that is of a scientific nature has the following characteristics: a)
Implemented in a planned and continuous manner. b) Systematic and use certain
procedures and techniques. c) Using data collection instruments. d) There is
objective data obtained from real circumstances. Limitations of scientific
supervision include: (1) the number of propositions produced by the scientific
approach is still relatively small compared to the actual needs of learning, (2)
learning researchers generally only select established knowledge, compared with
new knowledge, (3) researchers generally do not find the overall class problem,
(4) many scientific findings suggest effective learning concepts of different sizes.

Keywords: teacher coaching, scientific supervision

2
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang diharuskan untuk
mencapai tujuan dari pendidikan sesuai dengan undang-undang yang berlaku di
Indonesia. Tercapainya tujuan pendidikan yang dimaksud bukan tanpa ada
kendala yang menjadi diding penghalang untuk mencapai tujuan pendidikan
tersebut. Baik dari pihak peserta didik, sarana prasarana, guru, maupun kepala
sekolah yang berperan dalam proses pendidikan.
Sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, supervisi hadir dalam
rangka mengembangkan proses pendidikan. Supervisi mempunyai peran
mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi juga bersangkut
paut dengan semua upaya penilaian yang tertuju pada semua aspek yang
merupakan faktor penentu keberhasilan.1
Tujuan supervisi pendidikan secara garis besar adalah untuk memberikan
layanan dan bantuan kepada guru untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar
di kelas, bukan hanya memperbaiki kemampuan mengajar tetapi juga untuk
mengembangkan potensi kualitas guru.
Ada berbagai model supervisi pendidikan, salah satunya adalah supervisi
model ilmiah yang mana untuk lebih jelasnya akan pemakalah uraikan pada bab
selanjutnya.

METODE
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena tujuan
penelitian ini hendak mendeskripsikan pembinaan guru dengan pendekatan non
direktif (tak langsung). Metode yang digunakan adalah library research (penelitian
kepustakaan) yang mana data dikumpulkan melalui studi pustaka. Setelah itu
dilakukan penarikan kesimpulan sesuai data yang ada.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengertian Supervisi Ilmiah
Supervisi ilmiah sebagai sebuah model dalam supervisi pendidikan dapat
digunakan oleh supervisor untuk menjaring informasi atau data dan menilai
kinerja kepala sekolah dan guru dengan cara menyebarkan angket.2
Model supervisi ilmiah pada pelaksanaannya, supervisor menyebarkan angket
kepada para siswa dan atau guru sejawat. Setelah angket itu diisi atau dijawab
oleh siswa dan atau guru sejawat, ditarik lagi dan dikumpulkan lalu diolah,
dianalisis hingga pada akhirnya hasilnya dijadikan sebagai bahan penilaian
supervisor kepada kinerja kepala sekolah, guru, dan staf sekolah. Jika hasilnya
cenderung tidak menguntungkan kepala sekolah ataupun guru, dengan kata lain
kinerja kepala sekolah ataupun guru kurang baik, supervisor segera mengambil
1 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 1

2 Jasmani dan syaiful mustofa, Supervisi Pendidikan Terobosan Baru dalam Kinerja Peningkatan
Kerja Pengawas Sekolah dna Guru, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 95

3
langkah-langkah logis dan rasioal untuk memberikan pencerahan kepada mereka
agar mau memperbaiki kinerjanya.3
Terdapat tiga pandangan mengenai supervisi ilmiah sebagai berikut:
1. Supervisi ilmiah dipandang sebagai kegiatan supervisi yang
dipengaruhi oleh berkembangnya manajemen ilmiah dalam dunia industri.
Menurut pandangan ini, kekurang berhasilan guru dalam mengajar, harus
dilihat dari segi kejelasan pengaturan serta pedoman- pedoman kerja yang
disusun untuk guru. Oleh karena itu, melalui pendekatan ini, kegiatan
mengajar harus dilandasi oleh penelitian, agar dapat dilakukan perbaikan
secara tepat.
2. Supervisi ilmiah dipandang sebagai penerapan penelitian ilmiah
dan metode pemecahan masalah secara ilmiah bagi penyelesaian
permasalahan yang dihadapi guru di dalam mengajar. Supervisor dan guru
bersama-sama mengadopsi kebiasaan eksperimen dan mencoba berbagai
prosedur baru serta mengamati hasilnya dalam pembelajaran.
3. Supervisi ilmiah dipandang sebagai democratic ideology.
Maksudnya setiap penilaian atau judgment terhadap baik buruknya
seorang guru dalam mengajar, harus didasarkan pada penelitian dan
analisis statistik yang ditemukan dalam action researchterhadap problem
pembelajaran yang dihadapi oleh guru. Intinya supervisor dan guru harus
mengumpulkan data yang cukup dan menarik kesimpulan mengenai
problem pengajaran yang dihadapi guru atas dasar data yang dikumpulkan.
Hal ini sebagai perwujudan terhadap ideologi demokrasi, di mana seorang
guru sangat dihargai keberadaannya, serta supervisor menilai tidak atas
dasar opini semata.
Pada model supervisi ilmiah dilaksanakan secara teratur, berencana dan
berkelanjutan (sistematis), dapat diobservasi, nyata (objektif), menggunakan alat
pencatat yang dapat memberikan informasi umpan balik dan demokrasi yaitu
usaha menstimulasi, mengkoordinasi, membimbing secara berkelanjutan kepada
guru baik secara individual maupun secara kolektif agar lebih efektif dalam
pembelajaran.

Tujuan Supervisi Ilmiah


Tujuan supervisi ilmiah adalah sebagai upaya untuk membantu
perkembangan murid melalui pengembangan guru. Karena supervisi berkaitan
dengan seluruh anak (dan seluruh guru) atasan (kepala sekolah) harus mengenali
dan memberikan tempat yang benar untuk kreativitas, kerja sama, dan demokratis.
Tidak ada pertentangan antara konsep pengawasan kreatif, kooperatif, demokratis,
dan ilmiah.

3 Ibid, 95-96

4
Dalam supervisi ilmiah ini tentunya dalam membantu pengembangan guru
melalui prosedur-prosedur yang bersifat ilmiah dan menggunakan data yang real
tanpa dibuat-buat, sehingga hasil yang diperoleh benar-benar dapat
diimplementasikan dengan semestinya. Dan dengan menggunakan penelitian ini
setidaknya sepuervisor tidak menilai guru dengan sudut pandangnya sendiri,
melainkan dari sudut pandang penelitian yang sudah dilakukan.

Ciri-Ciri Supervisi Ilmiah


Ciri-ciri dari pendekatan ilmiahnya menurut Sahertian adalah kegiatan
supervisi dilaksanakan berdasarkan data obyektif yang diperoleh dalam kenyataan
pelaksanaan proses belajar mengajar. Menggunakan instrumen pengumpulan data
untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data seperti angket,
observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya. Setiap kegiatan supervise
dilaksanakan secara sistematis terencana dan berkesinambungan.4
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a)
Dilaksanakan secara berencana dan kontinu. b) Sistematis dan menggunakan
prosedur serta teknik tertentu. c) Menggunakan instrumen pengumpulan data. d)
Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang rill.
Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau cheklist lalu para
siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di
kelas. Hasil penelitian diberikan kepada guru-guru sebagai balikan terhadap
penampilan mengajar guru pada cawu atau semester yang lalu. Data ini tidak
berbicara kepada guru dan guru mengadakan perbaikan. Penggunaan alat perekam
data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil perekam
data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang
lebih manusiawi.5

Teknik-Teknik Supervisi Ilmiah


Secara garis besar, teknik-teknik dalam supervisi dibagi menjadi dua yaitu
teknik perorangan dan teknik kelompok.
1. Teknik Perorangan
Supervisi dengan teknik perorangan adalah bantuan yang dilakukan
sendiri oleh supervisor kepada guru ataupun kepala sekolah. Adapun
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan adalah:6
a. Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)

4 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Mengembangkan SDM, ( Jakarta : Rineka Cipta ,2008), 19

5 Luk- luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), 30-31

6 Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam: Teori dan Praktek, (Yogyakarta: TERAS, 2009), 90-
92.

5
Kunjungan kelas ialah kunjungan kelas adalah kunjungan yang
dilakukan oleh supervisor, baik pengawas atau kepala sekolah ke dalam
kelas, baik kegiatan pembelajaran sedang berlangsung untuk melihat atau
mengamati guru yang sedang mengajar, ataupun kelas sedang kosong, atau
sedang ada siswa tetapi guru tidak sedang mengajar.
b. Mengadakan observasi kelas (classroom observation)
Mengadakan observasi kelas maksudnya adalah kunjungan yang
dilakukan oleh supervisor ke sebuah kelas dengan maksud untuk
mencermati situasi atau peristiwa yang sedang berlangsung di kelas.
Misalnya, supervisor menyaksikan guru yang sedang mengajar tidak
menggunakan alat peraga, padahal dalam menjelaskan materi tersebut
sangat memerlukan alat peraga. sehingga siswa dapat dengan mudah
memahami materi tersebut.
c. Mengadakan wawancara perseorangan (personal interview)
Wawancara perseorangan dilakukan apabila supervisor membutuhkan
informasi dari seorang guru. Hal ini dilakukan karena ada beberapa alasan
berikut:
1) Ada masalah khusus pada seorang guru yang penyelesaiannya
tidak boleh didengar oleh guru lain.
2) Supervisor ingin mengecek kebenaran data yang diperoleh dari
orang lain.7
2. Teknik Kelompok
Supervisi dengan teknik kelompok ialah supervisi yang dilakukan secara
kelompok, dengan menggunakan beberapa strategi diantaranya adalah:8
a. Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
Kepala sekolah menjalankan tugas sesuai perencanaan seperti
mengadakan rapat dengan para guru, hal ini bertujuan untuk membahas
semua hal yang ada di sekolah, termasuk juga permasalahan yang sering
dialami oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Mengadakan dikusi kelompok (group discussions)
Diskusi kelompok dengan membentuk kelompok-kelompok guru
bidang studi tertentu guna untuk mendiskusikan hal-hal ang berhubungan
dengan proses pengembangan kegiatan belajar mengajar.
c. Mengadakan penataran-penataran (inservice training)
Penataran untuk guru bidang studi tertentu pada umurnnya diadakan
oleh pusat atau wilayah, tugas kepala sekolah adalah mengelolah dan
membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran
agar adapat dipraktekkan oleh guru-guru.

7 Ibid, 91.

8 Muwahid Shulhan, Supervisi Pendidikan: teori dan terapan dalam mengembangkan sumber
daya guru, (Surabaya: Aclima Publishing, 2012), 59-60

6
Keterbatasan Supervisi Ilmiah
Supervisi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah hanya
melihat tampilan-tampilan pembelajaran yang tampak sebagai keseluruhan
peristiwa pembelajaran. Bagaimanapun jika kita mengatasi masalah dengan
kurang sensitif dan mendalam tidak mungkin hanya dengan menggunakan
metode ilmiah. Oleh sebab itu, supervisi pembelajaran menggunakan pendekatan
ilmiah memiliki keterbatasan-keterbatasan yang perlu diperhatikan. Beberapa
keterbatasan pendekatan ilmiah dalam supervisi pembelajaran antara lain:
1. Jumlah proposisi yang dihasilkan pendekatan ilmiah masih relatif kecil
dibandingkan dengan kebutuhan aktual pembelajaran
2. Peneliti pembelajaran umumnya hanya menyeleksi pengetahuan yang telah
mapan, dibandingkan dengan pengetahuan baru
3. Peneliti umumnya tidak menemukan problema kelas secara keseluruhan
4. Banyak temuan ilmiah mengemukakan konsep pembelajaran yang efektif
dengan ukuran yang berbeda-beda.
Dengan beberapa keterbatasan dalam supervisi menggunakan pendekatan
ilmiah ini, diharapkan peneliti atau supervisor tidak hanya menggunakan teknik
supervisi ilmiah ini. Namun juga peneliti atau supervisor harus mau membuka diri
dengan teknik supervisi yang lain. Agar tujuan dari supervisi yang diharapkan
mampu tercapai dengan baik.

SIMPULAN
Dari pemaparan diatas, dapat ditarik kesimpulan:
1. Supervisi ilmiah sebagai sebuah model dalam supervisi pendidikan dapat
digunakan oleh supervisor untuk menjaring informasi atau data dan menilai
kinerja kepala sekolah dan guru dengan cara menyebarkan angket.
2. Tujuan supervisi ilmiah adalah sebagai upaya untuk membantu
perkembangan murid melalui pengembangan guru. Karena supervisi
berkaitan dengan seluruh anak (dan seluruh guru) atasan (kepala sekolah)
harus mengenali dan memberikan tempat yang benar untuk kreativitas, kerja
sama, dan demokratis. Tidak ada pertentangan antara konsep pengawasan
kreatif, kooperatif, demokratis, dan ilmiah.
3. Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a)
Dilaksanakan secara berencana dan kontinu. b) Sistematis dan menggunakan
prosedur serta teknik tertentu. c) Menggunakan instrumen pengumpulan data.
d) Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang rill.
4. Secara garis besar, teknik-teknik dalam supervisi dibagi menjadi dua yaitu
teknik perorangan dan teknik kelompok. Teknik perorangan diantaranya: (1)
mengadakan kunjungan kelas, (2) mengadakan observasi kelas, (3)
mengadakan wawancara perseorangan. Dan teknik kelompok diantaranya: (1)
mengadakan pertemuan atau rapat, (2) mengadakan diskusi kelompok, (3)
mengadakan penataran-penataran.
5. Keterbatasan supervisi ilmiah diantaranya: (1) jumlah proposisi yang
dihasilkan pendekatan ilmiah masih relatif kecil dibandingkan dengan

7
kebutuhan aktual pembelajaran, (2) peneliti pembelajaran umumnya hanya
menyeleksi pengetahuan yang telah mapan, dibandingkan dengan
pengetahuan baru, (3) peneliti umumnya tidak menemukan problema kelas
secara keseluruhan, (4) banyak temuan ilmiah mengemukakan konsep
pembelajaran yang efektif dengan ukuran yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Maunah, Binti. 2009. Supervisi Pendidikan Islam: Teori dan Praktek. Yogyakarta:
TERAS.
Mufidah, Luk- luk Nur. 2009. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
Mustofa, Jasmani dan Syaiful. 2013. Supervisi Pendidikan Terobosan Baru dalam
Kinerja Peningkatan Kerja Pengawas Sekolah dna Guru, Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Sahertian, Piet A. 2008. Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam
Rangka Mengembangkan SDM. Jakarta : Rineka Cipta.
Shulhan, Muwahid. 2012. Supervisi Pendidikan: teori dan terapan dalam
mengembangkan sumber daya guru. Surabaya: Aclima Publishing.

Anda mungkin juga menyukai