AGENSI PENGENDALI
Tugas Mata Kuliah Antropo-Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu:
Mohammad Kamaludin, M.Si.
Oleh kelompok 2:
1. Ahmad Zaini Dhahlan (202110010311059)
2. Qurratul Aini (202110010311006)
3. Muhammad Fathurrohman (202110010311056)
KELAS C
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG (UMM)
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
Antropo-Sosiologi Pendidikan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah
kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada BapakMuhammad Kamaludin,
M.Si, selaku dosen pengampu mata kuliah Antropo-Sosiologi Pendidikan yang
membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Antropo-
Sosiologi Pendidikan. Judul makalah yang kami buat adalah “Agensi Pengendali”
dalam makalah ini kami akan membahas tentang memahami Agensi Pengendali.
Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih memperlukan
penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan
saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah yang kami
buat ini dapat bermanfaat.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................1
C. TUJUAN...................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN/ISI..............................................................................................................................2
A. BUDAYA.........................................................................................................................................2
B. AGAMA..........................................................................................................................................4
C. PSIKOTERAPI..................................................................................................................................5
D. PENDIDIKAN....................................................................................................................................11
BAB III................................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................................12
B. Saran....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perilaku manusia selalu mengalami perubahan, hal ini dikarenakan banyak hal yang
dapat mempengaruhi perubahan tersebut. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi sikap
atau perilaku manusia adalah budaya, agama, psikoterapi, dan pendidikan. Empat hal
tersebut mempunyai peranan yang penting dalam hal pengendalian sikap manusia.
Karena peranan penting itulah keempat hal tersebut dinamakan agensi pengendali di
ilmu antropologi sosiologi pendidikan.
Namun banyak masyarakat yang sedikit mengetahui agensi pengendali seperti yang
dijelaskan di atas, Sehungga banyak masyarakat yang mengabaikannya dan tidak
dijadikan sebagai pembelajaran. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang
agensi pengendali, agar masyarakat mengetahui dan dapat mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu menjelaskan agensi pengendali
yaitu : budaya dan kendali, agama, psikoterapi, dan pendidikan
C. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini dibuat untuk menjelaskan
tentang budaya dan kendali, agama, psikoterapi, dan pendidikan dalam hal
pengendalian perilaku manusia.
1
BAB II
PEMBAHASAN/ISI
A. BUDAYA
a. Pengertian
Budaya adalah sebuah ciri atau identititas dari sekumpulan orang yang mendiami wilayah
tertentu. Budaya ini timbul dari perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat secara
berulang – ulang sehingga membentuk suatu kebiasaan yang pada akhirnya menjadi
sebuah budaya dari masyrakat itu sendiri. Budaya yang telah terbentuk itu akan masuk dan
mengakar di dalam kehidupan manusia, sehingga tanpa kita sadari budaya ini telah
mempengaruhi kehidupan manusia.
Oleh karena itu, kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan sistem nilai tertentu yang
dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung kebudayaan tersebut. Karena
dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkah laku maka kebudayaan
cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat. Tradisi adalah suatu yang sulit
berubah, karena sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat.
Selain itu, Kebudayaan merupakan lingkungan yang terbentuk oleh norma-norma dan
nilai-nilai yang dipelihara oleh masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai serta norma-norma
yang menjadi pedoman hidup itu kemudian berkembang dalam berbagai kebutuhan
masyarakat, sehingga terbentuk dalam satu sistem sosial. Dan sistem ini selanjutnya
terwujud pula benda-benda kebudayaan dalam bentuk benda fisik. Contohnya adalah
masyarakat desa sering melakukan gotong royong, sedangkan masyarakat kota cenderung
individual.
Kebiasaan – kebiasaan manusia dalam berinteraksi dengan orang lain telah merubah
perilaku manusia ketika bersosialisasi. Saat ini kita telah hidup di jaman yang serba
canggih. Semua aspek di kehidupan ini telah disentuh oleh tehnologi, salah satunya adalah
aspek komunikasi dengan hand phone sebagai produknya. Hal ini membuat manusia
2
terbisa menggunakan hand phone untuk berkomunikasi, sehingga terbentuklah budaya
media sosial. Manusia kini lebih memilih bersosialisai melalui media – media sosial
seperti facebook, twitter, instagram, dan lain – lain. Akibatnya, mereka menjadi pasif
terhadap lingkungan sekitarnya.
Teknologi yang semakin berkembang ini mempengaruhi tatanan hidup manusia. Manusia
terbiasa menggunkan teknologi - teknologi canggih yang telah diciptakan. Akibatnya,
budaya manusia yang dahulunya hidup dengan sederhana, kini berubah menjadi sangat
canggih. Perubahan budaya ini menciptakan masyarakat modern, yaitu masyarakat yang
hidup dengan dikelilingi oleh teknologi – teknologi canggih.
3
B. AGAMA
Agama berperan sebagai sarana sistem pengendalian sosial ini secara umum dapat dilihat
dari fungsi, kegunaan, dan tujuan agama.
a. Fungsi Agama
4. Agama mengandung ajaran-ajaran moral yang tinggi, maka orang yang menghayati
agamanya akan memiliki daya dorong untuk berbuat baik.
4
b. Menurut Moh. Rifai (Rifai. 1984:17-18) tujuan agama terhadap kehidupan manusia
adalah sebagai berikut:
2. Agama mendidik manusia supaya tahu mencari, memiliki ketentraman jiwa. Orang
yang bergama dapat merasakan bagimana besarnya pertolongan agama pada dirinya,
lebih-lebih ketika dia ditimpa kesusahan dan kesulitan.
3. Agama adalah suatu alat untuk membeaskan manusia dari perbudakan materi. Agama
mendidik supaya orang jangan ditundukkan oleh materi dan benda. Manusia disuruh
tunduk hanyalah kepada Allah yang Maha Esa. Agama memberi modal supaya manusia
berjiwa besar, kuat dan tidak gampang ditundukkan oleh siapapun.
4. Agama mendidik manusia supaya berani menegakkan kebenaran dan takut untuk
melakukan kesalahan. Kita mengerti kalau kebenaran sudah tegak, di sanalah manusia
akan mendapat kebahagian dunia dan akhirat.
5. Agama banyak memberikan sugesti kepada mansuia agar dalam jiwa mereka tumbuh
sifat-sifat utama, seperti rendah hati, sopan santun, hormat menghormati dll. Agama
melarang orang agar tidak bersifat sombong, congkak, merasa tinggi dan sebagainya.
Dari fungsi serta tujuan agama di atas jelaslah bahwa agama berfungsi sebagai sistem
pengendalian sosial (masyarakat).
C. PSIKOTERAPI
1. Pengertian
Dalam perspektif bahasa kata psikoterapi berasal dari kata “psyche” dan “therapy”. Psyche
mempunyai arti antara lain :
5
2. Dalam mitologi Yunani, psyche adalah seorang gadis cantik yang bersayap seperti
sayap kupu-kupu. Jiwa digambarkan berupa gadis dan kupu-kupu simbol keabadian.
5. Dalam bahasa Arab psyche dapat dipadankan dengan “nafs” dengan bentuk jamaknya
“anfus” atau “nufus”. Ia memiliki beberapa arti, diantaranya : jiwa, ruh, darah, jasad,
orang, diri dan sendiri.
6. Dari beberapa arti secara etimologis tersebut, dapat difahami , bahwa psyche atau nafs
adalah bagian dari diri manusia dari aspek yang lebih bersifat rohaniah dan paling tidakk
lebih banyak menyinggung sisi yang dalam dari eksistensi manusia, ketimbang fisik atau
jasmaniahnnya.
Adapun kata “therapy” (dalam bahasa Inggris) bermakna pengobatan dan penyembuhan,
sedangkan dalam bahasa Arab kata therapy sepadan dengan اإل سثشفاءyang berasal
dari سفاء- شفى- يشفىyang artinya menyembuhkan.
keyakinan agama, dan diskusi personal dengan para guru atau teman. Psikoterapi Islam
adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, apakah mental, spiritual,
moral maupun fisik dengan melaui bimbingan Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Saw.
Psikoterapi sekarang tidak hanya ditekankan untuk usaha-usaha kuratif tapi juga untuk
usaha-usaha preventif. Jadi psikoterapi tidak hanya diperuntukkan bagi orang-orang
6
“sakit” tetapi psikoterapi semakin dihargai sebagai alat eksplorasi diri untuk membantu
orang-orang yang “normal” dalam merealisasikan segenap potensinya secara penuh.
Menurut Zakiah Daradjat, ada 8 asas yang harus dipedomani oleh psikoterapis dalam
proses psikoterapi yaitu asas orang mukmin itu bersaudara, asas mawas diri, asas iman
teguh, ibadah taat dan berbakti kepada orang tua, asas amar ma‟ruf nahi munkar, asas
ibadah kepada Allah, asas sadar akan kekuarangan diri, asas taqwa dan jujur, ada asas
pelaksanaan ibadah dengan ikhlas.
Setiap psikoterapis Islam hendakya menyadari bahwa orang mukmin itu bersaudara, yang
berarti bahwa ia perlu mengingatkan tentang ketentuan Allah yang mendukung terciptanya
rasa persaudaraan dan menjauhi perilaku yang merusak persaudaraan. Dalam Surat al-
Hujarat 49: 10. Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap
Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
Mawas diri adalah selalu sadar bahwa yang dituntut dari dirinya adalah berusaha sebaik-
baiknya dan berdo‟a kepada Allah Swt., agar diberi Allah keberkahan dalam tugasnya
membantu orang mengatasi kesulitannya. Serta ingat bahwa keberhasilannya tidak terletak
pada kecakapan dan kemampuannya saja akan tetapi juga kepada rida dan pertolongan
Allah. Hal ini terdapat dalam Q.S al-Baqarah/2: 214
Artinya: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-
macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:
"Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu
amat dekat.”
3. Asas Iman Teguh, Ibadah taat dan Berbakti kepada Orang Tua
7
Asas yang ketiga adalah kepribadian mukmin yang Islami yaitu beriman kepada Allah
dengan teguh, taat beribadah dan berbakti kepada orang tua. Seperti tertuang dalam Q.S.
Al-Nisa 4: 36.
Asas ini menghendaki seorang psikoterapis memiliki kemauan dan kemampuan untuk
mengajak orang berbuat kebaikan (ma‟ruf) dan menghindari serta mencegah orang
melanggar larangan Allah tentang hal-hal yang munkar. Firman Allah Q.S Ali Imran/ 3:
110
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Maksud asas ini adalah bahwa setiap usaha yang dilakukan psikoterapis untuk membantu
individu atau kelompok orang sebagai amal ikhlas karena Allah. Berharap Allah
memberkahi usaha tersebut sehingga hasil bantuan itu tergantung kepada izin Allah. Tugas
psikoterapis hanya mengarahkan dengan sebaik-baiknya. Firman Allah Q.S. Al-Zariyat/
51: 55-56
Psikoterapis harus menyadari bahwa disamping kebaikan yang diberikan Allah, manusia
mempunyai kelemahan atau kekurangan yaitu kesombongan dan dan ketidaksadaran akan
adanya kekurangan pada diri manusia yang akan mengurangi kualitas hasil yang
8
dicapainya karena sombong adalah salah satu kelemahan manusia, yaitu
ketidakmampuannya mengenali kelemahan dirinya. Artinya bahwa kemampuan akalnya
tidak dimanfaatkan secara optimal. Q.S al-Rahman/ 55: 33-34
Artinya: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
Kepribadian taqwa dan jujur sangat penting dalam proses psikoterapi Islam karena
berkaitan dengan kepercayaan klien kepada psikoterapis. Tanpa kepercayaan ini klien
tidak akan mungkin menceritakan permasalahannya kepada psikoterapis. Orang yang jujur
pasti akan selalu berkata benar. Q.S. Al-Ahzab/ 33: 70-72
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. Sesungguhnya Kami telah
mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan
untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus.”
Dalam menjalankan proses psikoterapi Islam, ada 7 prinsip menurut Zakiah Dardjat yang
harus dipegang oleh psikoterapis yaitu:
1. Prinsip Tauhid
9
Dalam rangka pemberian bantuan kepada klien, hendaknya psikoterapis mampu
membangkitkan potensi tauhid pada diri klien. Dalam hal ini peranan psikoterapis semakin
penting untuk membantu klien ke jalan yang lurus. Oleh karena itu psikoterapis harus
membantu klien untuk menjaga dan mengawal agar imannya jangan sampai rusak.
2. Prinsip Tawakal
Tawakal adalah berserah diri kepada Allah. Psikoterapis hendakny dalam proses
bantuannya membawa klien kepada ajaran Islam dan berserah diri (tawakal) keapada
Allah.
3. Prinsip Syukur
Prinsip ini menghendaki psikoterapis berusaha agar terbentuk rasa syukur pada jiwa klien,
yang akan membawa klien keada ketentraman batin dan akhirnya akan memantul dalam
akhlak yang terpuji yang mewarnai sikap hidupnya sehari-hari.
4. Prinsip Sabar
Sabar dapat menjauhkan perasaan cemas, gelisah dan frustasi. Bahkan sebaliknya akan
membawa pada ketentraman batin. Oleh karena itu dalam proses psikoterapi Islam,
psikoterapis harus senantiasa mengingatkan klien untuk selalu bersabar dalam menghadapi
permasalahan hidupnya.
Merasa diri bersalah merupakan salah satu penyebab gangguan kejiwaan. Psikoterapis
dalam proses bantuannya hendaknya membantu klien untuk melakukan taubat nasuha atau
taubat yang sebenar-benarnya agar klien terbebas dari rasa bersalahnya itu.
Proses Psikoterapi Islam hendaknya dapat membangkitkan semangat klien untuk selalu
memohon hidayah dari Allah. Karena bantuan yang diberikan psikoterapis dengan
keahliannya itu tidak menjamin keberhasilan, karena ketentuan atau ketetapan akan
keberhasilan itu adalah hak Allah.
7. Prinsip Zikrullah
Psikoterapis hendaknya selalu membawa klien untuk ingat kepada Allah dalam keadaaan
apapun dan bagaimanapun,. Dalam kesusahan klien harus mengingat Allah Yang Maha
10
Menolong, Maha Penyayang, Maha Kuasa sehingga klien akan mendapatkan ketenangan.
Sedangkan ketika klien sedang mendapat rahmat dan kesenangan, maka klien mengingat
Allah dan mengucapkan syukur yang menjadikan klien tidak sombong dan melakukan hal-
hal yang dilarang oleh Allah.
D. PENDIDIKAN
2. Pendidikan juga memberikan pola berpikir logis tentang sebab dan akibat, kewajiban
dan tanggung jawab. Sehingga manusia dapat memiliki pengendalian diri dalam
bersosialisasi dan bermasyarakat sesuai dengan aturan dan norma-norma. Dengan
demikian pranata pendidikan mampu menjadi pendorong terpeliharanya nilai budaya,
menjadi wahana pengendali sosial bagi warga serta mengembangkan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Pendidikan dapat membina dan mengarahkan warga masyarakat terutama anak sekolah
kepada pembentukan sikap dan Tindakan yang bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri, masyarakat, bangsa, dan negaranya.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini kita bisa menyimpulkan bahwa, perilaku manusia dapat berubah
dan mudah terpengaruh oleh beberapa hal di atas. Yaitu antara lain, Budaya, Agama,
Psikoterapi, dan Pendidikan, Karena keempat tersebut dapat merubah atau
mengendalikan sikap manusia, maka empat hal tersebut dikatakan sebagai agensi
pengendali. Karena empat hal tersebut dapat mengendalikan sikap manusia dan
membentuknya. Sehingga empat hal tersebut memiliki peranan yang penting dalam
pembentukan perilaku dan sikap manusia.
B. Saran
Dengan makalah ini,pembaca disarankan agar dapat mengambil manfaat dari isi
makalah ini. Dan diharapkan dapat di amalkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
kehidupan kita akan menjadi lebih baik dan dapat mengikuti perintah-perintah Allah
dan menjauhi larangan-larangan-Nya dengan baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/33744561/AGAMA_DAN_PENGENDALIAN_SOSIAL
https://www.kompasiana.com/sumitrohutagalung/56f9f40ff4967323048b4580/pengaruh-
kebudayaan-terhadap-perilaku-hidup-manusia
Pengaruh Budaya Terhadap Sikap Daan Perilaku Keberagamaan, Syukri Samaun, Jurnal At-Taujih, Vol
2, No. 2 Juli-Desember 2019, Hal 81-95
13