Di susun oleh :
Den Muhammad Akmal Zuhdi 202110010311021
Umami Masarroh 202110010311034
Ahmad Nizam Amrullah 202110010311048
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam melalukan respon
terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini.
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia baik yang diamati
maupun tidak dapat diamati oleh interaksi manusia dengan lingungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Perilaku secara lebih rasional dapat diartikan sebagai respon organisme atau seseorang terhadap
rangsangan dari luar subyek tersebut. Respon ini terbentuk dua macam yakni bentuk pasif dan bentuk aktif
dimana bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung
dapat dilihat dari orang lain sedangkan bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi secara
langsung (Triwibowo, 2015).
BAB II
Pembahasan
1. Perilaku Manusia
Perilaku manusia adalah gerakan yang dapat dilihat melalui indera manusia, gerakan yang
dapat diobservasi (Saleh, 2018, hlm. 135). Berbeda dengan jiwa yang abstrak dan tidak dapat
diamati secara langsung, perilaku adalah hal konkret yang dapat diamati karena bentuknya dapat
dirasakan secara indrawi dan dialami secara nyata (empiris).
Namun demikian, sebagai makhluk yang kompleks, perilaku manusia tidak muncul begitu saja.
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.
NIAT + PENGETAHUAN + SIKAP = PERILAKU
1. Niat adalah sebagai keinginan yang berasal dari dalam diri individu untuk mendapatkan
atau melakukan sesuatu yang hendak dilakukan. Ini merupakan penggerak utama dalam
terbentuknya perilaku.
2. Pengetahuan dipahami sebagai segala sesuatu yang dipahami. Prosesnya dilakukan dengan
mencari tahu dan melalui pengalaman.
3. Sikap dipahami sebagai pernyataan dalam diri individu untuk melakukan sesuatu.
Pendirian atau keyakinan yang muncul karena adanya pengetahuan akan hal tersebut.
Inilah yang akan termanifestasi dalam bentuk perilaku (Saleh, 2018, hlm. 135).
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Menurut Daryanto (2016, hlm. 337), terdapat dua faktor yang mempengaruhi perilaku
manusia, yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis
1. Faktor Biologis
Perilaku manusia dipengaruhi oleh warisan biologis dari orang tua. Faktor biologis terlibat
dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis.
Menurut Wilson (dalam Daryanto, 2016) perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang
sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia.
2. Faktor Sosiopsikologis
Manusia merupakan makhluk sosial maka perilakunya dipengaruhi oleh proses sosial.
2. Perilaku Sosial
Perilaku sosial merupakan suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan
untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). Sebagai bukti bahwa manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan
memerlukan bantuan dari orang lain.
Ada ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa
kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam kebersamaan.
Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang
lain, toleran dalam hidup bermasyarakat.
Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim (2001), perilaku
sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan
timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain
(Baron & Byrne, 1991 dalam Rusli Ibrahim, 2001).
Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau rasa
hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi
orang lain dengan cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada orang
yang melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada orang yang bermalas-malasan, tidak sabaran
dan hanya ingin mencari untung sendiri. Sesungguhnya yang menjadi dasar dari uraian di atas
adalah bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial (W.A. Gerungan, 1978:28).
Sejak dilahirkan manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memuhi
kebutuhan biologisnya. Pada perkembangan menuju kedewasaan, interaksi sosial diantara manusia
dapat merealisasikan kehidupannya secara individual.
Hal ini dikarenakan jika tidak ada timbal balik dari interaksi sosial maka manusia tidak
dapat merealisasikan potensi-potensinya sebagai sosok individu yang utuh sebagai hasil interaksi
sosial. Potensi-potensi itu pada awalnya dapat diketahui dari perilaku kesehariannya. Pada saat
bersosialisasi maka yang ditunjukkannya adalah perilaku sosial. Pembentukan perilaku sosial
seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun yang bersifat
eksternal. Pada aspek eksternal situasi sosial memegang peranan yang cukup penting.
Situasi sosial diartikan sebagai tiap-tiap situasi di mana terdapat saling hubungan antara
manusia yang satu dengan yang lain (W.A. Gerungan,1978:77). Dengan kata lain setiap situasi
yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial dapatlah dikatakan sebagai situasi sosial. Contoh
situasi sosial misalnya di lingkungan pasar, pada saat rapat, atau dalam lingkungan pembelajaran
pendidikan jasmani.(Budiman, n.d.)
Menurut Aliran Holistik (Humanisme), Holistik atau humanisme memandang bahwa
perilaku tersebut bertujuan pada aspek-aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri, individu
merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu perilaku, meskipun tanpa ada stimulus yang
datang dari lingkungan. Holistik menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what
(apa), how (bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan
(goals/incentives/purpose) apa yang hendak dicapai dengan perilaku tersebut.
How (bagaimana) menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai tujuan, yakni
perilakunya sendiri. Why (mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang menggerakkan
terjadinya dan berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari individu sendiri maupun yang
bersumber dari luar individu (Kholid, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa terdapat factor-faktor yang mempengaruhi
perilaku, yaitu:
a. Faktor personal (internal) perilaku manusia Stimulus atau rangsangan dari luar tidak akan
langsung menimbulkan respons dari orang yang bersangkutan. Stimulus tersebut memerlukan
proses pengolahan terlebih dahulu dari orang yang menerima stimulus. Pengolahan stimulus ini
terjadi dalam diri orang yang bersangkutan. Pengelolahan stimulus dalam diri orang tersebut
sangat dipengaruhi oleh faktor dalam diri orang tersebut (persepsi, emosi, perasaan, pemikiran,
kondisi fisik dan sebagainya). Faktor internal yang berpengaruh dalam pembentukan perilaku
dikelompokkan ke dalam faktor biologis dan psikologis.
1) Faktor biologis DNA seseorang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang
diterima dari kedua orang tuanya. Menurut hasil pengalaman empiris bahwa DNA tidak hanya
membawa warisan fisiologis dari pada generasi sebelumnya, tetapi juga membawa warisan
perilaku dan kegiatan manusia.
2) Faktor sosio-psikologis. Faktor psikologis ini adalah faktor internal yang sangat besar
pengaruhnya terhadap terjadinya perilaku.
Faktor-faktor psikologis adalah sebagai berikut:
a) Sikap .Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam
komponen sosio-psikologis, karena merupakan kecenderungan
bertindak dan berpersepsi. Sikap merupakan kesiapan tatanan saraf
(neural setting) sebelum memberikan respons konkret.
b) Kepercayaan. Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor
sosio-psikologis. Kepercayaan tersebut tidak ada hubungannya
dengan hal-hal yang gaib, tetapi hanyalah keyakinan bahwa sesuatu
itu benar atau salah. Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan,
kebutuhan, dan kepentingan.
c) Kebiasaan. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap,
berlangsung secara otomatis, dan tidak direncanakan. Kebiasaan
merupakan hasil pelaziman yang berlangsung dalam waktu yang lama
atau sebagai reaksi khas yang diulang berkali-kali.
d) Kemauan. Kemauan sebagai dorongan tindakan yang merupakan
usaha orang untuk mencapai tujuan. Kemauan meruapakan hasil
keinginan untuk mencapai tujuan tertentu yang begitu kuat sehingga
mendorong orang untuk mengorbankan nilai-nilai yang lain.
Koentjaraningrat memaparkan unsur-unsur kepribadian menjadi tiga bagian. Tiga bagian tersebut
yaitu:
1. Pengetahuan (science)
Pengetahuan manusia bersumber dari pola pikir yang rasional. Pengetahuan ini berisi pemahaman
dan pengalaman mengenai berbagai hal yang diperoleh dari lingkungan di sekitarnya
Kemudian, semua hal itu direkam dalam otak, dan sedikti demi sedikit diungkapkan dalam bentuk
perilaku sehari-hari. Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar,
secara nyata terkandung dalam otaknya.
Berikut ini merupakan unsur-unsur pengetahuan yaitu:
- Persepsi, yaitu deskripsi seluruh proses akal dalam keadaan alam sadar (concious).
- Apersepsi, yaitu deskripsi baru dengan pengertian baru.
- Pengamatan, yaitu penggambaran yang lebih terfokus dan intensif. Penggambaran yang lebih
terfokus dan intensif dapat diperoleh dengan adanya pemusatan akal.
- Konsep, yaitu penggambaran abstrak tentang suatu objek dengan mengadakan suatu
perbandingan.
- Fantasi, yaitu penggambaran baru yang tidak realistik.
2. Perasaan (felling)
Perasaan adalah suatu keadaan dalam bentuk kesadaran manusia. Perasaan ada karena
pengaruh dari pengetahuannya. Perasaan bia berwujud positif, ataupun negatif.
Perasaan antara orang yang satu dengan orang yang lain tidaklah sama. Oleh karena itu, perasaan
bersifat subjektif. Perasaan dibagi menjadi tiga kategori. Tiga kategori tersebut yaitu:
- Kehendak, merupakan tingkatan perasaan yang paling rendah, sifat subyektif, dan terdapat unsur
penilaian di dalamnya.
- Keinginan, merupakan suatu tingkatan kehendak yang keras dan mengharapkan suatu
pemenuhan. Sifat dari keinginan yaitu sudah ada suatu dorongan dalam diri seseorang untuk
berupaya memenuhinya.
- Emosi, merupakan tingkatan kehendak atau keinginan keras yang menuntut pemenuhan secara
mutlak. Sifat dari emosi lebih keras daripada keingingan.
1. Warisan Biologis
Faktor keturunan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Warisan biologis menyediakan
bahan mentah kepribadian yang dapat dibentuk dalam berbagai cara.
2. Lingkungan fisik
Ellsworth Huntington menekankan bahwa perbedaan perilaku kelompok disebabkan oleh
perbedaan iklim, topografi dan sumber alam. Contoh: orang yanng hidup di daerah pegunungan
sebagai petani akan berbeda kepribadiannya dengan orang yang hidup di tepi pantai sebagai
nelayan.
3. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, baik
berupa gagasan, aktivitas, maupun hasil aktivitas manusia yang digunakan untuk memahami
lingkungan dan pengalamannya, serta dijadikan pedoman hidup bagi anggotanya. Di dalam
kebudayaan terkandung beberapa unsur, seperti kepercayaan, mata pencaharian, kesenian dan adat
istiadat. Contohnya budaya Islam merupakan keseluruhan gagasan, aktivitas, dan hasil dari
aktivitas masyarakat muslim yang dijadikan pedoman tingkah laku. Budaya bahari merupakan
keseluruhan gagasan, aktivitas, dan hasil dari aktivitas masyarakat yang hidupnya tergantung dari
sumber daya kelautan.
4. Pengalaman Kelompok
5. Pengalaman Unik
Tidak seorangpun mengalami pengalaman yang sama persis satu sama lainnya.
Pengalaman unik dapat membentuk kepribadian seseorang. Contohnya, ada dua gadis cantik dalam
satu keluarga, yakni gadis A dan gadis B. Gadis A lebih percaya diri dan tenang dalam penampilan,
sedangkan gadis B kurang percaya diri dan penampilannya biasa-biasa saja. Apa yang sebenarnya
terjadi? Bagaimana dua orang yang sama kecantikannya mempunyai kepribadian yang berbeda?
Proses ini didapat dari perilaku orang tua dan keluarga yang mengatakan bahwa gadis A cantik.
Hal itu diucapkan berulang-ulang oleh orang yang berbeda-beda. Dengan ini, gadis tersebut akan
bertindak dan berpenampilan sebagai orang cantik. Sebaliknya, orang tua memperlakukan gadis B
seperti anak yang tidak menarik. perlakuan orang tua itu mempengaruhi pembentukan pribadi
gadis tersebut sehingga menjadi kurang percaya diri.
4. Kendali kelompok
Pengertian Kelompok
Perilaku Organisasi merupakan suatu bidang studi yang menyelidiki dampak oleh individu,
kelompok dan struktur terhadap perilaku didalam organisasi, kemudian menerapkan pengetahuan
tersebut agar organisasi itu bekerja dengan lebih efektif.
Khususnya organisasi perilaku memfokus pada bagaimana memperbaiki produktivitas,
mengurangi kemangkiran dan tingkat keluarnya karyawan dan meningkatkan kepuasan kerja. Menurut
Robbins dan Colter (20004) dalam Komang Ardana bahwa kelompok adalah gabungan atau kumpulan
dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai sasaran-sasaran
tertentu.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain
untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian
dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok
diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu
keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu
kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Menurut Hammer dan Organ, dalam Adam Ibrahim Indrawijaya ( 2010:56) menyebutkan adanya
empat hal penting dari kelompok yaitu : adanya saling berhubungan, saling memerhatikan, merasa
sebagai satu kelompok, dan untuk pencapaian tujuan bersama.
Perilaku kelompok merupakan ilmu tentang perilaku tiap individu dan kelompok serta
pengaruh tiap individu dan kelompok terhadap organisasi, maupun perilaku interaksi antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok dalam organisasi demi
kemanfaatan suatu organisasi.
Ada beberapa kedekatan yang dapat dikemukakan berkaitan dengan pembentukan kelompok, yaitu:
1. Teori kedekatan
Teori ini adalah teori yang sangat dasar dan menjelaskan tentang adanya afiliasi diantara orang-orang
tertentu. Seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan adanya kedekatan.
2. Teori interaksi
Teori ini menjelaskan pembentukan kelompok berdasarkan aktivitas-aktivitas, interaksi-
interaksi, sentiment-sentimen (perasaan dan emosi). Dan semuanuya saling berhubungan.
Semakin banyak aktifitas seseorang dilakukan dengan orang lain, semakin beraneka interaksi-
interaksinya dan semaki kuat tumbuhnya sentiment-sentimen mereka, semakin banyak interaksi-
interaksi diantara orang-orang, maka semakin banyak kemungkinan aktivitas-aktivitas dan sentiment
yang ditularkan pada orang lain dan semakin banyak aktivitas-aktivitas dan sentiment yang ditularkan
pada orang lain, dan semakin banyak sentiment seseorang dipahami olleh orang lain, maka semakin
banyak kemungkinan ditularkan aktivitas dan interaksi-interakri.
BAB III
PENUTUP
Budiman, D. (n.d.). Bahan Ajar M.K Psikologi Anak Dalam Penjas PGSD.
Wirawan, Dr Ib. Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma: fakta sosial, definisi sosial, dan
perilaksosial. Kencana, 2012.
(http://suryanto.blog.unair.ac.id/2009/02/11/perilaku-kelompok-dan-individu/akses tanggal 28 Januari
2011)
https://uray-iskandar.blogspot.com/2011/02/pengendalian-perilaku-kelompok-dalam.html
https://www.academia.edu/33977822/KEPRIBADIAN_MENURUT_ILMU_ANTROPOLOGI#:
~:text=2.%20M.A.W%20Bouwer%3A%20%EF%83%98%20Kepribadian,opini%20dan%20sika
p%2Dsikap%20seseorang.
https://blog.unnes.ac.id/nuniks/2015/12/06/internalisasi-nilai-nilai-budaya-dalam-pembentukkan-
kepribadian-dan-karakter/