Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap

1. Definisi Sikap

Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur

melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah

terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan

dengannya (Widayatun, 1999).

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek.

Beberapa batasan tentang sikap yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2003) antara lain, menurut Campbell (1950) mengemukakan batasan

tentang sikap yaitu tingkah laku sosial seseorang merupakan sebuah

syndrom atau gejala dari konsistensi reseptor dengan nilai objek sosialnya.

Dari batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi dari sikap itu

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan suatu predisposisi tindakan suatu


perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi

terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).

Diagram di bawah ini dapat menjelaskan tentang proses

terbentuknya sikap dan reaksi.

Ransangan Proses Reaksi


Stimulus Ransangan tingkah
laku
(terbuka)

Sikap
(tertutup)

( Notoatmodjo, 2003 )

Gambar 2.1 proses terbentuknya sikap dan reaksi

2. Komponen pokok Sikap

Menurut Alport (1954) yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) ada

tiga komponen pokok sikap yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek


c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Kecenderungan untuk bertindak laki-laki dan perempuan berbeda. Hal

ini dikarenakan, perempuan lebih banyak menggunakan intuisinya

dalam bertindak dibanding laki-laki. Perempuan lebih banyak memilih

dalam setiap tindakannya dan selalu memikirkan faktor resiko dari

perbuatannya sehingga kecenderungan untuk bertindakpun tidak

seagresif kaum lelaki. Laki-laki lebih banyak menggunakan

emosionalnya dibanding intuisinya tanpa memikirkan resiko dari

tindakannya, sehingga kaum lelaki paling sering terkena resiko

tindakannya dibanding perempuan (Smartpsikologi, 2007).

Tiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

3. Pembentukan Sikap

Menurut Azwar (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

sikap antara lain :

a. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman

sama sekali dengan suatu objek psokologis cenderung akan

membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.


b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.

Keinginan ini antara lain dimotifasi oleh keinginan untuk berafiliasi

dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap

penting tersebut. Di antara orang yang biasanya dianggap penting oleh

individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi,

teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri, suami, dll.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap

berbagai masalah karena kebudayaan dimana kita hidup dan

dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap

kita.

d. Media massa

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa

membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan

opini seseorang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi

tersebut, apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai

sesuatu

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral

dalam individu sehingga kedua lembaga ini merupakan suatu sistem

yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap.


f. Pengaruh faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi

yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego. Peran gender sangat

mempengaruhi keadaan emosional, perempuan menekankan pada

tanggung Jawab sosial dalam emosinya. Perempuan lebih merasa

bertanggung Jawab terhadap emosi orang lain. Mereka sangat

memperhatikan keadaan emosi orang lain sehingga lebih mampu untuk

memahami perubahan emosional. Oleh sebab itu kaum perempuan

biasanya jauh lebih memiliki empati terhadap penderitaan orang lain

ketimbang laki-laki. Masyarakat memiliki stereotip bahwa laki-laki

kurang mampu menghayati perasaan emosionalnya. Adapun

perempuan sangat menghayati emosinya. Laki-laki mudah

menyembunyikan emosi yang dialaminya, sedangkan perempuan sulit

menyembunyikannya. Oleh sebab itu maka perempuan cenderung

dilihat lebih emosional ketimbang laki-laki. Masyarakat cenderung

menganggap bahwa perempuan lebih mudah merasakan takut, cemas

dan sedih daripada laki-laki. Sedangkan laki-laki dianggap lebih

mudah untuk marah (Smartpsikologi, 2007).

4. Berbagai tingkatan Sikap

Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut :

a. Menerima (receiving)

Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan


mempertahankan stimulus yang diberikan (objek)

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan

suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti

orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Indikasi sikap ketiga adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan

atau mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan

responden terhadap suatu objek. Sedangkan secara tidak langsung dapat

dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan

pendapat responden. Dan biasanya jawaban berada dalam rentang antara

sangat setuju sampai sangat tidak setuju.

5. Praktek atau Tindakan

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa suatu sikap belum

otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor


pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung

(support) dari pihak lain.

Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan , yaitu :

a. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan

praktek tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guided response), yaitu indikator praktek tingkat

dua adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan contoh.

c. Mekanisme (mecanism), yaitu apabila seseorang telah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu

sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat

tiga.

d. Adopsi (adoption), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

B. Seksual Pranikah

1. Definisi Seksual Pranikah

Seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa

melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut

agama dan kepercayaan masing-masing individu.


Sedangkan perilaku seksual merupakan perilaku yang melibatkan

sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah

mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh

pasangan suami istri, (Kompas, 2003)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Seksual Pranikah

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya aktivitas seksual pranikah.

(Ma’shum, Yahya & Widyandana, 2004), diantaranya:

a. Faktor internal

Yang dimaksud dengan faktor internal, yaitu hal-hal yang datang dari

dalam diri kita. Contohnya pertambahan usia yang mengarah pada

perubahan yang terjadi ketika mulai aktifnya hormon dalam tubuh kita.

Hormon seks inilah yang menimbulkan ciri seksual sekunder dan

menimbulkan dorongan seksual dalam diri kita. Hormon seks tersebut

dapat sangat besar pengaruhnya dan menimbulkan dorongan seksual

karena hormon seksual itu baru saja aktif berfungsi secara optimal.

Namun, pada sisi lain kadar hormon ini sering kali belum stabil.

Karena itu, dorongan seksual ini sebenarnya tumbuh secara alami. Dari

peristiwa inilah lalu mulai timbul perilaku seksual, yaitu tindakan/

perbuatan yang dilakukan yang didasari dengan dorongan seksual,

antara lain untuk memuaskan hasrat seksual. Salah satu perilaku

tersebut yaitu berhubungan seks sebelum menikah.


b. Faktor eksternal

Yang dimaksud dengan faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari

luar diri kita. Pengetahuan yang setengah-setengah tentang seksual dan

penyakit menular lebih buruk dibanding tidak tahu sama sekali serta

usia yang masih tergolongkan remaja menimbulkan banyak

keingintahuan yang besar serta ingin mencoba-coba. Misalnya, karena

pengaruh berbagai informasi yang salah dan bahkan dapat

menyesatkan berkenaan dengan kesehatan reproduksi dan seksual.

Biasanya informasi itu diperoleh dari teman yang tidak memiliki

pemahaman yang benar tenang kesehatan reproduksi dan seksual. Juga

bisa diperoleh dari berbagai media seperti VCD ataupun buku-buku

yang dikategorikan porno, termasuk berbagai tayangan acara di TV

yang semakin vulgar saja belakangan ini. Contoh lain dari faktor luar

adalah adanya kesempatan yang dapat mendorong untuk melakukan

hubungan seksual.

3. Bentuk Perilaku Seksual Pranikah

Bentuk perilaku seksual bermacam-macam mulai dari

bergandengan tangan, berpelukan, bercumbu, petting (bercumbu berat)

sampai berhubungan seksual. Di bawah ini ada beberapa perilaku seksual

yang sering dilakukan, diantaranya yaitu :

a. Masturbasi

Masturbasi adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh

sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk


mendapat kepuasan seksual (orgasme), baik tanpa menggunakan alat

maupun menggunakan alat. Biasanya masturbasi dilakukan pada

bagian tubuh yang sensitif, namun tidak sama pada masing-masing

orang, misalnya: puting payudara, paha bagian dalam, alat kelamin

(bagi wanita terletak pada klitoris dan sekitar vagina; sedangkan bagi

laki-laki terletak pada sekitar kepala dan leher penis). Misalnya laki-

laki melakukan marturbasi dengan meraba penisnya, remaja

perempuan dengan menyentuh klitorisnya hingga dapat menimbulkan

perasaan yang sangat menyenangkan atau bisa timbul ejakulasi pada

remaja laki-laki.

Secara medis masturbasi tidak akan mengganggu kesehatan. Orang

yang melakukannya tidak akan mengalami kerusakan pada otak atau

bagian tubuh lainnya. Masturbasi juga tidak menimbulkan resiko fisik

seperti mandul impotensi, dan cacat asal dilakukan secara aman, steril

dan tidak menyebabkan luka dan infeksi. Resiko fisik biasanya berupa

kelelahan. Pengaruh masturbasi biasanya bersifat psikologis seperti

rasa bersalah, berdosa, dan rendah diri karena melakukan hal-hal yang

tidak disetujui oleh agama dan nilai-nilai budaya sehingga jika sering

dilakukan akan menyebabkan terganggunya konsentrasi pada remaja

tertentu.

b. Onani

Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun ada yang

berpendapat bahwa onani hanya diperuntukkan bagi laki-laki,


sedangkan istilah masturbasi dapat berlaku bagi perempuan maupun

laki-laki. Istilah onani diambil dari seorang bernama onan yang sejak

kecil sering merasa kesepian. Untuk mengatasi rasa kesepiannya ia

mencari hiburannya dengan membayangkan hal-hal erotis sambil

mengeksplorasikan bagian-bagian tubuhnya yang sensitif sehingga

mendatangkan suatu kenikmatan. Nama onan ini berkembang menjadi

onani, istilah onani lainnya yang dipakai dengan arti sama yaitu

swalayan, ngocok, automanipulatif, dsb.

c. Petting

Petting adalah melakukan hubungan seksual dengan atau tanpa pakaian

tetapi tanpa melakukan penetrasi penis kedalam vagina. Jadi sebatas

digesekkan saja ke alat kelamin perempuan. ada pula yang mengatakan

petting sebagai bercumbu berat. Biasanya dilakukan sebagai

pemanasan sebelum melakukan hubungan seks. Walaupun tanpa

melepaskan pakaian, petting tetap dapat menimbulkan kehamilan tidak

diinginkan karena sperma tetap bisa masuk kedalam rahim, karena

ketika teransang perempuan akan mengeluarkan cairan yang

mempermudah masuknya sperma ke dalam rahim, sedangkan sperma

itu sendiri memiliki kekuatan untuk berenang masuk kedalam rahim

jika tertumpah kedalam celana yang dikenakan perempuan, apalagi

jika langsung mengenai bibir kemaluan.


d. Hubungan seksual

Hubungan seksual yaitu masuknya penis kedalam vagina. Bila terjadi

ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang didalamnya terdapat jutaan

sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina

memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan

terjadinya pembuahan dan kehamilan (Situs kespro, 2004).

4. Resiko dan Gangguan seksual dari seksual pranikah

a. Resiko atau akibat dari seksual pranikah antara lain :

1) Kehamilan

2) Aborsi

3) Lahir prematur

4) Infeksi alat genital/ Penyakit Menular Seksual

(Guttmather, Alan, 1998)

b. Gangguan seksual dari seksual pranikah

Berikut beberapa gangguan seksual yang dapat dialami oleh remaja

laki-laki dan remaja perempuan akibat perilaku seksual pranikah :

1). Pada remaja putra dapat terjadi :

Impotensi : jika itu terjadi sebagai akibat dari faktor psikologis,

maka ganguan itu muncul karena perasaan khawatir yang berlebih-

lebihan, takut kalau ceweknya hamil dan lain-lain.

2). Pada remaja putri dapat terjadi gangguan :

Frigiditas : kelainan yang mengakibatkan perempuan kurang atau

tidak mempunyai gairah seksual. Ini bisa terjadi bila hubungan


psikologis seperti cewek tidak suka dengan pasangan seksualnya,

perasaan malu, takut, atau perasaan bersalah, disamping itu juga

bisa karena faktor organik.

Anorgasmus : tidak tercapainya orgasme ketika berhubungan seks.

Ini bisa terjadi misalnya cewek mengalami frigiditas, atau juga

karena gangguan dan tekanan psikologis akibat hubungan seks

sebelum menikah.

Vaginismus : kejang dari sepertiga bagian bawah otot vagina. Ini

bisa terjadi karena cewek memiliki pengalaman buruk pada

hubungan seks sebelum menikah.

Disparenia : perasaan sakit yang timbul pada saat melakukan

hubungan seksual, (Ma’shum, Yahya & Widyandana, 2004).

C. Pengetahuan

1. Definisi pengetahuan

Notoatmodjo (2003), mengatakan bahwa pengetahuan (knowledge)

adalah hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

merupakan suatu bentuk dari manusia yang diperolehnya dari pengalaman,


perasaan, akal pikiran, dan intuisinya setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan

seseorang (over behavior).

2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh:

dapat menyebutkan gejala penyakit menular seksual.

b. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi yang harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang


dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan etiologi penyakit menular

seksual.

c. Aplikasi (application)

Diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau susunan

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (syntesis)

Adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada. Menunjuk kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhdap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu


didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

3. Cara memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) ada dua cara memperoleh pengetahuan,

yaitu :

a. Cara tradisional atau non ilmiah, meliputi :

1) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan. Apabila

seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya

pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja.

2) Cara kekuasaan atau otorita

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otorita atau kekuasaan;

baik tradisi, otorita pemerintah, otorita pemimpin agama, maupun

ahli ilmu pengetahuan,. Pengetahuan tersebut diterima tanpa

terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris maupun berdasarkan penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan denga cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada

masa lalu.
4) Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengatahuan, manusia telah

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun

deduksi.

b. Cara modern untuk memperoleh pengetahuan

Mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau

kemasyarakatan, kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan

dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum.

4. Dasar-dasar Pengetahuan

a. Pengalaman

Pengalaman adalah keseluruhan peristiwa perjumpaan dan apa yang

telah terjadi pada manusia dan interaksinya dengan alam, diri sendiri,

lingkungan sosial dan dengan seluruh kenyataan, termasuk Yang Maha

Esa. Pengalam terdiri dari dua jenis, yaitu pengalaman primer dan

pengalaman sekunder. Pengalaman primer merupakan pengalaman

langsung akan persentuhan indrawi dengan benda kongkrit diluar

manusia dan peristiwa yang dirasakan sendiri, sedangkan pengalaman

sekunder adalah pengalaman tidak langsung atau pengalaman reflektif

mengenai pengalaman primer.

b. Ingatan

Dalam kedudukannya sebagai dasar pengetahuan baik pengalaman

maupun ingatan saling berkaitan. Tanpa ingatan pengalaman tidak

dapat berkembang menjadi pengetahuan, sementara ingatan


mengandalkan pengalaman sebagai sumber dan dasar rujukannya.

Agar ingatan dapat menjadi sumber yang dapat dipertanggung

jawabkan kebenarannya bagi pengetahuan, ada dua syarat yang perlu

dikenali, yaitu: memiliki kesaksian bahwa peristiwa itu pernah dialami

atau disaksikan dimasa lalu dan ingatan tersebut bersifat konsisten dan

dapat berhasil menjadi dasar pemecahan persoalan atau masalah.

c. Kesaksian

Kesaksian adalah penegasan sesuatu yang benar oleh seorang saksi

kejadian atau peristiwa, diajukan kepada orang lain untuk dipercaya.

d. Minat dan rasa ingin tahu

Hal lain yang mendasari adanya pengetahuan adalah minat dan rasa

ingin tahu. Minat mengarahkan perhatian terhadap hal-hal yang

dialami dan dianggap penting untuk diperhatikan. Orang akan

meminati apa yang ia pandang bernilai. Sedangkan rasa ingin tahu

mendorong orang untuk bertanya dan melakukan penyelidikan atas apa

yang dialami dan menarik nilainya. Rasa ingin tahu erat kaitannya

dengan pengalaman kekaguman atau keheranan apa yang dialami.

e. Pikiran dan penalaran

Agar dapat memahami dan menjelaskan apa yang dialami, menusia

perlu melakukan kegiatan berpikir yang mengandalkan pikiran.

Kegiatan pokok pikiran dalam mencari pengetahuan adalah penalaran.

Penalaran merupakan proses pemikiran untuk menarik kesimpulan dari


hal-hal yang sebelumnya telah diketahui. Berkat kemampuannya

menalar manusia dapat mengembangkan pengetahuannya.

f. Logika

Logika adalah bidang pengetahuan yang menpelajari segenap asas,

aturan, dan tata cara penalaran yang betul (corret reasoning). Logika

merupakan suatu dasar yang amat perlu untuk memperoleh

pengetahuan yang benar, sebab tanpa logika penalaran tidak mungkin

dilakukan.

g. Bahasa

Bahasa merupakan salah satu hal yang mendasari dan memungkinkan

pengetahuan pada manusia. Seluruh kegiatan berpikir manusia erat

kaitannya dengan kemampuan sebagai mahluk yang berbahasa,

sehingga manusia mampu untuk mengembangkan pengetahuan berkat

kemampuan tersebut. Manusia bukan hanya dapat mengungkapkan dan

mengkomonikasikan pikiran, perasaan dan sikap batinnya, tetapi juga

menyimpan, mengingat kembali, mengulas dan memperluas apa yang

sampai sekarang telah diketahuinya.

h. Kebutuhan hidup manusia

Kebutuhan hidup manusia merupakan suatu faktor yang mendasari dan

mendorong berkembangnya pengetahuan manusia. Untuk melakukan

interaksinya dengan dunia dan lingkungan sosial sekitarnya manusia

membutuhkan pengetahuan.
D. Penyakit Menular Seksual

1. Definisi Penyakit Menular Seksual ( PMS )

Saat ini istilah penyakit menular seksual dikenal dengan istilah

PMS, umumnya di kalangan medis lebih dikenal dengan istilah STD

(Sexually Transmitted Diseases) yang sebelumnya dikenal dengan istilah

VD (Veneral Diseases). Penyakit menular seksual (PMS) merupakan

penyakit menular melalui hubungan seksual/ hubungan kelamin ( Djuanda,

2002 ).

Meskipun demikian, pada sebagian PMS terdapat beberapa

kemungkinan yaitu : penularan penyakit tidak selalu melalui hubungan

seksual, penyakit dapat timbul pada orang yang belum pernah melakukan

hubungan kelamin, atau orang yang tidak promiskus dan sebagian

penderita adalah korban keadaan diluar kemampuan mereka (dalam arti

mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit, tetapi

ternyata masih juga terjangkit) ( Djuanda, 2002 ).

2. Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual

Menurut Djuanda (2002), Penyakit kelamin yang umumnya dijumpai

diantaranya adalah :

a. Klamidia

PMS jenis ini disebabkan oleh klamida trachomatis dengan masa

inkubasi antara satu minggu sampai satu bulan, dapat kurang atau

lebih. Gejala-gejalanya adalah sebagai berikut : keluar cairan dari

vagina (keputihan encer), berwarna putih kekuningan, rasa nyeri


dirongga panggul, perdarahan setelah berhubungan seksual, dan rasa

terbakar saat buang air kecil. Klamidia adalah jenis PMS yang sangat

berbahaya dan biasanya tidak menunjukkan gejala. 75 % dari

perempuan dan 25 % dari pria yang terinfeksi tidak menunjukkan

gejala sama sekali. Pada wanita, jika infeksi tidak diobati akan

berkembang dan menyebabkan radang panggul yang menyebabkan

sulit hamil. Dari kasus-kasus PMS, infeksi bacteria klamidia adalah

yang paling banyak ditemukan. Hal ini disebabkan karena mudahnya

penularan. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah penyakit radang

panggul dengan berakibat kemandulan, kehamilan diluar kandungan,

rasa sakit kronis di rongga panggul, infeksi mata berat dan radang

paru-paru (pneumonia) pada bayi baru lahir dapat memudahkan

penularan infeksi HIV.

b. Trikomoniasis

Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan sejenis protozoa

trikomonas vaginalis dimana masa inkubasinya biasanya tidak

melebihi 10 hari. Pada umumnya ditularkan melalui hubungan seksual.

Gejala-gejala dan tanda-tandanya adalah cairan vagina (keputihan

encer, berwarna kuning-kehijauan; berbusa dan berbau busuk; vulva

agak bengkak, kemerahan, gatal, berbusa, dan terasa tidak nyaman atau

tidak ada gejala sama sekali. Komplikasi yang mungkin terjadi

diantaranya adalah kulit sekitar vulva lecet, mungkin berhubungan

dengan kelahiran bayi premature, dan memudahkan infeksi HIV.


c. Sifilis ( raja singa )

Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh treponema pallidum

dengan masa inkubasi 2-6 minggu, kadang-kadang sampai 3 bulan

sesudah kuman masuk kedalam tubuh melalui hubungan seks. Setelah

beberapa tahun dapat berlalu tanpa gejala. Infeksi ini bisa menyebar

dari genital ke seluruh tubuh. Salah satu gejala awalnya adalah rasa

nyeri digenital atau mulut. Biasanya lalu diikuti dengan demam, nyeri

tenggorokan, sakit kepala dan nyeri sendi. Gejala-gejala umum sifilis

berupa infeksi kronis dan sistematik dengan tiga tahap sebagai berikut:

pada tahap primer, luka pada kemaluan tanpa rasa nyeri; pada tahap

sekunder terdapat bintil/ bercak merah ditubuh; dan pada tahap tersier

penderita mengalami kelainan saraf, jantung, pembuluh darah dan

kulit. Komplikasi yang mungkin ditimbulkan oleh penyakit ini adalah

dapat menyebabkan kerusakan berat pada otak, hati dan jantung jika

tidak diobati, dapat ditularkan pada bayi dalam kandungan, dapat

menyebabkan keguguran dan atau lahir cacat selama masa kehamilan,

dan memudahkan penularan infeksi HIV.

d. Gonore (GO)

Disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrhoeae dengan masa inkubasi

(masa tunas) 2-10 hari sesudah kuman masuk kedalam tubuh melalui

hubungan seks. Infeksi ini bisa menjadi sistemik (menyebar ke seluruh

tubuh) yang akan menimbulkan demam, luka pada kulit dan arthritis

(infeksi sendi). Gonore adalah salah satu jenis PMS yang sering
dilaporkan. 40% penderita akan mengalami penyakit radang panggul

(PRP) jika tidak diobati, dan hal tersebut dapat menyebabkan

kemandulan. Gejala dan tanda-tanda pada wanita adalah terdapat

keputihan (cairan vagina) kental, berwarna kekuningan, rasa nyeri

dirongga panggul, kadang-kadang juga tanpa gejala. Dan pada pria

tanda dan gejalanya adalah keluarnya nanah berwarna putih susu dari

ujung saluran kencing, dan membengkak, juga mengeluh nyeri dan

panas pada waktu kencing. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah

penyakit radang panggul, kemungkinan kemandulan, infeksi mata pada

bayi baru lahir yang pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan, dan

juga memudahkan penularan HIV.

e. Herpes genital

Disebabkan oleh Virus Herpes Simplex (HSV) atau Hominis Herpes

Virus (HVH) dengan masa inkubasi 4-7 hari sesudah virus masuk ke

tubuh melalui hubungan seks. Tanda dan gejala dari penyakit ini

adalah: bintil-bintil berair (berkelompok seperti anggur) yang sangat

nyeri pada kemaluan; kemudian pecah dan meninggalkan luka yang

kering mengerak, lalu hilang sendiri; gejala kambuh lagi seperti diatas

namun tidak senyeri pada tahap awal, akan timbul bila ada faktor

pencetus (stress, haid, makanan/minuman beralkohol, hubungan seks

berlebihan dan biasanya menetap hilang timbul seumur hidup.

Komplikasi yang mungkin terjadi karena penyakit ini adalah rasa nyeri

yang berasal dari saraf; dapat ditularkan pada bayi pada waktu lahir
apabila bintil-bintil berair masih aktif; dapat menimbulkan infeksi

berat, sistematik pada bayi dan menyebabkan kematian (pada janin

menyebabkan abortus); memudahkan penularan infeksi HIV. Penting

untuk menjadi catatan bersama, yakni bahwa penyakit ini belum ada

obatnya, tetapi pengobatan anti virus dapat mengurangi sakit dan

lamanya episode penyakit.

f. Kondilomamata akuminata

Sinonim dari penyakit ini adalah genital warts, kutil kelamin, dan

penyakit jengger ayam. Penyakit ini disebabkan oleh Human

Papilloma Virus (HPV) dengan masa inkubasi 1-8 bulan (rata-rata 2-3

bulan). Penyakit ini merupakan PMS yang paling sering, 33% dari

perempuan memiliki virus ini, yang dapat menyebabkan kanker

serviks dan penis dan nyeri pada kelamin. Tanda dan gejala pada

wanita adalah timbul kutil yang besarnya variasi disekitar vagina atau

mulut rahim dan anus, biasanya tidak tampak dengan jelas sehingga

seringkali orang tidak mengetahuinya karena ukurannya yang sangat

kecil dan tidak terlalu sakit rasanya. Sedangkan para pria biasanya

ditandai dengan gejala timbul kutil dengan ukuran yang bervariasi

pada penis atau anus, dan biasanya tampak dengan jelas. Komplikasi

yang mungkin terjadi adalah kutil (lesi) yang dapat membesar dan

tumbuh bersama, dan akhirnya menimbulkan kanker mulut rahim.

Pengobatan pada penyakit ini hanya sampai pada tahap menghilangkan

kutilnya saja, tetapi tidak mematikan virus penyebabnya.


g. Hepatitis B

Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) dengan

mesa inkubasi yang bervariasi antara 1 sampai 6 bulan. Infeksi virus

ini menyerang hati, tetapi bisa juga ditularkan lewat hubungan seksual

dan dapat juga ditularkan melalui penggunaan bersama jarum suntik.

Gejalanya berupa kelelahan yang parah, mual, kehilangan nafsu

makan, muntah, mata dan kulit tampak kuning tidak normal, perut

terasa lunak tidak normal saat disentuh, demam, dan rasa sakit pada

tulang sendi. Virus hepatitis menyebabkan morbiditas dan mortalitas

pada manusia baik secara akut maupun kronik. Vaksin pencegahan

penyakit ini sudah ada, tetapi sekali terkena penyakit ini tidak dapat

disembuhkan. Komplikasi penyakit ini dapat menyebabkan kanker

hati.

h. HIV/ AIDS

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindrom dengan

gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat

menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human

Immunodeficiency Virus). Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala

AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat

lebih lama lagi. Gejala yang sering muncul adalah demam, berkeringat

dimalam hari, kelenjar membengkak, dan kelelahan. Penyakit ini

mematikan karena belum ada obatnya. Virus masuk kedalam tubuh

manusia terutama melalui perantara darah, semen dan secret vagina.


Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual.

Virus penyakit ini bisa ditularkan lewat jarum suntik.

i. Chancroid (Ulkus Mole)

PMS jenis ini disebabkan oleh bakteri Haemophilus ducreyi. Masa

inkubasi pada pria berkisar antara 2-35 hari dengan waktu rata-rata 7

hari. Sedangkan pada wanita sukar untuk ditentukan, oleh karena

sering ditemukan kasus asimtomatik. Penyakit ini sering ditemukan

pada pria heteroseksual, dan hanya sedikit laporan tentang penyakit ini

pada pria homoseksual. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan

seksual. Gejala yang umum dijumpai adalah luka lebih dari satu yang

sangat nyeri, tanpa peradangan yang jelas, dan ada benjolan

dilipatan paha yang sangat sakit dan mudah pecah. Komplikasi yang

mungkin ditimbulkan penyakit ini adalah luka infeksi yang

mengakibatkan jaringan disekitarnya mati dan luka yang memudahkan

penularan infeksi HIV.

Sejumlah PMS seperti herpes atau kutil kelamin bisa menular

hanya dengan menempel kulit sehat dengan kulit terinfeksi. PMS juga

ditularkan ke bayi yang sedang dikandung oleh ibunya yang terinfeksi.

3. Perilaku resiko tinggi yang dapat menularkan PMS

Dalam PMS yang dimaksud dengan perilaku resiko tinggi ialah perilaku

yang menyebabkan seseorang mempunyai resiko besar terserang penyakit.

Kebanyakan PMS di dapat dari hubungan seks yang tidak aman. Yang

dimaksud dengan tidak aman, adalah :


a. Melakukan hubungan seksual lewat vagina tanpa kondom (penis di

dalam vagina)

b. Melakukan hubungan seksual lewat anus tanpa kondom (penis di

dalam anus)

c. Hubungan seksual lewat oral atau istilah yang biasa digunakan

“karaoke” (penis di dalam mulut tanpa kondom atau mulut menyentuh

alat kelamin wanita) (Guttmacher, Alan, 1998).

Yang tergolong kelompok resiko tinggi terbagi atas 4 bagian, yaitu:

pertama kelompok usia 20–34 tahun pada laki-laki, 16-24 tahun pada

wanita, dan 20-24 tahun pada kedua jenis kelamin; kedua kelompok

pekerja seksual komersial atau wanita tuna susila; ketiga para pecandu

narkotik; dan homoseksual. Pria dikatakan beresiko menularkan PMS

apabila: pasangan seksual lebih dari satu dalam satu bulan terakhir,

berhubungan seksual dengan pekerja seks wanita/ pria dalam satu bulan

terakhir, mengalami satu atau lebih episode PMS dalam satu tahun teakhir,

dan pekerjaan istri/ pasangan seksual beresiko tinggi. Sedangkan wanita

dikatakan beresiko tinggi menularkan PMS apabila: suami/ pasangan

seksual menderita PMS, suami/ pasangan seksual/ pasien sendiri

mempunyai pasangan seksual lebih dari satu dalam satu bulan terakhir,

mempunyai pasangan baru dalam tiga bulan terakhir, mengalami satu atau

lebih episode PMS dalam satu tahun terakhir, dan pekerjaan suami/

pasangan seksual beresiko tinggi.


4. Bahaya dari penyakit menular seksual (PMS)

Ada beberapa bahaya dari PMS diantaranya yaitu :

a. Beberapa PMS dapat menyebabkan kemandulan (Gonore, Klamidia)

b. Beberapa PMS dapat mengakibatkan keguguran (Herpes genital,

sifilis)

c. PMS dapat menyebabkan kanker mulut rahim (misl : Kondilomamata

akuminata)

d. Beberapa dapat meruasak penglihatan, otak dan hati (Gonore, Hepatitis

B, sifilis)

e. PMS dapat menular kepada bayi

f. PMS membuat kita rentan terhadap HIV/ AIDS

g. Beberapa PMS ada yang tidak dapat disembuhkan (misl : Herpes

genital, HIV/AIDS dan Hepatitis B)

h. Beberapa PMS seperti halnya HIV/AIDS dan Hepatitis B dapat

menyebabkan kematian (Guttmacher, Alan, 1998)

5. Pencegahan infeksi PMS

Pencegahan dari penyakit menular seksual bervariasi terantung dari jenis

penyakit menular seksualnya. Dibawah ini disimpulkan cara pencegahan

dari penyakit menular :

a. Tidak melakukan hubungan seksual pranikah

b. Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang mempunyai

resiko tinggi menularkan PMS

c. Memakai alat proteksi terhadap PMS (misl : kondom)


d. Tidak berganti-ganti pasangan seksual

e. Hindari pemakaian narkoba suntik dan pemakaian jarum suntik

bergantian (Qomariyah Siti nurul, 2003)

E. Kerangka Teori

Pengalaman Orang yang


dianggap
Umur/ usia penting

Sikap
Pengetahuan Seksual Budaya
Pranikah

Faktor emosional Media


massa
Lembaga
pendidikan

Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian

(Azwar, S, 2007)
(Ma’shum, Yahya & Widyandana, 2004)

F. Kerangka Konsep

Varibel independent Variabel dependent

Pengetahuan Sikap Seksual


Penyakit Menular Pranikah
Seksual

Gambar 2.3 Kerangka kosep Penelitian


G. Variabel Penelitian

1. Variabel independent (variabel bebas)

Menurut Notoatmodjo (2005) variabel independent adalah variabel yang

mempengaruhi atau menyebabkan variabel tergantung. Dalam penelitian

ini yang termasuk dalam variabel bebas adalah pengetahuan penyakit

menular seksual (PMS).

2. Variabel dependent (variabel tergantung)

Notoatmodjo (2005) juga menyatakan bahwa variabel tergantung adalah

variabel yang dipengaruhi / diakibatkan oleh variabel bebas. Dalam

penelitian ini yang termasuk dalam variabel dependent adalah sikap

seksual pranikah.

H. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori di atas maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah :

Ada hubungan antara pengetahuan penyakit menular seksual dengan

sikap seksual pranikah.

Anda mungkin juga menyukai