Anda di halaman 1dari 98

PERUBAHAN

PERILAKU DALAM
KESEHATAN
 Perilaku merupakan respons atau
reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar), oleh karena
perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme,
kemudian organisme tersebut
merespons (Skinner, 1938 dalam
Soekidjo Notoadmodjo, 2003 : 118).
yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan atau kegiatan seseorang
dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
Termasuk juga tindakan-tindakan
untuk mencegah penyakit,
kebersihan perorangan, dan
sebagainya (Becker, 1979).
yakni segala tindakan yang
dilakukan seorang individu
yang merasa sakit untuk
merasakan dan mengenal
keadaan kesehatannya atau
rasa sakit.
 Perilaku manusia adalah refleksi dari
berbagai gejala kejiwaan seperti
pengetahuan, persepsi, minat, keinginan
dan sikap.
 Hal-hal yang mempengaruhi perilaku
seseorang sebagian terletak dalam diri
individu sendiri yang disebut juga faktor
internal sebagian lagi terletak di luar dirinya
atau disebut dengan faktor eksternal yaitu
faktor lingkungan.
 Skinner (1938) seorang ahli psikologis,
merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi
seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Dilihat dari
bentuk respons terhadap stimulus ini,
maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua :
 Respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert), misalnya : seorang
ibu hamil tahu pentingnya periksa
kehamilan, seorang pemuda tahu
bahwa HIV/AIDS dapat menular
melalui hubungan seks, dan
sebagainya.
 Respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka, misalnya
seorang ibu memeriksakan
kehamilannya atau membawa
anaknya ke puskesmas untuk
diimunisasi.
 Faktor-faktor yang membedakan
respon terhadap stimulus yang
berbeda disebut determinan
perilaku. Determinan perilaku ini
dapat dibedakan menjadi dua
yakni :
 yakni karakterisitik orang
yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan
misalnya tingkat
kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin.
yaitu lingkungan
baik lingkungan
fisik, sosial, budaya
ekonomi, politik.
 Perilaku yang optimal akan memberi dampak
pada status kesehatan yang optimal juga.
 Perilaku yang optimal adalah seluruh pola
kekuatan, kebiasaan pribadi atau masyarakat,
baik secara sadar ataupun tidak yang mengarah
kepada upaya pribadi atau masyarakat untuk
menolong dirinya sendiri dari masalah
kesehatan. Pola kelakuan/kebiasaan yang
berhubungan dengan tindakan promotif,
preventif harus ada pada setiap pribadi atau
masyarakat.
 Perilaku dapat dibatasi sebagai jiwa
(berpendapat, berfikir, bersikap dan
sebagainya) (Notoatmodjo,1999). Untuk
memberikan respon terhadap situasi di
luar objek tersebut. Respon ini dapat
bersifat pasif (tanpa tindakan). Bentuk
operasional dari perilaku dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis,
yaitu :
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan
mengetahui situasi dan rangsangan.
2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan
terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subyek,
sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia
yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam
tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial
budaya yang bersifat non fisik, tetapi mempunyai pengaruh
kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini
adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya
masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.
3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa
perbuatan terhadap situasi dan suatu rangsangan dari luar.
 Pengetahuan adalah merupakan hasil
tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Pengetahuan
umumnya datang dari pengalaman, juga
dapat diperoleh dari informasi yang
disampaikan orang lain, didapat dari
buku, atau media massa dan elektronik.
 Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yaitu indera penglihatan,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (Ever Behavior). Pada
dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah
fakta dan teori yang memungkinkan
seseorang dapat memahami sesuatu gejala
dan memecahkan masalah yang dihadapi.
 Pengetahuan dapat diperoleh dari
pengalaman langsung ataupun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahaun dapat
ditingkatkan melalui penyuluhan, baik secara
individu maupun kelompok, untuk
meningkatkan pengetahuan kesehatan yang
bertujuan untuk tercapainya perubahan
perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan
optimal.
Menurut Notoatmodjo
(1993), pengetahuan
mempunyai 6 (enam)
tingkatan, yaitu :
 Diartikan sebagai pengingat sesuatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian
yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tabu tentang apa yang
dipelajari antara lain : menyebutkan,
mendefinisikan dan mengatakan.
 Diartikan sebagai kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
 Orang yang telah memahami terhadap
objek atau materi atau harus dapat
menjelaskan, menyebutkan cotoh,
menyampaikan, meramalkan terhadap
objek yang dipelajari.
 Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi yang sebenarnya.
 Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi
atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip
dalam konteks atau situasi lain. Misalnya adalah
dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian dan
dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah kesehatan dari kasus-kasus
yang diberikan.
 Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek dalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti :
dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
 Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan
untuk menghubungkan bagian-bagian
kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya :
dapat menyususun, merencanakan,
meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.
 Evaluasi ini berkaitan dengan
kemampuan-kemampuan untuk
melakukan Justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian ini berdasarkan
kriteria yang telah ditentkan sendiri
atau menggunakan kriteria-kriteria
yang ada.
 Sikap adalah merupakan reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulasi atau objek. Sikap tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari adalah merupakan reaksi yag
bersifat emosional terhadap stimulus sosial
(Notoatmodjo, 1993).
 Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai
kecenderungan untuk merespon (secara
positif atau negatif) terhadap orang, objek
atau situasi tertentu.
 Sikap mengandung suatu penelitian
emosional/afektif (senang, benci, sedih dan
sebagainya).
 Selain bersifat positif atau negatif, sikap
memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-
beda (sangat benci, agak benci, dan
sebagainya).
 Sikap ini tidaklah sama dengan perilaku, dan
perilaku tidaklah selalu mencermikan sikap
seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa
seseorang dapat berubah dengan
memperlihatkan tindakan yang bertentangan
dengan sikapnya.
 Sikap seseorang dapat berubah dengan
diperolehnya tambahan informasi tentang
objek tersebut melalui persuasi serta tekanan
dari kelompok sosialnya.
Sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek.
Manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup.
Allport (1954) dalam
Soekidjo (1993),
menjelaskan bahwa sikap
itu mempunyai 3 (tiga)
komponen pokok, yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide
dan konsep terhadap suatu
objek.
b. Kehidupan emosional atau
evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecendrungan untuk bertindak
(tend to behave).
Sikap ini terdiri
dari 4(empat)
tingkatan yaitu :
 Menerima diartikan bahwa orang
(subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
 Misalnya : sikap orang terhadap
lingkungandapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian orang itu
terhadap ceramah-ceramah tentang
lingkungan.
 Memberikan jawaban, apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah adalah
berarti bahwa orang menerima ide
tersebut.
 Mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga.
 Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu
yang lain untuk pergi menimbangkan
anaknya ke posyandu atau mendiskusikan
tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si
ibu tersebut telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.
Bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang
paling tinggi.
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir,
melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan orang itu
dalam hubungan dengan objeknya.
Sifat ini membedakannya dengan
sifat motif-motif biogenetis, seperti :
lapar, haus atau kebutuhan akan
istirahat.
2. Sikap dapat berubah-ubah,
Karena itu sikap dapat dipelajari
dan karena itu pula sikap dapat
berubah-ubah pada orang.
Apabila terdapat keadaan-keadaan
dari syarat-syarat tertentu yang
mempermudah sikap pada orang
itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri,
tetapi senantiasa mempunyai
hubungan tertentu terhadap
suatu objek, dengan kata lain
sikap itu terbentuk, dipelajari
dan senantiasa berubah.
4. Objek sikap itu dapat
merupakan satu hal
tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari
hal-hal tersebut.
 Sikap mempunyai segi motivasi
dan segi-segi perasaan.
 Hal inilah yang membedakan
sikap dari kecakapan-
kecakapan atau pengetahuan-
pengetahuan yang dimiliki
orang (Purwanto, 1990).
 Fungsi sikap dibagi menjadi 4
(empat) golongan, yakni :
1. Sebagai alat untuk
menyesuaikan diri. Sikap
adalah sesuatu yang bersifat
communicable artinya sesuatu
yang mudah menjalar,
sehingga mudah pula menjadi
milik bersama.
2. Sebagai alat pengukur tingkah laku. Kita tahu
bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang
pada umumnya merupakan aksi-aksi yang
spontan terhadap sekitarnya. Antara
perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan,
tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut
usianya, perangsang itu pada umumnya tidak
diberi reaksi secara spontan akan tetapi
terdapat adanya proses secara sadar untuk
menilai perangsang-perangsang itu.
 Jadi, antara perangsang dan reaksi terhadap
sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu
yang berwujud pertimbangan-pertimbangan
atau penilaian-penilaian terhadap perangsang
itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri
tetapi merupakan sesuatu yang erat
hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan
hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan
yang ada dalam dirinya, keinginan- keinginan
pada orang itu dan sebagainya.
3.Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.
Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia
di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari
dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima
secara aktif artinya semua pengalaman yang
berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani
oleh manusia tetapi manusia memilih mana-mana
yang perlu dan mana-mana yang tidak perlu
dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi
penilaian lalu dipilih.
4. Sebagai penyataan kepribadian.
Sikap sering mencerminkan pribadi
seseorang. Ini sebabnya karena sikap
tidak pernah terpisah dari pribadi yang
mendukungnya.
Oleh karena itu dengan melihat sikap-
sikap pada objek tertentu, sedikit
banyak orang bisa mengetahui pribadi
orang tersebut.
 Apabila kita akan mengubah sikap
seseorang, maka kita harus mengetahui
keadaan sesungguhnya dari sikap orang
tersebut dan dengan mengetahui
keadaan sikap itu kita akan mengetahui
pula mungkin tidaknya sikap tersebut
diubah dan bagaimana cara mengubah
sikap-sikap tersebut (Purwanto, 1999).
 Suatu sikap belum tentu otomatis
terwujud dalam suatu tindakan.
 Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perubahan nyata, diperlukan faktor
pendukung/suatu kondisi yang
memungkinkan (Notoatmojo, 19993).
 Tindakan terdiri dari 4 (empat) tingkatan,
yaitu :
Mengenal dan memilih
berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan
praktek tingkat pertama.
Dapat melakukan sesuatu
sesuai dengan urutan yang
benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan
indikator praktek tingkat
dua.
Apabila seseorang telah dapat
melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.
Adaptasi adalah praktek atau
tindakan yang sesudah
berkembang dengan baik,
artinya tindakan itu sudah di
modifikasikan tanpa
mengurangi kebenaran tingkat
tersebut.
Menurut L.W.Green, faktor
penyebab masalah kesehatan
adalah faktor perilaku dan
faktor non perilaku. Faktor
perilaku khususnya perilaku
kesehatan dipengaruhi oleh 3
(tiga) faktor, yaitu :
Adalah faktor yang terwujud dalam
kepercayaan, kayakinan, nilai-nilai
dan juga variasi demografi, seperti :
status ekonomi, umur, jenis kelamin
dan susunan keluarga. Faktor ini
lebih bersifat dari dalam diri individu
tersebut.
 Adalah faktor pendukung yang
terwujud dalam lingkungan fisik,
termasuk di dalamnya adalah
berbagai macam sarana dan
prasarana, misal : dana,
transportasi, fasilitas, kebijakan
pemerintah dan lain sebagainya.
Adalah faktor-faktor ini meliputi :
faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama, sikap dan
perilaku petugas termasuk petugas
kesehatan, undang-undang
peraturan-peraturan baik dari pusat
maupun pemerintah daerah yang
terkait dengan kesehatan.
Beberapa teori lain yang telah
dicoba untuk mengungkapkan
determinan perilaku dari analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku, khususnya perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan
antar lain :
 Green mencoba menganalisis perilaku
manusia dari tingkat kesehatan.
 Kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu
faktor perilaku (behavior causes) dan
faktor di luar perilaku (non behavior
causes).
 Selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :
Faktor-faktor predisposisi
(predisposing factor), yang
terwujud dalam
pegetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan,
nilai-nilai dan sebagainya.
Faktor-faktor pendukung (enabling
faktor), yang terwujud dalam
lingkungan fisik tersedia atau
tidaknya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat
kontrasepsi, jamban dan
sebagainya.
Faktor-faktor pendorong
(reforcing factor) yang terwujud
dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau
petugas yang lain, yang
merupakan kelompok referensi
dari perilaku masyarakat.
Kar mencoba menganalisis
perilaku kesehatan dengan
bertitik tolak pada perilaku
itu merupakan fungsi dari :
a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan
dengan kesehatan atau perawatan kesehatanya
(behavior intention)
b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya
(social support)
c. Ada atau tidak adanya informasi tentang
kesehatan atau fasilitas kesehatan (acesssebility
of information)
d. Otonom pribadi yang bersangkutan dalam hal
mengambil tindakan atau keputusan (personal
autonomy)
e. Situasi yang emungkinkan untuk bertindak atau
tidak bertindak (action situastion).
 Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa
yang menyebabkan seseorang itu
berperilaku tertentu adalah karena
adanya 4 alasan pokok, pemikiran dan
perasaan (thought and feeling) yakni
dalam bentuk pengetahuan, persepsi,
sikap, kepercayaan-kepercayaan dan
penilaian-penilaian seseorang terhadap
objek.
a. Pengetahuan
Pengetahuan di peroleh dari pengalaman
sendiri atau pengalaman orang lain.
b. Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari
orang tua, kakek atau nenek. Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan
keyakinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu.
c. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak
suka terhadap objek sikap sering diperoleh
dari pengalaman sendiri atau orang lain
yang paling dekat.
d. Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak
kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-
orang yang dianggap penting.
d. Sumber daya (resources) mencakup fasilitas-
fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya. Semua itu berpengaruh
terhadap perilku seseorang atau kelompok
masyarakat.
e. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan
penggunaan sumber
f. Di dalam suatu masyarakat akan
menghasilkan suatu pola hidup (way of life)
yang pada umumnya disebut kebudayaan.
B. TEORI PERUBAHAN
PERILAKU
KESEHATAN DALAM
MASYARAKAT
 Teori
ini mendasarkan asumsi bahwa
penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung pada kualitas rangsang
(stimulus) yang berkomunikasi dengan
organisme. Artinya kualitas dari sumber
komunikasi (sources) misalnya,
kredibilitas, kepemimpinan, gaya
berbicara sangat menentukan
keberhasilan perubahan perilaku
seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan
bahwa proses perubahan perilaku sama
dengan proses belajar, pada individu
yang terdiri dari :
a.Stimulus (rangsang) yang diberikan
pada organisme dapat diterima atau
ditolak. Apabila stimulus tersebut
tidak diterima atau ditolak berarti
stimulus itu tidak efektif
mempengaruhi perhatian individu
dan berhenti di sini. Akan tetapi bila
stimulus diterima oleh organism
berarti ada perhatian dari individu
dan stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapat
perhatian dari organisme (diterima)
maka ia mengerti stimulus ini dan
dilanjutkan kepada proses
berikutnya.
c. Setelah itu organism mengolah
stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi
stimulus yang telah diterimanya
(bersikap)
d. Akhirnya dengan dukungan
fasilitas serta dorongan dari
lingkungan maka stimulus
tersebut mempunyai efek
tindakan dari individu tersebut
(perubahan perilaku).
 Proses perubahan perilaku
berdasarkan teori S-O-R ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Teori S-O-R
 Teori Festinger (1957) telah banyak
pengaruhnya dalam psikologi sosial.
 Teori ini sebenarnya sama dengan konsep
imbalance.
 Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive
dissonance merupakan keadaan
ketidakseimbangan psikologis yang diliputi
oleh ketegangan diri yang berusaha untuk
mencapai keseimbangan kembali.
 Apabila terjadi keseimbangan dalam diri
individu, maka berarti sudah tidak terrjadi
ketegangan diri lagi, maka keadaan ini
disebut consonance (keseimbangan).
 Dissonance terjadi karena dalam diri
individu terdapat dua elemen kognisi
yang saling bertentangan. Yang
dimaksud elemen kognisi adalah
pengetahuan, pendapat atau keyakinan.
Apabila individu menghadapi suatu
stimulus atau objek, dan stimulus
tersebut menimbulkan pendapat atau
keyakinan yang ebrbeda/bertentangan
dalam diri individu sendiri, maka
terjadilah ketidakseimbangan.
 Rumus ini menjelaskan bahwa
ketidakseimbangan dalam diri
seseorang yang akan menyebabkan
perubahan perilaku.
 Terjadi disebabkan karena adanya
perbedaan jumlah elemen kognitif
yang seimbang dengan jumlah
elemen kognitif yang tidak seimbang
serta sama-sama pentingnya.
 Hal
ini akan menimbulkan konflik
pada diri individu tersebut.
Seorang ibu rumah tangga yang
bekerja di kantor. Disatu pihak
dengan bekerja ia dapat
penghasilan bagi keluarganya,
yang akhirnya dapat memenuhi
kebutuhan bagi keluarga dan
anak-anaknya, termasuk
kebutuhan makanan yang bergizi.
 Apabila ia tidak bekerja, jelas ia
tidak dapat memenuhi kebutuhan
pokok keluarga. Di pihak lain,
apabila ia tidak bekerja, jelas ia
tidak dapat memenuhi kebutuhan
pokok keluarga.
 Di pihak lain, apabila ia bekerja, ia
khawatir terhadap perawatan anak-
anaknya akan menimbulkan
masalah.
Kedua elemen ini sama-
sama pentingnya, yakni
rasa tanggung jawabnya
sebagai ibu rumah
tangga yang baik.
 Teori ini berdasakan anggapan bahwa
perubahan perilaku individu itu
tergantung kepada kebutuhan. Hal ini
berarti bahwa stimulus yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku
seseorang apabila stimulus tersebut
dapat dimengerti dalam konteks
kebutuhan orang tersebut.
 Menurut Katz (1960) perilaku
dilatarbelakangi oleh kebutuhan
individu yang bersangkutan.
 Katz berasumsi bahwa :
a. Perilaku memiliki fungsi
instrumental, artinya dapat berfungsi
dan memberikan pelayanan terhadap
keutuhan. Seseorang dapat bertindak
(berperilaku) positf terhadap objek
demi pemenuha kebutuhannya.
Sebaliknya bila objek tidak dapat
memenuhi kebutuhannya maka ia
akan berperilaku negatif. misalnya
ada orangyang mau membuat jamban
apabila jamban tesebut benar-benar
sudah menjadi kebutuhannya.
b. Perilaku dapat berfungsi sebagai
“defence mecanism” atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi
lingkungannya. Artinya, dengan
perilaku dan tindakan-tindakannya
manusia dapat melindungi ancaman-
ancaman yang datang dari luar.
Misalnya , orang dapat menghindari
penyakit demam berdarah, karena
penyakit tersebut merupakan
ancaman baginya.
c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan
memberikan arti.
Dalam perannya, seseorang senantiasa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya
melalui tindakannya. Dengan tindakan sehari-
harinya tersebut seseorang telah melakukan
keputusan-keputusan sehubungan dengan
objek atau stimulus yang dihadapi.
Pengambilan keputusan yang mengakibatkan
tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara
spontan dan dalam waktu yang singkat.
Misalnya seseorang merasa sakit kepala maka
untuk mengatasinya org trsebut minum obat
warung dan meminumnya, atau dengan
tindakan2 lain.
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif
dalam diri seseorang dalam menjawab suatu
situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep
diri seseorang dan merupakan pencerminan
dari hati sanubari.
Oleh sebab itu perilaku dapat merupakan
‘layar’ dimana segala ungkapan diri orang
dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang
marah, gusar, senang dll, dapat dilihat dari
perilaku dan tindakannya.
 Teori ini meyakinkan bahwa perilaku
mempunyai fungsi untuk menghadapi
dunia luar individu, dan senantiasa
menyesuaikan diri dengan
lingkungannya menurut kebutuhannya.
 Oleh sebab itu, di dalam kehidupan
manusia, perilaku itu tampak terus-
menerus dan berubah secara relatif.
 Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa
manusia itu adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan-kekuatan
pendorong (driving forces) dan kekuatan-
kekuatan penahan (restrining forces).
Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi
ketidakseimbangan antara kedua kekuatan
tersebut di dalam diri seseorang.
 Sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya
perubahan perilaku pada diri seseorang itu,
yakni :
a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat.
Hal ini terjadi adanya stimulus-stimulus yang
mendorong untuk terjadinya perubahan-
perubahan perilaku. Stimulus ini berupa
penyuluhan-penyuluhan atau informasi-
informasu sehubungan dengan perilaku yang
bersangkutan. Misalnya, seseorang yang
belum ikut KB (ada keseimbangan antara
pentingnya anak sedikit, dengan
kepercayaan banyak anak banyak rezeki)
dapat berubah perilakunya (ikut KB) kalau
kekuatan pendorong yakni pentingnya ber-KB
dinaikannya dengan penyuluhan-penyuluhan
atau usaha-usaha lain.
b. Kekuatan-kekuatan penahan
menurun. Hal ini akan terjadi adanya
stimulus-stimulus yang memperlemah
kekuatan penahan tersebut.
Misalnya : dengan pemberian pengertian
kepada orang tersebut bahwa banyak
anak banyak rezeki, adalah kepercayaan
yang salah, maka kekuatan penahan
tersebut melemah, dan akan terjadi
perubahan perilaku orang tersebut.
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan
pendorong menurun. Dengan keadaan
semacam ini jelas juga akan terjadi
perubahan perilaku.
Seperti pada contoh di atas, penyuluhan KB
yang berisikan memberikan pengertian
terhadap orang tersebut tentang
pentingnya ber-KB dan tidak benarnya
kepercayaan banyak anak banyak rezeki
akan meningkatkan kekuatan pendorong,
dan sekaligus menurunkan kekuatan
penahan.
Menurut WHO, yang
dikutip oleh
Notoatmodjo (1993),
perubahan perilaku
dikelompokkan menjadi
3 (tiga), yaitu :
1. Perubahan alamiah
(natural change), ialah
perubahan yang
dikarenakan perubahan
pada lingkungan fisik,
sosial, budaya ataupun
ekonomi dimana dia hidup
dan beraktifitas.
2. Perubahan terencana
(planned change), ialah
perubahan ini terjadi,
karena memang
direncanakan sendiri
oleh subjek.
3. Perubahan dari hal kesediaannya
untuk berubah (readiness to
change), ialah perubahan yang
terjadi apabila terdapat suatu
inovasi atau program-program baru,
maka yang terjadi adalah sebagian
orang cepat mengalami perubahan
perilaku dan sebagian lagi lamban.
Hal ini disebabkan setiap orang
mempunyai kesediaan untuk
berubah yang berbeda-beda.
Timahli WHO (1984),
menganalisis bahwa
yang menyebabkan
seseorang itu
berperilaku ada empat
alasan pokok, yaitu :
Bentuk pemikiran
dan perasaan ini
adalah pengetahuan,
sikap kepercayaan,
dll
Apabila seseorang itu penting
bagi kita, maka apapun yang
ia katakan dan lakukan
cendrung untuk kita contoh.
 Orang inilah yang dianggap
kelompok referensi seperti :
guru, kepala suku dan lain-
lain.
Yang termasuk adalah
fasilitas-fasilitas misalnya :
waktu, uang, tenaga kerja,
ketrampilan dan pelayanan.
Pengaruh sumber daya
terhadap perilaku dapat
bersifat positif maupun
negatif.
 Perilaku normal, kebiasaan, nilai-
nilai dan pengadaan sumber daya di
dalam suatu masyarakat akan
menghasilkan suatu pola hidup yang
disebut kebudayaan.
 Perilaku yang normal adalah salah
satu aspek dari kebudayaan dan
selanjutnya kebudayaan mempunyai
pengaruh yang dalam terhadap
perilaku.
Dariuraian tersebut di atas
dapat dimengerti alasan
seseorang berperilaku.
Oleh sebab itu, perilaku
yang sama di antara
beberapa orang dapat
berbeda-beda penyebab
atau latar belakangnya.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai