Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kualitas Lingkungan
Disusun Oleh
Kelompok 5
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Penyusunan makalah ini tentunya tak terlepas dari kurangnya pengalaman dan
kekurangan baik dalam segi isi yang masih harus dikembangkan dan lain-lain. Oleh
karenanya, penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar
pemyusun mendapatkan pelajaran lebih dalah penyusunan makalah dan ilmu yang
didapat juga menjadi lebih bermanfaat serta luas.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
a. Mengetahui definisi dan apa saja jenis-jenis vector penyakit?
b. Mengetahui standar baku mutu vector?
c. Mengetahui alat yang digunakan dan bagaimana prinsip pengambilan
sampel vektor?
d. Mengetahui teknik pengujian vektor
e. Mengetahui Siapa yang bertanggung jawab dalam pengambilan
sampel vektor?
f. Mengetahui penyakit akibat vektor?
g. Mengetahui psndangan Vektor penyakit dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Vektor
Vektor adalah organisme apa pun (vertebrata atau invertebrata) yang berfungsi
sebagai pembawa agen infeksius antara organisme dari spesies yang berbeda (Wilson,
dkk,. 2017)
B. Jenis-jenis Vektor
Vektor digolongkan menjadi dua yaitu vektor mekanik dan vektor biologik. Vektor
mekanik yaitu hewan avertebrata yang menularkan penyakit tanpa agen tersebut
mengalami perubahan, sedangkan dalam vektor biologik agen mengalami
perkembangbiakan atau pertumbuhan dari satu tahap ke tahap yang lebih lanjut
(Wijayanti, 2008). Pada penularan penyakit melalui vektor secara mekanik, maka
agen dapat berasal dari tinja, urin maupun sputum penderita hanya melekat pada
bagian tubuh vektor dan kemudian dapat dipindahkan pada makanan atau minuman
pada waktu hinggap/menyerap makanan tersebut. Contoh : lalat merupakan vektor
mekanik penyakit diare. Pada penularan penyakit melalui vektor secara biologi, agen
harus masuk ke dalam tubuh vektor melalui gigitan ataupun melalui keturunannya.
Selama tubuh vektor, agen berkembang biak atau hanya mengalami perubahan
morfologis saja, sampa pada akhirnya menjadi bentuk yang infektis melalui gigitan,
tinja, atau cara lain untuk berpindah ke pejamu potensial. Contoh : Culex
quinquefasciatus merupakan vektor penyakit kaki gajah (filaria) (Wijayanti, 2008).
a. Jenis
Jenis dalam hal ini adalah nama/genus/spesies Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit.
b. Kepadatan
Kepadatan dalam hal ini adalah angka yang menunjukkan jumlah Vektor
dan Binatang Pembawa Penyakit dalam satuan tertentu sesuai dengan
jenisnya, baik periode pradewasa maupun periode dewasa.
c. Habitat perkembangbiakan
Habitat perkembangbiakan adalah tempat berkembangnya periode
pradewasa Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit.
Man Biting Rate (MBR) adalah angka gigitan nyamuk per orang per malam,
dihitung dengan cara jumlah nyamuk (spesies tertentu) yang tertangkap dalam satu
malam (12 jam) dibagi dengan jumlah penangkap (kolektor) dikali dengan waktu
(jam) penangkapan.
Contoh, penangkapan nyamuk malam hari dilakukan oleh lima orang kolektor,
dengan metode nyamuk hinggap di badan (human landing collection) selama 12 jam
(jam 18.00-06.00), yang mana setiap jam menangkap 40 menit, mendapatkan 10
Anopheles sundaicus, dua Anopheles subpictus dan satu Anopheles indefinitus.
Waktu penangkapan dalam satu jam selama 40 menit, sehingga dalam satu malam
(12 jam) sebanyak 8 jam (8/12).
2. Indeks habitat
3. Angka Istirahat
Angka istirahat (resting rate) adalah angka kepadatan nyamuk istirahat (resting) per
jam, dihitung dengan cara jumlah nyamuk Aedes spp. yang tertangkap dalam satu
hari (12 jam) dibagi dengan jumlah penangkap (kolektor) dikali lama penangkapan
(jam) dikali dengan waktu penangkapan (menit) dalam tiap jamnya.
Contoh, penangkapan nyamuk istirahat siang hari dilakukan oleh lima orang kolektor,
dengan menggunakan aspirator selama 12 jam (jam 06.00-18.00), yang mana setiap
jam menangkap 40 menit, mendapatkan lima nyamuk Aedes spp. dan lima nyamuk
Culex spp. Maka angka istirahat per jam dihitung sebagai berikut. Diketahui:
Angka bebas jentik (ABJ) adalah persentase rumah atau bangunan yang bebas
jentik, dihitung dengan cara jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik dibagi
dengan jumlah seluruh rumah yang diperiksa dikali 100%. Yang dimaksud
dengan bangunan antara lain perkantoran, pabrik, rumah susun, dan tempat
fasilitas umum yang dihitung berdasarkan satuan ruang bangunan/unit
pengelolanya.
Jumlah rumah yang potifif jentik 6 Aedes spp., artinya yang negatif jentik 94
rumah.
Man Hour Density (MHD) adalah angka nyamuk yang hinggap per orang per
jam, dihitung dengan cara jumlah nyamuk (spesies tertentu) yang tertangkap
dalam enam jam dibagi dengan jumlah penangkap (kolektor) dikali dengan lama
penangkapan (jam) dikali dengan waktu penangkapan (menit).
Contoh, penangkapan nyamuk malam hari dilakukan oleh lima orang kolektor,
dengan metode nyamuk hinggap di badan (human landing collection) selama 6
jam (jam 18.00-12.00), yang mana setiap jam menangkap 40 menit, mendapatkan
10 Culex spp. dan 8 Mansonia spp. Maka MHD Culex spp. dihitung sebagai
berikut. www.peraturan.go.id 2017, No.1592 -29- Diketahui:
6. Indeks Pinjal
Indeks pinjal khusus adalah jumlah pinjal Xenopsylla cheopis dibagi dengan
jumlah tikus yang tertangkap dan diperiksa. Adapun indeks pinjal umum adalah
jumlah pinjal umum (semua pinjal) dibagi dengan jumlah tikus yang tertangkap
dan diperiksa.
Contoh, hasil penangkapan tikus mendapatkan 50 tikus, setelah dilakukan
penyisiran didapatkan 40 pinjal Xenopsylla cheopis dan 30 pinjal jenis lainnya.
Indeks pinjal Xenopsylla cheopis dihitung sebagai berikut. Diketahui:
Indeks populasi lalat adalah angka rata-rata populasi lalat pada suatu lokasi
yang diukur dengan menggunakan flygrill. Dihitung dengan cara melakukan
pengamatan selama 30 detik dan pengulangan sebanyak 10 kali pada setiap titik
pengamatan. Dari 10 kali pengamatan diambil 5 (lima) nilai tertinggi, lalu kelima
nilai tersebut dirata-ratakan. Pengukuran indeks populasi lalat dapat
menggunakan lebih dari satu flygrill.
Contoh, pengamatan lalat pada rumah makan. Flygrill diletakkan di salah satu
titik yang berada di dapur. Pada 30 detik pertama, kedua, hingga kesepuluh
didapatkan data sebagai berikut: 2, 2, 4, 3, 2, 0, 1,1, 2, 1. Lima angka tertinggi
adalah 4, 3, 2, 2, 2, yang dirataratakan sehingga mendapatkan indeks populasi
lalat sebesar 2,6.
Indeks populasi kecoa adalah angka rata-rata populasi kecoa, yang dihitung
berdasarkan jumlah kecoa tertangkap per perangkap per malam menggunakan
perangkap lem (sticky trap).
1. Success Trap
Success trap adalah persentase tikus yang tertangkap oleh perangkap, dihitung
dengan cara jumlah tikus yang didapat dibagi dengan jumlah perangkap dikalikan
100%.
Contoh, survei dilakukan pada 1.000 meter persegi habitat keong mendapatkan 15
keong Oncomelania hupensis lindoensis (keong penular Schistosomiasis/demam
keong). Indeks habitat dihitung sebagai berikut. Diketahui:
BAHAN
No. Nama Bahan Kegunaan
1. Insektisida Aerosol Sebagai pembasmi
vector atau
serangga.
2. Chlorofom Sebgai Obat bius
3. Umpan Tikus Untuk menarik
tikus keluar dari
sarangnya
4. Tikus Sebagai sampel
Beberapa penyakit yang disebabkan karena adanya peran dari vektor penyakit
adalah sebagai berikut.
b. Filariasis
َضةا َف َما َف ْو َق َها َفأ َ َّما ا َّلذِينَ َءا َمنُوا فَ َي ْعلَ ُمونَ أَنَّهُ ْال َح ُّق ِم ْن َر ِب ِه ْم َوأَ َّما الَّذِين َ ب َمثَ اًل َما َبعُو َ َّللاَ ََل َي ْستَحْ ِيي أ َ ْن َيض ِْر
َّ ِإ َّن
َُض ُّل بِ ِه إِ ََّل ْالفَا ِسقِينَ (*)الَّذِينَ يَ ْنقُضُون ِ يرا َو َما ي يرا َو َي ْهدِي بِ ِه َك ِث ا ُض ُّل بِ ِه َك ِث ا َّ ََكفَ ُروا فَيَقُولُونَ َماذَا أ َ َراد
ِ َّللاُ بِ َهذَا َمث َ اًل ي
)*( َض أُولَئِكَ ُه ُم ْالخَا ِس ُرون
ِ ص َل َويُ ْف ِسدُونَ فِي ْاْل َ ْر
َ َّللاُ بِ ِه أ َ ْن يُو
َّ طعُونَ َما أ َ َم َر
َ َّللاِ ِم ْن بَ ْع ِد ِميثَاقِ ِه َويَ ْق
َّ ََع ْهد
Dalam konteks ini berarti yang lebih dari itu, baik dalam bentuk, kedudukan
atau sifatnya. ضةا
َ َبعُوyang sering diartikan nyamuk, merupakan mahluk yang perlu
untuk dipelajari bukan hanya nyamuk secara utuh, namun apa saja yang terdapat pada
seekor nyamuk. Diantaranya morfologi, siklus hidup, lingkungan hidup serta penyakit
akibat nyamuk. Apakah nyamuk bisa dilambangkan sumber malapetaka seperti
demam berdarah dan kolera, ataukah sebagai sumber mata pencaharian seperti
produsen obat? Semua itu tergantung pada kemampuan manusia untuk mengambil
hikmah dari ciptaan Allâh SWT tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Wilson, A.J,. dkk. 2017. What is a vector. Philosophical Transactions of the Royal
Society B: Biological Sciences. Vol 372. dalam
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5352812/ , diunduh pada 10
Juni 2019
Wijayanti, Tri. 2008. Vektor dan Resevoir. Balaba : Jurnal Litbang Pengendalian
Penyakit Bersumber Binatang Banjanegara. BALABA, Ed. 007, No. 02, Des
2008:18
Bobby Setadi, Andi Setiawan, Daniel Effendi, & Sri Rezeki S Hadinegoro, 2001.
Leptospirosis. Sari Pediatri 3.
Candra, A., 2010. Dengue Hemorrhagic Fever: Epidemiology, Pathogenesis, and Its
Transmission Risk Factors 2, 10.
Mulyono, A., Ristiyanto, R., Rahardianingtyas, E., Wicaksono putro, D.B., Joharina,
A.S., 2016. PREVALENCE AND IDENTIFICATION OF PATHOGENIC
Leptospira IN COMMENSAL RODENT FROM MAUMERE FLORES ORIGIN.
Vektora J. Vektor Dan Reserv. Penyakit 8, 31–40.
https://doi.org/10.22435/vk.v8i1.4411.31-40
Muslim, A., 2004. Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Infeksi
Virus Dengue (Studi Kasus Di Kota Semarang) 5.
Nuruzzaman, H., Syahrul, F., 2016. Analisis Risiko Kejadian Demam Tifoid
Berdasarkan Kebersihan Diri dan Kebiasaan Jajan di Rumah. J. Berk. Epidemiol. 4,
13.