Anda di halaman 1dari 70

MODUL 3

PATOLOGI PERSALINAN

Kelompok 3
MODUL 3
PATOLOGI PERSALINAN
 
 
Skenario 3:
 
Penyesalan selalu datang terlambat
 
Ny. Siti, 18 tahun, hamil 9 bulan. Sejak kemaren sudah merasakan kontraksi yang teratur 2x dalam 10 menit disertai keluar lendir darah. Kemudian keluarganya membawa ny.
Siti ke dukun langganan keluarga. Dukun mengatakan bahwa persalinan akan segera dimulai.
Beberapa jam kemudian ny. Siti ingin mengejan. 1jam dipimpin mengejan bayi belum lahir. Kemudian dukun melakukan dorongan di fundus uteri. Tidak lama kemudian lahir
bayi ♂ 3500 gram, ekstremitas membiru dan tidak langsung menagis. Beberapa saat kemudian ari-ari (plasenta ) lahir. tidak lama berselang terjadi perdarahan hebat, keluarga
membawa ny. Siti ke PKM terdekat. Karena tidak mampu ditangani, akhirnya dirujuk ke RSU Cut Mutia.
Saat tiba di IGD ponek, keadaan umum Ny. Siti semakin menurun. Kesadaran somnolen, pucat, akral dingin. Tim ponek segera bertindak cepat, prosedur life saving segera
dilakukan secara simultan dilakukan juga alloanamnesis dengan keluarga Ny. Siti. Segera dilakukan pemberian O2 8 liter/ menit memakai sungkup rebreathing, iv line 2 jalur
untuk cairan koloid dan RL, pasang DC( dower catheter), cek lab darah rutin dan golongan darah cito. Kemudian secara simultan dilakukan eksplorasi secara bimanual pada
kanalis vagina, servik dan kavum uteri. Ditemukan discontinuitas (robekan) pada segmen bawah rahim bagian posterior tidak beraturan. Diputuskan segera dilakukan prosedur
operasi laparomi eksplorasi cito. Durante operasi, ditemukan rupture(robekan) yang luas pada corpus posterior segmen bawah rahim. Karena rahim tidak memungkinkan
untuk dipertahankan lagi, setelah inform consent kepada keluarga diputuskan untuk angkat rahim (Histerectomy supra cervical).
Post operasi Ny. Siti dirawat di ruang ICU dan mendapat tranfusi darah PRC 5 kantong, 3hari dirawat di ruang ICU, keadaan umum dan luka operasi ny. Siti mulai membaik,
lalu dipindahkan ke ruang rawat nifas.
Setelah 1minggu perawatan di ruang nifas, dokter yang merawat memperbolehkan ny. Siti untuk pulang. Bayi ny. Siti yang dirawat diruang NICU juga sudah diperbolehkan
pulang.
Setelah 2 minggu dirumah, keadaan ny.Siti sudah berangsur-angsur membaik. Suatu saat ny. Siti teringat bahwa rahimnya telah diangkat, betapa sedihnya dia, tapi dalam hati
ny. Siti masih bersyukur karena anaknya selamat. Penyesalan memang selalu datang terlambat
Menurut anda apa sebenarnya yang terjadi dengan Ny. Siti?, bagaimana hal tersebut bisa terjadi?, bagaimana cara mencegahnya agar dikemudian hari hal seperti
ini tidak terjadi lagi.
 
 
 
 
JUMP 1
TERMINOLOGI
1. Durante operasi: operasi yang sedang berlangsung
2. Histerectomy supra cervical: operasi pengangkatan uterus, sedangkan serviks
tetap ada ditubuh pasien
3. Transfusi darah PRC: modalitas terapi umum untuk mengobati pasien anemia
4. NICU: (Neonatal intensive care unit) unit perawatan intensif yang
mengutamakan pada perawatan bayi yang baru lahir/prematur
JUMP 2 & 3 : RUMUSAN MASALAH & HIPOTESA

1. mengapa ny.siti merasakan kontraksi yang teratur 2x dalam 10 menit di sertai keluar lender
bercampu darah ?
Jawab: munculnya lendir bercampur darah dari vagina di masa akhir kehamilan (37 minggu-42
minggu) dan kontraksi kehamilan akan terjadi teratur setiap 5-10 menit sekali merupakan tanda
waktu persalinan sudah dekat.
2. apa bahaya yang di timbulkan jika dukun melakukan dorongan di fundus uteri ?
Jawab : mengejan atau mendorong bayi agar lahir dapat di lakukan setelah seviks benar-benar
membuka lebar, yaitu sekitar 10cm. jika dukun melakukan dorongan di pundus uteri jika
pembukaan belum lengkap akan terjadi robekan pada uterus
3. mengapa di dapati bayi ekstremitas membiru dan tidak lansung menangis ?
Jawab:
 Tidak lansung menangis : mengalami asfiksia yaitu kekurangan oksigen selama persalinan
karna terdapat sumbatan bapa saluran nafas bayi.
 Ekstremitas membiru : karna oksigen di dalam darah rendah

4. mengapa terjadi perdarahan hebat setelah plasenta lahir?


Jawab: saat proses melahirkan tubuh akan mengeluarkan plasenta. Ketika proses tersebut
berlangsung rahim melakukan krontraksi kuat guna melepaskan melepaskan plasenta yang
menempel pada dinding rahim. Saat plasenta terlepas, pembuluh darah dalam rahim akan
terluka sehingga menyebabkan perdarahan.
5. Mengapa Ny. Siti mengalami somnolen, pucat, akral dingin?
Jawab:
 Diakibarkan oleh kekurangan darah dalam jumlah yang besar pada Ny. Siti yang
mengakibatkan kebutuhan oksigen di organ vital seperti otak terganggu sehingga
mengakibatkan somnolen
 Kurangnya hb dan oksigen ke jarigan juga mengakitkan pucat dan akral dingin.
6. Mengapa dilakukan pemberian 02 8 liter/menit, IV line 2 jalur, untuk cairan koloid dan RL , pasang DC, cek lab
darah rutin, golongan darah,cito?
Jawab:
 O2 8 liter/menit : perdarahan

 IV line 2 jalur cairan koloid dab RL : perdarahan bias ngakibatkan syok dan dehidrasi

 Pasang DC: melihat urin output untuk mengetahui apakah ada gangguan fungsi ginjal, jika tidak bias dilakukan
transfusi darah
 Cek lab darah rutin: untuk mengetahui kadar hb dalam sel darah merah ibu hamil normal atau sedikit yang tanda
anemia
 Gol darah cito : penting untuk diberi transfusi darah jika mengalami perdarahan hebat dalam kehamilan/kelahiran .

7. mengapa dilakukan eksplorasi secara bimanual ?


Jawab:
 mengetahui etiologi perdarahan

 rupture uteri saat persalinan di atas 28 minggu

8. mengapa ditemukan robekan yg luas di corpus posterior segmen bawah rahim ?


Jawab: jadi saat persalinan kala II apabila bagian bawah rahim tidak mengalami kemajuan sementara segmen atas
rahim terus berkontraksi dan semakin menebal, maka segmen bawah rahim akan terus tertarik ke atas dan menjadi
tipis. Segmen bawah uterus makin lama makin menegang , sehingga pada saat reggangan ini terus bertambah dan
akhirnya terjadi rupture uteri.
9. mengapa segera dilakukan prosedur operasi laparotomi eksplorasi cito?
Jawab: agar kecurigaan pada rupture uteri pasti dan jika benar terjadi ruptur uteri segera dilakukan tindakan
pencegahan perdarahan histerektomi .
10. apa indikasi dilakukan histerektomi supra serviks ?
Jawab : kanker seviks, kanker uterus, kanker ovarium, fibroid rahim, gangguan radang panggul, perdarahan
vagina abnormal, prolaps uterus.
11. mengapa Ny.siti mendapat transfusi darah PRC 5 kantong ?
Jawab:
 Ny. Siti mengalami perdarahan hebat sehingga mengalami anemia yang disebabkan kehamilan dan melahirkan

 Transfuse PRC pada pasien rawat inap yang kondisinya stabil tetapi dengan kadar hb <7g/dl termasuk pasien
ICU.
 Syok sepsis.

12. apa perawatan 1 minggu saat masa nifas?


Jawab: transfuse darah PRC : darah yang keluar > 200 ml terdapat tanda-tanda syok.
13. bagaimana cara mengatasi dampak psikologis dari ny.siti ?
Jawab:
 Dukungan keluarga, masyarakan & lingkungan

 Berkonsultasi dengan psikiatri jika gangguan berlanjut


14. bagaimana prognosis dan komplikasi ny.siti ?
Jawab:
 Prognosis: Angka kematian ibu (AKI) akibat ruptur uteri 30-40%

 Angka kematian janin : 85%


 Komplikasi : syok hipovolemik , infeksi

 
JUMP 4
SKEMA
Ny. Siti
18 th

Hamil 9 bulan
Ke dukun ditekan fundus uteri

Perdarahan postpartum Awal Lanjutan

BB normal Di rujuk ke RS
- O2 Histerectomy
- RL/koloid supra
Bayi Ibu - DC cervical

Terjadi (Durante
Tatalaksana operasi)
asfiksia
Rupture uteri
corpus
NICU ICU posterior

Penanganan psikologis
JUMP 5
LEARNING OBJECTIVE
1. Perdarahan Postpartum
2. Gangguan psikologis masa nifas
3. Permasalahan persalinan lainnya
a. Persalinan yang lama
b. Infeksi postpartum
c. Kelainan pada masa laktasi
PENDARAHAN POST PARTUM
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang berlebihan setelah melahirkan janin
dan dapat terjadi sebelum atau setelah plasenta lahir dengan jumlah kehilangan darah lebih dari 500
ml setelah persalinan spontan dan 1000 ml pada persalinan seksio caesarea.
Perdarahan pascapersalinan juga dapat didefinisikan sebagai penurunan hematokrit sebesar
10% atau lebih.
Pada praktisnya tidak perlu melakukan pengukuran jumlah perdarahan sebab menghentikan
perdarahan lebih dini akan memberikan prognosis yang lebih baik. Pada umumnya bila terdapat
perdarahan yang lebih dari normal, akan menunjukkan beberapa perubahan tanda vital seperti
kesadaran menurun, pucat, limbung, berkeringat dingin, sesak napas, serta tensi < 90 mmHg dan
nadi > 100 menit.
Peradarahan pasca persalinan didefinisikan sebagai perdarahan berlebihan dari traktus genital
setelah bayi lahir hingga 6 minggu setelah kelahiran.
Klasifikasi Perdarahan Pasca Persalinan
Perdarahan pasca persalinan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Perdarahan Pasca Persalinan Primer
Perdarahan pasca persalinan yang terjadi kala tiga atau dalam waktu 24 jam pertama setelah
melahirkan biasanya disebabkan atonia uteri, robekan jalan lahir dan sisa sebagian plasenta.
 Perdarahan Pasca Persalinan Sekunder
Perdarahan pasca persalinan yang terjadi setelah 24 jam atau perdarahan yang berlebihan antara
24 jam, 6 minggu sampai dengan 12 minggu setelah melahirkan biasanya disebabkan oleh sisa
plasenta.
 Tanda dan Gejala Perdarahan Pasca Persalinan
Berikut ini adalah gejala yang paling umum terlihat pada kasus perdarahan pasca
persalinan. Namun setiap wanita mungkin akan menunjukkan gejala yang berbeda. Gejala
tersebut adalah perdarahan yang tidak terkontrol, penurunan tekanan darah, peningkatan denyut 
jantung, penurunan jumlah sel darah merah (hematokrit), pembengkakan dan nyeri pada daerah
vagina dan perineum, jika akibat hematoma.
 Tabel Tanda dan gejala perdarahan pasca persalinan
 Etiologi dan Faktor Risiko yang Terlibat dalam Perdarahan Pasca Persalinan
Beberapa kondisi wanita yang berada pada risiko lebih besar untuk terjadinya perdarahan pasca
persalinan daripada wanita yang lain meliputi : Solusio plasenta (detasemen awal plasenta dari
rahim), Plasenta previa (plasenta menutupi jalan lahir atau dekat dengan pembukaan serviks),
Overdistensi uterus (pembesaran rahim yang berlebihan karena terlalu banyak cairan ketuban atau
bayi besar terutama dengan berat lahir lebih dari 4000 gram, kehamilan ganda), Hipertensi gestasional
atau preeklampsia (tekanan darah tinggi pada saat kehamilan), Memiliki banyak kelahiran
sebelumnya, Partus lama, Infeksi, Kegemukan, Induksi persalinan, Kelahiran instrumental (Forcep
atau Vakum), Anestesi umum.
Kausal atau penyebab dari perdarahan pascapersalinan dibedakan atas :
1) Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
 Hipotoni sampai atonia uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan uterus
tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan
plasenta lahir. Faktor Predisposisi atonia uteri antara lain: Regangan rahim yang berlebihan
karena kehamilan ganda atau gemelli, polihidramnion, atau anak terlalu besar; kelelahan karena
persalinan lama; akibat anestesi; kehamilan grandemultipara; ibu dengan keadaan umum yang
jelek misalnya anemis, menderita penyakit menahun; infeksi intrauterin; riwayat atonia
sebelumnya.
Atonik uterus merupakan kegagalan miometrium pada sisi plasenta untuk berkontraksi dan
beretraksi serta mengompresi pembuluh darah yang robek dan mengendalikan kehilangan darah
dengan kerja ligatur. Saat plasenta masih menempel, volume darah yang mengalir kurang lebih
500-800 ml per menit, kemudian setelah terjadi pemisahan, seharusnya kontraksi dan retraksi yang
efisen oleh otot uterus menyumbat aliran tersebut dan mencegah perdarahan terjadi.
Beberapa alasan keterkaitan faktor risiko tersebut dapat menyebabkan perdarahan
pasca persalinan.
 Akibat anestesi

 Distensi berlebihan (gemelli, anak besar, hidramnion)

 Partus lama

 Partus presipitatus atau partus terlalu cepat

 Plasenta Previa

 Abrupsio Plasenta

 Persalinan karena induksi oksitosin


Beberapa faktor lain yang tidak secara langsung menyebabkan perdarahan pasca
persalinan, tetapi dapat meningkatkan perdarahan hebat terjadi. Faktor tersebut antara
lain :
 Riwayat perdarahan pasca persalinan

 Fibroid (fibromiomata)

 Anemia

 HIV/ AIDS
 Sisa plasenta
o Kotiledon atau selaput ketuban tersisa atau tertinggal Perdarahan pascapersalinan dapat
terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa placenta atau selaput janin. Hal ini dapat
mengganggu kerja uterus yang efisien. Bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara
manual atau dicuret, disusul dengan pemberian obat – obatan oksitosika intravena.
o Plasenta susenturiata
Plasenta susenturiata merupakan suatu lobus tambahan dari jaringan plasenta
yang terletak pada selaput kantong ketuban janin dengan pembuluh darah yang
menuju plasenta utama. Lobus itu kemungkinan akan tertinggal dalam uterus
setelah plasenta utama lahir dan hal tersebut dapat meningkatkan risiko perdarahan
pasca persalinan yang lebih parah.
o Plasenta akreta, inkreta, perkreta
Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miometrium (menembus desidua basalis). Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot
korion plasenta hingga mencapai atau memasuki miometrium. Plasenta perkreta adalah
implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan
serosa dinding uterus.
Dengan keadaan plasenta akreta, inkreta dan perkreta maka plasenta sukar
dilepaskan karena adhesi yang kuat antara palsenta dan uterus atau yang disebut juga
dengan retensio plasenta. Faktor predisposisi retensio plasenta tersebut antara lain
plasenta previa, bekas seksio sesarea, pernah kuret berulang dan multiparitas.
Jika plasenta tetap menempel secara utuh pada dinding rahim tidak akan menyebabkan
terjadinya perdarahan. Namun, jika pemisahan telah terjadi, pembuluh maternal telah robek, dan
sebagian jaringan plasenta tetap tertanam dalam desidua yang menyerupai spons, kontraksi dan
retraksi yang efisien akan terganggu.
Faktor etiologi dari perlekatan plasenta yang tidak normal dapat menyebabkan perdarahan
pasca persalinan antara lain implantasi plasenta di segmen bawah uterus, di atas jaringan parut
seksio sesarea atau insisi uterus lainnya, serta setelah kuretase.
2) Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir pada umumnya terjadi pada persalinan dengan trauma. Robekan jalan lahir
diakibatkan oleh episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau
karena versi ekstraksi. Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet dan laserasi), luka episiotomi, robekan
perineum spontan derajat ringan sampai ruptur perinei totalis (sfingter ani terputus), robekan pada
dinding vagina, forniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris dan uretra bahkan sampai yang terberat
yaitu ruptur uteri.
3) Gangguan koagulasi
Gangguan koagulasi atau gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab lain
telah disingkirkan dan gangguan koagulasi ini jarang terjadi tetapi bisa memperburuk keadaan.
Predisposisi gangguan koagulasi antara lain :
 Sindroma HELLP

 Kasus trombofilia

 Hipertensi (Preeklampsia atau Eklampsia)

 Solusio plasenta

 Kematian janin dalam kandungan atau Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

 Emboli air ketuban

 Sepsis
4) BKKBN dan Dinkes menyatakan bahwa faktor risiko pedarahan pasca persalinan juga tidak
terlepas dari kondisi yang merupakan salah satu kriteria 4 “terlalu”, yaitu :
 Terlalu tua pada saat melahirkan
Terlalu tua adalah kehamilan, persalinan dan nifas diatas usia 35 tahun.
 Terlalu muda pada saat melahirkan
Terlalu muda adalah kehamilan, persalinan maupun nifas pada usia kurang dari 20 tahun.
 Terlalu banyak anak
Terlalu banyak anak adalah jumlah anak yang dilahirkan lebih dari 3 orang anak.
 Terlalu dekat
Terlalu dekat adalah jarak kehamilan sekarang dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun (24
bulan). Jarak kehamilanyang optimal dianjurkan adalah 36 bulan.
Diagnosis Perdarahan Perdarahan Pasca Persalinan
Diagnosa perdarahan pascapersalinan dimulai dengan adanya perdarahan yang berlebihan dan
pemeriksaan untuk mencari penyebabnya secara spesifik dengan memperhatikan “ The Four Ts
Mnemonic” (Tone, Trauma, Tissue dan Thrombin).
Diagnosa perdarahan pascapersalinan juga dilihat dari riwayat medis secara lengkap dan hasil
pemeriksaan fisik. Diagnosa ditentukan berdasarkan gejala yang ditunjang dengan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan digunakan untuk mendiagnosa perdarahan pascapersalinan termasuk
pengukuran denyut nadi dan tekanan darah (pemeriksaan fisik), hematokrit (jumlah sel darah
merah) dan faktor pembekuan dalam darah (pemeriksaan laboratorium).
Pencegahan Perdarahan Pascapersalinan
Semua kehamilan mempunyai risiko untuk terjadinya patologi persalinan, salah satunya
adalah perdarahan pascapersalinan. Antisipasi yang dapat dilakukan untuk mencegah hal
tersebut adalah sebagai berikut 
 Persiapan persalinan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap
penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien
tersebut ada dalam keadaan optimal.
PSIKOLOGI MASA NIFAS
 Masa nifas (purperium) dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
 Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi
kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi
terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap
pembelajaran yang di perlukan tentang apa yang harus di ketahuinya dan
perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab luar biasa sekarang
untuk menjadi seorang “ibu”
FASE ADAPTASI PSIKOLOGI IBU NIFAS
1. Fase Taking In
 Fase ini merupakan merupakan periode ketergantungan. Pada saat ini fokus
perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri.
 Rubin (1961) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima,
suatu waktu dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan.
Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 – 3
hari.
 Selama beberapa jam atau beberapa hari pasca persalinan, wanita sehat yang
dewasa tampaknya mengesampingkan semua tanggung jawab sehari-hari.
Mereka bergantung kepada orang lain sebagai respons terhadap kebutuhan
mereka akan istirahat dan makanan
 Pada fase ini suatu waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orang
tua sangat suka mengomunikasikannya. Mereka merasa perlu menyampaikan
pengalaman mereka tentang kehamilan dan kelahiran dengan kata-kata.
 Pemusatan, analisis, dan sikap yang menerima pengalaman ini membantu
oang tua untuk berpindah ke fase berikutnya.
 Kecemasan dan keasyikan terhadap peran barunya sering mempersempit
tingkat persepsi ibu. Oleh karena itu, informasi yang diberikan pada waktu
ini mungkin perlu diulang.
 Ketidaknyamanan yang biasanya dialami pada fase ini antara lain rasa mules,
nyeri luka jahitan (bila ada), kurang tidur, dan kelelahan. Hal yang perlu
diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan
asupan nutrisi
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
 Kekecewaan pada bayinya.

 Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.

 Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

 Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya


2. Fase Taking Hold
 Fase ini adalah periode yang berlangsung antara 3 – 10 hari pascapersalinan.

 Dalam fase ini, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat


perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa
melakukan segala sesuatu secara mandiri.
 Ia berespons dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar
dan berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia adalah seorang ibu yang
gesit, ia akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung
 Dalam 6 – 8 minggu pasca persalinan, kemampuan ibu untuk menguasai
tugas-tugas sebagai orang tua merupakan hal yang penting.
 Harapan yang realitis mempermudah kelangsungan fungsi-fungsi keluarga
selanjutnya sebagai suatu unit.
 Beberapa wanita sulit menyesuaikan diri terhadap isolasi yang dialaminya
karena ia harus merawat bayi dan tidak suka terhadap tanggung jawab
dirumah dan merawat bayi.
 Ibu yang terlibat memerlukan dukungan tambahan adalah sebagai berikut :
 Primipara yang belum berpengalaman mengasuh anak.

 Wanita karier.

 Wanita yang tidak punya cukup banyak teman/keluarga untuk dapat berbagi.

 Ibu yang berusia remaja.

 Wanita yang tidak bersuami


 Pada fase ini tidak jarang terjadi depresi. Perasaan mudah tersinggung bisa
timbul akibat berbagai faktor.
 Secara psikologis, ibu mungkin jenuh dengan banyaknya tanggung jawab
sebagai orang tua. Ia bisa merasa kehilangan dukungan yang pernah
diterimanya dari anggota keluarga dan teman-teman ketika dia hamil.
Beberapa ibu menyesal tentang hilangnya hubungan antara ibu dengan anak
yang belum lahir. Beberapa yang lain mengalami perasaan kecewa ketika
persalinan dan kelahiran telah selesai.
 Keletihan pasca persalinan diperburuk oleh tuntutan bayi yang banyak
sehingga mudah dapat timbul perasaan depresi.
 Dikatakan bahwa masa puerperium ini, kadar gluko kortiokid dalam sirkulasi
dapat menjadi rendah atau terjadi hipotiroid subklinis. Keadaan fisiologis ini
dapat menjelaskan depresi pascapartum ringan. Reaksi depresif tidak perlu
diekspresikan secara verbal.
 Keadaan depresif biasanya ditandai oleh perilaku yang khas (menarik diri,
kehilangan perhatian terhadap sekeliling dan menangis).
 Ketika tugas-tugas dan penyesuaian telah dijalankan dan dapat dikendalikan,
tercapailah suatu keadaan stabil. Pada saat ini, tanggung jawab baru sebagai
orang tua, yang harus dihadapi selama hidup, mulai menjadi pusat perhatian.
3. Fase Letting Go
 Pada fase ini, ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai suatu sistem
dengan para anggota saling berinteraksi.
 Hubungan antarpasangan, walaupun sudah berubah dengan adanya seorang
anak, kembali menunjukkan banyak karakteristik awal.
 Tuntutan utama ialah menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan anak,
tetapi dalam beberapa hal, tidak melibatkna anak pasangan ini harus berbagi
kesenangan yang bersifat dewasa.
 Kebanyakan suami istri memulai lagi hubungan seksualnya pada minggu
ketiga atau keempat setelah anak lahir. Beberapa memulai hubungan lebih
awal, yakni segera setelah hal itu dapat dilakukan tanpa wanita merasa nyeri.
 Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merwat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalnya
ibu mengalami perasaa sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini
disebut baby blues
Jika keadaan seperti diatas terjadi, disarankan untuk :
a. Minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan istirahat
untuk menghilangkan kelelahan
b. Memberitahu suami mengenai apa yang sedang seorang ibu rasakan serta
meminta dukungan dan pertolongannya
c. Membuang rasa cemas dan kekhawatirnya akan kemampuan merawat bayi
karena semangkin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan
percaya diri
d. Mencari hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri.
PENANGANAN

a. Berikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang
sedih.
b. Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik, berolahraga yang ringan, bernbagi
cerita dengan orang lain, bersikap flesibel, bergabung dengan orang-orang baru.
c. menyarankan pada ibu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.
d. Mempersiapkan persalinan dengan lebih baik yaitu tidak hanya menekankan pada
materi, tapi yang lebih penting dari segi psikologis dan mental ibu.
e. Dengan cara pendekatan terapeutik. Ini bertujuan menciptakan hubungan baik antara
bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara
- Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
 Dapat memahami dirinya

 Dapat mendukung tindakan konstruktif


f. Meningkatkan suport mental/dukungan keluarga.
g. Minta bantuan suami atau keluarga yang lain jika membutuhkan istirahat
untuk menghilangkan kelelahan.
h. Beritahu suami mengenai apa yang sedang dirasakn ibu, mintalah dukungan
dan pertolongannya.
i. Menyarankan ibu untuk membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan
kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan
semakin terampil dan percaya diri.
j. Menyarankan ibu untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk diri
sendiri
Persalinan Lama “Distosia”
merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir. Secara
keseluruhan, 60 persen wanita yang menjalani persalinan sulit mengatakan bahwa
pengalaman tersebut akan meninggalkan kesan pada mereka sepanjang hidupnya. Persalinan
yang lama biasa terjadi terutama pada wanita yang baru menjalani persalinan anak pertama.
Definisi

Persalinan lama adalah suatu keadaan


tidak adanya kemajuan dari suatu
persalinan, mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul
komplikasi ibu maupun bayi.
Next….

Partus lama : partus yang melebihi batas waktu partus normal


✔Fase laten lebih dari 8 jam
✔Persalinan  telah  berlangsung 12 jam  atau lebih  bayi belum  lahir
✔Dilatasi serviks dikanan garis waspada pada  persalinan  fase aktif
Tidak adanya kemajuan dalam persalinan
yang menyebabkan partus lama dapat
dilihat pada saat
Fase Laten dan Fase Aktif
Continue…..

1. Fase laten memanjang


Ø servik ≤ 4cm setelah 8 jam dengan kontraksi teratur ≥ 2 kali 10‘

2. Fase aktif memanjang


⮚ ø ≤ 1 cm/ jam selama sekurang-kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan
⮚ ≤ 1,2 cm/jam (primigravida) dan ≤ 1,5 cm/jam (multigravida)
⮚ ≥ 12 jam sejak ø 4 cm hingga ø lengkap
Etiologi
Faktor- faktor penyebab partus lama antara lain:

1.Power
✔ Kelainan His
✔ Kekuatan mengejan kurang kuat
2. Passagge
✔ Kelainan-kelainan panggul
✔ CPD (Cepalo Pelvik Disproportion)
✔ Ketuban Pecah Dini
Continue…..
3. Passanger
Kelainan Letak janin
• Posisi Oksipitalis Posterior Persisten.
• Presentasi Belakang Kepala Oksiput Melintang
• Presentasi Puncak Kepala
• Presentasi Dahi
• Presentasi Muka
• Presentasi Rangkap/ganda
• Letak Sungsang
• Letak Lintang
• Kehamilan Ganda
• Janin besar atau ada kelainan kongenital
Gejala
Pada ibu
▪ Gelisah
▪ Letih
▪ Suhu tubuh ↑
▪ Berkeringat
▪ Nadi cepat
▪ Pernafasan cepat
▪ Didaerah sering dijumpai bandle ring, oedema vulva, oedema serviks, cairan
ketuban berbau terdapat mekoneum
Continue…..

Pada Janin
▪ DJJ cepat, hebat, tidak teratur bahkan negative
▪ Air ketuban terdapat mekoneum kental kehijau-hijauan, cairan berbau
▪ Caput succedenium yang besar
▪ Moulage kepala yang hebat
▪ Kematian janin dalam kandungan
▪ Kematian janin intrapartal
Akibat Partus Lama

Terhadap Janin Terhadap Ibu


• Trauma • Penurunan semangat
• Asidosis • Kelelahan
• Kerusakan Hipoksik • Dehidrasi
• Infeksi • Asidosis
• Peningkatan mortalitas dan morbiditas perintal • Infeksi
• Resiko ruptur uterus
Diagnosa
Tanda dan Gejala Diagnosis
Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam in Fase Laten memanjang
partu dengan his yang teratur

Pembukaan, serviks melewati kanan Fase aktif memanjang


garis waspada partograf

•Frekuensi his kurang dari 3 his per 10 menit dan lamanya


• Inersia uteri
kurang dari 40 detik

•Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang • Disporposi sefalopervik


dipresentasi tidak maju, sedangkan his baik
Continue…..

• Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin • Obstruksi kepala


yang dipresentasikan tidak maju dengan
kaput, terdapat moulase hebat, edema seviks,
tanda ruptura uteri imminens, gawat janin

• Kelainan presentasi (selain verteks dengan


oksiput anterior) • Malpresentasi atau malposisi

Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengejan, Kala II lama


tetapi tidak ada kemajuan penurunan
Penatalaksanaan
Pengelolaan Umum

▪ Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin (termasuk tanda vital dan
hidrasinya)
▪ Kaji kembali partograf, nilai , frekuensi dan lamanya his.
▪ Perbaiki KU dengan dukungan emosi, perubahan posisi, berikan cairan dan
upayakan BAK
Infeksi Post Partum
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang biaknya mikroorganisme dalam tubuh manusia yang disertai
dengan reaksi tubuh terhadapnya sedangkan infeksi post partum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas dan bias juga artinya keadaan
yang mencakup semua peradangan alat genetalia dalam masa nifas
Etiologi ; Melibatkan mikroorganisme an aerob dan aerob pathogen yang merupakan flora mental serviks dan
jalan lahir atau mungkin juga dari luar.Penyebab yang terbanyak 30% adalah streptococcus dan anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni jalan lahir.Kuman yang sering menyebabkan infeksi post partum
adalah ;
• Streptococcis haemaliticus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang dilahirkan dari penderita lai,alat alat yang tidak
steril
• Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen infeksinya sedang banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rs
• Eschericha Coli
Sering berasal dari kandung kemih dari rectum menyebabakn infeksi terbatas
• Clostoridium Volchii \
Kuman anaerobic yang sanagta berbahaya sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong
dukun dari luar rumah sakit
Faktor yang memengaruhi Infeksi post partum ;
 Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahantubuh seperti perdarahan dan kurang gizi atau malnutrisi
 Partus lama , terutama partus denngan ketuban pecah lama
 Tindakan bedah vaginal uang menyebabkan perlukaan jalan lahir
 Tertinggalnya sisa plasenta selaput ketuban dan bekuan darah
 Anemia higine dan kelelahan
Klasifikasi ;
- Infeksi uterus
Endometritis ; infeksi pada endometrium dan dapat terjadi sebgai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan
terdapat benda asing dalam rahim.Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi,sedikit demam,nyeri yng
samaan samaan pada perut bagian bawah dan kadang keluar dari vagina berbau tidak enak yang khas menunjukkan adanya
infeksi pada endometrium.
 Miometritis ; radang myometrium sedangkan miometrium adalah tunika muskularis uterus.Gejalanya brupa demam,uterus
nyeri tekan ,perdarhan vaginal dan nyeri perut bawah lokhea berbau purulen.Terapi yang dapat diberikan berupa spektrum
luas seperti amfisilin 2gr IV per 6 jam gentamisin 5 mg kg/BB , metronidasol mg IV per 8 jam,profilaksis anti tetanus dan
efakuasi hasil konsepsi
 - Parametritis : Rdang dari jaringan longgar di dalam lig latum. Radang ini biasanya unilateral.Tnda dan gejalanya suhu
tinggi dengan demam tinggi Nyeti unilateral tanpa gejala radangan peritoneum seperti muntah
 Penyebab ; dengan cra 3 ; pericontinuitum Lymphogen dan Haematogen , robekan serviks
 Dan perforasi uterus oleh alat alat
MASTITIS
 Infeksi pada 1 atau lebih pada saluran payudara
 Mastitis laktasi adalah kondisi yang dapat memengaruhi wanita menyusui. Sebanyak
2-3% wanita menyusui terkena mastitis dalam waktu 6-12 bulan pertama setelah
melahirkan atau selama menyusui

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk mastitis laktasi?


 Dokter mendiagnosis lewat gejala dan pemeriksaan. Tes darah, analisis ASI, atau
sampel bakteri dari mulut bayi
ETIOLOGI

 Mastitis adalah kondisi yang seringkali disebabkan oleh bakteri dari mulut bayi. Bakteri
masuk ke dalam payudara melalui kulit (puting) yang pecah atau melalui saluran susu di
puting.  Orang dengan diabetes dan puting yang lecet atau memar dapat berisiko terkena
infeksi ini.
 Dalam sejumlah kasus, saluran susu tersumbat dan menyebabkan bakteri terkumpul dapat
mengakibatkan infeksi tersendiri.
MANIFESTASI KLINIS
 Payudara sakit, memerah dan terasa nyeri. Bagian luar atas payudara biasanya terpengaruh jadi memar
 Sakit atau rasa panas di payudara sepanjang waktu atau hanya saat menyusui;
 Bengkak
 Suhu tubuh tinggi hingga kedinginan
 Sakit kepala
 Demam tinggi dan sakit di payudara mungkin mengindikasikan bahwa abses berada di payudara.
FAKTOR RISIKO
 Menyusui selama beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
 Puting yang sakit atau lecet, meski demikian mastitis laktasi dapat berkembang tanpa
adanya kulit yang rusak.
 Hanya menggunakan satu posisi menyusui, yang mungkin tidak sepenuhnya
menyedot payudara.
 Mengenakan bra yang terlalu ketat atau melakukan aktivitas yang menekan payudara
misalnya mengenakan sabuk pengaman di atas payudara atau membawa tas terlalu
berat, yang dapat menghambat aliran susu.
 Terlalu capek atau stres.

 Pernah menderita mastitis di masa  menyusui terdahulu.

 Gizi buruk.
TATALAKSANA
 Pengobatan melibatkan obat pereda rasa sakit seperti ibuprofen dan acetaminophen .
 Antibiotik untuk mengobati mastitis biasanya membutuhkan masa 10-14 hari.

 Pasien wajib beristirahat, terus menyusui dan minum cairan tambahan untuk membantu
tubuh melawan infeksi payudara.

Anda mungkin juga menyukai