PATOLOGI PERSALINAN
Kelompok 3
MODUL 3
PATOLOGI PERSALINAN
Skenario 3:
Penyesalan selalu datang terlambat
Ny. Siti, 18 tahun, hamil 9 bulan. Sejak kemaren sudah merasakan kontraksi yang teratur 2x dalam 10 menit disertai keluar lendir darah. Kemudian keluarganya membawa ny.
Siti ke dukun langganan keluarga. Dukun mengatakan bahwa persalinan akan segera dimulai.
Beberapa jam kemudian ny. Siti ingin mengejan. 1jam dipimpin mengejan bayi belum lahir. Kemudian dukun melakukan dorongan di fundus uteri. Tidak lama kemudian lahir
bayi ♂ 3500 gram, ekstremitas membiru dan tidak langsung menagis. Beberapa saat kemudian ari-ari (plasenta ) lahir. tidak lama berselang terjadi perdarahan hebat, keluarga
membawa ny. Siti ke PKM terdekat. Karena tidak mampu ditangani, akhirnya dirujuk ke RSU Cut Mutia.
Saat tiba di IGD ponek, keadaan umum Ny. Siti semakin menurun. Kesadaran somnolen, pucat, akral dingin. Tim ponek segera bertindak cepat, prosedur life saving segera
dilakukan secara simultan dilakukan juga alloanamnesis dengan keluarga Ny. Siti. Segera dilakukan pemberian O2 8 liter/ menit memakai sungkup rebreathing, iv line 2 jalur
untuk cairan koloid dan RL, pasang DC( dower catheter), cek lab darah rutin dan golongan darah cito. Kemudian secara simultan dilakukan eksplorasi secara bimanual pada
kanalis vagina, servik dan kavum uteri. Ditemukan discontinuitas (robekan) pada segmen bawah rahim bagian posterior tidak beraturan. Diputuskan segera dilakukan prosedur
operasi laparomi eksplorasi cito. Durante operasi, ditemukan rupture(robekan) yang luas pada corpus posterior segmen bawah rahim. Karena rahim tidak memungkinkan
untuk dipertahankan lagi, setelah inform consent kepada keluarga diputuskan untuk angkat rahim (Histerectomy supra cervical).
Post operasi Ny. Siti dirawat di ruang ICU dan mendapat tranfusi darah PRC 5 kantong, 3hari dirawat di ruang ICU, keadaan umum dan luka operasi ny. Siti mulai membaik,
lalu dipindahkan ke ruang rawat nifas.
Setelah 1minggu perawatan di ruang nifas, dokter yang merawat memperbolehkan ny. Siti untuk pulang. Bayi ny. Siti yang dirawat diruang NICU juga sudah diperbolehkan
pulang.
Setelah 2 minggu dirumah, keadaan ny.Siti sudah berangsur-angsur membaik. Suatu saat ny. Siti teringat bahwa rahimnya telah diangkat, betapa sedihnya dia, tapi dalam hati
ny. Siti masih bersyukur karena anaknya selamat. Penyesalan memang selalu datang terlambat
Menurut anda apa sebenarnya yang terjadi dengan Ny. Siti?, bagaimana hal tersebut bisa terjadi?, bagaimana cara mencegahnya agar dikemudian hari hal seperti
ini tidak terjadi lagi.
JUMP 1
TERMINOLOGI
1. Durante operasi: operasi yang sedang berlangsung
2. Histerectomy supra cervical: operasi pengangkatan uterus, sedangkan serviks
tetap ada ditubuh pasien
3. Transfusi darah PRC: modalitas terapi umum untuk mengobati pasien anemia
4. NICU: (Neonatal intensive care unit) unit perawatan intensif yang
mengutamakan pada perawatan bayi yang baru lahir/prematur
JUMP 2 & 3 : RUMUSAN MASALAH & HIPOTESA
1. mengapa ny.siti merasakan kontraksi yang teratur 2x dalam 10 menit di sertai keluar lender
bercampu darah ?
Jawab: munculnya lendir bercampur darah dari vagina di masa akhir kehamilan (37 minggu-42
minggu) dan kontraksi kehamilan akan terjadi teratur setiap 5-10 menit sekali merupakan tanda
waktu persalinan sudah dekat.
2. apa bahaya yang di timbulkan jika dukun melakukan dorongan di fundus uteri ?
Jawab : mengejan atau mendorong bayi agar lahir dapat di lakukan setelah seviks benar-benar
membuka lebar, yaitu sekitar 10cm. jika dukun melakukan dorongan di pundus uteri jika
pembukaan belum lengkap akan terjadi robekan pada uterus
3. mengapa di dapati bayi ekstremitas membiru dan tidak lansung menangis ?
Jawab:
Tidak lansung menangis : mengalami asfiksia yaitu kekurangan oksigen selama persalinan
karna terdapat sumbatan bapa saluran nafas bayi.
Ekstremitas membiru : karna oksigen di dalam darah rendah
IV line 2 jalur cairan koloid dab RL : perdarahan bias ngakibatkan syok dan dehidrasi
Pasang DC: melihat urin output untuk mengetahui apakah ada gangguan fungsi ginjal, jika tidak bias dilakukan
transfusi darah
Cek lab darah rutin: untuk mengetahui kadar hb dalam sel darah merah ibu hamil normal atau sedikit yang tanda
anemia
Gol darah cito : penting untuk diberi transfusi darah jika mengalami perdarahan hebat dalam kehamilan/kelahiran .
Transfuse PRC pada pasien rawat inap yang kondisinya stabil tetapi dengan kadar hb <7g/dl termasuk pasien
ICU.
Syok sepsis.
JUMP 4
SKEMA
Ny. Siti
18 th
Hamil 9 bulan
Ke dukun ditekan fundus uteri
BB normal Di rujuk ke RS
- O2 Histerectomy
- RL/koloid supra
Bayi Ibu - DC cervical
Terjadi (Durante
Tatalaksana operasi)
asfiksia
Rupture uteri
corpus
NICU ICU posterior
Penanganan psikologis
JUMP 5
LEARNING OBJECTIVE
1. Perdarahan Postpartum
2. Gangguan psikologis masa nifas
3. Permasalahan persalinan lainnya
a. Persalinan yang lama
b. Infeksi postpartum
c. Kelainan pada masa laktasi
PENDARAHAN POST PARTUM
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang berlebihan setelah melahirkan janin
dan dapat terjadi sebelum atau setelah plasenta lahir dengan jumlah kehilangan darah lebih dari 500
ml setelah persalinan spontan dan 1000 ml pada persalinan seksio caesarea.
Perdarahan pascapersalinan juga dapat didefinisikan sebagai penurunan hematokrit sebesar
10% atau lebih.
Pada praktisnya tidak perlu melakukan pengukuran jumlah perdarahan sebab menghentikan
perdarahan lebih dini akan memberikan prognosis yang lebih baik. Pada umumnya bila terdapat
perdarahan yang lebih dari normal, akan menunjukkan beberapa perubahan tanda vital seperti
kesadaran menurun, pucat, limbung, berkeringat dingin, sesak napas, serta tensi < 90 mmHg dan
nadi > 100 menit.
Peradarahan pasca persalinan didefinisikan sebagai perdarahan berlebihan dari traktus genital
setelah bayi lahir hingga 6 minggu setelah kelahiran.
Klasifikasi Perdarahan Pasca Persalinan
Perdarahan pasca persalinan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Perdarahan Pasca Persalinan Primer
Perdarahan pasca persalinan yang terjadi kala tiga atau dalam waktu 24 jam pertama setelah
melahirkan biasanya disebabkan atonia uteri, robekan jalan lahir dan sisa sebagian plasenta.
Perdarahan Pasca Persalinan Sekunder
Perdarahan pasca persalinan yang terjadi setelah 24 jam atau perdarahan yang berlebihan antara
24 jam, 6 minggu sampai dengan 12 minggu setelah melahirkan biasanya disebabkan oleh sisa
plasenta.
Tanda dan Gejala Perdarahan Pasca Persalinan
Berikut ini adalah gejala yang paling umum terlihat pada kasus perdarahan pasca
persalinan. Namun setiap wanita mungkin akan menunjukkan gejala yang berbeda. Gejala
tersebut adalah perdarahan yang tidak terkontrol, penurunan tekanan darah, peningkatan denyut
jantung, penurunan jumlah sel darah merah (hematokrit), pembengkakan dan nyeri pada daerah
vagina dan perineum, jika akibat hematoma.
Tabel Tanda dan gejala perdarahan pasca persalinan
Etiologi dan Faktor Risiko yang Terlibat dalam Perdarahan Pasca Persalinan
Beberapa kondisi wanita yang berada pada risiko lebih besar untuk terjadinya perdarahan pasca
persalinan daripada wanita yang lain meliputi : Solusio plasenta (detasemen awal plasenta dari
rahim), Plasenta previa (plasenta menutupi jalan lahir atau dekat dengan pembukaan serviks),
Overdistensi uterus (pembesaran rahim yang berlebihan karena terlalu banyak cairan ketuban atau
bayi besar terutama dengan berat lahir lebih dari 4000 gram, kehamilan ganda), Hipertensi gestasional
atau preeklampsia (tekanan darah tinggi pada saat kehamilan), Memiliki banyak kelahiran
sebelumnya, Partus lama, Infeksi, Kegemukan, Induksi persalinan, Kelahiran instrumental (Forcep
atau Vakum), Anestesi umum.
Kausal atau penyebab dari perdarahan pascapersalinan dibedakan atas :
1) Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
Hipotoni sampai atonia uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan uterus
tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan
plasenta lahir. Faktor Predisposisi atonia uteri antara lain: Regangan rahim yang berlebihan
karena kehamilan ganda atau gemelli, polihidramnion, atau anak terlalu besar; kelelahan karena
persalinan lama; akibat anestesi; kehamilan grandemultipara; ibu dengan keadaan umum yang
jelek misalnya anemis, menderita penyakit menahun; infeksi intrauterin; riwayat atonia
sebelumnya.
Atonik uterus merupakan kegagalan miometrium pada sisi plasenta untuk berkontraksi dan
beretraksi serta mengompresi pembuluh darah yang robek dan mengendalikan kehilangan darah
dengan kerja ligatur. Saat plasenta masih menempel, volume darah yang mengalir kurang lebih
500-800 ml per menit, kemudian setelah terjadi pemisahan, seharusnya kontraksi dan retraksi yang
efisen oleh otot uterus menyumbat aliran tersebut dan mencegah perdarahan terjadi.
Beberapa alasan keterkaitan faktor risiko tersebut dapat menyebabkan perdarahan
pasca persalinan.
Akibat anestesi
Partus lama
Plasenta Previa
Abrupsio Plasenta
Fibroid (fibromiomata)
Anemia
HIV/ AIDS
Sisa plasenta
o Kotiledon atau selaput ketuban tersisa atau tertinggal Perdarahan pascapersalinan dapat
terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa placenta atau selaput janin. Hal ini dapat
mengganggu kerja uterus yang efisien. Bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara
manual atau dicuret, disusul dengan pemberian obat – obatan oksitosika intravena.
o Plasenta susenturiata
Plasenta susenturiata merupakan suatu lobus tambahan dari jaringan plasenta
yang terletak pada selaput kantong ketuban janin dengan pembuluh darah yang
menuju plasenta utama. Lobus itu kemungkinan akan tertinggal dalam uterus
setelah plasenta utama lahir dan hal tersebut dapat meningkatkan risiko perdarahan
pasca persalinan yang lebih parah.
o Plasenta akreta, inkreta, perkreta
Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miometrium (menembus desidua basalis). Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot
korion plasenta hingga mencapai atau memasuki miometrium. Plasenta perkreta adalah
implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan
serosa dinding uterus.
Dengan keadaan plasenta akreta, inkreta dan perkreta maka plasenta sukar
dilepaskan karena adhesi yang kuat antara palsenta dan uterus atau yang disebut juga
dengan retensio plasenta. Faktor predisposisi retensio plasenta tersebut antara lain
plasenta previa, bekas seksio sesarea, pernah kuret berulang dan multiparitas.
Jika plasenta tetap menempel secara utuh pada dinding rahim tidak akan menyebabkan
terjadinya perdarahan. Namun, jika pemisahan telah terjadi, pembuluh maternal telah robek, dan
sebagian jaringan plasenta tetap tertanam dalam desidua yang menyerupai spons, kontraksi dan
retraksi yang efisien akan terganggu.
Faktor etiologi dari perlekatan plasenta yang tidak normal dapat menyebabkan perdarahan
pasca persalinan antara lain implantasi plasenta di segmen bawah uterus, di atas jaringan parut
seksio sesarea atau insisi uterus lainnya, serta setelah kuretase.
2) Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir pada umumnya terjadi pada persalinan dengan trauma. Robekan jalan lahir
diakibatkan oleh episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau
karena versi ekstraksi. Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet dan laserasi), luka episiotomi, robekan
perineum spontan derajat ringan sampai ruptur perinei totalis (sfingter ani terputus), robekan pada
dinding vagina, forniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris dan uretra bahkan sampai yang terberat
yaitu ruptur uteri.
3) Gangguan koagulasi
Gangguan koagulasi atau gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab lain
telah disingkirkan dan gangguan koagulasi ini jarang terjadi tetapi bisa memperburuk keadaan.
Predisposisi gangguan koagulasi antara lain :
Sindroma HELLP
Kasus trombofilia
Solusio plasenta
Sepsis
4) BKKBN dan Dinkes menyatakan bahwa faktor risiko pedarahan pasca persalinan juga tidak
terlepas dari kondisi yang merupakan salah satu kriteria 4 “terlalu”, yaitu :
Terlalu tua pada saat melahirkan
Terlalu tua adalah kehamilan, persalinan dan nifas diatas usia 35 tahun.
Terlalu muda pada saat melahirkan
Terlalu muda adalah kehamilan, persalinan maupun nifas pada usia kurang dari 20 tahun.
Terlalu banyak anak
Terlalu banyak anak adalah jumlah anak yang dilahirkan lebih dari 3 orang anak.
Terlalu dekat
Terlalu dekat adalah jarak kehamilan sekarang dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun (24
bulan). Jarak kehamilanyang optimal dianjurkan adalah 36 bulan.
Diagnosis Perdarahan Perdarahan Pasca Persalinan
Diagnosa perdarahan pascapersalinan dimulai dengan adanya perdarahan yang berlebihan dan
pemeriksaan untuk mencari penyebabnya secara spesifik dengan memperhatikan “ The Four Ts
Mnemonic” (Tone, Trauma, Tissue dan Thrombin).
Diagnosa perdarahan pascapersalinan juga dilihat dari riwayat medis secara lengkap dan hasil
pemeriksaan fisik. Diagnosa ditentukan berdasarkan gejala yang ditunjang dengan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan digunakan untuk mendiagnosa perdarahan pascapersalinan termasuk
pengukuran denyut nadi dan tekanan darah (pemeriksaan fisik), hematokrit (jumlah sel darah
merah) dan faktor pembekuan dalam darah (pemeriksaan laboratorium).
Pencegahan Perdarahan Pascapersalinan
Semua kehamilan mempunyai risiko untuk terjadinya patologi persalinan, salah satunya
adalah perdarahan pascapersalinan. Antisipasi yang dapat dilakukan untuk mencegah hal
tersebut adalah sebagai berikut
Persiapan persalinan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap
penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien
tersebut ada dalam keadaan optimal.
PSIKOLOGI MASA NIFAS
Masa nifas (purperium) dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi
kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi
terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap
pembelajaran yang di perlukan tentang apa yang harus di ketahuinya dan
perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab luar biasa sekarang
untuk menjadi seorang “ibu”
FASE ADAPTASI PSIKOLOGI IBU NIFAS
1. Fase Taking In
Fase ini merupakan merupakan periode ketergantungan. Pada saat ini fokus
perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri.
Rubin (1961) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima,
suatu waktu dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan.
Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 – 3
hari.
Selama beberapa jam atau beberapa hari pasca persalinan, wanita sehat yang
dewasa tampaknya mengesampingkan semua tanggung jawab sehari-hari.
Mereka bergantung kepada orang lain sebagai respons terhadap kebutuhan
mereka akan istirahat dan makanan
Pada fase ini suatu waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orang
tua sangat suka mengomunikasikannya. Mereka merasa perlu menyampaikan
pengalaman mereka tentang kehamilan dan kelahiran dengan kata-kata.
Pemusatan, analisis, dan sikap yang menerima pengalaman ini membantu
oang tua untuk berpindah ke fase berikutnya.
Kecemasan dan keasyikan terhadap peran barunya sering mempersempit
tingkat persepsi ibu. Oleh karena itu, informasi yang diberikan pada waktu
ini mungkin perlu diulang.
Ketidaknyamanan yang biasanya dialami pada fase ini antara lain rasa mules,
nyeri luka jahitan (bila ada), kurang tidur, dan kelelahan. Hal yang perlu
diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan
asupan nutrisi
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
Kekecewaan pada bayinya.
Wanita karier.
Wanita yang tidak punya cukup banyak teman/keluarga untuk dapat berbagi.
a. Berikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang
sedih.
b. Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik, berolahraga yang ringan, bernbagi
cerita dengan orang lain, bersikap flesibel, bergabung dengan orang-orang baru.
c. menyarankan pada ibu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.
d. Mempersiapkan persalinan dengan lebih baik yaitu tidak hanya menekankan pada
materi, tapi yang lebih penting dari segi psikologis dan mental ibu.
e. Dengan cara pendekatan terapeutik. Ini bertujuan menciptakan hubungan baik antara
bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara
- Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
Dapat memahami dirinya
1.Power
✔ Kelainan His
✔ Kekuatan mengejan kurang kuat
2. Passagge
✔ Kelainan-kelainan panggul
✔ CPD (Cepalo Pelvik Disproportion)
✔ Ketuban Pecah Dini
Continue…..
3. Passanger
Kelainan Letak janin
• Posisi Oksipitalis Posterior Persisten.
• Presentasi Belakang Kepala Oksiput Melintang
• Presentasi Puncak Kepala
• Presentasi Dahi
• Presentasi Muka
• Presentasi Rangkap/ganda
• Letak Sungsang
• Letak Lintang
• Kehamilan Ganda
• Janin besar atau ada kelainan kongenital
Gejala
Pada ibu
▪ Gelisah
▪ Letih
▪ Suhu tubuh ↑
▪ Berkeringat
▪ Nadi cepat
▪ Pernafasan cepat
▪ Didaerah sering dijumpai bandle ring, oedema vulva, oedema serviks, cairan
ketuban berbau terdapat mekoneum
Continue…..
Pada Janin
▪ DJJ cepat, hebat, tidak teratur bahkan negative
▪ Air ketuban terdapat mekoneum kental kehijau-hijauan, cairan berbau
▪ Caput succedenium yang besar
▪ Moulage kepala yang hebat
▪ Kematian janin dalam kandungan
▪ Kematian janin intrapartal
Akibat Partus Lama
▪ Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin (termasuk tanda vital dan
hidrasinya)
▪ Kaji kembali partograf, nilai , frekuensi dan lamanya his.
▪ Perbaiki KU dengan dukungan emosi, perubahan posisi, berikan cairan dan
upayakan BAK
Infeksi Post Partum
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang biaknya mikroorganisme dalam tubuh manusia yang disertai
dengan reaksi tubuh terhadapnya sedangkan infeksi post partum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas dan bias juga artinya keadaan
yang mencakup semua peradangan alat genetalia dalam masa nifas
Etiologi ; Melibatkan mikroorganisme an aerob dan aerob pathogen yang merupakan flora mental serviks dan
jalan lahir atau mungkin juga dari luar.Penyebab yang terbanyak 30% adalah streptococcus dan anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni jalan lahir.Kuman yang sering menyebabkan infeksi post partum
adalah ;
• Streptococcis haemaliticus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang dilahirkan dari penderita lai,alat alat yang tidak
steril
• Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen infeksinya sedang banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rs
• Eschericha Coli
Sering berasal dari kandung kemih dari rectum menyebabakn infeksi terbatas
• Clostoridium Volchii \
Kuman anaerobic yang sanagta berbahaya sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong
dukun dari luar rumah sakit
Faktor yang memengaruhi Infeksi post partum ;
Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahantubuh seperti perdarahan dan kurang gizi atau malnutrisi
Partus lama , terutama partus denngan ketuban pecah lama
Tindakan bedah vaginal uang menyebabkan perlukaan jalan lahir
Tertinggalnya sisa plasenta selaput ketuban dan bekuan darah
Anemia higine dan kelelahan
Klasifikasi ;
- Infeksi uterus
Endometritis ; infeksi pada endometrium dan dapat terjadi sebgai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan
terdapat benda asing dalam rahim.Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi,sedikit demam,nyeri yng
samaan samaan pada perut bagian bawah dan kadang keluar dari vagina berbau tidak enak yang khas menunjukkan adanya
infeksi pada endometrium.
Miometritis ; radang myometrium sedangkan miometrium adalah tunika muskularis uterus.Gejalanya brupa demam,uterus
nyeri tekan ,perdarhan vaginal dan nyeri perut bawah lokhea berbau purulen.Terapi yang dapat diberikan berupa spektrum
luas seperti amfisilin 2gr IV per 6 jam gentamisin 5 mg kg/BB , metronidasol mg IV per 8 jam,profilaksis anti tetanus dan
efakuasi hasil konsepsi
- Parametritis : Rdang dari jaringan longgar di dalam lig latum. Radang ini biasanya unilateral.Tnda dan gejalanya suhu
tinggi dengan demam tinggi Nyeti unilateral tanpa gejala radangan peritoneum seperti muntah
Penyebab ; dengan cra 3 ; pericontinuitum Lymphogen dan Haematogen , robekan serviks
Dan perforasi uterus oleh alat alat
MASTITIS
Infeksi pada 1 atau lebih pada saluran payudara
Mastitis laktasi adalah kondisi yang dapat memengaruhi wanita menyusui. Sebanyak
2-3% wanita menyusui terkena mastitis dalam waktu 6-12 bulan pertama setelah
melahirkan atau selama menyusui
Mastitis adalah kondisi yang seringkali disebabkan oleh bakteri dari mulut bayi. Bakteri
masuk ke dalam payudara melalui kulit (puting) yang pecah atau melalui saluran susu di
puting. Orang dengan diabetes dan puting yang lecet atau memar dapat berisiko terkena
infeksi ini.
Dalam sejumlah kasus, saluran susu tersumbat dan menyebabkan bakteri terkumpul dapat
mengakibatkan infeksi tersendiri.
MANIFESTASI KLINIS
Payudara sakit, memerah dan terasa nyeri. Bagian luar atas payudara biasanya terpengaruh jadi memar
Sakit atau rasa panas di payudara sepanjang waktu atau hanya saat menyusui;
Bengkak
Suhu tubuh tinggi hingga kedinginan
Sakit kepala
Demam tinggi dan sakit di payudara mungkin mengindikasikan bahwa abses berada di payudara.
FAKTOR RISIKO
Menyusui selama beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Puting yang sakit atau lecet, meski demikian mastitis laktasi dapat berkembang tanpa
adanya kulit yang rusak.
Hanya menggunakan satu posisi menyusui, yang mungkin tidak sepenuhnya
menyedot payudara.
Mengenakan bra yang terlalu ketat atau melakukan aktivitas yang menekan payudara
misalnya mengenakan sabuk pengaman di atas payudara atau membawa tas terlalu
berat, yang dapat menghambat aliran susu.
Terlalu capek atau stres.
Gizi buruk.
TATALAKSANA
Pengobatan melibatkan obat pereda rasa sakit seperti ibuprofen dan acetaminophen .
Antibiotik untuk mengobati mastitis biasanya membutuhkan masa 10-14 hari.
Pasien wajib beristirahat, terus menyusui dan minum cairan tambahan untuk membantu
tubuh melawan infeksi payudara.