Anda di halaman 1dari 13

Referat

Keterlambatan Imunisasi

Dibawakan Oleh

Reskiyani 110 2015 0083


Pembimbing :
Dr. dr. Hj. Martira Maddeppungeng, Sp.A(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RS IBNU SINA
2016

Imunisasi
Preventif
Angka Kematian

Imunit
as
Pasif
Alamia
h
Imunit
as
Aktif
Alamia
h

Imunit
as
Pasif
Didapa
t
Imunit
as
Aktif
Didapa
t

Vaksin
Life attenuated
- Berasal dari virus hidup : Vaksin campak, gondongan (parotitis), rubela, polio, rotavirus, demam
kuning (yellow fever).
- Berasal dari bakteri : Vaksin BCG dan demam tifoid oral.
- Inactivated (bakteri, virus atau komponennya dibuat tidak aktif)

Vaksin inactivated
Seluruh sel virus yang inactivated, contoh influenza, polio, rabies, hepatitis A.
Seluruh bakteri yang inactivated, contoh pertusis, tifoid, kolera, lepra.
Vaksin fraksional yang masuk sub-unit, contoh hepatitis B, influenza,
Toksoid, contoh difteria, tetanus, botulinum.
Polisakarida murni, contoh pneumokokus, meningokokus, dan h. influenzae tipe b.
Gabungan polisakarida (haemophillus influenzae tipe B dan pneumokokus).

Inisiasi Respon Vaksin.

RESPONS IMUN VAKSIN

IMUNISASI PPI (PROSES PENGEMBANGAN IMUNISASI) YANG DIWAJIBKAN

1. Hepatitis B.
Imunisasi Hepatitis B, ditujukan untuk memberi tubuh berkenalan dengan penyakit hepatitis B, disebabkan
oleh virus yang telah mempengaruhi organ liver (hati). Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir dan didahului pemberian injeksi vitamin K1. Cara pemberian imunisasi hepatitis B adalah
melalui injeksi intramuskular pada paha anterolateral dengan dosis 0,5 cc.

2. Polio.
Imunisasi Polio, merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit poliomyelitis. Terdapat 2
macam vaksin polio:
1. Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan
diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
2. Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan
diberikan melalui suntikan.
3. BCG (Bacillus Celmette-Guerin).
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis (TBC) yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal umur 2 bulan.

IMUNISASI PPI (PROSES PENGEMBANGAN IMUNISASI) YANG DIWAJIBKAN

3. BCG (Bacillus Celmette-Guerin).


Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis (TBC) yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal umur 2 bulan.
Dosis 0,05 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan orang dewasa. Imunisasi BCG
disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas.
4. DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus).
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis, tetanus.
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi intramuskular pada
paha anterolateral dengan dosis 0,5 cc.
5. Campak.
Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Campak,
measles atau rubela adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak.
Cara pemberian imunisasi campak adalah melalui injeksi pada lengan kiri atas
secara subkutan dengan dosis 0,5 CC.

IMUNISASI NON PPI YANG DIANJURKAN

1. MMR (Mumps, Measles, Rubella)


2. Pneumokokus (PCV).
3. Rotavirus.
4. Varisela.
5. Tifoid.
6. Hepatitis A.
7. Influenza.
8. HPV (Human papiloma virus).

CATCH UP IMUNISASI
BCG
Imunisasi BCG sebaiknya pertamakali diberikan pada saat bayi berusia 2-3 bulan. Pemberian BCG pada bayi
berusia < 2 bulan akan meningkatkan risiko terkena penyakit tuberkulosis karena daya tahan tubuh bayi yang belum
matang. Apabila bayi telah berusia > 3 bulan dan belum mendapatkan imunisasi BCG, maka harus dilakukan uji
tuberkulin (tes mantoux dengan PPD2TU/PPDRT23) terlebih dulu. Bila hasilnya negatif, imunisasi BCG dapat
diberikan.

Hepatitis B
Idealnya dosis pertama imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir (jika
memungkinkan < 12 jam), kemudian dilanjutkan dengan interval 4 minggu dari dosis pertama dan
interval imunisasi kedua dan ketiga yang dianjurkan adalah minimal 2 bulan dan terbaik setelah 5
bulan. Apabila sang anak belum mendapatkan imunisasi hepatitis B semasa bayi, maka imunisasi
hepatitis B tersebut dapat diberikan kapan saja, sesegera mungkin, tanpa harus memeriksakan kadar
AntiHBs-nya. Kecuali jika sang ibu memiliki hepatitis B ataupun sang anak pernah menderita
penyakit kuning, maka ia dianjurkan untuk memeriksakan kadar HBsAg dan antiHBs terlebih
dahulu.

Diptheria, Pertusis, dan Tetanus (DPT)


Imunisasi DPT diberikan 3 kali sebagai imunisasi dasar dan dilanjutkan dengan booster 1 kali
dengan jarak 1 tahun setelah DPT3
Apabila Imunisasi DPT terlambat diberikan, maka berapa pun interval keterlambatannya jangan
mengulang dari awal, namun langsung lanjutkan imunisasi sesuai jadwal. Bila anak Anda belum pernah
diimunisasi dasar pada usia < 12 bulan, maka imunisasi dasar DPT dapat diberikan pada usia anak
sesuai jumlah dan interval yang seharusnya.
Polio
Bila imunisasi polio terlambat diberikan, Anda tidak perlu mengulang pemberiannya dari awal
lagi. Cukup melanjutkan dan melengkapinya sesuai jadwal tidak peduli berapa pun interval
keterlambatan dari pemberian sebelumnya.

Campak
Untuk anak yang terlambat/belum mendapat imunisasi campak, bila saat itu anak berusia 9-12 bulan,
berikan kapan pun saat bertemu. Bila anak berusia > 1 tahun, berikan MMR. Jika sudah diberi MMR usia
15 bulan, tidak perlu campak di usia 24 bulan.

Haemophillus influenzae B (HiB


Apabila anak datang pada usia 1-5 tahun, HiB hanya diberikan 1 kali. Untuk anak di atas usia 5 tahun, tidak perlu
diberikan, karena penyakit ini hanya menyerang anak di bawah usia 5 tahun

Anda mungkin juga menyukai