LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEPTEMBER 2016
OLEH :
Reskiyani Muhlis
111 2015 1083
PEMBIMBING : dr. Muh. Akbar, Ph.D, Sp.S(K)
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
: Reskiyani
NIM
Judul
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
Makassar,
Oktober 2016
Pembimbing
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny.R
Agama
: Islam
Umur
: 52 tahun
Alamat
: Jl. AP.Pettarani II Lr.6
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku
: Makassar
Status
: Menikah
Pekerjaan
: IRT
Tanggal masuk
: 8 September 2016
ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Nyeri kepala
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit kepala dialami sejak 3 hari
yang lalu dan memberat sejak tadi pagi. Nyeri kepala dirasakan
seperti terikat, nyeri kepala menjalar sampai ke leher, tegang
dirasakan pada leher serta nyeri dirasakan memberat jika bergerak.
Pasien mengalami mual dan muntah dengan frekuensi 1x tidak
menyemprot berisi sisa makanan. Riwayat trauma sebelumnya
disangkal. Pasien mengalami demam sejak kemarin. Kejang (-).
Selain itu pasien merasakan kram pada sisi tubuh sebelah kanan
dan terdapat lidah dan sudut bibir cenderung miring ke kanan.
c. Riwayat Medis dan Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi
Terdapat fraktur pada femur dextra
Tidak ada riwayat stroke sebelumnya
Tidak ada riwayat sakit jantung
Tidat asa riwayat diabetes mellitus
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang serupa
e. Riwayat Kebiasaan
HASIL PEMERIKSAAN
1. Status Praesens
Keadaan umum
: sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis, GCS E4M6V5
Gizi
: cukup
Tanda vital
:
- Tekanan darah : 160/100 mmHg
- Nadi
: 88x/menit
- Pernapasan
: 26x/menit
- Suhu
: 37,5C
Kepala
- Bentuk normal
- Konjungtiva tidak anemiss, sklera tidak ikterik
-
retraksi (-)
- Palpasi
: Pelebaran ICS (-)
- Perkusi
: Sonor di seluruh lapangan paru
- Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi
: Iktus cordis tidak tampak
- Palpasi
: Iktus cordis tidak teraba
- Perkusi
: Batas jantung atas : ICS III sinistra
Batas jantung kanan : PSL dextra
Batas jantung kiri : MCL sinistra
Batas jantung bawah : ICS V sin.
- Auskultasi : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi
: bentuk flat
: soefel, nyeri tekan epigastrium (-),
Hepar/lien tidak teraba, massa (-),
Kanan
Kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
(+)
Normal
Normal
(+)
Normal
Normal
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(-)
2,5 mm
(-)
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(-)
2,5 mm
(-)
(-)
(+)
(+)
keluar)
Trigeminus
- Membuka mulut
- Mengunyah
- Menggigit
- Palpasi otot masseter
- Sensibilitas muka
(taktil, nyeri)
Abdusens (VI)
- Pergerakan mata ke lateral
Facialis (VII)
- Mengerutkan dahi
- Lagophtalmus
- Memperlihatkan gigi
- Sudut bibir
- Pengecapan (2/3) anterior
Vestibulokoklearis (VIII)
- Fungsi pendengaran (subjektif)
- Fungsi scwabach
- Tes rinne
- Tes weber
- Kepala berputar (vertigo)
Glossofaringeus (IX)
- Perasaan lidah (bag.belakang)
- Refleks muntah
Vagus (X)
- Bicara
- Menelan
- Arcus pharynx
- Uvula
Assesorius (XI)
- Mengangkat bahu
- Memalingkan kepala
Hipoglossus (XII)
- Pergerkan lidah
- Atrofi
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
Normal
(+)
(+)
(-)
(+)
Normal
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
Normal
Normal
Normal
Normal
(+)
(+)
(+)
(+)
Pemeriksaan
Motorik
- Bentuk/Massa otot
- Pergerakan
- Kekuatan
Kanan
Kiri
Normal
Menurun
4
Normal
Normal
5
- Tonus
Sensibilitas
- Taktil
- Nyeri
Refleks fisiologi
- Biceps
- Triceps
Refleks patologis
- Tromner
- Hoffman
- Schaefar
-
V.
Normal
(+)
(+)
(+)
(+)
Normal
Negatif
Normal
Negatif
Pemeriksaan
Motorik
- Bentuk/Massa otot
- Pergerakan
- Kekuatan
- Tonus
Sensibilitas
- Taktil
- Nyeri
Refleks fisiologi
- Patella
- Achilles
Refleks patologis
- Babinski
- Chaddock
- Schaefar
- Oppenheim
- Gordon
Pemeriksaan tambahan
- Tes patrick
- Tes kontra patrick
IV.
Normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : (darah rutin)
Leukosit
:5,0 x 103 /ul
RBC
: 3,65 x 106 /ul
MCV
: 103,3 um3
RESUME
Kanan
Kiri
Normal
Menurun
4
Normal
Normal
Normal
5
Normal
(+)
(+)
(+)
(+)
Normal
Normal
Normal
Normal
Negatif
Negatif
(-)
(-)
(-)
(-)
VII.
PENATALAKSANAAN
Terapi :
- IVD RL 28tpm
- Neurobion
1amp/24jam/IM
- Ranitidin
1amp/12 jam/IV
- Ceftriaxon
1gr/12jam/IV
- Amplodipin 10mg 1x1
- PDAK 3x1
- Aspilet 80mg 1x1
VIII. PROGNOSIS
IX.
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad functionam
FOLLOW UP
Hari/Tgl
Kamis,
08/9/16
: bonam
: bonam
: bonam
S
O
Nyeri kepala TD:
A
Tension
P
- Amplodipin 10 mg1-
menjalar
type
0-0
- Neurobion
160/100
sampai
ke mmHG
headache +
GCS
1amp/24jam/IM
leher, mual
HT gr II
- Ranitidin
E4M6V5
muntah (+),
1amp/12jam/IV
, pupil
demam (+)
- PDAK 3x1
bulat
- Paracetamol
tab
isocort
Jumat,
09/09/16
Nyeri kepala
menurun,
TD: Tension
140/80
type
muntah
(-), mmHg,
headache =
demam
(-). GCS
Hipertensi
Sabtu,
10/09/16
leher
berkurang,
bundar
mual
isocort
berkurang
Keluhan -
TD:
pupil
mmHg,
GCS
E4M6V5
pupil
bundar
isocort.
Slight
0-0
- Neurobion
1amp/24jam/IM
- Ranitidin
1amp/12jam/IV
- PDAK 3x1
- Ceftriaxone
1gr/12jam/IV
Slight
30/80
gr II
1gr/12jam/IV
- Amplodipin 10 mg1-
hemiparese
dextra susp. NHS
Tension
type
headache +
Hipertensi
gr II
hemipare
se N.VII
dextra +
N.XII
dextra
X.
DISKUSI
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang
disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak
dengan gejala-gejala
jaringan / min, dengan kematian sel terjadi dengan cepat dengan harga di
bawah 10 mL / 100 g jaringan / min.3
Faktor risiko stroke iskemik meliputi kondisi dimodifikasi dan
nonmodifiable. Identifikasi faktor risiko di setiap pasien dapat
mengungkap petunjuk penyebab stroke dan pengobatan yang paling tepat
dan rencana pencegahan sekunder.
1. Faktor risiko Nonmodifiable meliputi berikut ini:
a.
Usia
b.
Ras
c.
Seks
d.
Etnik
e.
2.
Hipertensi
b.
Diabtes mellitus
c. Penyakit jantung: fibrilasi atrium, penyakit katup, gagal
jantung, stenosis mitral, anomali struktural memungkinkan
kanan-ke-kiri shunting (misalnya, paten foramen ovale), dan
atrium dan pembesaran ventrikel.
d.
Hiperkolesterolemia
e.
TIA
f. Masalah gaya hidup: asupan yang berlebihan alkohol,
penggunaan tembakau, penggunaan narkoba, aktivitas fisik.
g.
Kegemukan
h. Oral
penggunaan
kontrasepsi
penggunaan
hormon
pascamenopause.4
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan
proses patologik (kausal):
a. Berdasarkan manifestasi klinik:
1. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological
Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama
dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
3. Prolong reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih dari
seminggu.
4. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
5. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.5
b. Berdasarkan Kausal
1. Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh
darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan
pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi
akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang
cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya. kadar kolesterol
jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah
kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil
terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit
aterosklerosis.
2. Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan
lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.6
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya.
Sebagian besar kasus terjadi secara mendadak, sangat cepat, dan menyebabkan
kerusakan otak dalam beberapa menit.
Gejala utama stroke iskemik akibat trombosis serebri ialah timbulnya defisit
neurologik secara mendadak/subakut, terjadi pada waktu istirahat atau bangun
pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun. Biasanya terjadi pada usia lebih dari
50 tahun. Sedangkan stroke iskemik akibat emboli serebri didapatkan pada usia
lebih muda, terjadi mendadak dan pada waktu beraktifitas. Kesadaran dapat
menurun bila emboli cukup besar.
Vaskularisasi otak dihubungkan oleh 2 sistem yaitu sistem karotis dan sistem
vertebrobasilaris. Gangguan pada salah satu atau kedua sistem tersebut akan
memberikan gejala klinis tertentu.
1. Gangguan pada sistem karotis Pada cabangnya yang menuju otak bagian
tengah (a.serebri media) dapat terjadi gejala:
a. Gangguan rasa di daerah muka dan sesisi atau disertai gangguan rasa di
lengan dan tungkai sesisi.
b. Gangguan gerak dan kelumpuhan dari tingkat ringan sampai total pada
lengan dan tungkai sesisi (hemiparesis/hemiplegi).
c. Gangguan untuk berbicara baik berupa sulit mengeluarkan kata-kata atau
sulit mengerti pembicaraan orang lain, ataupun keduanya (afasia).
2. Skor Siriraj adalah salah satu sistem skoring yang telah dikembangkan sekitar
tahun 1984-1985 di Rumah Sakit Siriraj. nilai skor Siriraj lebih dari 1 (satu)
mengindikasikan perdarahan intraserebral supratentorial, sedangkan nilai di
b. Pemeriksaan tambahan
1. Pemeriksaan Neuro-Radiologik
Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu
diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut.
Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran
yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tak jelas.
Pemeriksaan likuor serebrospinalis, untuk menyingkirkan meningitis atau
perdarahan subarachnoid ketika hasil CT scan negatif tetapi kecurigaan klinis
tetap tinggi.6
Gambaran CT-Scan kepala pada penderita stroke nonhemoragik
a. Pada stadium awal sampai 6 jam pertama, tidak tampak kelainan pada
CT-Scan. Kadang-kadang sampai 3 hari belum tampak gambaran yang
jelas. Sesudah 4 hari tampak gambaran lesi hipodens (warna hitam), batas
tidak tegas.
b. Fase lanjut,densitas akan semakin turun, batasnya juga akan semakin
2.
tegas, dan bentuk semakin sesuai dengan area arteri yang tersumbat.
c. Fase akhir, terlihat sebagai daerah hipodens dan berbatas tegas.10
Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah
rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu
waktu
tertentu
sebagian
besar
cedera
jaringan
neuron
Sasaran pengobatan
Menyelamatkan neuron yang menderita jangan sampai mati dan agar proses
patologik lainnya yang menyertai tidak mengganggu / mengancam fungsi otak.
Tindakan dan obat yang diberikan haruslah menjamin perfusi darah ke otak tetap
cukup, tidak justru berkurang. Secara umum dipakai patokan 5B, yaitu:
1. Breathing
Harus dijaga jalan nafas bersih dan longgar, dan bahwa fungsi paru-paru
cukup baik. Pemberian oksigen hanya perlu bila kadar oksigen darah
berkurang.
2. Brain
Posisi kepala diangkat 20-30 derajat. Udem otak dan kejang harus
dihindari. Bila terjadi udem otak, dapat dilihat dari keadaan penderta yang
mengantuk, adanya bradikardi, atau dengan pemeriksaan funduskopi.
3. Blood
a. Jantung harus berfungsi baik, bila perlu pantau EKG.
b. Tekanan darah dipertahankan pada tingkat optimal, dipantau jangan
sampai menurunkan perfusi otak.
c. Kadar Hb harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak
d. Kadar gula yang tinggi pada fase akut, tidak diturunkan dengan drastis,
lebih-lebih pada penderita dengan diabetes mellitus lama.
e. Keseimbangan elektrolit dijaga.
4. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Nutrisi per oral hanya boleh
diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik. Bila tidak baik atau pasien
tidak sadar, dianjurkan melalui pipa nasogastrik.
5. Bladder
Jika terjadi inkontinensia, kandung kemih dikosongkan dengan kateter
intermiten steril atau kateter tetap yang steril, maksimal 5-7 hari diganti,
disertai latihan buli-buli.
b. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan
sesuai gejala.
c. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik
220 mmHg, diastlik 120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) 130
mmHg (pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau
didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal.
Penurunan
tekanan
darah
maksimal
adalah
20%
dan
obat
yang
deviasi ke kanan ini dinamakan hemiparese N.VII jenis sentral. Otot otot
bagian atas wajah mendapat persarafan dari 2 sisi. Karena itu terdapat
perbedaan antara gejala kelumpuhan saraf VII jenis sentral dan perifer. Pada
gangguan sentral, sekitar mata dan dahi yang mendapat persarafan dari 2 sisi,
tidak lumpuh yang lumpuh ialah bagian bawah dari wajah.
Bagian inti motorik yang mengurus wajah bagian bawah mendapat
persarafan dari korteks motorik kontralateral sedangkan yang mengurus wajah
bagian atas mendapat persarafan dari kedua sisi korteks motorik (bilateral).
Karenanya kerusakan sesisi pada upper motor neuron dari N.VII (lesi pada
traktur piramidalis atau korteks motorik) akan mengakibatkan kelumpuhan
pada otot otot wajah bagian bawah, sedangkan bagian atasnya tidak.
Penderitanya masih dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi dan menutup
mata (persarafan bilateral) tetapi kurang dapat mengangkat sudut mulut
(menyeringai, memperlihatkan gigi geligi) pada sisi yang lumpuh bila disuruh.
Kontraksi involunter masih dapat terjadi, bila penderita tertawa secara spontan,
maka sudut mulut dapat terangkat.
Pada kasus ini juga didapatkan lidah deviasi ke kanan, dicurigai N.XII
mengalami gangguan. Saraf XII mengandung serabut somato-motorikyang
menginervasi otot ekstrinsik dan otot intrinsik lidah. Fungsi otot ekstrinsik
lidah ialah menggerakkan lidah dan otot intrinsik mengubah ubah bentuk
lidah. Inti saraf ini menerima serabut dari korteks traktus piramidalis dari satu
sisi, yaitu sisi kontralateral. Dengan demekian sering terkena pada gangguan
peredaran darah di otak (strok) misalnya di korteks dan kapsula interna.
Pada pasien ini didapatkan kelumpuhan otot lidah tanpa adanya atrofi dan
fasikulasi dapat diartikan lesi N.XII dapat bersifat supranuklir dapat terjadi di
korteks atau kapsula interna yang dicurigai disebabkan oleh strok. Adapun pada
pasien dikatakan susp.NHS karena pada pasien ini idak dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa CT-scan untuk melihta lesi, diagnoosis ditegakkan
berdasarkan penggunaan skor hasanuddin yaitu :
Skor Hasanuddin
1.
2.
3.
4.
5.
TD
1
Waktu serangan
1
Sakit kepala
7,5
Kesadaran menurun
0
Muntah
0
Total = 9,5 Strok non hemoragik
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams HP Jr, Davis PH, Leira EC, Chang KC, Bendixen BH, Clarke WR, et
al. Baseline NIH Stroke Scale score strongly predicts outcome after stroke: A
report of the Trial of Org 10172 in Acute Stroke Treatment (TOAST).
Neurology. 1999 Jul 13. 53(1):126-31.
2. Stroke. Dalam: eds. Mansjoer A. Kapita selekta kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000
4. REF :[Guideline] Goldstein LB, Bushnell CD, Adams RJ, Appel LJ, Braun
LT, Chaturvedi S, et al. Guidelines for the primary prevention of stroke: a
guideline
for
healthcare
professionals
from
the
American
Heart