Disusun Oleh :
SINGAPARNA
2018
BAB I
STATUS PASIEN
1.2. ANAMNESIS
Pasien rujukan dari Puskesmas datang ke IGD RS SMC dengan keluhan penurunan
kesadaran mendadak sejak 1 hari SMRS. Keluhan muncul saat pasien sedang duduk
di teras depan rumahnya. Menurut keluarga, 2 hari sebelum keluhan muncul pasien
sebelumnya mengeluhkan muntah-muntah setiap kali diberikan makanan dan nyeri
kepala hebat. Keluhan bicara rero (-), kelemahan ekstremitas (-), demam (-), kejang
(-). Riwayat keluhan seperti ini sebelumnya (-), riwayat trauma di kepala (-).
Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat penyakit Hipertensi (+)
sejak 5 tahun yang lalu dan tidak terkontrol.
1
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada yang sakit seperti ini sebelumnya dikeluarga pasien. Tidak ada yang
pernah memiliki penyakit stroke sebelumnya di keluarga pasien. Almarhum Ibu dan
Bapak pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi.
2
Thorax
– Inspeksi : Pergerakan dan bentuk dada simetris
– Palpasi : Pergerakan nafas simetris, vocal fremitus kiri =
kanan normal
– Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
– Auskultasi :
o Pulmo : VBS (+) kanan=kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-
o Cor : BJ murni regular, murmur (-), gallops (-)
Abdomen
– Inspeksi : datar, scar (-), jejas (-), massa (-)
– Auskultasi : bising usus (+) normal
– Perkusi : timpani
– Palpasi : nyeri tekan (-), defans muskular (-), hepar dan lien
dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat CRT <2 detik, edema tungkai (-)
4. Pemeriksaan Neurologi
Meningeal sign kaku kuduk (-)
Cranial Nerve (CN) :
– CN VII tidak ada parese CN VII
– CN XII sulit dinilai
Pemeriksaan Motorik : tidak ada lateralisasi
Refleks Fisiologi : (+)
Refleks Patologi : (+)
3
1.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi Rutin (13/12/2018)
EKG
4
CT SCAN KEPALA TANPA KONTRAS
5
Interpretasi CT Scan
Kesimpulan :
6
FOLLOW UP PASIEN SELAMA DI RS SMC
TANGGAL S O A P
13/12/18 Penurunan Kesadaran TD : 170/100 mmHg Susp. Ensefalopati e.c Advis dr. Dani., Sp.PD
19.41 WIB N : 88 x/menit elektrolit imbalance dd/ - Captopril 3 x 25 mg
IGD/GP R: 21 x/menit Sups. Stroke Perdarahan - Amlodipin 1 x 10 mg
S : 36,40C - Konsul dr. Indra., Sp. S
Defisit neurologi (-)
13/12/18 Penurunan Kesadaran Kesadaran : Somnolen Susp. Ensefalopati e.c - Informed Consent
21.20 WIB GCS : 10 elektrolit imbalance dd/ perburukan kepada keluarga
IGD/GP TD : 190/100 mmHg Sups. Stroke Perdarahan pasien
N : 90 x/menit - Advis dr. Indra., Sp. S
R: 20 x/menit NaCl 2000cc/24 jam
S : 36,40C
14/12/18 Penurunan Kesadaran GCS : E3M3V1 Metabolik Ensefalopati - IVFD NaCl 2000 cc/24 jam
08.00 WIB Lateralisasi (-) e.c Hiponatremia - Pasang NGT
NEURO/dr. Indra.,
Sp.S
6
14/12/18 Penurunan Kesadaran GCS : 5 (E1M3V1) Susp. Stroke? - IVFD NaCl 2000 cc/24jam
IPD/dr.Dani.,Sp.PD TD 190/80 mmHg - Captopril 3 x 25 mg
SpO2 : 98% dengan NRM 8 - Amlodipin 1 x 10 mg
Lpm - Cek Elektrolit (Na, Cl, K)
HR : 120x/menit - Saran : CT Scan Kepala dan
RR : 26 x/menit pasang NGT
15/12/18 Penurunan Kesadaran GCS : E3M2V0 Metabolik ensefalopati - IVFD NaCl 2000 cc/24jam
NEURO/dr.Indra., Lateralisasi (-) e.c Hipokalemia - Rencana CT Scan
Sp.S
Hasil Lab elektrolit :
Natrium : 129
Kalium : 3.0
Klorida : 91
15/12/18 Informed Consent ke keluarga pasien tentang kondisi pasien. Diagnosis Hasil CT Scan - Saran dr. Indra., Sp. S
GP adalah SAB (Subarachnoid Bleeding) dengan perdarahan di lapisan otak paling atas. Rujuk RSHS untuk dilakukan
Angiografi
7
16//12/18 Penurunan Kesadaran GCS : E4M2V0 Subarachnoid Bleeding - IVFD NaCl 0,9 % 2000c/24
GP jam
- Mannitol 20%
- Nimotop 4 x 60 mg/ NGT
16/12/18 Demam (+) Kesadaran: Koma Subarachnoid Bleeding - Informed Consent ke
Jam 23.30 WIB Penurunan Kesadaran GCS: E1M1V1 keluarganya tentang kondisi
GP TD : 130/100 mmHg pasien
N : 130 x/menit - Keluarga menolak dilakukan
R : 26 x/menit RJP (DNR)
S: 38,60C - Inj. Sanmol 1 gr iv (extra)
SpO2 : 90%
16/12/18 Nadi (-) - Pasien dinyatakan meninggal dihadapan Keluarganya
Jam 00.25 Nafas (-)
Pupil midriasis totalis
EKG : Asistol
8
1.5. RESUME
Pemeriksaan Fisik :
Tanda Vital
Pemeriksaan Neurologis : Tidak ada lateralisasi, reflex fisiologi (+), reflex patologi
(+)
Pemeriksaan Laboratorium :
- Hb, Ht rendah
- Leukosit tinggi (leukositosis)
- Natrium rendah
- Klorida rendah
1
CT Scan Kepala :
1.7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Awal di IGD
1. Non farmakologi :
– O2 3-4 lpm via nasal canul
2. Farmakologi :
– Cairan Hidromal asnet
– Citicholin 1 x 1 gr iv
– Pantoprazol 1 x 40 mg iv
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stroke
2.1.1. Definisi
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, berlangsung
lebih dari 24 jam atau menimbulkan kematian tanpa ada penyebab lain selain yang
berasal dari vaskular. Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat
disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh
oklusi fokal pembuluh darah otak yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan
glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi. Stroke hemoragik dapat berupa
Transient Ischemic Attack (TIA) adalah defisit neurologis akut yang didasari
kelainan vaskular serta pulih dalam waktu singkat kurang dari 24 jam. 1
2.1.2. Epidemiologi
sampai kematian. Berdasarkan data RISKESDAS menyebutkan dari 8,3% per 1000
penduduk (2007) prevalensi stroke menjadi 12,1% per 1000 penduduk (2013).
Sekitar 4,3% penderita stroke mengalami kecacatan yang berat, sedangkan angka
kematian berkisar 15-27% untuk semua kelompok usia. Stroke lebih sering terjadi
seiring bertambahnya usia profil usia dibawah 45 tahun sebesar 11,8%, usia 45-64
tahun 54,2%, dan usia diatas 65 tahun sebesar 33,5%. Stroke menyerang usia
7
produktif dan usia lanjut yang berpotensi menimbulkan masalah baru dalam
usia
jenis kelamin
ras
Hipertensi
Diabetes mellitus
merokok
konsumsi alkohol
kontrasepsi oral
8
peningkatan hematokrit
hiperurisemia
dislipidemia
2.1.4. Klasifikasi
penyumbatan
b. Emboli serebri
c. Hipoperfusi sistemik
4. Completed stroke
1. Sistem karotis
2. Sistem vertebrobasiler
9
2.1.5. Perbedaan Stroke Hemoragik dan Non- Hemoragik
2.2.1. Definisi
Pendarahan subarachnoid adalah suatu kejadian saat adanya darah pada rongga
antara lapisan dalam (piamater) dan lapisan tengah (arakhnoid matter) yang
10
Gambar Lapisan Meningens
2.2.2. Epidemiologi
dapat mencapai hingga 33.000 orang per tahun di Amerika Serikat. Perdarahan
subarachnoid memiliki puncak insidens pada usia sekitar 55 tahun untuk laki-laki
dan 60 tahun untuk perempuan. Lebih sering dijumpai pada perempuan dengan
rasio 3:2.5
2.2.3. Etiologi
ruptur aneurisma salah satu arteri di dasar otak dan adanya malformasi
11
1.) Aneurisma sakuler (berry)
Aneurisma ini terjadi pada titik bifurkasio arteri intrakranial. Lokasi tersering
aneurisma sakular adalah arteri komunikans anterior (40%), bifurkasio arteri serebri
media di fisura sylvii (20%), dinding lateral arteri karotis interna (pada tempat
berasalnya arteri oftalmika atau arteri komunikans posterior 30%), dan basilar tip
12
2.) Aneurisma fusiformis
intracranial arteri karotis interna, trunkus utama arteri serebri media, dan arteri
hipertensi. Aneurisma fusiformis yang besar pada arteri basilaris dapat menekan
batang otak. Aliran yang lambat di dalam aneurisma fusiformis dapat mempercepat
patologis (seperti aneurisma sakular) yang tidak memberikan kontribusi pada suplai
darah serebral.6
terdiri dari terapi infeksi yang mendasarinya dikarenakan hal ini biasa disebabkan
13
Malformasi arterivenosa (MAV) adalah anomaly vasuler yang terdiri dari
jaringan pleksiform abnormal tempat arteri dan vena terhubungkan oleh satu atau
lebih fistula. Pada MAV arteri berhubungan langsung dengan vena tanpa melalui
kapiler yang menjadi perantaranya. Pada kejadian ini vena tidak dapat menampung
tekanan darah yang datang langsung dari arteri, akibatnya vena akan merenggang
dan melebar karena langsung menerima aliran darah tambahan yangberasal dari
arteri. Pembuluh darah yang lemah nantinya akan mengalami ruptur dan berdarah
sama halnya seperti yang terjadi paada aneurisma.7 MAV dikelompokkan menjadi
dua, yaitu kongenital dan didapat. MAV yang didapat terjadi akibat thrombosis
neurofibromatosis, dll)
aneurisma)
2.2.5. Patofisiologi
Aneurisma intrakranial khas terjadi pada titik-titik cabang arteri serebral utama.
Hampir 85% dari aneurisma ditemukan dalam sirkulasi anterior dan 15% dalam
14
sirkulasi posterior. Secara keseluruhan, tempat yang paling umum adalah arteri
bifucartio cerebri. Dalam sirkulasi posterior, situs yang paling lebih besar adalah di
Pada umumnya aneurisma terjadi pada sekitar 5% dari populasi orang dewasa,
selama waktu yang relatif singkat dan baik pecah atau mengalami perubahan
sehingga aneurisma yang utuh tetap stabil. Pemeriksaan patologis dari aneurisma
Sebaliknya, aneurisma yang utuh memiliki hampir dua kali kandungan kolagen dari
jawab atas stabilitas relatif yang diamati dan untuk resiko rupture menjadi rendah.9
15
keseluruhan, aneurisma yang ruptur cenderung lebih besar daripada aneurisma yang
tidak rupture.9
Puncak kejadian aneurisma pada PSA terjadi pada dekade keenam kehidupan.
Hanya 20% dari aneurisma yang rupture terjadi pada pasien berusia antara 15 dan
45 tahun. Tidak ada faktor predisposisi yang dapat dikaitaan dengan kejadian ini,
Hampir 50% dari pasien yang memiliki PSA, ketika dianamnesis pasti memiliki
riwayat sakit kepala yang sangat berat atau sekitar 2-3 minggu sebelum perdarahan
besar. Hampir setengah dari orang-orang ini meninggal sebelum tiba di rumah sakit.
Puncak kejadian perdarahan berikutnya terjadi pada 24 jam pertama, tetapi tetap
Gejala yang umum dijumpai adalah nyeri kepala hebat yang dirasakan pasien,
namun lokasi perdarahan yang berbeda setiap orang akan membuat klinis menjadi
2. Hilangnya kesadaran
3. Fotofobia
4. Meningismus
16
Sebenarnya, sebelum muncul tanda dan gejala klinis yang hebat dan mendadak
tadi, sudah ada berbagai tanda peringatan yang pada umumnya tidak memperoleh
tanda peringatan tadi dapat muncul beberapa jam, hari, minggu, atau lebih lama lagi
kemudian hilang dengan sendirinya (30-60%), nyeri kepala disertai mual, nyeri
seperti “disambar petir”. Sementara itu, aneurisma yang membesar (sebelum pecah)
dapat menimbulkan tanda dan gejala sebagai berikut: defek medan penglihatan,
gangguan gerak bola mata, nyeri wajah, nyeri orbital, atau nyeri kepala yang
terlokalisasi.10
defek medan penglihatan, penurunan visus, dan nyeri wajah disuatu tempat.
Aneurisma pada arteri karotis internus didalam sinus kavernosus, bila tidak
kelemahan lengan fokal, atau rasa baal. Aneurisma pada bifukarsio basiaris dapat
bagian dan lokasi perdarahan. Pecahnya aneurisma dapat menimbulkan PSA saja
17
Dengan demikian tanda klinis dapat bervariasi mulai dari meningismus ringan,
nyeri kepala, sampai defiist neurologis berat dan koma. Sementara itu, reflek
Gangguan fungsi luhur, yang bervariasi dari letargi sampai koma, biasa terjadi
pada PSA. Gangguan memori biasanya terjadi pada beberapa hari kemudian.
Disfasia tidak muncul pada PSA tanpa komplikasi, bila ada disfasia maka perlu
demensia dan labilitas emosional, khususnya bila lobus frontalis bilateral terkena
c)meningkatnya TIK.
Gangguan fungsi motorik dapat berkaitan dengan PSA yang cukup luas atau
besar, atau berhubungan dengan infark otak sebagai akibat dari munculnya
Iskemik otak yang terjadi kemudian merupakan ancaman serta pada penderita
sirkulus Willisi yang terpapar darah akan mengalami vasospasme yang berlangsung
18
2.2.7. Diagnosis
hingga 53%. Karena itu, setiap keluhan nyeri kepala akut harus selalu dievaluasi
Maka dari itu faktor resiko terjadinya PSA perlu diperhatikan seperti pada tabel
berikut:
Pada pemeriksaan fisik dijumpai semua gejala dan tanda seperti yang dijelaskan
lainnya, seperti:2
1. CT Scan
mendekati 100% jika dilakukan dalam 12 jam pertama setelah serangan tetapi akan
19
Gambar CT Scan Perdarahan Subarachnoid
2. Pungsi Lumbal
meningkat, bahkan perdarahan kecil kurang dari 0,3 mL akan menyebabkan nilai
serebrospinal.2
3. Angiografi
serta sensitivitas dan spesifitasnya lebih tinggi. Evaluasi teliti terhadap seluruh
pembuluh darah harus dilakukan karena sekitar 15% pasien memiliki aneurisma
20
multiple. Foto radiologic yang negative harus diulang 7-14 hari setelah onset
batang otak. Adapun parameter klinis yang dapat dijadikan acuan untuk intervensi
dan prognosis pada PSA seperti skala Hunt dan Hess yang bisa digunakan.2
2.2.8. Tatalaksana
pembedahan atau tindakan intravascular lain. Jalan napas harus dijamin aman dan
pemantauan invasive terhadap central venous pressure dan atau pulmonary artery
pressure, seperti juga terhadap tekanan darah arteri, harus terus dilakukan.2
dilakukan secara hati-hati dan pelan-pelan, dapat diberikan analgesik dan pasien
21
Beberapa obat yang dapat diberikan untuk menurunkan tekanan intracranial
seperti:
lainnya. Tekanan darah harus dijaga dalam batas normal dan jika perlu diberi obat-
rekomendasi saat ini menganjurkan penggunaan obat-obat anti hipertensi pada PSA
tetapi sampai saat ini belum ada kesepakatan berapa nilai amannya. Analgesic
Dua faktor penting yang dihubungkan dengan luaran buruk adalah hiperglikemia
dan hipertermia, karena itu keduanya harus segera dikoreksi. Profilaksis terhadap
thrombosis vena dalam (deep vein thrombosis) harus dilakukan segera dengan
22
2.2.9. Komplikasi
perdarahan subarachnoid. Tanda dan gejala vasospasme dapat berupa status mental,
dengan dua pola utama, yaitu infark kortikal tunggal dan lesi multiple luas.2
harus dipertahankan >100 mmHg untuk semua pasien selama ±21 hari. Sebelum
ada perbaikan, tekanan darah sistolik harus dipertahankan dibawah 160 mmHg dan
selama ada gejala vasospasme, tekanan darah sistolik akan meningkat sampai 1200-
220 mmHg. Selain vasopasme dan perdarahan ulang, komplikasi lain yang dapat
2.2.10. Prognosis
Sekitar 10% penderita PSA meninggal sebelum tiba di RS dan 40% meninggal
tanpa sempat membaik sejak awitan. Tingkat mortalitas pada tahun pertama sekitar
60%. Apabila tidak ada komplikasi dalam 5 tahun pertama sekitar 70%. Apabila
tidak ada intervensi bedah maka sekitar 30% penderita meninggal dalam 2 hari
pertama, 50% dalam 2 minggu pertama, dan 60% dalam 2 bulan pertama.10
lokasi dan jumlah perdarahan serta ada tidaknya komplikasi yang menyertai.
Disamping itu usia tua dan gejala-gejala yang berat memperburuk prognosis.
23
Seseorang dapat sembuh sempurna setelah pengobatan tapi beberapa orang juga
Prognosis yang baik dapat dicapai jika pasien-pasien ditangani secara agresif
pengobatan, seperti:13
2.3. HIPONATREMIA
Keseimbangan natrium yang terjadi dalam tubuh diatur oleh 2 mekanisme yaitu:
dalam urin.14,15
24
Hiponatremia merupakan gangguan elektrolit tersering yaitu keadaan dimana
kadar serum natrium <135 mmol/L. Gejala hiponatremia meliputi mual, muntah
letargi, disorientasi, kebingungan dan jika parah dimana kadar natrium <120
mmol/L dapat menyebabkan kejang, herniasi sentral, koma dan bahkan kematian.14
- Hiponatremia Akut
Bila kejadian hiponatremia berlangsung cepat yaitu kurang dari 48 jam. Pada
keadaan ini akan terjadi gejala yang berat seperti penurun kesadaran dan
kejang. Hal ini terjadi akibat adanya edema sel otak karena air dari ekstrasel
masuk ke intrasel yang osmolalitasnya lebih tinggi. Kelompok ini disebut juga
- Hiponatremia Kronik
Bila kejadian hyponatremia berlangsung lambat yaitu lebih dari 48 jam. Pada
keadaan ini tidak terjadi gejala yang berat seperti penurunan kesadaran atau
kejang, gejala yang terjadi hanya ringan seperti lemas atau mengantuk.
Penatalaksanaan Hiponatremia15
dengan cara :
25
- Pemeriksaan osmolalitas urin atau dapat juga dengan memeriksa berat jenis
urin
- Pemeriksaan natrium, kalium, klorida dalam urin untuk melihat jumlah eksresi
sebanyak 5 meq/L dari kadar natrium awal dalam waktu 1 jam. Setelah itu
kadar natrium plasma dinaikkan sebesar 1 meq/L setiap 1 jam sampai kadar
natrium darah mencapai 130 meq/L. Rumus yang dipakai untuk mengetahui
jumlah natrium dalam larutan natrium hipertonik yang diberikan adalah 0,5 x
berat badan (kg) delta Na. Delta Na adalah selisih antara kadar natrium yang
meq/L setiap 1 jam maksimal 10 meq/L dalam 24 jam. Bila delta Na sebesar 8
adalah sama dengan diatas. Natrium yang dibeikan dapat dalam bentuk natrium
26
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
TEORI KASUS
Definisi : Pasien datang dengan keluhan penurunan
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal kesadaran sejak 1 hari smrs secara tiba-tiba
maupun global akut, berlsangsung lebih dari 24
jam. . Stroke dengan defisit neurologik yang
terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh
perdarahan otak.
27
Pemeriksaan Penunjang : Pada pasien hanya dilakukan pemeriksaan
- CT-Scan CT Scan saja.
- Pungsi Lumbal
- Angiografi
28
DAFTAR PUSTAKA
29