FAHR DISEASE
Disusun oleh :
dr. Rezi Nurul Ilman Maulani
Pembimbing :
dr. Indra Gunawan., Sp. S
SINGAPARNA
2018
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Usia : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sukaratu
No.RM : 19-05-30-06
Tanggal Masuk : 02-01-2019
Jam Masuk IGD : 11.05 WIB
Ruang Perawatan : Muzdalifah
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar keluarganya ke IGD RS SMC dengan
dan ada muntah sebanyak 1 kali. Keluhan lemah di tangan dan kaki (-),
bicara rero (-), mulut mencong (-). Riwayat trauma di kepala (-).
Pada saat di IGD, kurang lebih sekitar 5 menit pasien tiba2 kejang.
Pada saat kejang kedua mata pasien tertutup dan hanya tangan kanan saja
yang terhentak hentak, sedangkan tangan kiri dan kedua kaki diam.
Menurut keluarganya, pasien di rumah sering kejang tetapi tidak
dirumah biasanya sekitar 10 menit dan pada saat kejang pasien tidak
1
Menurut anaknya yg serumah, pasien juga sering tiba2 lupa seperti
orang pikun dan terkadang pasien lupa jalan pulang ke rumah jika sudah
nama orang termasuk nama keluarganya dan nama2 tempat yang baru saja
pasien datangi. Selain itu, kedua kaki pasien sering mengeluhkan terasa
terdapat gerakan kedutan yang muncul terus menerus dan tidak bisa
dihentikan oleh pasien sejak 1 tahun setelah stroke sekitar 10 tahun yang
normal kembali
2
- Kepala : Normocephal
- Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor
- Hidung : Simetris, deviasi septum (-), massa (-), sekret (-), PCH (-)
- Telinga : Sekret -/-, deformitas (-), massa (-)
- Mulut : Mukosa basah, deviasi (-)
- Leher : Trakea letak sentral, pembesaran KGB (-), pembesaran
tiroid (-), pembesaran JVP (-).
- Thorax :
o Inspeksi: Pergerakan dan bentuk dada simetris
o Palpasi : Pergerakan dada simetris, vocal fremitus kiri = kanan
o Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
o Auskultasi :
Pulmo : VBS (+) kanan=kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : BJ S1, S2 murni regular, murmur (-), gallops (-)
- Abdomen :
o Inspeksi : Datar, scar (-), jejas (-), massa (-)
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
o Perkusi : Timpani
o Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muskular (-), hepar
dan lien
tidak teraba membesar.
- Ekstremitas : Akral hangat CRT <2 detik, edema tungkai (-)
d. Status Neurologis
- Meningeal sign
o Kaku kuduk : negatif
o Laseque : negatif
o Kernig : negatif
o Brudzinski I-IV: negatif
- Cranial Nerve (CN) :
I (Olfaktorius) : Tidak Dilakukan
II (Optikus)
- Tajam Penglihatan : Tidak Dilakukan
- Lapang Pandang : Tidak Dilakukan
III, IV, VI (Okulomotorik)
- Gerakan Bola Mata : Tidak Dilakukan
- Pupil : Bulat, isokor diameter 3 mm/ 3 mm, Refleks cahaya +/+
V (Trigeminus )
VII (Fasialis)
3
- Kerut dahi : Simetris
VIII (Vestibulokoklear)
XI (Assessories)
XII (Hipoglosus)
- Motorik
4
Kanan Kiri Kanan Kiri
Kekuatan 3 3 3 3
Lateralisasi - - - -
- Sensorik
- Reflek Fisiologi
` Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Radiobrachialis + +
Pattela + +
Achilles + +
- Reflek Patologis
Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Sheiffer - -
Rossolimo - -
5
Mendel-bechterew - -
Hoffman-trommer - -
B. EKG
6
Hasil : Normal Sinus Rhytm
7
Hasil Ekspertise Radiologi :
- Jaringan lunak extracalvarial masih dalam batas normal
- Calvarium masih tampak baik
- Sulci corticalis dan fissure sylvii tampak normal
- Ventrikel lateralis, III dan IV, posisi dan bentuk serta ukuran normal
- Cysterna ambiens dan basalis normal
- Tampak bayangan kalsifikasi di ganglia basalis dan intraserebelum
bilateral
- Tidak tampak adanya lesi yang memberikan densitas patologis di
8
Kesimpulan : Fahr Disease
9
Tanggal S O A P
02/01/2019 - Penurunan kesadaran tiba2 Kesadaran : Somnolen Susp. Stroke - O2 3-4 lpm
Jam 11.05 sejak 1 hari smrs, Muntah(+), GCS : 11 perdarahan dd/ susp. - IVFD Ring as asnet
IGD nyeri kepala (+). TD : 180/100 stroke berulang - Citicholin 1x1gr
- Riw. Stroke (+) 10 thn yll. Riw. N: 86 dd/susp. Ensefalitis - Diazepam 1x5mg iv
HT terkontrol dgn captopril R : 20 - Konsul dr. Indra., Sp.S
- Di IGD pasien tiba2 kejang. S : 37.2
SpO2: 97%
Motorik : lateralisasi (-)
Refleks fisiologis (+)
Refleks patologis (-)
10
02/01/2019 - Pasien sadar. Nyeri kepala (+). Kesadaran : CM Susp. Epilepsi pasca Advis dr. Indra., Sp.S
Jam 12.30 Kejang (-) GCS : 15 stroke dd/ status -Loading fenitoin 18 mg/kgbb
IGD - Riwayat kejang sebelumnya di Motorik : ekstremitas atas 5|5, epileptikus dd/ habis dlm 20 menit
rumah (+). ekstremitas bawah 5|5 susp.stroke perdarahan -M20 200-150-150
Refleks fisiologis (+) -Citicholin 2x1 gr iv
Refleks patologis (-) -Valisanbe bila kejang
Tic pada wajah sebelah kanan -Rawat
-CT Scan Kepala NK
V. FOLLOW UP PASIEN SELAMA PERAWATAN DI RS SMC
Tanggal S O A P
03/01/2019 Kejang (-), nyeri kepala Kesadaran : CM - Epilepsi pasca stroke - IVFD Ring.As asnet
Rawat Inap (+), nyeri perut (+), mual GCS :15 dd/ status epileptikus - Citicholin 2x1 gr iv
(+), muntah (-) TD :180/100 - Tic Facialis dextra - M20 200-150-150
N : 88 - Valisanbe bila
NT epigastrik (+) kejang
Motorik : ekstremitas atas 5|5, - CT Scan Kepala NK
ekstremitas bawah 5|5 - Fenitoin 3 x 100 mg
Refleks fisiologis (+) p.o
Refleks patologis (-)
Tic pada wajah sebelah kanan
11
04/01/2019 Kejang (-), nyeri perut (+), Kesadaran : CM - Epilepsi pasca stroke - IVFD Ring.As asnet
Rawat Inap mual (+), nyeri kepala (+) GCS :15 dd/ status epileptikus - Citicholin 2x1 gr iv
TD :170/90 - Tic Facialis dextra - M20 200-150-150
N : 84 - Valisanbe bila
Nyeri epigastric (+) kejang
Tic pada wajah sebelah kanan - Fenitoin 3 x 100 mg
p.o
- Follow up hasil CT
Scan Kepala NK
05/01/2019 Kejang (-), nyeri kepala Kesadaran : CM - Epilepsi pasca - IVFD Ring.As asnet
Rawat Inap (+), mual (+) GCS :15 stroke dd/ status - Citicholin 2x1 gr iv
TD : 200/110 epileptikus - M20 200-150-150
N : 88 - Tic Facialis dextra - Valisanbe bila
Nyeri epigastric (+) kejang
Tic pada wajah sebelah - Fenitoin 3 x 100 mg
kana - Follow up hasil CT
Scan Kepala NK
12
06/01/2019 Kejang (-), sakit kepala (+), Kesadaran : CM Fahr Disease - IVFD Ring.As asnet
Rawat Inap mual (-) GCS :15 - Citicholin 2x1 gr iv
TD : 180/100 - M20 200-150-150
N : 88 - Valisanbe bila
Tic pada wajah sebelah kejang
kanan - Fenitoin 3 x 100 mg
Hasil CT Scan : Fahr
disease
07/01/2019 Kejang (-), Sakit Kepala (+) Kesadaran : CM Fahr Disease - BLPL
Rawat Inap GCS :15 - Obat Pulang :
TD : 180/100 Natto 1x1
N : 88 Pletaal 2x10mg
Tic pada wajah sebelah Mucosta granul 3x1
kanan VIPalbumin 3x1
13
VI. DIAGNOSIS KERJA
Fahr Disease
VII.PENATALAKSANAAN
A. IGD
- Non Farmakologi :
- O2 3-4 lpm via nasal canul
- IVFD Ring.as asnet
- Farmakologi :
- Citicholin 1x1gr
- Diazepam 1x5mg iv
- Loading fenitoin 18 mg/kgbb habis dlm 20 menit
- M20 200-150-150
B. Ruang Perawatan Pasien
- Non-Farmakologi :
- IVFD Ring.As asnet
- Farmakologi :
- Citicholin 2x1 gr iv
- M20 200-150-150
- Valisanbe bila kejang
- Fenitoin 3 x 100 mg p.o
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
BAB II
TEORI FAHR DISEASE DAN PEMBAHASAN KASUS
A. DEFINISI
Penyakit Fahr pertama kali dicatat oleh ahli saraf Jerman bernama Karl
Theodor Fahr pada tahun 1930. Fahr disease atau dikenal sebagai bilateral
daerah otak yang mengendalikan gerakan, termasuk ganglia basal dan korteks
serebral.
Penyakit ini jarang ditemukan, 60% diturunkan secara genetik dominan
(diidentifikasi pada lokus 14q, kromosom 8, dan kromosom 2). Dalam kasus lain,
kondisi ini tampaknya sporadis. Beberapa ahli berpendapat bahwa kondisi ini
Pada Kasus :
14
Hasil CT Scan pada pasien menunjukkan adanya deposit kalsium yang ditandai
bilateral.
Pasien, tidak diketahui apakah dikeluarganya ada yang memiliki penyakit yang
sama denga pasien atau tidak sebelumnya, karena fahr disease ini sebagian besar
B. EPIDEMIOLOGI
- Prevalensi kejadian fahr diasease adalah <1/1.000.000
- Biasanya usia saat timbulnya gejala klinis adalah 40 hingga 60 tahun
Pada Kasus :
Berdasarkan teori bahwa epidemiologi fahr disease ini muncul pada usia 40
sampai 60 tahun dan pada kasus pasien saat ini berusia 56 tahun, sehingga sesuai
dalam kategori range usia munculnya fahr disease berdasarkan teori epidemiologi.
C. KLASIFIKASI
- Primer familial cerebral ferrocalcinosis or primary familial brain
Pada Kasus :
Berdasarkan klasifikasi menurut teori diatas, pasien ini tidak ada penyebab
D. MANIFESTASI KLINIS
15
Pasien dengan penyakit Fahr disease sering disertai dengan gangguan
dan demensia.
Ada beberapa gejala-gejala yang muncul pada pasien dengan Fahr disease,
diantaranya adalah:
- Movement symptom Berjalan sempoyongan, bicara lebih lambat dari
disengaja, otot-otot yang kram, Lengan dan kaki kaku (spasticity), tremor,
kenyataan, Dementia
- Gejala lainnya Kelelahan, Migrain, Kejang, Vertigo atau pusing,
Pada Kasus :
Terdapat beberapa gejala yang muncul pada pasien ini yang sesuai dengan
E. KRITERIA DIAGNOSIS
- Kalsifikasi bilateral ganglia basalis
- Defisit neurologis yang progresif
- Tidak adanya kondisi metabolik, infeksi, toksin, riwayat traumatik yang
mendasari
- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa
16
Pada Kasus :
Terdapat beberapa kriteria diagnosis yang ditemukan pada pasien ini yang
sesuai dengan kriteria diagnosis fahr diasease sesuai dengan teori, daintaranya
adalah :
- Hasil CT scan kepala NK pada pasien terdapat kalsifikasi bilateral di
memori).
- Pada pasien terdapat gerakan involunter di wajah sebelah kanan
- Pasien tidak memiliki riw. penyakit hipo atau hiperparatiroid, tidak ada
setelah distimulasi dengan 200 micromoll PTH. Nilai positif apabila tejadi
kalibrasi padat dalam ganglia basal, materi putih subkortikal dari lobus
parietal posterior, dan inti dentate dari otak kecil otak kecil.
Dibawah ini merupakan salah satu contoh gambaran CT Scan pada pasien
Fahr disease :
17
basal ganglia,
thalamus, dentate nuclei,
subcortical white matter and
cerebellum
basal ganglia,
thalamus, dentate nuclei,
subcortical white matter and
cerebellum
basal ganglia,
thalamus, dentate nuclei,
subcortical white matter and
cerebellum
Gambaran CT Scan diatas menunjukkan adanya multiple kalsifikasi yang
dan cerebellum.
Pada Kasus :
18
Pada pasien ini tidak dilakukan semua pemeriksaan penunjang yang
hanya dilakukan pemeriksaan Lab (Hematologi rutin, gula darah sewaktu, dan
G. TATALAKSANA
Hingga saat ini belum ditemukan obat untuk penyakit Fahr ataupun
gejala psikotik.
Pada Kasus :
Pada pasien pun sama halnya dengan teori bahwa pengobatan fahr disease
H. PROGNOSIS
19
- Prognosis pasien dengan penyakit Fahr bervariasi pada setiap individu dan
Pada Kasus :
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam karena perubahan status neurologis
DAFTAR PUSTAKA
1. Chiu HF, Lam LC, Shum PP, Li KW. Idiopathic calcification of the
bangsal ganglia. Postgrad Med J 1993; 69(807):68-70
2. Familial idiopathic striopallidodentate calcifications.Ellie E, Julien J,
Ferrer X Neurology. 1989 Mar; 39(3):381-5
3. Niknejad MT dr and Dr Mai-Lan Ho et al. Fahr disease. TredMD.
https://radiopaedia.org/articles/fahr-syndrome-1
4. Benke T, Karner E, Seppi K, Delazer M, Marksteiner J, Donnemiller E.
Subacute dementia and imaging correlates in a case of Fahr’s disease. J
Neurol. Neurosurg. Psychiatr. 75 (8):1163-5.
Doi:10.1136/jnnp.2003.019547. PMC 1739167. PMID 15258221.
5. Hozumi I, Kohmura A, Kimura A, et al. 2010. High levels of copper, zink,
iron, and magnesium, but not calcium in the cerebros[inal fluid of patients
with Fahr’s disease. Case Rep Neurol 2010; 2(2): 46-51
6. Loeb JA. Functional improvement in a patient with cerebral calcinosis
using a bisphosphonate. Mov. Disord. 1998; 13(2): 345-9
7. Perez MA, Martin PE, Sarmieto GE, et al. Fahr’s disease and
Hypocalcemic Syndromes: Presentation of a Clinical Case. An Med
Interna 1992;9;495-7.
8. Munir KM. The Treatment of Psychotic Symptoms in Fahr’s disease with
Lithium Carbonate. J Clin Psychopharmacol 1986;6(1):36-8.
20