Oleh:
0100840168
PEMBIMBING:
SMF NEUROLOGI
JAYAPURA-PAPUA
2018
BAB I
IDENTITAS PASIEN
1.2 ANAMNESIS
AUTOANAMNESA(dengan pasien)
RIWAYAT PENYAKIT Keluhan Utama :
SEKARANG Kejang
Kronologis :
Pasien datang ke poliklinik Neuro RSUD Abepura dengan
keluhan kejang dan kontrol karena obat habis.
RIWAYAT PENYAKIT Pasien mengaku terakhir kejang pada tanggal 12 Agustus
DAHULU 2017, dari tahun 2017 hingga tahun 2018 pasien mengaku
tidak mengalami kejang.
Sebelumnya pasien sudah sering mengalami kejang, di mana
awalnya pasien mengalami kejang pertama kali pada usia 4
tahun sebanyak 2 kali, yang terjadi saat pasien demam. Kejang
berikutnya terjadi pada kurang lebih 8 bulan yang lalu, Saat
kejang di rumah, pasien tidak diberikan obat, karena setiap
kali kejang hanya berlangsung 2-3 menit dan berhenti dengan
sendirinya. Dari setiap kejang yang terjadi, pasien dapat
kembali sadar dan berespon dalam waktu < 5 menit.
Riwayat hipertensi (-),riwayat DM (-), riwayat hiperlipidemia
(-) riwayat kejang (+)( saat pasien berumur 4 tahun kejang
pertama kali). Riwayat trauma kepala, mual dan muntah
disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat epilepsi..
KELUARGA Riwayat darah tinggi, diabetes, riwayat sakit jantung (-),
riwayat hiperlipidemia (-)
RIWAYAT Riwayat merokok (-), riwayat minum alkohol (-)
KEBIASAAN
Motorik: baik
V Sensorik: V-1, V-2, V-3: +/+
Refleks kornea: +/+
Pemeriksaan motorik
Sikap : kepala & leher bungkuk ke depan, lengan dan tungkai fleksi (Bent
Posture)
Ekstremitas atas
- Tremor kasar (-)/(-), atrofi (+), fasikulasi (-)
- Kekuatan:
- Lengan kanan :4
- Lengan kiri :5
- Tonus otot
- Hipotonus dekstra/ Normotonus sinistra
- Rigiditas (-)/(-)
Ekstremitas bawah
- Tidak ditemukan atrofi, fasikulasi (-)
- Normotonus dekstra/ Normotonus sinistra
- Kekuatan:
Kaki kanan :5
Kaki kiri :5
Pemeriksaan sensorik
Ekstremitas atas : + /+
Ekstremitas bawah : +/+
Refleks fisiologis
➢ Bisep : +/+
➢ Trisep : +/+
➢ Patella : +/+
➢ Achilles : +/+
• Refleks patologis
➢ Babinski : -/-
➢ Chaddok : -/-
➢ Oppenheim : -/-
➢ Gordon : -/-
➢ Schaeffer : -/-
➢ Rosolimo : -/-
➢ Gonda : -/-
➢ Bing : -/-
➢ Stransky : -/-
1.5 RESUME
Seorang pria berumur 37 tahun datang ke poli saraf RSUD Abepura dengan
keluhan kejang kurang lebih 8 bulan lalu dan kontrol obat. Tangan kanan juga
dirasakan nyeri dan menjadi kaku. Pada pemeriksaan neurologis pada pemeriksaan
rangsang mningeal didapatkan kernig sign terdapat tahanan kurang dari 130 derajat ,
ransangan fisilogis normal, kesadaran compos mentis, E4V5M6.
1.6 DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Encephalomalacia + Epilepsi + Hidrocephalus Non Komunikans
1.7 TATALAKSANA:
1. Non medikamentosa
Edukasi
Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya, misalnya
pentingnya meminum obat teratur dan menghindari jatuh.Menimbulkan rasa simpati
dan empati dari anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikis mereka
menjadi maksimal.
2. Medikamentosa
- HCT Tab 1 x ½ tab (siang)
- Citikolin tab 2 x 500 mg (po)
- Carbamazepin 2 x 200 mg (po)
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg (po)
- Asam Folat 1 x 1 tab (po)
1.8 Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
A. ENCEPHALOMALACIA
2.1 PENDAHULUAN
Vitamin E adalah vitamin yang mudah larut dalam lemak. Vitamin E berfungsi
sebagai antioksidan biologis, menjaga struktur liida dalam mitokondria terhadap
kerusakan oksidatif, berfungsi dalam reaksi –reaksi fosforilisasi normal terutama
persenyawaan fosfat berenergi tinggi seperti fosfat keratin dan trifosfat adinosin,
dalam metabolism asam nukleatdalam sintesis asam askorbat ubikuinon dan
metabolism sulfur asam amino. Salah satu kasus yang sering terjadi akibat
defisiensi vitaminE adalah Distropsi otot pectoral, encepalomalacia diathesis
eksudatif.
2.2 Definisi
Encephalomalacia (Crazy chick deases) atau perlunakan pada otak yaitu pada
selubung myelin sel saraf. Bagian otak yang mengalami kerusakan paling parah,
berurutan mulai dari serebelum, corpus striatum, medulla oblongata dan
mensencepalon. Encephalomalacia meliputi : polimalaciayang merupakan
pelunakan yang terjadi pada lapisan abu-abu 9substansia gricea leucomalacia) yang
merupakan pelunakan pada substansi putih (substansi alba)
2.3 Penyebab
Perubahan patologi anatomi (PA) berupa pendarahan pada otot yang disebabkan oleh
rusaknya pembuluhdarah timus, ginjal, jaringan otot dan lambung. Duramater
membesar karena rangsangan air dan memperlihatkan pendarahan-pendarahan kecil
dipembuluh darah. Pada otak akan mengalami udem dan hemoragic yang disertai
dengan nekrosis dan degerasif saraf.
2.6 Diagnosa
Epilepsy merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh adanya bangkitan (seizure) yang
terjadi secara berulang sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara
intermiten, yang disebabkan oleh lepas muatan listrik abnormal dan berlebihan pada
neuron-neuron secara paroksismal yang disebabkan oleh beberapa etiologi.
Bangkitan epilepsi (epileptic seizure) merupakan manifestasi klinik dari bangkitan serupa
(stereotipik) yang berlangsung secara mendadak dan sementara dengan atau tanpa
perubahan kesadaran, disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak,
bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut (unprovoked).6
Hidrosefalus tipe obstruksi / non komunikans Terjadi bila CSS otak terganggu
(Gangguan di dalam atau pada sistem ventrikel yang mengakibatkan penyumbatan aliran
CSS dalam sistem ventrikel otak), yang kebanyakan disebabkan oleh kongenital : stenosis
akuaduktus Sylvius (menyebabkan dilatasi ventrikel lateralis dan ventrikel III. Ventrikel
IV biasanya normal dalam ukuran dan lokasinya). Yang agak jarang ditemukan sebagai
penyebab hidrosefalus adalah sindrom Dandy-Walker, Atresia foramen Monro,
malformasi vaskuler atau tumor bawaan. Radang (Eksudat, infeksi meningeal).
Perdarahan/trauma (hematoma subdural). Tumor dalam sistem ventrikel (tumor
intraventrikuler, tumor parasellar, tumor fossa posterior).
BAB III
KESIMPULAN
Pada kasus ditemukan pasien atas nama Tn. SH umur 37 tahun datang dengan keluhan
kejang kurang lebih 8 bulan SMRS. Kejang muncul tiba –tiba lamanya 2-3 menit. Kejang
pada lengan dan tungkai kaki kanan pasien, awalnya kaku lalu muncul gerakan seperti
menghentak-hentak, dan mata berkedip-kedip berlebihan. Saat setelah kejang pasien
langsung tertidur dan lupa kejadian saat pasien kejang, pasien sempat lupa orang
disekitarnya dan bingung saat ditanyai. Pasien mengaku lemas dan sulit untuk duduk.
Sebelumnya pasien sudah mengalami keluhan yang sama sejak pasien masih bersekolah
di Sekolah Menegah Pertama, namun kejang pertama kali pada sat pasien berusia 4
tahun. Kejang pertama muncul dirumah saat pasien berumur 4 tahun, kejang pada lengan
dan tungkai kanan berlangsung selama 2-3 menit.
Untuk tipe serangan, epilepsi dibagi menjadi 2 yaitu parsial dan umum. Pasien kejang
pada lengan dan tungkai kanan sehingga di golongkan dalam kejang parsial. Saat kejang
pasien sadar namun setelah kejang pasien tertidur dan lupa kejadian saat kejang. Kejang
engan penurunan kesadarah merupakan kejang kompleks. Lalu ditemukan saat kejang
gerakan tubuh pasien menghentak – hentak yang sesuai dengan kejang tonik. Sehingga
tipe kejang pada kasus ini adalah kejang tonik parsial simpleks – kompleks.
Penatalaksanaan pada kasus ini diberikan Benzodiazepin 50 mg, dengan dosis 1 x ½ tab,
Citicoli 500 mg pemberian 2 kali sehari, Hidrochlorthiazide (HCT) 50 mg diberikan ½
dengan dosis 1 hari sekali diberikan pada siang hari. Penatalaksanaan kejang pada kasus
ini sudah sesuai.
Prognosis pada kasus ini adalah baik namun kemungkinan menjadi buruk. Epilepsi
merupakan masalah neuroemergensi yang membutuhkan tatalaksana yang cepat dan
komprehensif. Di samping itu, evaluasi penyebab SE sangat penting untuk menentukan
prognosis. Oleh sebab itu pada kasus ini dianjurkan dilakukan pemeriksaan EEG.
DAFTAR PUSTAKA