Oleh :
Yolanda Ika P. Toam
0090840144
Pembimbing :
dr.Manoe Bernd P. SpKJ.MKes
1
IDENTITAS PASIEN
Usia : 25 th
Pendidikan : SMA
2
BAB I
LAPORAN PSIKIATRI
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke poli Psikiatri dengan keluhan susah tidur.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang sendiri ke Poli Psikiatri RSJ Abepura karena pasien
mengeluh susah tidur sejak ± 1 tahun, keluhan dirasakan semakin berat ± 4
bulan terakhir yang dirasakan pasien seperti merasa takut, dan semua
kegiatan yang pasien lakukan sepanjang hari akan muncul lagi dalam
pikiran sehingga pasien tidak bisa tidur sampai pagi, pasien coba untuk
tidur sebentar saja namun bangun lagi dan muncul kecemasan, kecemasan
pasien adalah untuk hari esok , melakukan aktifitas seperti ada beban
berat. Pasien juga mengatakan bahwa ketika sudah tidur kemudian kaget
bangun karena memiliki pikiran jahat (ingin punya rumah besar dan
menjadi pengusaha), selain itu ada perasaan takut jangan sampai melihat
bayangan orang yang sudah meninggal atau melihat hantu. Waktu tidur
pasien sebelum sakit seperti ini adalah pukul 21.00 atau 22.00 wit.
Sebelum Pasien sakit begini pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa ada
kaget bangun seperti yang dikeluhkan oleh pasien.
Selain itu Pasien juga mengaku tidak percaya diri saat tampil
didepan umum karena pasien adalah ketua tingkat di kampusnya dan ketua
pemuda di gereja, pasien sering merasa takut, berkeringat (keringat dingin)
jika tiba-tiba diminta untuk berbicara didepan umum sampai tidak dapat
berbicara dengan baik. Keluhan pasien yang lain lagi adalah pasien tidak
dapat fokus jika pasien belajar atau membaca buku. Pasien juga mengaku
bahwa sering sekali punya rasa untuk memiliki buku yang bukan milik
3
pasien hanya untuk kesenangannya saja jika melihat buku di perpustakaan
daerah.
Masa kecil pasien kurang bagus karena sewaktu pasien kecil kira-
kira kelas 3 SD pasien adalah seorang pencuri di kampungnya, pasien
sudah sering sekali mencuri dan ketahuan, dulunya ketika pasien ketahuan
mencuri masyarakat tidak memukulnya tetapi hanya memarahi. Kegiatan
mencuri ini berlangsung terus hingga pasien kelas 6 SD setelah itu pasien
tidak lagi mencuri sampai sekarang.
Pasien mulai konsul ke RSJ Abepura pada tanggal 10-8-2017 setelah
konsultasi ke dokter dan diberikan obat, pasien mengaku masih sedikit
susah tidur dan masih sering kaget bangun. Pasien diminta untuk kontrol
ulang tanggal 22-8-2017.
e. Riwayat Keluarga
Pada keluarga pasien tidak ada yang sakit sama seperti pasien.
4
Ganogram :
Keterangan
Perempuan :
Laki-laki :
Pasien :
Meninggal :
Sakit yang sama seperti pasien:
f. Riwayat Pribadi
1. Masa kanak-kanak (awal, pertengahan dan akhir) : Pasien mengaku bahwa
waktu kelas 3 SD pasien sering mencuri dan dimarahi oleh masyarakat
sekitar.
- Riwayat sekolah : pendidikan terakhir pasien SMA.
2. Masa dewasa
- Riwayat kuliah : pasien saat ini kuliah di Stie Ottow Geisler Kotaraja
di jurusan biologi murni semester 5.
- Riwayat pekerjaan : belum bekerja
- Aktivitas sosial : interaksi dengan teman atau orang sekitar baik.
- Seksualitas Dewasa : pasien belum menikah sehingga belum mengerti
tentang kehidupan seksual.
5
1.2 STATUS PSIKIATRIKUS
c. Penampilan Wajar, tampak rapi dan Pasien laki-laki dengan postur tubuh sedang,
bersih. menggunakan kaos berwarna hitam polos,
menggunakan celana panjang training
berwarna biru, memakai sandal jepit dan
membawa noken kecil. Tampak bersih.
6
Kecepatan bicara :
berbicara
sedang
l. Memori & Konsentrasi : baik Perhatian pasien pada saat berbicara sangat
fungsi kognitif fokus.
7
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pasien
ditemukan adanya masalah yang muncul yang mengakibatkan perubahan sikap,
perilaku dan emosi pada pasien. Perubahan pola perilaku dan psikologis pada
pasien saat ini memenuhi Kriteria diagnostik F41.0 Gangguan Panik dan F40.1
Fobia Sosial berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Gangguan Jiwa di
Indonesia.
a. Diagnosis Banding : - F32.2 Episode Depresi berat tanpa gejala psikotik
-F 60.1 Gangguan kepribadian Skizoid
b. Diagnosis multiaxial
Axis I : Belum ada
Axis II : Belum ada
Axis III : Tidak ada
Axis IV : Masalah dalam belajar pasien sering tidak dapat fokus.
Axis V : GAF 70 terdapat beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum
masih baik.
1.4 PROGNOSIS
a. Ad vitam : dubia at bonam
b. Ad fungsionam : dubia at bonam
c. Ad sanationam : dubia at bonam
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi rasa sesak di dada, tidak
nyaman pada perut, dan gelisah. Rasa cemas dapat datang dari eksternal atau
pikiran seseorang.1,2
terhadap rasa gugup atau takut. Selain dari gejala motorik dan visceral, rasa cemas
tersebut menyebabkan rasa bingung dan distorsi persepsi. Distorsi ini dapat
9
mengganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan perhatian,
hal dengan lainnya. Aspekyang penting pada rasa cemas, umumnya orang dengan
rasa cemas akan melakukan seleksi terhadap hal-hal disekitar mereka yang dapat
cemas.2
Anxiety” bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bahwa suatu
tingkatan rendah intensitas karakter fungsinya sebagai suatu siinyal yang akan
Rasa cemas dianggap timbul sebagai respon dari stimulus lingkungan yang
spesifik. Contohnya, seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh ibunya yang
ibunya. Melalui proses generalisasi, ia akan menjadi tidak percaya dengan wanita,
yang bersifat kronis. Inti dari eksistensi adalah seseorang merasa hidup didalam
10
dunia yang tidak bertujuan. Rasa cemas adalah respon mereka terhadap rasa
- Neurotransmitter. 2
2.3.4 Neurotransmiter
primer pada locus ceruleus pada rosral pons, dan memiliki akson yang menjurus
tersebut menimbulkan rasa takut dan bila dilakukan inhibisi, primate tersebut
tidak menunjukan adanya rasa takut. Studi pada manusia, didapatkan pasien
panic secara lebih sering dan lebih berat. Kebalikanya, clonidine, agonis reseptor
2.3.5 Serotonin
11
Ditemukannya banyak reseptor serotonin telah mencetuskan pencarian
kemungkinan relasi antara serotonin dan rasa cemas. Sel-sel tubuh yang memiliki
brainstem dan menuju pada korteks serebri, system limbic, dan hipotalamus.2
2.3.6 GABA
Peran GABA pad gangguan cemas sangat terlihat dari efektifitas obat-obatan
Pada suatu studi struktur dengan CT Scan dan MRI menunjukan peningkatan
benzodiazepine. Pada suatu studi MRI, sebuah defek spesifik pada lobus temporal
kanan ditemukan pada pasien dengan gangguan serangan panic. Beberapa studi
hemisfer kanan otak, tapi tidak ada pada hemisfer kiri. fMRI,SPECT, dan EEG
cemas yang ditemukan juga pada area oksipital, temporal, dan girus hippocampal.
12
Pada gangguan obsesif kompulsif diduga terdapat kelainanan pada nucleus
adalah :
- Gastrointestinal (diare)
- Respirasi (takipneu)
System saraaf otonom pada pasien dengan gangguan cemas, terutama pada pasin
yang beradaptasi lambat pada stimuli repetitive dan berlebih pada stimuli yang
cemas.2
Korteks serebri
cemas. Korteks temporal juga dikaitkan dengan gangguan cemas. Hal ini diduga
karena adanya kemiripan antara presentasi klinis dan EEG pada pasien dengan
System Limbik
juga memiliki reseptor GABA dalam jumlahyang banyak. Ablasi dan stimulasi
13
pada primatajuga menunjukan jikalau system limbic berpengaruh pada respon
cemas dan takut. Dua areapada system limbic menarik perhatian peneliti, yaktni
kompulsif.
3. Fobia spesifik
4. Fobia social
5. Gangguan obsesif-kompulsif
14
Gangguan panik adalah satu perasaan serangan cemas mendadak dan terus
dengan ketakutan yang hebat secara tiba-tiba. Gangguan panic disebut juga
2.5.2 Epidemiologi
2.5.3 Etiopatogenesis
untuk mencetuskan serangan panic pada pasien dengan gangguan panik. Sistem
saraf otono pada sejumlah pasien dengan gangguan panic dilaporkan menunjukan
Serotonin, dan Gama AminoButyric Acid (GABA) Zat-zat yang bisa menginduksi
15
- Bahan Neurokimiawi yang bekerja melalui system Neurotransmiter
- Isoproterenol.
dizigot.4,6,7,8
dipelajari dari perilaku orang tua atau melalui proses kondisioning klasik yang
stimulus tersebut.4,6,9
16
Teori psikososial : serangan panic, muncul karena gagalnya pertahanan
onset cepat. Gejala mencapai puncaknya dalam 10 menit, tapi bisa juga dalam 10
menit, tapi juga bisa dalam beberapa detik. Pasien mengeluh nafas pendek, sesak
napas, tremor, pusing, merasa panas atau dingin, ada depersonalisasi dan
sering dibawa ke IGD Rumah Sakit. Bilatidak diobati serangan panic akan
berulang dan pasien akan berulangkali mengunjungi doter atau seringkali dibawa
paniknya pernah terjadi terutama tempat kegiatan social atau tempat dimana susah
onsetcepat dan dursi sangat singkat, karena adanya gejala-gejala fisikpada waktu
stroke dan lain-lain. Kadang pasien berpikir mereka akan kehilangan control atau
menjadi gila.
percobaan bunuh diri pada pasien gangguan panic. Resiko bunuh diri tinggi pada
17
1. Adanya serangan panic yang tidak diharapkan secaraberulang-ulang.
2. Paling sedikit satu serangan panic diikuti dalam jangka waktu 1 bulan
C. Serangan panic tidak disebabkan oleh effek fisiologis langsung dari satu
(hipertiroid)
lain.
2.6.1 Definisi
lingkungan, atau situasi yang spesifik. Fobia social adalah ketakutan yang kuat
fobia yang spesifik dapat mengantisipasi bahaya, seperti digigit anjing, atau
18
mungkin dapat menjadi panic pada saat berpikir kehilangan control,
Orang dengan fobia sosial (dikenal dengan social anxiety disorder) memiliki
dihadapan public, buang air kecil di toilet umum (shy bladder) dan berbicara
kepada teman kencan. Fobia social umum, yang sering kali kronik dan
yang lebih sering dapat sulit dibedakan dari avoidant personality disorder.2
2.6.2 Epidemiologi
antara 2-3/100 orang dimana kaum perempuan lebih sering mengalami fobia
kebalikannya. Puncak onset fobia social adalah pada masa remaja, namun berkisar
Fobia ditandai oleh kesadaran akan kecemasan yang berat ketika pasien
terpapar situasi atau objek spesifik. DSM-IV-TR menyatakan bila serangan panic
dapat terjadi pada pasien dengan fobia spesifik atau fobia social,namun mereka
19
sudah mengetahui kemungkinan terjadinya serangan panic tersebut. Paparan
irasional dan ego-distonik terhadap situasi, aktifitas atau obje tertentu. Pasien
Menurut DSM-IV-TR untuk fobia social dinyatakan bahwa fobia social dapat
yang bersifat menyeluruh yang berguna untuk menentukan terapi, prognosis, dan
gejala yang timbul merupakan akibat dari penghindaran sosialisasi karena rasa
2.6.5 Penatalaksanaan
Terapi perilaku
Salah satu terapi yang paling sering digunakan dan dipelajari adalah terapi
20
Psikoterapi
Terapi lainnya
Hypnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga berguna pada terapi gangguan
fobia. Hypnosis digunakan untuk meningkatkan sugesti ahli terapi bahwa objek
fobik tidaklah berbahaya, dan teknikhiposis diri diajarkan pada pasien sebagai
metode relaksai jika berhadapan dengan objek fobik. Psikoterapi suportif dan
terapi keluarga berguna dalam membantu pasien secara aktif menghadapi objek
terapi kombinasi dapat digunakan pada kasus fobia spesifik. Pasien dengan fobia
- Benzodiazepine
- Venlafaxine
21
- Buspirone
Diagnosis banding untuk fobia social adalah gangguan depresi berat dan
social.3
BAB III
PEMBAHASAN
panik dengan fobia social seperti merasa cemas, susah tidur, tidak percaya diri
atau gugup jika tampil di depan umum sampai keringat dingin, jika belajar atau
mendadak dan terus menerus disertai perasaan perasaan akan datangnya bahaya /
bencana, ditandai dengan ketakutan yang hebat secara tiba-tiba. Gangguan Panik
ketakutan yang kuat dan menetapterhadap situasi yang memalukan dapat terjadi.
22
Diagnosisfobia social memerlukanpeningkatan intensitas cemas, bahkan sampai
pada titik panic, saat dihadapkan pada objek maupun situasi yang menakutkan.
Pasien datang ke poli psikiatri RSJD Abepura dengan keluhan susah tidur,
memikirkan harus punya rumah yang besar dan jadi pengusaha,kemudian pasien
juga merasa tidak percaya diri saat tampil didepan umum, sering berkeringat bila
terakhir. Pasien juga sulit untuk fokus pada bacaan atau pelajarannya. Pasien tidak
celah sinaps antar neuron, sehingga pada awalnya terjadi peningkatan serotonin
dan “onset of action” yang lebih cepat. Pengatran dosis, dosis efektif untuk
Aprazolam pada umumnya sekitar 4mg/hari, pada beberapa kasus dapat mencapai
23
DAFTAR PUSTAKA
FKUI.2010. H; 235-241.
74.
5. Taylor, CT; Pollack, MH; LeBeau, RT; and Simon,NM : Anxiety Disorder
433.
24
6. Han,J. Park, M; Hales, RE.: Anxiety Disorders in Lippincott’s Primary
Care Psyc; hiatry edited by: Robert M.McCarron, Glen L.Xiong, James
79.
179.
25