Pembimbing :
dr Elisabeth Meyni Marpaung Sp.KJ
Disusun Oleh :
Maryon D Ayomi
SMF Psikiatri :
Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Sebagai salah satu syarat kelulusan Kepaniteran Klinik Madya pada bagian Ilmu
Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura.
.
Pada
Hari : Jumat
Penguji,
HALAMAN DEPAN………………………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………………….. ii
DATA EPIDEMIOLOGI……………………………………………………………………. iv
10
1.7 Prognosis………………………………………………………………………………... 13
Daftar Pustaka
DATA EPIDEMIOLOGI
Nama : Ny A. D.
Usia : 51 tahun
Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : Papua
Keterangan :
- Perempuan :
- Laki-laki :
- Pasien :
- Orang yang memiliki gangguan
perilaku seperti pasien :
- Tinggal serumah :
Pasien adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Suami pasien telah meninggal dunia
sejak ± 7 Tahun yang lalu. Pasien mempunyai 7 orang anak, pasien tinggal bersama
Pasien merasa dirinya sedang sehat – sehat saja. Pasien menyangkal bahwa dirinya
A. DESKRIPSI UMUM
C. EMOSI
E. PROSES BERPIKIR
Bentuk pikiran: Autistik Pasien hidup dalam dunianya sendiri dan secara
emosional terlepas dari orang lain
Waham:
Arus pikiran: Koheren
F. MEMORI & FUNGSI KOGNITIF
GCS : 15 (E4V5M6)
Nadi : 87 x/m
Respirasi : 20 x/m
Suhu : 36,60C
2. Status Internus
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), OC (-)
Leher : Pembesaran KGB (-/-), Peningkatan JVP (-/-)
Thorax : Paru : I : simetris, ikut gerak napas, retraksi (-/-)
P : v/f (Dextra = Sinistra)
P : sonor seluruh lapang paru
A: suara napas vesikuler, rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
Jantung : I : Ictus cordis (-)
P : Thrill (-)
P : Pekak
A: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-),
Abdomen : I : Supel, cembung
P : Hepar (tak teraba), Lien (tak teraba), nyeri tekan (-)
P : Timpani
A: Bising usus (+) normal (5-6 x/menit)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2”; edema (-/-), anemis (-/-), ikterik (-/-),
sianosis (-/-)
Genitalia : Tidak dilakukan evaluasi
3. Status Neurologis
Refleks Fisiologi : BTR (+/+), TPR (+/+), APR (+/+), KPR (+/+)
Refleks Patologi :Babinski (-/-), Chaddock (-/-), Gordon (-/-), Oppenheim (-/-),
Schaefer (-/-), Gonda (-/-)
5 5
Skizofrenia
- Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas,
serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetic, fisik,
dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik
dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) or
tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan
inetelktual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kemudian.
- Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a. “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
“thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar pikirannya (withdrawal); dan
“thought broadcasting” = isi pikirannya teriar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya
b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
“delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatau
kekuatan dari luar; atau
“delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas
merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus );
“delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik
- Suara halusinasi yang bermomentar secara terus-menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau polotik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca,atau berkomunikasi dengan
mahkluk asing dari dunia lain).
- Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
e. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus-menerus.;
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor;
h. Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang ajarang, dan
respon semosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
mediaksi neuroleptika;
- Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
- Harus ada suatau perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Skizofrenia paranoid
Diagnosis Aksis I :
Berdasarkan anamnesis, pasien tidak memiliki riwayat cedera kepala, riwayat tindakan
operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara langsung ataupun tidak langsung
mempengaruhi fungsi otak. Berdasarkan pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan kondisi
medis umum yang dapat mempengaruhi fungsi otak. Pasien tidak mengalami gangguan yang
bermakna yang menimbulkan gangguan jiwa. Oleh karena itu, gangguan mental organik (F00-
09) dapat disingkirkan.
Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif, seperti merokok, minum
alkohol dan pemakaian narkoba sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif (F10-19) dapat disingkirkan.
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan kedalam:
Gangguan Skizofrenia (berdasarkan PPDGJ III)
Pedoman diagnostik:
Persyaratan yang normal untuk diagnosis skizofrenia ialah harus ada sedikitnya satu
gejala tersebut di bawah yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih apabila
gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) dari gejala yang termasuk salah satu
dari kelompok gejala (a) sampai (d) tersebut di bawah, atau paling sedikit dua gejala
dari kelompok (e) sampai (h), yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu
1 bulan atau lebih.
(a) ‘thought echo’, ‘thought insertion atau withdrawal’, dan ‘thought broadcasting’
(b) Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of
influence), atau passivity yang jelas merujuk kepada pergerakan tubuh atau
pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations)
khusus : persepsi delusional
(c) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau jenis suara
halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
(d) Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar
serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau
politik, atau kekuatan dan kemampuan ‘manusia super’ (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)
(e) Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus menerus
(f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu
(posturing), atu fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor
(h) Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodoh (apatis), pembicaraan yang
terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial,
tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika
(i) Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak
bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self absorbed attitude) dan penarikan diri
secara sosial
Diagnosis aksis II
Untuk saat ini, diagnosis aksis II pada pasien belum dapat ditentukan.
Diagnosis aksis IV
Pada anamnesis didapatkan Masalah dengan “Primary Support Group” (keluarga)
Diagnosis aksis V
Skala GAF :
GAF HLPY : 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, sekolah, dll)
GAF saat masuk : 60-51 (gejala sedang (moderate), disabilitas sedang).
GAF saat ini: 90-81 (gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah
harian yang biasa).
EVALUASI MULTIAKSIAL
1.7 PROGNOSIS
a. Ad vitam : dubia ad bonam
b. Ad fungsionam : dubia ad bonam
c. Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
umum pasien menunjukan gejala psikosis namun tidak mengarah ke paranoid, hebefrenik dan
Skizofrenia
- Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas,
serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetic, fisik,
dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik
dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) or
tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan
inetelktual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kemudian.
- Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
i. “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
“thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar pikirannya (withdrawal); dan
“thought broadcasting” = isi pikirannya teriar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya
j. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
“delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatau
kekuatan dari luar; atau
“delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas
merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus );
“delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
k. Halusinasi auditorik
- Suara halusinasi yang bermomentar secara terus-menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
l. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau polotik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca,atau berkomunikasi dengan
mahkluk asing dari dunia lain).
- Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
m. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus-menerus.;
n. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
o. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor;
p. Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang ajarang, dan
respon semosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
mediaksi neuroleptika;
- Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
- Harus ada suatau perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Pedoman F20.3 Tentang Skizofrenia tak terinci,
Pedoman diagnostik :
1. Psikofarmasi
Terapi yang digunakan adalah obat anti psikotik tipikal dari golongan
benzodiazepine Haloperidol 2 x 5 mg oral dan obat anti ansietas Lorazepam (Merlopan 1
x 2 mg) Obat Anti psikotik yang bekerja merubah kerja zat kimia didalam otak atau
bekerja dengan membantu mengembalikan keseimbangan neurotransimiter diotak.
Digunakan untuk gejala kondisi psikotik seperti skizofrenia, sindrom Tourette, tic
disorder, psychomotor agitation, dan lainnya. Tidak digunakan pada penderita kondisi
psikotik yang berhubungan dengan dementia karena dapat menyebabkan kegagalan
jantung dan kematian tiba – tiba. Dapat mengurangi halusinasi dan meningkatkan
konsentrasi, membantu berpikir jernih dan positif tentang diri sendiri, mengatasi gugup,
meningkatkan mood, menjadi lebih aktif dalam kehidupan sehari – hari, tidur nyenyak,
meningkatkan nafsu makan, meningkatkan energi, membantu mencegah perubahan
suasana hati yang parah atau menurunkan seberapa sering perubahan suasana hati terjadi.
Pemberian obat anti psikotik harus disertai dengan pemerian anti – dotumnya yaitu
Triheksilpenidil (THP), pemberian ini untuk mencegah terjadi efek samping dari obat
anti- psikotik.
Indikasi : Parkinson, gangguan ekstrapiramidal yang disebabkan oleh SSP.
Mekanisme Kerja : menghambat re-uptake dopamin pada ujung saraf pre simpatik di
otak.
Dosis : 1 mg per hari, dinakkan bertahap. Dosis pemeliharaan 5-15 mg per hari,
terbagi dalam 3-4 kali pemberian.
Farmakokinetik: Tidak banyak data farmakokinetik yang diketahui mengenai obat
ini. Hal ini dapat dimengerti sebab saat obat ditemukan, farmakokinetika belum
berkembang. Sekarang obat ini kurang diperhatikan setelah ada levodopa, dan
bromokriptin. Kadar puncak triheksifenidil, prosiklidin dan biperiden tercapai
setelah 1-2 jam. Masa paruh eliminasi terminal antara 10 dan 12 jam. Jadi
sebenarnya pemberian 2 kali sehari mencukupi, tidak 3 kali sehari sebagaimana
dilakukan saat ini.
Kontraindikasi : retensi urin, obstruksi saluran cerna, glaukoma.
Efek samping : Pemberian obat THP dapat menimbulkan efek samping yang serius,
seperti munculnya kembali gejala psikotik berupa halusinasi, agresif, kebingungan
(psikosis toksik). selain itu, efek samping dari triheksifenidil yang bekerja
menghambat reseptor asetilkolin muskarinik dapat berupa gejala-gejala sebagai
berikut: pandangan mata menjadi kabur, konstipasi, produksi air liur berkurang,
fotofobia, berkurangnya produksi keringat, hipertermia, sinus takikardi, retensi urin,
penurunan daya ingat, mencetuskan asma, mencetuskan glaukoma sudut sempit,
menimbulkan hambatan ejakulasi, menimbulkan retrograt ejakulasi dan dapat
menimbulkan delirium hingga koma. THP juga dapat menimbulkan kebutaan akibat
komplikasi glaukoma sudut tertutup, terutama terjadi bila dosis harian melebihi 15-
30 mg sehari.
Khususnya pada pasien yang berada dalam risiko tinggi untuk mengalami efek
samping ekstrapiramidal (sebagai contoh, orang muda seperti pada pasien ini), suatu
obat antikolinergik harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai
profilaksis terhadap gejala gangguan pergerakan akibat medikasi anti-psikosis. Obat
pilihan yang digunakan adalah Trihexylphenidyl (THP). Dosis Trihexylphenidyl
(THP) yang digunakan yakni 1-3 x 2 mg/hari. Profilaksis dengan obat ini sebenarnya
tidak dianjurkan karena dapat mempengaruhi penyerapan / absorbsi obat anti-
psikosis sehingga kadarnya dalam plasma rendah dan dapat menghalangi manifestasi
gejala psikopatologis yang dibutuhkan untuk penyesuaian dosis anti psikosis agar
tercapai dosis efektif. Namun pada kasus ini karena pasien memiliki faktor
predisposisi terjadinya efek ektrapirammidal (yaitu usia muda) obat antikolinergik.
Untuk mengatasi EPS dapat diberikan obat antikolinergik, misalnya triheksifenidil,
sulfas atropine dan difenhidramin. Triheksifenidil merupakan obatantikolinergik
yang banyak digunakan untuk mengatasi EPS. Satu-satunya obat golongan
antikolinergik yang dijumpai sebagai obat tambahan antipsikotik adalah THP yang
merupakan senyawa piperidin. Daya antikolinergik dan efek sentralnya mirip atropin
namun lebih lemah, bekerja dengan cara mengurangi aktivitas kolinergik di kaudatus
dan puntamen yaitu dengan memblok reseptor asetilkolin. Berdasarkan pada alasan
itulah diberikannya obat THP dengan tujuan mengurangi efek samping dari
pemberian obat antipsikotik konvensional. Antipsikotik yang menyebabkan efek
samping berupa sindrom ekstra piramidal adalah chlorpromazine dan haloperidol.
Namun efek samping yang di timbulkan dari obat golongan ini cukup serius.
BAB III
KESIMPULAN
- Dimana pasien menunjukan gejala psikosis negatif, dan waham serta halusinasi tidak
begitu jelas.
1. Depkes RI, 1993, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III,
Jakarta: Depkes RI.
2. American Association, 2000. Diagnostic and statistical manual of mental disorders DSM-IV-
TR. New York: American Psychiatric Pub
3. Kaplan H.I, Sadock B.J, Greb J.A., 2010, Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis, Bina rupa Aksara, Jakarta
4. Maslim R., 2007, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, Ed-3, Jakarta: PT Nuh
Jaya