Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

Skizofrenia Tak Terdefinisi (F20.3)

Pembimbing :
dr Elisabeth Meyni Marpaung Sp.KJ

Disusun Oleh :
Maryon D Ayomi

SMF Psikiatri :
Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan dipresentasikan di hadapan penguji, Laporan Kasus berjudul


“Skizofrenia Tak Terdefinisi (F20.3)”

Sebagai salah satu syarat kelulusan Kepaniteran Klinik Madya pada bagian Ilmu
Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura.
.

Pada

Hari : Jumat

Tanggal : 2 Maret 2018

Tempat : SMF Psikiatri

Mengesahkan, Jayapura 2 Maret 2018

Penguji,

dr Elisabeth Meyni Marpaung Sp.KJ


DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN………………………………………………………………………… i

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… iii

DATA EPIDEMIOLOGI……………………………………………………………………. iv

I. BAB I. LAPORAN PSIKIATRI


1.1 Riwayat Psikiatri…………………………………………………………………………
1
1.2 Status Psikiatri……………………………………………………………………………. 4

1.3 Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut………………………………………………….. 6

1.4 Diagnosis Banding………………………………………………………………………. 7

1.5 Formulasi Diagnostik……………………………………………………………………

10

1.6 Rencana Terapi…………………………………………………………………………. 13

1.7 Prognosis………………………………………………………………………………... 13

II.BAB II. PEMBAHASAN


i. “thought echo” …………………………………………………………………….. 14
j. “delusion of control” …………………………………………………………….. 14
k. Halusinasi auditorik ……………………………………………………………….. 15
l. Waham-waham…………………………………………………………………… 15
m. Halusinasi………………………………………………………………………….. 15
n. Arus pikiran yang terputus (break)………………………………………………… 15
o. Perilaku katatonik………………………………………………………………….. 15
p. Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat apatis………………………………… 15
III.BAB III. KESIMPULAN

Daftar Pustaka
DATA EPIDEMIOLOGI

Nomor registrasi : 0000261

Nama : Ny A. D.

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Merauke, 20 Januari 1967

Usia : 51 tahun

Pekerjaan : IRT

Status Pernikahan : Janda

Suku/Bangsa : Papua

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Mandala, Merauke

Tanggal Pemeriksaan : 12 Februari 2018

Yang Mengantar : Keluarga pasien

Pemberi Informasi : Anak Pasien


BAB I
LAPORAN PSIKIATRI

1.8 RIWAYAT PSIKIATRI


A. Keluhan Utama
- Autoanamnesis : Pasien merasa sehat – sehat saja.
- Heteroanamnesis : Pasien Mondar mandir tanpa tujuan.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Autoanamnesa:
Pasien tidak merasa sakit, menurut pasien dirinya sehat – sehat saja.
Heteroanamnesa
Menurut pengakuan anak pasien yang tinggal serumah dengan pasien, sejak 2
minggu terakhir pasien gelisah dan suka mondar – mandir tanpa tujuan. Namun
ketika ditanya oleh keluarga atau anak – cucunya pasien tidak menjawab.
Selain itu pasien juga suka memainkan kotorannya dan menyendiri. Pasien
sudah mulai berbicara sendiri namun menurut anak pasien, kata – kata yang
diucapkan tidak jelas. Kadang pasien juga suka membongkar barang – barang
dirumah. Awalnya pasien berperilaku seperti biasanya dan melakukan aktivitas
sehari – hari.

C. Riwayat Penyakit Sebelumnya


 Riwayat Psikiatri
Pasien merupakan pasien lama Rumah Sakit Jiwa Abepura, pasien terakhir
berobat bulan januari 2018 (bulan lalu)
 Riwayat Zat Psikoaktif
Riwayat merokok (-), riwayat konsumsi alkohol (-), dan zat adiktif (-).
 Riwayat Medis Umum
Riwayat hipertensi (+) pasien mengonsumsi captopril sejak 2 bulan yang lalu,
riwayat Diabetes Melitus (-),

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Masa Prenatal, natal ,dan perinatal
Anak pasien tidak mengetahui dengan pasti
2. Masa kanak-kanak awal ( 0 sampai usia 3 tahun)
- Anak pasien tidak mengetahui dengan pasti.
3. Masa kanak-kanak pertengahan (usia 3 – 11 tahun)
- Anak pasien tidak mengetahui dengan pasti.

4. Masa kanak-kanak akhir (prapubertas sampai remaja)

- Hubungan keluarga : Pasien tinggal bersama salah satu anaknya, yang .


- Hubungan sebaya : Menurut anak pasien, pasien tidak memiliki teman dekat. Pasien
lebih suka sendiri.
- Riwayat sekolah : Tidak diketahui
- Perkembangan motorik dan kognitif : Tidak diketahui
- Masalah fisik atau emosional : Pasien memiliki hubungan emosional yang baik
dengan anak, menantu serta cucu pasien.
- Riwayat psikoseksual :
Anak pasien tidak mengetahui riwayat psikososial pasien.
- Latar belakang keagamaan : Pasien beragama Kristen dan sering aktif dalam kegiatan
keagamaan digereja.
5. Masa Dewasa
- Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir Pasien adalah SMA
- Aktivitas Sosial
Menurut anak pasien, sejak mulai berobat Tahun 2013 pasien jarang
mengikuti aktivitas sosial.
- Keagamaan
Pasien beragama Kristen
- Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum
6. Riwayat Keluarga
Pada keluarga tidak ada yang memiliki kondisi sepeti pasien.

Keterangan :

- Perempuan :
- Laki-laki :
- Pasien :
- Orang yang memiliki gangguan
perilaku seperti pasien :
- Tinggal serumah :

E. SITUASI PSIKOSIAL SEKARANG

Pasien adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Suami pasien telah meninggal dunia

sejak ± 7 Tahun yang lalu. Pasien mempunyai 7 orang anak, pasien tinggal bersama

salah satu anak perempuannya.

F. PERSEPSI/TANGGAPAN PASIEN TENTANG DIRINYA

Pasien merasa dirinya sedang sehat – sehat saja. Pasien menyangkal bahwa dirinya

mengalami perubahan perilaku.


1.9 STATUS PSIKIATRI

A. DESKRIPSI UMUM

a. Kesadaran Compos Mentis Pasien secara sadar penuh terhadap lingkungan


serta memberikan reaksi yang memadai.
b. Penampilan Cukup bersih, Pasien dengan postur agak tegap, menggunakan
menggunakan pakaian celana pendek kain dan baju kaos.
sesuai usia pasien
c. Orientasi Orang : baik Pasien mampu mengenali orang sekitarnya dan
datang ke rumah sakit di antar oleh anak pasien.
Tempat :baik Pasien mengatakan ini adalah rumah sakit jiwa.
Waktu : baik Pasien tidak dapat menyebutkan tanggal dengan
tepat, namun mengetahui bulan dan tahun.
d. Roman muka Datar Ekspresi muka pasien terlihat datar dan
kebingungan saat berhadapan dengan
pemeriksa
e. Perilaku Kontak : Ada Pasien melihat orang yang mengajaknya bicara
terhadap namun setelah itu sedikit kebingungan.
pemeriksa Rapport : Adekuat Pasien menjawab pertanyaan yang ditanyakan
dengan nyambung.
Sikap terhadap pemeriksa Pasien mau menjawab pertanyaan yang di
: Kooperatif ajukan pemeriksa. Pasien menjawab secara
singkat.

f. Atensi Inatensi selektif Pasien fokus beberapa saat pada pertanyaan


yang diberi dan menjawab pertanyaan dengan
baik.
g. Sikap, Tingkah Aktivitas: Hipoaktif Pasien menarik diri dari lingkungan, dan lebih
Laku Kerjasama: Kooperatif suka menyendiri.
Psikomotor: Negativisme
(+)
B. KARAKTERISTIK BICARA

Artikulasi : jelas Intonasi ucapan terdengar jelas


Kecepatan bicara : normal Pasien menjawab pertanyaan secara singkat

C. EMOSI

Mood : disforik Pasien menjawab pertanyaan dengan suasana


perasaan pasien

Afek : datar Perubahan ekspresi tidak begitu terlihat.


Keserasian: Appropriate Ekspresi pasien sesuai dengan mood pasien.
Konsistensi perasaan:
stabil
D. GANGGUAN PERSEPSI

Ilusi :tidak ada


Halusinasi
- Auditorik: (-)
- Visual: (-)
- Taktil: (-)
- Olfaktori: (-)
- Kecap: (-)

E. PROSES BERPIKIR

Bentuk pikiran: Autistik Pasien hidup dalam dunianya sendiri dan secara
emosional terlepas dari orang lain

Waham:
Arus pikiran: Koheren
F. MEMORI & FUNGSI KOGNITIF

Konsentrasi : Baik Pasien menjawab sesuai dengan pertanyaan.


Memori : Pasien tidak mengingat jumlah anaknya dengan
pasti
G. PERILAKU MOTORIK
h. Tilikan Tilikan 1 Penyangkalan sama sekali terhadap penyakit.

1.3 Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut


A. Pemeriksaan Fisik
1. Vital Sign
Kesadaran : Compos Mentis

GCS : 15 (E4V5M6)

Tekanan Darah : 140/90 mmHg

Nadi : 87 x/m

Respirasi : 20 x/m

Suhu : 36,60C

2. Status Internus
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), OC (-)
Leher : Pembesaran KGB (-/-), Peningkatan JVP (-/-)
Thorax : Paru : I : simetris, ikut gerak napas, retraksi (-/-)
P : v/f (Dextra = Sinistra)
P : sonor seluruh lapang paru
A: suara napas vesikuler, rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
Jantung : I : Ictus cordis (-)
P : Thrill (-)
P : Pekak
A: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-),
Abdomen : I : Supel, cembung
P : Hepar (tak teraba), Lien (tak teraba), nyeri tekan (-)
P : Timpani
A: Bising usus (+) normal (5-6 x/menit)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2”; edema (-/-), anemis (-/-), ikterik (-/-),
sianosis (-/-)
Genitalia : Tidak dilakukan evaluasi

3. Status Neurologis
Refleks Fisiologi : BTR (+/+), TPR (+/+), APR (+/+), KPR (+/+)

Refleks Patologi :Babinski (-/-), Chaddock (-/-), Gordon (-/-), Oppenheim (-/-),
Schaefer (-/-), Gonda (-/-)

Motorik : Tremor (-), kekuatan Otot 5 5

5 5

B. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan


 Pemeriksaan Hematologi:
Hb : 12,9 gr%
WBC : 7.400 mmk
Trombosit : 254.000/mm3
DDR : Negatif
HbsAg : negatif

1.4 DIAGNOSIS BANDING


1. F20.0 Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia
- Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas,
serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetic, fisik,
dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik
dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) or
tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan
inetelktual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kemudian.
- Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a. “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
 “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar pikirannya (withdrawal); dan
 “thought broadcasting” = isi pikirannya teriar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya
b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
 “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatau
kekuatan dari luar; atau
 “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas
merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus );
 “delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik
- Suara halusinasi yang bermomentar secara terus-menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau polotik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca,atau berkomunikasi dengan
mahkluk asing dari dunia lain).
- Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
e. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus-menerus.;
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor;
h. Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang ajarang, dan
respon semosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
mediaksi neuroleptika;
- Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
- Harus ada suatau perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.

Skizofrenia paranoid

- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


- Sebagai tambahan :
 Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming)’ atau bunyi tawa (laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapa rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity”
(delusion of passivity), dan kenyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalah yag paling khas;
 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relative tidak nyata/tidak menonjol
1.5 FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien terdapat pola perilaku atau psikologis yang secara bermakna dan khas berkaitan
dengan suatu gejala yang menimbulkan hendaya (disfungsi) dalam berbagai fungsi psikososial.
Terdapat pula penderitaan (disstres) yang dialami oleh pasien. Dengan demikian dapat
disimpulkan pasien mengalami gangguan jiwa.

Diagnosis Aksis I :

 Berdasarkan anamnesis, pasien tidak memiliki riwayat cedera kepala, riwayat tindakan
operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara langsung ataupun tidak langsung
mempengaruhi fungsi otak. Berdasarkan pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan kondisi
medis umum yang dapat mempengaruhi fungsi otak. Pasien tidak mengalami gangguan yang
bermakna yang menimbulkan gangguan jiwa. Oleh karena itu, gangguan mental organik (F00-
09) dapat disingkirkan.
 Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif, seperti merokok, minum
alkohol dan pemakaian narkoba sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif (F10-19) dapat disingkirkan.
 Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan kedalam:
Gangguan Skizofrenia (berdasarkan PPDGJ III)
Pedoman diagnostik:
 Persyaratan yang normal untuk diagnosis skizofrenia ialah harus ada sedikitnya satu
gejala tersebut di bawah yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih apabila
gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) dari gejala yang termasuk salah satu
dari kelompok gejala (a) sampai (d) tersebut di bawah, atau paling sedikit dua gejala
dari kelompok (e) sampai (h), yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu
1 bulan atau lebih.
(a) ‘thought echo’, ‘thought insertion atau withdrawal’, dan ‘thought broadcasting’
(b) Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of
influence), atau passivity yang jelas merujuk kepada pergerakan tubuh atau
pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations)
khusus : persepsi delusional
(c) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau jenis suara
halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
(d) Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar
serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau
politik, atau kekuatan dan kemampuan ‘manusia super’ (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)
(e) Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus menerus
(f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu
(posturing), atu fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor
(h) Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodoh (apatis), pembicaraan yang
terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial,
tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika
(i) Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak
bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self absorbed attitude) dan penarikan diri
secara sosial

Berdasarkan PPDGJ III, maka kasus ini dtitikberatkan pada:


Gangguan Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated) (F20.3)
Pedoman diagnostik :
 Kondisi-kondisi yang memenuhi kriteria diagnostik umum untuk skizofrenia tetapi
tidak sesuai dengan satupun subtipe tersebut (F20.0 – F20.2), atau memperlihatkan
gejala lebih dari 1 subtipe tanpa gambaran predominasi yang jelas untuk suatu
kelompok diagnosis yang khas. Rubrik ini hanya digunakan untuk kondisi-kondisi
psikotik (yaitu skizofreni residual, F20.5, dan depresi pasca-skizofreni, F20.4, tidak
termasuk) dan sesudah dilakukan suatu upaya untuk mengklasifikasikan kondisi
tersebut ke dalam salah satu dari tiga kategori sebelum ini.
 Kategori ini harus disediakan untuk gangguan yang :
(a) Memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia
(b) Tidak memenuhi kriteria untukk skizofrenia paranoid, hebefrenik atau katatonik
(c) Tidak memenuhi kriteria untuk skozifrenia residual atau depresi pasca-skizofrenia.

Diagnosis aksis II
Untuk saat ini, diagnosis aksis II pada pasien belum dapat ditentukan.

Diagnosis aksis III


Pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kondisi medik yang
berhubungan dengan kondisi pasien pada saat ini, dapat disimpulkan belum ada diagnosis pada aksis
III.

Diagnosis aksis IV
Pada anamnesis didapatkan Masalah dengan “Primary Support Group” (keluarga)

Diagnosis aksis V
Skala GAF :
 GAF HLPY : 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, sekolah, dll)
 GAF saat masuk : 60-51 (gejala sedang (moderate), disabilitas sedang).
 GAF saat ini: 90-81 (gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah
harian yang biasa).

EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : Gangguan Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated) (F20.3) (PPDGJ III)


Aksis II : Belum dapat ditentukan
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Terdapat masalah pada“Primary Support Group” (keluarga)
Aksis V : GAF HPYL : 80-71
GAF saat masuk : 60-51
GAF saat ini : 90-81

1.6 RENCANA TERAPI


Terapi Farmakologis
Pengobatan di berikan di Poli Rumah Sakit Jiwa Abepura meliputi:

- Injeksi Lodomer 5 mg (IM)


- Injeksi Diazepam 10 mg (IM)
- Trihexyphenidyl 1 x 2 mg (p.o)
- Meropam 1 x 2 mg (p.o)

1.7 PROGNOSIS
a. Ad vitam : dubia ad bonam
b. Ad fungsionam : dubia ad bonam
c. Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN

Diagnosis ditegakkan berdasarkan data anamnesis dan pemeriksaan psikiatri, secara

umum pasien menunjukan gejala psikosis namun tidak mengarah ke paranoid, hebefrenik dan

katatonik. Maka pasien didiagnosis berdasarkan pedoman diagnosis dibawah.

Skizofrenia

- Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas,
serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetic, fisik,
dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik
dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) or
tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan
inetelktual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kemudian.
- Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
i. “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
 “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar pikirannya (withdrawal); dan
 “thought broadcasting” = isi pikirannya teriar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya
j. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
 “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatau
kekuatan dari luar; atau
 “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas
merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus );
 “delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
k. Halusinasi auditorik
- Suara halusinasi yang bermomentar secara terus-menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
l. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau polotik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca,atau berkomunikasi dengan
mahkluk asing dari dunia lain).
- Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
m. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus-menerus.;
n. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
o. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor;
p. Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang ajarang, dan
respon semosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
mediaksi neuroleptika;
- Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
- Harus ada suatau perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Pedoman F20.3 Tentang Skizofrenia tak terinci,

Pedoman diagnostik :

- Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia


- Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau
katatonik ;
- Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca - skizofrenia

Terapi yang diberikan kepada pasien adalah:

1. Psikofarmasi
Terapi yang digunakan adalah obat anti psikotik tipikal dari golongan
benzodiazepine Haloperidol 2 x 5 mg oral dan obat anti ansietas Lorazepam (Merlopan 1
x 2 mg) Obat Anti psikotik yang bekerja merubah kerja zat kimia didalam otak atau
bekerja dengan membantu mengembalikan keseimbangan neurotransimiter diotak.
Digunakan untuk gejala kondisi psikotik seperti skizofrenia, sindrom Tourette, tic
disorder, psychomotor agitation, dan lainnya. Tidak digunakan pada penderita kondisi
psikotik yang berhubungan dengan dementia karena dapat menyebabkan kegagalan
jantung dan kematian tiba – tiba. Dapat mengurangi halusinasi dan meningkatkan
konsentrasi, membantu berpikir jernih dan positif tentang diri sendiri, mengatasi gugup,
meningkatkan mood, menjadi lebih aktif dalam kehidupan sehari – hari, tidur nyenyak,
meningkatkan nafsu makan, meningkatkan energi, membantu mencegah perubahan
suasana hati yang parah atau menurunkan seberapa sering perubahan suasana hati terjadi.
Pemberian obat anti psikotik harus disertai dengan pemerian anti – dotumnya yaitu
Triheksilpenidil (THP), pemberian ini untuk mencegah terjadi efek samping dari obat
anti- psikotik.
 Indikasi : Parkinson, gangguan ekstrapiramidal yang disebabkan oleh SSP.
 Mekanisme Kerja : menghambat re-uptake dopamin pada ujung saraf pre simpatik di
otak.
 Dosis : 1 mg per hari, dinakkan bertahap. Dosis pemeliharaan 5-15 mg per hari,
terbagi dalam 3-4 kali pemberian.
 Farmakokinetik: Tidak banyak data farmakokinetik yang diketahui mengenai obat
ini. Hal ini dapat dimengerti sebab saat obat ditemukan, farmakokinetika belum
berkembang. Sekarang obat ini kurang diperhatikan setelah ada levodopa, dan
bromokriptin. Kadar puncak triheksifenidil, prosiklidin dan biperiden tercapai
setelah 1-2 jam. Masa paruh eliminasi terminal antara 10 dan 12 jam. Jadi
sebenarnya pemberian 2 kali sehari mencukupi, tidak 3 kali sehari sebagaimana
dilakukan saat ini.
 Kontraindikasi : retensi urin, obstruksi saluran cerna, glaukoma.
 Efek samping : Pemberian obat THP dapat menimbulkan efek samping yang serius,
seperti munculnya kembali gejala psikotik berupa halusinasi, agresif, kebingungan
(psikosis toksik). selain itu, efek samping dari triheksifenidil yang bekerja
menghambat reseptor asetilkolin muskarinik dapat berupa gejala-gejala sebagai
berikut: pandangan mata menjadi kabur, konstipasi, produksi air liur berkurang,
fotofobia, berkurangnya produksi keringat, hipertermia, sinus takikardi, retensi urin,
penurunan daya ingat, mencetuskan asma, mencetuskan glaukoma sudut sempit,
menimbulkan hambatan ejakulasi, menimbulkan retrograt ejakulasi dan dapat
menimbulkan delirium hingga koma. THP juga dapat menimbulkan kebutaan akibat
komplikasi glaukoma sudut tertutup, terutama terjadi bila dosis harian melebihi 15-
30 mg sehari.
 Khususnya pada pasien yang berada dalam risiko tinggi untuk mengalami efek
samping ekstrapiramidal (sebagai contoh, orang muda seperti pada pasien ini), suatu
obat antikolinergik harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai
profilaksis terhadap gejala gangguan pergerakan akibat medikasi anti-psikosis. Obat
pilihan yang digunakan adalah Trihexylphenidyl (THP). Dosis Trihexylphenidyl
(THP) yang digunakan yakni 1-3 x 2 mg/hari. Profilaksis dengan obat ini sebenarnya
tidak dianjurkan karena dapat mempengaruhi penyerapan / absorbsi obat anti-
psikosis sehingga kadarnya dalam plasma rendah dan dapat menghalangi manifestasi
gejala psikopatologis yang dibutuhkan untuk penyesuaian dosis anti psikosis agar
tercapai dosis efektif. Namun pada kasus ini karena pasien memiliki faktor
predisposisi terjadinya efek ektrapirammidal (yaitu usia muda) obat antikolinergik.
Untuk mengatasi EPS dapat diberikan obat antikolinergik, misalnya triheksifenidil,
sulfas atropine dan difenhidramin. Triheksifenidil merupakan obatantikolinergik
yang banyak digunakan untuk mengatasi EPS. Satu-satunya obat golongan
antikolinergik yang dijumpai sebagai obat tambahan antipsikotik adalah THP yang
merupakan senyawa piperidin. Daya antikolinergik dan efek sentralnya mirip atropin
namun lebih lemah, bekerja dengan cara mengurangi aktivitas kolinergik di kaudatus
dan puntamen yaitu dengan memblok reseptor asetilkolin. Berdasarkan pada alasan
itulah diberikannya obat THP dengan tujuan mengurangi efek samping dari
pemberian obat antipsikotik konvensional. Antipsikotik yang menyebabkan efek
samping berupa sindrom ekstra piramidal adalah chlorpromazine dan haloperidol.
Namun efek samping yang di timbulkan dari obat golongan ini cukup serius.
BAB III
KESIMPULAN

- Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada Ny A.D umur 51 tahun

didiagnosis dengan skizofrenia tak terdefinisi.

- Dimana pasien menunjukan gejala psikosis negatif, dan waham serta halusinasi tidak

begitu jelas.

- Maka pasien ini di tatalaksana dengan antipsikosis (Haloperidol), Antiansietas

(Lorazepam) serta THP sebagai antidotum antipsikosis.


DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI, 1993, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III,
Jakarta: Depkes RI.
2. American Association, 2000. Diagnostic and statistical manual of mental disorders DSM-IV-
TR. New York: American Psychiatric Pub
3. Kaplan H.I, Sadock B.J, Greb J.A., 2010, Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis, Bina rupa Aksara, Jakarta
4. Maslim R., 2007, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, Ed-3, Jakarta: PT Nuh
Jaya

Anda mungkin juga menyukai