Puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas tutorial tentang “Mekanisme Kerja
dan Efek Samping Obat Triheksifenidil”. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada dr. Yenny
Abdullah, Sp.KJ selaku dosen pembimbing tutorial yang telah bersedia
membimbing dan memberikan banyak masukan kepada kami sehingga makalah ini
dapat diselesaikan. Penulis menyadari masih terdapat banyak ketidaksempurnaan
dalam penulisan ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi
para pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih
kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson.
Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang aktivitas SSP pada
dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik.4,5
2.2 Farmakologi
Triheksifenidil adalah senyawa piperidin, dengan daya antikolinergik dan
efek sentralnya mirip atropin namun lebih lemah. Efek terapeutik sama seperti
atropin, meskipun efek samping yang tidak diinginkan jarang terjadi dan bila terjadi
efek samping lebih berat. 5
MEKANISME KERJA
4
2.3 Komposisi
2.4. Indikasi
5
antipsikotik biasanya cukup ringan dan timbul secara bertahap sehingga baru
diberikan bila sudah timbul gejalanya. 5,6
2.6. Kontraindikasi
6
tidak direkomendasikan penggunaannya pada anak-anak karena keamanan dan
keefektivan pada kelompok umur pediatrik belum pernah dipublikasikan. 4,5
7
Reaksi Distonia akut
Reaksi distonia akut terjadi beberapa jam atau hari setelah pemberian
terapi antipsikotik tipikal potensi tinggi. Kekakuan otot secara khas melibatkan
spasme leher, pinggang (opisthotonos), lidah, atau otot lateral pergerakan mata
(krisis okulogirik), dan laring (stridor). Pemberian intravena atau intramuskuler
antikolinergik merupakan terapi yang cepat dan efektif untuk distonia akut. Efek
obat antikolinergik menghilangkan distonia setelah pemakaian beberapa jam.
Oleh karena antipsikotik memiliki waktu paruh dan durasi yang panjang, maka
antikolinergik oral harus diberikan untuk beberapa hari setelah suatu reaksi
distonia akut, atau lebih lama jika terapi dengan antipsikotik yang sama
dilanjutkan. 1,4,7
Sindrom Parkinsonism
Akathisia
8
akathisia. Akathisia terjadi 20%-75% pada pasien yang menggunakan obat
antipsikotik. Resiko terjadinya akathisia tertinggi akibat penggunaan obat potensi
tinggi, antipsikotik dosis tinggi, peningkatan dosis yang cepat, dan adanya efek
samping ekstrapiramidal lainnya. Antipsikotik dengan antagonis reseptor
serotonin yang kuat jarang menyebabkan akathisia. Antikolinergik lebih efektif
pada akathisia akut yang dihubungkan dengan parkinsonism. Dosis antipsikotik
harus dikurangi sebelum penambahan terapi lain untuk menangani akathisia akut.
4,7,10
Terdapat dua efek samping, yaitu efek samping perifer dan efek samping
sentral. Efek samping perifer yang umum adalah mulut kering, kurang
berkeringat, penurunan sekresi bronkhial, pandangan kabur, kesulitan buang air
kecil, konstipasi, dan takikardia. Efek samping sentral dari antikolinergik
termasuk sulit berkonsentrasi, perhatian, dan memori. Efek samping ini harus
dibedakan dari gejala yang disebabkan oleh psikotik. Gangguan psikiatri dapat
disebabkan pemakaian sembarangan (sampai dosis berlebihan) berlanjut
menjadi euphoria. 1,4,11
9
BAB III
PENUTUP
10
DAFTAR PUSTAKA
11