Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
EMFISEMA PARU
Oleh
Yuliana Belinda
NIM. 1410015061
Dosen Pembimbing
dr. Dompak Suryanto Hutapea, Sp.Rad
Emfisema menduduki peringkat ke-9 diantara penyakit kronis yang dapat menimbulkan gangguan
aktifitas. Emfisema terdapat pada 65% laki-laki dan 15% wanita.
TUJUAN
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan secara
umum mengenai emfisema paru. Adapun tujuan secara khususnya adalah untuk mengetahui
pemeriksaan radiologi apa saja yang dapat dilakukan serta melihat gambaran radiologi yang khas
pada emfisema paru sehingga dapat mempermudah menegakkan diagnosis.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Emfisema merupakan gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara di dalam
paru-paru disertai destruksi jaringan. Emfisema adalah suatu penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai
dengan pernafasan yang pendek yang disebabkan oleh kesulitan untuk menghembuskan seluruh udara keluar
dari paru-paru karena tekanan udara yang berlebihan dari kantung udara di dalam paru-paru (alveoli).
Macam-macam emfisema :
1. Emfisema sentriolobular
2. Emfisema panlobular (panacinar)
3. Emfisema paraseptal
ANATOMI DAN FISIOLOGI
MACAM-MACAM EMFISEMA
EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi emfisema secara nasional masih belum tersedia, tetapi dilaporkan bahwa 4 dari 100 orang di
Indonesia menderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Secara global emfisema adalah penyakit yang
mempengaruhi banyak orang di seluruh dunia. Menurut hasil laporan dari Global Burden of Disease Study,
terdapat sebanyak 251 juta kasus PPOK secara global di seluruh dunia dan diprediksi akan terus meningkat
dikarenakan semakin tingginya angka perokok dan semakin meningkatnya kadar polutan. Hasil statistik yang
dibuat oleh CDC mengatakan bahwa di Amerika Serikat terdapat 14 juta penderita emfisema dimana jumlah
wanita lebih banyak dibandingkan laki-laki (21,4 : 19,0 per 1.000 penduduk).
Data mengenai prevalensi emfisema di Indonesia masih sulit untuk ditemukan, karena emfisema masih dianggap
sebagai bagian dari PPOK.
ETIOLOGI
Etiologi dari emfisema paru adalah kerusakan parenkim paru yang berkaitan erat dengan berbagai macam faktor risiko.
Faktor-faktor risiko :
1. Riwayat Merokok
2. Paparan polutan
3. Faktor genetik
Faktor genetik seperti defisiensi antitripsin alfa-1, umumnya jarang terjadi di Indonesia. Defisiensi
antitripsin alfa-1 adalah kondisi keturunan autosomal dominan. Gen ini terletak pada kromosom 14 dan diekspresikan
sebagai fenotip yang berbeda-beda. Tipe genotip yang paling sering menyebabkan simptom adalah defek pada Z allele
homozygous (Pi ZZ). Seseorang dengan Pi ZZ namun tidak merokok jarang menderita emfisema, namun apabila
seseorang dengan Pi ZZ dan perokok maka kemungkinan besar akan menderita emfisema.
Faktor lainnya adalah Hipereaktiviti bronkus dan Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
Anamnesis Palpasi
- Riwayat merokok (aktif / pasif ) dan derajat berat merokok • Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar.
- Riwayat terpajan iritan di lingkungan kerja Perkusi
- Riwayat penyakit keluarga (emfisema) • Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah.
- Batuk berulang ada atau tidaknya dahak
Auskultasi
- Suara mengi (wheezing)
• Suara napas vesikuler normal, atau melemah
Pemeriksaan fisik
• Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
Inspeksi pada ekspirasi paksa
• Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu) • Ekspirasi memanjang
• Barrel chest (diameter antero-posterior sama dengan diameter • Bunyi jantung terdengar jauh
transversal)
Pemeriksaan Penunjang
• Penggunaan otot bantu napas
- Pemeriksaan laboratorium (Analisa gas darah (O2 & Co2),
• Hipertropi otot bantu napas hematokrit, serum alpha1-antitrypsin, sputum)
• Pelebaran sela iga - X-ray dan CT Scan ( HRCT)
• Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
jugularis di leher dan edema pada tungkai
• Penampilan pink puffer atau blue bloater
GAMBARAN RADIOLOGI
• Tanda hiperinflasi (diafragma
datar, peningkatan ruang
retrosternal, kadang dada
besar/ Barrel chest).
• Krateria Vaskuler(menurunnya
pembuluh darah perifer,
daerah avaskular local, arteri
paru besar).
Centrilobular Emfisema
• Bronkodilaor
• Terapi aerosol
• Pengobatan infeksi
• Kortikosteroid
• Oksigenisasi
PENCEGAHAN
Pencegahan Emfisema paru
• Berhenti merokok.
• Menghindari hal-hal yang membuat iritasi pada pernapasan seperti asap knalpot dan lain
sebagainya.
• Menghindari diri dari udara yang dingin karena mampu menghambat pernapasan.
• Pneumonia
• Atelaktasis
Sesak sedang, 5 tahun kemudian 42 % penderita akan sesak lebih berat dan meninggal.
KESIMPULAN
Emfisema adalah Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Emfisema merupakan akibat kurangnya elastisitas
paru dan kerusakan pada alveoli, dimana alveoli menjadi mengembang dan kaku walaupun setelah
ekspirasi. Emfisema dapat menyerang pria dan wanita. Emfisema disebabkan oleh polusi udara,
merokok, genetik dan infeksi saluran pernapasan. Tanda- tanda penyakit emfisema pada awalnya
tidak mudah untuk diketahuai tetapi setelah 30- 40 tahun gejala semakin berat. Gejala yang terlihat
yaitu batuk, berat badan menurun, tekanan darah meningkat, kelemahan, napas terengah-engah, dan
lain-lain. Penatalaksanaan medis emfisema dengan pemberian obat, terapi oksigen, latihan fisik,
rehabilitasi, fisioterapi, dan penatalaksanaan umum.