DISUSUN OLEH:
N. I. M : 109.109.001
Disusun Oleh :
Atika Dwi Mudiati
NIM : 109110003
2013
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat hidayah
dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA FRAKTUR HUMERUS 1/3
DISTAL SINISTRA MENGGUNAKAN MODALITAS INFRA RED
RADIATING (IRR) DAN TERAPI LATIHAN dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam kesempatan ini, tak lupa pula kami ucapkan banyak terimakasih
kepada Bapak yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan kesempatan serta
kepada pihak yang telah memberikan bantuannya, baik moral maupun materi
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir
kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini bermanfaat.
Amin
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut data epidemiologi pada orang dewasa insiden fraktur klavicula
sekitar 40 kasus dari 100.000 orang, dengan perbandingan laki-laki perempuan
adalah 2 : 1. Fraktur pada midhumerus yang paling sering terjadi yaitu sekitar
85% dari semua fraktur humerus, sementara fraktur bagian distal sekitar 10%
dan bagian proximal sekitar 5%. Sekitar 2% sampai 5% dari semua jenis
fraktur merupakan fraktur humerus (Anonim, 2011).
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon, frekuensi fraktur
humerus sekitar 1 kasus dari 1000 orang dalam satu tahun.Fraktur klavicula
juga merupakan kasus trauma pada kasus obstetrik dengan prevalensi 1 kasus
dari 213 kasus kelahiran anak yang hidup (Anonim, 2011).
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatam (fisik,
elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi (Anonim,
2007). Oleh karena itu penulis perlu mengangkat kondisi mengenai faktur
humerus sinistra 1/3 distal ini untuk dijadikan bahan makalah agar lebih
memahami dan memberikan informasi tentang kasus faktur humerus sinistra
1/3 distal.
B. Identifikasi Masalah
Secara umum problematik faktur humerus sinistra 1/3 distal yaitu
1. Nyeri
Nyeri yaitu suatu perasaan yang tidak enak yang disampaikan kepada otak
oleh neuron sensori. Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma.Hal
ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau
kerusakan jaringan sekitarnya.
2
C. Pembatasan Masalah
Karena banyaknya permasalahan yang terjadi pada kondisi Fraktur Humerus
1/3 Distal Sinistra, maka penulis memberikan batasan pada penurunan nyeri
dan peningkatan lingkup gerak sendi dengan menggunakan modalitas IRR dan
terapi latihan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada kondisi fraktur Fraktur Humerus 1/3 Distal
Sinistra , maka pnulis dapat merumuskan masalah :
1. Bagaimana pengaruh IRR terhadap pengurangan nyeri pada kondisi
Fraktur Humerus 1/3 Distal Sinistra?
2. Bagaimana pengaruh terapi latihan terhadap pengurangan nyeri dan
peningkatan lingkup gerak sendi pada kondisi Fraktur Humerus 1/3 Distal
Sinistra?
E. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui bagaimana interverensi fisioterapi terhadap kondisi
Fraktur Humerus 1/3 Distal Sinistra dengan pemasangan plate and
screw dengan pemberian modalitas IRR dan terapi latihan.
b. Untuk memperdalam pengetahuan tentang kondisi Fraktur Humerus
1/3 Distal Sinistra bagi pembaca dan penulis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh Infra Red Radiating (IRR) dalam
mengurangi nyeri Fraktur Humerus 1/3 Distal Sinistra.
b. Untuk mengetahui terapi latihan dalam mengurangi nyeri dan
meningkatkan LGS pada kondisi Fraktur Humerus 1/3 Distal Sinistra.
.
4
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Deskripsi Teoritis
1. Fraktur humerus
a. Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah suatu patahan pada kontinuitas
struktur tulang (Apley, 1995). Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya yaitu diskontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan
yang disebabkan oleh rudapaksa.
Pembagian patah tulang ada 2 yaitu trauma yang menyebabkan patah
tulang dapat berupa trauma langsung misalnya benturan keras dan
trauma yang tidak langsung misalnya jatuh bertumpu pada tangan.
1. Fraktur tertutup
Fraktur tertutup yaitu fragmen tulang dari luar tidak nampak, tidak
menembus kulit.
2. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka yaitu fragmen tulang Nampak dari luar atau
menembus kulit (Sjamsuhidajat.R, dkk, 1997).
Fraktur humerus 1/3 distal adalah fraktur pada tulang humerus1/3
distal yang disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung.
b. Anatomi Fisiologi
1. Tulang Humerus
Tulang humerus dibagi menjadi 3 bagian yaitu epiphysis proximal,
bagian ini membulat dan bulatanyya disebut caput humeri.
Diaphysis ini merupakan bagian tengah disebut dengan corpus
humeri dan epiphysis distal mempunyai 2 dataran sendi yaitu
capitulum humeri dan trochlea humeri (Pudjiastuti, 2002).
5
Gambar 2.1
Tulang humerus tampak depan (Atlas Sobota, 2002)
Gambar 2.2
Tulang humerus tampak belakang (Atlas Sobota, 2002)
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Saraf-saraf Lengan Atas (Atlas Sobota, 2002)
4. Biomekanik
Gerakan humerus
Posisi awal berdiri tegak dengan lengan di samping tubuh.
(1) Fleksi dan ekstensi
Feksi adalah gerakan lengan atas dalam bidang sagital ke depan dari 0o ke
180o. Gerak ekstensi adalah gerak dari lengan dalam bidang sagital ke
belakang dari 0o ke kira-kira 60o.Otot-otot yang terlibat yaitu deltoid
anterior, pektoralis mayor, teres minor, teres mayor, serratus anterior,
infraspinatus, latissimus dorsi.
(2) Abduksi dan adduksi
Gerak abduksi adalah gerak dari lengan menjauhi tubuh dalam bidang
frontal dari 0 ke 180o Gerak adduksi adalah gerak kebalikan dari abduksi
yaitu gerak lengan menuju garis tengah tubuh.Otot- otot yang terlibat ialah
trapezius upper, trapezius lower dan seratus anterior.
(3) Eksorotasi dan endorotasi
Bila lengan bawah digerakkan ke dalam tubuh disebut eksorotasi, bila
lengan bawah digerakkan keluar tubuh disebut endorotasi.Luas geraknya
90o.
5. Patologi
Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana
trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, ada 2 faktor yang
mempengaruhi terjadinya fraktur yaitu ekstrinsik (meliputi kecepatan,
sedangkan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan), intrinsik
(meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan
adanya densitas tulang tulang. yang dapat menyebabkan terjadinya patah pada
tulang bermacam-macam antara lain trauma (langsung dan tidak langsung),
akibat keadaan patologi serta secara spontan. Trauma langsung menyebabkan
tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan.
Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang
lebih jauh dari daerah fraktur, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap
utuh. Tekanan pada tulang dapat berupa tekanan berputar, membengkok,
kompresi bahkan tarikan. Sementara kondisi patologis disebabkan karena
14
c. Jenis gangguan.
d. Kemungkinan timbulnya kecacatan.
Adapun teknik terapi latihan dan gerakan yang dipergunakan dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Active movement: Gerak yang timbul karena kekuatan dari otot itu
sendiri.
1) Assisted active movement
Yaitu latihan dimana gerakan ynag terjadi akibat kontraksi otot
yang bersangkutan dan mendapat bantuan dari luar.
Efek dan kegunaan:
a) Memberikan stimulasi tentang gerakan yang disadari.
b) Memberikan stimulasi terhadap ingatan atau memory
dengan cara pasien melihat gerakan yang besangkutan.
c) Mengembalikan kepercayaan.
d) Meningkatkan atau mempertahankan LGS.
e) Meningkatkan kekuatan otot.
2) Free active movement
Yaitu latihan dimana gerakan yang terjadi akibat kontraksi otot
yang bersangkutan tanpa pengaruh dari luar.
Efek dan kegunaan:
a) Dapat menghasilkan rileksiasi
Penurunan otot Resiprox inhibisi
b) Mobiliasi sendi
Gerakan yang berulang-ulang dengan LGS yang penuh
maka mobilisasi senti dapat teratasi.
c) Kekuatan daya tahan otot.
d) Koordinasi system neuromuscular.
e) Kepercayaan penderita.
f) System cardiorespirasi dan vascular.
3) Assisted-resisted active movement.
Yaitu kombinasi/gabungan antara gerakan assisted dan resisted
active movement.
18
4. Pemeriksaan Spesifik
a. Nyeri menggunakan VAS
VAS (Verbal Analogue Scale)
Cara pengukuran derajat nyeri dengan menunjukkan satu titik pada
garis skala nyeri (0-10 cm).salah satu ujung menunjukkan tidak nyeri
dan ujung yang lain menunjukkan nyeri yang hebat. Panjang garis
mulai dari titik nyeri sampai titik yang ditunjuk menunjukkan besarnya
nyeri.
b. Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi
Lingkup gerak sendi adalah lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan
oleh suatu sendi.Tujuan pengukuran LGS yaitu untuk mengetahui
besarnya LGS pada suatu sendi dan membandingkannya dengan LGS
pada sendi normal.Informasi ini digunakan untuk menentukan tujuan
dan rencana terapi dalam menambah atau mengurangi LGS.
5. Interpretasi Data/Diagnosa Fisioterapi
Diagnosis fisioterapi ditentukan berdasarkan analisa dan pengkajian semua
data yang telah dikumpulkan berdasarkan penemuan dan hasil
pemeriksaan yang ada. Diagnosa Fisioterapi meliputi :
a. Impairement: berupa adanya nyeri, spasme dan keterbatasan LGS yang
terjadi pada pasien dengan kondisi faktur humerus sinistra 1/3 distal
ini.
b. Functional Limitation: berupa keterbatasan fungsi yang terjadi pada
pasien dengan kondisi faktur humerus sinistra 1/3 distal sehingga
pasien kesulitan dalam melakukan ADL-nya.
c. Disability: berupa kemampuan pasien untuk kembali melakukan
pekerjaan, hobi maupun sosialisasinya dengan lingkungan sekitar.
6. Program/Rencana Fisioterapi
f. Tujuan
1) Tujuan Jangka Pendek
Merupakan suatu tujuan yang ditentukan berdasarkan problematik
untuk mengurangi keluhan yang muncul.
2) Tujuan Jangka Panjang
23
C. Kerangka Berfikir
Problematik :
1. Nyeri
2. Spasme otot
3. Keterbatasan LGS
Hasil :
1. Nyeri berkurang
2. Peningkatan LGS
3. Ll
4.
25
BAB III
LAPORAN KASUS
Nomor Urut :
Nama Mahasiswa : Atika Dwi Mudiati Tempat Praktek : RSUD Prof.
Margono Soekarjo
N. I. M : 109.110.003 Pembimbing :
6. Sistem Muskuloskeletal
Adanya nyeri pada daerah lengan atas
Adanya spasme pada otot biceps dan deltoid
7. Sistem Nervorum
Pasien tidak mengeluh kesemutan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan Darah : 120/80 mmHg
2) Denyut Nadi : 87x/menit
3) Frek. Pernapasan : 21x/menit
4) Temperature : 36oC
5) Tinggi Badan :
6) Berat Badan :
b. Inspeksi
1. Statis :
Raut muka pasien tampak menahan nyeri
Terlihat bekas incisi
Tidak ada oedem
Bahu tampak asimetris
2. Dinamis :
Pada saat lengan dan siku digerakkan pasien merasakan nyeri
Pada saat berjalan tidak ada ayunan pada lengan
c. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Piting odem (-)
Adanya spasme pada otot biceps dan deltoid
Suhu local normal
d. Perkusi
Tidak dilakukan
e. Auskultasi
Tidak dilakukan
f. Gerakan Dasar
28
1) Gerak Aktif
Pasien mampu menggerakkan flexi shoulder, ada nyeri, tidak
full ROM.
Pasien mampu menggerakkan extensi shoulder, tidak ada
nyeri, full ROM.
Pasien mampu menggerakkan abd shoulder, ada nyeri, tidak
full ROM.
Pasien mampu menggerakkan add shoulder, ada nyeri, tidak
full ROM.
Pasien mampu menggerakkan abd horizontal shoulder, ada
nyeri, tidak full ROM.
Pasien mampu menggerakkan add horizontal shoulder, ada
nyeri, tidak full ROM.
Pasien mampu menggerakkan flexi elbow, ada nyeri, tidak
full ROM.
Pasien mampu menggerakkan extensi elbow, ada nyeri, tidak
full ROM.
2) Gerak pasif
Terapis menggerakkan flexi shoulder, ada nyeri, tidak full
ROM, end feel firm
Terapis menggerakkan extensi shoulder, tidak ada nyeri, full
ROM, end feel firm
Terapis menggerakkan abd shoulder, ada nyeri, tidak full
ROM, end feel firm
Terapis menggerakkan add shoulder, ada nyeri, tidak full
ROM, end feel soft
Terapis menggerakkan abd horizontal shoulder, ada nyeri, tidak
full ROM, end feel firm
Terapis menggerakkan add horizontal shoulder, ada nyeri, tidak
full ROM, end feel soft
Terapis menggerakkan flexi elbow, ada nyeri, tidak full ROM,
end feel soft
29
Extensor 3-
Adduktor 3-
Abduktor 3-
Exorotator 3-
Endorotator 3-
Elbow Flexor 3-
Extensor 3-
a) IR
b) Terapi latihan
c) Massage
2) Teknologi terpilih
a) IR
b) Terapi latihan
3) Teknologi yang dilaksanakan
a) IR
b) Terapi latihan
b. Edukasi
Pasien dianjurkan untuk tidak membawa beban yang terlalu berat
3. Rencana evaluasi
a. Mengurangi nyeri dengan VAS
b. Meningkatkan LGS dengan goniometer
c. Meningkatkan kekuatan otot dengan MMT
D. Pelaksanaan Fisioterapi
Terapi I, 7 Maret 2013
IR
Posisi pasien : sitting
PLF : lengan berada diatas bantal kemudian penyinaran diberikan pada
area lengan selama 15 menit.
Active movement
Posisi pasien : sitting
PLF : pasien diminta untuk menggerakkan setiap persendian pada shoulder
dan elbow
Passive movement
Posisi pasien : sitting
PLF : terapis menggerakkan setiap persendian pada shoulder dan elbow
Hold relax
Posisi pasien : sitting
PLF : pasien iminta untuk menggerakkan elbow sampai batas nyeri
kemudian terapis memberikan tahanan, tahan 5 detik kemudian pasien
diminta untuk menarik napas kemudian hembuskan dan diforce.
32
E. Prognosis
Quo ad vitam : baik
Quo ad sannam : baik
Quo ad fungsionam : baik
Quo ad cosmeticam : baik
F. Evaluasi
1. Nyeri menggunakan VAS
Nyeri T1 T2 T3
Diam 0,8 0,6 0,4
Tekan 0 0 0
Gerak 8,9 7,8 7,4
BAB IV
PEMBAHASAN
Nyeri pada fraktur humerus 1/3 distal sinistra terjadi oleh karena adanya
spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
Penurunan nyeri pada fraktur humerus 1/3 distal sinistra ini dipengaruhi oleh efek
hangat pada modalitas IRR akan mengakibatkan fasodilatasi pembuluh darah
yang diikuti peningkatan aliran darah kapiler sehingga dapat memperlancar
sirkulasi darah dan pembuangan sisa-sisa metabolisme yaitu prostaglandin ( zat
p ) yang menumpuk. Dengan lancarnya sirkulasi darah maka zat p juga ikut
terbuang. Sehingga terjadi rileksasi pada otot dan nyeri berkurang saat pemanasan
berlangsung.
Keterbatsan LGS pada fraktur humerus 1/3 distal sinistra terjadi karena
ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot. Peningkatan LGS
pada fraktur humerus 1/3 distal sinistra dipengerahui oleh terapi latihan metode
hold relax. Hold Relax adalah salah satu teknik khusus exercises dari
Proprioceptive Neuro Muscular Facilitation (PNF) yang menggunakan kontraksi
isometrik secara optimal dari kelompok otot antagonis yang memendek sampai
terjadi penambahan ROM dan penurunan nyeri. Hold relax mengakibatkan
kontraksi isometrik dari otot-otot antagonis yang mengalami pemendekan yang
diikuti penguluran pada otot-otot tersebut. Sehingga terjadinya rileksasi pada otot,
nyeri berkurang dan peningkatan LGS.
36
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur atau patah tulang adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang
(Apley, 1995). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya yaitu
diskontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh
rudapaksa.
Pembagian patah tulang ada 2 yaitu trauma yang menyebabkan patah tulang
dapat berupa trauma langsung misalnya benturan keras dan trauma yang tidak
langsung misalnya jatuh bertumpu pada tangan.
1. Fraktur tertutup
Fraktur tertutup yaitu fragmen tulang dari luar tidak nampak, tidak
menembus kulit.
2. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka yaitu fragmen tulang Nampak dari luar atau menembus
kulit (Sjamsuhidajat.R, dkk, 1997).
Fraktur humerus 1/3 distal adalah fraktur pada tulang humerus1/3 distal yang
disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung.
B. Saran
1. Pasien diminta untuk latihan finger leader
2. Pasien diminta untuk tidak mengangkat atau membawa barang yang berat.
37
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2011.http://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2011/06/perbandin
gan-hold-relax-dengan-strain.html, online pada tanggal 9 Maret 2013
Anonim,2007http://www.google.co.idurl?sa=t&rct=j&q=definisi%20fisioterapi%
20menurut%20wcpt&source=web&cd=10&ved=0CGEQFjAJ&url=http%3
A%2F%2Fbppt.jabarprov.go.id%2Fassets%2Fdata%2Farsip%2FKepmenke
s_376-MENKES-SK-
III2007_STANDAR_PROFESI_FISIOTERAPIS.pdf&ei=CF7XT5LYAsadi
AffjcmHAw&usg=AFQjCNHri7iELIJQGAVar9AH9wt-
iYACmQ&cad=rja, online pada tanggal 9 Maret 2013
Graham Apley,1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Widya
medika: Jakarta.
Pudjiastuti, Sri Surini. 2002. Anatomi ( Badan dan Anggota Gerak Atas ).
Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi: Surakarta.
Putz,R dan Pabtz,R. 2000. Atlas subota anatomi tubuh manusia. EGC: Jakarta.