Anda di halaman 1dari 13

KASUS DEPRESI

OLEH:
WINDA ISTIKHOMAH 1920374184
WISKY AMARTA 1920374185
ZULFIAH 1920374192
KASUS
• Seorang pasien laki-laki berusia 48 tahun, mengalami perasaan (mood) yang
memburuk dalam 2 bulan terakhir ini, ia kehilangan sensasi rasa, sehingga tidak
ingin makan, kadang di malam hari tiba-tiba sedih sampai menangis, sulit untuk
tidur, malas beraktivitas dan bekerja, saat kerja sulit untuk fokus pada pekerjaan dan
tiba-tiba seperti tidak mampu lagi melakukan pekerjaannya dulu, sehingga ia merasa
stress. Kadang ketika berfikir dengan perubahannya, tiba-tiba terlintas rasa ingin
bunuh diri, rasa itu semakin menguat.
• Hasil diagnosis dokter : pasien dinyatakan mengalami depresi mayor, disarankan
menjalankan psikoterapi dan mulai dengan antidepresan amitriptilin 50mg/1x sehari
• Saat awal perjalanan terapi ia merasa moodnya membaik, beberapa kondisi
sudah berubah lebih baik, beberapa efek samping mulai dirasakan mulut
terasa kering, rasa tidak nyaman disaluran cerna dan keadaan hipotensi
postural. Namun selang waktu 2 minggu gangguannya muncul kembali, oleh
dokter diberikan amitriptilin dengan dosis dinaikkan 50mg/2x sehari. Selang
1 bulan pasien kembali ke dokter mengeluhkan gangguannya muncul
kembali.
• Hasil pemeriksaan : Tekanan darah 80/60 mmHg, RR 20 x/menit, BB 85
kg/ 160 cm
• Tugas :
1. Lakukan analisis SOAP
2. Sudah sesuaikah pilihan terapi yang diberikan pada pasien? Bila tidak sesuai obat
apa yang anda rekomendasikan? Cari dan tunjukan guideline terapinya
3. Bagaimana maintenance terapi pada pasien?
4. Bagaimana evaluasi terapi pada pasien tbs?
5. Apa terapi lain yang perlu dilakukan untuk pasien tsb?
6. Informasi apa yang bisa anda sampaikan pada pasien, terkait obat dan efek samping.
7. Bilamana pasien dapat melepaskan pengobatannya?

ANALISA SOAP
• Data Subjektif
2 bulan terakhir mengalami kehilangan rasa tidak ingin makan, pada malam hari
sedih tiba-tiba dan menangis, Sulit untuk tidur, Malas beraktivitas dan bekerja, Sulit
fokus dan berkonsentrasi pada pekerjaan dan tidak mampu lagi mengerjakan
pekerjaan yg dulu, Pasien merasa stress, terlintas rasa ingin bunuh
• Data Objektif
Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan

TD 80/60 mmHg 120/80 mmhg Rendah

RR 20 x/menit 20x/menit Normal

BB 85 kg
TB 160cm
Assesment

Problem Medik Obyektif Analisis


Subyekif Terapi DRP
- 2 bulan terakhir mengalami TD 80/60 mmHg Amitripilin
Depresi Mayor Pemberian amitriptilin dengan
kehilangan rasa tidak ingin RR Terapi Kurang Tepat (Dosis
makan. 20/menit dosis 100 mg /hari menunjukkan obat underdose)
- Pada malam hari sedih tiba-tiba BB 85kg bahwa gangguan mood sempat
dan menangis. TB 160cm
- Sulit untuk tidur membaik, akan tetapi selang
- Malas beraktivitas dan bekerja waktu satu bulan terjadi
- Sulit fokus dan berkonsentrasi
pada pekerjaan dan tidak mampu kekambuhan gejala.
lagi mengerjakan pekerjaannya Pemberian amitriptilin dapat
dulu.
- Pasien merasa stress dinaikkan hingga mencapai dosis
- Terlintas rasa ingin bunuh maksimal apabila dengan dosis
sebelumnya pasien tidak merespon
dengan baik.
2. Sesuaikah pilihan terapi yang sudah diberikan pada pasien? Bila tidak sesuai, apa obat yang anda
rekomendasikan? Cari dan tunjukkan guideline terapinya.
Pada pemberian amitriptilin dosis 100 mg/day, respon pasien kurang maksimal. Sehingga dapat
ditingkatkan dosisnya sampai dosis maksimalnya yaitu 300 mg/day. Dievaluasi selama 4 – 6 minggu, tidak
adanya respon dari pasien maka dapat disarankan penggantian antidepresan golongan lain, seperti SNRIs
 Serotonin-Norepinefrine Reuptake Inhibitors
3. Bagaimana maintenance terapi pada pasien?
Doluxetine 30 mg/ 1 kali sehari dapat ditingkatkan hingga maksimal dosis yang
dianjurkan 90 mg/hari dalam dosis terbagi, atau sampai pasien mencapai efek
yang optimal kemudian apabila pasien sudah dalam keadaan yang optimal maka
dapat diturunkan 1-25% setiap 1-2 minggu.
4. Bagaimana evaluasi terapi pada pasien tbs?
Evaluasi pada pasien yaitu:
• Memonitoring konsentrasi plasma, efek samping, remisi gejala sasaran, dan perubahan fungsi sosial atau
pekerjaan. Yakinkan pemantauan rutin selama beberapa bulan setelah penghentian antidepresan.
• Secara teratur memonitor tekanan darah pasien yang diberikan venlafaxine.
• Menggunakan pretreatment EKG sebelum memulai terapi TCA pada pasien lebih dari 40 tahun, dan
melakukan tindak lanjut EKG secara berkala.
• Memantau untuk munculnya ide bunuh diri setelah inisiasi dari antidepresan apapun, terutama dalam beberapa
minggu pertama pengobatan.
• Selain wawancara klinis, menggunakan instrumen Peringkat psikometrik untuk secara cepat dan andal
mengukur sifat dan tingkat keparahan depresi dan gejala terkait
5. Apa terapi lain yang perlu dilakukan untuk pasien tersebut?
terapi non farmakologi
• Melakukan konsultasi ke psikiater
• Hindari stres dan hal-hal yang dapat menyebabkan stres.
• Perbanyak makan sayur, buah, dan diet rendah lemak untuk mengatasi kenaikan berat badan pasien.
• Olahraga ringan yang teratur dengan didampingi dan diawasi oleh keluarga.
• Terapi electroconvulsive (ECT) adalah pengobatan yang aman dan efektif untuk gangguan depresi
utama. Hal ini dianggap ketika respon cepat diperlukan, risiko dari pengobatan lain lebih besar
daripada manfaat potensial, ada riwayat respon yang buruk terhadap obat, dan pasien lebih suka
ECT. Sebuah respon terapi yang cepat (10-14 hari) telah dilaporkan.
• Stimulasi magnetik transkranial berulang telah menunjukkan efikasi dan tidak memerlukan anestesi
seperti halnya ECT
6. Informasi apa yang bisa anda sampaikan kepada pasien, terkait obat dan efek samping?
• Menjelaskan kepada pasien dan keluarga yang mendampingi pasien mengenai cara pemakaian obat, 1
tablet amitriptilin 25 mg, sehingga untuk dosis 100 mg sekali minum 4 tablet sekaligus pada malam
hari menjelang tidur.
• Mengedukasi keluarga pasien untuk selalu mengawasi keadaan pasien, untuk menghindari munculnya
ide bunuh diri pada pasien.
• Memberi tahu keluarga pasien bahwa efek samping obat amitriptilin dapat meningkatkan nafsu makan,
sedasi, mulut kering, konstipasi, pandangan buram, retensi urin, takikardi, kerusakan konduksi kardiak.
7. Bilamana pasien dapat melepaskan pengobatannya?
• Pasien dapat menghentikkan terapi jika pasien sudah bisa beraktivitas lagi, sudah bisa bekerja, dan
gejala depresi berkurang. Obat antidepresan mulai bekerja menghilangkan gejala yang dirasakan pasien
2-4 minggu, konsumsi obat untuk pasien baru dilanjutkan selama 6 bulan – 1 tahun, dan akan
dihentikan bila gejala depresi benar-benar hilang. Obat antidepresan tidak boleh dihentikan sendiri
tanpa anjuran dokter, karena dapat menimbulkan gejala putus obat seperti sakit maag, demam, sakit
kepala, cemas, pusing sehingga perlu dilakukan tuppering dosis terlebih dahulu hingga kondisi membaik
lalu terapi dapat dihentikkan.
Planning
• amitriptilin 50 mg/ 2x sehari
• Obat diganti dengan golongan SNRI
• Duloxetine 30mg/ 1 kali sehari, dapat ditingkatkan hingga maksimal dosis
yang di anjurkan 90mg/ hari dalam dosis terbagi, atau sampai pasien
mencapai efek yg optimal
Monitoring

• Monitoring kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, karena obat anti


depresan yang diberikan bukanlah obat ”as needed” walaupun pasien merasa
kondisinya telah membaik.
• Monitoring TD
• Pasien harus dipantau dari munculnya ide bunuh diri setelah pemberian obat
antidepresan.

Anda mungkin juga menyukai