Pembahasan
1. Obat - obatan anti-psikotik
Obat-obat anti-psikotik dahulu sering disebut dengan neuroleptik karena memiliki
beberapa efek samping yang memberikan gambaran seperti gangguan neurologis yang
disebut pseudoneurologis, atau dikenal juga dengan istilah major tranquilizer karena
adanya efek sedasi atau mengantuk yang berat.
3. Farmakokinetik
Metabolisme obat-obat anti-psikotik secara farmakokinetik dipengaruhi oleh beberapa
hal, antara lain pemakaian bersama enzyme inducer seperti carbamazepine, phenytoin,
ethambutol, dan barbiturate. Kombinasi dengan obat-obat tersebut akan mempercepat
pemecahan anti-psikotik sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi.
Clearance Inhibitors seperti SSRI (Selective serotonin Re-uptake Inhibitor), TCA
(Tricyclic Antidepressant), beta blocker; akan menghambat eksresi obat-obat antipsikotik sehingga perlu ditambahkan dosis pemberiannya bila diberikan bersamasama. Kondisi stress, hipoalbumin karena malnutrisi atau gagal ginjal dan gagal hati
(hepar) dapat mempengaruhi ikatan protein obat-obatan anti-psikotik tersebut.
4. Farmakodinamik
Obat-obat anti-psikotik terutama bekerja sebagai antagonis reseptor dopamin dan
serotonin di otak, dengan target untuk menurunkan gejala-gejala psikotik seperti
waham, halusinasi dan lain-lain. Sistem Dopamin yang terlibat yaitu sistem
nigrostriatal, sistem mesolimbokortikal, dan sistem tuberoinfundibuler. Karena kerja
yang spesifik ini maka dapat diperkirakan efek samping yang mungkin timbul yaitu
bila sistem-sistem tersebut mengalami hambatan yang berlebihan. Bila hambatan pada
sistem nigrostriatal berlebihan maka akan terjadi gangguan terutama pada aktivitas
motorik, sedangkan sistem mesolimbikortial mempengaruhi fungsi kognitif, dan
fungsi endokrin akan terganggu apabila sistem tuberoinfundibuler terhambat secara
berlebihan.
Distonia akut
Terjadi kekauan dan kontraksi otot secara tiba-tiba, biasanya mengenai otot leher,
lidah, wajah, dan punggung. Kadang-kadang pasien melaporkan kejadian subakut
rasa tebal di lidah atau kesulitan menelan. Mungin juga terjadi krisis occulogyric
atau opisthotonus. Kondisi ini dapat sangat menakutkan dan tidak nyaman bagi
pasien. Biasanya terjadi pada minggu pertama pengobatan dengan anti-psikotik
tipikal.
Parkinsonism
adanya kumpulan gejalamyang terdiri atas bradikinesia, rigiditas, fenomena roda
gerigi, termor, muka topeng, postur tubuh kaku, dan tremor kasar pada tangan
seperti sedang membuat pil.
6. Prinsip pengobatan
Pengobatan biasanya dimulai dari terapi inisiasi, dilanjutkan ke terapi pengawasan
dan kemudian terapi pemeliharan. Beberapa obat anti-psikotik yang sering digunakan
yaitu:
7. Terapi inisial
Diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan, dan dosis dimulai dari dosis anjuran
dinaikkan secara perlahan secara bergtahap dalam waktu 1 - 3 minggu, hingga dicapai
dosis optimal yang dapat mengendalikan gejala. Setelah diperoleh dosis optimal,
maka dosis tersebut dipertahankan selama kurang lebih 8 - 10 minggu sebelum masuk
ke tahap pemeliharaan.
mg/hari. Bila tetap tidak berhasil mengatasi efek samping tersebut disarankan untuk
mengganti jenis anti-psikotik yang digunakan ke golongan APG-II yang lebih sedikit
kemungkinannya
mengakibatkan
efek
samping
ekstrapiramidal.
Obat-obat antikolinergik tersebut tidak perlu diberikan secara rutin atau untuk tujuan
pencegahan efek samping ekstrapiramidal, karena munculnya efek samping bersifat
individual dan obat anikolinergik tersebut baru perlu diberikan hanya bila terjadi efek
samping EPS (Ekstrapiramidal Sindroma).
Daftar Putaka
Buku Ajar PSIKIATRI. Badan Penerbit FKUI.2013.Jakarta.